Anda di halaman 1dari 19

Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan adalah permasalahan yang harus dapat

dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter dan khususnya oleh penyidik. Kejelasan tersebut
memang diperlukan dan harus diusahakan oleh karena, baik kecelakaan, bunuh diri atau
pembunuhan membawa implikasi yang berbeda-beda, baik ditinjau dari sudut penyidikan
maupun dari sudut proses peradilan pada umumnya.1
Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia banyak
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menangani berbagai kasus ini diperlukan ilmu
kedokteran forensik untuk membantu proses peradilan dalam arti luas yang meliputi tahap
penyidikan sampai sidang pengadilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab,
cara, dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh
diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan.1
Untuk menyelesaikan masalah kedokteran forensik diperlukan ilmu yang berkaitan
dengan, aspek hukum,

prosedur medikoegal, tanatologis, traumatologi, dan lain-lain,

sehingga hasil pemeriksaan dan laporan tertulis dapat digunakan sebagai petunjuk atau
pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili perkara pidana maupun
perdata.1
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan mengerti cara,
sebab, mekanisme terjadinya suatu kematian terutama kematian yang tidak wajar.
Pembahasan
Skenario 1
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di
bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju
(yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya
terikat ke sebuah dahan pohon perdu setingggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah
kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP
adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.
Prosedur Mediko Legal

Dalam perundang-undangan terdapat beberapa prosedur medikolegal yang harus


dipatuhi oleh setiap pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus diatas. Berikut beberapa
prosedur medikolegal yang harus dipatuhi:

Penemuan Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batubatuan dalam keadaan mati oleh warga masyarakat atau orang yang melihat dan
menemukan.

Pelaporan Dilakukan oleh orang yang menemukan ke pihak yang berwajib,


contohnya kepolisian RI.

Penyelidikan Dilakukan oleh penyelidik yang menindak-lanjuti suatu pelaporan,


untuk mengetahui apakah benar ada kejadian pembunuhan seperti yang dilaporkan.

Penyidikan Dilakukan oleh penyidik. Penyidikan merupakan tindak lanjut setelah


diketahui benar-benar telah terjadi pembunuhan pada kasus ini. Penyidik dapat
meminta bantuan seorang ahli. Dalam kasus pembunuhan yang mengenai tubuh
manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan
dan penyidikan dengan kedokteran forensik. Penyidik wajib meminta sacara resmi
kepada kedokteran forewnsik untuk melakukan pemeriksaan atas korban.

Pemberkasan perkara Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil


penyidikannya, termasuk hasil pemeriksaan kedokteran forensic yang dimintakan
kepada dokter. Kemudian hasil berkas perkara ini akan diteruskan ke penuntut umum.

Penuntutan Dilakukan oleh penuntut umum di sidang pengadilan setelah berkas


perkara yang lengkap diajukan ke pengadilan.

Persidangan
- Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.
- Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa pembunuhan, para saksi dan juga para
ahli. Dan sebaiknya dokter atau pemeriksa korban dapat di hadirkan di siding
pengadilan ini sebagai saksi ahli.

Putusan pengadilan
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan :

- Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu pembunuhan di kasus
ini dan terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut.
- Kayakinan hakim ini harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah.2
Aspek Hukum
Sesuai dengan kasus diatas dapat kita temukan berbagai aspek hukum yang terkait
mengenai kejadian perkara. Berikut beberapa aspek hukum mengenai perkara pembunuhan
atau penganiayaan yang termasuk pula didalamnya disertakan pasal-pasal hukum terkait: 1
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan1.
Pasal 135 KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal
134 ayat (1) undang-undang ini.
Pasal 179 KUHAP

Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedoteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut
di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang
sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Statsblad 350 tahun 1937 pasal 1
Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan pada
waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda atau di Indonesia, atau atas
sumpah khusus sebagai dimaksud dalam pasal (2), mempunyai daya bukti dalam perkaraperkara pidana, sejauh itu mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada
benda yang diperiksa.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik
atau penuntut umum yang dirtuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan
mengingat sumpah diwaktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
-

jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;


tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;
kehilangan salah satu pancaindra;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya andungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP


Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 339 KUHP4

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama
dua puluh tahun.
Pasal 340 KUHP4
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15tahun.3
Identifikasi Forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah
dalam berbagai kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan
yang amat penting karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses
peradilan.
Korban yang perlu diidentifikasi ialah
-

Jenazah yang tidak dikenal


Jenazah yang membusuk, rusak dan hangus terbakar
Pada kecelakaan dan bencana massal yang mengakibatkan banyak korban mati
Potongan tubuh manusia / kerangka.1
Untuk mencari identitas dapat menggunakan berbagai metode dan dapat dipastikan

apabila paling sedikit 2 metode menyatakan hasil positif. Penentuan identitas personal dapat
menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,
gigi, serologic, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi
DNA.1 Metode identifikasi yang utama adalah yang primer (ilmiah) , meliputi pemeriksaan
sidik jari, pemeriksaan gigi dan oemeriksaan DNA, sedangkan pemeriksaan lain termasuk
pemeiksaan sekunder (sederhana). Berikut pembahasannya :

Pemeriksaan Primer (Ilmiah)


a. Pemeriksaan sidik jari
Metode ini membandingkan gambaran sidik hari jenazah dengan data sidik jari
ante mortem. Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya
dalam menetukan identitas seseorang. Oleh karena itu, harus dilakukan
penanganan yang baik terhadap tangan jenazah yaitu dengan melakukan
pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantung plastik.
b. Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar X dan pencetakan gigi
dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,
protesa gigi dan sebagainya. Cara ini juga dilakukan dengan membandingkan data
temuan dengan ante mortem.

c. Pemeriksaan DNA
Bagian DNA ini memiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu samalain, sedemikian
sehingga kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah
sangat kecil sekali. Pemeriksaan inidapat dipakai pada kasus identifikasi mayat tak
dikenal, dilakukan pembandingan pita orangtua, atau anak-anak tersangka korban.
Jika korban benar adalah tersangka. Jika korban benar tersangka, maka akan
didapatkan bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya

lagi cocok dengan pita ayahnya.1


Pemeriksaan Sekunder ( Sederhana)
a. Metode visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang yang
merasa kehilangan anggota keluarga atau kerabat. Hanya efektif untuk jenazah
yang belum membusuk sehingga masih dapat dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya. Akan tetapi faktor emosional berperan, oleh karena itu harus dilakukan
penanganan sebaiknya.
b. Pemeriksaan dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor, dll) yang dijumpai dalam
saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.
Akan tetapi, pada kecelakaam massal dokumen yang terdapat dalam tas atau
dompet yang berada di dekat jenazah belum tentu milik jenazah tersebut.
c. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan, mungkin daapt diketahui merk
atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, yang dapat membantu proses
identifikasi.
d. Identifikasi medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, mata,
cacat atau kelainan khusus, dan juga tatoo. Metode ini bernilai tinggi karena selain
dilakukan oleh serorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/ modifikasi
( termasuk pemeriksaan dengan sinar X), sehingga ketepatannya cukup tinggi.
Dengan metode ini dapat diketahui data jenis kelamin, ras, perkiraan umumr dan
tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.
e. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Apabila
sudah membusuk, dapat dilakukan dengan cara memeriksa rambut, kuku dan
tulang.
f. Metode eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah


orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dapat
dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode lain, sedangkan sisanya
tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang
yang ada.4

Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.5
Tanda kematian tidak pasti
o Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit secara inspeksi, palpasi dan
auskultasi.
o Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit dimana nadi karotis tidak teraba.
o Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi
spasme agonal sehingga kulit tampak kebiruan.
o Tonus otot menghilang dan relaksasi. Kelemasan otot sesaat setalah kematian disebut
relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya belikat dan bokong pada mayat yang terlentang. Relaksasi pada otot wajah
menyebabkan wajah menjadi tampak lebih muda.
o Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
o Pengeringan kornea, menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan cara meneteskan air.5
Tanda pasti kematian
1.Lebam mayat (livor mortis)
Setelah kematian klinis, lebam mayat timbul karena eritrosit akan menempati tempat
terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan alas keras. Darah
tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat
biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati dan kemudian menetap setelah 6-12 jam.
Sebelum waktu ini lebam mayat masih dapat berubah dengan penekanan dan perubahan
posisi mayat. Menetapnya lebam mayat disebabkan karena bertimbunya sel-sel darah merah

dalam jumlah cukup banyak dan juga kekakuan otot-otot pembuluh darah yang mempersulit
perpindahan tersebut. Perbedaan antara lebam mayat dan resapan darah (ekstravasasi) adalah
bila dilakukan irisan kemudian sialiri air maka warna merah darah akan hilang atau pudar
pada lebam mayat, sedangkan resapan darah tidak menghilang. Hal ini dikarenakan lebam
mayat adalah darah yang terdapat pada pembuluh darah.5
Kepentingan medikolegal pemeriksaan lebam mayat adalah untuk mengetahui waktu
perkiraan kematian di mana lebam mayat yang masih hilang dengan penekanan dan berubah
karena pasisi menandakan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.5
2.Kaku mayat (rigor mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena terjadi metabolisme
tingkat seluler yaitu berupa pemecahan glikogen otot umtuk menghasilkan energy. Energi
yang dihasilkan digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama cadangan ATP masih
ada, otot akan tetap lentur. Namun ketika cadangan ATP habis, serabut aktin dan myosin akan
menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat diperiksa dengan cara meemriksa sendi
mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira setelah 2 jam mati klinis, dari bagian luar tubuh
(otot kecil) kemudian ke dalam (sentripetal) dan lengkap setelah 12 jam kematian, kemudian
hilang dengan urutan yang sama setelah dipertahankan selama 12 jam. Sehingga seolah-olah
kaku mayat terjadi kraniokaudal.

Kaku mayat biasanya tidak disertai pemendekan otot

namun bila saat mati otot berada dalam posisi tegang, maka akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati,
suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus dan otit kecil, dan suhu lingkungan tinggi.1
Pemeriksaan kaku mayat memiliki kepentingan medikolegal yaitu untuk
memperkirakan waktu kematian, di mana kekakuan mayat lengkap setelah 12 jam kematian,
kemudian hilang dengan urutan yang sama setelah dipertahankan selama 12 jam.5
3.Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Penurunan suhu terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke banda
lain melalui cara kinduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Grafik penurunan suhu tubuh ini
berbentuk kurva sigmoid. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran
dan kelembaban udara, bentuk, posisi tubuh, serta pakaian. Suhu tubuh saat kematian perlu
diketahui untuk perkiraan saat kematian. Anak kecil dan orang tua umumnya lebih cepat
mengalami penurunan suhu.5
Kepentingan medikolegal pemeriksaan suhu tubuh adalah untuk memperkirakan saat
kematian dengan melakukan pemeriksaan suhu rectal 4-5 kali dengan interval waktu minimal
15 menit, suhu lingkungan dianggap 15,5 Celcius sedangkan suhu mayat 39 Celsius,
selanjutnya dilakukan perhitungan dengan grafik dan rumus tertentu.5

4.Pembusukan (decomposition, putrefaction)


