Anda di halaman 1dari 13

BAB VII

HASIL INTERVENSI KEGIATAN


7.1 Intervensi Kegiatan Untuk Meningkatkan Cakupan ANC K4 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur
Intervensi kegiatan yang dilakukan pada evaluasi program ANC K4 di
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur antara lain,
Tabel 37. Daftar Intervensi Kegiatan

Tanggal
27, 30-31 Mei 2016

1 Juni 2016

30 Mei 2016

Kegiatan
Penyuluhan di poli KIA puskesmas
Tebet
Penyuluhan di Balai Warga
Pembagian kuesioner dan leaflet
Wawancara kader

7.2 Evaluasi Data Kualitatif


7.2.1 Hasil Wawancara Kepala Program
Dari hasil wawancara didapatkan beberapa kesulitan dalam menjalankan
program ANC K4. Hal ini dicontohkan dalam jawaban kepala program di bawah
ini:
Pelaporan dan pencatatan sudah maksimal. Namun laporan pencapaian
program ANC K4 di puskesmas Kecamatan Tebet Timur kurang dari target.
Seperti pada ungkapan berikut:
Pelaporan pencapaian program ANC K4 memang masih kurang maksimal, hal
ini bukan disebabkan oleh pencatatan yang tidak maksimal, melainkan oleh
karena beberapa hal diantaranya; banyak ibu hamil yang pulang kampung saat
mulai memasuki trimester ke-3 dikarenakan ingin melakukan persalinan di
kampungnya

sehingga

puskesmas

tidak

memiliki

catatan

kunjungan

kehamilan/ANC yang ke-3 yang pada akhirnya tidak bisa dimasukkan dalam ANC
K4 karena sesuai dengan definisi operasional ANC K4 itu sendiri, syarat bisa
dikatakan ANC K4 apabila sudah melakukan kunjungan hamil minimal 1x pada
trimester pertama, 1x pada trimester kedua, dan 2x pada trimester ketiga. Selain
itu terdapat beberapa faktor lain, seperti;banyaknya ibu hamil yang merupakan
pendatang baru di wilayah kelurahan Tebet Timur, yang sebelumnya belum
pernah melakukan pemeriksaan ANC atau sudah pernah melakukan pemeriksaan

81

namun di luar wilayah kelurahan Tebet Timur dan tidak memiliki catatan
mengenai hasil pemeriksaan ANC tersebut, selain itu juga terdapat beberapa ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pertama atau keduanya di klinik
mandiri/swasta atau bidan yang berada diluar wilayah Tebet Timur, seperti
Jatinegara, Pancoran dan Setia Budi, klinik tersebut tidak memberikan laporan
ke Puskesmas Kelurahan Tebet Timur sehingga tidak bisa dimasukkan dalam
pendataan wilayah Tebet Timur. Faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu, pada
saat ibu hamil melakukan pemeriksaan di bidan atau klinik swasta/mandiri di
dalam wilayah kelurahan tebet timur, pencatatan yang diberikan saat
pemeriksaan ANC tidak lengkap seperti hanya menuliskan tanggal saja tanpa
menuliskan keterangan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil,
sehingga saat ibu hamil tersebut melakukan pemeriksaan kemabli ke Puskesmas
maka pihak Puskesmas menjadi ragu atau tidak tahu ibu hamil ini sudah berapa
kali melakukan pemeriksaan ANC
Koordinasi kader dengan petugas kesehatan pun sudah berjalan dengan
baik. Seperti pada ungkapan berikut.
Jadi sebulan sekali tiap akhir bulan kader ada kumpul di puskesmas untuk
memberitahun informasi-informasi terbaru terus jika ada pemberitahuan
langsung telfon dan mengirim surat edaran saja, kader-kadernya pada kooperatif
jadi kerjasamanya enak
Namun informasi mengenai ANC K4 kepada para kader belum merata.
Seperti pada ungkapan berikut :
Seharusnya sudah tau ya tentang ANC K4, tapi belum merata
Pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4 masih kurang pada
ungkapan berikut:
Ya banyak sih dok ibu ibu hamil yang masih tidak mengerti tentang
pentingnya K4, jadi mereka itu kebanyakan beranggapan kalau sudah mau akhir
akhir kehamilan yaudah gak harus ke puskesmas lagi, tinggal menunggu
kelahiran aja, padahal sebenarnya banyak yang harus mereka persiapkan kalau
sudah mau mendekati masa persalinan, karena banyak angka kematian ibu itu
diakibatkan oleh mereka yang tidak menjalani ANC K4
Media penunjang sebagai sarana untuk promosi kesehatan dibidang KIA
sudah ada begitu juga dengan ANC K4 namun belum maksimal. Seperti kutipan
dibawah ini :

