Anda di halaman 1dari 35

PENGGUNAAN ASPAL BUTON JBMA-50

DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

PT. HASRAT TATA JAYA


Office :Jln. Soekarno Hatta No. 103 - Pekanbaru
Tlp./ Fax : (0761) 63173 62253
Email : marketingjbma@gmail.com
Website : www.hasrattatajaya.com
Plant :Jln. Pembina II Limbungan Rumbai Pesisir Pekanbaru
Telpon : 0828 8343 5916 0828 8343 5919

DAFTAR ISI
Daftar isi ................................................................................................................. ii
Pendahuluan .......................................................................................................... iii
1. Ruang Lingkup ................................................................................................... 1
2. Kegunaan ........................................................................................................... 1
3. Acuan Normatif .................................................................................................. 2
4. Istilah dan Definisi .............................................................................................. 2
5. Penggunaan Material ........................................................................................ 3
5.1. Agregat ....................................................................................................... 3
5.2. Aspal JBMA-50 .......................................................................................... 4
6. Pembuatan Formula Campuran Kerja .............................................................. 5
6.1. Umum........................................................................................................ 5
6.2. Tahapan Pembuatan Formula Campuran Kerja ...................................... 5
7. Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas menggunakan
Aspal JBMA-50 ................................................................................................. 14
7.1.Umum .......................................................................................................... 14
7.2.Penyiapan Peralatan pelaksanaan ............................................................. 15
7.3.Penyiapan Bahan ........................................................................................ 17
7.4.Produksi Campuran .................................................................................... 18
7.5.Pengangkutan ke lokasi penghamparan .................................................... 20
7.6.Penghamparan Campuran Beraspal panas ............................................... 20
7.7. Pemadatan ................................................................................................ 22
7.8. Sambungan-Sambungan ........................................................................... 23
7.9. Pengendalian mutu .................................................................................... 24
8. Penyimpangan produksi campuran beraspal panas ..................................... 26
9. Lampiran .......................................................................................................... 26
1. Ilustrasi pemeriksaan AMP
2. Gambar urutan Pelaksanaan Pekerjaan Campuran Beraspal panas
dengan JBMA-50

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

ii | P a g e

Pendahuluan

Pada ruas-ruas jalan tertentu yang menggunakan aspal konvensional


mempunyai kinerja cukup baik. Namun demikian dengan meningkatnya
beban as kendaraan, kepadatan Lalu-lintas yang menimbulkan
kemacetan serta panas matahari, maka sifat-sifat asli aspal dianggap
tidak mampu lagi bertahan kecuali bila dilakukan langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya yang sesuai. untuk solusi
masalah konstruksi jalan salah satunya dengan menambahkan aspal
buton.
Masih banyak terdapat ruas-ruas jalan beraspal yang dilewati lalu lintas
tergolong berat masih menggunakan aspal standar yang propertisnya
tidak sesuai tuntutan lapangan sehingga seringkali dijumpai kerusakan
dini berupa retak, alur atau perubahan bentuk lainnya sehingga umur
rencana tidak tercapai.
Sebagai salah satu alternatif penanganan dari aspek perkerasan jalan
beraspal yang relatif tahan terhadap kerusakan dini pada lapisan
beraspal adalah menggunakan rancangan campuran beraspal panas
yang sesuai dengan tuntutan lapangan, yang memperhitungkan beban
lalu-lintas yang lewat serta relatif tingginya temperatur perkerasan.
Penggunaan JBMA-50 yang merupakan perpaduan antara aspal keras
dengan asbuton, berfungsi sebagai aspal dan pengisi rongga dalam
campuran beraspal diharapkan kinerja campuran beraspal panas dapat
mengantisipasi kerusakan dini yang terjadi pada ruas-ruas jalan yang
melayani beban lalu-lintas berat dan temperatur tinggi.
Dalam buku Petunjuk Teknis penggunaan JBMA-50 dalam campuran
beraspal panas ini memberikan perhatian khusus terhadap pembuatan
formula campuran kerja, pelaksanaan penghamparan, pemadatan serta
pengendalian mutu campuran beraspal panas menggunakan aspal
JBMA-50 sehingga pengguna dapat lebih mudah memahami untuk
melaksanakan pekerjaan pelapisan beraspal.

iii | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

CAMPURAN BERASPAL PANAS DENGAN


MENGGUNAKAN
ASPAL BUTON JBMA-50
1. Ruang Lingkup dan Kegunaan
Petunjuk Teknis pekerjaan campuran beraspal panas ini digunakan sebagai
acuan pelaksanaan untuk pekerjaan campuran beraspal panas pada pekerjaan
Pembangunan maupun pemeliharaan jalan., sekaligus untuk meningkatkan
pemahaman tentang pekerjaan campuran beraspal panas yang menggunakan
aspal bouton JBMA-50 agar menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai
dengan standar yang berlaku.
Petunjuk Teknis ini mencakup tatacara pembuatan Formula Campuran Kerja,
pelaksanaan pencampuran dan pelaksanaan pelapisan campuran beraspal
panas menggunakan aspal buton JBMA-50 dengan mengacu Spesifikasi
Umum bidang Jalan dan Jembatan yang diterbitkan Departemen Pekerjaan
Umum yang berlaku.
Dalam buku ini dilengkapi dengan ilustrasi dan foto yang tepat guna, mudah
dipahami dan dilaksanakan, terutama oleh pengguna yang terlibat dalam
pelaksanaan campuran beraspal panas.
Jaya Buton Modified Asphalt (JBMA-50) adalah Aspal yang dimodifikasi dengan
Aspal Buton yang mempunyai kandungan Aspal 90% dan Mineral/Filler 10%.
2. Kegunaan
Campuran beraspal panas yang menggunakan JBMA-50 lebih diutamakan
untuk melapis ruas jalan dengan temperatur perkerasan beraspal yang tinggi
untuk melayani lalu-lintas berat dan padat yaitu untuk beban lalu-lintas rencana
> 10.000.000 ESA atau LHR > 2000 kendaraan per hari dengan jumlah
kendaraan truk lebih dari 15%.
Jenis campuran panas dan ketebalan lapisan harus mengikuti Spesifikasi
Teknis atau petunjuk Direksi.
Aspal JBMA-50 dapat diaplikasikan untuk Campuran Panas :
o Lapis Aus (AC-WC)
o Lapis Antara (AC-Binder)
o Lapis Pondasi (Ac-Base)
Dengan penggunaan Agregat dalam campuran panas maximum 19 mm, 25,40
mm dan 37,50 mm.
Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan aspal JBMA-50 disebut
masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base
Modified.
JBMA-50 merupakan gabungan antara aspal buton yang diproses dengan
aspal keras Pen 60 yang pembuatannya dilakukan secara Pabrikasi.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

1|Page

3. Acuan Normatif
Semua standar pengujian mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan didalam
Spesifikasi Teknis PU Bina Marga yang berlaku :
1. SNI 03 1968 1990, Metoda pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan kasar
2. SNI 06 2432 1991, Metoda pengujian daktilitas bahan-bahan aspal
3. SNI 06 2433 1991, Metoda pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
alat cleveland open cup
4. SNI 06 2434 1991, Metoda pengujian titik lembek aspal dan ter
5. SNI 06 2440 1991, Metoda pengujian kehilangan berat minyak dan
aspal dengan cara A
6. SNI 06 2441 1991, Metoda pengujian berat jenis aspal padat
7. SNI 06 2456 1991,
Metoda pengujian penetrasi bahan-bahan
bitumen
8. SNI 03 3640 1994, Metoda pengujian kadar aspal dengan cara
ekstraksi menggunakan soklet
9. SNI 06 6721 2002, Metoda pengujian kekentalan aspal cair dengan alat
saybolt
10. SNI 03 6893-2002, Metoda pengujian berat jenis maksimum campuran
beraspal
11. RSNI M 01 2003, Metoda pengujian campuran beraspal dengan alat
Marshall
12. RSNI M-06-2004,Cara uji campuran beraspal panas untuk ukuran
agregat maksimum dari 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5
inci) dengan alat Marshall

4. Istilah dan Definisi


4.1.
asbuton
bahan aspal alam yang tersedia di pulau buton yang digunakan sebagai
substitusi aspal minyak dan aditiv dalam campuran beraspal.
4.2.
JBMA-50 (jaya buton modified asphalt, angka 50 menunjukkan
nilai minimal trb)
campuran antara aspal minyak pen 60 atau pen 80 dengan asbuton hasil
olahan ditambah bahan lain dan tambahan anti-oksidan.
4.3
alat pengaduk khusus
alat pengaduk aspal tambahan pada unit pencampur aspal yang dilengkapi
alat pemanas, berfungsi untuk menjamin homogenitas serta mencegah
terjadinya pengendapan mineral jbma-50.

