Anda di halaman 1dari 31

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi setiap manusia.

Berbagai macam cara dilakukan manusia agar tetap sehat atau dapat sembuh

dari suatu penyakit tertentu. Munculnya berbagai penyakit berdampak pada

lahirnya inovasi pengobatan berupa alat medis yang dapat menyembuhkan

penyakit tersebut. Oleh karena itu, perkembangan alatalat medis sebagai

media pengobatan tentu semakin canggih seiring perkembangan pengetahuan

dan teknologi.

Salah satu perkembangan alat medis yang semakin canggih pada saat ini

adalah infusion pump. Infusion pump merupakan alat medis yang digunakan

untuk memberikan tambahan zat-zat elektrolit yang berupa zat cair ke dalam

tubuh pasien dalam jumlah tertentu melalui vena pasien yang menggunakan

sistem pemompaan dan dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu

tertentu. Fungsi dari infusion pump yaitu mengatur jumlah cairan atau obat

yang masuk ke dalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena.

Pemberian cairan pada pasien dikarenakan saat pasien menjalani suatu terapi

penyembuhan dari penyakit yang dideritanya, pasien dalam kondisi tersebut

membutuhkan tambahan zat-zat elektrolit untuk menggantikan cairan tubuh

(NaCl) yang hilang di dalam tubuhnya atau darah bagi pasien yang
2

membutuhkannya melalui infus. Kuantitas infus yang diterima pasien harus

sesuai dengan kebutuhan, sebab hal ini sangat penting untuk membantu

proses penyembuhan pasien. Dalam pemberian infus dibutuhkan pengamatan

yang sangat akurat dan perhitungan yang teliti berdasarkan aturan yang sudah

ada untuk mencegah gejala penurunan suhu tubuh pasien secara drastis

(Hypotermia). Oleh karena itu pada alat infusion pump dilengkapi dengan

drop sensor sebagai pengendali tetesan infus yang masuk ke dalam tubuh

pasien, sehingga jumlah cairan infus yang diberikan sesuai dengan yang

dibutuhkan pasien. Pada laporan ini akan dibahas tentang pengendalian

jumlah tetes infus pada infusion pump TE-112 dengan menggunakan drop

sensor.

B. Tujuan Kerja Praktik

Tujuan dilakukan kerja praktik ini adalah:

1. mengaplikasikan ilmu fisika yang diperoleh di perkuliahan ke dalam dunia

kerja, dalam hal ini adalah di dunia medis;


2. mengamati dan menganalisis spesifikasi, bagianbagian infusion pump

TE-112 dan prinsip kerja infusion pump dengan drop sensor yang

digunakan pada pasien;


3. sebagai referensi dan pembelajaran dalam pembuatan skripsi pada saat

tugas akhir.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan kerja praktek ini penulis membatasi pokokpokok

bahasan yang berkaitan dengan:


1. pengertian, fungsi dan spesifikasi infusion pump TE-112;
3

2. mekanisme kerja dan pengendalian tetes aliran pada infusion pump dengan

menggunakan drop sensor.

D. Manfaat Kerja Praktik

Manfaat dari kerja praktik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung adalah:
1. menambah pengetahuan penggunaan alat medis yang merupakan

instrumen elektromedis dan


2. mengetahui spesifikasi, bagianbagian infusion pump TE-112 dan prinsip

kerja infusion pump dengan drop sensor agar jumlah tetesan yang

dihasilkan sesuai dengan jumah tetesan yang dibutuhkan pasien.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Drop Sensor
Drop sensor merupakan sensor yang berfungsi untuk menghitung tetes infus

pada drip infus (chamber) yang akan memberikan feedback pada pemompaan

aliran pada infusion pump. Drop sensor ini dipasang pada bagian tengah drip

infus (chamber), antara nozzle (tempat keluarnya cairan pada chamber) dan

permukaan cairan. Ketika ada tetes infus yang jatuh (mengalir), LED infra

merah yang ada pada drop sensor akan menyala (on). Drop sensor ini terdiri

dari LED infra merah dan phototransistor yang merupakan komponen

optocoupler (Terumo Corp, 1997).

B. Optocoupler

Optocoupler (optical coupler) atau optoisolator merupakan komponen yang

berfungsi untuk mengatur feedback yang masuk ke STR/Transistor/IC Power

dibagian power supply, mampu mentransfer sinyal elektrik antara dua

rangkaian isolator dengan menggunakan cahaya (optic). Optocoupler ini juga

termasuk dalam beberapa proses start up TV serta berfungsi juga sebagai

penyesuaian tegangan output power supply switching.

Optocoupler adalah suatu piranti yang terdiri dari 2 bagian yaitu transmitter

(pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal), yaitu antara bagian cahaya
5

dengan bagian deteksi sumber cahaya terpisah. Biasanya optocoupler

digunakan sebagai saklar elektrik yang bekerja secara otomatis. Optocoupler

merupakan suatu komponen penghubung yang bekerja berdasarkan picu

cahaya. Optocoupler terdiri dari dua bagian.

