Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI TEKS DONGENG INGGRIS JACK, THE GIANT-KILLER

MELALUI ANALISIS LARAS (REGISTER)


Oleh
Niken Paramita

Laras sebagai Sarana Pemahaman Teks


Dalam dunia penerjemahan, teks menjadi titik awal sekaligus titik akhir dari
pengamatan yang dilakukan oleh penerjemah. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah akan
dan harus berangkat dari pemahaman akan teks sumber (TSu). Pemahaman ini kemudian
diolah sedemikian rupa dan dituangkan kembali dalam bentuk teks sasaran (TSa).
Langkah pertama, yakni pemahaman terhadap TSu, dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satunya ialah dengan menganalisis teks tersebut dari aspek laras, atau register.
Istilah register dalam hal analisis teks mengacu pada variasi bahasa yang terdapat di dalam
suatu teks yang mencerminkan situasi pemakaian bahasa tersebut (Brizuela, Andersen &
Stallings, 1999).
Jika ditarik lebih jauh, pemahaman akan laras suatu teks dapat mengantar penerjemah
pada pemahaman akan genre dari teks itu. Kedua hal ini, terutama laras, sangatlah penting
bagi penerjemah agar kemudian dapat menentukan langkah-langkah apa yang akan ditempuh
dalam menuangkan kembali gagasan TSu ke dalam TSa dengan bahasa yang wajar, efektif,
dan sesuai dengan tujuan dilakukannya penerjemahan itu.
Dalam makalah ini, dibahas analisis laras dari sebuah teks dongeng yang diharapkan
dapat membantu memahami keberadaan teks itu dari segi isinya, hubungan antara penulis
teks dan pembacanya, serta cara penyampaian ceritanya.
Dongeng Jack, the Giant-Killer
Teks yang akan dianalisis dalam makalah ini adalah dongeng dari Inggris Jack, the
Giant-Killer. Dongeng ini, bersama dengan puluhan dongeng dan cerita rakyat lainnya,
dikumpulkan oleh Joseph Jacobs dalam suatu antologi berjudul English Fairy Tales. Buku
kumpulan dongeng ini pertama kali diterbitkan tahun 1890, dan sejak itu telah dicetak ulang
berulang kali. Cetakan terakhir buku ini terbit tahun 2009.
Mengenai perbedaan antara dongeng (fairytale) dan cerita rakyat (folktale), menurut
kamus Merriam-Webster daring, definisi fairy tale adalah:
~1~

a : a story (as for children) involving fantastic forces and beings (as fairies,
wizards, and goblins) called also fairy story b : a story in which improbable
events lead to a happy ending.
Sementara definisi folk-tale menurut Merriam-Webster adalah a characteristically
anonymous, timeless, and placeless tale circulated orally among a people. Banyak dikatakan
bahwa dongeng merupakan bagian dari cerita rakyat.
Secara singkat, Jack, the Giant-Killer mengisahkan pemuda dari desa Cornwall
bernama Jack yang hidup di zaman pemerintahan King Arthur. Penduduk desa itu resah
karena selalu diganggu oleh raksasa jahat bernama Cormoran. Jack yang pemberani pun
mengajukan diri untuk menumpas si raksasa. Dengan cerdik, ia menyiapkan sebuah lubang
besar di dekat gua tempat tinggal Cormoran. Setelah itu, ia memancing Cormoran keluar dari
gua dan membuatnya marah. Raksasa itu pun jatuh ke dalam lubang yang dibuat Jack, dan
mati setelah kepalanya dipukul keras-keras oleh Jack.
Penduduk desa berterima kasih atas jasa Jack dan menghadiahinya sebuah pedang dan
sabuk bertulisan emas. Setelah itu, petualangan demi petualangan pun dialami oleh Jack
dalam membasmi dan memperdaya raksasa jahat. Di akhir cerita, atas jasanya melindungi
warga kerajaan dari raksasa pengganggu, King Arthur menitahkan seorang bangsawan untuk
menikahkan putrinya dengan Jack. Jack dan gadis tersebut pun menikah dan hidup bahagia.
Dari dongeng ini, terdapat 2 (dua) penggalan cerita yang menarik untuk diamati
elemen-elemen bahasanya, terutama dalam menentukan laras teksnya. Penggalan pertama
merupakan paragraf kedua dari keseluruhan teks dongeng, sebagai berikut:
One day Jack happened to be at the town-hall when the magistrates were
sitting in council about the Giant. He asked: What reward will be given to
the man who kills Cormoran? The giants treasure, they said, will be the
reward. Quoth Jack: Then let me undertake it.
Penggalan kedua merupakan sajak yang diucapkan oleh seorang raksasa berkepala
dua bernama Thunderdell yang ingin membalas dendam pada Jack dan mendatanginya.
Fee, fi, fo, fum!
I smell the blood of an Englishman!
Be he alive or be he dead,
Ill grind his bones to make me bread!