2|Page

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

4.4.
alat sirkulasi
alat tambahan yang ditempatkan pada ketel pemanas aspal unit pencampur
aspal, berfungsi sebagai alat sirkulasi untuk menjamin homogenitas dan
mencegah terjadinya pengendapan JBMA-50.
5. Penggunaan Material
Campuran beraspal panas yang menggunakan aspal JBMA-50 adalah
merupakan gabungan antara agregat kasar, halus , filler (bila perlu) serta aspal
JBMA-50 yang dicampur, dihampar serta dipadatkan secara panas pada
temperatur tertentu.
5.1. Agregat
5.1.1. Agregat kasar
a) Agregat kasar yang digunakan harus batu pecah, dalam hal apapun tidak
boleh menggunakan agregat kasar kotor dan berdebu serta jumlah bahan
lolos ukuran 0,075 mm tidak boleh lebih besar dari 1%;
b)

Agregat kasar harus bersih, keras, awet, bebas dari lempung atau bahanbahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan yang
diberikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Persyaratan agregat kasar


Pengujian

Standar

Kekalan bentuk agregat

Natrium sulfat

terhadap larutan

Magnesium

Nilai
Maks . 12%

SNI 3407 : 2008

Maks . 18%

Sulfat

Abrasi
dengan

Campuran

100 putaran

Maks. 6%

AC

500 Putaran

Maks. 30%

100 Putaran

Maks. 8%

modifikasi
Semua

SNI 2417 : 2008

Maks. 40%

Kelekatan agregat terhadap aspal

SNI 2439 : 2011

Min. 95%

Butir pecah pada Agregat Kasar

SNI 7619 : 2012

95/90

ASTM

Maks. 10%

mesin Los
Angeles

Jenis
campuran
aspal

500 Putaran

bergradasi
lainnya

Partike Pipih dan Lonjong

Perbandingan 1 : 5

Material lolos Ayakan No. 200

Petunjuk Teknis -

D4791

SNI

03-4142

Maks. 2%

1996

PT. HASRAT TATA JAYA

3|Page

5.1.2. Agregat halus


a) Agregat halus terdiri atas agregat hasil pemecah batu (abu batu) atau pasir
alam dengan ukuran lolos saringan No. 8 (2,38 mm);
b)

Agregat halus harus terdiri atas partikel-partikel yang bersih, keras, tidak
mengandung lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Abu batu
harus dihasilkan dari batu yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 5.2.
Pasir alam dan abu batu tidak boleh mengandung bahan yang lolos
saringan 0,075 mm (SNI 03-4142-1996) lebih dari 8% dan diuji dengan
Setara Pasir (SNI 03-4428-1997) tidak kurang dari 50%.

Tabel 5.2. Ketentuan Agregat Halus


Pengujian

Standar

Nilai

Nilai Setara pasir

SNI 03-4428-1997

Min. 60%

Angularitas dengan uji Kadar Rongga

SNI 03-6877-2002

Min. 45

Gumpalan

SNI 03-4141-1996

Maks. 1%

SNI ASTM C117 :

Maks. 10%

Lempung

dan

butir-butir

mudah pecah dalam Agregat


Agregat Lolos Ayakan No. 200

2012

5.1.3. Bahan pengisi (filler)


Umumnya tidak diperlukan tambahan bahan pengisi (Filler) untuk campuran
beraspal panas menggunakan aspal JBMA-50, kecuali material lolos saringan
No.200 (0,074mm) dalam agregat tidak mencukupi.

5.2. Aspal JBMA-50


5.2.1. Proses Pembuatan JBMA-50
JBMA-50 merupakan gabungan antara asbuton yang diproses dengan aspal
keras pen 60 yang pembuatannya dilakukan secara Pabrikasi.
5.2.2. Karakteristik Aspal JBMA-50
Karakteristik JBMA-50 secara umum telah memenuhi persyaratan pada
Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan seperti yang ditampilkan pada Tabel
5.3.

4|Page

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Tabel 5.3 Karakteristik Aspal JBMA-50


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

JENIS PENGUJIAN
Penetrasi, 25 oC, 100 gr,
5 detik, 0,1 mm
Viscositas absolut pada
60C
Viscositas kinematis pada
135C
Titik lembek
Daktilitas 25 oC, cm
Titik Nyala, oC
Kelarutan dalam C2HCL3
Berat Jenis
Perbedaan Titik lembek
setelah stabilitas
penyimpanan

METODE

SPEK

JBMA-50
(PUSLITG)

JBMA-50
(BPJN II)

SNI 2456-2011

Min 50

63

58,59

SNI 03-6440-2000

240-360

291,4

SNI 7729-2011

385-2000

497,2

SNI 2434-2011
SNI 2432-2011
SNI 2433-2011
06-2438-1991
SNI 2441-2011

50
100
232
90
1,0

51,3
>140
276
95,7
1,033

52,50
> 150
-

ASTM D 5976 Part 6,1

2,2

1,0

SNI 06-2440-1991

0,8

0,253

SNI 03-6440-2000

1200

465,6

SNI 2456-2011

54

74,6

SNI 2432-2011

>50

>140

Pengujian Residu Hasil TFOT


10
11
12
13

Kehilangan berat (TFOT)


Viscositas Absolut pada
60C, Pa.s
Peneterasi pada 25C,
100 grm, 5 dtk
Daktilitas pada 25C, 5
cm/mnt

6. Pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK)


6.1. Umum
Pembuatan Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF) yang
selanjutnya disingkat FCK, meliputi penentuan proporsi dari beberapa fraksi
agregat dengan aspal JBMA-50 sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kinerja perkerasan yang memenuhi syarat.
6.2.1 Tahapan pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK)
6.2.1. Penyiapan bahan
Setelah semua jenis bahan yang akan digunakan dalam perencanaan diuji dan
telah memenuhi persyaratan, dilanjutkan dengan langkah pembuatan FCK
berikutnya.
6.2.2 Penentuan jenis campuran beraspal panas
Perencanaan campuran beraspal panas mengggunakan JBMA-50 berlaku
untuk lapis aus (AC-WC asb.Mod), lapis antara (AC-BC Asb.Mod) dan lapis
pondasi (AC-BC.Asb.Mod).

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

5|Page

Tabel.6.2. Amplop Gradasi Agregat Gabungan


% Berat Yang Lolos Terhadap Total Aggregat Dalam Campuran
Ukuran
Ayakan
(mm)

Latasir (SS)

Lataston (HRS)
Gradasi Senjang

Kls A

Kls B

WC

Laston (AC)

Gradasi Semi Senjang

Base

WC

Base

WC

BC

Base

100

90 - 100

37,5

100

25
19

100

9,5

100

100

100

100

100

90 100

76 90

90 - 100

90 - 100

87 - 100

90 100

90 100

75 90

60 78

75 85

65 90

55 88

55 70

77 90

66 82

52 71

53 69

46 64

35 54

33 - 53

30 49

23 41

100

12,5
90 100

4,75
2,36

75 - 100

50 - 72

35 - 55

50 62

32 44

21 40

18 38

13 30

35 60

15 35

20 45

15 35

14 30

12 28

10 22

15 35

5 35

9 22

7 20

6 15

6 15

5 13

4 10

4-9

4-8

3-7

1,18
0,600
0,300
0,150

2-9
48

0,075
10 - 15
8 - 13
6 - 10
6 - 10
Sumber : Seksi 6.3. Spesifikasi Umum Bina Marga Revisi 3 (2010).