1. Pada transmitter dibangun dari sebuah LED infra merah. Jika

dibandingkan dengan menggunakan LED biasa, LED infra merah

memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap sinyal tampak. Cahaya yang

dipancarkan oleh LED infra merah tidak terlihat oleh mata telanjang.
2. Pada bagian receiver dibangun dengan dasar komponen sensor cahaya.

Sensor cahaya yang biasa digunakan untuk kompenen optocoupler ini

adalah phototransistor. Suatu sumber cahaya menghasilkan energi panas,

begitu pula dengan spektrum infra merah, karena spektrum infra merah

mempunyai efek panas yang lebih besar dari cahaya tampak, maka

phototransistor lebih peka untuk menangkap radiasi dari sinar infra

merah.

Ditinjau dari kegunaan fisik optocoupler dapat berbentuk bermacam-macam.

Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau data pada sisi

transmitter dan sisi receiver, maka optocoupler ini bisasanya dibuat dalam

bentuk solid (tidak ada ruang antara LED dan Phototransistor). Sehingga

sinyal listrik yang ada pada input dan output akan terisolasi. Dengan kata lain

optocoupler ini di gunakan sebagai optosilator jenis IC (Jaenal, 2009).

Adapun prinsip kerja dari optocoupler adalah bila antara phototransistor dan

LED terhalang maka phototransistor tersebut akan off sehingga output dari

kolektor akan berlogika high. Sedangkan bila antara phototransistor dan LED
6

tidak terhalang maka phototransistor tersebut akan on sehingga output-nya

akan berlogika low.

Gambar 1. Skema optocoupler

Gambar di atas merupakan skema optocoupler dengan sumber cahaya (LED

infra merah) di sebelah kiri, penghalang dielektrik di tengah, dan sensor

(phototransistor) di sebelah kanan (Anonim, 2014).

C. Phototransistor
Phototransistor merupakan suatu transistor yang peka terhadap cahaya.

Phototransistor memiliki sambungan kolektorbasis yang besar dengan

cahaya infra merah, karena cahaya ini dapat membangkitkan pasangan lubang

elektron. Bila diberi bias maju (forward bias) maka cahaya yang masuk akan

menimbulkan arus pada kolektor.

Phototransistor memiliki bahan utama yaitu germanium atau silikon yang

sama dengan bahan pembuat transistor. Tipe phototransistor juga sama

dengan transistor pada umumnya yaitu PNP dan NPN. Perbedaan transistor

dengan phototransistor hanya terletak pada rumahnya yang memungkinkan

cahaya infra merah mengaktifkan daerah basis, sedangkan transistor biasa

ditempatkan pada rumah logam yang tertutup (Wijaya, 2009).

Karakteristik phototransistor adalah sebagai berikut.


7

1. Basis terbuka, semua arus bocor Ico akan mengalir ke basis, transistor

menghasilkan arus kolektor Ic = .Ico.

2. Dengan demikian pengaruh cahaya pada sebuah phototransistor adalah

kali lebih besar terhadap photodioda. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa phototransistor lebih peka cahaya dibanding dengan

photodioda.

3. Untuk sistem yang membutuhkan sensitifitas besar, biasanya basis selalu

terbuka dan transistor dirangkai dengan rangkaian darlington.

4. Dengan rangkaian darlington akan diperoleh sensitifitas yang besar,

namun sebagai imbasnya akan diperoleh respons yang kurang begitu

cepat.

Prinsip kerja phototransistor sama persis dengan kerja transistor sebagai

saklar. Perbedaannya terletak pada denyut yang masuk ke dalam basis. Jika

pada transistor biasa denyut yang diberikan berupa arus DC, maka pada

phototransistor denyut yang dikenakan pada basis adalah intensitas cahaya

yang sesuai dengan karakteristik phototransistor tersebut. Dalam kondisi

normal, kolektor mendapat reverse bias, dan emitor mendapat forward bias.

Pada kaki kolektor akan selalu ada sedikit arus bocor (Ico), yaitu arus bocor

antara kolektor dan basis. Ico selain dipengaruhi oleh temperatur juga

dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang datang pada daerah pengosongan

antara kolektor dan basis. Sifat inilah yang dimanfaatkan oleh phototransistor

untuk dapat menghantar atau on.


8

(a) (b)
Gambar 2. Phototransistor (a) terkena cahaya, (b) tidak terkena cahaya

Saat phototransistor tidak terkena cahaya, Basis Emitor tidak mendapatkan

bias, elektron tidak dapat bergerak bebas, sehingga depletion layer melebar,

dengan demikian arus tidak dapat mengalir, transistor dalam keadaan Cut off.

Sebaliknya, saat phototransistor terkena cahaya dengan intensitas cahaya

yang sesuai dengan karakteristik phototransistor tersebut, maka terjadi

perpindahan elektron di sekitar lapisan pengosongan yang akhirnya

membentuk sebuah ikatan ion di sekitar lapisan pengosongan, sehingga

lapisan pengosongan menyempit dan transistor akan bersifat menghantar atau

transistor on (Hasan, 2006).