~2~

Laras dan Metafungsi Bahasa


Halliday (1978), sebagaimana dikutip oleh Ghadessy (1994) dan Munday (2008),
menyatakan bahwa laras (register) merupakan parameter-parameter yang terdapat dalam
suatu teks dan dapat dipakai untuk membedakan jenis teks tersebut dengan teks yang lain.
Parameter pembentuk laras antara lain:
1. Field
2. Mode
3. Tenor
Field pada dasarnya merupakan intisari dari teks tersebut; hal apa yang sedang
dibicarakan. Misalnya, suatu teks membahas tentang peraturan lalu lintas, sedangkan teks lain
merupakan kisah anak yang durhaka pada orang tuanya.
Mode adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan intisari teks, terutama dalam
hal penggunaan unsur-unsur bahasanya. Umumnya, mode terbagi menjadi 2 (dua), yakni tulis
(written) dan lisan (spoken). Akan tetapi, analis teks juga dapat mengamati hal-hal lain dalam
teks yang menunjukkan bagaimana penulis atau produsen teks menyampaikan pesannya.
Tenor menunjukkan siapa saja pihak yang terlibat dalam suatu teks, dan hubungan
antara pihak-pihak itu. Yang dimaksud adalah pihak penulis dan/atau produsen teks serta
pihak pembaca teks.
Gabungan dari ketiga elemen laras di atas menentukan cakupan makna yang dipilih
dan bentuk yang digunakan dalam mengungkapkan pesan (expression) (Halliday, 1978,
dalam Ghadessy, 1994). Ketika dilakukan sebuah analisis terhadap laras suatu teks, tujuan
utamanya menurut Halliday adalah untuk menemukan faktor situasi apa saja yang
menentukan penggunaan ciri linguistis tertentu.
Selain itu, Munday (2008) mengutip pendapat Eggins (2004) bahwa field sebuah teks
berhubungan dengan makna ideasional (ideational meaning) yang dimanifestasikan dalam
pola transisi (transitivity) teks itu. Kemudian, elemen mode berhubungan dengan makna
tekstual (textual meaning) dan direalisasikan dalam bentuk struktur tema dan informasi serta
kohesi pada teks. Sementara, tenor diasosiasikan dengan makna interpersonal (interpersonal
meaning) yang nampak dari pola modalitas (modality) teks.
Halliday sendiri mengistilahkan ketiga makna yang dikemukakan Eggins di atas
sebagai metafungsi. Metafungsi berbeda dengan fungsi bahasa secara umum yang lebih
mengacu pada tujuan dan cara penggunaan bahasa sehari-hari, melainkan ia adalah fungsi
bahasa yang terintegrasi sebagai suatu sistem (Halliday, 2004).
~3~