Tabel 6.3. Sifat-Sifat campuran beraspal panas + Aspal JBMA-50


Sifat-sifat Campuran
Jumlah tumbukan per bidang
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm dengan
kadar aspal efektif
Rongga dalam campuran (%)
Rongga dalam Agregat (VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%)
Stabilitas Marshall (kg)
Pelelehan (mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan
membal (refusal)(2)
Stabilitas dinamis (lint/mm)

Lasto

75
Min
Maks
Min
Maks
Min
Min
Min
Maks
Min
Maks
Min
Min
Min

112
1,0
1,4
3,0
5,0
14
65

15
65
1000
2
4

13
65
2.250
3
6

90
22
2500

Sumber : Seksi 6.3. Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)


Catatan:
1. Modifikasi Marshall (RSNI M-06-2004)
2. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam campuran. Jika
digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan
berdiameter 6 in dan 400 untuk cetakan berdiameter 4 in
3. Berat jenis efektif agregat dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis maksimum Agregat (Gmm,
AASHTO T-209)

6|Page

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Tabel 6.4. Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal


Jenis Campuran

Simbol

Tebal

Nominal

Minimum (cm)
Latasir Kelas A

SS - A

1.5

Latasir Kelas B

SS - B

2.0

Lapis Aus

HRS - WC

3.0

Lapis Pondasi

HRS Base

3.5

Lapis Aus

AC - WC

4.0

Lapis Antara

AC BC

6.0

Lapis Pondasi

AC - Base

7.5

Lataston

Laston

6.2.3. Peralatan Laboratorium


Kelengkapan dan kelaikan peralatan laboratorium harus sesuai dengan
dokumen kontrak dan harus dapat mendukung pengujian-pengujian yang
tercantum dalam Spesifikasi Umum/Spesifikasi Khusus. Peralatan uji yang
harus tersedia dan telah dikalibrasi :
a. Alat ekstraksi: soklet dengan pelarut TCE (Trichloro Ethylene)
b.
Saringan/ ayakan dengan susunan lengkap
c.
Alat uji kadar air
d.
Alat Uji Marshall lengkap.
e.
Alat pengambilan sampel untuk uji kepadatan lapangan.
f.
Termometer logam dan air raksa
6.2.4. Pembuatan Formula Campuran Rencana (FCR)
6.2.4.1. Agregat dari bin dingin/stockpile
Pembuatan Formula Campuran Rencana (FCR) berdasarkan material dari
stock pile atau bin dingin (cold bin), meliputi :
(1) Pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi beberapa fraksi
agregat sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang ditentukan.
(2) Hitung perkiraan kadar aspal optimum rencana (Pb). Kadar aspal total
dalam campuran adalah kadar aspal efektif yang menyelimuti butir
agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah dengan kadar aspal
yang terserap masuk kedalam pori-pori masing-masing butir agregat.
Perkiraan kadar aspal rencana (Pb) dihitung berdasarkan persamaan:

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

7|Page

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (% FA) + 0,18 (% Filler) + K


Dimana:
Pb
CA
FA
Filler

=
=
=
=

kadar aspal optimum perkiraan


agregat kasar tertahan saringan No. 8
agregat halus lolos No. 8 dan tertahan No. 200
agregat halus lolos saringan No. 200, tidak
termasuk
mineral asbuton
Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat
yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat
yang tinggi.

Catatan:
1) Kadar aspal optimum perkiraan yang diperoleh dibulatkan mendekati angka 0,5 % yang
terdekat. Misal dari perhitungan didapat 6,3 %, dibulatkan menjadi 6,5 %, atau bila didapat
5,7 %, dibulatkan menjadi 5,5 %.
2) Pada pelaksanaan pekerjaan campuran panas yang menggunakan aspal JBMA-50, kadar
aspal perkiraan (Pb) harus dibagi nilai hasil uji kelarutan (%),mengingat didalam JBMA-50
terkandung 2 unsur yaitu aspal dan mineral asbuton.

(3) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik: rongga diantara agregat


(VMA), rongga dalam campuran (VIM) dan rongga terisi aspal (VFA)
dari benda uji yang telah dibuat, pada kadaspal yang bervariasi.
Benda uji (briket) dibuat pada kadar aspal optimum perkiraan (Pb), tiga
varian nilai kadar aspal di atas nilai Pb dan dua varian nilai kadar aspal
di bawah nilai Pb dengan interval masing-masing kadar aspal adalah
0,5%. Pada setiap varian kadar aspal dibuat benda uji berupa briket.
(4) Selain itu benda uji disiapkan pula untuk menentukan berat jenis
maksimum campuran yang belum dipadatkan (Gmm).
(5) Untuk mencari nilai VIM pada kepadatan membal/mutlak, buat minimum
3 (tiga) contoh uji tambahan dengan satu kadar aspal pada VIM 5 %
dan dua kadar aspal terdekat yang memberikan VIM di atas dan di
bawah 5 % dengan perbedaan kadar aspal masing-masing 0,5 %.
Padatkan benda uji sampai mencapai kepadatan mutlak dengan alat
pemadat getar listrik sesuai BS 598 Part 104 (1989).
(6) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal optimum
dari campuran dengan langkah-langkah:
a) Gambarkan di dalam grafik hubungan antara kadar aspal dengan
hasil pengujian:
o Kepadatan
o Stabilitas
o Kelelehan
o VMA
o VFA
o VIM dari hasil pengujian Marshall
o VIM dari hasil pengujian kepadatan membal/mutlak.
Contoh grafik hubungan nilai karakteristik Marshall dengan kadar
aspal adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 6.1.

8|Page

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

b) Gambarkan batas-batas spesifikasi dalam grafik dan tentukan


rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan Untuk masingmasing parameter yang tercantum dalam persyaratan campuran.
c) Periksa kadar aspal optimum rencana yang diperoleh, umumnya
berada dekat dengan titik tengah dari rentang kadar aspal yang
memenuhi seluruh persyaratan.
d) Pastikan rentang kadar aspal campuran memenuhi seluruh kriteria
lebih dari 0,6 persen sehingga memenuhi toleransi produksi yang
realistis (toleransi penyimpangan kadar aspal selama pelaksanaan
adalah 0,3 persen).
e) Buat benda uji untuk pengujian stabilitas dinamis dengan
menggunakan alat Wheel Tracking Machine (WTM) pada
komposisi bahan agregat dan aspal JBMA-50 sesuai formula
campuran rencana (FCR).

(7)

Melakukan kalibrasi bukaan pintu bin dingin dan tentukan bukaan


sesuai dengan proporsi yang telah diperoleh. Selanjutnya lakukan
pengambilan contoh agregat dari masing-masing bin panas (hot bin).

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

9|Page

Gambar 6.1. Tipikal grafik hubungan karakteristik Marshall dengan


aspal.

10 | P a g e

Petunjuk Teknis -

kadar

PT. HASRAT TATA JAYA

Spesifikasi
Campuran

Rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi

Kepadatan
(gr/cc)
VMA (%)
VFB (%)
VIM Marshall
(%)
VIM kepadatan
mutlak(%)
Stabilitas
(kg)
Kelelehan
(mm)

Rentang
yang
memenuhi
parameter

kuosien
Marshall
(mm)

KADAR ASPAL OPTIMUM RENCANA

Gambar 6.2. Grafik penentuan kadar aspal optimum


6.2.4.2 Agregat dari bin panas
Pembuatan Formula Campuran Rencana (FCR) berdasarkan material dari
stock pile atau bin panas (hot bins) :
(1) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat yang diambil dari bin panas. Gradasi campuran
yang ditentukan harus sesuai gradasi yang direncanakan berdasarkan
material dari bin dingin.
(2) Melakukan langkah (2) s/d (6) seperti pada pembuatan FCR dengan
agregat dari bin dingin/stockpile.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

11 | P a g e

6.2.5 Percobaan Pencampuran (Trial Mix)


Dengan menggunakan proporsi yang telah diperoleh dari campuran rencana,
untuk mengetahui kinerja unit pencampur aspal (AMP), dilakukan percobaan
pencampuran di AMP.
Yang perlu diperhatikan saat proses pencampuran adalah lamanya waktu
pencampuran, karena waktu pencampuran dalam (mixer/pugmill) terlalu lama,
menyebabkan indeks penuaan aspal akibat oksidasi akan meningkat.
6.2.6 Percobaan Penghamparan dan Pemadatan.
Percobaan campuran di unit pencampur aspal (AMP) dan percobaan
penghamparan di lapangan yang akan dijadikan bahan evaluasi untuk
mempertimbangkan disetujui atau tidaknya formula campuran rencana menjadi
formula campuran kerja (FCK, Job Mix Formula, JMF), dengan cara:
o

Percobaan penghamparan dan pemadatan paling sedikit 50 ton


campuranberaspal panasuntuk setiap jenis campuran dengan
menggunakan produksi, penghamparan, peralatan dan prosedur
pemadatan yang diusulkan. Pelaksanaan dilakukan diluar lokasi proyek
(atau sesuai petunjuk Direksi Lapangan).

