Anda di halaman 1dari 12

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN

LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang
dirancang untuk tujuan penetapan, pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian,
pengiktisaran,

dan

pelaporan

kinerja

pada

instansi

pemerintah

dalam

rangka

pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.


LAKIP adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu
instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
KEBIJAKAN TERKAIT SAKIP

UU No. 28/1998 ttg Penyeleggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN

PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

Inpres 7/1999 ttg Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PermenPAN dan RB Nomor 29/2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan


Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

PermenPPN/Kepala Bappenas No. 5/2008 ttg Renstra KL

Permendagri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun


2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah

LATAR BELAKANG

Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) di Indonesia

Reformasi untuk mewujudkan Sistem Kepemerintahan yang Baik (good governance)


dimulai dengan dikeluarkannya TAP MPR XI/1998 dan UU No. 28/1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN

Azas-azas penyelenggaraan negara yang baik (UU No. 28/1999):

Asas Kepastian Hukum

Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Asas Kepentingan Umum

Asas Keterbukaan

Asas Proporsionalitas

Asas Profesionalistas

Asas Akuntabilitas

Cikal bakal lahirnya SAKIP LAKIP adalah berasal dari Inpres No.7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Instansi Pemerintah dimana didalamnya disebutkan Mewajibkan setiap Instansi
Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
Pemerintah.
Dengan adanya sistem SAKIP dan LAKIP bergeser dari pemahaman "Berapa besar dana
yang telah dan akan dihabiskan" menjadi "Berapa besar kinerja yang dihasiulkan dan
kinerja tambahan yang diperlukan, agar tujuan yang telah ditetapkan dalah akhir periode
bisa tercapai".

Pemahaman SAKIP & Penyusunan LAKIP

Bagi seorang pimpinan atau kepala daerah, SAKIP akan berguna untuk bisa mengukur setiap
pembangunan atau kinerja yang dilakukan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). Selain itu, sistem ini bisa juga dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mempertanggungjawabkan anggaran yang telah digunakan untuk pembangunan daerah.
Sampai dengan saat ini (31/3/2015) penilaian SAKIP untuk kabupaten/kota di Indonesia tidak
ada satupun yang nilainya dapat A. Dari 500 kabupaten/kota, hanya ada 11 kabupaten/kota
yang nilainya B.

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen


kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi,
yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
Dalam penilaian LAKIP, materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen. Komponen pertama
adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan
kinerja dengan bobot 35. Komponen kedua, yakni pengukuran kinerja, yang meliputi
pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran dengan bobot
20.
Pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan,
penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, diberi bobot 15. Sedangkan
evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan
hasil evaluasi, diberi bobot 10. Untuk pencapaian kinerja, bobotnya 20, terdiri dari kinerja
yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja lainnya.
Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan), dengan skor 85 100,
sedangkan A (sangat baik) skornya 75 -85, CC (cukup baik) dengan skor 50 65, C (agak
kurang) dengan skor 30 50, dan nilai D (kurang) dengan skor 0 30.

Kewajiban penyusunan LAKIP dibebankan kepada setiap instansi pemerintahan, yaitu:


1. Kementerian / Lembaga Negara
2. Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota
3. Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian / Lembaga Negara
4. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
LAKIP selambat lambatnya disampaikan tanggal 15 Maret tahun anggaran berikutnya.

