Anda di halaman 1dari 58

AUDIT INTERNAL

2016

MANAJEMEN RISIKO
PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK
PRATAMA TANJUNG

Kelompok 5
Ahmad Sigid Febriyanto
4
Arswendy Danardhito
10
Gurasa Omar Shareen Silalahi
14
Mareta Dwi Rahmawati
20
Nala Kurniawan
23

9A ALIH PROGRAM
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA
STAN

PENDAHULUAN
Setiap organisasi dalam mencapai tujuannya, baik itu tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangka panjang, tidak pernah terlepas dari risiko. Risiko yang dihadapi organisasi
cenderung akan merugikan atau menghambat pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi
organisasi dalam pencapaian tugas beragam macamnya, terdapat risiko yang dapat
teridentifikasi dan risiko yang tidak dapat diidentifikasi. Agar risiko tidak menghambat
pencapaian tujuan organisasi, maka diperlukan upaya untuk mengendalikan risiko. Upaya
untuk mengendalikan risiko biasa disebut dengan Manajemen Risiko. Penerapan
manajemen risiko di lingkungan Kementerian Keuangan diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
Departemen Keuangan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Manajemen risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan merupakan salah satu
upaya dalam mengelola risiko-risiko yang dapat mengancam pencapaian tujuan organisasi.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, setiap Unit Eselon I (termasuk
Direktorat Jenderla Pajak/ DJP) diwajibkan menerapkan manajemen risiko, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh setiap Unit Eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko.
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif
terhadap pencapaian tujuan. Sedangkan manajemen risiko adalah pendekatan sistematis
untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian, atau pendekatan
sistematis yang meliputi budaya, proses, dan struktur untuk menentukan tindakan terbaik
terkait risiko. Tujuan utama dari penerapan manajemen risiko dilingkungan Kementerian
Keuangan adalah untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan. Jadi, diharapkan
dengan penerapan manajemen risiko pada setiap Unit Eselon I, yang dilaksanakan oleh
masing-masing pemilik risiko, tujuan organisasi dapat dicapai.
Tujuan penerapan manajemen risiko sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan adalah meningkatkan kemungkinan
pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja; mendorong manajemen yang proaktif;
memberikan

dasar

yang

kuat

dalam

pengambilan

keputusan

dan

perencanaan;

meningkatkan efektivitas alokasi dan efisiensi penggunaan sumber daya organisasi;


meningkatkan kepatuhan kepada ketentuan; meningkatkan kepercayaan para pemangku
kepentingan; dan meningkatkan ketahanan organisasi. Sedangkan manfaat yang diperoleh
dari penerapan manajemen risiko tercantum dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian

Keuangan, yaitu berkurangnya kejutan (surprises); eksploitasi peluang; meningkatnya


perencanaan, kinerja, dan efektivitas organisasi; meningkatnya hubungan dengan
pemangku kepentingan; meningkatnya mutu informasi untuk pengambilan keputusan;
meningkatnya reputasi; perlindungan bagi pemimpin; dan meningkatnya akuntabilitas dan
governance organisasi.
Dalam makalah ini, penulis akan mengambil contoh pelaksanaan manajemen risiko
yang dilakukan oleh DJP, khusunya pada tingkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Tanjung. KPP Pratama Tanjung sebagaimana seperti KPP Pratama lainnya, merupakan
pelaksana teknis di Direktorat Jenderal Pajak memiliki potensi risiko yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuannya. Oleh karena itu, diperlukan langkah
penerapan manajemen risiko yang efektif dan efisien agar KPP Pratama Tanjung dapat
mencapai tujuannya, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan DJP.

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA TANJUNG


1. Profil
KPP Pratama Tanjung merupakan unit vertikal di Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah. KPP Pratama Tanjung berdiri sejak tahun 2008 ketika bergulirnya reformasi
birokrasi dan modernisasi Direktorat Jenderal Pajak. Berdirinya KPP Pratama Tanjung
merupakan hasil dari pemecahan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Banjarbaru.
Terdapat tiga wilayah kerja KPP Pratama Tanjung yaitu Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Balangan dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sebelum berdiri, pada Kabupaten Tabalong
telah berdiri KPP Pajak Bumi Bangunan serta Kantor Pemeriksaan Pajak yang akhirnya
dilebur menjadi satu menjadi KPP Pratama. Berada di wilayah yang memiliki potensi usaha
di bidang pertambangan, sebagian besar penerimaan KPP Pratama Tanjung ditopang oleh
Wajib Pajak yang bergerak di sektor pertambangan.
No

Unit Kerja

Alamat

Cakupan Wilayah

KPP
Pratama
Tanjung

KP2KP Paringin

Kabupaten
Tabalong,
Kabupaten Hulu Sungai
Utara dan Kabupaten
Balangan
Kabupaten Balangan

KP2KP Amuntai

Komp. Ruko Suwadarma Lestari, Jl.


Mabuun Raya Terminal Tanjung,
Mabuun, Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan
Jl. Jenderal Ahmad Yani RT 1 RW 1
Keluarahan Batu Piring kecamatan
Paringin
Selatan
Kabupaten
Balangan, Kalimantan Selatan
Jalan Norman Umar No. 42, Amuntai,
Hulu Sungai Utara, Kalimantan
Selatan

Kabupaten Hulu Sungai


Utara

2. Struktur Organisasi
KPP Pratama Tanjung terdiri atas :
a. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal;
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
c. Seksi Pelayanan;
d. Seksi Penagihan;
e. Seksi Pemeriksaan;
f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan;
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I;
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;
j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; dan
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Tanjung:

3. Tugas Pokok dan Fungsi


KPP Pratama sebagai unit vertikal di Direktorat Jenderal Pajak merupakan
pelaksana teknis sebagai ujung tombak penerimaan pajak di Indoensia, termasuk juga KPP
Pratama

Tanjung.

Berdasarkan

Pasal

58

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP, KPP Pratama
mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di
bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, KPP Pratama
menyelenggarakan fungsi:

a.

pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,


penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian

b.
c.

objek Pajak Bumi dan Bangunan;


penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;


penyuluhan perpajakan;
pelayanan perpajakan;
pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;
pelaksanaan ekstensifikasi;
penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
pelaksanaan pemeriksaan pajak;
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
pelaksanaan konsultasi perpajakan;
pembetulan ketetapan pajak;
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan; dan

n.

pelaksanaan administrasi kantor.


Sedangkan tugas setiap seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal DJP adalah sebagai berikut:
a. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, dan pengelolaan kinerja pegawai,
pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta
penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis;
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG,
serta pengelolaan kinerja organisasi;
c. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, serta
pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;
d. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan;
e. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, penyaluran Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak, dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, serta


f.

pelaksanaan pemeriksaan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk kepala kantor;
Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi

perpajakan,

pendataan

objek

dan

subjek

pajak,

pembentukan

dan

pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, bimbingan
dan pengawasan Wajib Pajak baru, serta penyuluhan perpajakan;
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I mempunyai tugas melakukan

proses

penyelesaian permohonan Wajib Pajak, usulan pembetulan ketetapan pajak,


bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, serta usulan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan;
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, penyusunan profil Wajib
Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka
melakukan intensifikasi dan himbauan kepada Wajib Pajak.
4. Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU)
Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tingkat Eselon III, Kepala
KPP Pratama Tanjung adalah sebagai berikut:
Sasaran Strategis (SS)
1
2
3
4

5
6
7

Penerimaan pajak negara


yang optimal
Pemenuhan layanan
publik
Kepatuhan wajib pajak
yang tinggi
Peningkatan efektivitas
pelayanan, dan
penyuluhan
Peningkatan efektifitas
pengelolaan SPT
Peningkatan
ekstensifikasi perpajakan
Peningkatan efektifitas
pengawasan

Indikator Kinerja Utama (IKU)


1a-CP
1b-CP
2a-CP

Persentase realisasi penerimaan pajak


Persentase realisasi penerimaan extra effort
Persentase realisasi e-Filing

3a-CP

Persentase tingkat kepatuhan formal wajib


pajak
Persentase tindak lanjut pengaduan
pelayanan perpajakan
Persentase realisasi kegiatan penyuluhan
Persentase penyelesaian perekaman SPT
Tahunan tepat waktu
Persentase jumlah WP baru hasil
ekstensifikasi yang melakukan pembayaran
Persentase himbauan SPT Tahunan yang
selesai ditindaklanjuti
Persentase himbauan SPT Masa yang
selesai ditindaklanjuti
Persentase penyelesaian verifikasi
Persentase realisasi penyelesaian
pemeriksaan
Persentase pemeriksaan selesai tepat
waktu
Persentase penagihan aktif dengan
pencegahan
Persentase mitigasi risiko yang selesai

4a-CP
4b-CP
5a-N
6a-CP
7a-CP
7b-CP

Peningkatan efektivitas
pemeriksaan

7c-CP
8a-CP
8b-N

9
10

Peningkatan efektifitas
penegakan hukum
Organisasi sehat yang

9a-N
10a-N

11

berkinerja tinggi
SDM yang kompetitif

11a-CP
11b-CP

12

Pelaksanaan anggaran
yang optimal

12a-CP

dijalankan
Persentase pengelolaan kinerja pegawai
tepat waktu
Persentase pegawai yang memenuhi
standar jamlat
Persentase penyerapan anggaran dan
pencapaian output belanja

Dalam Kontrak Kinerja Kepala KPP Pratama Tanjung mencakup juga pelaksanaan
manajemen risiko yang terangkum dalam Sasaran Strategis Organisasi sehat yang
berkinerja tinggi. IKU yang terkandung dalam Sasaran Strategis tersebut ialah Persentase
Mitigasi Risiko yang Selesai Dijalankan, dengan perhitungan:
Realisasi = Jumlah mitigasi risiko yang selesai dijalankan
Jumlah mitigasi risiko yang direncanakan

x 100%

Untuk Semester I Tahun 2016, KPP Pratama Tanjung merencanakan 67 mitigasi


risiko dan jumlah mitigasi risiko yang selesai dijalankan adalah sebanyak 48, sehingga
persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan sebesar 72%. Meskipun masih terdapat
rencana mitigasi risiko yang belum dilaksanakan, tetapi secara umum pelaksanaaan
penanganan risiko KPP Pratama Tanjung telah berjalan dengan baik. Terkait dengan
pelaksanaan manajemen risiko di KPP Pratama Tanjung, pihak-pihak yang terkait langsung
meliputi:
a. Kepala Kantor Wilayah DJP Kalimantan Selatan dan Tengah sebagai Pemilik Risiko
b. Kepala KPP Pratama Tanjung sebagai Koordinator Manajemen Risiko
c. Kepala Seksi Pemeriksaan sebagai Administrator Manajamen Risiko

PEMBAHASAN
Struktur Manajemen Risiko

Sumber: PMK-191/PMK.09/2008

Lebih lanjut, tugas dan tanggung jawab utama Koordinator Manajemen Risiko yang
berada pada pejabat Eselon III dan/atau salah satu pejabat fungsional setingkat yang
ditunjuk Pemilik Risiko adalah:
1. memahami dengan baik hal-hal sebagai beriku:
a. kebijakan, pedoman, dan prosedur penerapan manajemen risiko;
b. proses manajemen risiko;
c. rencana penangan risiko;
d. profil risiko di satuan kerjanya.
2. mengarahkan dan memantau penerapan program manajemen risiko di unitnya
masing-masing;
3. mengkoordinasi proses identifikasi, analisis, evaluasi, mitigasi, dan pelaporan risiko;
dan
4. berkoordinasi dengan Ketua Manajemen Risiko dalam rangka mengelola risiko di
unitnya masing-masing.
7

Strategi Penerapan Manajemen Risiko


Berdasarkan karakteristik tugas pokok masing-masing unit Eselon I beserta risiko yang
dihadapi, standard tingkat kematangan manajemen risiko, dan analisa lingkungan strategis
sebgaimana yang terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.09/2008
tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan, maka strategi
penerapan manajemen risiko unit Eselon I difokuskan pada 6 (enam) hal berikut:
1. Identifikasi dan mitigasi risiko
a. Proses manajemen risiko Eselon I memberikan perhatian utama pada upaya
mengindentifikasi dan mengendalikan risiko-risiko yang membawa konsekuensi
negatif terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran-sasaran yang
ditetapkan.
b. Adanya kepastian bahwa seluruh risiko telah teridentifikasi dan terdapat program
pengendalian (mitigasi) yang terencana dan terukur untuk menjaga agar risiko
tersebut berada pada tingkat yang sesuai dengan toleransi risiko yang telah
ditetapkan.
2. Penyiapan Kompetensi Instansi
Unit Eselon I harus membangun kompetensinya dalam manajemen risiko pada tiga
elemen berikut:
a. Para pengambil keputusan;
b. Infrastruktur;
c. Sistemdan proses.
3. Pengintegrasian proses manajernen risiko ke dalarn proses kerja
Proses rnanajemen risiko harus diintegrasikan ke dalarn proses kerja dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari operasional dan proses pengambilan keputusan.
4. Membangun budaya sadar risiko yang kuat untuk mengeksploitasi efektivitas
pelaksanaan tugas pokok.
5. Strategi jangka panjang manajemen risiko unit Eselon I difokuskan pada:
a. Upaya untuk membangun kesiapan internal unit Eselon I dalam mengantisipasi dan
mengatasi risiko-risiko yang dihadapi
b. Serta rnernbangun suatu budaya yang peka dan tanggap terhadap ketidakpastian
dan perubahan serta berbagai risiko yang menyertainya.
Berbagai pengambilan keputusan, prosedur operasi, program kerja, dan sikap dalam
bekerja dipahami dan diukur dalam perspektif manajernen risiko.
6. Secara terus menerus rneningkatkan tingkat kematangan manajemen risiko unit Eselon
I ke level yang lebih baik

Proses Manajemen Risiko


Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor 11/PMK.0/2008 tentang Penerapan
Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan, proses manajemen risiko terdiri
dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penetapan konteks;
Identifikasi risiko;
Analisis risiko;
Evaluasi risiko;
Penanganan risiko;
monitoring dan reviu; dan
komunikasi dan konsultasi.