Pelaksana harus dapat menunjukkan bahwa alat penghampar (finisher)


mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan
tanpa segregasi, tergores, dan sebagainya. Kombinasi jenis alat
pemadat yang diusulkan mampu mencapai kepadatan yang
disyaratkan.

Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk


membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadataan kepadatan
mutlak (refusal density).

Pengambilan contoh inti (core sample) harus dilakukan untuk


mengetahui derajat kepadatan lapangan pada masing-masing variasi
jumlah lintasan pemadatan.

Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi spesifikasi pada salah


satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan
harus diulang kembali.

Formula campuran rencana (FCR) tidak akan disetujui sebagai formula


campuran kerja (FCK), sebelum penghamparan percobaan yang
dilakukan memenuhi semua persyaratan dalam ketentuan spesifikasi.

Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap percobaan
pemadatan. Contoh campuran beraspal dapat diambil dari AMP atau
dari truk, dan dibawa ke laboratorium.

Benda uji Marshall harus dipadatkan pada temperatur dan jumlah


tumbukan yang disyaratkan. Kepadatan rata-rata untuk semua benda
uji yang diambil dari percobaan penghamparan yang memenuhi

12 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard


Density), merupakan pembanding campuran beraspal terhampar pada
pekerjaan selanjutnya.

Mul ai

Eval uasi j eni s


campuran dan
persyaratannya

Kesesuai an
mutu bahan dengan
spesi fi kasi

tidak

Ganti bahan

tidak

Perbai kan al at
atau ganti al at uj i

ya

Kesesuai an
peral atan dengan standar
penguj i an
ya

Pembuatan FCR untuk mengetahui


karakteri sti k campuran dari bi n di ngi n

Kesesuai an
karaktri sti k campuran
dengan spesi fi kasi

tidak

Perbai kan gradasi ,


j i ka perl u ganti
bahan

ya

Kal i brasi bukaan bi n di ngi n dan menentukan


bukaannya. Sel anj utnya pengambi l an contoh
dari bi n panas dan di uj i gradasi nya
Penentuan komposi si ti ap bi n sesuai gradasi rencana,
sel anj utnya pembuatan FCR untuk mengetahui
karakteri sti k campuran. Hasi l yang di perol eh di eval uasi
untuk menentukan kadar aspal opti mum
Uj i coba pencampuran di AMP untuk mel i hat
kesesuai an operasi onal dengan rencana
(sebel umnya peri ksa kondi si AMP)

Sesuai dengan rencana

tidak

Ji ka perl u atau j i ka
terj adi banyak
overfl ow l akukan
perubahan gradasi

ya

Uj i coba pemadatan di l apangan untuk


menentukan j uml ah l i ntasan pemadat.

Campuran beraspal
mudah di padatkan

tidak

Perubahan gradasi atau


penambahan pasi r pada
proporsi yang di i j i nkan

ya

Pengesahan FCR
menj adi FCK
(Sel esai )

Gambar 6.1. Bagan Alir Pembuatan FCK

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

13 | P a g e

Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua


persyaratan, maka formula akhir tersebut disebut Formula Campuran Kerja
(FCK).
Apabila terdapat salah satu persyaratan pada spesifikasi yang tidak terpenuhi
maka langkah-langkah tersebut harus diulang.
Langkah-langkah dalam pembuatan FCK dapat dilihat pada bagan alir seperti
pada Gambar 6.
7.

Pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas menggunakan


aspal JBMA-50

7.1. Umum
Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas dengan
JBMA-50, secara garis besar ditunjukkan dalam bentuk bagan alir seperti
diperlihatkan pada Gambar 7.1.

Mulai

Permintaan untuk
mulai melakukan
pekerjaan (request)

Periksa

Batasan cuaca

tidak

Kesiapan permukaan jalan

Pengendalian
lalu-lintas

Pencampuran
Penghamparan
Pemadatan

Perbaikan

tidak

Periksa

Ya

Pengukuran,
pembayaran
Pemeliharaan
rutin
Selesai

Gambar 7.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Campuran BeraspalPanas


menggunakan JBMA-50.

14 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

7.2. Penyiapan Peralatan Pelaksanaan


7.2.1. Unit Pencampur Aspal (AMP)
Unit pencampur aspal (AsphaltMixing Plant,AMP) yang memproduksi campuran
beraspal menggunakan aspal JBMA-50 dapat berupa unit pencampur aspal
dengan sistim takaran/timbangan (batching plant) atau dapat berupa unit
pencampur aspal jenis menerus (drum mixed plant/continuous plant) yang telah
diperiksa dan memenuhi persyaratan sesuai Pedoman pemeriksaan AMP.
Pada unit pencampur aspal yang digunakan untuk menghasilkan campuran
beraspal panas menggunakan JBMA-50, umumnya tidak perlu dilakukan
modifikasi khusus, kecuali berupa penambahan alat sirkulasi pada ketel aspal
standar yang telah tersedia di AMP.
Unit pencampur aspal harus memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani
mesin penghampar secara menerus (tidak terhenti) sewaktu menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang disyaratkan.
7.2.2. Peralatan untuk penyiapan/penyimpan aspal JBMA-50.
Terdapat dua jenis alat penyiapan/penyimpan aspal JBMA-50 pada unit
pencampur aspal jenis takaran maupun menerus yaitu:
o Ketel aspal standar yang diberi tambahan alat sirkulasi berupa rangkaian
pipa-pipa logam berdiameter tiga in serta pompa sirkulasi dengan tenaga
penggerak 11-15 KW yang cukup kuat untuk mensirkulasikan aspal, alat
sirkulasi dipasang di luar dinding tanki standar, atau
o Tanki khusus yang dapat menampung aspal JBMA-50 sekitar 15 - 20 ton.
Tanki ini dilengkapi alat pemanas yang mampu memanaskan aspal JBMAo
50 sampai temperatur 165 C dan alat pengaduk dengan putaran maksimal
100 rpm yang dapat menjamin kehomogenan dan terdispersinya butir
Asbuton di dalam JBMA-50.
o Pompa sirkulasi pada tanki standar dan alat pengaduk yang terdapat pada
tanki khusus harus dihidupkan dan difungsikan selama proses produksi
campuran panas yang menggunakan aspal JBMA-50. Hal ini untuk
menjaga agar tidak terjadi pengendapan.
7.2.3. Alat pengangkut
a) Truk jungkit (Dump truck) untuk mengangkut campuran beraspal panas
harus mempunyai bak terbuat dari logam yang kokoh, bersih dan rata yang
telah disemprot dengan sedikit air sabun atau larutan kapur untuk
mencegah melekatnya campuran beraspal ke bak. Penggunaan minyak
untuk keperluan ini tidak dibenarkan.
b)

Harus tersedia truk jungkit untuk pengangkut campuran beraspal panas


dengan jumlah yang cukup dan truk-truk tersebut harus diatur sedemikian
rupa agar operasi mesin penghampar dapat bekerja menerus pada
kecepatan yang disetujui.

