DAFTAR ISI
Daftar isi ................................................................................................................. ii
Pendahuluan .......................................................................................................... iii
1. Ruang Lingkup ................................................................................................... 1
2. Kegunaan ........................................................................................................... 1
3. Acuan Normatif .................................................................................................. 2
4. Istilah dan Definisi .............................................................................................. 2
5. Penggunaan Material ........................................................................................ 3
5.1. Agregat ....................................................................................................... 3
5.2. Aspal JBMA-50 .......................................................................................... 4
6. Pembuatan Formula Campuran Kerja .............................................................. 5
6.1. Umum........................................................................................................ 5
6.2. Tahapan Pembuatan Formula Campuran Kerja ...................................... 5
7. Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas menggunakan
Aspal JBMA-50 ................................................................................................. 14
7.1.Umum .......................................................................................................... 14
7.2.Penyiapan Peralatan pelaksanaan ............................................................. 15
7.3.Penyiapan Bahan ........................................................................................ 17
7.4.Produksi Campuran .................................................................................... 18
7.5.Pengangkutan ke lokasi penghamparan .................................................... 20
7.6.Penghamparan Campuran Beraspal panas ............................................... 20
7.7. Pemadatan ................................................................................................ 22
7.8. Sambungan-Sambungan ........................................................................... 23
7.9. Pengendalian mutu .................................................................................... 24
8. Penyimpangan produksi campuran beraspal panas ..................................... 26
9. Lampiran .......................................................................................................... 26
1. Ilustrasi pemeriksaan AMP
2. Gambar urutan Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Beraspal panas
dengan JBMA-50
Petunjuk Teknis -
ii | P a g e
Pendahuluan
iii | P a g e
Petunjuk Teknis -
Petunjuk Teknis -
1|Page
3. Acuan Normatif
Semua standar pengujian mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan didalam
Spesifikasi Teknis PU Bina Marga yang berlaku :
1. SNI 03 1968 1990, Metoda pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan kasar
2. SNI 06 2432 1991, Metoda pengujian daktilitas bahan-bahan aspal
3. SNI 06 2433 1991, Metoda pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
alat cleveland open cup
4. SNI 06 2434 1991, Metoda pengujian titik lembek aspal dan ter
5. SNI 06 2440 1991, Metoda pengujian kehilangan berat minyak dan
aspal dengan cara A
6. SNI 06 2441 1991, Metoda pengujian berat jenis aspal padat
7. SNI 06 2456 1991,
Metoda pengujian penetrasi bahan-bahan
bitumen
8. SNI 03 3640 1994, Metoda pengujian kadar aspal dengan cara
ekstraksi menggunakan soklet
9. SNI 06 6721 2002, Metoda pengujian kekentalan aspal cair dengan alat
saybolt
10. SNI 03 6893-2002, Metoda pengujian berat jenis maksimum campuran
beraspal
11. RSNI M 01 2003, Metoda pengujian campuran beraspal dengan alat
Marshall
12. RSNI M-06-2004,Cara uji campuran beraspal panas untuk ukuran
agregat maksimum dari 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5
inci) dengan alat Marshall
2|Page
Petunjuk Teknis -
4.4.
alat sirkulasi
alat tambahan yang ditempatkan pada ketel pemanas aspal unit pencampur
aspal, berfungsi sebagai alat sirkulasi untuk menjamin homogenitas dan
mencegah terjadinya pengendapan JBMA-50.
5. Penggunaan Material
Campuran beraspal panas yang menggunakan aspal JBMA-50 adalah
merupakan gabungan antara agregat kasar, halus , filler (bila perlu) serta aspal
JBMA-50 yang dicampur, dihampar serta dipadatkan secara panas pada
temperatur tertentu.
5.1. Agregat
5.1.1. Agregat kasar
a) Agregat kasar yang digunakan harus batu pecah, dalam hal apapun tidak
boleh menggunakan agregat kasar kotor dan berdebu serta jumlah bahan
lolos ukuran 0,075 mm tidak boleh lebih besar dari 1%;
b)
Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau bahanbahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan yang
diberikan pada Tabel 5.1.