Sementara itu, elemen-elemen dalam proses manajemen risiko ditetapkan sebagai berikut:
a. Elemen Utama, meliputi:

PenetapanKonteks, identifikasi risiko, analisis risiko,

evaluasi risiko, penanganan risiko, serta monitoring dan reviu.


b. Elemen pendukung, yaitu komunikasi dan konsultasi (Pelaporan)
Keterkaitan antar elemen-elemen tersebut di atas ditampilkan pada gambar di bawah ini:

Penetapan Konteks diperlukan untuk menjabarkan latar belakang, ruang lingkup,


tujuan, dan kondisi lingkungan pengendalian dimana manajemen risiko akan

diterapkan.
Identifikasi resiko adalah proses mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses
terjadinya peristiwa resiko yang dapat menghalangi ,menurunkan, menunda atau

meningkatkan tercapainya sasaran unit eselon I.


Analisis resiko dilakukan dengan mencermati

sumber

resiko

dan

tingkat

pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi
dan kemungkinan terjadinya.

Evaluasi risiko dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya

dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.


Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan
risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang

dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko.


Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektifitas rencana
penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko. Monitoring risiko
bertujuan untuk mengantisipasi adanya perubahan, baik pada tingkat maupun tren

risiko yang berdampak pada profil risiko unit eselon I.


Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi
kepada stakeholder internal maupun eksternal.

A. Penetapan Konteks
Nama Unit Pemilik
Risiko
Nama Pemilik
Risiko
Telepon Risk
Owner (RO)
Nama Unit Kerja
Telepon Unit Kerja
Lokasi
Tujuan
Pelaksanaan
Keluaran (Output)
Ruang Lingkup

Kantor Wilayah DJP Kalimantan Selatan dan Tengah

Arif Yanuar

0511-3351072

:
:
:
:

KPP Pratama Tanjung


0526-2021250
Jalan Lambung Mangkurat No. 21 Banjarmasin 70000
Penilaian Risiko Ke-10

:
:

Profil Risiko KPP Pratama Tanjung


1. Penerimaan pajak negara yang optimal
2. Pemenuhan layanan publik
3. Kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi
4. Peningkatan efektivitas pelayanan dan penyuluhan
5. Peningkatan efektifitas pengelolaan SPT
6. Peningkatan ekstensifikasi perpajakan
7. Peningkatan efektivitas pengawasan
8. Peningkatan efektivitas pemeriksaan
9. Peningkatan efektifitas penegakan hukum
10. Organisasi sehat yang berkinerja tinggi
11. SDM yang kompetitif
12. Pelaksanaan anggaran yang optimal

Horison waktu (time


horizon)
Jadwal
pelaksanaan
Proses
pengambilan

Semester I Tahun 2016

Janurai s.d Juni 2016

Focus Group Discussion

10

keputusan
Mekanisme
komunikasi
Saluran
komunikasi
2.

Rapat

Memo, Laporan Hasil Rapat, Nota Dinas, Email

Identifikasi Sasaran
No

Sasaran

Uraian Singkat Sasaran

Penerimaan pajak negara yang


optimal

Optimalisasi penerimaan pajak sesuai target dalam


APBN dan atau APBN-P.

Pemenuhan layanan publik

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak


yang tinggi

Meningkatkan jumlah penyampaian SPT melalui eFiling sesuai dengan program transformasi
kelembagaan
Meningkatkan kepatuhan dalam penyampaian SPT
Tahunan (kepatuhan formal) Wajib Pajak

Peningkatan efektivitas pelayanan


dan penyuluhan

Peningkatan efektifitas
pengelolaan SPT

Peningkatan ekstensifikasi
perpajakan

Peningkatan Efektivitas
pengawasan

Meningkatkan efektivitas kegiatan ektensifikasi


dengan menambah jumlah Wajib Pajak terdaftar,
jumlah penerimaan dan kepatuhan Wajib Pajak baru
Pengawasan terhadap kewajiban perpajakan untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Peningkatan efektivitas
pemeriksaan

Pengawasan terhadap kewajiban perpajakan untuk


meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Peningkatan efektivitas penegakan


hukum

Kegiatan penegakan hukum yang efektif dalam


rangka peningkatan kepatuhan wajib pajak

10

Organisasi sehat yang berkinerja


tinggi

11

SDM yang kompetitif

Melakukan penyempurnaan terhadap struktur


organisasi baik kantor pusat maupun instansi
vertikal, termasuk aturan dan atau proses bisnis
yang mendukung keberlangsungan organisasi
SDM yang kompetitif diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi

12

Pelaksanaan anggaran yang


optimal

3.

Meningkatkan pelayanan terhadap Wajib Pajak


dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui
kegiatan penyuluhan dan kehumasan
Pengemasan dan perekaman dokumen SPT dalam
rangka pengelolaan SPT yang optimal

Penyerapan anggaran yang optimal

Komposisi Anggota Tim


No

Nama

Jabatan

Tugas dan Tanggung Jawab

Arif Yanuar

Pemilik Risiko

Bahagia Pinem

Moechammad Hidayat

Kepala Kanwil DJP


Kalimantan Selatan dan
Tengah
Kepala KPP Pratama
Tanjung
Kepala Subbag Umum dan
Kepatuhan Internal

11

Koordinator Manajemen Risiko


Anggota

Sigit Budi Purnomo

Kepala Seksi Pelayanan

Anggota

Muhammad Abrori

Anggota

Kastumiyati

Mahsan

Kepala Seksi Pengawasan


dan Konsultasi I
Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi II
Kepala Seksi Penagihan

Bayu Haryadi

Anggota

Asep Sunarya

Kepala Seksi Ekstensifikasi


dan Penyuluhan
Kepala Seksi Pengolahan
Data dan Informasi

10

Samsudin

Kepala Seksi Pemeriksaan

Administrator Manajemen Risiko

11

Arjun Wahyudi

Pelaksana Seksi

Anggota

4.

Anggota
Anggota

Anggota

Daftar pemangku kepentingan (stakeholders eksternal):


No

Nama/Instansi

Keterangan

Menteri Keuangan

DPRD dan DPD Prov Kalsel dan Kalteng

Muspida Prov Kalsel dan Kalteng

Perwakilan Kementerian Provinsi Kalsel dan Kalteng

Lembaga Pendidikan Provinsi Kalsel dan Kalteng

Kementerian/Instansi/Lembaga lainnya

Masyarakat/Wajib Pajak

Pimpinan tertinggi Kementerian


Keuangan dan Pejabat pembina
Kepegawaian
Wakil rakyat wilayah Kalimantan
Selatan dan Tengah
Pejabat pemerintahan di wilayah
Kalimantan Selatan dan Tengah
Wakil Kementerian Keuangan di
wilayah Kalimantan Selatan dan
tengah
Mitra kerja penyuluhan
perpajakan
Mitra kerja Direktorat Jenderal
Pajak
Pihak yang dilayani dan diawasi
dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan

5.

Daftar pemangku kepentingan (stakeholders internal):


No

Nama/Instansi

Keterangan

Direktur Jenderal Pajak

Kantor Wilayah

KP2KP

Pegawai DJP

Pimpinan tertinggi Direktorat


Jenderal Pajak
Unit vertikal di bawah dan
bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Pajak
Unit vertikal di bawah dan
bertanggung jawab kepada KPP
Pelakana dari tugas dan fungsi
DJP

B. Identifikasi Risiko
1. Tujuan Proses Identifikasi Risiko

12

Identifikasi risiko adalah proses mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses
terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, menunda tercapainya
sasaran unit pemilik risiko.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
Pemilik risiko pada masing-masing UPR di bawah pengawasan Ketua Manajemen
Risiko (Pejabat Eselon II)
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan
a. Mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab, dan proses terjadinya peristiwa risiko yang
dapat menghalangi, menurunkan, menunda tercapainya sasaran unit pemilik risiko.
b. Mengklasifikasikan risiko-risiko yang telah diidentifikasi ke dalam beberapa jenis
risiko, di antaranya:
1) Risiko strategik dan kebijakan: segala risiko yang disebabkan atau timbul karena
perubahan kebijakan lingkungan kerja pengawasan.
2) Risiko finansial: segala risiko yang disebabkan oleh kegagalan pihak ketiga
dalam memenuhi kewajibannya terhadap unit pemilik risiko.
3) Risiko operasional: risiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses,
dan sistem di unit pemilik risiko, faktor eksternal, dan risiko yang ditimbulkan oleh
aspek-aspek legal.
4) Risiko kepatuhan: risiko yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
5) Risiko Fraud:risiko yang disebabkan oleh adanya kecurangan oleh pihak-pihak
tertentu yang dapat merugikan unit pemilik risiko.
c. Mendokumentasikan proses identifikasi risiko dalam sebuah daftar risiko dengan
mencantumkan para pihak yang terlibat dalam proses identifikasi dan pendekatan
yang digunakan serta memperbaharui sesuai dengan perkembangan terakhir.
d. Keluaran (output): daftar risiko.
4. Penerapan Identifikasi Risiko di KPP Pratama Tanjung
Secara umum, tahapan pelaksanaan identifikasi risiko di KPP Pratama Tanjung sudah
sesuai dengan ketentuan/pedoman sebagaimana diatur dalam PMK 191/PMK.09/2008.
Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah telah mengidentifikasi risiko-risiko yang
mungkin terjadi pada setiap sasaran UPR yang ditetapkan, mengidentifikasi penyebab
terjadinya, dan kapan terjadinya risiko tersebut. Risiko-risiko tersebut disajikan
berdasarkan kategori risiko: Operasional, Strategis dan Kebijakan, Fraud, Kepatuhan,
dan Finansial. Deskripsi mengenai konsekuensi dari masing-masing risiko juga disajikan
secara terperinci.
Berikut ini disajikan matriks identifikasi dari beberapa risiko di KPP Pratama Tanjung.
13

Tabel 7. Proses Identifikasi Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Identifikasi Risiko
Risiko
No
1

Sasaran
UPR

Kategori
risiko

Penerimaan
pajak
negara yang
optimal

Operasional

Apa yang
mungkin
terjadi
Target
penerimaan
pajak
tercapai

Penyebab terjadinya
1.

Beban Kerja AR yang


tinggi
sehingga
menyebabkan kurangnya
waktu untuk melakukan
pengawasan
dan
penggalian potensi

2.

Wilayah Kerja yang luas


dan alamat yang tidak jelas
yang menyebabkan AR
tidak dapat mengunjungi
seluruh WP

3.