Metafungsi ideasional adalah metafungsi bahasa untuk menjelaskan atau menafsirkan


segala pengalaman hidup manusia melalui elemen leksikogramatika yang terdapat dalam
bahasa manusia itu. Halliday menyebut hal ini sebagai language as reflection. Metafungsi
tekstual berarti bahasa berfungsi membangun rangkaian dari bagian-bagian suatu wacana
serta mengatur jalannya (flow) sebuah teks. Sedangkan dalam metafungsi interpersonal,
bahasa berfungsi lebih dari sekedar tuturan atau tulisan, melainkan sebuah tindakan manusia
dalam lingkungan sosialnya. Halliday menyebut metafungsi ini language as action. Jika
diamati, klasifikasi (meta)fungsi Halliday mirip dengan Model Organon bahasa milik Karl
Bhler (lihat Renkema, 2004).

Diagram disalin dari laman Department of General Linguistics, Univ. Of Helsinki <www.ling.helsinki.fi>

Sesuai yang dikatakan Eggins, metafungsi ideasional Halliday dapat dilihat dari pola
transisi teks, terutama jika analisis dilakukan terhadap klausa-klausa yang ada di dalamnya.
Dari klausa itu, diamati jenis proses yang terjadi, dan ini nampak dari tipe verba yang
dipakai: apakah menampakkan proses material, mental, verbal, ataukah relasional. Proses
material mengacu pada pengalaman eksternal dalam melakukan sesuatu; proses mental,
sebaliknya, menunjukkan pengalaman berpikir dan merasakan emosi secara internal. Proses
verbal ialah perwujudan dari kognisi dalam bentuk bahasa, dan proses relasional adalah yang
terjadi ketika melakukan generalisasi atas beberapa pengalaman, sehingga muncul suatu
kesimpulan, misalnya.

~4~

Proses relasional masih terbagi lagi atas dasar tipe dan agennya, seperti tergambar
dalam diagram di atas. Namun, makalah ini tidak akan membicarakan klasifikasi proses ini.
Metafungsi interpersonal yang dilihat dari mood (modalitas) klausa, khususnya klausa
mayor yang memiliki predikator. Dari jenis klausa mayor itu, dapat dibedakan apakah moodnya termasuk jenis indikatif ataukah imperatif. Indikatif adalah apabila jenis klausanya
interogatif (tanya) atau deklaratif (pernyataan).
Sementara, metafungsi tekstual dilihat dari tema klausa tersebut. Secara semantis,
sebuah klausa atau kalimat terbagi menjadi dua, yakni Tema dan Rema. Tema adalah inti
yang menentukan konteks keseluruhan klausa, sedangkan Rema adalah semua bagian klausa
selain Tema, yang merupakan pengembangan dari Tema itu tadi (Halliday, 2004: 64-66).
Dalam Bahasa Inggris, Tema biasanya terdapat di awal klausa dan sisanya merupakan Rema.
Untuk memudahkan dan memperjelas analisis laras dan metafungsi bahasa, digunakan
diagram Lapisan Metafungsi (Metafunctional layering), yang sifatnya tidak hirarkis.
Contohnya sebagai berikut:

Diagram disalin dari laman Department of General Linguistics, Univ. Of Helsinki <www.ling.helsinki.fi>

Mchura (2005) dalam artikelnya A Practical Guide for Functional Text Analysis
menyatakan bahwa field teks dapat dilihat dari kosakata yang digunakan dan ranah semantis
yang diacu oleh kosakata tersebut. Selain itu, juga dapat diamati dari jenis proses dan
keadaan (circumstance).
Mode teks berada pada suatu titik di antara sumbu kontinuum lisan/tulis dan sumbu
kontinuum aksi/refleksi. Maksud dari sumbu kontinuum lisan/tulis adalah suatu teks dapat
memiliki ciri-ciri wacana lisan dan teks lainnya memiliki ciri-ciri wacana tulis, dan ada yang
berada di antaranya. Sedangkan sumbu kontinuum aksi/refleksi menunjukkan skala
spontanitas suatu teks dilihat dari jarak waktu terjadinya suatu peristiwa dan waktu penulisan
peristiwa tersebut.
Mode juga terlihat dari apakah teks itu bersifat interaktif atau tidak. Indikatorindikator keinteraktifan teks antara lain:
~5~

