2016
MANAJEMEN RISIKO
PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK
PRATAMA TANJUNG
Kelompok 5
Ahmad Sigid Febriyanto
4
Arswendy Danardhito
10
Gurasa Omar Shareen Silalahi
14
Mareta Dwi Rahmawati
20
Nala Kurniawan
23
9A ALIH PROGRAM
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA
STAN
PENDAHULUAN
Setiap organisasi dalam mencapai tujuannya, baik itu tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangka panjang, tidak pernah terlepas dari risiko. Risiko yang dihadapi organisasi
cenderung akan merugikan atau menghambat pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi
organisasi dalam pencapaian tugas beragam macamnya, terdapat risiko yang dapat
teridentifikasi dan risiko yang tidak dapat diidentifikasi. Agar risiko tidak menghambat
pencapaian tujuan organisasi, maka diperlukan upaya untuk mengendalikan risiko. Upaya
untuk mengendalikan risiko biasa disebut dengan Manajemen Risiko. Penerapan
manajemen risiko di lingkungan Kementerian Keuangan diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
Departemen Keuangan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Manajemen risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan merupakan salah satu
upaya dalam mengelola risiko-risiko yang dapat mengancam pencapaian tujuan organisasi.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, setiap Unit Eselon I (termasuk
Direktorat Jenderla Pajak/ DJP) diwajibkan menerapkan manajemen risiko, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh setiap Unit Eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko.
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif
terhadap pencapaian tujuan. Sedangkan manajemen risiko adalah pendekatan sistematis
untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian, atau pendekatan
sistematis yang meliputi budaya, proses, dan struktur untuk menentukan tindakan terbaik
terkait risiko. Tujuan utama dari penerapan manajemen risiko dilingkungan Kementerian
Keuangan adalah untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan. Jadi, diharapkan
dengan penerapan manajemen risiko pada setiap Unit Eselon I, yang dilaksanakan oleh
masing-masing pemilik risiko, tujuan organisasi dapat dicapai.
Tujuan penerapan manajemen risiko sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan adalah meningkatkan kemungkinan
pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja; mendorong manajemen yang proaktif;
memberikan
dasar
yang
kuat
dalam
pengambilan
keputusan
dan
perencanaan;
Unit Kerja
Alamat
Cakupan Wilayah
KPP
Pratama
Tanjung
KP2KP Paringin
Kabupaten
Tabalong,
Kabupaten Hulu Sungai
Utara dan Kabupaten
Balangan
Kabupaten Balangan
KP2KP Amuntai
2. Struktur Organisasi
KPP Pratama Tanjung terdiri atas :
a. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal;
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
c. Seksi Pelayanan;
d. Seksi Penagihan;
e. Seksi Pemeriksaan;
f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan;
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I;
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;
j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; dan
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Tanjung:
Tanjung.
Berdasarkan
Pasal
58
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP, KPP Pratama
mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di
bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, KPP Pratama
menyelenggarakan fungsi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal DJP adalah sebagai berikut:
a. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai,
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta
penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis;
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,
serta pengelolaan kinerja organisasi;
c. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, serta
pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;
d. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan;
e. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, penyaluran Surat Perintah
pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor;
Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi
perpajakan,
pendataan
objek
dan
subjek
pajak,
pembentukan
dan
pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan
dan pengawasan Wajib Pajak baru, serta penyuluhan perpajakan;
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan
proses
5
6
7
3a-CP
4a-CP
4b-CP
5a-N
6a-CP
7a-CP
7b-CP
Peningkatan efektivitas
pemeriksaan
7c-CP
8a-CP
8b-N
9
10
Peningkatan efektifitas
penegakan hukum
Organisasi sehat yang
9a-N
10a-N
11
berkinerja tinggi
SDM yang kompetitif
11a-CP
11b-CP
12
Pelaksanaan anggaran
yang optimal
12a-CP
dijalankan
Persentase pengelolaan kinerja pegawai
tepat waktu
Persentase pegawai yang memenuhi
standar jamlat
Persentase penyerapan anggaran dan
pencapaian output belanja
Dalam Kontrak Kinerja Kepala KPP Pratama Tanjung mencakup juga pelaksanaan
manajemen risiko yang terangkum dalam Sasaran Strategis Organisasi sehat yang
berkinerja tinggi. IKU yang terkandung dalam Sasaran Strategis tersebut ialah Persentase
Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan, dengan perhitungan:
Realisasi = Jumlah mitigasi risiko yang selesai dijalankan
Jumlah mitigasi risiko yang direncanakan
x 100%
PEMBAHASAN
Struktur Manajemen Risiko
Sumber: PMK-191/PMK.09/2008
Lebih lanjut, tugas dan tanggung jawab utama Koordinator Manajemen Risiko yang
berada pada pejabat Eselon III dan/atau salah satu pejabat fungsional setingkat yang
ditunjuk Pemilik Risiko adalah:
1. memahami dengan baik hal-hal sebagai beriku:
a. kebijakan, pedoman, dan prosedur penerapan manajemen risiko;
b. proses manajemen risiko;
c. rencana penangan risiko;
d. profil risiko di satuan kerjanya.
2. mengarahkan dan memantau penerapan program manajemen risiko di unitnya
masing-masing;
3. mengkoordinasi proses identifikasi, analisis, evaluasi, mitigasi, dan pelaporan risiko;
dan
4. berkoordinasi dengan Ketua Manajemen Risiko dalam rangka mengelola risiko di
unitnya masing-masing.
7
Penetapan konteks;
Identifikasi risiko;
Analisis risiko;
Evaluasi risiko;
Penanganan risiko;
monitoring dan reviu; dan
komunikasi dan konsultasi.
Sementara itu, elemen-elemen dalam proses manajemen risiko ditetapkan sebagai berikut:
a. Elemen Utama, meliputi:
diterapkan.
Identifikasi resiko adalah proses mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses
terjadinya peristiwa resiko yang dapat menghalangi ,menurunkan, menunda atau
sumber
resiko
dan
tingkat
pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi
dan kemungkinan terjadinya.
A. Penetapan Konteks
Nama Unit Pemilik
Risiko
Nama Pemilik
Risiko
Telepon Risk
Owner (RO)
Nama Unit Kerja
Telepon Unit Kerja
Lokasi
Tujuan
Pelaksanaan
Keluaran (Output)
Ruang Lingkup
Arif Yanuar
0511-3351072
:
:
:
:
:
:
10
keputusan
Mekanisme
komunikasi
Saluran
komunikasi
2.