Setelah seseorang meninggal, bakteri flora normal (umumnya bakteri usus yaitu
Clotridium welchii) dalam tubuh akan masuk ke dalam jaringan dan menghasilkan gas
pembusukan seperti alkana, H2S, HCN, asam amino, dan asam lemak. Pembusukan baru
tampak 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah (daerah sekum
yang dekan dengan dinding perut) yang terbentuk karena adamya sul-met-hemoglobin.
Secara bertahap warna kehijauan ini akan meluas ke seluruhn perut dan dada, dan bau busuk
mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman.
Selanjutnya kulit ari terkelupas membentuk gelembung kemerahan berbau busuk.
Pembentukan gas di dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami pembengkakan dan
berada dalam posisi pugilistic attitude. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas
pembusukan nyata, yaitu 36-48 jam pasca mati. Dengan identifikasi spesies dan mengukur
panjang larva maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat digunakan untuk
memperkirakan saat mati.5
Kepentingan medikolegal pemeriksaan proses pembusukkan adalah untuk
memperkirakan saat kematian. Apabila bau busuk sudah tercium maka kematian diperkirakan
telah terjadi lebih dari 24 jam yang lalu.5
5.Adiposera atau lilin mayat
Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan , lunak, atau
berminyak, berbau tengik yabg terjadi dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Perubahan
berbentuk bercak dapat terlihat di daerah pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas. Jarang
seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera. Adiposera akan membuat gambaran
permukaan tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga identifikasi mayat dan
perkiraan sebab kematian masih mungkin.5
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan
lemak tubuh yang cukup, udara hangat, dan invasi bakteri endogen ke dalam jaringan.
Sedangkan yang memperlambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit, dan
udara dingin. Pembusukan terhambat oleh adiposera karena derajat keasaman dandehidrasi
jaringan yang bertambah. Adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.
6.Mumifikasi
Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan
pembusukan karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkkungan yang kering. Jaringan
berubah menjadi keras, keringm berkeriput dan berwarna gelap. Mumifikasi terjadi bila suhu
hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, dan tubuh dehidrasi dalam waktu lama
(12-14 minggu).5

Pemeriksaan Luka Akibat Kekerasan Tajam


Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa
garis maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga
keping kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat
berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada luka tusuk,sudut luka dapat
menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata
dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda
tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda
tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua
luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka
dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan
adanya luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka
turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya,demikian
pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut.Hal ini
disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.
Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan
tungkai.
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara
pidau-kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain
dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus
bunuh diri yang menggunakan senjata tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan
korban.Luka percobaan dapar berupa luka sayt atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan
sejajar.6

Perdarahan Axilla

Axilla adalah daerah berbentuk limas yang terdapat pada peralihan antara lengan atas
dan thorax. Bentuk dan luas axilla berubah-ubah, tergantung dari kedudukan lengan atas.
Arteria axillaris, vena axillaris, dan fasciculus plexus brachialis diliputi oleh sarung fasia
yang tipis. Ke arah cranial sarung aksilar ini ternyata sinambung dengan lapis prevertebral
fasia cervicalis di depan arteria subclavia.
Arteria axillaris berawal pada tepi lateral costa I sebagai kelanjutan arteria subclavia
dan berakhir pada tepi kaudal musculus teres major. Arteri axillaris dibagi menjadi tiga
bagian oleh musculus pectoralis minor. Vena axillaris terletak medial dari arteria axillaris.
Vena axillaris berawal sebagai lanjutan vena basilica pada tepi kaudal musculus teres major
dan berakhir pada tepi lateral costa I untuk menjadi vena subclavia. Vena axillaris menampug
anak-anak cabang yang sesuai dengan cabang-cabang arteria axillaris, dan di tepi kaudal
musculus subscapularis menampung pasangan vena brachialis yang mengikuti arteria
brachialis (vena comitans).Perdarahan pada pembuluh darah pada daerah ketiak akan
menyebabkan korban mati karena kehabisan darah. Tidak hanya pembuluh darah, pada
daerah ketiak juga terdapat saraf yang pada korban kebetulan tidak ditemukan adanya
kerusakan. Karena pembuluh darah yang terputus, maka darah yang masuk ke jantung untuk
dialirkan ke organ-organ lain akan berkurang.
Perdarahan yang terdapat pada region axilla dapat menimbulkan kematian yang
mungkin didahului oleh fase shock. Shock adalah sindrom klinik yang timbul dari perfusi
jaringan yang inadekuat. Ketidakseimbangan antara penghantaran dan kebutuhan oksigen dan
substrat yang diakibatkan oleh hipoperfusi dapat menyebabkan disfungsi seluler. Injury
seluler yang disebabkan oleh penghantaran oksigen dan substrat yang inadekuat dapat
menimbulkan produksi dan lepasnya mediator inflamasi dan perubahan struktur dari
mikrovaskularisasi. Hal ini mengarah ke lingkaran setan dimana perfusi yang bermasalah
bertanggung jawab akan adanya injury seluler; yang menyebabkan maldistribusi aliran darah
yang nantinya bisa mengarah ke multiple organ failure dan apabila lingkaran ini tidak
dihentikan maka dapat berakhir dengan kematian.Bentuk yang paling umum dari shock
adalah karena kehilangan sel darah merah dan plasma dari hemorrhage atau dari kehilangan
plasma saja dari sekuestrasi cairan ekstravaskular atau gastrointestinal, urinary dan insensible
loss. Respons fisiologik yang normal pada hipovolemik adalah dengan menjaga perfusi dari
otak dan jantung saat mengembalikan volume darah sirkulasi yang efektif. Adanya
peningkatan simpatis, hiperventilasi, kolapsnya pembuluh darah vena, pelepasan hormone