1. Adanya kata panggilan atau sapaan (term of address)


2. Adanya kata yang berfungsi menarik perhatian, misalnya look
3. Adanya pertanyaan dan jawaban
Interaksi yang tercipta pun dapat dianalisis, apakah ia termasuk dalam percakapan tatap muka
(face-to-face conversation), percakapan lisan tak tatap muka (seperti pada percakapan lewat
telepon), atau percakapan tertulis (seperti pada surel atau obrolan via Internet).
Tenor sebuah teks dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Personalisasi, yakni apakah tokoh atau peserta yang ada di dalam teks berusaha
menampilkan dirinya dalam teks itu, misalnya dengan menggunakan pronomina I
dan we, atau sebaliknya.
2. Pemosisian diri (standing), yaitu apakah penulis menunjukkan keahliannya, kuasa
yang dimilikinya, atau pendapatnya, lewat kosakata dan ungkapan yang digunakan.
3. Stance, yang berarti apakah penulis berusaha mengajak pembaca untuk berargumen
dengan teks. Hal ini dapat dilihat dari dua hal, attitude (makna positif, negatif, atau
netral dari pilihan kata yang dipakai) dan modalitas (kumpulan dari beberapa makna
yang menyatakan permission, ability, obligation, necessity, volition, dan prediction).
Laras dan Metafungsi Bahasa pada Penggalan Dongeng Jack, the Giant-Killer
Dalam analisis laras berdasarkan metafungsi teks, yang pertama kali dilakukan adalah
mengamati klausa-klausa dan kalimat yang tersusun, sebelum meneliti metafungsi yang
tercermin dari kosakata yang digunakan dalam tiap klausa. Dalam makalah ini, digunakan
diagram Lapisan Metafungsi untuk menggambarkan metafungsi apa yang terdapat di elemen
klausa yang mana.
Jika dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu klausa, klausa-klausa yang ada di
dalamnya sengaja tidak dipilah-pilah, dengan tujuan agar tampak hubungan antara klausa
yang satu dengan yang lain, juga hubungan antara metafungsi dalam satu klausa dengan
metafungsi dalam klausa yang lainnya, di dalam satu diagram. Diagram Lapisan Metafungsi
yang lengkap dapat dilihat di Lampiran makalah ini.
Dari susunan Tema tiap klausa, termasuk klausa subordinat yang terdapat dalam suatu
kalimat, dapat dilihat variasi yang digunakan penulis sebagai elemen tematis klausa.
Contohnya, dalam kalimat pertama terdapat dua elemen tematis, yakni One day (dari
klausa utama) dan the magistrates (klausa subordinat). Pada kalimat kedua, terdapat elemen
tematis He dan What reward. Pada kalimat ketiga elemen tematis yang muncul adalah
~6~

The giants treasure dan they. Dari kalimat keempat, muncul elemen tematis quoth dan
then. Dari elemen-elemen tematis penggalan pertama ini, ada kata-kata kunci terutama
pada nomina magistrate, reward dan frasa nomina giants treasure yang membantu
pembaca merujuk pada latar belakang Jack pertama kali membunuh raksasa.
Kemudian, untuk penggalan kedua, kalimat pertama Fee, fi, fo, fum! tidak
dianalisis karena bukan merupakan klausa mayor yang memiliki predikator. Kalimat kedua
memiliki elemen tematis I, kalimat ketiga elemen tematisnya be, dan kalimat keempat
memiliki elemen tematis I. Hal ini menyiratkan bahwa kalimat-kalimat tersebut benarbenar mengacu hanya pada diri dan ego si raksasa yang mengucapkan tuturan tersebut.
Lapis kedua dalam diagram Lapisan Metafungsi menunjukkan mood (metafungsi
interpersonal) dari penggalan teks. Pada penggalan yang pertama, jenis mood dan ciri-cirinya
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Kalimat pertama
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative declarative (karena ada Subjek
dan Finite, dan Subjek the magistrates posisinya ada sebelum Finite were)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (Subjek Jack
posisinya diikuti oleh Finite happened)
2.