Rapat
Identifikasi Sasaran
No
Sasaran
Meningkatkan jumlah penyampaian SPT melalui eFiling sesuai dengan program transformasi
kelembagaan
Meningkatkan kepatuhan dalam penyampaian SPT
Tahunan (kepatuhan formal) Wajib Pajak
Peningkatan efektifitas
pengelolaan SPT
Peningkatan ekstensifikasi
perpajakan
Peningkatan Efektivitas
pengawasan
Peningkatan efektivitas
pemeriksaan
10
11
12
3.
Nama
Jabatan
Arif Yanuar
Pemilik Risiko
Bahagia Pinem
Moechammad Hidayat
11
Anggota
Muhammad Abrori
Anggota
Kastumiyati
Mahsan
Bayu Haryadi
Anggota
Asep Sunarya
10
Samsudin
11
Arjun Wahyudi
Pelaksana Seksi
Anggota
4.
Anggota
Anggota
Anggota
Nama/Instansi
Keterangan
Menteri Keuangan
Kementerian/Instansi/Lembaga lainnya
Masyarakat/Wajib Pajak
5.
Nama/Instansi
Keterangan
Kantor Wilayah
KP2KP
Pegawai DJP
B. Identifikasi Risiko
1. Tujuan Proses Identifikasi Risiko
12
Identifikasi risiko adalah proses mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses
terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, menunda tercapainya
sasaran unit pemilik risiko.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
Pemilik risiko pada masing-masing UPR di bawah pengawasan Ketua Manajemen
Risiko (Pejabat Eselon II)
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab, dan proses terjadinya peristiwa risiko yang
dapat menghalangi, menurunkan, menunda tercapainya sasaran unit pemilik risiko.
b. Mengklasifikasikan risiko-risiko yang telah diidentifikasi ke dalam beberapa jenis
risiko, di antaranya:
1) Risiko strategik dan kebijakan: segala risiko yang disebabkan atau timbul karena
perubahan kebijakan lingkungan kerja pengawasan.
2) Risiko finansial: segala risiko yang disebabkan oleh kegagalan pihak ketiga
dalam memenuhi kewajibannya terhadap unit pemilik risiko.
3) Risiko operasional: risiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses,
dan sistem di unit pemilik risiko, faktor eksternal, dan risiko yang ditimbulkan oleh
aspek-aspek legal.
4) Risiko kepatuhan: risiko yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
5) Risiko Fraud:risiko yang disebabkan oleh adanya kecurangan oleh pihak-pihak
tertentu yang dapat merugikan unit pemilik risiko.
c. Mendokumentasikan proses identifikasi risiko dalam sebuah daftar risiko dengan
mencantumkan para pihak yang terlibat dalam proses identifikasi dan pendekatan
yang digunakan serta memperbaharui sesuai dengan perkembangan terakhir.
d. Keluaran (output): daftar risiko.
4. Penerapan Identifikasi Risiko di KPP Pratama Tanjung
Secara umum, tahapan pelaksanaan identifikasi risiko di KPP Pratama Tanjung sudah
sesuai dengan ketentuan/pedoman sebagaimana diatur dalam PMK 191/PMK.09/2008.
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah telah mengidentifikasi risiko-risiko yang
mungkin terjadi pada setiap sasaran UPR yang ditetapkan, mengidentifikasi penyebab
terjadinya, dan kapan terjadinya risiko tersebut. Risiko-risiko tersebut disajikan
berdasarkan kategori risiko: Operasional, Strategis dan Kebijakan, Fraud, Kepatuhan,
dan Finansial. Deskripsi mengenai konsekuensi dari masing-masing risiko juga disajikan
secara terperinci.
Berikut ini disajikan matriks identifikasi dari beberapa risiko di KPP Pratama Tanjung.
13
Tabel 7. Proses Identifikasi Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Identifikasi Risiko
Risiko
No
1
Sasaran
UPR
Kategori
risiko
Penerimaan
pajak
negara yang
optimal
Operasional
Apa yang
mungkin
terjadi
Target
penerimaan
pajak
tercapai
Penyebab terjadinya
1.
2.
3.
Resistensi
WP
untuk
melakukan
pembayaran
dan pelaporan pajak
Banyaknya
pemeriksaan
khusus yang berasal dari
instruksi KPDJP sehingga
menyebabkan
tingginya
saldo
tunggakan
pemeriksaan dan kurang
menghasilkan penerimaan
pajak
temuan-temuan AR kurang
signifikan
akibat
keterbatasan AR dalam
memahami proses bisnis
WP
dan
kewajiban
perpajakannya
kurangnya
kemampuan
negotiation skill dari JSPN
dalam
melaksanakan
kewenangan
yang
dimilikinya
serta
kemampuan bela diri
WP
tidak
mampu
membayar sesuai dengan
potensi temuan AR
4.
5.
6.
7.
Kurangnya
ketersediaan
fisik
data
yang
menyebabkan WP tidak
mengindahkan
hasil
temuan AR atau dijadikan
trigger dalam kegiatan
extra effort
9.
10.
14
Kapan
terjadinya
Jan-Jun
Deskripsi
konsekuensi risiko
Realisasi penerimaan
pajak tidak sesuai
target
Pemenuhan
layanan
publik
Kepatuhan
Wajib Pajak
yang tinggi
Operasional
Operasional
11.
12.
Kurangnya
pemahaman
seluruh pegawai terkait
pola pencapaian sasaran
organisasi
1.
2.
1.
2.
Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan
Operasional
Kualitas
pelayanan
rendah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kurangnya
variasi
pendekatan
ke
masyarakat/WP untuk mau
menyampaikan
SPT
Tahunan
Adanya
ketidakpuasan
Wajib
Pajak
dalam
pelayanan
Banyaknya Wajib Pajak
yang lapor an antara tgl
15-20
Alamat
WP
tidak
ditemukan oleh petugas
POS
Lambatnya petugas Pos
untuk
mengembalikan
NPWP
apabila
tidak
ditemukan alamat WP
Lambat dalam memproses
pelayanan
penerbitan
NPWP dan
banyaknya
permohonan cetak ulang
NPWP/SKT/SPPKP
Kurangnya
monitoring
terhadap
ketersediaan
sarana dan prasarana
Kurang tersedianya sarana
dan prasarana berupa rak,
box dan map arsip
8.