c)

Truk jungkit (Dump Truck) harus dilengkapi terpal penutup yang ukurannya
sesuai.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

15 | P a g e

7.2.4. Alat penghampar


a)

Alat penghampar harus berupa mesin penghampar yang telah disetujui,


mempunyai mesin penggerak sendiri yang mampu menghampar dan
membentuk campuran beraspal sesuai dengan alinyemen horisontal dan
vertikal yang direncanakan;

b)

Mesin penghampar harus dilengkapi penampung (hoper) dan ulir-ulir


pembagi dalam arah yang berlawanan untuk menempatkan campuran
beraspal secara seragam di depan perata yang dapat diatur. Mesin ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang cepat dan efisien dan
harus dapat bergerak maju mundur. Penampung harus mempunyai sayap
yang dapat dilipat ke dalam setiap saat truk selesai mencurahkan
campuran beraspal, untuk menghindari pengaruh penurunan temperatur;

c)

Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti


penyeimbang (equalizing runners), pisau perata (straight edge runners),
lengan perata (evener arms) atau perlengkapan lainnya untuk
mempertahankan kerataan permukaan dan kelurusan garis tepi
perkerasan tanpa perlu menggunakan pembentuk tepi yang tetap;

d)

Mesin penghampar harus dilengkapi dengan perata jenis tamping atau


jenis vibrator serta alat untuk memanaskan perata hingga temperatur yang
cukup untuk menghampar campuran beraspal tanpa menggores atau
merusak permukaan;

e)

Istilah perata meliputi pemangkasan, pembentukan kemiringan melintang


atau tindakan praktis lainnya yang efektif utnuk menghasilkan permukaan
akhir dengan kertaan dan tekstur yang disyaratkan, tanpa tergores,
terdorong atau terungkit.

7.2.5. Alat pemadat


a)

Untuk pekerjaan pemadatan harus disediakan minimal satu alat pemadat


roda besi dan satu alat pemadat roda ban karet. Jumlah alat Pemadat
tersebut harus disesuaikan dengan kapasitas produksi AMP. Semua
pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri, dengan berat yang
disetujui direksi;

b)

Alat pemadat roda ban karet harus memiliki tidak kurang dari tujuh roda
ban karet halus dengan ukuran dan konstruksi yang sama serta beroperasi
2
pada tekanan 8,5 kg/cm (120 psi). Roda-roda harus berjarak sama antara
satu dengan yang lainnya pada kedua garis sumbu dan diatur sedemikian
rupa sehingga lintasan roda pada sumbu yang satu berada diantara
lintasan roda dari sumbu lainnya saling melengkapi. Masing-masing ban
harus dipertahankan tekanannya pada tekanan operasi yang disyaratkan
sehingga selisih tekanan diantara setiap dua ban harus tidak lebih dari
2
0,35 kg/cm (5 psi). Masing-masing alat pemadat harus dilengkapi dengan
suatu cara penyetelan berat keseluruhan dengan pengaturan beban
sehingga beban per lebar roda diatur dari 1500 kg sampai 2500 kg;

c)

Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda
belakang tidak kurang dari 200 kg per lebar 0,1 m di atas lebar penggilas

16 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

minimum 0,5 m dan pemadat roda baja mempunyai berat statis total tidak
kurang dari 6 ton. Roda alat pemadat harus bebas dari permukaan yang
kasar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan
perkerasan.

7.3. Penyiapan Bahan


7.3.1. Penyiapan agregat
Agregat yang harus disiapkan untuk campuran beraspal panas menggunakan
aspal JBMA-50 relatif sama dengan agregat pada campuran beraspal panas
menggunakan aspal keras yang terdiri atas beberapa fraksi.
a)

Agregat yang digunakan dalam pekerjaan ini harus sedemikian rupa


sehingga campuran beraspal panas menggunakan aspal JBMA-50 yang
dibuat sesuai Formula Campuran Kerja (FCK) memenuhi semua sifat-sifat
campuran yang disyaratkan;

b)

Agregat halus hasil pemecahan dan pasir alam harus dilindungi dari hujan
serta ditimbun dalam cadangan yang terpisah serta harus dipasok ke
dalam alat pencampur menggunakan bin dingin yang terpisah, sehingga
perbandingan antara agregat halus hasil pemecahan dan pasir alam dapat
dikontrol dengan cermat.

c)

Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus menyiapkan cadangan


fraksi-fraksi batu pecah dan agregat alam untuk campuran beraspal yang
cukup untuk pekerjaan, paling sedikit satu bulan (atau paling sedikit 40%
dari total pekerjaan yang akan dikerjakan) dan selanjutnya harus
memelihara cadangan tersebut hingga satu bulan sebelum pekerjaan
selesai;

d)

Agregat kasar dan agregat halus untuk campuran beraspal panas


menggunakan aspal JBMA-50 harus tersedia dan dipasok di bin dingin
paling sedikit dalam tiga fraksi;

e)

Masing-masing fraksi agregat harus disimpan secara terpisah dan dialirkan


ke dalam tempat pengaduk melalui bin dingin yang terpisah pula.

7.3.2. Penyiapan aspal JBMA-50


Pemasokan JBMA-50 ke lokasi pencampuran dilakukan dalam tiga bentuk
pasokan, dalam bentuk curah (dalam mobil tanki distribusi), atau dalam
kemasan drum.
7.3.2.1. Aspal JBMA-50 (curah/dalam mobil tanki distribusi)
Untuk menjamin kehomogenan JBMA-50 di dalam tanki distribusi, perlu
dilakukan pembatasan jarak/lamanya waktu pengiriman angkut dari pabrik
pembuat JBMA-50 ke lokasi pencampuran, lama waktu angkut yang
direkomendasikan sesuai temperatur JBMA-50 dalam tanki distribusi pada saat
diterima dilapangan berkisar antara 90 - 140 C.
Apabila telah dinyatakan aspal JBMA-50 di dalam tanki distribusi memenuhi
persyaratan, setelah melalui pengujian laboratorium langsung dialirkan ke
dalam tanki standar atau tanki khusus yang telah tersedia di lokasi AMP.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

17 | P a g e

7.3.2.2. Aspal JBMA-50 dalam kemasan drum


Kemasan drum aspal JBMA-50 diberi label yang jelas dan memuat informasi
logo pabrik, tipe dan berat dari JBMA-50 dalam kemasan tersebut. Selanjutnya
dilakukan langkah-langkah:
o Tempatkan aspal JBMA-50 dalam kemasan drum di ruang terlindung
dari panas matahari dan hujan.
o Buka tutup bagian atas dari kemasan drum, apabila akan digunakan
untuk pencampuran beraspal,
Apabila telah dinyatakan aspal JBMA-50 dalam kemasan drummemenuhi
persyaratan, setelah melalui pengujian laboratorium, masukkan aspal JBMA-50
beserta kemasan drum ke dalam tanki standar atau tanki khusus yang telah
tersedia di lokasi AMP.