Kalimat kedua
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative interrogative WH (krn ada
Finite will be dan Subject What reward, dan Subjek terletak setelah Finite
dan diawali dengan What)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (Subjek He posisinya
diikuti oleh Finite asked)

3. Kalimat ketiga
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative declarative (karena Subjek
The giants treasure posisinya mendahului Finite will be)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (karena Subjek they
mendahului Finite said)
4. Kalimat keempat
a. Jenis mood pada klausa subordinat: imperative (karena ada Finite let dan
tidak ada Subjek)

~7~

b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (dalam hal ini, Finite
Quoth mendahului Subjek Jack, akan tetapi ini merupakan variasi posisi
yang biasa terdapat dalam teks narasi yang dilengkapi percakapan)
Pada penggalan kedua, kalimat kedua sampai keempat dapat dianalisis mood-nya sebagai
berikut:
1. Jenis mood kalimat kedua: indicative declarative (Subjek I mendahului Finite
smell)
2. Jenis mood kalimat ketiga: indicative declarative (dalam hal ini, Finite be
mendahului subjek he karena merupakan ragam puitis yang menjadi bagian dari
ujaran si raksasa dalam bentuk sajak)
3. Jenis mood kalimat keempat: indicative declarative (Subjek I dan Finite will
digabung menjadi Ill)
Secara umum, mood yang banyak terdapat pada penggalan teks ini berjenis indicative
declarative. Hal ini sesuai dengan jenis kalimat yang sebagian besar merupakan kalimat
deklaratif atau pernyataan.
Untuk lapisan metafungsi ideasional, diamati verba-verba yang menunjukkan proses dan
menjadi ciri dari proses transisi teks (transitivity). Analisis untuk penggalan pertama adalah
sebagai berikut:
1. Kalimat pertama: happened (proses relasional) dan were sitting (proses material)
2. Kalimat kedua: asked (proses verbal) dan will be given (proses material)
3. Kalimat ketiga: said (proses verbal)
4. Kalimat keempat: quoth (proses verbal), let (proses material) dan undertake
(proses material)
Untuk penggalan kedua, berikut adalah analisis transisi teks dilihat dari verbanya:
1. Kalimat kedua: smell (proses material)
2. Kalimat ketiga: be alive (proses relasional) dan be dead (proses relasional)
3. Kalimat keempat: grind (proses material) dan make (proses material)
Dari seluruh proses yang ditampilkan oleh verba dalam penggalan teks, sebagian besar
merupakan proses material (7 buah). Hal ini menandakan teks mementingkan kronologi
tindakan yang diambil oleh setiap tokoh, bukan pemikiran atau emosinya.
Berdasarkan panduan analisis teks fungsional dari Mchura (2005), tercermin elemenelemen laras dari teks dongeng Jack, the Giant-Killer sebagai berikut:
Field: dongeng tentang pemuda pemberani Jack yang menumpas raksasa-raksasa jahat
~8~

Kosakata yang digunakan seperti one day, quoth, Giant, treasure,


menunjukkan kisah ini terjadi di masa lalu

Kosakata kill dan let me undertake menunjukkan tokoh Jack bersifat pemberani

Kosakata smell the blood dan grind his bones menunjukkan raksasa bersifat kasar
dan jahat

Peserta yang terdapat dalam teks adalah Jack, raksasa, dan penduduk kota yang
menjadi korban si raksasa.

Proses yang banyak ditunjukkan adalah mengenai keberanian Jack melawan


keganasan raksasa.

Mode: teks tulis berbentuk narasi dan dialog, serta bersifat interaktif (mengundang
keterlibatan pembaca). Ciri-ciri yang terlihat dari teks adalah adanya:

terms of address (the Giant dan Cormoran; Jack dan an Englishman)

Tanya jawab antar tokoh (antara dewan kota dan Jack; antara raksasa dan Jack)

Interaksi/komunikasi antar tokoh yang terjadi termasuk percakapan tatap muka karena
adanya proses komunikasi bergiliran (turn-taking communication) yaitu antara Jack
dan dewan kota, serta adanya acuan deiktis (me, it, you, here, this, now,
I).

Tenor: penulis tidak berusaha menonjolkan pendapat pribadinya, melainkan membiarkan


tokoh cerita yang menampilkan diri mereka, sehingga makna cerita akan didapat oleh
pembaca secara tersirat melalui nuansa makna kosakata yang dipakai.

Dalam teks, ada upaya personalisasi, dalam arti tokoh cerita atau pembicara berusaha
menunjukkan diri pribadinya di dalam teks, yang terlihat di dalam dialog-dialog antar
tokoh cerita. Dalam penggalan pertama, misalnya, tokoh Jack menggunakan
pronomina me, sedangkan dalam penggalan kedua si raksasa mengucapkan I dan
me.

Standing tidak muncul dalam penggalan teks ini, karena penulis tidak berupaya
menampilkan opini, keahlian pribadi, ataupun persuasi.

Stance dapat terlihat dari hal-hal berikut:

Attitude ada pada pilihan kata yang memberi nuansa makna tertentu, misalnya
makna bernuansa positif pada sifat pemberani Jack ditunjukkan dengan katakata kill dan undertake. Sedangkan, makna bernuansa negatif terutama
yang berkaitan dengan diri raksasa ditunjukkan dengan kata dan frase smell
the blood, alive or .. dead dan grind his bones.
~9~

Modalitas (modality) yang dipakai dalam penggalan teks yakni will


mencerminkan kepastian akan dilakukannya suatu tindakan oleh tokoh-tokoh
dalam penggalan teks, contohnya terdapat dalam frase will be given dan
klausa Ill grind his bones.

Kesimpulan
Laras dari penggalan teks dongeng Jack, the Giant-Killer dapat diamati dari
metafungsi-metafungsi berikut:
1. Metafungsi tekstual yang dilihat dari elemen tematis (Tema): pada penggalan pertama
yang terletak di awal cerita, ada kata-kata kunci yang membantu pembaca merujuk
pada latar belakang Jack sebelum ia membunuh raksasa untuk pertama kalinya.
Penggalan kedua yang terletak di pertengahan cerita memiliki elemen tematis yang
mengacu hanya pada diri dan ego si raksasa yang mengucapkan tuturan tersebut.
2. Metafungsi interpersonal yang dilihat dari mood: mood yang banyak terdapat pada
penggalan teks ini berjenis indicative declarative. Artinya, bentuk deklaratif atau
pernyataan banyak digunakan dalam teks naratif.
3. Metafungsi ideasional yang dilihat dari proses transisi (dari verba proses): sebagian
besar proses yang dicerminkan oleh verbanya berjenis proses material. Hal ini
menandakan dalam penceritaan, penulis mementingkan kronologi tindakan yang
diambil oleh setiap tokoh.
Selain itu, dari pemilihan kosakata, peserta (tokoh cerita) dan proses yang banyak terjadi,
dapat disimpulkan bahwa field dari teks adalah dongeng tentang pemuda pemberani Jack
yang menumpas raksasa-raksasa jahat.
Mode dari penggalan dongeng ini berupa teks tulis yang tersusun dari narasi dan dialog.
Penggalan ini juga bersifat interaktif (mengundang keterlibatan pembaca).
Untuk tenor, penulis tidak berusaha menonjolkan pendapat pribadinya, melainkan
membiarkan tokoh cerita yang menampilkan diri mereka, sehingga makna cerita akan didapat
oleh pembaca secara tersirat melalui nuansa makna kosakata yang dipakai.