D. Motor Stepper
Motor stepper dibagi menjadi dua jenis.
1. Motor stepper unipolar
Motor stepper unipolar memiliki lima atau enam kabel dan empat

gulungan (sebenarnya dua kumparan dibagi dengan koneksi pusat pada

setiap koil). Hubungan pusat kumparan yang diikat bersama-sama

digunakan sebagai sambungan listrik. Disebut stepper unipolar karena

daya selalu masuk pada kutub ini.


2. Motor stepper bipolar
9

Motor stepper bipolar biasanya memiliki empat kabel. Tidak seperti

steppers unipolar, steppers bipolar tidak memiliki hubungan pusat umum.

Steppers bipolar memiliki dua set kumparan independen sebagai gantinya.

Cara membedakan steppers bipolar dari steppers unipolar dengan

mengukur resistansi antara kabel. Kita harus menemukan dua pasang

kawat dengan resistensi yang sama. Jika lead meter terhubung ke dua

kabel yang tidak terhubung (yaitu tidak melekat pada koil yang sama),

maka akan melihat resistensi yang tak terbatas atau tidak ada kontinuitas

(Gunadi. 2013).

Berikut ini adalah gambar motor stepper yang biasa digunakan (motor DC)

Gambar 3. Motor stepper

Prinsip kerja motor stepper adalah ketika ada energi kumparan motor stepper,

poros motor stepper (yang sebenarnya adalah sebuah magnet permanen)

menyesuaikan diri sesuai dengan kutub kumparan energi. Jadi ketika

kumparan motor energi dalam urutan tertentu, poros motor cenderung untuk

menyesuaikan diri sesuai dengan tiang kumparan dan karenanya berputar.

Sebuah contoh kecil dari operasi energi diberikan di bawah ini.


10

Gambar 4. Mekanisme kerja motor stepper

Dengan melihat pada contoh, ketika koil "A" adalah energi, A polaritas utara-

selatan dihasilkan pada "A + A \" seperti yang ditunjukkan pada gambar di

atas dan poros magnetik secara otomatis menyesuaikan diri sesuai dengan

kutub yang dihasilkan. Ketika kumparan diberi energi berikutnya poros

menyesuaikan diri lagi dan mengambil langkah (Nalwan, 2009).

E. Infusion pump
Sebuah alternatif pengobatan yang semakin canggih salah satunya adalah

infus otomatis yang dapat memberikan cairan obat atau darah kepada pasien

secara praktis dengan mengatur jumlah/banyak cairan dalam waktu tertentu.

Infus ini bekerja dengan sistem pemompaan sehingga disebut infusion pump.

Adanya infusion pump ini dapat meringankan kerja perawat sekaligus

mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan pemberian cairan obat pada

pasien, baik dari segi kuantitas (jumlah/banyaknya cairan yang dibutuhkan),

maupun dari segi waktu pemberian infus yang tidak sesuai. Kesalahan

tersebut dapat berakibat fatal bagi pasien karena keadaan pasien yang sedang
11

dalam pengobatan memerlukan cairan sesuai dosis yang ditentukan sehingga

bila kekurangan cairan tersebut akan mengakibatkan gejala penurunan suhu

tubuh pasien secara drastis atau disebut Hypotermia (Arya, 2009).

Infus pump bekerja secara elektronik dengan menggunakan mesin pompa

untuk memompakan cairan infus ke dalam tubuh dimana pengendalian

pengaturan banyaknya tetesan (yang dimonitor oleh flow sensor) setelah

dilakukan secara semi otomatis. Untuk menghitung jumlah tetesan infus yang

masuk ke dalam tubuh pasien digunakan sebuah sensor phototransistor.

Infusion pump dilengkapi dengan alarm pendeteksi gelembung udara, alarm

oklusi (pendeteksi selang tidak lurus atau tersumbat), alarm pintu terbuka

(tidak terkunci) dan alarm low baterai.

Untuk mengalirkan tetesan infus, menggunakan motor stepper yang

dilengkapi dengan peristaltik finger yang akan menekan selang infus dengan

keadaan pintu dikunci (locked). Motor stepper ini bekerja secara bertahap,

agar mengalirnya tetesan infus dapat mengalir secara teratur dan sesuai

dengan setting kecepatan putaran motor.

Pada dasarnya alat ini bekerja dari rangkaian oscilator, yang akan

memberikan sinyalnya ke motor yang akan dikendalikan oleh pengendali

motor. Kemudian saat motor bekerja, sensor tetesan akan mendeteksi berapa

banyak tetesan yang keluar menuju pasien. Kecepatan tetesan dapat

dikendalikan oleh pengendali laju tetesan yang akan mengerjakan pengendali

motor. Dan hasil tetesan dan setting laju aliran tetesan dapat dilihat pada LCD

display (Kima, 2013).