82

Hmmm ada ya, seperti poster tapi itu dia masalahnya, poster dipajang namun
karena ruangan kita sempit jadi dinding yang ditempelin poster ketutupan sama
pasien jadi ya gak ada yang bisa lihat juga, kalo untuk ANC K4 leafletnya belom
ada
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala program KIA dan Promkes
dapat ditarik kesimpulan yang menjadi kemungkinan penyebab masalah
kesenjangan antara pencapaian di puskesmas kelurahan Tebet Timur rendahnya
angka ANC K4, kemungkinan penyebab masalahnya yaitu dari faktor man (tenaga
kerja) diakui kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4.
Dilihat dari faktor method (metode) Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan
kehamilan (ANC) pada buku pink/ KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari
Departemen Kesehatan RI). Dari faktor machine (peralatan) didapatkan belum
optimalnya sarana dan prasarana yang mendukung seperti tidak adanya leaflet
mengenai ANC K4 dan poster yang kegunaanya tidak maksimal. Dilihat dari
faktor Planning (Perencanaan) kurangnya tidak adanya jadwal penyuluhan ANC
K4 di luar gedung.
7.2.2 Hasil Wawancara Responden
Wawancara dilakukan kepada responden yang berjumlah 20 orang yaitu
ibu hamil yang telah melakukan kunjungan K1, K2 dan K3 sesuai dengan jadwal
kunjungan kehamilan. Dari jawaban responden dapat diketahui para responden
mengerti bahwa ANC K4 merupakan tindakan yang penting, karena dapat
memastikan kesehatan ibu dan janin. Hal ini dicontohkan dalam salah satu
jawaban responden dibawah ini:
Antenatal care itu penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi dalam
kandungan (Ibu EW, RW 10)
Kontrol kehamilan penting untuk tau anak dalam kandungan sehat atau
tidak (Ibu T, RW 08)
Kebanyakan responden mendapat infornasi tentang ANC K4 dari petugas
kesehatan, keluarga, maupun dari media cetak .
Saya tahu tentang kunjungan antenatal care dari bidan puskesmas dan
dari ibu-ibu posyandu (Ibu S, RW 4)
Tahu tentang kunjungan kehamilan ya dari puskesmas dan dari keluarga
saya (Ibu M, RW 10)
Saya dapat informasinya dari posyandu. Selain itu juga dari artikel
kesehatan di majalah (Ibu S, RW 7)
83

Semua responden sudah pernah melakukan antenatalcare namun ketika


ditanya ada berapa kali minimal dilakukan kunjungan selama kehamilan, sebagian
besar tidak mengetahuinya.
Di umur kehamilan saya yang masuk empat bulan, saya sudah dua kali
periksa kehamilan dipuskesmas. Saya kurang tau berapa kali harus periksa
selama kehamilan, saya ikuti jadwal kontrol dari puskesmas saja. (Ibu E RW
05)
Minimal kunjungan ke puskesmas saya tidak tau. Setau saya kalau sudah
mendekati persalinan makin sering kontrol ke puskesmas, biasanya seminggu
sekali (Ibu R, RW 03)
Kalau tidak ada keluhan selama kehamilan, tiga kali kontrol ke
puskesmas saja cukup mungkin ya (Ibu Z, RW 10)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
responden tentang ANC K4 masih cukup rendah. Sebagian besar partisipan tidak
tahu pada usia kehamilan berapa dilakukan ANC yang ke empat. Selain itu
responden kurang memahami manfaat dan tujuan dari ANC yang ke empat.
Contohnya adalah seperti jawaban responden di bawah ini:
Kunjungan kehamilan yang ke empat mungkin dilakukan pada saat
hamil empat bulan ya dok (Bu E, RW 5)
Sebetulnya saya baru dengar tentang antenatalcare K4 ini, jadi saya
tidak tau banyak dok (Bu S, RW 8)
Saya rasa pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan kehamilan pada
kunjungan sebelum-sebelumnya (Bu O, RW 10)
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan para responden belum memiliki
pengetahuan yang baik mengenai ANC K4. Walaupun begitu, mereka sadar akan
pentingnya kontrol rutin kehamilan bagi kesehatan ibu dan janin.
7.2.3 Hasil Wawancara Kader
Terkait dengan pelaksanaan program ANC K4, masih banyak permasalahan
yang didapatkan pada saat ini. Salah satunya adalah banyaknya ibu hamil yang
memilih melahirkan di luar wilayah tebet. Hal ini dicontohkan dalam kutipan
kader dibawah ini:
84

Ibu hamil di wilayah sini, kebanyakan jika sudah masuk bulan ke tujuh
mereka memilih pulang kampung. Mereka lebih memilih lahiran disana, karena
ada orangtua dan banyak saudara. (Kader 1)
Mungkin juga Ibu-Ibu hamil kontrol kehamilannya tidak di puskesmas.
Mereka lebih memilih ke tempat praktek bidan atau klinik mandiri, yang
wilayahnya belum tentu ada di kelurahan tebet timur. (Kader 2)
Ibu- Ibu hamil yang memilih kontrol di praktek bidan atau klinik mandiri
disebabkan banyak faktor. Di Puskesmas antrian pasien banyak dan jarak yang
lumayan jauh, sehingga mereka lebih nyaman pergi ke praktek bidan mandiri.
Selain itu, ibu hamil banyak yang bekerja dipagi hari sehingga hanya bisa
kontrol kehamilan di sore atau malam hari. (Kader 3)
Sebagian besar kader mengetahui pentingnya kunjungan kehamilan bagi
ibu-ibu hamil. Tetapi ternyata para kader belum memahami tujuan dan manfaat
dari ANC K4 itu sendiri, seperti kutipan wawancara berikut ini:
Jujur kami belum mengerti betul tentang kunjungan antenatalcare ini.
Disini tidak ada kader yang khusus menangani program antenatalcare. (Kader
4)
Masalah lain yang perlu di perhatikan adalah jumlah kader yang terbatas,
seperti kutipan berikut :
Jumlah kami terbatas. Sedikit sekali warga sini yang mau menjadi kader.
Sehingga semua program dari puskesmas kami pegang. Kami menjadi kurang
maksimal, contohnya dalam hal pendataan ibu-ibu hamil. (Kader 5)
Dari hasil wawancara dengan kader, banyak faktor yang mempengaruhi
rendahnya angka kunjungan ANC K4 di puskesmas. Antara lain dari faktor ibu
hamil itu sendiri dan dari para kader. Para kader masih belum memahami tentang
ANC secara keseluruhan dan terbatasnya jumlah kader sehingga kurang maksimal
pendataan ibu-ibu hamil di wilayahnya.
7.3 Pelaksanaan Plan of Action
7.3.1 Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya ANC K4 wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur dan dalam gedung Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat

85

Penyuluhan dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016 di balai Warga RW X


wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Adapun tahap pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :
Sebelum dilakukannya penyuluhan, kami terlebih dahulu berkoordinasi
dengan pemegang program KIA untuk mengetahui jadwal kegiatan para kader di
kelurahan tersebut. Kemudian kami menghubungi ketua kader dari RW X yang
membantu dalam penyampaian informasi tentang ANC K4 .
Pada hari pelaksanaan, dilakukan edukasi sebanyak dua kali yang dimulai
pada kisaran pukul 10.00 12.30 WIB, yaitu pada tanggal 1 Juni 2016 di dalam
Balai Warga. Materi yang disampaikan adalah mengenai pentingnya ANC K4,
manfaat ANC K4, meluruskan kesalahpahaman tentang tidak pentingnya
pemeriksaan kehamilan pada masa menuju persalinan, pemahaman lebih
mendalam tentang pentingnya ANC K4 disertai dengan pemutaran video
mengenai pentingnya ANC K4.
7.3.2 Wawancara mengenai pentingnya ANC K4
Wawancara kader posyandu dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2016 di
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Tahap tahap yang kami lakukan antara lain:
Sebelum dilakukannya wawancara, kami terlebih dahulu menemui kepala
puskesmas untuk meminta izin melakukan wawancara kader mengenai ANC K4.
Pada hari pelaksanaannya, wawancara tentang pentingnya ANC K4 dimulai pada
kisaran pukul 13.00-14.00 WIB.
7.3.3 Pembagian kuesioner berupa pre-test dan post test dan leaflet mengenai
ANC K4 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur
Media yang digunakan untuk promosi adalah pembagian leaflet. Leaflet berisi
tentang pemeriksaan ANC terutama pentingnya pemeriksaan ANC K4. Pada saat
pembagian leaflet juga disertai dengan pembagian kuesioner pre-test dan post test
agar diisi oleh ibu-ibu hamil. Pembuatan media promosi ini bertujuan agar ibu
ibu lebih memahami konsep ANC K4 sehingga tetap melakukan pemeriksaan
kehamilan saat menuju masa persalinan. Leaflet dibuat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh masyarakat awam, sederhana namun jelas. Penyebaran
leaflet mengenai ANC K4 dilakukan di Balai Warga selama pelaksanaan

86

penyuluhan dan di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet Timur yaitu pada tanggal
27 - 31 Mei dan 1 Juni 2016 sebanyak total 60 leaflet. Leaflet ini juga
direncanakan akan disimpan sebagai persediaan di puskesmas dan nantinya juga
akan dibagikan ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Tebet lainnya. Sehingga
para ibu tetap memahami dan ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai ANC
K4 untuk ibu dan bayinya. Kuisioner diberikan kepada 20 ibu hamil dengan
tujuan menilai pengetahuan ibu mengenai ANC K4 serta mengetahui
kemungkinan factor yang menyebabkan kurang tercapainya angka cakupan ANC
K4.
7.3.4 Penyuluhan mengenai ANC K4 di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet
Timur
Penyuluhan juga dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet
Timur. Penyuluhan di Poli KIA dilaksanakan pada tanggal 27-31 Mei 2016. Pada
hari pelaksanaannya, kami meminta izin pemegang program KIA untuk
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil tetang pentingnya ANC K4 di Poli KIA
dan dihari itu juga kami menampilkan slide show, memberikan leaflet dan
pemutaran video. Kami mengumpulkan ibu-ibu hamil yang sedang datang
berkunjung ke Poli KIA. Penyuluhan di poli ini dilaksanakan pada pukul 09.00
12.00 WIB dan materi yang disampaikan mengenai pemeriksaan ANC secara
umum dan pentingnya ANC K4. Sebelum memulai penyuluhan kami membagikan
kuesioner pre-test terlebih dahulu diberikan waktu sekitar 10 menit untuk mengisi
kuesiner tersebut kemudian kami lanjutkan dengan mengisi materi penyuluhan.
Selesai penjelasan diberikan, kami menyediakan waktu untuk tanya jawab untuk
para ibu-ibu jika masih menemukan ketidak jelasan tentang materi ataupun ingin
berkonsultasi tentang ANC K4, kemudian kami mulai membagikan kuesioner
post-test dengan durasi sama seperti sebelumnya sekitar 10 menit.
7.3.5 Karakteristik Responden
Penelitian telah dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet
Timur pada tanggal 27 31 Mei 2016 serta di Balai Warga Wijaya Kusuma RW
10 Kelurahan Tebet Timur pada tanggal 1 Juni 2016. Berdasarkan peserta

87

penyuluhan yang datang ke Poli KIA dan Balai Warga Wijaya Kusuma RW 10,
didapatkan 20 ibu yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Data yang dianalisis adalah umur, tingkat pendidikan, dan tingkat
pemahaman berdasarkan hasil pre-test dan post-test dalam rangkaian acara
penyuluhan. Berikut disajikan analisis univariat (deskripsi karakteristik variabel
penelitian) dan bivariat (hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung).
Analisa Univariat
Tabel 38. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Subjek Penelitian
Umur
< 20 tahun > 35 tahun
20 35 tahun
Tingkat Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Diploma/ Sarjana/ Pascasarjana
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan/ Wiraswasta
Tingkat Pemahaman
Pra Penyuluhan
Baik
Buruk
Pasca Penuluhan
Baik
Buruk
Total