7.4 Produksi campuran


7.4.1 Kemajuan pekerjaan
Produksi campuran tidak boleh dimulai, kecuali cukup tersedia alat angkut, alat
penghampar, alat pemadat serta tenaga kerja yang cukup untuk menjamin
kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60% kapasitas unit pencampur
aspal.
7.4.2 Penyiapan aspal JBMA-50
Sebelum pencampuran dengan agregat dimulai, aspal JBMA-50 di dalam tanki
khusus atau di dalam tanki standar dipanaskan pada temperatur 155C
165C, saat temperatur mencapai 120C-125C hidupkan pompa sirkulasi agar
temperatur dapat merata dan kehomogenannya terjamin.
7.4.3 Penyiapan agregat
Pencampuran pendahuluan agregat dari suatu sumber yang berbeda, tidak
diijinkan. Agregat harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering
sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur.
Api yang digunakan pada alat pengering/ pemanas harus diatur secara tepat
untuk mencegah rusaknya pintu alat pengering dan mencegah terbentuknya
selaput jelaga pada agregat;
Saat dicampur dengan aspal JBMA-50, agregat harus dalam kondisi kering
o
pada rentang temperatur yang disyaratkan dan tidak lebih dari 10C-15 C di
atas temperatur aspal JBMA-50.
7.4.4 Proses pencampuran
Proses pelaksanaan produksi campuran beraspal panas pada AMP jenis
takaran dan menerus dengan menggunakan JBMA-50. diperlihatkan dengan
bagan alir pada Gambar 7.2a. sampai dan 7.2b dan 7.2c.
a)

Agregat kering harus digabung pada unit pencampur dalam proporsi yang
menghasilkan gradasi agregat sesuai dengan yang disyaratkan dalam
FCK. Proporsi agregat ditentukan dengan pengujian secara basah pada
contoh yang diambil dari bin panas sesaat sebelum produksi dimulai dan
selang waktu tertentu. Aspal JBMA-50 harus ditimbang dan dimasukkan

18 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

ke dalam alat pencampur (pugmill) dalam jumlah yang sesuai dengan


FCK. Kombinasi agregat kasar, sedang dan halus serta aspal JBMA-50
harus benar-benar tercampur sempurna. Lamanya waktu pencampuran
paling lama45detik agar tidakmengakibatkan oksidasi berlebih pada aspal
JBMA-50.
b)

Pada saat campuran dituangkan dari alat pencampur, temperatur


campuran harus berada dalam batas-batas yang ditunjukkan dalam Tabel
7.3 Campuran beraspal menggunakan JBMA-50 tidak diterima bila
temperaturnya dinaikkan lebih tinggi dari temperatur campuran maksimum
yang disyaratkan.

ASPAL JBMA-50
- CURAH
- DRUM

MASUK TANKI
KHUSUS ATAU KETEL
YANG TELAH DIBERI
ALAT SIRKULASI

MASUK
BIN
PANAS

SARING

KERINGKAN

PANASKAN DAN
DIADUK
ATAUSIRKULASI

TIMBANG

AGREGAT DARI
STOCKPILE

BIN
DINGIN

Gambar 7.2a.

ASPAL JBMA-50
- CURAH
- DRUM
- KANTONG

AGREGAT DARI
STOCKPILE

TIMBANG

CAMPUR

CAMPURAN PANAS
DENGAN ASPAL
JBMA-50

Bagan alir proses produksi campuran beraspal panas dengan


JBMA-50pada AMP jenis takaran.

MASUK TANKI KHUSUS ATAU


KETEL YANG TELAH DIBERI
ALAT SIRKULASI

BIN DINGIN

KERINGKAN

PANASKAN DAN
DIADUK ATAU
SIRKULASI

CAMPUR

CAMPURAN PANAS
DENGAN ASPAL
JBMA-50

Gambar 7.2b.

Petunjuk Teknis -

Bagan alir proses produksi campuran beraspal panas dengan


JBMA-50 pada AMP jenis Drum/menerus.

PT. HASRAT TATA JAYA

19 | P a g e

7.5. Pengangkutan ke lokasi penghamparan


a) Temperatur campuran beraspal panas menggunakan JBMA-50 yang
dikirim ke lokasi penghamparan harus sesuai dengan temperatur yang
disyaratkan pada Tabel 7.3.
b) Masing-masing truk jungkit yang telah dimuati campuran beraspal panas
menggunakan JBMA-50 harus ditimbang di lokasi pencampuran dan harus
dibuat catatan yang menyangkut berat kotor, berat kosong dan berat
bersih dari tiap truk.
c) Tiap bak truk jungkit yang telah dimuati harus ditutup dengan terpal atau
bahan lainnya yang ukurannya cocok dengan ukuran bak truk sedemikian
rupa dan diikat kencang agar campuran beraspal panas terlindung dari
cuaca.
7.6

Penghamparan Campuran Beraspal Panas JBMA-50

7.6.1 Menyiapkan permukaan yang akan dilapis


a) Permukaan yang akan dilapis harus rata. Bila terdapat bagian-bagian
permukaan yang tidak rata, rusak parah, menunjukkan ketidakstabilan,
mengandung material permukaan lama yang telah berubah bentuk secara
berlebihan atau tidak melekat dengan baik pada lapisan di bawahnya,
maka daerah tersebut harus dipotong, dibentuk dan ditambal.
b) Seluruh bahan yang lepas atau lunak harus dibuang dan permukaannya
dibersihkan dan/atau diperbaiki serta dipadatkan dengan campuran
beraspal yang memenuhi persyaratan.
c)
Pada tempat dimana permukaan yang akan dilapis terdiri atas atau
mengandung sejumlah bahan yang mempunyai rongga dalam campuran
tidak memadai, yang ditunjukkan oleh adanya deformasi plastis, seluruh
lapisan plastis harus dibongkar. Pembongkaran harus dilakukan hingga
mencapai bagian yang masih baik.
d) Seluruh permukaan yang akan dihampar campuran panas harus
dibersihkan dari kotoran/bahan lepas yang tidak dikehendak
Tabel 7.3. Viscositas & Temperatur Campuran Beraspal Panas
Viskositas

JBMA-50

Aspal (Pas)

(Type II.A)

Pencampuran benda uji Marshall

0.2

155 1

Pemadatan benda uji Marshall

0.4

145 1

Pencampuran,

0.2 0.5

145 155

0.5

135 150

No.

Prosedur Pelaksanaan

rentang

tempratur

sasaran
4

Menuangkan campuran aspal dari alat


pencampur ke dalam truk

Pemasokan ke Alat Penghampar

0.5 1.0

130 150

Pemadatan Awal (roda baja)

1-2

125 145

Pemadatan Antara (roda karet)

2 20

100 125

Pemadatan Akhir (roda baja)

<20

>95

20 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Pemanasan
aspal JBMA
155- 165C

Temp. Campuran Sasaran


145-155C

Pemanasan
Agregat 165-175C

PT. HTJ

Dump Truc
Temp. 140-150C

Asphalt Finisher
Temp. 130-150C

Tandem Roller
Temp. 125-145C

Temp. Dalam Truk


145-155C

Tire Roller
Temp. 100-125C

Tandem Roller
Temp. >95C

Gambar 7.2C.
Rentang Temperatur Pelaksanaan Campuran Panas dengan aspal JBMA-50

7.6.2 Perataan tepi perkerasan


Jika dipandang perlu balok kayu atau kerangka lain harus dipasang sesuai
dengan garis serta ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi ditempat
campuran beraspal panas akan dihampar.
7.6.3 Penghamparan dan pembentukan
a) Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) alat penghampar
harus dipanaskan. Campuran beraspal panas harus dihampar dan
diratakan sesuai dengan kelandaian, ketinggian, serta bentuk melintang
yang disyaratkan;
b)

Mesin penghampar harus dioperasikan pada kecepatan yang tidak akan


menyebabkan retak permukaan, goresan atau bentuk ketidakteraturan
lainnya pada permukaan, dan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah ke
lajur yang lebih tinggi bila pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu
lajur;

c)

Jika terjadi segregasi, goresan atau alur pada permukaan, mesin


penghampar harus dihentikan dan tidak dijalankan lagi sampai penyebab
kerusakan telah ditemukan dan diperbaiki;

d)

Proses perbaikan lubang-lubang yang kasar atau tersegregasi dengan


menaburkan bahan yang halus dan perataan sebelum penggilasan

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

21 | P a g e

sedapat mungkin dihindari. Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan di atas


permukaan yang telah dihampar rata;
e)

Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada


tepi-tepi penampung atau tempat lainnya di dalam mesin penghampar;

f)

Pada jalan yang akan dilapis dengan separuh lebar untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sisa
panjang pengaspalan setengah lebar jalan pada akhir setiap hari kerja
sependek mungkin.