~ 10 ~

Pustaka Acuan

Brizuela, Maquela; Andersen, Elaine; Stallings, Elaine. Discourse markers as Indicators of


Registers, dalam Hispania, Vol. 82, No. 1 (Maret, 1999), hal. 128-141. American
Association of Teachers of Spanish and Portuguese
Ghadessy, Mohsen. Key concepts in ELT: Register, dalam ELT Journal, vol. 48, issue 3,
Juli

1994,

hal.

288-289.

Oxford

University

Press,

copyright

2011,

<http://eltj.oxfordjournals.org/content/48/3/288.full.pdf, diunduh 17 Mei 2012>


Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction to Functional Grammar: Third Edition. Direvisi oleh
Christian M.I.M Mathiessen. London: Arnold Publishers
Mchura, Michal Boleslav. 22 September 2005. A Practical Guide for Functional Text
Analysis: Analyzing English Texts for Field, Mode, Tenor and Communicative
Effectiveness.

Materi

ajar

Open

University

<http://www.cainteoir.com/

cainteoir_files/etc/FunctionalTextAnalysis.pdf, diunduh 17 Mei 2012>


Munday, Jeremy. 2008 (edisi ke-2, 2001). Introducing Translation Studies: Theories and
Application. Oxon: Routledge
Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamins
Publisher
Wilcock, Graham. Metafunctions, dalam situs web Department of General Linguistics
University

of

Helsinki,

diunggah

15

November

<http://www.ling.helsinki.fi/kit/2001s/ctl310gen/GW-MScThesis/node16.html,
dibuka 22 Mei 2012>

~ 11 ~

2001,

LAMPIRAN MAKALAH: ANALISIS METAFUNGSI

One day Jack happened to be at the town-hall when the magistrates were sitting in
council about the Giant.
Theme
Theme

Rheme

Rheme
MOOD

Subject

M O O D (indicative declarative)
Finite

Subject

Relational

Finite
material

He asked, What reward will be given to the man who


kills Cormoran?
Theme
The
me
MOOD
S + Finite
verbal

Rheme
Rheme

MOOD (indicative
interrogative WH)
WH
Subjec Finite
t
material

The giants treasure, they said, will be the


reward.
Theme

Keterangan:
Warna coklat: metafungsi tekstual (Tema Rema)
Warna ungu: metafungsi interpersonal (Mood)
Warna biru: metafungsi ideasional (verba proses)

Rheme
Rheme

The
Rheme
me
M O O D (indicative declarative)

Subject

S+
Fin.
verbal

Jika ada lebih dari 1 klausa dalam 1 kalimat, maka baris


pertama metafungsi tekstual (coklat) merujuk pada klausa
subordinat, dan baris kedua metafungsi tekstual merujuk
pada klausa utama.

Finite

~ 12 ~

Untuk penggalan kedua, kalimat Fee, fi, fo, fum! tidak


dianalisis karena merupakan klausa minor (tidak memiliki
predikator, hanya merupakan kategori fatis).

Quoth Jack, Then let me


undertake it.
The
me
Them
e
MOOD (declarative)

Rheme
Rheme
MOOD (imperative)

Finite + Subject
verbal

material

I smell the blood of an


Englishman!
The
me
MOOD

Rheme

S + Finite
materi
al

Be he alive or be he dead,
Them
e

Rheme

~ 13 ~

MOOD (indicative declarative)


Finite + Subject
relation
al

relational

Ill grind his bones to make me


bread!
Them
e
MOOD
(indicative
declarative
)
Subject +
Finite
materi
al

Rheme

materi
al

~ 14 ~

Anda mungkin juga menyukai