Kurangnya SDM
menata berkas
9.
10.
11.
15
yang
Jan-Jun
Jan-Jun
Jan-Jun
WP
yangmenyampaikan
SPT melalui cara efilling tidak sesuai
target
Tingkat penyampaian
SPT Tahunan Rendah
Tingkat kepuasan
Wajib Pajak rendah
12.
13.
Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan
Operasional
Kegiatan
Penyuluhan
kurang
optimal
14.
15.
Kurangnya
koordinasi
antar pegawai di TPT
16.
1.
2.
Tidak
adanya
(grand
design) pola penyuluhan
yang berorientasi pada
Penerimaan Pajak
Kurang variatifnya model
penyuluhan
sehingga
kurang menarik
Tujuan penyuluhan tidak
berorientasi
pada
pemahaman WP
Pengisian
SPT
tidak
lengkap
dan/atau
unbalance
SPT tidak dapat direkam
pada aplikasi SIDJP
3.
4.
6
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Operasional
Operasional
SPT
Tahunan dan
SPT Masa
tidak direkam
tepat waktu
Pengelolaan
Alket tidak
optimal
1.
2.
3.
Kendala pada
yang tersedia
4.
1.
Kurangnya
perekaman Alket
tenaga
2.
Kendala pada
yang tersedia
aplikasi
3.
4.
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Operasional
Penatausaha
an berkas
Wajib Pajak
dan SPT
tidak optimal
Petugas
lalai
dalam
memperhatikan
batas
waktu penerbitan produk
hukum
Berkas yang diminta tidak
ada/tidak tersedia
1.
2.
3.
4.
Efektifitas penyuluhan
tidak meningkat
Jan-Jun
Jan-Jun
Jan-Jun
aplikasi
Lambatnya
perekaman
LPAD
SPT tidak dapat direkam
karena
NPWP
yang
dilaporkan berstatus NE
(Non Efektif)
Banyaknya SPT Tahunan
yang diterima
Lambatnya
perekaman
LPAD
16
Jan-Jun
Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan
Operasional
Penanganan
WP Baru
Tidak
Optimal
1.
Permintaan
data
hasil
koordinasi
tidak
dapat
dimanfaatkan
Kurangnya kesadaran WP
baru terdaftar terhadap hak
dan
kewajiban
perpajakannya
Kurangnya
koordinasi
antara AR dan petugas
ekstensifikasi
terkait
penggalian potensi WP
Baru
Kemampuan
petugas
Ekstensifikasi
terkait
pemberian konsultasi dan
pengawasan terhadap WP
Baru
Belum adanya peta profil
suatu
wilayah
beserta
jumlah WP secara detail
Kurangnya SDM petugas
Ekstensifikasi
Peralatan pendataan tidak
memadai misalnya mobil
4WD, seragam lapangan
dan lain-lain
WP cenderung menunda
pembayaran
Kurangnya
tenaga
pendataan
yang
disebabkan
kebijakan/regulasi
pendataan
berdasarkan
GPS
Sulitnya memperoleh data
dari pihak eksternal dan
internal
Belum terbentuknya basis
data digital di internal DJP
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
Pajak dari WP Baru
tidak sesuai target
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
PBB Sektor P3 tidak
sesuai target
Jan-Jun
Pihak-pihak terkait
tidak memberikan
data yang diharapkan
Kurangnya kemampuan
AR melakukan analisis
data sehingga
menyebabkan hasil
temuan yang disampaikan
kepada WP tidak akurat
Kurangnya data fisik yang
mendukung temuan AR
Jan-Jun
1.
Kurangnya
kualitas dan
keakuratan
data
perpajakan karena sumber
data fisik tidak ada
Jan-Jun
2.
2.
3.
4.
5.
6.
10
Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan
Operasional
Penanganan
PBB Sektor
P3 tidak
optimal
1.
2.
3.
11
12
Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan
Operasional
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasional
Pengelolaan
data
perpajakan
tidak optimal
1.
WP tidak
melakukan
pembetulan
SPT
1.
2.
2.
13
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasional
Pegawai
tidak optimal
melakukan
pemanfaatan
data dan
pemutakhira
n profil
3.
17
4.
14
15
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasional
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasional
Usulan
Riksus tidak
disetujui oleh
Tim Asistensi
1.
Penatausaha
an
administrasi
pemeriksaan
tidak optimal
1.
2.
2.
3.
16
17
18
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasional
Meningkatka
n efektivitas
pemeriksaa
n
Operasional
Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum
Operasional
Menurunnya motivasi AR
akibat
banyaknya
pekerjaan
yang
harus
dilakukan dan kurangnya
kemampuan manajemen
waktu
Hasil analisa risiko WP
yang Kurang Akurat
Potensi analisa AR tidak
sesuai dengan analisa Tim
Asistensi
Fungsional
Pemeriksa
belum menyerahkan LPP
dan SP2 yang sudah
direkam di SIDJP tetapi
nomornya belum di-input di
ALPP
Pembuatan audit plan dari
supervisor pemeriksa tidak
tepat waktu, SP2 baru
diterbitkan setelah audit
plan disetujui oleh Kepala
KPP
Berkas terselip di meja
sehingga tidak terkirim
atau
tidak
dikirimkan
dengan tepat waktu
Banyaknya
pengaduan
yang masuk pada aplikasi
Lasis Online
Tidak tersedianya software
atau hardware pengganti
Penanganan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
kurang
optimal
1.
Proses
penyelesaian
pemeriksaan
tidak efektif
1
2
Kurangnya
pengawasan
atasan kepada bawahan
Tindakan
penagihan
aktif tidak
maksimal
1.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
6.
Kurang
dilakukannya
pengawasan
terhadap
sarana dan prasarana TIK
Kurangnya
kompetensi
fungsional pemeriksa
Alamat
domisili
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
tidak ditemukan
Keberadaan aset tidak
diketahui
Nomor rekening perbankan
Wajib Pajak/Penanggung
Pajak tidak diketahui
Resistensi dan perlawanan
dari
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
terhadap
proses
18
Jan-Jun
Jan-Jun
Kegiatan pemeriksaan
kurang maksimal
Jan-Jun
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
kegiatan pemeriksaan
tidak sesuai target
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
kegiatan penagihan
tidak sesuai target
Sita/Lelang
7.
8.
9.
19
20
Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Operasional
Operasional
Penatausaha
an piutang
pajak tidak
optimal
Pelaksanaan
manajemen
risiko kurang
optimal
1.