Standar
Natrium sulfat
terhadap larutan
Magnesium
Nilai
Maks . 12%
Maks . 18%
Sulfat
Abrasi
dengan
Campuran
100 putaran
Maks. 6%
AC
500 Putaran
Maks. 30%
100 Putaran
Maks. 8%
modifikasi
Semua
Maks. 40%
Min. 95%
95/90
ASTM
Maks. 10%
mesin Los
Angeles
Jenis
campuran
aspal
500 Putaran
bergradasi
lainnya
Perbandingan 1 : 5
Petunjuk Teknis -
D4791
SNI
03-4142
Maks. 2%
1996
3|Page
Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak
mengandung lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Abu batu
harus dihasilkan dari batu yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 5.2.
Pasir alam dan abu batu tidak boleh mengandung bahan yang lolos
saringan 0,075 mm (SNI 03-4142-1996) lebih dari 8% dan diuji dengan
Setara Pasir (SNI 03-4428-1997) tidak kurang dari 50%.
Standar
Nilai
SNI 03-4428-1997
Min. 60%
SNI 03-6877-2002
Min. 45
Gumpalan
SNI 03-4141-1996
Maks. 1%
Maks. 10%
Lempung
dan
butir-butir
2012
4|Page
Petunjuk Teknis -
JENIS PENGUJIAN
Penetrasi, 25 oC, 100 gr,
5 detik, 0,1 mm
Viscositas absolut pada
60C
Viscositas kinematis pada
135C
Titik lembek
Daktilitas 25 oC, cm
Titik Nyala, oC
Kelarutan dalam C2HCL3
Berat Jenis
Perbedaan Titik lembek
setelah stabilitas
penyimpanan
METODE
SPEK
JBMA-50
(PUSLITG)
JBMA-50
(BPJN II)
SNI 2456-2011
Min 50
63
58,59
SNI 03-6440-2000
240-360
291,4
SNI 7729-2011
385-2000
497,2
SNI 2434-2011
SNI 2432-2011
SNI 2433-2011
06-2438-1991
SNI 2441-2011
50
100
232
90
1,0
51,3
>140
276
95,7
1,033
52,50
> 150
-
2,2
1,0
SNI 06-2440-1991
0,8
0,253
SNI 03-6440-2000
1200
465,6
SNI 2456-2011
54
74,6
SNI 2432-2011
>50
>140
Petunjuk Teknis -
5|Page
Latasir (SS)
Lataston (HRS)
Gradasi Senjang
Kls A
Kls B
WC
Laston (AC)
Base
WC
Base
WC
BC
Base
100
90 - 100
37,5
100
25
19
100
9,5
100
100
100
100
100
90 100
76 90
90 - 100
90 - 100
87 - 100
90 100
90 100
75 90
60 78
75 85
65 90
55 88
55 70
77 90
66 82
52 71
53 69
46 64
35 54
33 - 53
30 49
23 41
100
12,5
90 100
4,75
2,36
75 - 100
50 - 72
35 - 55
50 62
32 44
21 40
18 38
13 30
35 60
15 35
20 45
15 35
14 30
12 28
10 22
15 35
5 35
9 22
7 20
6 15
6 15
5 13
4 10
4-9
4-8
3-7
1,18
0,600
0,300
0,150
2-9
48
0,075
10 - 15
8 - 13
6 - 10
6 - 10
Sumber : Seksi 6.3. Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 3 (2010).
Lasto
75
Min
Maks
Min
Maks
Min
Min
Min
Maks
Min
Maks
Min
Min
Min
112
1,0
1,4
3,0
5,0
14
65
15
65
1000
2
4
13
65
2.250
3
6
90
22
2500
6|Page
Petunjuk Teknis -
Simbol
Tebal
Nominal
Minimum (cm)
Latasir Kelas A
SS - A
1.5
Latasir Kelas B
SS - B
2.0
Lapis Aus
HRS - WC
3.0
Lapis Pondasi
HRS Base
3.5
Lapis Aus
AC - WC
4.0
Lapis Antara
AC BC
6.0
Lapis Pondasi
AC - Base
7.5
Lataston
Laston
Petunjuk Teknis -
7|Page
=
=
=
=
Catatan:
1) Kadar aspal optimum perkiraan yang diperoleh dibulatkan mendekati angka 0,5 % yang
terdekat. Misal dari perhitungan didapat 6,3 %, dibulatkan menjadi 6,5 %, atau bila didapat
5,7 %, dibulatkan menjadi 5,5 %.