12

III. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H.


ABDUL MOELEOK

A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek


Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung atau

dapat disingkat RSUD-AM, didirikan sejak tahun 1914 oleh perkebunan

(Onderneming) Pemerintahan Hindia Belanda untuk merawat buruh

perkebunan. Pada waktu itu bangunan rumah sakit masih semi permanen

dengan kapasitas 100 tempat tidur. Pada tahun 1942-1945 berubah sebagai

rumah sakit untuk merawat tentara Jepang. Kemudian pada tahun 1945-1950

rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat RI. Lalu pada tahun 1950-

1964 rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Pada tahun 1964-1965 rumah sakit ini dikelola oleh Kodya Tanjung Karang.

Kemudian sejak tahun 1965 hingga sekarang rumah sakit ini dikelola oleh

Pemerintah Provinsi Lampung.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Lampung No:

G/180/B/HK/1984 pada tanggal 7 Agustus 1984 nama Rumah Sakit Umum

Provinsi Lampung diganti menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek, karena Dr. H. Abdul Moeloek merupakan direktur yang menjabat

paling lama, yaitu selama 15 tahun, sehingga nama beliau diabadikan menjadi

nama rumah sakit tersebut.


13

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Propinsi

Lampung dan merupakan rumah sakit rujukan tipe B di Provinsi Lampung.

B. Tujuan, Fungsi, Visi, Misi dan Motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

merupakan salah satu instansi pemerintah daerah yang bertujuan memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Adapun fungsi RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung berdasarkan peraturan daerah Provinsi

Lampung No. 8 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek adalah


1) melaksanakan upaya pelayanan dan rehabilitasi medis;
2) melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan peningkatan

serta pemulihan kesehatan;


3) melaksanakan upaya perawatan;
4) melaksanakan sistem rujukan;
5) sebagai tempat Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) dan penelitian.

Sedangkan visi, misi dan motto RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung berdasarkan pada keputusan Gubernur No: G/369/RSUD/HK/1999,

adalah sebagai berikut

Visi : Rumah Sakit Profesional Kebanggaan Masyarakat Lampung

Misi :

1. Memberikan pelayanan prima disegala bidang pelayanan rumah sakit,


2. Menyelenggarakan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan unggulan,
3. Mewujudkan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung sebagai

rumah sakit pendidikan.

Motto : ASRI (Aktif, Segera, Ramah dan Inovatif).

C. Struktur Organisasi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek


14

Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Dr. H. Abdul Moeloek berpedoman

pada peraturan daerah No. 8 Tahun 1995, tanggal 27 Februari 1995 (terdapat

pada lampiran).

D. Sumber Daya yang dimiliki RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Untuk menunjang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek memiliki sarana, prasarana dan fasilitas sebagai berikut.

1. Gedung
Bangunan RSUD-AM didirikan di atas tanah seluas 81.486 m 2 dan luas

bangunan 39.042,75 m2 (data terlampir).

2. Peralatan medis (Alat Kesehatan)


3. Peralatan non-medis (sarana komunikasi dan informasi, transportasi dan

absensi)
4. Peralatan Rumah Tangga
5. Peralatan kantor
6. Air bersih, Listrik dan Tenaga Uap
7. Pengolahan Limbah

E. Fasilitas Pelayanan
Adapun fasilitas pelayanan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung sebagai berikut


1. Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan 24 jam yang tersedia di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. IGD dilayani oleh dokter jaga dan perawat

dengan berbagai kualifikasi kedaruratan dan dokter spesialis konsulen.

Tersedia 17 tempat tidur untuk menunjang kegiatan pelayanan gawat

darurat, fasilitas apotik 24 jam, laboratorium, radiologi, bank darah dan

ambulance, sistem pendaftaran dan pembayaran sudah terintegrasi dengan

sistem Informais Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS).


2. Instalasi Rawat Jalan
15

Tersedia 17 poliklinik spesialis dan 2 poliklinik Umum (Poliklinik Gigi

dan mulut dan Poliklinik Umum dan Poliklinik Menopouse).


3. Instalasi Rawat Inap
Terdapat 25 ruang Rawat Inap di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek terdiri dari

kelas III, II, kelas khusus, kelas I, kelas VIP, terdistribusi pada masing-

masing ruang perawatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu, efektif, efisien dan optimal melalui SK Direktur RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung No. 800/434.a/II.12/I/2011, tanggal

25 Januari 2011, telah ditetapkan relokasi tempat tidur menjadi 600 tempat

tidur.
4. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Instalasi Bedah Sentral melayani: Bedah Umum, Bedah Orthopedi, Bedah
Onkologi, Bedah Urologi, Bedah Syaraf, Operasi Mata, Operasi THT,

Operasi Gigi dan Mulut, Operasi Kandungan dan Kebidanan. Instalasi

Bedah Sentral merupakan ruang operasi memiliki kapasitas 10 kamar

operasi.
5. Instalasi Radiologi
Pelayanan Radiologi mempunyai kemampuan pemeriksaan

radiodiagnostik tanpa kontras dan pemeriksaan dengan kontras.