Resistensi
WP
untuk
melakukan
pembayaran
dan pelaporan pajak
Banyaknya
pemeriksaan
khusus yang berasal dari
instruksi KPDJP sehingga
menyebabkan
tingginya
saldo
tunggakan
pemeriksaan dan kurang
menghasilkan penerimaan
pajak
temuan-temuan AR kurang
signifikan
akibat
keterbatasan AR dalam
memahami proses bisnis
WP
dan
kewajiban
perpajakannya
kurangnya
kemampuan
negotiation skill dari JSPN
dalam
melaksanakan
kewenangan
yang
dimilikinya
serta
kemampuan bela diri
WP
tidak
mampu
membayar sesuai dengan
potensi temuan AR

4.

5.

6.

7.

Kurangnya
ketersediaan
fisik
data
yang
menyebabkan WP tidak
mengindahkan
hasil
temuan AR atau dijadikan
trigger dalam kegiatan
extra effort

9.

Beban Kerja AR yang


tinggi
sehingga
membutuhkan otomatisasi
sistem pembuatan nothit
dan STP terhadap data
keterlambatan pembayaran
pajak dan Pelaporan WP

10.

Tekhnik pelaksanaan extra


effort belum maksimal

14

Kapan
terjadinya
Jan-Jun

Deskripsi
konsekuensi risiko
Realisasi penerimaan
pajak tidak sesuai
target

Pemenuhan
layanan
publik

Kepatuhan
Wajib Pajak
yang tinggi

Operasional

Operasional

Program efilling tidak


dilaksanakan
secara
maksimal
Tingkat
kepatuhan
Wajib Pajak
rendah

11.

Resistensi dan perlawanan


dari
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
terhadap
proses
Sita/Lelang

12.

Kurangnya
pemahaman
seluruh pegawai terkait
pola pencapaian sasaran
organisasi

1.

Wajib tidak memahami


mekanisme kerja e-Filling

2.

WP tidak memiliki akses


internet
Banyaknya WP dengan
status
NE
yang
memerlukan
kebijakan
penghapusan massal

1.

2.

Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan

Operasional

Kualitas
pelayanan
rendah

1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.

Kurangnya
variasi
pendekatan
ke
masyarakat/WP untuk mau
menyampaikan
SPT
Tahunan
Adanya
ketidakpuasan
Wajib
Pajak
dalam
pelayanan
Banyaknya Wajib Pajak
yang lapor an antara tgl
15-20
Alamat
WP
tidak
ditemukan oleh petugas
POS
Lambatnya petugas Pos
untuk
mengembalikan
NPWP
apabila
tidak
ditemukan alamat WP
Lambat dalam memproses
pelayanan
penerbitan
NPWP dan
banyaknya
permohonan cetak ulang
NPWP/SKT/SPPKP
Kurangnya
monitoring
terhadap
ketersediaan
sarana dan prasarana
Kurang tersedianya sarana
dan prasarana berupa rak,
box dan map arsip

8.

Kurangnya SDM
menata berkas

9.

Tidak adanya penanggung


jawab
dan
kurang
koordinasi
penanganan
SPT dan surat masuk
Volume pekerjaan yang
tinggi
sehingga
pendistribusian
surat
masuk dilakukan pada hari
hari berikutnya
Lambat
diterimanya
permintaan
penerbitan
SPMKP

10.

11.

15

yang

Jan-Jun

Jan-Jun

Jan-Jun

WP
yangmenyampaikan
SPT melalui cara efilling tidak sesuai
target
Tingkat penyampaian
SPT Tahunan Rendah

Tingkat kepuasan
Wajib Pajak rendah

12.

13.

Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan

Operasional

Kegiatan
Penyuluhan
kurang
optimal

14.

Tidak adanya penanggung


jawab pekerjaan yang jelas

15.

Kurangnya
koordinasi
antar pegawai di TPT

16.

Permohonan NPWP yang


diterima KP2KP lambat
disampaikan
ke
KPP
sehingga
NPWP tidak
diterbitkan sesuai janji
pelayanan

1.

Belum adanya peta profil


suatu
wilayah
beserta
jumlah WP secara detail
sehingga
memudahkan
penyusunan
rencana
Penyuluhan

2.

Tidak
adanya
(grand
design) pola penyuluhan
yang berorientasi pada
Penerimaan Pajak
Kurang variatifnya model
penyuluhan
sehingga
kurang menarik
Tujuan penyuluhan tidak
berorientasi
pada
pemahaman WP
Pengisian
SPT
tidak
lengkap
dan/atau
unbalance
SPT tidak dapat direkam
pada aplikasi SIDJP

3.
4.
6

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Operasional

Operasional

SPT
Tahunan dan
SPT Masa
tidak direkam
tepat waktu

Pengelolaan
Alket tidak
optimal

1.
2.
3.

Kendala pada
yang tersedia

4.

Kurangnya SDM sebagai


Petugas Data Entry

1.

Kurangnya
perekaman Alket

tenaga

2.

Kendala pada
yang tersedia

aplikasi

3.

Tidak adanya monitoring


terhadap permintaan data
Keterbatasan kewenangan
pada
OC
dalam
mengakses data

4.

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Operasional

Penatausaha
an berkas
Wajib Pajak
dan SPT
tidak optimal

Petugas
lalai
dalam
memperhatikan
batas
waktu penerbitan produk
hukum
Berkas yang diminta tidak
ada/tidak tersedia

1.
2.

3.
4.

Efektifitas penyuluhan
tidak meningkat

Jan-Jun

SPT yang direkam


tidak tepat waktu
banyak

Jan-Jun

Alket yang tidak


dikelola sesuai
ketentuan banyak

Jan-Jun

Berkas WP yang tidak


ditatausahakan
banyak

aplikasi

Lambatnya
perekaman
LPAD
SPT tidak dapat direkam
karena
NPWP
yang
dilaporkan berstatus NE
(Non Efektif)
Banyaknya SPT Tahunan
yang diterima
Lambatnya
perekaman
LPAD

16

Jan-Jun

Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan

Operasional

Penanganan
WP Baru
Tidak
Optimal

1.

Permintaan
data
hasil
koordinasi
tidak
dapat
dimanfaatkan
Kurangnya kesadaran WP
baru terdaftar terhadap hak
dan
kewajiban
perpajakannya
Kurangnya
koordinasi
antara AR dan petugas
ekstensifikasi
terkait
penggalian potensi WP
Baru
Kemampuan
petugas
Ekstensifikasi
terkait
pemberian konsultasi dan
pengawasan terhadap WP
Baru
Belum adanya peta profil
suatu
wilayah
beserta
jumlah WP secara detail
Kurangnya SDM petugas
Ekstensifikasi
Peralatan pendataan tidak
memadai misalnya mobil
4WD, seragam lapangan
dan lain-lain
WP cenderung menunda
pembayaran
Kurangnya
tenaga
pendataan
yang
disebabkan
kebijakan/regulasi
pendataan
berdasarkan
GPS
Sulitnya memperoleh data
dari pihak eksternal dan
internal
Belum terbentuknya basis
data digital di internal DJP

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
Pajak dari WP Baru
tidak sesuai target

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
PBB Sektor P3 tidak
sesuai target

Jan-Jun

Pihak-pihak terkait
tidak memberikan
data yang diharapkan

Kurangnya kemampuan
AR melakukan analisis
data sehingga
menyebabkan hasil
temuan yang disampaikan
kepada WP tidak akurat
Kurangnya data fisik yang
mendukung temuan AR

Jan-Jun

Wajib Pajak tidak


menyampaikan SPT
secara benar

1.

Kurangnya
kualitas dan
keakuratan
data
perpajakan karena sumber
data fisik tidak ada

Jan-Jun

Data tidak dapat


dimanfaatkan untuk
menggali potensi
perpajakan

2.

Input pemutakhiran data


profil terkait data-dataSPT
dan laporan keuangan
dilakukan secara manual
sehingga tidak efektif untuk
melakukan
penggalian
potensi
Kegiatan
pemberian
konsultasi kepada WP
lebih menyita waktu dari
pada analisis data

2.

3.

4.

5.
6.
10

Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan

Operasional

Penanganan
PBB Sektor
P3 tidak
optimal

1.

2.
3.

11

12

Meningkatka
n
ekstensifika
si
perpajakan

Operasional

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasional

Pengelolaan
data
perpajakan
tidak optimal

1.

WP tidak
melakukan
pembetulan
SPT

1.

2.

2.
13

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasional

Pegawai
tidak optimal
melakukan
pemanfaatan
data dan
pemutakhira
n profil

3.

17

4.

14

15

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasional

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasional

Usulan
Riksus tidak
disetujui oleh
Tim Asistensi

1.

Penatausaha
an
administrasi
pemeriksaan
tidak optimal

1.

2.

2.

3.

16

17

18

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasional

Meningkatka
n efektivitas
pemeriksaa
n

Operasional

Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum

Operasional

Menurunnya motivasi AR
akibat
banyaknya
pekerjaan
yang
harus
dilakukan dan kurangnya
kemampuan manajemen
waktu
Hasil analisa risiko WP
yang Kurang Akurat
Potensi analisa AR tidak
sesuai dengan analisa Tim
Asistensi
Fungsional
Pemeriksa
belum menyerahkan LPP
dan SP2 yang sudah
direkam di SIDJP tetapi
nomornya belum di-input di
ALPP
Pembuatan audit plan dari
supervisor pemeriksa tidak
tepat waktu, SP2 baru
diterbitkan setelah audit
plan disetujui oleh Kepala
KPP
Berkas terselip di meja
sehingga tidak terkirim
atau
tidak
dikirimkan
dengan tepat waktu
Banyaknya
pengaduan
yang masuk pada aplikasi
Lasis Online
Tidak tersedianya software
atau hardware pengganti

Penanganan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
kurang
optimal

1.

Proses
penyelesaian
pemeriksaan
tidak efektif

1
2

Kurangnya
pengawasan
atasan kepada bawahan

Tindakan
penagihan
aktif tidak
maksimal

1.

Tidak diperolehnya data


pribadi (KTP/Paspor) dan
foto
terkini
dari
WP/Penanggung
Pajak
sehingga
tidak
dilaksanakannya
usulan
pencegahan
terhadap
Wajib Pajak / Penanggung
Pajak yang memiliki itikat
tidak melunasi piutang
pajak
dan
hendak
bepergian ke luar negeri
Kurangnya tenaga Juru
Sita Pajak Negara

2.
3.

2.
3.
4.
5.
6.

Kurang
dilakukannya
pengawasan
terhadap
sarana dan prasarana TIK
Kurangnya
kompetensi
fungsional pemeriksa

Alamat
domisili
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
tidak ditemukan
Keberadaan aset tidak
diketahui
Nomor rekening perbankan
Wajib Pajak/Penanggung
Pajak tidak diketahui
Resistensi dan perlawanan
dari
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak
terhadap
proses

18

Jan-Jun

Usulan riksus tidak


optimal

Jan-Jun

Kegiatan pemeriksaan
kurang maksimal

Jan-Jun

Pengaduan terkait TIK


meningkat

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
kegiatan pemeriksaan
tidak sesuai target

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
kegiatan penagihan
tidak sesuai target

Sita/Lelang

7.

8.

9.
19

20

Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Operasional

Operasional

Penatausaha
an piutang
pajak tidak
optimal

Pelaksanaan
manajemen
risiko kurang
optimal

1.

2.

Lambatnya penyelesaian
konfirmasi piutang pajak

3.

Kurangnya
manajemen
pembagian waktu tugastugas seksi penagihan
Kurangnya
pemahaman
pegawai
mengenai
pentingnya
penerapan
manajemen resiko
Kurangnya koordinasi Tim
Manajemen resiko

1.

2.
21

22

23

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Operasional

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Operasional

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Operasional

Kurangnya
kompetensi
Petugas Penagihan Pajak
dalam membedah WP dan
menelusuri Aset WP
Kurangnya
data
pendukung sebagai bahan
pembuatan profil tentang
data diri, kepemilikan aset
dari
Wajib
Pajak
/
Penanggung
Pajak,
khususnya rekening bank,
aset bergerak lainnya, dan
aset tetap.
Lalainya Jurusita dalam
pengawasan piutang pajak
yang telah jatuh tempo
Permohonan
angsuran/penundaan
pembayaran Pajak dari
Wajib pajak / Penanggung
Pajak belum memenuhi
persyaratan formal

Pelaksanaan
tugas
kepatuhan
internal
kurang
optimal

1.

Laporan
tidak
tepat waktu

2.

Bahan-bahan yang harus


disiapkan oleh pihak yang
dipantau tidak diberikan
tepat waktu

Penanganan
administrasi
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BP
KP tidak
optimal

1.

kurangnya
koordinasi
dengan pegawai yang
terkait rekomendasi

2.