2) Pada pelaksanaan pekerjaan campuran panas yang menggunakan aspal JBMA-50, kadar
aspal perkiraan (Pb) harus dibagi nilai hasil uji kelarutan (%),mengingat didalam JBMA-50
terkandung 2 unsur yaitu aspal dan mineral asbuton.
8|Page
Petunjuk Teknis -
(7)
Petunjuk Teknis -
9|Page
10 | P a g e
Petunjuk Teknis -
kadar
Spesifikasi
Campuran
Kepadatan
(gr/cc)
VMA (%)
VFB (%)
VIM Marshall
(%)
VIM kepadatan
mutlak(%)
Stabilitas
(kg)
Kelelehan
(mm)
Rentang
yang
memenuhi
parameter
kuosien
Marshall
(mm)
Petunjuk Teknis -
11 | P a g e
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap percobaan
pemadatan. Contoh campuran beraspal dapat diambil dari AMP atau
dari truk, dan dibawa ke laboratorium.
12 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Mul ai
Kesesuai an
mutu bahan dengan
spesi fi kasi
tidak
Ganti bahan
tidak
Perbai kan al at
atau ganti al at uj i
ya
Kesesuai an
peral atan dengan standar
penguj i an
ya
Kesesuai an
karaktri sti k campuran
dengan spesi fi kasi
tidak
ya
tidak
Ji ka perl u atau j i ka
terj adi banyak
overfl ow l akukan
perubahan gradasi
ya
Campuran beraspal
mudah di padatkan
tidak
ya
Pengesahan FCR
menj adi FCK
(Sel esai )
Petunjuk Teknis -
13 | P a g e
7.1. Umum
Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas dengan
JBMA-50, secara garis besar ditunjukkan dalam bentuk bagan alir seperti
diperlihatkan pada Gambar 7.1.
Mulai
Permintaan untuk
mulai melakukan
pekerjaan (request)
Periksa
Batasan cuaca
tidak
Pengendalian
lalu-lintas
Pencampuran
Penghamparan
Pemadatan
Perbaikan
tidak
Periksa
Ya
Pengukuran,
pembayaran
Pemeliharaan
rutin
Selesai
14 | P a g e
Petunjuk Teknis -
c)
Truk jungkit (Dump Truck) harus dilengkapi terpal penutup yang ukurannya
sesuai.
Petunjuk Teknis -
15 | P a g e
b)
c)
d)
e)
b)
Alat pemadat roda ban karet harus memiliki tidak kurang dari tujuh roda
ban karet halus dengan ukuran dan konstruksi yang sama serta beroperasi
2
pada tekanan 8,5 kg/cm (120 psi). Roda-roda harus berjarak sama antara
satu dengan yang lainnya pada kedua garis sumbu dan diatur sedemikian
rupa sehingga lintasan roda pada sumbu yang satu berada diantara
lintasan roda dari sumbu lainnya saling melengkapi. Masing-masing ban
harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang disyaratkan
sehingga selisih tekanan diantara setiap dua ban harus tidak lebih dari
2
0,35 kg/cm (5 psi). Masing-masing alat pemadat harus dilengkapi dengan
suatu cara penyetelan berat keseluruhan dengan pengaturan beban
sehingga beban per lebar roda diatur dari 1500 kg sampai 2500 kg;
c)
Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda
belakang tidak kurang dari 200 kg per lebar 0,1 m di atas lebar penggilas
16 | P a g e
Petunjuk Teknis -
minimum 0,5 m dan pemadat roda baja mempunyai berat statis total tidak
kurang dari 6 ton. Roda alat pemadat harus bebas dari permukaan yang
kasar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan
perkerasan.