SAKIP DALAM KERANGKA AKUNTABILITAS DAN SPIP


Hingga saat ini Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) lebih sering
dipandang sebagai sebuah mekanisme untuk mempertanggungjawabkan kinerja. Pendekatan
tersebut berpijak pada sudut pandang eksternal atau pemenuhan kepentingan stakeholders.
Pandangan ini tidaklah salah. Namun, dengan pemahaman seperti itu, peran SAKIP menjadi
lebih sempit dan cenderung tidak memunculkan kesadaran instansi pemerintah atas
kebutuhan penerapan SAKIP secara benar.
SAKIP sesungguhnya dapat dilihat dari sudut pandang yang lain. Dalam kerangka PP 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) disebutkan bahwa dalam
unsur kegiatan pengendalian terdapat dua sub unsur yang menegaskan fungsi SAKIP yang
jauh lebih besar. Sub unsur tersebut adalah reviu atas kinerja dan reviu atas indikator kinerja.
Kedua sub unsur tersebut dengan tegas menyebutkan penetapan indikator kinerja dan reviu
kinerja sebagai bagian dari aktivitas pengendalian. Sehingga berfungsinya SAKIP dengan
baik adalah wujud penerapan SPIP.
Hingga kini SAKIP belum berfungsi baik sebagai media pertanggungjawaban kinerja
maupun sebagai alat pengendalian manajemen. Infrastruktur pembangun SAKIP kini sudah
terbangun. Jika diibaratkan sebuah bangunan, kekuatan bangunan tersebut sangat tergantung
dari bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya. Bahan-bahan itulah yang
merupakan komponen pembangun SAKIP yang terdiri dari Renstra, Renja, Tapkin dan
LAKIP.
TAHAPAN SIKLUS SAKIP
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah laporan kinerja yang
berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan meliputi :
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah dalam periode 5
(lima) tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen perencanaan untuk arah pelaksanaan
program dan kegiatan dan menjadi landasan dalam penyelenggaraan SAKIP. Penjelasan lebih
lanjut mengenai rencana strategis akan ditulis pada posting selanjutnya.

2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi
yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja selain berisi
mengenai perjanjian penugasan/pemberian amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator
kinerja dan target yang diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun serta memuat
rencana anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran strategis.
Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Perjanjian Kinerja.
3. pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi kinerja dengan
sasaran (target) kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen perjanjian kinerja dalam
rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh
penerima tugas atau penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah. Penjelasan lebih
lanjut mengenai pengukuran akan ditulis pada posting selanjutnya.
4. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi, penatausahaan dan penyimpanan
data kinerja serta melaporkan data kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan
kebutuhan instansi pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai
pengelolaan kinerja akan ditulis pada posting selanjutnya.
5. Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja
yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja
tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja
Tahunan paling tidak memuat perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi
pemerintah, realisasi pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas

pencapaian kinerja. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja
Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan informasi yang
disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan. Reviu tersebut dilaksanakan oleh Aparat
pengawasan intern pemerintah dan hasil reviu berupa surat pernyataan telah direviu yang
ditandatangani oleh Aparat pengawasan intern pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja
merupakan evaluasi dalam rangka implementasi SAKIP di instansi pemerintah.

PELAKSANAAN SAKIP
Penetapan kinerja pada dasarnya merupakan salah satu komponen dari Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP), meski belum diatur secara eksplisit dalam Inpres
7 tahun 1999. Penyusunan kontrak kinerja ini diharapkan dapat mendorong keberhasilan
peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Penyusunan penetapan kinerja ini dimulai dengan merumuskan renstra yang merupakan
rencana jangka menengah (lima tahunan) yang dilanjutkan dengan menjabarkan rencana lima
tahunan tersebut kedalam rencana kinerja tahunan. Berdasarkan rencana kinerja tahunan
tersebut, maka diajukan dan disetujui anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai rencana
tahunan tersebut. Berdasarkan rencana kinerja tahunan yang telah disetujui anggarannya,
maka ditetapkan suatu penetapan kinerja yang merupakan kesanggupan dari penerima mandat
untuk mewujudkan kinerja seperti yang telah direncanakan.
Dalam tahun berjalan, pelaksanaan kontrak kinerja ini akan dilakukan pengukuran kinerja
untuk mengetahui sejauh mana capaian kinerja yang dapat diwujudkan oleh organisasi serta
dilaporkan dalam suatu laporan kinerja yang biasa disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).
RENSTRA
Rencana Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai
selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun dengan memperhitungkan potensi,

peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Rencana Strategis mengandung
visi, misi, tujuan, sasaran, serta cara pencapaian yang realistis untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan dokuman yang berisi informasi tentang tingkat
atau target kinerja berupa output dan atau outcome yang ingin diwujudkan oleh suatu
organisasi pada satu tahun tertentu.
PENETAPAN KINERJA
Penetapan kinerja merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji
untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun
Penetapan kinerja disepakati antara pengemban tugas dengan atasannya (performance
agreement)
Penetapan kinerja merupakan rencana kinerja tahunan yang telah disesuaikan dengan
ketersediaan anggarannya, yaitu setelah proses anggaran (budgeting process) selesai.
Isi penetapan kinerja meliputi:
1. Pernyataan penetapan kinerja aparatur
2. Lampiran yang berisi:
Sasaran yang mencerminkan sesuatu yang akan dicapai organisasi secara nyata
dari pelaksanaan program dalam rumusan yang spesifik, terukur, dan

berorientasi pada hasil.


Ukuran-ukuran kinerja yang jelas berupa indikator kinerja dan target.

INDIKATOR KINERJA
Ukuran kinerja yang digunakan untuk mengetahui perkembangan upaya dalam mencapai
hasil dan hasil kerja yang dicapai.

Fungsi Indikator Kinerja


1.

Memperjelas apa, berapa & kapan suatu program/kegiatan dilaksanakan

2.

Memperjelas siapa yang bertanggungjawab dan melaksanakan indicator yang

dimaksut
3.

Menciptakan konsensus yg dibangun bersama oleh pihak terkait utk menghindari


kesalahan interprestasi selama pelaksanaan kegiatan dan dalam menilai kinerjanya

4.

Membangun dasar utk pengukuran, analisis & evaluasi kinerja organisasi/unit kerja

Kriteria SMART dalam penentuan indikator kinerja


Spesific (Spesifik)
Measurable (Dapat diukur)
Attainable (Dapat dicapai)
Relevan (Sesuai dengan kinerja atau hasil yang diukur)
Time bound (Berjangka waktu tertentu)
Trackable (Dapat dipantau dan dikumpulkan)

SIAPA YANG MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA?


Menteri/Pimpinan Lembaga untuk tingkat kementerian/lembaga, unit eselon I dan
unit mandiri;
Sekjen Lembaga Tinggi/Lembaga lain untuk tingkat lembaga, unit eselon I dan
unit mandiri;
Gub untuk tingkat pem provinsi, SKPD dan unit kerja mandiri.

Bupati/Wali untuk tingkat pem kab/kota, SKPD dan unit kerja mandiri.

PENETAPAN KINERJA
Suatu dokumen pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang
dimiliki oleh instansi.

INSTANSI YANG MENETAPKAN PENETAPAN KINERJA


Kementerian/Lembaga;
Unit Organisasi Eselon I;
Satuan Kerja dan Unit Mandiri di Pusat;
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota;
SKPD;
Unit Mandiri di Pemerintah Daerah;
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENETAPAN KINERJA
Kementerian/Lembaga;
Unit Organisasi Eselon I;
Satuan Kerja dan Unit Mandiri di Pusat;

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota;


SKPD;
Unit Mandiri di Pemerintah Daerah;
MANFAAT PENETAPAN KINERJA

Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi;

Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah;

Menilai keberhasilan organisasi.

PENGUKURAN KINERJA

Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi;

Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah;

Menilai keberhasilan organisasi.

PENGUMPULAN DATA KINERJA

Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi;

Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah;

Menilai keberhasilan organisasi.

CARA MENHITUNG PERSENTASE CAPAIAN KINERJA


1.

Semakin tinggi realisasi menunjukan Pencapaian Kinerja yang semakin baik,

digunakan rumus:

Realisasi
Persentase Tingkat Capaian

X 100%
Target

2.

Semakin tinggi realisasi menunjukan semakin rendah Pencapaian Kinerja, digunakan

rumus:

Target - (Realisasi - Target)


Persentase Tingkat Capaian

X 100
Target

PENYUSUNAN LAKIP
Memuat informasi kinerja, baik keberhasilan maupun kegagalan (capaian atas target)
Mengikuti prinsip-prinsip yang lazim, yaitu laporan harus disusun secara jujur,
obyektif, dan transparan
Merupakan pelaksanaan kewajiban organisasi untuk menjelaskan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan sesuai dengan tufoksi
STRUKTUR DAN ISI LAKIP

Ringkasan eksekutif

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum organisasi

yang

melaporkan dan sekilas pengantar lainnya

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Dalam bab ini diikhtisarkan beberapa hal penting dalam perencanaan dan
perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja)

Bab III Akuntabilitas Kinerja

Dalam bab ini diuraikan pencapaian sasaran-sasaran organisasi


dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran

Bab IV Penutup

Lampiran

pelapor,

Anda mungkin juga menyukai