2.
Lambatnya penyelesaian
konfirmasi piutang pajak
3.
Kurangnya
manajemen
pembagian waktu tugastugas seksi penagihan
Kurangnya
pemahaman
pegawai
mengenai
pentingnya
penerapan
manajemen resiko
Kurangnya koordinasi Tim
Manajemen resiko
1.
2.
21
22
23
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Operasional
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Operasional
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Operasional
Kurangnya
kompetensi
Petugas Penagihan Pajak
dalam membedah WP dan
menelusuri Aset WP
Kurangnya
data
pendukung sebagai bahan
pembuatan profil tentang
data diri, kepemilikan aset
dari
Wajib
Pajak
/
Penanggung
Pajak,
khususnya rekening bank,
aset bergerak lainnya, dan
aset tetap.
Lalainya Jurusita dalam
pengawasan piutang pajak
yang telah jatuh tempo
Permohonan
angsuran/penundaan
pembayaran Pajak dari
Wajib pajak / Penanggung
Pajak belum memenuhi
persyaratan formal
Pelaksanaan
tugas
kepatuhan
internal
kurang
optimal
1.
Laporan
tidak
tepat waktu
2.
Penanganan
administrasi
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BP
KP tidak
optimal
1.
kurangnya
koordinasi
dengan pegawai yang
terkait rekomendasi
2.
Penanganan
administrasi
surat masuk
dan surat
keluar tidak
optimal
1.
Auditee
tidak/terlambat
merespon
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP
tidak membuat jawaban
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP
Tidak adanya penanggung
jawab pekerjaan yang jelas
3.
selesai
2.
Kurangnya
pengawasan
atasan kepada bawahan
3.
4.
19
Jan-Jun
Pemindaian berkas
penagihan pajak
sedikit
Jan-Jun
Jan-Jun
Jumlah kegiatan
pemantauan tidak
sesuai rencana
Jan-Jun
Temuan
Itjen/BPK/BPKP tidak
ditindaklanjuti secara
tuntas
Jan-Jun
Pemindaian surat
masuk dan surat
keluar tidak maksimal
5.
24
25
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Operasional
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
Kepatuhan
6.
Dokumentasi
softcopy
belum dilaksanakan secara
tertib
Kurangnya alat pemindai
Pelaksanaan
tugas lainnya
kurang
optimal
1.
2.
Kurangnya
motivasi
pegawai
dalam
melaksanakan tugas
Pegawai
kurang
disiplin
1.
Pegawai
kurang
memahami
peraturan
disiplin
Atasan
kurang
tegas/kurang
mampu
menerapkan
disiplin
terhadap bawahannya
Kurangnya
kesadaran
pegawai dalam mematuhi
peraturan disiplin
tidak adanya media-media
pengingat disiplin PNS
Kurangnya
integritas
pegawai
Kurangnya
pengawasan
atasan
Adanya
kesempatan/ajakan
dari
Wajib
Pajak/rekanan/sesama
pegawai
Penyusunan
rencana
diklat/IHT
kurang
komprehensif
atau IHT
telah dilaksanakan tetapi
materi
kurang
sesuai
dengan
kebutuhan
kompetensi pegawai
Kurangnya
pemahaman
peserta terhadap materi
IHT
Kurangnya
pemahaman
pegawai/Kasubbag Umum
terkait aturan kepegawaian
2.
3.
4.
26
27
Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi
SDM yang
kompetitif
Fraud
Operasional
Kolusi antara
pegawai dan
wajib
pajak/rekana
n/sesama
pegawai
1.
Peningkatan
Kompetensi
Pegawai
kurang
optimal
1.
2.
3.
2.
28
SDM yang
kompetitif
Operasional
Proses
administrasi
kepegawaian
tidak efektif
1.
2.
3.
4.
29
Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal
Operasional
Pelaksanaan
anggaran
yang kurang
optimal
1.
Kurangnya
pengawasan
terhadap
proses
permohonan
pelayanan
kepegawaian
Kurangnya
pemahaman
terhadap
penggunaan
aplikasi Sikka di setiap
permohonan
pelayanan
kepegawaian
Aplikasi
e-performance
untuk penilaian kinerja sulit
diakses melalui internet
Tidak
mempunyai
perencanaan
anggaran
kegiatan
dan
Rincian
anggaran pada akun pada
dokumen POK dan atau
DIPA tidak sesuai dengan
kebutuhan sekarang.
20
Jan-Jun
Jan-Jun
Pegawai yang
melakukan
pelanggaran disiplin
banyak
Jan-Jun
Pegawai yang
melakukan kolusi
dengan wajib
pajak/rekanan/sesama
pegawai banyak
Jan-Jun
Jan-Jun
Proses penyelesaian
administrasi
kepegawaian berjalan
lambat
Jan-Jun
Target penyerapan
anggaran tidak
tercapai
2.
3.
4.
5.
6.
7.
30
Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal
Operasional
Pertanggungj
awaban
anggaran
tidak tepat
waktu
1.
2.
3.
4.
31
Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal
Operasional
Penyediaan
sarana
prasarana
kurang
optimal
1.
2.
3.
4.
32
Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal
Operasional
Pengelolaan
sarana dan
prasarana
kurang
optimal
1.
2.
Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
sarana prasarana kantor
3.
Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
rumah dinas
21
Jan-Jun
Penyampaian laporan
pertanggungjawaban
anggaran terlambat
Jan-Jun
Penyediaan sarana
dan prasarana tidak
sesuai dengan
rencana
Jan-Jun
4.
5.
6.
Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
KDO
BMN yang rusak berat sulit
diindentifikasi kondisi dan
fisik barangnya
BMN hasil inventarisasi
kegiatan
sensus
tidak
dapat ditemukan
5. Daftar Risiko
KPP Pratama Tanjung telah mendokumentasikan proses identifikasi risiko dalam sebuah
daftar risiko. Daftar risiko ini berisi risiko-risiko yang sudah diidentifikasi kemudian dibagi
berdasarkan bidang-bidang yang terdapat di KPP Pratama Tanjung. Daftar risiko juga
memuat pihak mana yang berperan sebagai penanggungjawab atas penanganan risiko
tersebut dan rencana/pendekatan apa yang akan dilakukan untuk menangani risikorisiko yang ada.
Berikut ini disajikan beberapa item yang terdapat di dalam Daftar Risiko KPP Pratama
Tanjung.
Risiko
Target penerimaan
pajak tidak
tercapai
Penanggung Jawab
1.