stress, dan percobaan untuk membatasi kehilangan volume intravascular melalui diambilnya
cairan interstitial dan intraselular dan menurunnya output urin.
Hipovolemia ringan
Kehilangan 20% dari volume darah, ditandai dengan adanya takikardia yang
ringan, ekstremitas dingin, meningkatnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time),
diaphoresis, kolaps vena, dan gelisah (anxious).
Hipovolemia sedang
Kehilangan 20-40% volume darah ditandai dengan pertanda hipovolemia ringan
ditambah dengan takikardia, takipnoe, oligouri dan perubahan postural.
Hipovolemia berat
Kehilangan > 40% volume darah ditandai dengan tanda-tanda hipovolemia ringan
dan sedang yang disertai dengan instabilitas hemodinamika, marked tachycardia, hipotensi,
dan koma (penurunan kesadaran).Transisi dari hipovolemi ringan menuju berat dapat
berlangsung cepat. Apabila keadaan ini tidak segera ditangani, apalagi pada pasien yang
sudah tua atau dengan penyakit penyerta tertentu, maka kematian dapat segera terjadi.6
Pemeriksaan Leher Akibat Penjeratan
No

Penjeratan postmortem

Tanda-tanda

Penjeratan antemortem
post-mortem Tanda-tanda

penggantungan

antemortem

menunjukkan kematian yang bukan bervariasi. Tergantung dari cara kematian


2

disebabkan penggantungan.
korban.
Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran
lingkaran

utuh

(continuous), agak terputus (non-continuous) dan letaknya pada

sirkuler dan letaknya pada bagian leher leher bagian atas.


3

tidak begitu tinggi.


Simpul tali biasanya lebih dari satu, Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada
diikatkan dengan kuat dan diletakkan sisi leher.
pada bagian depan leher.

Ekimosis pada salah satu sisi jejas Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi
penjeratan tidak ada atau tidak jelas. dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di
Lebam mayat terdapat pada bagian atas jejas jerat dan pada tungkai bawah.
tubuh

yang

dengan
5

menggantung

posisi

mayat

setelah

meninggal.
Tanda parchmentisasi tidak ada atau Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba
tidak begitu jelas.

sesuai

seperti perabaan kertas perkamen, yaitu

tanda parchmentisasi.
Sianosis pada bagian wajah, bibir, Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan laintelinga dan lain-lain tergantung dari lain sangat jelas terlihat terutama jika
penyebab kematian.

kematian karena asfiksia.

Tanda-tanda pada wajah dan mata Wajah membengkak dan mata mengalami
tidak terdapat, kecuali jika penyebab kongesti dan agak menonjol, disertai dengan
kematian

adalah

pencekikan gambaran pembuluh dara vena yang jelas

(strangulasi) atau sufokasi.

pada bagian kening dan dahi.

Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali.

kematian akibat pencekikan.


Penis. Ereksi penis dan cairan sperma Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya
tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak cairan sperma sering terjadinpada korban
ada

10

pria.

Demikian

juga

sering

ditemukan

keluarnya feses
Air liur tidak ditemukan yang menetes Air liur. Ditemukan menetes dari sudut
pada

kasus

penggantungan

selain

kasus mulut, dengan arah yang vertikal menuju


dada. Hal ini merupakan pertanda pasti
penggantungan ante-mortem

Tabel 1.Perbedaan antara penjeratan postmotem atau antemortem6

Autopsi pada Kasus Kematian Akibat Asfiksia Mekanik-Penjeratan


Pada pemeriksaan mayat, umunya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksia
berupa lebam mayat yang gelap dan luas, pembendungan pada bola mata, busa halus pada

lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik
pendarahan Tardieu. Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher
korban. Jerat harus diperlakukan sebagai bahan bukti dan dilepaskan dari leher korban
dengan jalan menggunting secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dengan
simpul sehingga simpul pada jerat tetap utuh. Jerat selalunya berjalan horizontal/mendatar
dan letaknya rendah. Jerat ini meninggalkan jejas jerat berupa luka lecet jenis tekan yang
melingkari leher. Catat keadaan jejas jerat dengan teliti dengan menyebutkan arah, lebar serta
letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat menunjukan pola/pattern tertentu sesuai
dengan permukaan yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya dikatakan simpul
mati ditemukan pada kasus pembunuhan sedangkan simpul hidup ditemukan pada kasus
bunuh diri. Namun pengecualian sering terjadi.7
Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian
Untuk penentuan sebab, cara, dan mekanisme kematian hanya dapat dipastikan dengan
serangkaian prosedur autopsy.4

a.Penjeratan (strangulation)
Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama
makin kuat sehingga saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya
,merupakan suicide maka penjeratan adalah pembunuhan. 1
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso
vagal.pada gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh
kerana kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar. Asfiksia
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
kabondioksida (hiperkapnea). Sedangkan asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi
bila gangguan pertukaran udara pernapasan disebabkan oleh berbagai kekerasan yang bersifat
mekanik (pembekapan, penyumbatan, penjeratan, pencekikan, dan gantung). Masa dari saat
asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi (umumnya antara 4-5 menit).

Bila tingkat pengahalang oksigen tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan
tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.1,5
Pada pemeriksaan jenazah, umumnya didapatkan tanda kematian akibat asfiksia:
1. Pemeriksaan luar jenazah
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari, dan kuku.
Perbendungan sistemik dan dilatasi jantung kanan.
Lebam mayat biru gelap (keunguan) yang lebih luas serta terbentuk lebih cepat.
Busa halus pada hidung dan mulut.
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra.
Bintik pendarahan / Tardieu spot.1
2. Pemeriksaan bedah jenazah
Darah berwarna lebih gelap dan encer.
Busa halus pada saluran pernafasan.
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi berat,
berwarna lebih gelap dan banyak mengeluarkan darah pada pengirisan.
Ptekie pada mukosa usus halus, bagian belakang jantung, subpleura viseralis paru,
kulit kepala bagian dalam dan mukosa epiglottis dan daerah sub-glotis.
Edema paru.
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring, perdarahan
faring, dan sebagainya.1
b.Gantung
Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedanya terdapat pada asal tenaga yang
dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan
berat badan korban sehingga mengakibatkan tertekannya leher. Mekanisme kematian pada
kasus gantung ialah kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis, asfiksia, iskemia otak
dan refleks vagal.2,5
Posisi korban pada kasus gantung diri dapat berupa complete hanging (kedua kaki tidak
menyentuh tanah), duduk berlutut, dan berbaring. 5 Sedangkan beberapa jenis gantung diri
ialah typical hanging yaitu titik gantung terletak apda daerah oksiput dan tekanan pada arteri
karotis paling besar; dan atypical hanging yaitu titik gantung pada sampung sehingga leher
dalam posisi sangat miring yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan
vertebralis.5
Pada pemeriksaan jenazah, maka akan ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot
dan alat leher di tempat yang sesuai dengan jejas jerat. Jejas jerat tidak mendatar tetapi
membentuk sudut yang membuka ke arah bawah serta letak jerat yang tinggi. Kulit