7.7. Pemadatan
a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi
harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar
dalam keadaan gembur harus dipantau dan pemadatan harus dimulai
dalam rentang temperatur aspal yang ditunjukkan pada Tabel 7.3.
b) Pemadatan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
yaitu pemadatan awal, pemadatan kedua atau utama dan pemadatan
akhir / penyelesaian
c) Pemadatan awal (breakdown rolling) harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada di dekat alat penghampar.
d) Untuk mencegah penurunan temperatur yang tidak dikehendaki, maka
pemadatan awal harus dilakukan sedekat mungkin dengan alat
penghampar (penghamparan 20-30 meter, harus sudah dilakukan
pemadatan awal);
e) Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi);
f)

Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang


yang telah terpasang kaso dengan ketebalan yang diperlukan untuk
menahan pergerakan campuran aspal akibat pemadatan. Bila
sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang
sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek;

g) Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan


kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, pemadatan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik
yang kurang dari 1 m dari lintasan sebelumnya;
c)

Bilamana memadatkan sambungan memanjang, alat pemadat untuk


penggilasan awal harus terlebih dahulu madatkan lajur yang telah
dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda

22 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

penggilas yang menggilas tepi sambungan yang belum dipadatkan.


Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan,
sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi;
d)

Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja
dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga kecepatannya
sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut.
Garis, kecepatan dan arah pemadatan tidak boleh diubah secara tiba-tiba
atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya campuran beraspal;

e)

Semua jenis operasi pemadatan harus dilaksanakan secara menerus


untuk memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal
masih dalam kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda
dan ketidakrataan dapat dihilangkan;

f)

Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang
berlebihan tidak diperkenankan;

g)

Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas


permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan
tersebut dingin;

h)

Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan
atau perlengkapan yang digunakan pada perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan
perbaikan;

i)

Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan


kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran
beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran,
atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama
dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran
2
aspal terhampar dengan luas 1000 cm atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles,
dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki.

7.8. Sambungan-sambungan
a) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan tidak berada di atas yang
lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
sambungan yang berada di lapisan paling atas akan berlokasi pada
pemisah lajur lalu lintas. Sambungan-sambungan melintang harus
dipasang berjenjang dengan jarak minimum 25 cm dan harus lurus;
b)

Penghamparan melalui sambungan tidak boleh dilanjutkan kecuali bila sisi


sambungan tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Lapisan ikat aspal
untuk meletakkan kedua lapisan permukaan harus diberikan sesaat
sebelum campuran tambahan dipasang di atas material yang sebelumnya
telah dipadatkan.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

23 | P a g e

7.9. Pengendalian mutu


7.9.2. Persyaratan kepadatan
a) Kepadatan campuran seperti yang ditentukan, harus tidak kurang dari 98%
kepadatan di laboratorium;
b)

Cara pengambilan benda uji campuran dan pemadatan benda uji di


laboratorium, masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T168 dan
SNI 06-2489-1991;

c)

Kepadatan lapisan sama atau lebih besar daripada nilai yang diberikan
pada Tabel 7.4. Jika rasio antara kepadatan maksimum dan minimum
ditentukan oleh satu set contoh inti yang mewakili daerah yang diukur
adalah lebih besar daripada 1,08 : 1, maka contoh inti harus diabaikan dan
contoh inti baru harus diambil.

7.9.3. Pengambilan contoh campuran beraspal


a) Pengambilan contoh campuran beraspal panas menggunakan JBMAharus
dilakukan di unit pencampur aspal tetapi pengambilan contoh harus juga
dilakukan dari alat penghampar di lapangan, jika terjadi segregasi
berlebihan selama transportasi dan proses penghamparan.
b)

Frekuensi minimum pengujian untuk tujuan proses pengendalian mutu


harus sesuai persyaratan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7.5.

c)

Untuk mengurangi resiko penolakan bahan dari setiap


pengujian.
Pengambilan contoh uji dapat dilakukan pada seksi yang lebih pendek
(frekuensi pengambilan lebih besar) sebagaimana yang disyaratkan dalam
Tabel 7.5.

c)

Inspeksi dan pengujian rutin harus dilakukan untuk menguji pekerjaan


yang selesai sesuai dengan toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan
lapisan dan persyaratan lebih lanjut yang dinyatakan pada pedoman ini.
Seluruh seksi pengujian yang mengandung bahan atau cara pengujian
yang tidak memenuhi persyaratan harus dibuang dan diganti dengan
bahan dan pengerjaan yang memenuhi persyaratan atau dilakukan
perbaikan sehingga setelah perbaikan seluruh seksi memenuhi syarat.

Tabel 7.4. Persyaratan derajat kepadatan


Jumlah
pengujian per
contoh
3-4

Kepadatan rata2
minimum
(% JSD)
98,1

Nilai minimum setiap


pengujian tunggal
(%JSD)
95

98,3

94,9

98,5

94,8

7.9.4. Pengujian Contoh Material Campuran Beraspal


a) Contoh dan catat seluruh hasil pengujian dan catatan-catatan tersebut
harus disimpan dengan baik.
b) Setiap hari produksi harus dilakukan pengujian:
o Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh uji agregat
dari setiap bin panas;

24 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

o Pengamatan temperatur campuran beraspal di unit pencampur aspal


(AMP) maupun di lokasi penghamparan setiap jam;
o Uji Marshall harian sehingga diperoleh nilai stabilitas, kelelehan,
Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh uji.
o Derajat kepadatan lapangan yang dibandingkan terhadap kepadatan
Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core);
o Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi
kadar aspal paling sedikit dua contoh;
o Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang
dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan
aspal (AASHTO T209);
Tabel 7.5. Pengambilan Contoh Untuk Pengendalian Mutu.
Jenis bahan dan Pengujian

Frekuensi Pengambilan satu


Contoh

Aspal JBMA 50 :
o Dalam kemasan drum
o Dalam kemasan kantong
o bentuk curah
Jenis pengujian:
penetrasi, 0,1 mm,5 dtk,25oC
titik lembek

akar pangkat tiga


dari jumlah drum
akar pangkat tiga
dari jumlah kantong
Setiap tangki distribusi

Agregat :
Jenis Pengujian:
Abrasi dengan Mesin Los Angeles
Gradasi agregat pada stockpile
Gradasi agregat dari bin panas (hot bin)
Nilai setara pasir (sand equivalent)

Campuran :
Jenis Pengujian:
o Temperatur di AMP dan sampai di lokasi
o

Gradasi dan kadar aspal

Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient


(untuk non AC), VIM pada 75 tumbukan.
VIM pada kepadatan membal
JMF (Mix Design)
Contoh inti (core) berdiameter 4 untuk partikel
ukuran maksimum 1 dan 6 untuk partikel ukuran di
atas 1, baik untuk pemeriksaan pemadatan
maupun tebal lapisan bukan perata.

o
o
o

Setiap 5.000 m3
Setiap 1.000 m3
Setiap 250 m3
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 250 m3
Frekuensi Pengambilan
satu Contoh
Setiap batch dan pengiriman
Setiap 200 ton
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 200 ton
(min. 2 contoh uji per hari)
Setiap 3.000 ton
Setiap perubahan bahan
Tidak Lebih Setiap 100 m

Toleransi pelaksanaan
Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari
setiap jalur lalu lintas

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Paling sedikit 3 titik yang


diukur melintang pada paling
sedikit
setiap
12,5
m
memanjang sepanjang jalan
tersebut

25 | P a g e

Kadar aspal yang terserap oleh agregat dihitung berdasarkan Berat


jenis maksimum campuran perkerasan aspal sesuai dengan SNI 03
6893-2002;

Data hasil pengujian di atas harus disertai data lokasi pengambilan contoh
benda uji.
b)

Pemeriksaan kadar aspal harus dilakukan dengan metoda soklet terhadap


contoh uji yang mewakili jumlah tidak kurang dari 1 kg. Pelarut yang
digunakan adalah trichloroethylene (TCE) dan lama ekstraksi tidak boleh
kurang dari 24 jam atau pelarut relatif bersih.

