Laras Bahasa
Laras Bahasa
a : a story (as for children) involving fantastic forces and beings (as fairies,
wizards, and goblins) called also fairy story b : a story in which improbable
events lead to a happy ending.
Sementara definisi folk-tale menurut Merriam-Webster adalah a characteristically
anonymous, timeless, and placeless tale circulated orally among a people. Banyak dikatakan
bahwa dongeng merupakan bagian dari cerita rakyat.
Secara singkat, Jack, the Giant-Killer mengisahkan pemuda dari desa Cornwall
bernama Jack yang hidup di zaman pemerintahan King Arthur. Penduduk desa itu resah
karena selalu diganggu oleh raksasa jahat bernama Cormoran. Jack yang pemberani pun
mengajukan diri untuk menumpas si raksasa. Dengan cerdik, ia menyiapkan sebuah lubang
besar di dekat gua tempat tinggal Cormoran. Setelah itu, ia memancing Cormoran keluar dari
gua dan membuatnya marah. Raksasa itu pun jatuh ke dalam lubang yang dibuat Jack, dan
mati setelah kepalanya dipukul keras-keras oleh Jack.
Penduduk desa berterima kasih atas jasa Jack dan menghadiahinya sebuah pedang dan
sabuk bertulisan emas. Setelah itu, petualangan demi petualangan pun dialami oleh Jack
dalam membasmi dan memperdaya raksasa jahat. Di akhir cerita, atas jasanya melindungi
warga kerajaan dari raksasa pengganggu, King Arthur menitahkan seorang bangsawan untuk
menikahkan putrinya dengan Jack. Jack dan gadis tersebut pun menikah dan hidup bahagia.
Dari dongeng ini, terdapat 2 (dua) penggalan cerita yang menarik untuk diamati
elemen-elemen bahasanya, terutama dalam menentukan laras teksnya. Penggalan pertama
merupakan paragraf kedua dari keseluruhan teks dongeng, sebagai berikut:
One day Jack happened to be at the town-hall when the magistrates were
sitting in council about the Giant. He asked: What reward will be given to
the man who kills Cormoran? The giants treasure, they said, will be the
reward. Quoth Jack: Then let me undertake it.
Penggalan kedua merupakan sajak yang diucapkan oleh seorang raksasa berkepala
dua bernama Thunderdell yang ingin membalas dendam pada Jack dan mendatanginya.
Fee, fi, fo, fum!
I smell the blood of an Englishman!
Be he alive or be he dead,
Ill grind his bones to make me bread!
~2~
Diagram disalin dari laman Department of General Linguistics, Univ. Of Helsinki <www.ling.helsinki.fi>
Sesuai yang dikatakan Eggins, metafungsi ideasional Halliday dapat dilihat dari pola
transisi teks, terutama jika analisis dilakukan terhadap klausa-klausa yang ada di dalamnya.
Dari klausa itu, diamati jenis proses yang terjadi, dan ini nampak dari tipe verba yang
dipakai: apakah menampakkan proses material, mental, verbal, ataukah relasional. Proses
material mengacu pada pengalaman eksternal dalam melakukan sesuatu; proses mental,
sebaliknya, menunjukkan pengalaman berpikir dan merasakan emosi secara internal. Proses
verbal ialah perwujudan dari kognisi dalam bentuk bahasa, dan proses relasional adalah yang
terjadi ketika melakukan generalisasi atas beberapa pengalaman, sehingga muncul suatu
kesimpulan, misalnya.
~4~
Proses relasional masih terbagi lagi atas dasar tipe dan agennya, seperti tergambar
dalam diagram di atas. Namun, makalah ini tidak akan membicarakan klasifikasi proses ini.
Metafungsi interpersonal yang dilihat dari mood (modalitas) klausa, khususnya klausa
mayor yang memiliki predikator. Dari jenis klausa mayor itu, dapat dibedakan apakah moodnya termasuk jenis indikatif ataukah imperatif. Indikatif adalah apabila jenis klausanya
interogatif (tanya) atau deklaratif (pernyataan).
Sementara, metafungsi tekstual dilihat dari tema klausa tersebut. Secara semantis,
sebuah klausa atau kalimat terbagi menjadi dua, yakni Tema dan Rema. Tema adalah inti
yang menentukan konteks keseluruhan klausa, sedangkan Rema adalah semua bagian klausa
selain Tema, yang merupakan pengembangan dari Tema itu tadi (Halliday, 2004: 64-66).
Dalam Bahasa Inggris, Tema biasanya terdapat di awal klausa dan sisanya merupakan Rema.
Untuk memudahkan dan memperjelas analisis laras dan metafungsi bahasa, digunakan
diagram Lapisan Metafungsi (Metafunctional layering), yang sifatnya tidak hirarkis.
Contohnya sebagai berikut:
Diagram disalin dari laman Department of General Linguistics, Univ. Of Helsinki <www.ling.helsinki.fi>
Mchura (2005) dalam artikelnya A Practical Guide for Functional Text Analysis
menyatakan bahwa field teks dapat dilihat dari kosakata yang digunakan dan ranah semantis
yang diacu oleh kosakata tersebut. Selain itu, juga dapat diamati dari jenis proses dan
keadaan (circumstance).