Penanganan
administrasi
surat masuk
dan surat
keluar tidak
optimal

1.

Auditee
tidak/terlambat
merespon
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP
tidak membuat jawaban
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP
Tidak adanya penanggung
jawab pekerjaan yang jelas

3.

selesai

2.

Kurangnya
pengawasan
atasan kepada bawahan

3.

Tidak adanya penanggung


jawab pekerjaan yang jelas
Kurangnya
koordinasi
antar pegawai di sub bag
umum

4.

19

Jan-Jun

Pemindaian berkas
penagihan pajak
sedikit

Jan-Jun

Pegawai yang tidak


memahami
manajemen risiko
banyak

Jan-Jun

Jumlah kegiatan
pemantauan tidak
sesuai rencana

Jan-Jun

Temuan
Itjen/BPK/BPKP tidak
ditindaklanjuti secara
tuntas

Jan-Jun

Pemindaian surat
masuk dan surat
keluar tidak maksimal

5.

24

25

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Operasional

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

Kepatuhan

6.

Dokumentasi
softcopy
belum dilaksanakan secara
tertib
Kurangnya alat pemindai

Pelaksanaan
tugas lainnya
kurang
optimal

1.

Kurangnya Jumlah SDM

2.

Kurangnya
motivasi
pegawai
dalam
melaksanakan tugas

Pegawai
kurang
disiplin

1.

Pegawai
kurang
memahami
peraturan
disiplin
Atasan
kurang
tegas/kurang
mampu
menerapkan
disiplin
terhadap bawahannya
Kurangnya
kesadaran
pegawai dalam mematuhi
peraturan disiplin
tidak adanya media-media
pengingat disiplin PNS
Kurangnya
integritas
pegawai
Kurangnya
pengawasan
atasan
Adanya
kesempatan/ajakan
dari
Wajib
Pajak/rekanan/sesama
pegawai
Penyusunan
rencana
diklat/IHT
kurang
komprehensif
atau IHT
telah dilaksanakan tetapi
materi
kurang
sesuai
dengan
kebutuhan
kompetensi pegawai
Kurangnya
pemahaman
peserta terhadap materi
IHT
Kurangnya
pemahaman
pegawai/Kasubbag Umum
terkait aturan kepegawaian

2.

3.
4.
26

27

Organisasi
sehat yang
berkinerja
tinggi

SDM yang
kompetitif

Fraud

Operasional

Kolusi antara
pegawai dan
wajib
pajak/rekana
n/sesama
pegawai

1.

Peningkatan
Kompetensi
Pegawai
kurang
optimal

1.

2.
3.

2.
28

SDM yang
kompetitif

Operasional

Proses
administrasi
kepegawaian
tidak efektif

1.

2.

3.

4.
29

Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal

Operasional

Pelaksanaan
anggaran
yang kurang
optimal

1.

Kurangnya
pengawasan
terhadap
proses
permohonan
pelayanan
kepegawaian
Kurangnya
pemahaman
terhadap
penggunaan
aplikasi Sikka di setiap
permohonan
pelayanan
kepegawaian
Aplikasi
e-performance
untuk penilaian kinerja sulit
diakses melalui internet
Tidak
mempunyai
perencanaan
anggaran
kegiatan
dan
Rincian
anggaran pada akun pada
dokumen POK dan atau
DIPA tidak sesuai dengan
kebutuhan sekarang.

20

Jan-Jun

Beban pekerjaan tidak


sebanding dengan
jumlah SDM

Jan-Jun

Pegawai yang
melakukan
pelanggaran disiplin
banyak

Jan-Jun

Pegawai yang
melakukan kolusi
dengan wajib
pajak/rekanan/sesama
pegawai banyak

Jan-Jun

Target Jamlat setiap


pegawai tidak tercapai

Jan-Jun

Proses penyelesaian
administrasi
kepegawaian berjalan
lambat

Jan-Jun

Target penyerapan
anggaran tidak
tercapai

2.

3.
4.
5.

6.
7.

30

Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal

Operasional

Pertanggungj
awaban
anggaran
tidak tepat
waktu

1.
2.

3.

4.

31

Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal

Operasional

Penyediaan
sarana
prasarana
kurang
optimal

1.
2.
3.

4.
32

Pelaksanaa
n anggaran
yang optimal

Operasional

Pengelolaan
sarana dan
prasarana
kurang
optimal

1.

Adanya kegiatan yang


tidak
direncanakan
sebelumnya tetapi harus
dilaksanakan
Ketersediaan dana UP
tidak tercukupi
Banyaknya peraturan dan
aplikasi
terkait
pelaksanaan anggaran
Dokumen tagihan dari
pihak ketiga dan Dokumen
sumber sebagai dasar
penerbitan SPM LS kurang
lengkap
Dokumen SPD dan bukti
pengeluaran
perjalanan
dinas yang kurang lengkap
Kurangnya
koordinasi
dengan
masing-masing
bidang terkait penyerapan
anggaran
Adanya perubahan Data
pendukung
laporan
keuangan
Banyaknya pekerjaan yang
harus
diselesaikan
bendahara dan adanya
penugasan lain dalam
waktu yang bersamaan
Kurangnya
pemahaman
mekanisme atau teknik
penyusunan
laporan
keuangan
dan
pengoperasian
sistem
aplikasi laporan keuangan
Dokumen sumber laporan
keuangan sangat banyak
jumlah
dan
jenisnya
sehingga
diperlukan
ketelitian dan waktu lama.
Kurangnya tenaga staf
PPK
Kurangnya Koordinasi PBJ
dan PPK
Ketersediaan
anggaran
akan kebutuhan barang
persediaan
pegawai
terbatas
Anggaran akan sarana dan
prasarana yang disediakan
tidak mencukupi
Rencana
pemeliharaan
sarana dan prasarana
tidak disusun dengan baik

2.

Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
sarana prasarana kantor

3.

Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
rumah dinas

21

Jan-Jun

Penyampaian laporan
pertanggungjawaban
anggaran terlambat

Jan-Jun

Penyediaan sarana
dan prasarana tidak
sesuai dengan
rencana

Jan-Jun

Sarana dan prasana


milik kantor tidak dpat
dipergunalan

4.

5.
6.

Kurangnya
koordinasi
dengan bidang/bagian lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
KDO
BMN yang rusak berat sulit
diindentifikasi kondisi dan
fisik barangnya
BMN hasil inventarisasi
kegiatan
sensus
tidak
dapat ditemukan

5. Daftar Risiko
KPP Pratama Tanjung telah mendokumentasikan proses identifikasi risiko dalam sebuah
daftar risiko. Daftar risiko ini berisi risiko-risiko yang sudah diidentifikasi kemudian dibagi
berdasarkan bidang-bidang yang terdapat di KPP Pratama Tanjung. Daftar risiko juga
memuat pihak mana yang berperan sebagai penanggungjawab atas penanganan risiko
tersebut dan rencana/pendekatan apa yang akan dilakukan untuk menangani risikorisiko yang ada.
Berikut ini disajikan beberapa item yang terdapat di dalam Daftar Risiko KPP Pratama
Tanjung.

Tabel 8. Daftar Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016


No
1

Risiko
Target penerimaan
pajak tidak
tercapai

Rincian Rencana Penanganan Risiko

Penanggung Jawab

1.

Menyusun analisis resiko, rencana pengawasan


dan rencana penggalian potensi wilayah dan
/atau wajib pajak berdasarkan profil wajib pajak

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi

2.

Pembuatan berita acara klarifikasi atas tindak


lanjut himbauan kepada wajib pajak

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi

3.
4.

Menyelenggarakan Tax Payer Gathering


Usulan surat teguran kepada lasis atas wajib
pajak yang tidak melaporkan SPT Tahunan
IHT untuk mempelajari tindak lanjut wajib pajak
yang terindikasi tindak pidana perpajakan dalam
bentuk IDLP
Pemanfaatan data dari pihak eksternal yang
memiliki potensi pajak
Menyelenggarakan IHT extra effort

Semua
Seksi Pelayanan

5.

6.
7.
8.
9.

Pelaksanaan visit dalam rangka update profil


dan pemantauan untuk kelengkapan data
usulan riksus
Menyusun konsep ND konsep analisis resiko
atau bukti permulaan sebagai tindak lanjut
pelaksanaan klarifikasi (SP2DK)

22

Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi
Seksi Pengawasan
dan Konsultasi

No

Risiko

Tingkat kepatuhan
wajib pajak rendah

Rincian Rencana Penanganan Risiko


10.

Menyelenggarakan/mengikuti IHT tentang pola


pencapaian sasaran organisasi

Semua

1.

Penanganan dan pengawasan wajib pajak yang


memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai WP
NE secara jabatan
Pengawasan penyelesaian permohonan
WP NE yang Optimal
Membuat model dan melaksanakan pendekatan
ke masyarakat terkait penyampaian SPT
Tahunan
Melakukan sosialisasi kepada WP baru terdaftar

Seksi Pelayanan

2.
3.
3

Penanganan WP Baru
tidak optimal

1
2

Melakukan Koordinasi pembagian tugas antara


Seksi Ekstensifikasi dan Seksi Waskon

Menyelenggarakan Diklat/IHT/Sosialisasi
peraturan perpajakan bagi Seksi
Ekstensifikasidan Penyuluhan
Menambah jumlah pelaksana Seksi
Ektensifikasi
Menyelenggarakan IHT/FGD tent ang
pemeriksaan
Melakukan rapat pembinaan/ adanya time table
Menyelenggarakan IHT/Sosialisasi manajemen
resiko
melakukan rapat koordinasi Tim
Manajemen Resiko

4
4
5

Proses penyelesaian
pemeriksaan
tidak efektif
Pelaksanaan
manajemen risiko
kurang optimal

Pengelolaan data
perpajakan tidak
optimal

Tindakan penagihan
aktif tidak
maksimal

SPT Tahunan dan SPT


masa tidak
direkam tepat waktu

1
2
1
2

1.

Mengadakan pendekatan lebih intensif kepada


pihak internal maupun eksternal

2.

Melakukan pemindaian atas data-data


perpajakan yang diperoleh Seksi Ekstensifikasi
kemudian direkam
Pengangkatan JSPN baru

1
2

Penatausahaan
berkas Wajib Pajak
dan SPT tidak optimal

Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan

Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan

Seksi Penagihan

3
4
5
1

OC menghubungi Lasis Online

Seksi Pengolahan
Data dan Informasi

Menambah SDM sebagai Petugas Data


Entry melalui tenaga pihak ke-3
Menambah jam kerja (lembur) dalam rangka
percepatan perekaman SPT
Penambahan tenaga pengarsipan
Permohonan sarana dan prasarana
kelengkapan pengarsipan kepada subbagian
umum dan kepatuhan internal
Penambahan SDM pegawai organik pada seksi
pelayanan
Usulan pengembangan aplikasi pengarsipan
kepada seksi terkait
Melakukan koordinasi dengan internal KPP
dalam hal pengadaan peralatan
pendataan/kerjasama dengan Kanwil

1.
2.

4.
Penanganan PBB
Sektor P3 tidak
optimal

Seksi Pelayanan

Seksi Penagihan

3.

11

Seksi Pelayanan

Koordinasi dengan Pemda/pemanfaatan data


dari kantor Dukcapil nasional dan BPN
Koordinasi dengan internal DJP
Koordinasi dengan pihak perbankan
Koordinasi dengan pihak aparat penegak hukum

3
10

Penanggung Jawab

1.

2.

Melakukan imbauan/pendekatan untuk

23

Seksi Penagihan
Seksi Penagihan
Seksi Penagihan

Seksi Pelayanan

No

Risiko

Rincian Rencana Penanganan Risiko

3.

12

WP tidak melakukan
pembetulan SPT

1.
2.

13

Pegawai Kurang
Disiplin

1.
2.

14

Peningkatan Potensi
pegawai Kurang
optimal

1.

