Pendahuluan
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari sering kita menjumpai masalah-masalah pada
tulang atau otot karena kita salah melakukan suatu gerak atau tulang dan otot kita mendapat
tekanan yang menyebabkan suatu pembengkakan sehingga tubuh menjadi kesulitan dalam
melakukan kegitan lain.Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada tulang dan
otot, kita harus mengetahui bagaimana struktur tulang dan otot dan bagaimana mekanisme
kerjanya. Untuk mengetahui struktur tulang dan otot, kita perlu membahas apa saja bagianbagian yang terdapat pada tulang dan otot serta fungsi dari bagian-bagian itu sendiri. Untuk
mekanisme cara kerjanya, kita bisa membahas bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi
yang terjadi pada otot dan apa yang terjadai ketika otot mendapat tekanan yang sangat besar
hingga kita mengalami pembengkakan bahkan kesulitan dalam menggenggam. Maka
hipotesa sementara jari tangan
Ossa manus :
Artikulasio interkarpalis: artikulasio mediokarpalis, terletak antara barisan tulangtulang karpal proksimal dan distal, merupakan sendi yang paling penting karena
berperan dalam gerak pergelangan tangan.
Artikulasio
karpometakarpalis:
yang
terpenting
adalah
artikulasio
Otot-otot tenar: merupakan otot-otot pendek pada jempol. Yang termasuk otot tenar di
antaranya: m. abduktor polisis brevis, m. fleksor polisis brevis, m. oponens polisis,
dan m. adduktor polisis.
M.lumbrikalis: keempat otot ini keluar dari tendon m. fleksor digitorum profunda.
Otot ini masuk ke sisi radial tiap falang proksimal dan ke perluasan m. ekstensor
dorsal. M. lumbrikalis berfungsi dalam fleksi artikulasio metakarpofalangealus tanpa
fleksi artikulasio interfalangealis.
Otot-otot interesous: terdiri dari delapan otot yang keluar dari korpus ossa metakarpi.
Otot ini bertanggung jawab atas fleksi artikulasio metakarpofalangealis dan ekstensi
artikulasio interfalangealis. Otot ini juga melakukan gerak abduksi dan adduksi jarijari tangan. Gerakan ini terjadi di sekeliling jari tengah, adduksi adalah mendekatkan
semua jari ke jari tengah, abduksi adalah menjauhkannya dari jari tengah. Tiap m.
interosei dorsalis keluar dari dua metakarpal dan masuk ke falang proksimal untuk
menimbulkan adduksi. M. interesoi dorsalis hanya keluar dari satu metakarpal dan
masuk ke falang proksimal menyebabkan abduksi. Jari tengah tidak bisa adduksi
(sehingga tidak memiliki m. interosei palmaris) namun abduksi jari tengah bisa terjadi
ke dua sisi sehingga jari ini memiliki dua insersi m. interosei dorsalis.6,7
Secara mikroskopis, kita dapat pula mengamati apakah tangan yang terjepit pintu
tersebut mengalami kelainan atau tidak. Secara mikroskopis, kelainan dapat dilihat dari
bagaimana struktur jaringan otot yang menyusun tangan. Secara keseluruhan, otot-otot yang
bekerja pada tangan termasuk dalam otot somatik. Otot somatik yang menyusun tangan
termasuk dalam otot yang bekerja berdasarkan kesadaran atau yang kita sebut sebagai otot
bercorak. Otot bercorak mempunyai ciri-ciri, yaitu:
Miofibril (aktin dan miosin tersusun rapi) membentuk garis (terang gelap)8
Jaringan ikat yang mengelilingi seluruh otot disebut epimisium. Jaringan ikat yang
memanjang melebihi badan otot akan bergabung menjadi tendon, yang melekat pada tulang
atau kartilago. Serabut otot atau miofibril bergabung membentuk fasikulus. Setiap fasikulus
dikelilingi oleh perimisium. Setiap miofibril dikelilingin endomisium. Setiap miofibril
dibagi lagi menjadi miofilamen tebal dan miofilamen tipis. Filamen tipis terutama terdiri
dari tiga protein, aktin, tropomiosin, dan troponin dan filamen tebal terutama terdiri dari
miosin.Filamen tebal dan tipis inilah yang berperan dalam kontraksi dan relaksasi dalam
melakukan pergerakan.9
Otot rangka dan kerangka berfungsi bersama-sama pada sistem muskuloskeletal.
Otot rangka kadang disebut juga otot volunter karena bekerja di bawah kontrol kesadaran.
Mekanisme kontraksi otot rangka
Fungsi jaringan otot adalah mengembangkan tegangan dan memendekkan otot.
Serabut otot memiliki kemampuan untuk memendek dalam jumlah tertentu, yang terjadi
karena molekul-molekul saling bergeser di atas yang lain. Aktivitas otot ditransfer ke
kerangka oleh tendon, dan tegangan yang dikembangkan oleh otot akan digradasi dan
disesuaikan dengan beban.
Neurotransmitter yang keluar dari ujung saraf masuk ke dalam otot dan menjalar ke seluruh
serabut otot, potensial aksi akan menginvasi tubulus T dan melepaskan Ca 2+ dari retikulum
sarkoplasma
ke
dalam
sarkoplasma,
dan
serabut
otot
yang
tereksitasi
akan
berkontraksi.Kontraksi ini akan dipertahankan selama kadar Ca2+ tetap tinggi. Kontraksi otot
dipicu oleh pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma. Ca2+ yang telah keluar menuju
sarkoplasma akhirnya menempel pada troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan
terikatnya aktin ke kepala miosin dengan kuat. Kepala miosin akan tegak setelah penempelan
dengan cara menghidrolisis simpanan energi ATP, melepaskan ADP dan fosfat anorganik (Pi),
sehingga kepala miosin bisa menerima molekul ATP lain. Ikatan pada kepala miosin akan
terlepas dan jika Ca2+ masih ada, siklus akan berlanjut. Jika tidak ada Ca2+, pengikatan kepala
miosin akan diinhibisi. Kontraksi dipertahankan selama kadar Ca2+ masih tinggi.10
Setelah selesai kontraksi, ion kalsium (Ca2+) masuk kembali ke plasma sel, sehingga
ikatan troponin dan ion kalsium lepas. Hal ini juga menyebabkan lepasnya pelekatan aktin
dan miosin, keadaan inilah yang disebut dengan otot relaksasi.11
Kesimpulan
Gangguan yang terjadi pada tangan akibat terjepit pintu yang menyebabkan
kesulitan menggenggam dan menulis dapat diketahui dengan melihat struktur tulang dan otot
dan mekanisme kerja ototnya.
Daftar pustaka
1. Tobing R. Anatomi sistem rangka. 17 Oktober 2011. Diunduh dari :
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/.
12
Maret 2012.
2. Munandar A. Iktisar anatomi alat gerak dan ilmu gerak. Jakarta: EGC, 1991. 96-7
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.
4. Moffat D, Faiz O. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004. 109-11
5. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Tangan, 16 maret 2011.
6. MacIntosh B R, Gardiner P F, McComas A J. Skeletal muscle
7. Cohen D. B, Taylor J. S. Memmlers Structure and Function of the Human Body. Ed
9. China : Wolters Klower Health. 2009. 141-5
8. Junquiera L. C, Carneiro J. HISTOLOGI DASAR . Ed 8. Jakarta ; EGC. 2002. 150-2
9. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi keenam. Jakarta: EGC. 2012.
10. Campbell, Nail A. Biologi. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga, 2004. 255
11. Marks D B, Marks A D, Smith C M. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2001.
79