6. Instalasi Patologi Klinik
Mempunyai kemampuan pemeriksaan Kimia Klinik, Hematologi,

Imunologi serta pemeriksaan lainnya.


7. Instalasi Patologi Anatomi
Mempunyai kemampuan untuk pemeriksaan histologi dan sistologi.
8. Bank Darah
Mempunyai kemampuan untuk menyediakan kebutuhan: Darah lengkap

dan komponen darah (Red Cells Concentrate/Packed Cells) untuk

pelayanan dan operasional 24 jam.


9. Instalasi Intensive Care Unit
Pelayanan ICU mempunyai kapasitas 10 tempat tidur
Pelayanan ICCU mempunyai kapasitas 6 tempat tidur
10. Pelayanan Perinatologi
16

Tersedia ruang khusus yaitu ruang perinatologi dengan kapasitas 23 TT

untuk bayi baru lahir yang membutuhkan perawatan khusus dilengkapi

dengan pelayanan PICU dengan kapasitas tempat tidur 3 TT. Sedangkan

untuk pelayanan NICU belum tersedia.


11. Instalasi Rehab. Medik
Pelayanan penunjang rehabilitasi medik memberikan pelayanan pada

pasien rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan yang diberikan antara lain

latihan fisik, terapi wicara, psikologis, dll.

12. Instalasi Farmasi


Pelayanan Penunjang Farmasi memberikan pelayanan resep 24 jam untuk

pasien Umum, Askes maupun pasien Jamkesmas/Jamkesda. Mengelola

kebutuhan belanja perbekalan farmasi rumah saki yang meliputi belanja

alat kesehatan, obat-obatan, cairan, bahan laboratorium. Apotik Farmasi

tersebar di sekitar area rumah sakit untuk pasien rawat jalan maupun rawat

inap dengan akses yang mudah untuk dijangkau. Untuk pasien rawat inap

Instalasi Farmasi menetapkan sstem distribusi Pelayanan One Day Service

terhadap obat yang diberikan oleh farmasi.

13. Instalasi gizi


Pelayanan penunjang gizi mempunyai kemampuan pelayanan untuk pasien

(menu biasa dan menu diet). Untuk pasien kelas VIP disediakan menu

pilihan khusus untuk makan pagi pada pasien yang tidak memerlukan diet

khusus.

Pelayanan gizi bertanggungjawab dalam pengelolaan kebutuhan

perbekalan gizi rumah sakit secara keseluruhan serta memberikan

konsultasi kepada pasien. Sistem pengadaan makanan pasien dilakukan

dengan sistem lelang secara terbuka.


17

14. Instalasi Kamar Jenazah


Mempunyai kemampuan untuk melakukan autopsi, konservasi,

penyimpanan dan pemulasaran jenazah.

15. Instalasi Laundry


Mempunyai kemampuan untuk melakukan pencucian milik rumah sakit,

pasien maupun dari pihak umum yang memerlukan jasa pencucian.

16. Instalasi Sanitasi


Kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan limbah rumah tangga dan

bersifat hanya mengumpulkan/pembuangan sementara dan akan dilakukan

pembuangan ke tempat akhir sampah (TPA), sedangkan untuk sampah

medis akan dilakukan pembakaran dengan mesin incenerator. Pembakaran

mesin incenerator selain membakar sampah dari RSUD Dr H. Abdul

Moeloek juga melakukan pembakaran dari rumah sakit atau puskesmas

yang ada di Provinsi Lampung. Secara berkala juga melakukan

pemeriksaan biologis pada air dan makanan.

17. Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS)


Pelayanan IPS bertanggung jawab untuk memelihara sarana rumah sakit.

18. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)


Mempunyai kemampuan menyelenggarakan:
a. pelatihan untuk karyawan (in house atau out side training);
b. pelatihan untuk pihak luar (in house atau out side training);
c. praktek kerja lapangan, praktek klinis mahasiswa, kepaniteraan klinik
dan penelitian;
d. pelaksanaan studi banding atau kunjungan kerja dari pihak luar rumah

sakit baik dari RS pemerintah, swasta dan instalasi pendidikan.


19. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Pembangunan sistem informasi manajemen RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

dilakukan dalam II tahap dimulai pada tahun 2008, meliputi pengadaan

infrastruktur, aplikasi SIMRS, aplikasi perangkat lunak SIMRS dan

pelatihan.
18

F. Gambaran Umum Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) RSUD-AM


Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek merupakan

instalasi yang bertanggung jawab untuk memelihara sarana rumah sakit

berkoordinasi dengan unit terkait untuk kegiatan: pemeliharaan alat

kesehatan, pemeliharaan alat kantor, pemeliharaan gedung, pemeliharaan

Boiler, Genset, dan alat berat lainnya. Adapun struktur organisasi dan tata

letak Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung terdapat pada lampiran.