Mode teks berada pada suatu titik di antara sumbu kontinuum lisan/tulis dan sumbu
kontinuum aksi/refleksi. Maksud dari sumbu kontinuum lisan/tulis adalah suatu teks dapat
memiliki ciri-ciri wacana lisan dan teks lainnya memiliki ciri-ciri wacana tulis, dan ada yang
berada di antaranya. Sedangkan sumbu kontinuum aksi/refleksi menunjukkan skala
spontanitas suatu teks dilihat dari jarak waktu terjadinya suatu peristiwa dan waktu penulisan
peristiwa tersebut.
Mode juga terlihat dari apakah teks itu bersifat interaktif atau tidak. Indikatorindikator keinteraktifan teks antara lain:
~5~
The giants treasure dan they. Dari kalimat keempat, muncul elemen tematis quoth dan
then. Dari elemen-elemen tematis penggalan pertama ini, ada kata-kata kunci terutama
pada nomina magistrate, reward dan frasa nomina giants treasure yang membantu
pembaca merujuk pada latar belakang Jack pertama kali membunuh raksasa.
Kemudian, untuk penggalan kedua, kalimat pertama Fee, fi, fo, fum! tidak
dianalisis karena bukan merupakan klausa mayor yang memiliki predikator. Kalimat kedua
memiliki elemen tematis I, kalimat ketiga elemen tematisnya be, dan kalimat keempat
memiliki elemen tematis I. Hal ini menyiratkan bahwa kalimat-kalimat tersebut benarbenar mengacu hanya pada diri dan ego si raksasa yang mengucapkan tuturan tersebut.
Lapis kedua dalam diagram Lapisan Metafungsi menunjukkan mood (metafungsi
interpersonal) dari penggalan teks. Pada penggalan yang pertama, jenis mood dan ciri-cirinya
dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Kalimat pertama
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative declarative (karena ada Subjek
dan Finite, dan Subjek the magistrates posisinya ada sebelum Finite were)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (Subjek Jack
posisinya diikuti oleh Finite happened)
2.
Kalimat kedua
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative interrogative WH (krn ada
Finite will be dan Subject What reward, dan Subjek terletak setelah Finite
dan diawali dengan What)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (Subjek He posisinya
diikuti oleh Finite asked)
3. Kalimat ketiga
a. Jenis mood pada klausa subordinat: indicative declarative (karena Subjek
The giants treasure posisinya mendahului Finite will be)
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (karena Subjek they
mendahului Finite said)
4. Kalimat keempat
a. Jenis mood pada klausa subordinat: imperative (karena ada Finite let dan
tidak ada Subjek)
~7~
b. Jenis mood pada klausa utama: indicative declarative (dalam hal ini, Finite
Quoth mendahului Subjek Jack, akan tetapi ini merupakan variasi posisi
yang biasa terdapat dalam teks narasi yang dilengkapi percakapan)
Pada penggalan kedua, kalimat kedua sampai keempat dapat dianalisis mood-nya sebagai
berikut:
1. Jenis mood kalimat kedua: indicative declarative (Subjek I mendahului Finite
smell)
2. Jenis mood kalimat ketiga: indicative declarative (dalam hal ini, Finite be
mendahului subjek he karena merupakan ragam puitis yang menjadi bagian dari
ujaran si raksasa dalam bentuk sajak)
3. Jenis mood kalimat keempat: indicative declarative (Subjek I dan Finite will
digabung menjadi Ill)
Secara umum, mood yang banyak terdapat pada penggalan teks ini berjenis indicative
declarative. Hal ini sesuai dengan jenis kalimat yang sebagian besar merupakan kalimat
deklaratif atau pernyataan.
Untuk lapisan metafungsi ideasional, diamati verba-verba yang menunjukkan proses dan
menjadi ciri dari proses transisi teks (transitivity). Analisis untuk penggalan pertama adalah
sebagai berikut:
1. Kalimat pertama: happened (proses relasional) dan were sitting (proses material)
2. Kalimat kedua: asked (proses verbal) dan will be given (proses material)
3. Kalimat ketiga: said (proses verbal)
4. Kalimat keempat: quoth (proses verbal), let (proses material) dan undertake
(proses material)
Untuk penggalan kedua, berikut adalah analisis transisi teks dilihat dari verbanya:
1. Kalimat kedua: smell (proses material)
2. Kalimat ketiga: be alive (proses relasional) dan be dead (proses relasional)
3. Kalimat keempat: grind (proses material) dan make (proses material)
Dari seluruh proses yang ditampilkan oleh verba dalam penggalan teks, sebagian besar
merupakan proses material (7 buah). Hal ini menandakan teks mementingkan kronologi
tindakan yang diambil oleh setiap tokoh, bukan pemikiran atau emosinya.
