GANGGUAN KENYAMANAN
1.1 Definisi
Gangguan kenyamanan : Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenagkan
dalam berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. (Lynda, 2006 : 49)
1.2 Batasan Karakteristik
a. Mayor (Harus Terdapat)
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan (mis: nyeri, mual, muntah,
pruritus). (Lynda, 2006 : 50)
b. Minor (Mungkin Terdapat)
Respons autonom pada nyeri akut :
Ginjal
Hepatik
Usus
Pulmoner
Gangguan Vaskular :
Vasospasme
Oklusi
Kanker
Flebitis
Vasodilatasi (sakit kepala)
Berhubungan dengan inflamasi pada:
Saraf
Tendon
Bursa
Sendi
Otot
Struktur jukstoartikular
Berhubungan dengan keletihan, malaise dan atau pruritus sekunder akibat penyakit menular :
Rubella
Cacar air
Hepatitis
Mononucleosis
Pankreatitis
Pungsi vena
Pemindaian invasive
Biopsi
d)
Maturasional
Berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat:
Bayi : kolik
NYERI
b)
Wolf weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara
fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c)
Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh,
timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rasa nyeri.
d)
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenagkan akibat
terjadinya rangsangan fisik, maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
(A.Aziz, 2009 : 214)
serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. (A.Aziz, 2008 :
121)
2.3 Klasifikasi Nyeri
20
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, nyeri tidak melebihi 6
bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang
timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar. (A.Aziz, 2009 : 216)
Tabel 2.3 a : Perbedaan Nyeri akut dan Kronis
Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Pengalaman
Suatu kejadian
Sumber
Sebab
dalam
Mendadak
Waktu
Pernyataan Nyeri
tahun
Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya
diketahui
dengan sehingga
pasti
sulit
dievaluasi
(perubahan
perasaan)
Gejala-gejala
Klinis
Pola
Perjalanan
beberapa saat
saat
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri somatis,
nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas,
nyeri neurologis, dan lain-lain. (A.Aziz, 2009 : 216)
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit
(superficial) pada otot dan tulang. Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada
table berikut: (A.Aziz, 2008 : 123)
Tabel 2.3 b : Perbedaan Nyeri Somatis dan Nyeri Viseral
Karakteristik
Kualitas
Nyeri somatic
Superfisial
Dalam
Tajam,
menusuk, Tajam,
Nyeri visceral
tumpul, Tajam, tumpul, nyeri
dan membakar
Menjalar
Tidak
Tidak
Ya
Stimulasi
Torehan abrasi
Torehan,
Distensi,
iskemia,
pergeseran
kimiawi
Reaksi autonom
Tidak
tempat
Ya
torehan)
Ya
21
Ya
Ya
iritasi
(tidak
ada
Tidak
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cidera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui
secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena
salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena
adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf. (A.Aziz, 2008 : 123)
2.4 Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi
nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri,
diantaranya :
1.
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor.
2.
Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.
3.
4.
Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi
reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5.
2.
3.
4.
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1.
Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan
arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan
pengalaman. (A.Aziz, 2008 : 124)
2.
Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada
fungsi evaluatif kignitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor. (A.Aziz, 2008 : 125)
3.
Toleransi Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara
lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang
kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa
marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
4.
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau.
Manajemen Farmakologi.
a)
Analgetika narkotika.
b)
a)
Manajemen Farmakologi.
Distraksi
Distraksi merupakan metode nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain
sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
b)
Relaksasi
Relaksasi adalah pembebasan mental dan fisikal dari ketegangan.
c)
Stimulasi Kulit
Stimulasi kulit dapat digunakan dengan cara pemberian kompres dingin, kompres hangat,
balsam analgetik, dan stimulasi kontrateral. Pemberian kompre hangat dan dingin bersifat
terapeutik
(www.pusatpanduan.com)
24
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manuusia : aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Carpenito, Lynda J. 2006. Buku Saku Diagnostik Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Sumber Internet :
http://www.lenterabiru.com/2011/04/nyeri-akut.htm
diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Pukul 13.40 WIB
http://www.pusatpanduan.com/pengaruh-teknik-pemberian-kompres-terhadap-perubahan-skalanyeri
diakses pada tanggal 11 Oktober 2011. Pukul 13.40 WIB