Jumlah

Presentase

2
18

10%
90%

6
12
2

30%
60%
10%

12
8

60%
40%

10
10

50%
50%

7
13
20

35%
65%
100%

Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 20 orang, terbagi atas 2


kelompok umur, yakni <20 tahun, >35 tahun dan 20-35 tahun. Diketahui subjek
penelitian terdiri dari 2 wanita dengan usia <20 tahun > 35 tahun (10%), dan 18
wanita dengan usia 20-30 tahun (90 %).
Selain itu, karakteristik subjek penelitian juga dilihat dari tingkat
pendidikan, yang terdiri dari 4 kelompok, antara lain, tamat SD, tamat SMP, tamat
SMA, dan diploma/sarjana/pascasarjana. Pada penelitian ini, 6 orang tamat SMP
(30%), 12 orang tamat SMA (60%), dan 2 orang diploma/ sarjana/ pascasarjana
(10%).
Berdasarkan pekerjaan, subjek penelitian terbagi atas dua kelompok

88

pekerjaan, yaitu ibu rumah tangga, dan karyawan atau wiraswasta. Pada penelitian
ini, diperoleh 12 orang sebagai ibu rumah tangga (60%), 8 orang sebagai
karyawan atau wiraswasta (40%).
Tingkat pemahaman responden, dikelompokkan menjadi dua, yakni
tingkat pemahaman pra-penyuluhan berdasarkan nilai pre-test dan tingkat
pemahaman pasca-penyuluhan berdasarkan nilai post-test. Masing-masing tingkat
pemahaman tersebut dikategorikan berdasarkan nilai rata-rata, antara lain tingkat
pemahaman baik (nilai di atas rata-rata) dan tingkat pemahaman buruk (nilai di
bawah rata-rata).
Pada pelaksanaan pre-test sebelum penyuluhan didapatkan hasil rata-rata
77,90 kemudian dilakukan post-test setelah penyuluhan didapatkan hasil rata rata
meningkat menjadi 92,85. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah penyuluhan ini
bermakna untuk meningkatkan pengetahuan responden, data ini diolah dengan
menggunakan uji T-berpasangan. Pada uji T-berpasangan ini, ditetapkan H0
adalah tidak ditemukan pengaruh yang bermakna dari intervensi yang telah
dilakukan dan H1 adalah ditemukan pengaruh yang bermakna dari intervensi yang
dilakukan.

Tabel 39. Nilai rata-rata pre-test dan post-test


Indikator Tingkat Pemahaman
Pre-test
Post-test

Nilai rata-rata
77,90
92,85

Tabel 39 menunjukkan nilai rata-rata dari pre-test dan post-test yang


dilaksanakan dalam rangkaian acara penyuluhan. Adapun nilai rata-rata pre-test
sebesar 77,90 dan nilai rata-rata post-test sebesar 92,85. Dapat disimpulkan terjadi
peningkatan nilai rata-rata dari pre-test ke post-test sebesar 14,95 poin.
Analisa Bivariat
Tabel 40. Analisis bivariat variabel bebas dan variabel tergantung
89

Variabel Bebas
Tingkat Pemahaman
Pra Penyuluhan
(pre test)
Pasca Penyuluhan
(post test)
*Uji t-paired

Rerata SD

20

77,9010,59

20

92,855,060

Perbedaan
Rerata SD

IK 95%

14,9508,965

10,75-11,14

0,000*

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan uji tpaired untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pemahaman
responden sebelum dan sesudah penyuluhan.
Berdasarkan hasil uji analisis t-paired pada Tabel 41, diperoleh nilai p=
0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Artinya, terdapat perbedaan
rerata tingkat pemahaman yang bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan.
Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, dimana hipotesis yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan dengan adanya pemberian penyuluhan terhadap
pengetahuan warga mengenai ANC K4. Hal ini juga didukung dengan adanya
peningkatan nilai rata-rata sebesar 14,95poin.
Dari hasil tersebut diharapkan dengan adanya penyuluhan yang diadakan
rutin nantinya dapat menambah pengetahuan warga mengenai imunisasi, sehingga
dapat meningkatkan cakupan ANC K4 di wilayah Tebet Timur.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1

