GANGGUAN KENYAMANAN
b.
Nadi meningkat
Diaforesis
Pupil dilatasi
Posisi berhati-hati
Raut wajah kesakitan
Menangis, merintih
(Lynda, 2006 : 50)
Biopatologis
Berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Berhubungan pada trauma pada perenium selama persalinan dan kelahiran
Berhubungan dengan involusi uterus dan pembengakakan payudara
Berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat:
Gangguan Muskoloskeletal :
Fraktur
Kontraktur
Spasme
Arthritis
Gangguan medulla spinalis :
Gangguan Viseral
Jantung
Ginjal
Hepatik
Usus
Pulmoner
Gangguan Vaskular :
Vasospasme
Oklusi
Kanker
Flebitis
Vasodilatasi (sakit kepala)
Rubella
Cacar air
Hepatitis
Mononucleosis
18
Pankreatitis
Pungsi vena
Pemindaian invasive
Biopsi
d)
Maturasional
Berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat:
Bayi : kolik
NYERI
b)
Wolf weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara
fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c)
Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh,
timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri.
d)
Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenagkan akibat
terjadinya rangsangan fisik, maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh
reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
(A.Aziz, 2009 : 214)
serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. (A.Aziz, 2008 :
121)
2.3 Klasifikasi Nyeri
20
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, nyeri tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan
nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama,
yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi
ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar. (A.Aziz, 2009 :
216)
Tabel 2.3 a : Perbedaan Nyeri akut dan Kronis
Karakteristik
Pengalaman
Nyeri Akut
Suatu kejadian
Nyeri Kronis
Suatu situasi, status ekstensi
Sumber
lama
Serangan
Mendadak
Waktu
Pernyataan Nyeri
dengan sehingga
pasti
sulit
dievaluasi
(perubahan
perasaan)
Gejala-gejala
Klinis
Pola
Perjalanan
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah
kulit (superficial) pada otot dan tulang. Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat
pada table berikut: (A.Aziz, 2008 : 123)
Tabel 2.3 b : Perbedaan Nyeri Somatis dan Nyeri Viseral
Karakteristik
Kualitas
Nyeri somatic
Nyeri visceral
Superfisial
Dalam
Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, Tajam, tumpul, nyeri
dan membakar
Menjalar
Tidak
Tidak
Ya
Stimulasi
Torehan abrasi
Torehan,
Distensi,
iskemia,
iritasi
dingin
pergeseran
Reaksi autonom
Tidak
tempat
Ya
torehan)
Ya
21
Ya
Ya
Tidak
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cidera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak
diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang
disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri
yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf. (A.Aziz, 2008 :
123)
2.4 Stimulus Nyeri
2.5 Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :
1.
2.
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian lebih tinggi,
yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulakan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T. (A.Aziz,
2008 : 124)
3.
4.
Arti Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan dan pengalaman. (A.Aziz, 2008 : 124)
2.
Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada
fungsi evaluatif kignitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor. (A.Aziz, 2008 : 125)
3.
Toleransi Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit, dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
4.
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau.
Manajemen Farmakologi.
a)
Analgetika narkotika.
b)
Manajemen Farmakologi.
a)
Distraksi
Distraksi merupakan metode nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain
sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
b)
Relaksasi
Relaksasi adalah pembebasan mental dan fisikal dari ketegangan.
c)
Stimulasi Kulit
Stimulasi kulit dapat digunakan dengan cara pemberian kompres dingin, kompres hangat,
balsam analgetik, dan stimulasi kontrateral. Pemberian kompre hangat dan dingin bersifat
terapeutik
(www.pusatpanduan.com)
24