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
2.
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
3.
4.
Semua
Seksi Pelayanan
5.
6.
7.
8.
9.
22
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
No
Risiko
Tingkat kepatuhan
wajib pajak rendah
Semua
1.
Seksi Pelayanan
2.
3.
3
Penanganan WP Baru
tidak optimal
1
2
Menyelenggarakan Diklat/IHT/Sosialisasi
peraturan perpajakan bagi Seksi
Ekstensifikasidan Penyuluhan
Menambah jumlah pelaksana Seksi
Ektensifikasi
Menyelenggarakan IHT/FGD tent ang
pemeriksaan
Melakukan rapat pembinaan/ adanya time table
Menyelenggarakan IHT/Sosialisasi manajemen
resiko
melakukan rapat koordinasi Tim
Manajemen Resiko
4
4
5
Proses penyelesaian
pemeriksaan
tidak efektif
Pelaksanaan
manajemen risiko
kurang optimal
Pengelolaan data
perpajakan tidak
optimal
Tindakan penagihan
aktif tidak
maksimal
1
2
1
2
1.
2.
1
2
Penatausahaan
berkas Wajib Pajak
dan SPT tidak optimal
Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Penagihan
3
4
5
1
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
1.
2.
4.
Penanganan PBB
Sektor P3 tidak
optimal
Seksi Pelayanan
Seksi Penagihan
3.
11
Seksi Pelayanan
3
10
Penanggung Jawab
1.
2.
23
Seksi Penagihan
Seksi Penagihan
Seksi Penagihan
Seksi Pelayanan
No
Risiko
3.
12
WP tidak melakukan
pembetulan SPT
1.
2.
13
Pegawai Kurang
Disiplin
1.
2.
14
Peningkatan Potensi
pegawai Kurang
optimal
1.
2.
15
16
Penanganan
administrasi surat
masuk dan surat
keluar tidak optimal
1.
3.
4.
2.
3.
17
1.
18
Pengelolaan Alket
tidak optimal
1.
2.
3.
2.
1.
Penanggung Jawab
24
Fungsional Pemeriksa
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
No
19
20
Risiko
Penanganan teknologi
informasi dan
komunikasi kurang
optimal
Proses administrasi
kepegawaian
tidak efektif
Penanggung Jawab
4.
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
1.
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
2.
1.
2.
3.
4.
25
C. Analisis Risiko
Sesuai Pasal 7 PMK 191/PMK.09/2008, Analisis Risiko dilakukan dengan cara
mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan
menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. Beberapa hal penting
terkait analisis risiko:
1. Tujuan
Analisis Risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada dan
akan digunakan dalam proses evaluasi dan starategi penangangan risiko.
2. Penanggung Jawab Pelaksanaan
Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan menjelaskan
bahwa penanggungjawab pelaksanaan terdiri dari dua pihak, yaitu
a. Pemilik risiko, dalam kasus ini, Kepala Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah sebagai pemilik risiko,
b. Koordinator Manajemen Risiko masing-masing UPR dibawah pengawasan
pemilik risiko, dalam kasus ini Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen,
dan Penyidikan ditunjuk sebagai Koordinator Manajemen Risiko Kanwil DJP
Kalselteng dan Kepala KPP ditunjuk sebagai Koordinator Manajemen Risiko di
KPP nya masing-masing.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan analisis manajemen risiko adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan jenis analisis sesuai tujuan, ketersediaan data, dan tingkat kedalaman
1)
2)
3)
b.
c.
1) Tingkat atau level risiko diukur dengan menggunakan dua dimensi, yaitu tingkat
konsekuensi dan kemungkinan terjadinya risiko (yang dinyatakan dalam
frekuensi)
2) Bahasa warna untuk level risiko dirumuskan sebagai berikut:
a) risiko rendah: hijau
b) risiko sedang: kuning
c) risiko tinggi: merah
Tabel 9. Tingkat Risiko
mempengaruhinya.
Melakukan analisis terhadap profil risiko dan pemetaan risiko
1) Analisa terhadap profil risiko dilakukan dengan menjelaskan total eksposur risiko
yang dinyatakan dengan level risiko dan tren-nya.
2) Analisa peta risiko dilakukan dengan menjelaskan gambaran total risiko dan
distribusi posisinya dalam grafik dengan frekuensi pada sumbu x dan
menggunakan
rata-rata
tingkat
konsekuensi
dan
rata-rata
tingkat
28
29
30
31
32
D. Evaluasi Risiko
Evaluasi
risiko
dilakukan
untuk
pengambilan
keputusan
risiko
mana
yang
33
4) Jika dalam satu level risiko dan dalam satu level konsekuensi serta dalam satu
kategori risiko terdiri lebih dari satu buah risiko, maka pengurutan risiko tersebut
dilihat dari tingkat frekuensi dari risiko tersebut, kemudian diurutkan dari risiko
dengan tingkat frekuensi yang tertinggi hingga yang terendah;
5) Jika dalam satu level risiko, dalam satu level konsekuensi dan dalam satu
kategori risiko serta dalam satu level frekuensi terdiri lebih dari satu buah risiko,
maka pertimbangan selanjutnya untuk pengurutan risiko dilakukan sesuai
dengan selera atau pertimbangan subjektif dari UPR.
4. Output Kegiatan
Output kegiatan evaluasi risiko terdiri dari:
a. Formulir 4 PMK 191 tahun 2008 tentang Risk Register C Proses Evaluasi Risiko
yang telah terisi lengkap;
b. Kumpulan risiko, lengkap dengan komponennya dan tingkatan (level) dari masingmasing risiko, yang telah terurutkan berdasarkan prioritasnya dari yang tertinggi
hingga yang terendah, dalam satu UPR;
c. Profil risiko yang ada dalam satu UPR, baik secara komposit atau secara mandiri.
5. Outcome Kegiatan
Outcome kegiatan evaluasi risiko terdiri dari:
a. Adanya informasi mengenai kondisi risiko yang ada dalam satu UPR;
b. Adanya informasi mengenai prioritisasi risiko yang ada dalam satu UPR;
c. Adanya dasar bagi pelaksanaan tahapan proses manjaemen risiko selanjutnya
yaitupenanganan (mitigasi) risiko.
6. Evaluasi Risiko di KPP Pratama Tanjung
34
No.
1.