KESIMPULAN
Cakupan kunjungan ANC K4 di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur

selama bulan Januari Maret 2016 didapatkan seebesar 17,07%. Angka ini masih
jauh di bawah target cakupan nasional sebesar 95%. Setelah dilakukan pemilihan
prioritas masalah didapatkan program ANC K4 sebagai prioritas utama masalah
yang harus diselesaikan di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Kemudian
dilakukan konfirmasi kepada koordinator program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur mengenai ANC K4, didapatkan penyebab
masalah yang paling memungkinkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu hamil dan kader tentang ANC K4 masih kurang
90

2.
3.
4.
5.

Terbatasnya media promosi (leaflet)


Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan
Kurangnya sumber daya manusia yang bersedia menjadi kader
Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan kehamilan (ANC) pada buku
pink/ KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Departemen Kesehatan

RI)
6. Perempuan yang bekerja sulit mengatur waktu untuk datang ke Puskesmas
Alternatif pemecahan masalah berupa serangkaian kegiatan intervensi
yang peneliti tentukan dan lakukan berdasarkan prioritas, antara lain:
1. Mengadakan penyuluhan ANC terutama pentingnya ANC K4
kepada ibu hamil dan kader oleh tenaga kesehatan
2. Pembagian leaflet mengenai ANC dan pentingnya ANC K4.
Pada penyelengaraan penyuluhan, peneliti melakukan rangkaian kegiatan
pre-test dan post-test untuk menilai peningkatan tingkat pengetahuan ibu tentang
kunjungan antenatal care K4 dengan hasil nilai rata-rata pre-test sebelum
dilakukan penyuluhan adalah 79,75 dan nilai rata-rata post-test setelah dilakukan
penyuluhan adalah 93,51. Hasil diatas menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan
dapat bermanfaat.
8.2

KEKURANGAN DAN SARAN


Peneliti menyadari bahwa evaluasi program ini masih banyak kekurangan.

Pada awalnya penyuluhan ditujukan hanya pada ibu hamil trimester satu, dua atau
tiga yang kunjungan antenatal care K4 belum lengkap, namun pada
pelaksanaannya peneliti melakukan penyuluhan kepada seluruh pengunjung ibu
hamil di Puskesmas tersebut. Selain itu, tempat penyuluhan di dalam puskesmas
yang kurang kondusif dan terbatas, karena penyuluhan dilakukan di depan ruang
tunggu poli KIA. Pada pelaksanaan penyuluhan diluar puskesmas, penyuluhan
hanya dilakukan di RW 10 dan tidak dilakukan di RW lain. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya jumlah ibu hamil di RW lainnya.
Saran untuk kedepannya agar pemegang program yang berhubungan
dengan ANC dapat melaksanakan intervensi yang belum dapat peneliti lakukan,

91

seperti melakukan penyuluhan rutin tiap tiga bulan sekali di puskesmas Kelurahan
Tebet Timur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Buku Sumber
Untuk Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan
Pembangunan Kependudukan. Jakarta; 2005.
2. Indrawati SM. Draft Ringkasan-Laporan Perkembangan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Per 25 Agustus 2005. Available
at:

http://www.undp.org/content/dam/undp/library/MDG/english/MDG

%20Country%20Reports/Indonesia/MDG_id2005.pdf.

Accessed

on

September 1st, 2015 at 6:00 PM.


3. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI Mothers Day Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta
Selatan: Kementrian Kesehatan RI PUSAT DATA DAN INFORMASI;
2014. p. 1-7.
4. Hermawan LC, Laksmono LH, Loho TG, Kuswenda DR, Putri A,
Yussianto A, et al. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu

92

Dan Anak (PWS-KIA). In: Hermawan LC, Yussianto A, Editors. Jakarta:


Departemen Kesehatan; 2010. p. 1-76 .
5. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri.
In Astuti NZ, Purba DL, Handayani S, Damayanti R, Editors. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. p. 187.
6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.
Jakarta; 2010. p. 4-22.
7. Siregar N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten
Padang Lawas. Medan; 2013. p. 105-107

93

Anda mungkin juga menyukai