mencekung ke dalam, berwarna coklat dengan perabaan kaku dan akibat bergesekan dengan
kulit leher, maka pada tepi jejas dapat ditemukan luka lecet. Patah tulang lidah atau rawan
gondok tidak sering terjadi pada kasus gantung. Distribusi lebam mayat pada kasus gantung
akan mengarah ke bawah, yaitu pada ujung tangan, kaki dan genitalia eksterna. Pada korban
wanita maka labium membesar dan terdapat lebam. Pada pria maka terjadi pada skrotum dan
penis seolah mengalami ereksi dan keluar cauran semen karena relaksasi otot sfingter.1,2
Pemeriksaan Luka - Pemeriksaan luar dan Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensic, pemeriksaan
harus dilakukan dengan cermat meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba,
baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll. Juga terhadap
tubuh mayat sendiri.1
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, oesofagus, trakea, dan
seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.7
Interpretasi Temuan
Korban
Korban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai kaus
dalam (oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah tungkai bawah.
Posisi mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan relatif mendatar dengan
leher terjerat oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan telah membusuk.
Mengenai penyebab kematian, ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
akibat pembunuhan atau penganiayaan, namun proses awal terjadi nya sampai saat
menimbulkan kematian tidak diperjelas lebih lanjut dalam kasus. Hanya diketahui jika ia
ditemukan dalam keadaan terjerat lengan baju dan adanya luka terbuka pada bagian tubuh
tertentu. Oleh karenanya proses kematian korban tidak diketahui apakah meninggal karena
langsung terbunuh atau teraniaya terlebih dahulu.Namun pada pemeriksaan, hasil
menunjukan korban meninggal akibat dibunuh.
Tempat Kejadian Perkara

Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang berhutan
cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batu-batuan. Rumah
terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.
Sebab Kematian
Penyebab kematian pada korban tersebut bisa dikarenakan kekerasan tajam atau
akibat penjeratan.
Mekanisme Kematian
Berdasarkan kasus diatas, korban meninggal bisa dikarenakan mekanisme pendarahan
akibat kekerasan tajam atau karena asfiksia oleh penjeratan.
Waktu Kematian
Dari tanda-tanda kematian yang telah diuraikan diatas, perkiraan waktu kematian
korban yaitu 36-48 jam. Hal ini dapat terjadi karena ditemukan lebam mayat yang menetap
yang menandakan waktu kematian lebih dari 8-12 jam, suhu mayat yang hampir sama dengan
suhu keliling juga menandakan korban sudah meninggal lebih dari 15 jam. Lalu terlihat
adanya pembusukan dan terdapatnya larva lalat pada tubuh korban, yang menandakan korban
sudahmeninggal antara 36-48 jam.
Kesimpulan
Ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu mekanisme pendarahan akibat
kekerasan tajam atau karena asfiksia oleh penjeratan , namun proses awal terjadi nya sampai
saat menimbulkan kematian tidak diperjelas lebih lanjut dalam kasus. Hanya diketahui jika ia
ditemukan dalam keadaan terjerat lengan baju dan adanya luka terbuka pada bagian tubuh
tertentu. Perkiraan saat kematian korban adalah antara 36 - 48 jam dikarenakan tubuh
korban telah mengalami pembusukan saat ditemukan di TKP.
Daftar Pustaka
1

Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran


forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.H.5-16

Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.


Buku roman forensik. Edisi ke-2. Agusuts 2009.

Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;1994.h.11-38.

Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran


forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.H.25-70.

Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.h. 141-8.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Media


Aesculapius:Jakarta.2007;220-1

Anda mungkin juga menyukai