7.9.5. Pemeriksaan jumlah berat di rumah timbang


Sebagai suatu pengendali pengukuran jumlah untuk pembayaran, maka berat
campuran yang dihampar harus terus-menerus dipantau dengan tiket
pengiriman muatan dari tempat penimbangan truk.
8.
Penyimpangan Produksi Campuran Beraspal panas
Terdapat beberapa permasalahan yang kemungkinan terjadi karena pengaruh
peralatan dan pelaksanaan di lokasi pencampuran dan pelapisan.
Disamping penyimpangan secara umum yang dapat terjadi, terdapat hal yang
perlu mendapat perhatian pada penggunaan campuran beraspal menggunakan
JBMA-50, antara lain:
o

Terjadinya penurunan temperatur lapisan campuran beraspal panas


menggunakan JBMA sebelum dipadatkan yang relatif lebih cepat
dibandingkan campuran beraspal dengan aspal keras tanpa bahan
tambah, oleh karena itu saat pemadatan, dapat dipilih alternatif
penggunaan dua alat pemadat ban karet untuk pemadatan antara
dengan panjang pemadatan awal dibatasi hanya 20 -30 meter.

Karena penurunan temperatur relatif cepat, untuk mencegah


lengketnya roda pemadat dengan lapisan yang dipadatkan perlu
dipertimbangkan penggunaan minyak sayur sebagai pengganti air yang
disemprotkan pada roda mesin pemadat saat pemadatan atau
penggunaan deterjen dengan jumlah sedikit pada air yang di usapkan
pada roda pemadat.

Untuk mencegah kerusakan dini maka kadar air dalam agregat harus
dihilangkan dengan pengeringan di Dryer. Pengawasan harus
dilakukan lebih hati-hati jika agregat dalam kondisi basah akibat hujan
yang turun sebelumnya. Agregat dengan porositas yang tinggi akan
sulit dikeringkan di Dryer. Perlindungan terhadap agregat, terutama
agregat halus, terhadap air hujan dapat dilakukan dengan cara
memberi terpal penutup pada stockpile maupun pada bin dingin (cold
bins).

Perlu pemeriksaan terus menerus untuk menjamin tidak terjadinya


pengendapan butir/mineral/filler asbuton pada dasar tanki baik tanki

26 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

standar dengan sirkulasi, maupun tanki khusus yang dilengkapi alat


pengaduk.
Karena akibat perbedaan berat jenis antara aspal keras dan butir
asbuton semi ekstraksi di dalam JBMA-50 sangat mengandung resiko
terjadinya pengendapan.
o

Pada perhitungan kadar aspal, baik saat membuat formula campuran


kerja maupun saat pembayaran (hasil ekstraksi), perlu dipertimbangkan
tingkat kelarutan dari JBMA-50, disebabkan di dalamnya terkandung
dua bahan berbeda yaitu mineral asbuton dan aspal.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

27 | P a g e

Lampiran :
1. Gambar Ilustrasi Pemeriksaan AMP
2. Gambar Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
Campuran panas menggunakan aspal
JBMA-50.

28 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Gbr. 02. ILLUSTRASI PEMERIKSAAN AMP


Bin Dingin
o Kalibrasi Bukaan
o Pemisah antar Bin (Agregat tidak
Tercampur.
o Kelengkapan Penggetar &
Tenaga Pembersih

Pemeriksaan
o Saringan Baik
o Timbangan (Kalibrasi)
o Temperatur Pencampuran
o Waktu Pencampuran

Powder bin
The vibrating sieve

Hot aggregate elevator


Cold aggregate
bins

Drying drum

Finished silo
Hot aggregate bin
The mixer

Dust catcher

Operation room
Asphalt tank

Penimbunan (Stock Pile)


o Agregat harus Kubikal &
Bersih
o Tidak Segregasi/degradasi
o Tidak ada Perubahan visual
Agregat karena perubahan
Quary/Suplier

Pengering (Dryer)
o Pembakaran
Sempurna
(Lihat Warna Asap)
o Kontrol Temperatur
o Sudu-sudu/Mangkok
pengaduk Baik.
o Sudut Kemiringan Dryer
Pemeriksaan
o Perhatikan Tampak Visual
Campuran
o Periksa Temperatur
Campuran diatas Truk
o Bak Truk Bersih dan
dilengkapi Terpal

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

29 | P a g e

Gbr. 03. URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAN


CAMPURAN PANAS MENGGUNAKAN ASPAL
JBMA-50

Pekerjaan Persiapan (Prime Coat & Tack Coat)


Sebelum dilakukan Pekerjaan Prime Coat atau Tac Coat harus dilakukan
dahulu pembersihan permukaan jalan dengan menggunakan Compresor
dan dipastikan kondisi existing bebas dari kotoran yang tidak diiinginkan.
Pada daerah tertentu yang mengalami kerusakan harus diperbaiki dahulu
sebelum Pekerjaan ini dilakukan.

Pekerjaan Penghamparan
Kecepatan dari alat penghampar harus dijaga tetap konstan selama
proses penghamparan agar diperoleh tekstur dan ketebalan yang
disyaratkan. Kecepatan alat penghampar disesuaikan dengan kapasitas
produksi unit pencampur aspal. Sebagai contoh untuk produksi unit
pencampur aspal (AMP) 454 ton (500 ton) per jam, untuk lebar
penghamparan 3,7 m, dan ketebalan lapisan 5 cm (tebal padat), maka
kecepatan alat penghampar (finisher) adalah sekitar 11,5 m per menit,
atau dengan rumus : Kecepatan alat (meter/jam) = produksi AMP
(m3/jam) / luas hamparan (m 2)

30 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Pemadatan awal(Breakdown Rolling)


Pada campuran panas yang menggunakan JBMA penghamparan setelah
mencapai 20 -30 m harus dilakukan Pemadatan awal. Hal ini untuk
menghindari penurunan temperature campuran panas.
Pemadatan
menggunakan jenis roda baja dengan roda belakang dan depan berupa
drum (2 roda) untuk memperoleh tekstur yang lebih baik.Berat dari
pemadat ini bervariasi dari 3 sampai 14 ton atau lebih dengan lebar drum
bervariasi dari 1 sampai 1,5 m atau lebih. Jika diperlukan berat yang lebih,
maka dapat ditambahkan beban tambahan. Untuk jalan-jalan dengan lalulintas yang berat maka berat minimum alat yang digunakan adalah 10
ton.Pemadatan yang baik umumnya menghasilkan rongga udara di
lapangan sekitar 8 % atau kurang. Kecepatan harus konstan tidak lebih
dari 4 km/ jam dan untuk mengatasi kelengketan dapat menggunakan air
yang disemprotkan dengan cara mengkabut, tidak boleh berlebihan.

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

31 | P a g e

Pemadatan Utama (Intermediate Rolling)


Pemadatan antara merupakan pemadatan utama yang berfungsi untuk
mencapai kepadatan yang diinginkan, dengan jumlah lintasan dan selang
temperatur campuran beraspal yang tertentu. Pemadatan antara harus
segera dilaksanakan setelah pemadatan awal selesai.
Alat pemadat roda karet pneumatik (Tire rollers, TR) merupakan alat
pemadat dengan roda karet, mempunyai dua gandar dengan roda karet 3
sampai 4 roda dibagiandepan dan 4 sampai 5 roda di bagian belakang.
Berat total alat ini bervariasi dari 10 ton sampai 35 ton tergantung pada
ukuran dan jenisnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah berat pada satu
roda harus berkisar antara 680 kg sampai 907 kg. Roda karet yang
digunakan harus rata dengan lebar roda 380 mm, 430 mm, 510 mm atau
610 mm. Tekanan pada setiap roda harus sama dan toleransi perbedaan
tekanan tidak boleh melebihi 5 psi (kPa). Kecepatan harus dijaga tidak
boleh lebih dari 10 km/jam dan roda tetap harus dibasahi dengan air dan
tidak diijinkan pemberian air secara berlebihan.

Pemadatan Akhir (Finish Roller)


Pemadatan terakhir atau pemadatan penyelesaian yang dilakukan untuk
meningkatkan penampakan permukaan dan dilakukan pada selang
temperature tertentu. Pemadatan akhir umumnya dilakukan dengan alat
pemadat mesin gilas roda baja statis.

32 | P a g e

Petunjuk Teknis -

PT. HASRAT TATA JAYA

Anda mungkin juga menyukai