b)
Agregat halus hasil pemecahan dan pasir alam harus dilindungi dari hujan
serta ditimbun dalam cadangan yang terpisah serta harus dipasok ke
dalam alat pencampur menggunakan bin dingin yang terpisah, sehingga
perbandingan antara agregat halus hasil pemecahan dan pasir alam dapat
dikontrol dengan cermat.
c)
d)
e)
Petunjuk Teknis -
17 | P a g e
Agregat kering harus digabung pada unit pencampur dalam proporsi yang
menghasilkan gradasi agregat sesuai dengan yang disyaratkan dalam
FCK. Proporsi agregat ditentukan dengan pengujian secara basah pada
contoh yang diambil dari bin panas sesaat sebelum produksi dimulai dan
selang waktu tertentu. Aspal JBMA-50 harus ditimbang dan dimasukkan
18 | P a g e
Petunjuk Teknis -
ASPAL JBMA-50
- CURAH
- DRUM
MASUK TANKI
KHUSUS ATAU KETEL
YANG TELAH DIBERI
ALAT SIRKULASI
MASUK
BIN
PANAS
SARING
KERINGKAN
PANASKAN DAN
DIADUK
ATAUSIRKULASI
TIMBANG
AGREGAT DARI
STOCKPILE
BIN
DINGIN
Gambar 7.2a.
ASPAL JBMA-50
- CURAH
- DRUM
- KANTONG
AGREGAT DARI
STOCKPILE
TIMBANG
CAMPUR
CAMPURAN PANAS
DENGAN ASPAL
JBMA-50
BIN DINGIN
KERINGKAN
PANASKAN DAN
DIADUK ATAU
SIRKULASI
CAMPUR
CAMPURAN PANAS
DENGAN ASPAL
JBMA-50
Gambar 7.2b.
Petunjuk Teknis -
19 | P a g e
JBMA-50
Aspal (Pas)
(Type II.A)
0.2
155 1
0.4
145 1
Pencampuran,
0.2 0.5
145 155
0.5
135 150
No.
Prosedur Pelaksanaan
rentang
tempratur
sasaran
4
0.5 1.0
130 150
1-2
125 145
2 20
100 125
<20
>95
20 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Pemanasan
aspal JBMA
155- 165C
Pemanasan
Agregat 165-175C
PT. HTJ
Dump Truc
Temp. 140-150C
Asphalt Finisher
Temp. 130-150C
Tandem Roller
Temp. 125-145C
Tire Roller
Temp. 100-125C
Tandem Roller
Temp. >95C
Gambar 7.2C.
Rentang Temperatur Pelaksanaan Campuran Panas dengan aspal JBMA-50
c)
d)
Petunjuk Teknis -
21 | P a g e
f)
Pada jalan yang akan dilapis dengan separuh lebar untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sisa
panjang pengaspalan setengah lebar jalan pada akhir setiap hari kerja
sependek mungkin.
7.7. Pemadatan
a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi
harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar
dalam keadaan gembur harus dipantau dan pemadatan harus dimulai
dalam rentang temperatur aspal yang ditunjukkan pada Tabel 7.3.
b) Pemadatan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
yaitu pemadatan awal, pemadatan kedua atau utama dan pemadatan
akhir / penyelesaian
c) Pemadatan awal (breakdown rolling) harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada di dekat alat penghampar.
d) Untuk mencegah penurunan temperatur yang tidak dikehendaki, maka
pemadatan awal harus dilakukan sedekat mungkin dengan alat
penghampar (penghamparan 20-30 meter, harus sudah dilakukan
pemadatan awal);
e) Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi);
f)
22 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja
dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga kecepatannya
sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut.