2.
15

16

Penanganan
administrasi surat
masuk dan surat
keluar tidak optimal

Kolusi antara pegawai


dan wajib
pajak/rekanan/
sesama pegawai

1.

membayar sebelum jatuh tempo


Mengusulkan pola pendataan berdasarkan peta
tahun tanam/site tambang dan pembuatan
regulasi yang mengatur bahwa SPOP WP harus
dilampiri peta
Menyelenggarakan IHT analisis data WP,
penggalian potesi, atau IHT proses bisnis WP
Mengusulkan kepada KPDJP agar data- data
perpajakan yang tersedia pada SIDJP didukung
data fisik dalam bentuk softcopy
Menyelenggarakan IHT terkait peratura n disiplin
PNS kepada seluruh pegawai
Memasang media pengingat disiplin, seperti
poster, banner, buku saku, dll
menginventarisir kebutuhan IHT/diklat/
sosialisasi dan kebutuhan materi IHT bagi
pegawai dengan berkoordinasi dengan seksi di
internal KPP

Membuat nota dinas pembagian tugas ke


masing-masing pegawai

3.

Melaksanakan morning brief mingguan untuk


pegawai

4.

Melakukan pemandaian /scan surat keluar yang


bertanda tangan Kepala Kantor
Melakukan penguatan integritas pegawai
melalui ICV, Internalisasi Kode Etik, dan
sosialisasi whistleblowing system dll
Melakukan penegasan pengawasan atasan
kepada bawahan
Membuat pakta integritas di setiap pengadaan
barang/jasa dan kegiatan pemeriksaan,
penandatangan pakta integritas bagi para
pegawai dan media pengingat kepada Wajib
Pajak
Melakukan Bedah WP dengan Fungsional
Pemeriksa dan/atau Bidang P4 Kanwil terkait
WP memilik potensi penerimaan yang signifikan
dan tidak dapat diselesaikan melalui mekanisme
himbauan dan verifikasi

2.
3.

17

Usulan Riksus tidak


disetujui oleh
Tim Asistensi

1.

18

Pengelolaan Alket
tidak optimal

1.
2.
3.

Subbagian Umum dan


Kepatuhan Internal

Melaksanakan Post Test IHT bagi peserta


IHT
Membuat job desk untuk setiap pegawai

2.

1.

Penanggung Jawab

Koordinasi dengan seksi terkait perihal surat


masuk yang berkaitan dengan alat keterangan
untuk dapat direkam di SIDJP
User/OC menghubungi Lasis Online
Membuat buku atau dalam bentuk sarana
lainnya sebagai alat monitoring atas permintaan
data

24

Subbagian Umum dan


Kepatuhan Internal

Subbagian Umum dan


Kepatuhan Internal

Fungsional Pemeriksa

Seksi Pengolahan
Data dan Informasi

No

19

20

Risiko

Penanganan teknologi
informasi dan
komunikasi kurang
optimal
Proses administrasi
kepegawaian
tidak efektif

Rincian Rencana Penanganan Risiko

Penanggung Jawab

4.

Melakukan koordinasi dengan pihak yang


berwenang dalam akses data

Seksi Pengolahan
Data dan Informasi

1.

Penambahan jumlah Operator Console untuk


mengimbangi kebutuhan organisasi
Melakukan koordinasi dengan Sub
Bagian Umum
Melakukan IHT/sosialisasi/sharing session
kepada UPK lokal atau pegawai dan penegasan
atau himbauan terkait aturan-aturan
kepegawaian
Membuat tabel penjagaan terkait permohonan
pelayanan kepegawaian bagi pegawai di
lingkungan Kanwil
Melaksanakan IHT mengenai SIKK A dan
penegasan

Seksi Pengolahan
Data dan Informasi

Membuat nota dinas kepada seluruh pegawai


untuk menetapkan jadwal pelaksanaan
pengisian penilaian kinerja dengan mengakses
e-performance via internet

Subbagian Umum dan


Kepatuhan Internal

2.
1.

2.
3.
4.

25

Subbagian Umum dan


Kepatuhan Internal

C. Analisis Risiko
Sesuai Pasal 7 PMK 191/PMK.09/2008, Analisis Risiko dilakukan dengan cara
mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan
menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. Beberapa hal penting
terkait analisis risiko:
1. Tujuan
Analisis Risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada dan
akan digunakan dalam proses evaluasi dan starategi penangangan risiko.
2. Penanggung Jawab Pelaksanaan
Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan menjelaskan
bahwa penanggungjawab pelaksanaan terdiri dari dua pihak, yaitu
a. Pemilik risiko, dalam kasus ini, Kepala Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan
Tengah sebagai pemilik risiko,
b. Koordinator Manajemen Risiko masing-masing UPR dibawah pengawasan
pemilik risiko, dalam kasus ini Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen,
dan Penyidikan ditunjuk sebagai Koordinator Manajemen Risiko Kanwil DJP
Kalselteng dan Kepala KPP ditunjuk sebagai Koordinator Manajemen Risiko di
KPP nya masing-masing.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan analisis manajemen risiko adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan jenis analisis sesuai tujuan, ketersediaan data, dan tingkat kedalaman
1)
2)
3)
b.
c.

analisis risiko yang dilakukan. Jenis analisis terdiri atas


analisis kualitatif
analisis semi-kuantitatif
analisis kuantitatif
Melakukan analisis risiko terhadap sumber-sumber risiko
Mengkaji kekuatan dan kelemahan dari sistem dan mekanisme pengendalian, baik

proses, peralatan, dan praktik yang ada.


d. Melakukan analisis terhadap konsekuensi risiko dengan metode sebagai berikut:
1) Untuk risiko yang memiliki konsekuensi keuangan bagi unit Eselon 1, dapat
dianalisa dengan menggunakan nilai rata-rata kerugian keuangan yang terjadi
karena suatu risiko dan menggolongkannya berdasarkan skala yang telah
ditetapkan untuk masing-masing tingkat kerugian yang terjadi.
2) Untuk risiko yang memiliki konsekuensi non keuangan bagi unit eselon 1, maka
konsekuensi risiko yang bersifat kualitatif tersebut dikuantifikasikan dengan
menggunakan skala yang telah ditetapkan untuk masing-masing kategori tingkat
konsekuensi dengan parameter-parameter yang telah ditetapkan.
e. Melakukan analisis terhadap tingkat suatu risiko dan kecenderungan arah risikonya.
26

1) Tingkat atau level risiko diukur dengan menggunakan dua dimensi, yaitu tingkat
konsekuensi dan kemungkinan terjadinya risiko (yang dinyatakan dalam
frekuensi)
2) Bahasa warna untuk level risiko dirumuskan sebagai berikut:
a) risiko rendah: hijau
b) risiko sedang: kuning
c) risiko tinggi: merah
Tabel 9. Tingkat Risiko

3) analisis terhadap kecenderungan arah (tren) risiko dilakukan dengan cara


mengidentifikasi perubahan atau pergeseran tingkat/level risiko yang dikaitkan
dengan upaya mitigasi yang telah dilakukan ataupun faktor-faktor lain yang
f.

mempengaruhinya.
Melakukan analisis terhadap profil risiko dan pemetaan risiko
1) Analisa terhadap profil risiko dilakukan dengan menjelaskan total eksposur risiko
yang dinyatakan dengan level risiko dan tren-nya.
2) Analisa peta risiko dilakukan dengan menjelaskan gambaran total risiko dan
distribusi posisinya dalam grafik dengan frekuensi pada sumbu x dan

konsekuensi pada sumbu y.


g. Tingkat risiko gabungan (komposit) untuk masing-masing kategori risiko diperoleh
dengan

menggunakan

rata-rata

tingkat

konsekuensi

dan

rata-rata

tingkat

kemungkinan terjadinya risiko-risiko pada kategori tersebut.


h. Membuat laporan secara berkala mengenai profil dan peta risiko yang dianalisis
kepada Ketua Manajemen Risiko dan Kepala UPR sebagai umpan balik.
4. Keluaran
Laporan hasil analisis risiko berisi:
a. Identifikasi akar permasalahan
b. penentuan level risiko, profil, dan peta risiko,
c. keputusan terkait perlu atau tidaknya dilakukan analisis yang lebih mendalam dan
bersifat kuantitatif, dan
d. masukan bagi pejabat pengambil keputusan untuk memilih antar berbagai opsi
penanganan risiko yang ada sesuai bobot biaya dan manfaat, peluang, dan
ancaman.
27

5. Penerapan di KPP Pratama Tanjung


Adapun KPP telah melakukan seluruh langkah yang ada dan telah menghasilkan
keluaran sebagaimana yang dimaksud dalam angka 4, dengan tampilan sebagai berikut:

28

Tabel 10 Analisis Risiko di KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016

29

30

31

32

D. Evaluasi Risiko
Evaluasi

risiko

dilakukan

untuk

pengambilan

keputusan

risiko

mana

yang

membutuhkan penanganan dan jenis penanganannya. Evaluasi risiko menyangkut


pembandingan level risiko yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
1. Tujuan Kegiatan
Evaluasi risiko dilaksanakan untuk:
a. Mengetahui risiko yang memiliki tingkat prioritas tertinggi hingga risiko yang memiliki
tingkat prioritas terendah dari keseluruhan risiko yang telah diidentifikasi.
b. Menetapkan perlu tidaknya dilakukan langkah penanganan terhadap risiko yang
telah diidentifikasi.
c. Menentukan risiko mana saja yang akan ditindaklanjuti dengan langkah mitigasi
risiko dan risiko mana saja yang hanya perlu dipantau, karena masih termasuk risiko
yang dapat diabaikan sesuai selera risiko (risk appetite) UPR yang bersangkutan.
2. Dokumen Sumber Bagi Kegiatan
Dokumen sumber evaluasi risiko terdiri dari:
a. Formulir 3: Risk Register B Proses Analisis Risiko;
b. Piagam Manajemen Risiko.
3. Metodologi Kegiatan
Metodologi kegiatan evaluasi risiko meliputi:
a. Kegiatan evaluasi risiko dalam proses manajemen risiko dituangkan ke dalam
formulir 4 dari PMK 191 tahun 2008.
b. Proses evaluasi risiko harus didasarkan pada konteks yang telah ditetapkan pada
piagam manajemen risiko.
c. Evaluasi risiko dilakukan dengan cara yang sistematis untuk menilai setiap risiko
guna menentukan urutan prioritas bagi masing-masing risiko yang telah diidentifikasi.
d. Pertimbangan untuk melakukan penilaian terhadap risiko adalah: level risiko,tingkat
(level) dimensi konsekuensi dari risiko, kategori risiko dan frekuensi risiko.
e. Cara penilaian terhadap risiko adalah:
1) Menentukan tingkat level risiko dari yang tertinggi hingga yang terendah;
2) Jika dalam satu level risiko terdiri lebih dari satu buah risiko, maka pengurutan
risiko tersebut dilihat dari tingkat level dimensi konsekuensi risiko, kemudian
diurutkan dari risiko yang memiliki level konsekuensi tertinggi hingga yang
terendah;
3) Jika dalam satu level risiko dan dalam satu level konsekuensi terdiri lebih dari
satu buah risiko, maka pengurutan risiko tersebut dilihat dari kategori risiko dari
masing-masing risiko itu,kemudian diurutkan dengan urutan kategori sebagai
berikut: (1) risiko Fraud; (2) risiko strategik dan kebijakan; (3) risiko operasional;
(4) risiko kepatuhan; (5) risiko finansial;

33

4) Jika dalam satu level risiko dan dalam satu level konsekuensi serta dalam satu
kategori risiko terdiri lebih dari satu buah risiko, maka pengurutan risiko tersebut
dilihat dari tingkat frekuensi dari risiko tersebut, kemudian diurutkan dari risiko
dengan tingkat frekuensi yang tertinggi hingga yang terendah;
5) Jika dalam satu level risiko, dalam satu level konsekuensi dan dalam satu
kategori risiko serta dalam satu level frekuensi terdiri lebih dari satu buah risiko,
maka pertimbangan selanjutnya untuk pengurutan risiko dilakukan sesuai
dengan selera atau pertimbangan subjektif dari UPR.
4. Output Kegiatan
Output kegiatan evaluasi risiko terdiri dari:
a. Formulir 4 PMK 191 tahun 2008 tentang Risk Register C Proses Evaluasi Risiko
yang telah terisi lengkap;
b. Kumpulan risiko, lengkap dengan komponennya dan tingkatan (level) dari masingmasing risiko, yang telah terurutkan berdasarkan prioritasnya dari yang tertinggi
hingga yang terendah, dalam satu UPR;
c. Profil risiko yang ada dalam satu UPR, baik secara komposit atau secara mandiri.
5. Outcome Kegiatan
Outcome kegiatan evaluasi risiko terdiri dari:
a. Adanya informasi mengenai kondisi risiko yang ada dalam satu UPR;
b. Adanya informasi mengenai prioritisasi risiko yang ada dalam satu UPR;
c. Adanya dasar bagi pelaksanaan tahapan proses manjaemen risiko selanjutnya
yaitupenanganan (mitigasi) risiko.
6. Evaluasi Risiko di KPP Pratama Tanjung

34

Tabel 11 Evaluasi Risiko di KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016


Identifikasi Risiko

No.

