Pengertian Beton Prategang
Pengertian Beton Prategang
menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu dimana baja
prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced load.
Teori inbalanced load telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat dalam
menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur flat slab,
struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan tidak ada gedung
bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai dengan
aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton pratekan dianggap
sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-daerah gempa, tetapi
dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton pratekan cukup kenyal, sehingga
dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
c). P.W. Abeles
P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran full
prestressing, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton bertulang biasa
dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full prestressing ini tidak
ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan beton pratekan dan full
prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada struktur yang sama tetapi dari
beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Dengan demikian
timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W. Abeles untuk mengkombinasikan prinsip
pratekan dengan prinsip penulangan penampang atau dikenal dengan nama partial
prestressing. Yang mana didalam penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak
dapat dikombinasikan dengan baik.
Partial prestressing telah disetujui oleh Chief Engineers Departement untuk
digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh terjadi
sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan memasang baja tulangan biasa.
Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa partial prestressing
mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan teori load balancing dari T.W.
Lin yang ikut mendorong dipakainya partial prestressing karena pertimbangannya kecuali segi
ekonomis juga segi praktisnya bagi perencanaan.
Gambar Beton prategang
Kerugian
Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari diameter
baja dan bentuknya.
Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap untuk
setiap diameter.
5 . Metode pelaksaan beton prategang
Berbagai metoda dengan mana pratekanan diberikan kepada beton. Dalam tulisan ini
hanya membahas metoda yang paling luas dipakai untuk memberikan pratekanan pada unsurunsur beton struktural adalah dengan menarik baja ke arah longitudinal dengan alat penarik.
Menegangkan tendon tidak mudah, sebab mengingat gaya yang cukup besar (sampai ratusan
ton).
Terdapat 2 (dua) prinsip yang berbeda :
a.
Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton
di cor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup
keras. Untuk ini dipakai istilah, Pre-tensioning. Dalam hal ini beton melekat pada baja prategang.
Setelah beton mencapai kekuatan yang diperlukannya, tegangan pada jangkar dilepas perlahanlahan dan baja akan mentransfer tegangannya ke beton melalui panjang transmisi baja, yang
tergantung pada kondisi permukaan serta profil dan diameter baja, juga bergantung pada mutu
beton.
Langkah 1. Kabel ditegangkan pada alat pembantu
Langkah 2. Beton di cor
Langkah 3. Setelah beton mengeras (umur cukup) baja di putus perlahan-lahan, tegangan baja
ditransfer ke beton melalui transmisi baja
b.
Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak terekat pada
beton diberi tegangan.
Untuk konstruksi ini disebut : Post-tensining. Pada sistem Post-tensioning, beton di cor dahulu
dan dibiarkan mengeras sebelum di beri gaya prategang. Baja dapat ditempatkan seperti propil
yang ditentukan, lalu beton di cor, lekatan dihindarkan dengan menyelubungi baja yaitu dengan
membuat selubung/sheat. Bila kekuatan beton yang diperlukan telah tercapai, maka baja
ditegangkan di ujung-ujungnya dan dijangkar. Gaya prategang di transfer ke beton melalui
jangkar pada saat baja ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan.
Langkah-langkah pelaksanaan sistem Post-tensioning :
Langkah 1. Beton di cor dan tendon diatur sedemikian dalam sheat, sehingga tidak ada lekatan
antara beton dan baja
Langkah 2. Tendon di tarik pada salah satu/kedua ujungnya dan menekan beton langsung
Langkah 3. Setelah tendon ditarik, kemudian dijangkarkan pada ujung-ujungnya. Prategang
ditransfer ke beton melalui jangkar ujung tersebut. Jika diinginkan baja terekat pada
beton, maka langkah selanjutnya adalah grouting (penyuntikan) pasta semen ke
dalam sheat