Garis, kecepatan dan arah pemadatan tidak boleh diubah secara tiba-tiba
atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran beraspal;
e)
f)
Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang
berlebihan tidak diperkenankan;
g)
h)
Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan pada perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan
perbaikan;
i)
7.8. Sambungan-sambungan
a) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan tidak berada di atas yang
lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi pada
pemisah lajur lalu lintas. Sambungan-sambungan melintang harus
dipasang berjenjang dengan jarak minimum 25 cm dan harus lurus;
b)
Petunjuk Teknis -
23 | P a g e
c)
Kepadatan lapisan sama atau lebih besar daripada nilai yang diberikan
pada Tabel 7.4. Jika rasio antara kepadatan maksimum dan minimum
ditentukan oleh satu set contoh inti yang mewakili daerah yang diukur
adalah lebih besar daripada 1,08 : 1, maka contoh inti harus diabaikan dan
contoh inti baru harus diambil.
c)
c)
Kepadatan rata2
minimum
(% JSD)
98,1
98,3
94,9
98,5
94,8
24 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Aspal JBMA 50 :
o Dalam kemasan drum
o Dalam kemasan kantong
o bentuk curah
Jenis pengujian:
penetrasi, 0,1 mm,5 dtk,25oC
titik lembek
Agregat :
Jenis Pengujian:
Abrasi dengan Mesin Los Angeles
Gradasi agregat pada stockpile
Gradasi agregat dari bin panas (hot bin)
Nilai setara pasir (sand equivalent)
Campuran :
Jenis Pengujian:
o Temperatur di AMP dan sampai di lokasi
o
o
o
o
Setiap 5.000 m3
Setiap 1.000 m3
Setiap 250 m3
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 250 m3
Frekuensi Pengambilan
satu Contoh
Setiap batch dan pengiriman
Setiap 200 ton
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 200 ton
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 3.000 ton
Setiap perubahan bahan
Tidak Lebih Setiap 100 m
Toleransi pelaksanaan
Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari
setiap jalur lalu lintas
Petunjuk Teknis -
25 | P a g e
Data hasil pengujian di atas harus disertai data lokasi pengambilan contoh
benda uji.
b)
Untuk mencegah kerusakan dini maka kadar air dalam agregat harus
dihilangkan dengan pengeringan di Dryer. Pengawasan harus
dilakukan lebih hati-hati jika agregat dalam kondisi basah akibat hujan
yang turun sebelumnya. Agregat dengan porositas yang tinggi akan
sulit dikeringkan di Dryer. Perlindungan terhadap agregat, terutama
agregat halus, terhadap air hujan dapat dilakukan dengan cara
memberi terpal penutup pada stockpile maupun pada bin dingin (cold
bins).
26 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Petunjuk Teknis -
27 | P a g e
Lampiran :
1. Gambar Ilustrasi Pemeriksaan AMP
2. Gambar Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
Campuran panas menggunakan aspal
JBMA-50.
28 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Pemeriksaan
o Saringan Baik
o Timbangan (Kalibrasi)
o Temperatur Pencampuran
o Waktu Pencampuran
Powder bin
The vibrating sieve
Drying drum
Finished silo
Hot aggregate bin
The mixer
Dust catcher
Operation room
Asphalt tank
Pengering (Dryer)
o Pembakaran
Sempurna
(Lihat Warna Asap)
o Kontrol Temperatur
o Sudu-sudu/Mangkok
pengaduk Baik.
o Sudut Kemiringan Dryer
Pemeriksaan
o Perhatikan Tampak Visual
Campuran
o Periksa Temperatur
Campuran diatas Truk
o Bak Truk Bersih dan
dilengkapi Terpal
Petunjuk Teknis -
29 | P a g e
Pekerjaan Penghamparan
Kecepatan dari alat penghampar harus dijaga tetap konstan selama
proses penghamparan agar diperoleh tekstur dan ketebalan yang
disyaratkan. Kecepatan alat penghampar disesuaikan dengan kapasitas
produksi unit pencampur aspal. Sebagai contoh untuk produksi unit
pencampur aspal (AMP) 454 ton (500 ton) per jam, untuk lebar
penghamparan 3,7 m, dan ketebalan lapisan 5 cm (tebal padat), maka
kecepatan alat penghampar (finisher) adalah sekitar 11,5 m per menit,
atau dengan rumus : Kecepatan alat (meter/jam) = produksi AMP
(m3/jam) / luas hamparan (m 2)
30 | P a g e
Petunjuk Teknis -
Petunjuk Teknis -
31 | P a g e
32 | P a g e
Petunjuk Teknis -