1.

Sasaran
UPR
Penerimaan
pajak negara
yang optimal

Kategori
Risiko
Operasiona
l

Evaluasi Risiko

Risiko
Apa Yang Mungkin
Terjadi
Target
penerimaan
pajak tidak tercapai

Penyebab Terjadinya
1.

2.

3.
4.

5.

6.

7.
8.

Beban Kerja AR yang tinggi


sehingga menyebabkan kurangnya
waktu
untuk
melakukan
pengawasan
dan
penggalian
potensi
Wilayah Kerja yang luas dan
alamat yang tidak jelas yang
menyebabkan AR tidak dapat
mengunjungi seluruh WP
Resistensi WP untuk melakukan
pembayaran dan pelaporan pajak
Banyaknya pemeriksaan khusus
yang berasal dari instruksi KPDJP
sehingga menyebabkan tingginya
saldo tunggakan pemeriksaan dan
kurang menghasilkan penerimaan
pajak
temuan-temuan
AR
kurang
signifikan akibat keterbatasan AR
dalam memahami proses bisnis
WP dan kewajiban perpajakannya
kurangnya kemampuan negotiation
skill
dari
JSPN
dalam
melaksanakan kewenangan yang
dimilikinya serta kemampuan bela
diri
WP tidak mampu membayar sesuai
dengan potensi temuan AR
Kurangnya ketersediaan fisik data
yang menyebabkan WP tidak

35

Kapan
Terjadinya
Jan-Jun

Deskripsi
Konsekuensi Risiko
Realisasi penerimaan
pajak tidak sesuai
target

Prioritas Risiko

2.

Pemenuhan
layanan
publik

Operasiona
l

Program e-filling tidak


dilaksanakan secara
maksimal

3.

Kepatuhan
Wajib Pajak
yang tinggi

Operasiona
l

Tingkat
kepatuhan
Wajib Pajak rendah

mengindahkan hasil temuan AR


atau dijadikan trigger dalam
kegiatan extra effort
9. Beban Kerja AR yang tinggi
sehingga
membutuhkan
otomatisasi sistem pembuatan
nothit dan STP terhadap data
keterlambatan pembayaran pajak
dan Pelaporan WP
10. Teknik pelaksanaan extra effort
belum maksimal
11. Resistensi dan perlawanan dari
Wajib Pajak/Penanggung Pajak
terhadap proses Sita/Lelang
12. Kurangnya pemahaman seluruh
pegawai terkait pola pencapaian
sasaran organisasi
1. WP tidak memahami mekanisme
kerja e-Filling
2. WP tidak memiliki akses internet
1.

2.

4.

Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan

Operasiona
l

Kualitas
rendah

pelayanan

1.
2.
3.
4.

5.

Banyaknya WP dengan status NE


yang
memerlukan
kebijakan
penghapusan massal
Kurangnya variasi pendekatan ke
masyarakat/WP
untuk
mau
menyampaikan SPT Tahunan
Adanya ketidakpuasan Wajib Pajak
dalam pelayanan
Banyaknya Wajib Pajak yang lapor
antara tgl 15-20
Alamat WP tidak ditemukan oleh
petugas POS
Lambatnya petugas Pos untuk
mengembalikan NPWP apabila
tidak ditemukan alamat WP
Lambat
dalam
memproses
pelayanan penerbitan NPWP dan
banyaknya permohonan cetak

36

Jan Jun

Jan-Jun

Jan-Jun

WP
yang
menyampaikan SPT
melalui e-filling tidak
sesuai target
Tingkat penyampaian
SPT Tahunan Rendah

20

Tingkat
kepuasan
Wajib Pajak rendah

17

6.

7.

8.
9.

10.

11.
12.

13.
14.
15.
16.

5.

Meningkatka
n Efektivitas
Pelayanan
dan
Penyuluhan

Operasiona
l

Kegiatan Penyuluhan
kurang optimal

1.

2.

ulang NPWP/SKT/SPPKP
Kurangnya monitoring terhadap
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
Kurang tersedianya sarana dan
prasarana berupa rak, box dan
map arsip
Kurangnya SDM yang menata
berkas
Tidak adanya penanggung jawab
dan
kurang
koordinasi
penanganan
SPT dan surat
masuk
Volume pekerjaan yang tinggi
sehingga pendistribusian
surat
masuk dilakukan pada hari hari
berikutnya
Lambat diterimanya permintaan
penerbitan SPMKP
Petugas
lalai
dalam
memperhatikan
batas
waktu
penerbitan produk hukum
Berkas
yang
diminta
tidak
ada/tidak tersedia
Tidak adanya penanggung jawab
pekerjaan yang jelas
Kurangnya
koordinasi
antar
pegawai di TPT
Permohonan NPWP yang diterima
KP2KP lambat disampaikan ke
KPP sehingga
NPWP tidak
diterbitkan sesuai janji pelayanan
Belum adanya peta profil suatu
wilayah beserta jumlah WP secara
detail
sehingga
memudahkan
penyusunan rencana Penyuluhan
Tidak adanya (grand design) pola
penyuluhan yang berorientasi pada
Penerimaan Pajak

37

Jan-Jun

Efektivitas penyuluhan
tidak meningkat

3.

4.
6.

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Operasiona
l

SPT Tahunan dan


SPT
Masa
tidak
direkam tepat waktu

1.
2.
3.
4.

7.

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Operasiona
l

Pengelolaan
tidak optimal

Alket

1.
2.
3.
4.

8.

9.

Meningkatka
n efektivitas
pengelolaan
SPT

Operasiona
l

Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan

Operasiona
l

Penatausahaan
berkas Wajib Pajak
dan SPT tidak optimal

1.
2.

3.

Penanganan WP Baru
Tidak Optimal

4.
1.
2.

3.

4.

Kurang
variatifnya
model
penyuluhan
sehingga
kurang
menarik
Tujuan
penyuluhan
tidak
berorientasi pada pemahaman WP
Pengisian SPT tidak lengkap
dan/atau unbalance
SPT tidak dapat direkam pada
aplikasi SIDJP
Kendala pada aplikasi yang
tersedia
Kurangnya SDM sebagai Petugas
Data Entry
Kurangnya tenaga perekaman
Alket
Kendala pada aplikasi yang
tersedia
Tidak adanya monitoring terhadap
permintaan data
Keterbatasan kewenangan pada
OC dalam mengakses data
Lambatnya perekaman LPAD
SPT tidak dapat direkam karena
NPWP yang dilaporkan berstatus
NE (Non Efektif)
Banyaknya SPT Tahunan yang
diterima
Lambatnya perekaman LPAD
Permintaan data hasil koordinasi
tidak dapat dimanfaatkan
Kurangnya kesadaran WP baru
terdaftar
terhadap
hak
dan
kewajiban perpajakannya
Kurangnya koordinasi antara AR
dan petugas ekstensifikasi terkait
penggalian potensi WP Baru
Kemampuan
petugas
Ekstensifikasi terkait pemberian
konsultasi
dan
pengawasan
terhadap WP Baru

38

Jan-Jun

Banyaknya SPT yang


direkam tidak tepat
waktu

Jan-Jun

Banyaknya Alket yang


tidak dikelola sesuai
ketentuan

18

Jan-Jun

Berkas WP yang tidak


ditatausahakan
banyak

10

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
Pajak dari WP Baru
tidak sesuai target

5.

6.
10.

Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan

Operasiona
l

Penanganan
Sektor
P3
optimal

PBB
tidak

1.

2.
3.

11.

12.

Meningkatka
n
ekstensifikasi
perpajakan
Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasiona
l

Operasiona
l

Pengelolaan
perpajakan
optimal

data
tidak

WP tidak melakukan
pembetulan SPT

1.
2.
1.

2.
13.

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasiona
l

Pegawai tidak optimal


melakukan
pemanfaatan data dan
pemutakhiran profil

1.

2.

3.

4.

Belum adanya peta profil suatu


wilayah beserta jumlah WP secara
detail
Kurangnya
SDM
petugas
Ekstensifikasi
Peralatan
pendataan
tidak
memadai misalnya mobil 4WD,
seragam lapangan dan lain-lain
WP
cenderung
menunda
pembayaran
Kurangnya tenaga pendataan
yang
disebabkan
kebijakan/regulasi
pendataan
berdasarkan GPS
Sulitnya memperoleh data dari
pihak eksternal dan internal
Belum terbentuknya basis data
digital di internal DJP
Kurangnya
kemampuan
AR
melakukan analisis data sehingga
menyebabkan hasil temuan yang
disampaikan kepada WP tidak
akurat
Kurangnya
data
fisik
yang
mendukung temuan AR
Kurangnya
kualitas
dan
keakuratan
data
perpajakan
karena sumber data fisik tidak ada
Input pemutakhiran data profil
terkait data-dataSPT dan laporan
keuangan
dilakukan
secara
manual sehingga tidak efektif
untuk
melakukan
penggalian
potensi
Kegiatan pemberian konsultasi
kepada WP lebih menyita waktu
dari pada analisis data
Menurunnya motivasi AR akibat
banyaknya pekerjaan yang harus

39

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
PBB Sektor P3 tidak
sesuai target

11

Jan-Jun

Pihak-pihak
terkait
tidak
memberikan
data yang diharapkan

Jan-Jun

Wajib Pajak
menyampaikan
secara benar

tidak
SPT

12

Jan-Jun

Data
tidak
dapat
dimanfaatkan
untuk
menggali
potensi
perpajakan

19

14.

15.

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasiona
l

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasiona
l

Usulan Riksus tidak


disetujui oleh Tim
Asistensi

1.

Penatausahaan
administrasi
pemeriksaan
tidak
optimal

1.

2.

2.

3.

16.

17.

18.

Meningkatka
n efektivitas
pengawasan

Operasiona
l

Meningkatka
n efektivitas
pemeriksaan

Operasiona
l

Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum

Operasiona
l

Penanganan teknologi
informasi
dan
komunikasi
kurang
optimal

1.

Proses penyelesaian
pemeriksaan
tidak
efektif

1.

Tindakan penagihan
aktif tidak maksimal

1.

2.
3.

2.

dilakukan
dan
kurangnya
kemampuan manajemen waktu
Hasil analisis risiko WP yang
kurang akurat
Potensi analisis AR tidak sesuai
dengan analisis Tim Asistensi
Fungsional
Pemeriksa
belum
menyerahkan LPP dan SP2 yang
sudah direkam di SIDJP tetapi
nomornya belum di-input di ALPP
Pembuatan
audit
plan
dari
supervisor pemeriksa tidak tepat
waktu, SP2 baru diterbitkan
setelah audit plan disetujui oleh
Kepala KPP
Berkas terselip di meja sehingga
tidak terkirim atau tidak dikirimkan
dengan tepat waktu
Banyaknya
pengaduan
yang
masuk pada aplikasi Lasis Online
Tidak tersedianya software atau
hardware pengganti
Kurang dilakukannya pengawasan
terhadap sarana dan prasarana
TIK
Kurangnya kompetensi fungsional
pemeriksa
Kurangnya pengawasan atasan
kepada bawahan
Tidak diperolehnya data pribadi
(KTP/Paspor) dan foto terkini dari
WP/Penanggung Pajak sehingga
tidak dilaksanakannya usulan
pencegahan terhadap Wajib Pajak
/ Penanggung Pajak yang memiliki
itikat tidak melunasi piutang pajak
dan hendak bepergian ke luar
negeri

40

Jan-Jun

Usulan riksus
optimal

tidak

21

Jan-Jun

Kegiatan pemeriksaan
kurang maksimal

22

Jan-Jun

Pengaduan terkait TIK


meningkat

24

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
kegiatan pemeriksaan
tidak sesuai target

Jan-Jun

Realisasi penerimaan
kegiatan
penagihan
tidak sesuai target

2.
3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

19.

Meningkatka
n efektifitas
penegakan
hukum

Operasiona
l

Penatausahaan
piutang pajak tidak
optimal

1.

2.
3.