Sasaran
UPR
Penerimaan
pajak negara
yang optimal
Kategori
Risiko
Operasiona
l
Evaluasi Risiko
Risiko
Apa Yang Mungkin
Terjadi
Target
penerimaan
pajak tidak tercapai
Penyebab Terjadinya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
35
Kapan
Terjadinya
Jan-Jun
Deskripsi
Konsekuensi Risiko
Realisasi penerimaan
pajak tidak sesuai
target
Prioritas Risiko
2.
Pemenuhan
layanan
publik
Operasiona
l
3.
Kepatuhan
Wajib Pajak
yang tinggi
Operasiona
l
Tingkat
kepatuhan
Wajib Pajak rendah
2.
4.
Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan
Operasiona
l
Kualitas
rendah
pelayanan
1.
2.
3.
4.
5.
36
Jan Jun
Jan-Jun
Jan-Jun
WP
yang
menyampaikan SPT
melalui e-filling tidak
sesuai target
Tingkat penyampaian
SPT Tahunan Rendah
20
Tingkat
kepuasan
Wajib Pajak rendah
17
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
5.
Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan
Operasiona
l
Kegiatan Penyuluhan
kurang optimal
1.
2.
ulang NPWP/SKT/SPPKP
Kurangnya monitoring terhadap
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
Kurang tersedianya sarana dan
prasarana berupa rak, box dan
map arsip
Kurangnya SDM yang menata
berkas
Tidak adanya penanggung jawab
dan
kurang
koordinasi
penanganan
SPT dan surat
masuk
Volume pekerjaan yang tinggi
sehingga pendistribusian
surat
masuk dilakukan pada hari hari
berikutnya
Lambat diterimanya permintaan
penerbitan SPMKP
Petugas
lalai
dalam
memperhatikan
batas
waktu
penerbitan produk hukum
Berkas
yang
diminta
tidak
ada/tidak tersedia
Tidak adanya penanggung jawab
pekerjaan yang jelas
Kurangnya
koordinasi
antar
pegawai di TPT
Permohonan NPWP yang diterima
KP2KP lambat disampaikan ke
KPP sehingga
NPWP tidak
diterbitkan sesuai janji pelayanan
Belum adanya peta profil suatu
wilayah beserta jumlah WP secara
detail
sehingga
memudahkan
penyusunan rencana Penyuluhan
Tidak adanya (grand design) pola
penyuluhan yang berorientasi pada
Penerimaan Pajak
37
Jan-Jun
Efektivitas penyuluhan
tidak meningkat
3.
4.
6.
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Operasiona
l
1.
2.
3.
4.
7.
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Operasiona
l
Pengelolaan
tidak optimal
Alket
1.
2.
3.
4.
8.
9.
Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT
Operasiona
l
Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan
Operasiona
l
Penatausahaan
berkas Wajib Pajak
dan SPT tidak optimal
1.
2.
3.
Penanganan WP Baru
Tidak Optimal
4.
1.
2.
3.
4.
Kurang
variatifnya
model
penyuluhan
sehingga
kurang
menarik
Tujuan
penyuluhan
tidak
berorientasi pada pemahaman WP
Pengisian SPT tidak lengkap
dan/atau unbalance
SPT tidak dapat direkam pada
aplikasi SIDJP
Kendala pada aplikasi yang
tersedia
Kurangnya SDM sebagai Petugas
Data Entry
Kurangnya tenaga perekaman
Alket
Kendala pada aplikasi yang
tersedia
Tidak adanya monitoring terhadap
permintaan data
Keterbatasan kewenangan pada
OC dalam mengakses data
Lambatnya perekaman LPAD
SPT tidak dapat direkam karena
NPWP yang dilaporkan berstatus
NE (Non Efektif)
Banyaknya SPT Tahunan yang
diterima
Lambatnya perekaman LPAD
Permintaan data hasil koordinasi
tidak dapat dimanfaatkan
Kurangnya kesadaran WP baru
terdaftar
terhadap
hak
dan
kewajiban perpajakannya
Kurangnya koordinasi antara AR
dan petugas ekstensifikasi terkait
penggalian potensi WP Baru
Kemampuan
petugas
Ekstensifikasi terkait pemberian
konsultasi
dan
pengawasan
terhadap WP Baru
38
Jan-Jun
Jan-Jun
18
Jan-Jun
10
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
Pajak dari WP Baru
tidak sesuai target
5.
6.
10.
Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan
Operasiona
l
Penanganan
Sektor
P3
optimal
PBB
tidak
1.
2.
3.
11.
12.
Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasiona
l
Operasiona
l
Pengelolaan
perpajakan
optimal
data
tidak
WP tidak melakukan
pembetulan SPT
1.
2.
1.
2.
13.
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasiona
l
1.
2.
3.
4.
39
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
PBB Sektor P3 tidak
sesuai target
11
Jan-Jun
Pihak-pihak
terkait
tidak
memberikan
data yang diharapkan
Jan-Jun
Wajib Pajak
menyampaikan
secara benar
tidak
SPT
12
Jan-Jun
Data
tidak
dapat
dimanfaatkan
untuk
menggali
potensi
perpajakan
19
14.
15.
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasiona
l
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasiona
l
1.
Penatausahaan
administrasi
pemeriksaan
tidak
optimal
1.
2.
2.
3.
16.
17.
18.
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan
Operasiona
l
Meningkatka
n efektivitas
pemeriksaan
Operasiona
l
Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum
Operasiona
l
Penanganan teknologi
informasi
dan
komunikasi
kurang
optimal
1.
Proses penyelesaian
pemeriksaan
tidak
efektif
1.
Tindakan penagihan
aktif tidak maksimal
1.
2.
3.
2.
dilakukan
dan
kurangnya
kemampuan manajemen waktu
Hasil analisis risiko WP yang
kurang akurat
Potensi analisis AR tidak sesuai
dengan analisis Tim Asistensi
Fungsional
Pemeriksa
belum
menyerahkan LPP dan SP2 yang
sudah direkam di SIDJP tetapi
nomornya belum di-input di ALPP
Pembuatan
audit
plan
dari
supervisor pemeriksa tidak tepat
waktu, SP2 baru diterbitkan
setelah audit plan disetujui oleh
Kepala KPP
Berkas terselip di meja sehingga
tidak terkirim atau tidak dikirimkan
dengan tepat waktu
Banyaknya
pengaduan
yang
masuk pada aplikasi Lasis Online
Tidak tersedianya software atau
hardware pengganti
Kurang dilakukannya pengawasan
terhadap sarana dan prasarana
TIK
Kurangnya kompetensi fungsional
pemeriksa
Kurangnya pengawasan atasan
kepada bawahan
Tidak diperolehnya data pribadi
(KTP/Paspor) dan foto terkini dari
WP/Penanggung Pajak sehingga
tidak dilaksanakannya usulan
pencegahan terhadap Wajib Pajak
/ Penanggung Pajak yang memiliki
itikat tidak melunasi piutang pajak
dan hendak bepergian ke luar
negeri
40
Jan-Jun
Usulan riksus
optimal
tidak
21
Jan-Jun
Kegiatan pemeriksaan
kurang maksimal
22
Jan-Jun
24
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
kegiatan pemeriksaan
tidak sesuai target
Jan-Jun
Realisasi penerimaan
kegiatan
penagihan
tidak sesuai target
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
19.
Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum
Operasiona
l
Penatausahaan
piutang pajak tidak
optimal
1.
2.
3.
41
Jan-Jun
Pemindaian
penagihan
sedikit
berkas
pajak
25
20.
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Operasiona
l
21.
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Operasiona
l
Pelaksanaan
tugas
kepatuhan
internal
kurang optimal
1.
2.
22.
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Operasiona
l
Penanganan
administrasi
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP tidak
optimal
1.
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Operasiona
l
Penanganan
administrasi
surat
masuk
dan
surat
keluar tidak optimal
1.
23.
Pelaksanaan
manajemen
kurang optimal
1.
risiko
2.
2.
3.
2.
3.
4.
24.
25.
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Operasiona
l
Pelaksanaan
tugas
lainnya kurang optimal
Kepatuhan
Pegawai
disiplin
kurang
5.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
26.
Organisasi
Fraud
1.
Jan-Jun
Banyaknya pegawai
yang tidak memahami
manajemen risiko
Jan-Jun
Jumlah
kegiatan
pemantauan
tidak
sesuai rencana
23
Jan-Jun
Temuan
Itjen/BPK/BPKP tidak
ditindaklanjuti secara
tuntas
27
Jan-Jun
Pemindaian
surat
masuk
dan
surat
keluar tidak maksimal
15
Jan-Jun
28
Pegawai
kurang
memahami
peraturan disiplin
Atasan
kurang
tegas/kurang
mampu
menerapkan
disiplin
terhadap bawahannya
Kurangnya kesadaran pegawai
dalam mematuhi peraturan disiplin
Minimnya keberadaan mediamedia pengingat disiplin PNS
Kurangnya integritas pegawai
Jan-Jun
Banyaknya
pelanggaran
oleh pegawai
13
42
Jan-Jun
Pegawai
disiplin
yang
16
sehat
yang
berkinerja
tinggi
27.
SDM
yang
kompetitif
Operasiona
l
dan
wajib
pajak/rekanan/sesam
a pegawai
2.
3.
Peningkatan
Kompetensi Pegawai
kurang optimal
1.
2.
28.
SDM
yang
kompetitif
Operasiona
l
Proses
administrasi
kepegawaian
tidak
efektif
1.
2.
3.
4.
29.
Pelaksanaan
anggaran
yang optimal
Operasiona
l
Pelaksanaan
anggaran yang kurang
optimal
1.
2.
3.
4.
5.
43
Jan-Jun
melakukan
kolusi
dengan
wajib
pajak/rekanan/sesam
a pegawai banyak
Target Jamlat setiap
pegawai tidak tercapai
14
Jan-Jun
Proses penyelesaian
administrasi
kepegawaian berjalan
lambat
29
Jan-Jun
Target
penyerapan
anggaran
tidak
tercapai
26
6.
7.
30.
Pelaksanaan
anggaran
yang optimal
Operasiona
l
Pertanggungjawaban
anggaran tidak tepat
waktu
1.
2.
3.
4.
31.
Pelaksanaan
anggaran
yang optimal
Operasiona
l
Penyediaan
prasarana
optimal
sarana
kurang
1.
2.
3.
4.
32.
Pelaksanaan
anggaran
yang optimal
Operasiona
l
Pengelolaan sarana
dan prasarana kurang
optimal
1.
2.
44
Jan-Jun
Penyampaian laporan
pertanggungjawaban
anggaran terlambat
30
Jan-Jun
Penyediaan
sarana
dan prasarana tidak
sesuai
dengan
rencana
32
31
3.
4.
5.
6.
prasarana kantor
Kurangnya koordinasi dengan
bidang/bagian
lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
rumah
dinas
Kurangnya koordinasi dengan
bidang/bagian
lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan KDO
BMN yang rusak berat sulit
diindentifikasi kondisi dan fisik
barangnya
BMN hasil inventarisasi kegiatan
sensus tidak dapat ditemukan
45
E. Penanganan/Mitigasi Risiko
Berdasarkan Pasal 7 ayat 5 PMK 191/PMK.09/2008, penanganan risiko dilakukan
dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan
opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana
mitigasi risiko.
1. Tujuan
Menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
Pelaksana penanganan risiko pada masing-masing level risiko berikut ini
adalah:
a. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Ketua Manajemen Risiko dan Pemilik
Risiko
b. Risiko dengan level risiko sedang : Pemilik Risiko
c. Risiko dengan potensi level "risiko rendah" Koordinator Manajemen pada
masing-masing Unit Pemilik Risiko dibawah pemantauan Pemilik Risiko.
3. Tahap-tahap Pelaksanaan:
a. Menentukan jenis pilihan penanganan risiko berdasarkan pada pedoman
atau prosedur yang berlaku dengan mengkaji terlebih dulu kelengkapan
dan kesesuaian penerapannya.
b. Jika tidak tersedia pedoman penanganan risiko, maka urutan pilihan
penanganan risiko yang harus diambil adalah:
1) menghindari risiko yang ada secara sepenuhnya: menghindari atau
menghilangkan ancaman sepenuhnya memiliki konsekuensi hila ngnya
peluang yang ada.
2) menurunkan frekuensi terjadinya risiko (langkah-langkah preventif)
3) menurunkan tingkat konsekuensi risiko yang terjadi (langkah-langkah
reduksi).
c. Penanganan risiko diarahkan pada penanganan akar permasalahan (root cause)
dan bukan hanya gejala permasalahan
d. Unit Pemilik Risiko perlu mengembangkan rencana kontingensi bila risiko yang
telah dianalisis bersama Ketua Manajemen Risiko adalah risiko level tinggi yang
melampaui kemampuan unit eselon 1 menyerap konsekuensinya
f.