Pemeliharaan merupakan suatu upaya yang dilakukan agar peralatan

penunjang, seperti alat kesehatan, alat kantor, gedung dan alat penunjang

lainnya di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, selalu dalam

kondisi layak pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai

lebih lama. Adapun aspekaspek yang berkaitan dengan pelaksanaan

pemeliharaan peralatan, meliputi beberapa kriteria sebagai berikut

1. Pemeliharaan Preventif

a. merawat dan membersihkan peralatan yang dilakukan setiap hari;


b. mengontrol, memeriksa setiap komponen peralatan yang dilakukan

oleh teknisi, secara berkala dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

kerusakan dini;
c. perawatan, pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen,

penyetelan, penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran

dan keselamatan untuk peralatan kesehatan/medis sebaiknya

dilaksanakan (pada saat alat dalam kondisi off).

2. Pemeliharaan Korektif

a. melaksanakan perbaikan terhadap peralatan yang mengalami

kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang secara


19

terencana, dengan tujuan mengembalikan kondisi peralatan agar

dapat difungsikan kembali, laik pakai dalam operasional;

b. tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis;

c. kalibrasi yang bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus

dilakukan oleh Instusi penguji yang berwenang;

d. melakukan perbaikan/penggantian terhadap bagianbagian utama

peralatan yang kemampuannya menurun, karena aus/faktor usia

(overhoul).

3. Pemeliharaan Tidak Terencana

Melaksanakan pemeliharaan yang bersifat darurat, berupa perbaikan

terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera

dilaksanakan, karena alat tersebut sangat dibutuhkan dalam pelayanan.

4. Pelaksanaan pemeliharaan

Pada dasarnya pemeliharaan peralatan medis di Rumah Sakit harus dapat

dilaksanakan oleh teknisi Rumah Sakit. Apabila teknisi Rumah Sakit

tidak mampu melakukannya, maka pemeliharaan dapat dilaksanakan

oleh teknisi Rujukan dari Rumah Sakit yang lebih mampu. Apabila

pemeliharaan suatu alat memerlukan suku cadang atau keahlian khusus

dengan biaya besar, maka pelaksanaanya dapat diserahkan kepada pihak

ke III. (Perusahaan yang menangani alat tersebut melalui prosedur dan

ketentuan yang berlaku).


20

Adapun alur pelayanan perbaikan sebagai upaya pemeliharaan sarana dan

metode pemeliharaan sarana di Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung terdapat pada lampiran.


21

IV. METODE KERJA PRAKTEK

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja praktik ini dilakukan di Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dari tanggal 3 sampai dengan 28

Februari 2014.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada kerja praktik ini adalah 1 set

Infusion Pump TE-112.

C. Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun laporan ini

digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut.


1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan metode observasi yang kami lakukan untuk

mengamati spesifikasi alat, komponen dan rangkaian alat, prinsip kerja

alat, dan penggunaan alat infusion pump TE-112 terhadap pasien di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung,

2. Metode kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang
22

infusion pump TE-112 dari buku-buku tentang infusion pump, jurnal dan

artikel terkait infusion pump di internet.


3. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan metode wawancara dilakukan dengan pihak

medis dan non-medis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

mengenai alat infusion pump TE-112 dan data penunjang laporan.


4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini dilakukan pada saat kerja praktek untuk

mendokumentasikan data-data yang berguna dalam penyusunan laporan

kerja praktik ini. Data atau dokumen yang kami gunakan untuk

mengetahui informasi tentang profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah

dokumen laporan pertanggungjawaban RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

tahun 2012. Sedangkan data atau dokumen tentang alat infusion pump

TE-112 kami peroleh dari buku panduan alat yang dimiliki oleh instalasi

pemeliharaan sarana (IPS) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.


23

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Kerja praktik yang kami lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung untuk mengetahui dan menganalisis secara

langsung spesifikasi dan bagian-bagian infusion pump TE-112. Berikut ini

adalah spesifikasi infusion pump TE-112.


Merk, type : TERUMO, TE-112
Sistem pemompaan : Peristaltik Finger
Kecepatan aliran : *infusion set 15, 19 atau 20 tetes/ml
3-300 ml/jam, atau 1-75 tetes/menit
*infusion set 60 tetes/ml
1-100 ml/jam, atau 1-100 tetes/menit
Akurasi kecepatan aliran : *mode kontrol ml/jam
+ 10% (menggunakan air atau larutan Sodium

Chloride & set infus yang di rekomendasi


*mode kontrol ml/menit
2% (10 menit setelah mulai prosedur infus dan

setelah jumlah tetesan lebih dari 500 kali)

Power supply : AC 100 - 240V, 50/60Hz

Konsumsi daya : Kurang dari 16 VA


24

Klasifikasi : Kelas I/Internal Power Supply/Tipe CF/IPX1

Dimensi : 130 (W) x 180 (H) x 136 (D)mm

Berat : + 2,3 kg

Kondisi Operasi : 10 sampai 40C, 30-85 % RH (Relative Humidity)

Kondisi Penyimpanan : - 20 sampai + 45C, 10-95 % RH

Volume Pengiriman : 0 sampai 9,999 ml

Pengiriman jarak tertentu : 0 sampai 9,999 ml

Fungsi aliran deras : lebih dari 300 ml/jam

Alarm : - daya baterai habis


- adanya gelembung udara
- oklusi (penyumbatan selang infus)
- pintu terbuka
- aliran salah
- aliran bebas
- kesalahan baterai
- Probe aliran tidak terhubung atau error

Berikut ini adalah bagian-bagian dari Infusion pump TE-112.