Berdasarkan panduan analisis teks fungsional dari Mchura (2005), tercermin elemenelemen laras dari teks dongeng Jack, the Giant-Killer sebagai berikut:
Field: dongeng tentang pemuda pemberani Jack yang menumpas raksasa-raksasa jahat
~8~
Kosakata kill dan let me undertake menunjukkan tokoh Jack bersifat pemberani
Kosakata smell the blood dan grind his bones menunjukkan raksasa bersifat kasar
dan jahat
Peserta yang terdapat dalam teks adalah Jack, raksasa, dan penduduk kota yang
menjadi korban si raksasa.
Mode: teks tulis berbentuk narasi dan dialog, serta bersifat interaktif (mengundang
keterlibatan pembaca). Ciri-ciri yang terlihat dari teks adalah adanya:
Tanya jawab antar tokoh (antara dewan kota dan Jack; antara raksasa dan Jack)
Interaksi/komunikasi antar tokoh yang terjadi termasuk percakapan tatap muka karena
adanya proses komunikasi bergiliran (turn-taking communication) yaitu antara Jack
dan dewan kota, serta adanya acuan deiktis (me, it, you, here, this, now,
I).
Dalam teks, ada upaya personalisasi, dalam arti tokoh cerita atau pembicara berusaha
menunjukkan diri pribadinya di dalam teks, yang terlihat di dalam dialog-dialog antar
tokoh cerita. Dalam penggalan pertama, misalnya, tokoh Jack menggunakan
pronomina me, sedangkan dalam penggalan kedua si raksasa mengucapkan I dan
me.
Standing tidak muncul dalam penggalan teks ini, karena penulis tidak berupaya
menampilkan opini, keahlian pribadi, ataupun persuasi.
Attitude ada pada pilihan kata yang memberi nuansa makna tertentu, misalnya
makna bernuansa positif pada sifat pemberani Jack ditunjukkan dengan katakata kill dan undertake. Sedangkan, makna bernuansa negatif terutama
yang berkaitan dengan diri raksasa ditunjukkan dengan kata dan frase smell
the blood, alive or .. dead dan grind his bones.
~9~
Kesimpulan
Laras dari penggalan teks dongeng Jack, the Giant-Killer dapat diamati dari
metafungsi-metafungsi berikut:
1. Metafungsi tekstual yang dilihat dari elemen tematis (Tema): pada penggalan pertama
yang terletak di awal cerita, ada kata-kata kunci yang membantu pembaca merujuk
pada latar belakang Jack sebelum ia membunuh raksasa untuk pertama kalinya.
Penggalan kedua yang terletak di pertengahan cerita memiliki elemen tematis yang
mengacu hanya pada diri dan ego si raksasa yang mengucapkan tuturan tersebut.
2. Metafungsi interpersonal yang dilihat dari mood: mood yang banyak terdapat pada
penggalan teks ini berjenis indicative declarative. Artinya, bentuk deklaratif atau
pernyataan banyak digunakan dalam teks naratif.
3. Metafungsi ideasional yang dilihat dari proses transisi (dari verba proses): sebagian
besar proses yang dicerminkan oleh verbanya berjenis proses material. Hal ini
menandakan dalam penceritaan, penulis mementingkan kronologi tindakan yang
diambil oleh setiap tokoh.
Selain itu, dari pemilihan kosakata, peserta (tokoh cerita) dan proses yang banyak terjadi,
dapat disimpulkan bahwa field dari teks adalah dongeng tentang pemuda pemberani Jack
yang menumpas raksasa-raksasa jahat.
Mode dari penggalan dongeng ini berupa teks tulis yang tersusun dari narasi dan dialog.
Penggalan ini juga bersifat interaktif (mengundang keterlibatan pembaca).
Untuk tenor, penulis tidak berusaha menonjolkan pendapat pribadinya, melainkan
membiarkan tokoh cerita yang menampilkan diri mereka, sehingga makna cerita akan didapat
oleh pembaca secara tersirat melalui nuansa makna kosakata yang dipakai.
~ 10 ~
Pustaka Acuan
1994,
hal.
288-289.
Oxford
University
Press,
copyright
2011,
Materi
ajar
Open
University
<http://www.cainteoir.com/
of
Helsinki,
diunggah
15
November
<http://www.ling.helsinki.fi/kit/2001s/ctl310gen/GW-MScThesis/node16.html,
dibuka 22 Mei 2012>
~ 11 ~
2001,
One day Jack happened to be at the town-hall when the magistrates were sitting in
council about the Giant.
Theme
Theme
Rheme
Rheme
MOOD
Subject
M O O D (indicative declarative)
Finite
Subject
Relational
Finite
material
Rheme
Rheme
MOOD (indicative
interrogative WH)
WH
Subjec Finite
t
material
Keterangan:
Warna coklat: metafungsi tekstual (Tema Rema)
Warna ungu: metafungsi interpersonal (Mood)
Warna biru: metafungsi ideasional (verba proses)
Rheme
Rheme
The
Rheme
me
M O O D (indicative declarative)
Subject
S+
Fin.
verbal
Finite
~ 12 ~
Rheme
Rheme
MOOD (imperative)
Finite + Subject
verbal
material
Rheme
S + Finite
materi
al
Be he alive or be he dead,
Them
e
Rheme
~ 13 ~
relational
Rheme
materi
al
~ 14 ~