4. Keluaran ( Output )
La poran Penanganan Risiko yang mencakup:
g. Hasil identifikasi berbagai opsi penanganan risiko;
h. Penilaian atas opsi-opsi tersebut; dan
i. Rencana penanganan, persiapan serta implementasinya.
5. Penerapan di KPP Pratama Tanjung
Adapun penerapan penanganan/mitigasi risiko yang dilakukan oleh KPP Pratama
47
Risiko
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko
10
Menurunkan
Konsekuensi risiko
11
Menurunkan
48
Rincian rencana
penanganan
risiko
N
o
Risiko
tidak optimal
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
Konsekuensi risiko
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
12
WP tidak melakukan
pembetulan SPT
13
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
14
Menurunkan
Konsekuensi risiko
15
Penatausahaan administrasi
pemeriksaan tidak optimal
Menurunkan
Konsekuensi risiko
16
Penanganan teknologi
informasi dan komunikasi
kurang optimal
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
17
Proses penyelesaian
pemeriksaan tidak efektif
Menurunkan
Konsekuensi risiko
18
Menurunkan
Konsekuensi risiko
19
Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
20
Menurunkan
Konsekuensi risiko
21
Menurunkan
Konsekuensi risiko
22
Menurunkan
49
Rincian rencana
penanganan
risiko
N
o
Risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
Konsekuensi risiko
23
rekomendasi Itjen/BPK/BPKP
tidak optimal
Penanganan administrasi surat
masuk dan surat keluar tidak
optimal
Menurunkan
Konsekuensi risiko
24
Menurunkan
Konsekuensi risiko
25
Menurunkan
Konsekuensi risiko
26
Menurunkan
Konsekuensi risiko
27
Peningkatan Kompetensi
Pegawai kurang optimal
Menurunkan
Konsekuensi risiko
28
Proses administrasi
kepegawaian tidak efektif
Menurunkan
Konsekuensi risiko
29
Menurunkan
Konsekuensi risiko
30
Pertanggungjawaban anggaran
tidak tepat waktu
Menurunkan
Konsekuensi risiko
31
Menurunkan
Konsekuensi risiko
32
Menurunkan
Konsekuensi risiko
50
Rincian rencana
penanganan
risiko
Internal (UKI) memiliki tugas yang berkaitan dengan monitoring Manajemen Risiko.
Tugas UKI yaitu memastikan apakah manajemen telah menjalankan Mitigasi Risiko
sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaannya dilakukan secara
berkala yaitu tiga bulan sekali. Atas pemantauan tersebut UKI membuat suatu laporan
yang dikirimkan kepada UKI tingkat Kantor Wilayah yang akan meneruskannya kepada
Pemilik Risiko apakah mitigasi telah dilakukan atau tidak.
Dalam makalah ini, KPP Pratama Tanjung masih menggunakan aturan yang
lama yaitu PMK 191/ tahun 2008. Ketika aturan tersebut dibuat, UKI belum dibentuk di
Kementerian Keuangan sehingga tugas UKI belum tersurat dalam PMK tersebut.
4. Output (Keluaran)
Laporan hasil monitoring risiko
Adapun Laporan hasil monitoring risiko yang dilakukan oleh KPP Pratama
Tanjung untuk Semester I 2016 adalah sebagai berikut :
52
Unit Organisasi
Prioritas
No.
Risiko
Risiko
Tren
Risi
ko
Level
Level
Level
Level
Level
Level
Level
Level
Level
Kemungk
Dampak
Risiko
Kemungkinan
Dampak
Risiko
Kemungki
Dampak
Risiko
inan
nan
53
Deviasi
Rekomendasi
54
Pelaporan Risiko
Berdasarkan PMK-191/PMK.09/2008, elemen dalam manajemen risiko terdiri dari
elemen utama dan elemen pendukung yang merupakan proses manajemen risiko. Elemen
utama meliputi Penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
penanganan risiko serta monitoring dan reviu. Sementara itu, elemen pendukung yaitu
komunikasi dan konsultasi (Pelaporan Manajemen Risiko).
1. Jenis Laporan
a. Laporan Profil dan Peta Risiko
b. Laporan Rencana Penanganan Risiko
c. Laporan Monitoring Risiko
2. Penanggung Jawab Pelaporan
a. Laporan profil dan peta risiko disampaikan oleh seluruh pemilik risiko yaitu masingmasing Pejabat Eselon II kepada Manajemen Risiko untuk dikompilasi dan
disampaikan kepada Ketua Komite Manajemen Risiko;
b. Laporan Rencana Penanganan Risiko disampaikan oleh seluruh Pemilik Risiko yaitu
masing-masing Pejabat Eselon II kepada ketua Manajemen Risiko untuk dikompilasi
dan disampaikan kepada Ketua Komite Manajemen Risiko.
c. Laporan Monitoring Risiko disampaikan oleh Ketua Manajemen Risiko kepada Ketua
Komite Risiko.
3. Waktu Pelaporan
Masing-masing jenis laporan di atas disampaikan per semester atau tiap 6 (enam) bulan
sekali.
4. Pelaporan kepada para Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Ketua Komite Manajemen Risiko menyampaikan Paparan (exposure) Risiko unit Eselon
I kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), khususnya kepada Manajer
Keuangan pada setiap semester yaitu pada posisi per bulan Juni dan Desember.
55
PENTUTUP
Secara keseluruhan, pelaksanaan manajemen risiko di KPP Pratama Tanjung, yang
merupakan unit vertikal dari Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah sebagai pemilik
risiko, telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008, baik dari
segi prosedur maupun pelaporan. KPP Pratama Tanjung telah melakukan identifikasi,
evaluasi, dan analisis risiko, termasuk melakukan urutan prioritas risiko yang ada di unit
kerjanya.
juga
telah
melakukan
penangan/mitigasi
risiko.
terhadap pelaksanaan
manajemen risiko
secara berkala
dan
56
DAFTAR PUSTAKA
Formulir Piagam Manajemen Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Formulir Proses Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I
Tahun 2016
Formulir Penanganan Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Laporan Pemantauan Pelaksanaan Penanganan / Mitigasi Risiko KPP Pratama Tanjung
Semester I Tahun 2016
Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/ 2008 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur nomor S214/PJ.11/2015 tentang Optimalisasi Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur nomor S287/PJ.11/2015 tentang Penegasan terkait Penerapan Manajemen Risiko di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
57