Gambar 5. Infusion pump TE-112 tampak depan


25

Gambar 6. Infusion pump TE-112 tampak belakang

Gambar 7.
Bagian Dalam Infusion pump TE-112

B. Pembahasan
Infusion pump TE-112 merupakan alat kesehatan/medis yang ada beberapa

ruangan, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Perinatologi dan Intensive

Care Unit (ICU), di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung yang berfungsi untuk memberikan kemudahan dalam

memberikan cairan obat atau darah kepada pasien sesuai kebutuhan cairan

yang diperlukan pasien dalam waktu tertentu secara berkala. Berikut ini

adalah gambar satu set Infusion pump TE-112.


26

Gambar 8. Infusion pump TE-112

Prinsip kerja dari Infusion pump TE-112 adalah dengan mengatur jumlah atau

banyaknya cairan yang dibutuhkan pasien dalam waktu tertentu

(memasukkan nilai referensi berdasarkan kebutuhan pasien), kemudian drop

sensor yang dipasang pada tabung drip infus (chamber) akan menghitung

banyak tetesan dan dibandingkan dengan referensinya. Tetesan pada drip

infus (chamber) dideteksi dengan LED infra merah yang terletak pada drop

sensor probe. Sebuah LED biasa yang dipasang pada drop sensor dapat

menyala (on) bila ada tetes infus yang melewati drop sensor. Berikut ini

adalah gambar drop sensor yang dipasang pada chamber.

Gambar 9. Drop sensor

Pemasangan drop sensor pada chamber tentu tidak boleh sembarangan. Drop

sensor dipasang tegak lurus terhadap chamber dan dipasang pada bagian

tengah antara nozzle (tempat keluarnya cairan infus) dan permukaan cairan.
Drop sensor yang terpasang pada chamber dihubungkan ke infusion pump.

Pengaturan jumlah/banyak cairan pada waktu tertentu dalam ml/hr (ml/jam)


27

atau ml/mnt merupakan sebuah input flow rate berupa sinyal yang digunakan

flow sensor untuk memberikan perintah ke motor stepper secara bertahap

untuk menggerakkan peristaltik finger. Sebuah motor stepper yang ada dalam

infusion pump akan bekerja dan menggerakkan peristaltik finger sehingga

selang infus yang dimasukkan ke dalam infusion pump akan mengalirkan

cairan obat (infus) tiap tetesnya. Untuk dapat mengalirkan cairan, selang infus

yang dimasukkan ke bagian dalam infusion pump harus dalam kondisi lurus

(selang tidak melengkung) dan pintu dalam kondisi tertutup. Bila selang infus

tidak dalam kondisi lurus, maka alarm oklusi akan berbunyi, begitu pula bila

pintu tidak tertutup dengan baik, pendeteksi pintu terbuka (door open

detection) akan berbunyi.

Sistem kerja dari drop sensor ini menggunakan sistem optocoupler, dimana

sistem ini terdiri dari komponen LED infra merah sebagai transmitter

(pemberi sinyal) dan phototransistor sebagai receiver (penerima sinyal).

optocoupler biasa digunakan untuk mengisolasi common rangkaian input

dengan common rangkaian output. Sehingga suplay tegangan untuk masing-

masing rangkaian tidak saling terbebani dan juga untuk mencegah kerusakan

pada rangkaian kontrol (rangkaian input). Prinsip kerja optocoupler adalah

ketika ada benda yang berada di antara celah sensornya, maka cahaya yang

dikirimkan tidak bisa diterima oleh bagian penerimanya, sehingga

menghasilkan tegangan keluaran yang nilainya mendekati VCC, begitu juga

sebaliknya, jika tidak ada benda di antara celah sensornya maka akan

menghasilkan tegangan keluaran yang nilainya mendekati 0 Volt. Hal inilah

yang menyebabkan LED biasa yang dipasang pada drop sensor dapat
28

menyala ketika ada penghalang (berupa tetes infus) antara LED infra merah

dengan phototransistor.

Optocoupler merupakan gabungan dari LED infra merah dengan

phototransistor yang terbungkus menjadi satu bagian. Cahaya infra merah

termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang tidak tampak oleh mata

telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata karena mempunyai panjang

gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang bagi tanggapan mata manusia.