Kurangnya tenaga Juru Sita Pajak


Negara
Alamat
domisili
Wajib
Pajak/Penanggung Pajak tidak
ditemukan
Keberadaan aset tidak diketahui
Nomor rekening perbankan Wajib
Pajak/Penanggung Pajak tidak
diketahui
Resistensi dan perlawanan dari
Wajib Pajak/Penanggung Pajak
terhadap proses Sita/Lelang
Kurangnya kompetensi Petugas
Penagihan
Pajak
dalam
membedah WP dan menelusuri
Aset WP
Kurangnya
data
pendukung
sebagai bahan pembuatan profil
tentang data diri, kepemilikan aset
dari Wajib Pajak / Penanggung
Pajak, khususnya rekening bank,
aset bergerak lainnya, dan aset
tetap.
Lalainya
Jurusita
dalam
pengawasan piutang pajak yang
telah jatuh tempo
Permohonan
angsuran/penundaan pembayaran
Pajak
dari
Wajib
pajak
/
Penanggung
Pajak
belum
memenuhi persyaratan formal
Lambatnya
penyelesaian
konfirmasi piutang pajak
Kurangnya
manajemen
pembagian waktu tugas-tugas
seksi penagihan

41

Jan-Jun

Pemindaian
penagihan
sedikit

berkas
pajak

25

20.

Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi

Operasiona
l

21.

Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi

Operasiona
l

Pelaksanaan
tugas
kepatuhan
internal
kurang optimal

1.
2.

22.

Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi

Operasiona
l

Penanganan
administrasi
atas
rekomendasi
Itjen/BPK/BPKP tidak
optimal

1.

Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi

Operasiona
l

Penanganan
administrasi
surat
masuk
dan
surat
keluar tidak optimal

1.

23.

Pelaksanaan
manajemen
kurang optimal

1.
risiko
2.

2.
3.

2.
3.
4.

24.

25.

Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi
Organisasi
sehat
yang
berkinerja
tinggi

Operasiona
l

Pelaksanaan
tugas
lainnya kurang optimal

Kepatuhan

Pegawai
disiplin

kurang

5.
1.
2.

1.
2.

3.
4.
26.

Organisasi

Fraud

Kolusi antara pegawai

1.

Kurangnya pemahaman pegawai


mengenai pentingnya penerapan
manajemen risiko
Kurangnya
koordinasi
Tim
Manajemen risiko

Jan-Jun

Banyaknya pegawai
yang tidak memahami
manajemen risiko

Laporan tidak selesai tepat waktu


Bahan-bahan
yang
harus
disiapkan
oleh
pihak
yang
dipantau tidak diberikan tepat
waktu
kurangnya koordinasi dengan
pegawai yang terkait rekomendasi
Auditee tidak/terlambat merespon
rekomendasi Itjen/BPK/BPKP
tidak membuat jawaban atas
rekomendasi Itjen/BPK/BPKP
Tidak adanya penanggung jawab
pekerjaan yang jelas
Kurangnya pengawasan atasan
kepada bawahan
Kurangnya
koordinasi
antar
pegawai di Subbag Umum dan KI
Dokumentasi
softcopy
belum
dilaksanakan secara tertib
Kurangnya alat pemindai
Kurangnya Jumlah SDM
Kurangnya
motivasi
pegawai
dalam melaksanakan tugas

Jan-Jun

Jumlah
kegiatan
pemantauan
tidak
sesuai rencana

23

Jan-Jun

Temuan
Itjen/BPK/BPKP tidak
ditindaklanjuti secara
tuntas

27

Jan-Jun

Pemindaian
surat
masuk
dan
surat
keluar tidak maksimal

15

Jan-Jun

Beban pekerjaan tidak


sebanding
dengan
jumlah SDM

28

Pegawai
kurang
memahami
peraturan disiplin
Atasan
kurang
tegas/kurang
mampu
menerapkan
disiplin
terhadap bawahannya
Kurangnya kesadaran pegawai
dalam mematuhi peraturan disiplin
Minimnya keberadaan mediamedia pengingat disiplin PNS
Kurangnya integritas pegawai

Jan-Jun

Banyaknya
pelanggaran
oleh pegawai

13

42

Jan-Jun

Pegawai

disiplin

yang

16

sehat
yang
berkinerja
tinggi
27.

SDM
yang
kompetitif

Operasiona
l

dan
wajib
pajak/rekanan/sesam
a pegawai

2.
3.

Peningkatan
Kompetensi Pegawai
kurang optimal

1.

2.
28.

SDM
yang
kompetitif

Operasiona
l

Proses
administrasi
kepegawaian
tidak
efektif

1.

2.

3.

4.

29.

Pelaksanaan
anggaran
yang optimal

Operasiona
l

Pelaksanaan
anggaran yang kurang
optimal

1.

2.

3.
4.
5.

Kurangnya pengawasan atasan


Adanya kesempatan/ajakan dari
Wajib
Pajak/rekanan/sesama
pegawai
Penyusunan rencana diklat/IHT
kurang komprehensif atau IHT
telah dilaksanakan tetapi materi
kurang sesuai dengan kebutuhan
kompetensi pegawai
Kurangnya pemahaman peserta
terhadap materi IHT
Kurangnya
pemahaman
pegawai/Kasubbag Umum terkait
aturan kepegawaian
Kurangnya pengawasan terhadap
proses permohonan pelayanan
kepegawaian
Kurangnya pemahaman terhadap
penggunaan aplikasi SIKKA di
setiap permohonan pelayanan
kepegawaian
Aplikasi
e-performance
untuk
penilaian kinerja sulit diakses
melalui internet
Tidak mempunyai perencanaan
anggaran kegiatan dan Rincian
anggaran
pada
akun
pada
dokumen POK dan atau DIPA
tidak sesuai dengan kebutuhan
sekarang.
Adanya kegiatan yang tidak
direncanakan sebelumnya tetapi
harus dilaksanakan
Ketersediaan dana UP tidak
tercukupi
Banyaknya peraturan dan aplikasi
terkait pelaksanaan anggaran
Dokumen tagihan dari pihak ketiga
dan Dokumen sumber sebagai

43

Jan-Jun

melakukan
kolusi
dengan
wajib
pajak/rekanan/sesam
a pegawai banyak
Target Jamlat setiap
pegawai tidak tercapai

14

Jan-Jun

Proses penyelesaian
administrasi
kepegawaian berjalan
lambat

29

Jan-Jun

Target
penyerapan
anggaran
tidak
tercapai

26

6.

7.

30.

Pelaksanaan
anggaran
yang optimal

Operasiona
l

Pertanggungjawaban
anggaran tidak tepat
waktu

1.
2.

3.

4.

31.

Pelaksanaan
anggaran
yang optimal

Operasiona
l

Penyediaan
prasarana
optimal

sarana
kurang

1.
2.
3.

4.

32.

Pelaksanaan
anggaran
yang optimal

Operasiona
l

Pengelolaan sarana
dan prasarana kurang
optimal

1.

2.

dasar penerbitan SPM LS kurang


lengkap
Dokumen
SPD
dan
bukti
pengeluaran perjalanan dinas
yang kurang lengkap
Kurangnya koordinasi dengan
masing-masing bidang terkait
penyerapan anggaran
Adanya
perubahan
Data
pendukung laporan keuangan
Banyaknya pekerjaan yang harus
diselesaikan
bendahara
dan
adanya penugasan lain dalam
waktu yang bersamaan
Kurangnya
pemahaman
mekanisme
atau
teknik
penyusunan laporan keuangan
dan pengoperasian sistem aplikasi
laporan keuangan
Dokumen
sumber
laporan
keuangan sangat banyak jumlah
dan jenisnya sehingga diperlukan
ketelitian dan waktu lama.
Kurangnya tenaga staf PPK
Kurangnya Koordinasi PBJ dan
PPK
Ketersediaan
anggaran
akan
kebutuhan barang persediaan
pegawai terbatas
Anggaran akan sarana dan
prasarana yang disediakan tidak
mencukupi
Rencana pemeliharaan sarana
dan prasarana
tidak disusun
dengan baik
Kurangnya koordinasi dengan
bidang/bagian
lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana

44

Jan-Jun

Penyampaian laporan
pertanggungjawaban
anggaran terlambat

30

Jan-Jun

Penyediaan
sarana
dan prasarana tidak
sesuai
dengan
rencana

32

Sarana dan prasana


milik kantor tidak dpat
dipergunakan

31

3.

4.

5.

6.

prasarana kantor
Kurangnya koordinasi dengan
bidang/bagian
lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan
rumah
dinas
Kurangnya koordinasi dengan
bidang/bagian
lain
terkait
pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan KDO
BMN yang rusak berat sulit
diindentifikasi kondisi dan fisik
barangnya
BMN hasil inventarisasi kegiatan
sensus tidak dapat ditemukan

45

E. Penanganan/Mitigasi Risiko
Berdasarkan Pasal 7 ayat 5 PMK 191/PMK.09/2008, penanganan risiko dilakukan
dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan
opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana
mitigasi risiko.
1. Tujuan
Menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
Pelaksana penanganan risiko pada masing-masing level risiko berikut ini
adalah:
a. Risiko dengan potensi level risiko tinggi : Ketua Manajemen Risiko dan Pemilik
Risiko
b. Risiko dengan level risiko sedang : Pemilik Risiko
c. Risiko dengan potensi level "risiko rendah" Koordinator Manajemen pada
masing-masing Unit Pemilik Risiko dibawah pemantauan Pemilik Risiko.
3. Tahap-tahap Pelaksanaan:
a. Menentukan jenis pilihan penanganan risiko berdasarkan pada pedoman
atau prosedur yang berlaku dengan mengkaji terlebih dulu kelengkapan
dan kesesuaian penerapannya.
b. Jika tidak tersedia pedoman penanganan risiko, maka urutan pilihan
penanganan risiko yang harus diambil adalah:
1) menghindari risiko yang ada secara sepenuhnya: menghindari atau
menghilangkan ancaman sepenuhnya memiliki konsekuensi hila ngnya
peluang yang ada.
2) menurunkan frekuensi terjadinya risiko (langkah-langkah preventif)
3) menurunkan tingkat konsekuensi risiko yang terjadi (langkah-langkah
reduksi).
c. Penanganan risiko diarahkan pada penanganan akar permasalahan (root cause)
dan bukan hanya gejala permasalahan

d. Unit Pemilik Risiko perlu mengembangkan rencana kontingensi bila risiko yang
telah dianalisis bersama Ketua Manajemen Risiko adalah risiko level tinggi yang
melampaui kemampuan unit eselon 1 menyerap konsekuensinya

e. Rencana kontingensi mencakup :


1) Langkah-langkah darurat, termasuk langkah-langkah pendeteksian dan
pembatasan dampak. Langkah-langkah darurat harus dilakukan dalam
hitungan jam hingga beberapa hari. Rencana penanganan kondisi darurat/kritis
mencakup :
a) Rencana terperinci strategi dan manajemen krisis
46

b) Tim penanganan krisis langsung di bawah koordinasi ketua manajemen


risiko
c) Rencana media dan saluran komunikasi
d) Dana penanganan krisis
2)

f.

Langkah-langkah pemulihan, termasuk di dalamnya

tahap-tahap pemulihan yakni:


a) Rencana pemulihan tahap pertama (continuihJ response ) mencakup:
Rencana dan strategi pemulihan
Inf rastruktur pemulihan
Rencana media dan saluran komunikasi
Dana pemulihan taha p pertama
b) Rencana pemulihan tahap kedua (recovery response ) mencakup:
Kegiatan pemulihan
Pengembangan proses baru / peningkatan proses yang ada
Kajian pasca insiden
Dana pemulihan
Pengaktivan kembali
Rencana kontingensi ini mengharuskan para Pemilik Risiko dan Ketua
Manajemen Risiko merujuk pada praktik terbaik yang bersifat praktis dan
tepat untuk kondisi unit Eselon I.

4. Keluaran ( Output )
La poran Penanganan Risiko yang mencakup:
g. Hasil identifikasi berbagai opsi penanganan risiko;
h. Penilaian atas opsi-opsi tersebut; dan
i. Rencana penanganan, persiapan serta implementasinya.
5. Penerapan di KPP Pratama Tanjung
Adapun penerapan penanganan/mitigasi risiko yang dilakukan oleh KPP Pratama

Tanjung untuk Semester I 2016 adalah sebagai berikut:

47

Tabel 12 Penerapan Penanganan Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I 2016


N
o

Risiko

Target penerimaan pajak


tercapai

Program e-filling tidak


dilaksanakan secara maksimal

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak


rendah

Opsi penanganan yang mungkin

Opsi yang dipilih

Dasar pemilihan opsi penanganan

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko
Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Kualitas pelayanan rendah

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Kegiatan Penyuluhan kurang


optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

SPT Tahunan dan SPT Masa


tidak direkam tepat waktu

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Pengelolaan Alket tidak optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Penatausahaan berkas Wajib


Pajak dan SPT tidak optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Penanganan WP Baru Tidak


Optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

10

Penanganan PBB Sektor P3


tidak optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

11

Pengelolaan data perpajakan

1. Menurunkan konsekuensi risiko

Menurunkan

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk

48

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Rincian rencana
penanganan
risiko

N
o

Risiko
tidak optimal

Opsi penanganan yang mungkin

Opsi yang dipilih

Dasar pemilihan opsi penanganan

2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Konsekuensi risiko

mencegah dampak terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah kemungkinan terjadinya risiko

12

WP tidak melakukan
pembetulan SPT

13

Pegawai tidak optimal


melakukan pemanfaatan data
dan pemutakhiran profil

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah kemungkinan terjadinya risiko

14

Usulan Riksus tidak disetujui


oleh Tim Asistensi

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

15

Penatausahaan administrasi
pemeriksaan tidak optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

16

Penanganan teknologi
informasi dan komunikasi
kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah kemungkinan terjadinya risiko

17

Proses penyelesaian
pemeriksaan tidak efektif

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

18

Tindakan penagihan aktif tidak


maksimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

19

Penatausahaan piutang pajak


tidak optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Mengurangi
kemungkinan
terjadinya risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah kemungkinan terjadinya risiko

20

Pelaksanaan manajemen risiko


kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

21

Pelaksanaan tugas kepatuhan


internal kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

22

Penanganan administrasi atas

1. Menurunkan konsekuensi risiko

Menurunkan

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk

49

Rincian rencana
penanganan
risiko

N
o

Risiko

2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Konsekuensi risiko

mencegah dampak terjadinya risiko

23

rekomendasi Itjen/BPK/BPKP
tidak optimal
Penanganan administrasi surat
masuk dan surat keluar tidak
optimal

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

24

Pelaksanaan tugas lainnya


kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

25

Pegawai kurang disiplin

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

26

Kolusi antara pegawai dan


wajib pajak/rekanan/sesama
pegawai

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

27

Peningkatan Kompetensi
Pegawai kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

28

Proses administrasi
kepegawaian tidak efektif

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

29

Pelaksanaan anggaran yang


kurang optimal

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

30

Pertanggungjawaban anggaran
tidak tepat waktu

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

31

Penyediaan sarana prasarana


kurang optimal

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

32

Pengelolaan sarana dan


prasarana kurang optimal

1. Menurunkan konsekuensi risiko


2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko
1. Menurunkan konsekuensi risiko
2.Mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko

Menurunkan
Konsekuensi risiko

Opsi ini dipilih kerena adanya kemampuan untuk


mencegah dampak terjadinya risiko

Opsi penanganan yang mungkin

Opsi yang dipilih

50

Dasar pemilihan opsi penanganan

Rincian rencana
penanganan
risiko

F. Monitoring dan Reviu


Sesuai dengan PMK-191/PMK.09/2008 Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara
memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko.
Monitoring efektivitas semua langkah dalam proses manajemen risiko bertujuan untuk
memastikan bahwa prioritas penanganan masih selaras dengan perubahan di dalam
lingkungan operasional unit Eselon I.
1. Tujuan
Mengantisipasi adanya perubahan, baik pada tingkat maupun tren risiko, yang
berdampak terhadap profil risiko unit Eselon I.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
a. Ketua Manajemen Risiko
b. Pemilik Resiko, dalam hal ini Kepala Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
3. Tahap -Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengawasan dan pengendalian rutin atas kinerja aktual unit Eselon I
pada umumnya dan program penanganan risiko pada Pusatnya dengan cara
membandingkannya dengan kinerja yang diharapkan atau dipersyaratkan.
b. Memonitor efektivitas semua langkah dalam proses Manajemen Risiko berdasarkan
laporan pelaksanaan tahap-tahap sebelumnya serta menggunakan sistem dan
teknologi informasi unit Eselon I guna memastikan bahwa prioritas penanganan
masih selaras dengan perubahan di dalam lingkungan operasi.
c. Menentukan prioritas monitoring risiko. Prioritas monitoring dapat diberikan pada :
1) Risiko-risiko tinggi sangat tinggi
2) Konsentras risiko
3) Kriteria toleransi risiko dengan risiko residual yang tinggi
4) Perkembangan teknologi dan alat transfer risiko yang dapat mempengaruhi
efektivitas penanganan risiko yang sedang berjalan.
d. Jenis-Jenis monitoring adalah :
1) Monitoring berkala
Monitoring dilakukan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali dengan
memeriksa ukuran-ukuran dan parameter yang ada
2) Review Unit Pemilik Risiko (UPR)
Monitoring yang bersifat selektif oleh UPR terutama diarahkan pada risiko-risiko
yang berdasarkan tingkat risiko membutuhkan perhatian khusus dalam
penanganannya.
3) Audit
Monitoring yang dilakukan oleh auditor internal atau eksternal dengan ruang
lingkup dan frekuensi yang lebih terbatas, terutama pada risiko-risiko utama
dengan review lebih pada keandalan sistem dan bukan kondisi yang ada.
Dalam peraturan terbaru PMK 12 Tahun 2016 mengenai Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan, disebutkan bahwa Unit Kepatuhan
51

Internal (UKI) memiliki tugas yang berkaitan dengan monitoring Manajemen Risiko.
Tugas UKI yaitu memastikan apakah manajemen telah menjalankan Mitigasi Risiko
sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaannya dilakukan secara
berkala yaitu tiga bulan sekali. Atas pemantauan tersebut UKI membuat suatu laporan
yang dikirimkan kepada UKI tingkat Kantor Wilayah yang akan meneruskannya kepada
Pemilik Risiko apakah mitigasi telah dilakukan atau tidak.
Dalam makalah ini, KPP Pratama Tanjung masih menggunakan aturan yang
lama yaitu PMK 191/ tahun 2008. Ketika aturan tersebut dibuat, UKI belum dibentuk di
Kementerian Keuangan sehingga tugas UKI belum tersurat dalam PMK tersebut.

4. Output (Keluaran)
Laporan hasil monitoring risiko
Adapun Laporan hasil monitoring risiko yang dilakukan oleh KPP Pratama
Tanjung untuk Semester I 2016 adalah sebagai berikut :

52

Tabel 13 Laporan Monitoring Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I 2016


(berdasar template PMK 191/2008 karena data tidak didapatkan)

Unit Organisasi

Ruang Lingkup Penerapan

Periode Time Horizon

Prioritas

No.

Risiko

Risiko

Level Risiko Sebelumnya

Level Risiko Aktual

Level Risiko Residual Harapan

Tren

Setelah Mitigasi Risiko

Risi
ko

Level

Level

Level

Level

Level

Level

Level

Level

Level

Kemungk

Dampak

Risiko

Kemungkinan

Dampak

Risiko

Kemungki

Dampak

Risiko

inan

nan

53

Deviasi

Rekomendasi

G. Komunikasi dan Konsultasi


Sesuai dengan PMK-191/PMK.09/2008 proses komunikasi dan konsultasi dilakukan
dengan cara mengembangkan komunikasi kepada stakeholder internal maupun eksternal.
1. Tujuan
Untuk memperoleh informasi yang relevan serta mengkomunikasikan setiap tahapan
proses Manajemen Resiko sehingga pihak-pihak terkait dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan baik.
2. Penanggungjawab Pelaksanaan
a. Unit Pemilik Resiko
b. Koordinator Manajemen Resiko
3. Tahapan Pelaksanaan
a. Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal pada setiap tahapan proses Manajemen Resiko, baik
dengan saluran resmi maupun saluran tidak resmi.
b. Melakukan kajian atas efektifitas komunikasi serta menyampaikan analisis dan
rekomendasi kepada Unit Pemilik Resiko dalam hal ini Kanwil DJP Kalimantan
Selatan dan Tengah dan Pejabat Eselon I yang dilakukan dalam kurun waktu 6
(enam) bulan sekali.

54

Pelaporan Risiko
Berdasarkan PMK-191/PMK.09/2008, elemen dalam manajemen risiko terdiri dari
elemen utama dan elemen pendukung yang merupakan proses manajemen risiko. Elemen
utama meliputi Penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
penanganan risiko serta monitoring dan reviu. Sementara itu, elemen pendukung yaitu
komunikasi dan konsultasi (Pelaporan Manajemen Risiko).
1. Jenis Laporan
a. Laporan Profil dan Peta Risiko
b. Laporan Rencana Penanganan Risiko
c. Laporan Monitoring Risiko
2. Penanggung Jawab Pelaporan
a. Laporan profil dan peta risiko disampaikan oleh seluruh pemilik risiko yaitu masingmasing Pejabat Eselon II kepada Manajemen Risiko untuk dikompilasi dan
disampaikan kepada Ketua Komite Manajemen Risiko;
b. Laporan Rencana Penanganan Risiko disampaikan oleh seluruh Pemilik Risiko yaitu
masing-masing Pejabat Eselon II kepada ketua Manajemen Risiko untuk dikompilasi
dan disampaikan kepada Ketua Komite Manajemen Risiko.
c. Laporan Monitoring Risiko disampaikan oleh Ketua Manajemen Risiko kepada Ketua
Komite Risiko.
3. Waktu Pelaporan
Masing-masing jenis laporan di atas disampaikan per semester atau tiap 6 (enam) bulan
sekali.
4. Pelaporan kepada para Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Ketua Komite Manajemen Risiko menyampaikan Paparan (exposure) Risiko unit Eselon
I kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), khususnya kepada Manajer
Keuangan pada setiap semester yaitu pada posisi per bulan Juni dan Desember.

55

PENTUTUP
Secara keseluruhan, pelaksanaan manajemen risiko di KPP Pratama Tanjung, yang
merupakan unit vertikal dari Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah sebagai pemilik
risiko, telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008, baik dari
segi prosedur maupun pelaporan. KPP Pratama Tanjung telah melakukan identifikasi,
evaluasi, dan analisis risiko, termasuk melakukan urutan prioritas risiko yang ada di unit
kerjanya.

KPP Pratama Tanjung

juga

telah

melakukan

penangan/mitigasi

risiko.

Berdasarkan Laporan Pemantauan Pelaksanaan Penanganan / Mitigasi Risiko KPP


Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016, jumlah mitigasi risiko yang dijalankan baru
mencapai 72% dari mitigasi risiko yang direncanakan. Artinya, belum semua mitigasi risiko
diselesaikan. Namun, secara keseluruhan KPP Pratama Tanjung telah berhasil memetakan,
mengantisipasi, dan menangani risiko-risiko yang terjadi.
Saran-saran perbaikan yang dapat diberikan antara lain:
1. Pelatihan kepada para pihak-pihak yang terkait dengan proses manajemen risiko;
2. Masing-masing pimpinan unit kerja, baik pada tingkat Eselon II, III, dan IV
memahami proses bisnis masing-masing unitnya dan menganalisis masalah pada
unitnya yang dapat memicu timbulnya risiko;
3. Proses pemetaan risiko dan pelaksanaan manajemen risiko dilakukan oleh orangorang yang memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko;
4. Pelakasanaan penanganan/mitigasi risiko yang direncanakan terutama yang belum
diselesaikan agar menjadi perhatian pada pelaksanaan mitigasi risiko semester
selanjutnya.
5. Pemantauan

terhadap pelaksanaan

manajemen risiko

secara berkala

dan

menganalisis mengapa suatu mitigasi risiko tidak/belum dilakukan dan segera


mencari solusi yang tepat.

56

DAFTAR PUSTAKA
Formulir Piagam Manajemen Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Formulir Proses Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I
Tahun 2016
Formulir Penanganan Risiko KPP Pratama Tanjung Semester I Tahun 2016
Laporan Pemantauan Pelaksanaan Penanganan / Mitigasi Risiko KPP Pratama Tanjung
Semester I Tahun 2016
Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/ 2008 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.09/2016 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur nomor S214/PJ.11/2015 tentang Optimalisasi Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
Surat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur nomor S287/PJ.11/2015 tentang Penegasan terkait Penerapan Manajemen Risiko di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

57

Anda mungkin juga menyukai