Sinar infra merah mempunyai daerah frekuensi 1 x 1012 Hz sampai dengan

1 x 1014 Hz atau daerah frekuensi dengan panjang gelombang 1m 1mm.

LED infra merah ini merupakan komponen elektronika yang memancarkan

cahaya infra merah dengan konsumsi daya sangat kecil. Jika diberi bias maju

(forward bias), LED infra merah yang terdapat pada optocoupler akan

mengeluarkan panjang gelombang sekitar 0,9 m. Proses terjadinya pancaran

cahaya pada LED infra merah dalam optocoupler adalah saat dioda

menghantarkan arus, elektron lepas dari ikatannya karena memerlukan tenaga

dari catu daya listrik. Setelah elektron lepas, banyak elektron yang bergabung

dengan lubang yang ada di sekitarnya (memasuki lubang lain yang kosong).

Pada saat masuk lubang yang lain, elektron melepaskan tenaga yang akan

diradiasikan dalam bentuk cahaya, sehingga dioda akan menyala atau

memancarkan cahaya pada saat dilewati arus. Cahaya infra merah yang

terdapat pada optocoupler tidak perlu lensa untuk memfokuskan cahaya

karena dalam satu bagian mempunyai jarak yang dekat dengan penerimanya.

Pada optocoupler yang bertugas sebagai penerima cahaya infra merah adalah

phototransistor. Phototransistor merupakan komponen elektronika yang


29

berfungsi sebagai detektor cahaya infra merah. Detektor cahaya ini mengubah

efek cahaya menjadi sinyal elektrik, oleh sebab itu phototransistor termasuk

dalam golongan detektor optik.

Dengan sistem optocoupler ini, drop sensor yang dipasang pada chamber

akan mendeteksi aliran tetes infus dengan cara mengirimkan sinyal berupa

logika high untuk diproses pada bagian kontroller ketika ada penghalang

antara LED infra merah dan phototransistor berupa tetes infus. Sebaliknya

bila tidak ada penghalang atau tetes infus, maka sinyal berupa logika low.

Sinyal yang dikirim ini merupakan sebuah pengendalian tetes infus yang akan

digerakkan motor stepper. Pengaturan jumlah/banyak cairan yang dilakukan

terekam dalam sebuah memori penyimpan, kemudian diproses dengan

rangkaian utama untuk menggerakkan motor stepper secara bertahap. Hal ini

merupakan fungsi referensi terhadap tetes infus yang dideteksi dengan drop

sensor. Dengan kata lain, pergerakan motor stepper ini adalah feedback dari

kontrol tetes infus pada drop sensor.


30

VI. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan kerja praktik ini dapat disimpulkan bahwa:


1. infusion pump adalah suatu alat medis yang digunakan untuk memberikan

cairan infus kepada pasien secara tepat sesuai kebutuhan dalam waktu

tertentu;
2. metode pemberian cairan infus dengan infusion pump dilakukan dengan

pengendalian tetes infus menggunakan drop sensor dan menggerakkan

motor stepper untuk mengalirkan cairan dengan gerak peristaltik finger;


3. drop sensor pada Infusion Pump TE- 112 yang dipasang pada bagian

tengah drip infus (chamber) merupakan sensor pengendali tetes infus;


4. sistem yang digunakan pada drop sensor adalah optocoupler dengan

menggunakan komponen LED infra merah sebagai transmitter dan

phototransistor sebagai receiver-nya;


5. bila phototransistor dan LED infra merah terhalang tetes infus yang

mengalir di chamber, phototransistor akan off dan mengirim sinyal

berlogika high untuk menggerakkan motor stepper.


31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://en.m.wikipedia.org/wiki/Opto-isolator. Diakses pada tanggal


21 Februari 2014 WIB.

Arya. 2009. http://aryawitl.blogspot.com/2009/02/cairan-infus.html. Diakses pada


tanggal 13 Februari 2014 pada pukul 20.14 WIB.

Gunadi. 2013. Teori Dasar Motor Stepper Rangkaian Driver dan Pemograman
Motor Stepper. Surabaya: Universitas Airlangga Press.

Hasan, Esan. 2006. Rangkaian Dasar Elektronika. Bandung: Ganesa Exact.

Jaenal. 2009. http://jaenal91.wordpress.com/2009/04/03/optocoupler. Diakses


pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 21.34 WIB.

Kima. 2013. http://kima25.blogspot.com/2013/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html.


Diakses pada tanggal 17 Februari 2014 pukul 21.06 WIB.
Nalwan, Paulus Andi. 2009. Jenis-jenis Motor Penggerak. Semarang: ITS.

Terumo Corp. 1997. Service Manual Terufusion Infusion Pump TE-112. Jakarta:
PT. Terumo Indonesia.

Tim Penyusun. 2012. Laporan Pertanggungjawaban RSUD Dr. H. Abdul


Moeloek. Bandar lampung: RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

Wijaya. 2009. Buku Ajar Sensor dan Tranduser. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai