Anda di halaman 1dari 17

Akuntansi Kewajiban Jangka Panjang

(Lanjutan)

Oleh :
KELOMPOK 6
1. Nurfathul Rahman (A31114308)
2. Septian Yopi P (A31114310)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji sukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami rahmat dan kesehatan, hingga kami mampu menyelesaikan
tugas makalah akuntansi yang berjudul Akuntansi Kewajiban Jangka Panjang
(Lanjutan). Selama penyusunan makalah ini banyak mendapat pelajaran serta
sedikit kesulitan mengenai pengumpulan bahan, Tetapi berkat bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesikan tepat waktu.
Kami sungguh menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari tata bahasa ataupun masalah teknis penulisan yang jauh
dari kata sempurna. Itu semua semata-mata atas keterbatasan kami dalam
proses belajar. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran guna memperbaiki
kelemahan makalah kami.
Kami berharap makalah kami ini boleh menjadi refrensi yang berguna bagi
rekan-rekan mahasiswa serta pihak lain.

Makassar, 18 Maret 2015

Penyusun,

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penyusunan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1 Akuntansi untuk Penarikan Obligasi .................................................. 3
2.1.1Pelunasan Obligasi Pada Saat Jatuh Tempo ....................... 3
2.1.2Pelunasan Obligasi Sebelum Jatuh Tempo 3
2.1.3Mengonversi Obligasi Menjadi Saham Biasa . 5
2.2 Akuntansi untuk Kewajiban Jangka Panjang Lainnya . 6
2.2.1 Wesel Bayar Hipotek (Utang Hipotek) ........................................ 6
2.2.2 Kewajiban sewa ..... 8
2.3 Penyajian dan Analisis Laporan Kewajiban Jangka Panjang . 9
2.3.1 Penyajian 9
2.3.2 Analisis 10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan .........................................................................................13
3.2 Saran ..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .. 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang dikeluarkan oleh perusahaan
kepada pemegangnya dengan imbalan bunga sejumlah tertentu. Dalam setiap
obligasi tertera nilai nominal obligasi serta tingkat bunga obligasi. Nilai nominal
atau nilai pari adalah nilai yang menunjukkan jumlah yang harus dibayar
perusahaan pada waktu obligasi jatuh tempo. Sedangkan tingkat bunga obligasi
menunjukkan sejumlah prosentase tertentu yang harus dibayarkan secara
periodik kepada pemegang obligasi.
Perusahaan menerbitkan obligasi biasanya disebabkan oleh kebutuhan
dana dalam jumlah besar. Obligasi ini memiliki masa jatuh tempo yang lebih dari
satu tahun (biasanya antara 5 sampai dengan 20 tahun), maka apabila
perusahaan menerbitkan obligasi akan menimbulkan utang obligasi. Utang ini
dikelompokkan ke dalam utang jangka panjang. Terdapat utang jangka panjang
yang lain yaitu kewajiban sewa yang terdiri atas sewa operasi dan sewa
pembiayaan. Kewajiban jangka panjang dilaporkan pada bagian terpisah di
neraca setelah kewajiban jangka pendek.
Dalam meminjamkan dananya kepada sebuah perusahaan kreditor
jangka panjang dan pemegang saham sangat memperhatikan solvabilitas jangka
panjang perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan
jumlah pokok dari utang pada saat jatuh tempo.
Kewajiban jangka panjang merupakan elemen yang memerlukan
perhitugan yang cukup rumit. Dengan pembuatan makalah ini, dapat menjadi
bahan referensi dalam memahami kewajiban jangka panjang baik analisis dan
penyajiannya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana perhitungan pembayaran obligasi saat jatuh tempo, sebelum jatuh
tempo, dan ketika obligasi dikonversi menjadi saham biasa?
b. Bagaimana perhitungan akuntansi terhadap utang wesel hipotek, sewa
operasi dan sewa pembiayaan?
c. Bagaimana analisis dan penyajian kewajiban jangka panjang dalam laporan
keuangan perusahaan ?

1.3 Tujuan Penyusunan


a. Untuk mengetahui cara perhitungan pembayaran obligasi saat jatuh tempo,
sebelum jatuh tempo, dan ketika obligasi dikonversi menjadi saham biasa.
b. Untuk mengetahui cara perhitungan akuntansi terhadap utang wesel hipotek,
sewa operasi dan sewa pembiayaan.
c. Untuk mengetahui cara menganalisis dan menyajikan kewajiban jangka
panjang dalam laporan keuangan perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi untuk Penarikan Obligasi


Obligasi dapat ditarik pada saat obligasi ditebus (dilunasi) oleh perusahaan
penerbit baik pada saat jatuh tempo maupun sebelum jatuh tempo atau
dikonversikan menjadi saham biasa oleh pemegang obligasi.

2.1.1 Pelunasan Obligasi Pada Saat Jatuh Tempo


Terlepas dari harga penerbitan obligasi, nilai buku obligasi pada saat jatuh
tempo akan sama dengan nilai nominalnya. Sebagai contoh, Sekai Corporation
memiliki utang obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp. 100.000.000 yang jatuh
tempo pada 1 Oktober 2014. Nilai buku obligasi pada periode terakhir sebesar Rp.
100.500.000 yang menyatakan bahwa masih tersisa premi utang obligasi sebesar
Rp. 500.000 yang hendak diamortisasi pada periode angsuran bunga akhir ini.
Bunga atas obligasi tersebut sebesar 8% dibayar setiap tanggal 1 April dan 1
Oktober. Jurnal yang dibuat untuk pelunasan pada saat jatuh tempo adalah:
1 Okt Beban Bunga Obligasi Rp. 3.500.000
Premi Utang Obligasi 500.000
Kas Rp. 4.000.000
(Pembayaran Bunga Obligasi)
Utang Rp.
1 Okt Obligasi 100.000.000
Kas Rp. 100.000.000
(Mencatat pelunasan obligasi
pada saat jatuh tempo)

2.1.2 Pelunasan Obligasi Sebelum Jatuh Tempo


Obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan perusahaan untuk
mendapatkan pinjaman untuk keuangan perusahaannya. Dalam pelaksanaannya
adakalanya suatu perusahan menarik kembali obligasi tersebut sebelum jatuh
tempo. Sebuah perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi obligasi sebelum
jatuh tempo dengan alasan mengurangi biaya bunga. Sebuah perusahaan
melunasi obligasi lebih awal hanya jika perusahaan memiliki sumber daya kas
yang cukup.
Saat obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo, maka perlu untuk:
1. Menghapus nilai tercatat dari utang obligasi pada saat penarikan.
2. Mencatat jumlah kas yang dibayarkan.
3. Mengakui keuntungan atau kerugian pada saat penarikan.

Contoh pelunasan obligasi sebelum jatuh tempo:


Data yang diperoleh dari PT A tanggal 31 Desember 2008 sebagai berikut:
Nilai buku obligasi Rp. 10.120.000
Nilai nominal obligasi Rp.10.000.000
Amortisasi premi obligasi / bln Rp.5.000
Bunga obligasi sebesar 12 % dibayar setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Tanggal
1 April 2009 seluruh obligasi ditarik dari peredaran dengan kurs 102 ditambah
bunga berjalan.
Amortisasi premi obligasi tahun 2009= 3 x Rp. 5.000 = Rp.15.000
Jurnal:
Premi Utang Obligasi Rp.15.000 -
Beban Bunga Obligasi - Rp.15.000

Bunga berjalan (1 Januari 2009 1 April 2009) = Rp.10.000.000 x 12 % x 3/12 =


Rp.300.000
Jurnal:
Beban Bunga Obligasi Rp.300.000 -
Kas - Rp.300.000

Nilai buku obligasi 31 Desember 2008 Rp. 10.120.000


Amortisasi premi obligasi tahun 2009 Rp. 15.000 -
Nilai buku obligasi 1 April 2009 Rp. 10.105.000
Jumlah pelunasan : Rp.10.000.000 x 102/100 : Rp. 10.200.000 -
Rugi penarikan obligasi Rp. 95.000

Jurnal :
1 April Utang Obligasi 10.000.000
Premi Utang Obligasi 105.000
Kerugian atas Pelunasan Obligasi 95.000
Kas 10.200.000

2.1.3 Mengonversi Obligasi Menjadi Saham Biasa


Jenis obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham biasa adalah obligasi
konvertibel. Obligasi konvertibel atau yang dikenal juga dengan nama convertible
bond, adalah suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dari
perusahaan penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang sudah
ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Konversi sering kali
memberi pemegang obligasi peluang untuk memperoleh keuntungan jika harga
pasar saham biasa naik secara signifikan. Obligasi konversi ini memiliki tingkat
suku bunga yang rendah dimana pemegang obligasi dianggap telah menerima
kompensasi berupa suatu kesempatan untuk menukarkan atau mengkonversikan
obligasinya dengan saham biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga
saham tersebut dipasaran. Dari sisi penerbit obligasi konversi, keuntungan yang
diperolehnya yaitu pembayaran bunga yang lebih rendah, namun di sisi lain
penerbit obligasi juga akan mengalami dilusi saham sewaktu pemegang obligasi
melakukan konversi obligasinya ke saham baru.
Pada saat obligasi dikonversi menjadi saham biasa, harga pasar saat ini
dari saham diabaikan. Metode yang digunakan untuk mencatat konversi obligasi
tersebut adalah metode nilai tercatat. Sebagai contoh, asumsikan bahwa tanggal
1 Mei KYT Corporation mengonversi obligasi senilai Rp. 100.000.000 yang dijual
pada nilai nominal menjadi 2.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal
10.000. Baik obligasi maupun saham biasa memiliki nilai pasar sebesar Rp.
130.000.000. Jurnal untuk mencatat konversi tersebut adalah:
1 Mei Utang Obligasi 100.000.000
Saham Biasa 20.000.000
Agio Saham 80.000.000
( Mencatat Konversi Obligasi)

2.2 Akuntansi untuk Kewajiban Jangka Panjang Lainnya


Jenis umum lainnya dari kewajiban jangka panjang antara lain wesel bayar
hipotek dan kewajiban sewa.

2.2.1 Wesel Bayar Hipotek (Utang Hipotek)


Wesel bayar hipotek untuk pendanaan utang jangka panjang cukup sering
digunakan. Wesel jangka panjang dijamin dengan hipotek (aset tidak bergerak)
seperti tanah dan bangunan. Wesel bayar hipotek (mortage notes payable)
banyak digunakan untuk perluasan bangunan pabrik. Sebagai contoh perusahaan
yang menggunakan wesel bayar hipotek dalam pendanaannya ialah McDonalds.
Sekitar 18% dari utang jangka panjang McDonalds berkaitan dengan wesel bayar
hipotek yang diperuntukan untuk pembelian tanah, bangunan, dan perbaikan
bangunan. Jangka waktu pinjaman hipotek berlangsung lama yakni lebih dari 2
tahun. Dan pembayaran utangnya diagsur selama jangka waktu yang ditetapkan.
Pembayaran utang biasanya diangsur sekali setahun atau dua kali setahun.
Masing-masing pembayaran menyakup (1) bunga atas saldo pinjaman dan (2)
pengurangan dari jumlah pokok pinjaman. Porsi bunga dalam pembayaran setiap
perioden menurun, sedangkan porsi jumlah pokoknya meningkat.
Contoh kasus: tgl 1 April 2009 PT.SHINTA mendapat pinjaman sebesar
Rp.100.000.000 dari bank dengan jangka waktu 5 tahun dan bunga 12% per
tahun. Dibayar tiap tgl 1 April dan 1 Oktober, sebagai jaminan diserahkan
sebidang tanah, pinjaman diangsur 10 kali dengan angsuran Rp. 10.000.000.
Pada saat penerbitan utang terdapat beban provisi dan administrasi dari bank
selaku kreditor.

Jurnal:
Realisasi 1 April 2009 :
Kas Rp. 98.200.000
Beban Provisi 1.600.000
Beban Administrasi 200.000
Utang Hipotek Rp. 100.000.000

Angsuran I 1 Oktober 2009 :


Utang Hipotek Rp. 10.000.000
Beban Bunga 6.000.000
Kas Rp. 16.000.000
*menghitung bunga :
Rp. 100.000.000 x 12% x 6/12 = Rp. 6.000.000
Penyesuaian 31 Desember 2009 :
Beban Bunga Rp. 2.700.000
Utang Bunga Rp. 2.700.000
*menghitung bunga:
Rp. 90.000.000 x 12% x 3/12 = Rp. 2.700.000

Diasumsikan bahwa pada tanggal 1 Januari 2010 dilakukan penjurnalan balik


atas utang bunga.

Angsuran II 1 April 2010 :


Utang hipotek Rp. 10.000.000
Beban bunga 5.400.000
Kas Rp. 15.400.000
*menghitung bunga:
Rp. 90.000.000 x 12% x 6/12 = Rp. 5.400.000

Angsuran III 1 Oktober 2010 :


Utang Hipotek Rp. 10.000.000
Beban bunga 4.800.000
Kas Rp. 14.800.000
*menghitung bunga:
Rp. 80.000.000 x 12% x 6/12 = Rp. 4.800.000

Penyesuaian 31 Desember 2010 :


Beban Bunga Rp. 2.100.000
Utang Bunga Rp. 2.100.000
*menghitung bunga:
Rp. 70.000.000 x 12% x 3/12 = Rp. 2.100.000
2.2.2 Kewajiban Sewa
Sewa merupakan perjanjian kontrak antara lessor (pemilik properti) dan
lessee (penyewa properti). Sewa menyerahkan hak untuk menggunakan suatu
aset khusus selama periode waktu tertentu. Dua jenis sewa yang paling umum
adalah sewa operasi dan sewa pembayaran. Dalam hal ini sewa berlangsung
dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.

1. Sewa Operasi
Sewa operasi, yaitu transaksi sewa menyewa biasa dan jangka waktu
sewanya lebih pendek dari pada umur ekonomis propertinya.
Lessee biasanya tidak mempunyai hak membeli pada waktu kontrak sewa
berakhir sehingga tidak terjadi perpindahan hak milik barang. Kontrak sewa ini
bersifat cancelable yaitu dapat diputuskan pihak lessee sewaktu-waktu atau
sebelum masa kontrak berakhir. Pada dasarnya leasing yang tidak memenuhi
salah satu kriteria pada sewa pembiayaan digolongkan sebagai sewa operasi.
Penyewaan apartemen dan penyawaan kendaraan merupakan salah satu
contoh dari sewa operasi. Dalam sewa operasi (opperating lasse), penekananya
pada pengguna sementara properti oleh lessee. Kepemilikan aset besar tetap
berada di lessor. Pembayar sewa tetap dicatat sebagai beban oleh lessee dan
sebagai pendapatan oleh lessor. Contoh: Sebuah perusahaan menyewa
kendaraan berupa mobil box dari Mist Car. Biaya sewa atas kendaraan tersebut
sebesar Rp. 45.000.000 secara kredit selama 15 bulan. Jurnal untuk mencatat
transaksi tersebut sebagai berikut:

Beban Sewa Kendaraan Rp. 45.000.000


Utang Sewa Rp. 45.000.000

2. Sewa Pembiayaan
Capital lease/financing lease atau sewa pembiayaan yaitu suatu jenis
leasing yang memenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat berikut ini :

Adanya transfer kepemilikan aset yang disewakan pada akhir masa sewa
Dalam sewa terdapat hak opsi untuk membeli
Jangka waktu sewa sama dengan 75% atau lebih dari umur ekonomis
properti sewa
Nilai sekarang dari pembayaran sewa sama dengan atau melebihi 90%
dari nilai pasar wajar properti yang disewakan

Sebagai contoh, asumsikanlah bahwa Gonzales Company memutuskan


untuk menyewa peralatan baru masa periode sewa adalah 4 tahun, umur
ekonomis dari peralatan yang disewakan diestemasikan selama 5 tahun, nilai
sekarang dari pembayaran sewa adalah $190.000 yang sama dengan nilai pasar
wajar dari peralatan tidak ada pemindahan kepemilikan selama masa sewa
ataupun tidak ada opsi pembelian yang ditawarkan.
Dalam contoh tersebut , Gonzales membeli peralatan. Kondisi 3 dan 4
terpenuhi. Pertama, masa sewa adalah 75% atau melebihi umur ekonomis dari
aset. Kedua nilai sekarang dari pembayaran kas sama dengan nilai pasar wajar
dari peralatan. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut.
Aset yang Disewakan-Peralatan Rp. 190.000.000
Kewajiban Sewa Guna Usaha / Utang Usaha Rp. 190.000.000
2.3 Penyajian dan Analisis Laporan Kewajiban Jangka Panjang

2.3.1 Penyajian
Kewajiban jangka panjang dilaporkan pada bagian terpisah di neraca
setelah kewajiban jangka pendek.

Berikut ini contoh penyajian kewajiban jangka panjang dari Pirelli


Corporation pada 31 Desember 2014.
Pirelli Corporation
Neraca (sebagian)
Per 31 Desember 2014
Kewajiban jangka panjang
Utang Bank Rp. 25.000.000
Utang Obligasi Rp. 100.000.000
Dikurangi: Diskon utang obligasi 5.000.000 95.000.000
Wesel Bayar Hipotik 50.000.000
Kewajiban Sewa 10.000.000
Total kewajiban jangka panjang Rp. 180.000.000

2.3.2 Analisis
Kreditor jangka panjang dan pemegang saham sangat memperhatikan
solvabilitas jangka panjang perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga dan jumlah pokok dari utang pada saat jatuh tempo.

Jenis-jenis Rasio Solvabilitas sebagai berikut:


1. Rasio Utang Modal (Debt to Equity Ratio)
Rasio utang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang
mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari utang. Rasio ini disebut
rasio leverage.
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan perusahaan. Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan pengimbangan antara total utang dan modal sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan
perbandingan antara total utang (utang lancar dan utang jangka panjang) dan
modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dengan modal yang ada.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Total Utang
Rasio Utang Modal = x 100%
Total Modal

Contoh:
Acer Company memiliki utang jangka panjang sebesar Rp. 45.000.000,
utang jangka pendek sebesar Rp. 5.000.000, dan total modalnya sebesar Rp.
150.000.000.

Perhitungannya :
(Rp. 45.000.000 + Rp. 5.000.000)
Rasio Utang Modal = x 100%
Rp.150.000.000

= 33,33 %

Dari data di atas, modal Acer Company memiliki kemampuan yang cukup kuat
untuk menutupi (melunasi) utang-utangnya.
2. Rasio Utang Terhadap Total Aset (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total utang dengan total aset.
Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aset.
Semakin tinggi persentase utang terhadap total aset, semakin tinggi resiko bahwa
perusahaan kemungkinan tidak mampu memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Total Utang
Rasio Utang Modal = x 100%
Total Aset

Contoh:
Axelo Company memiliki utang jangka panjang sebesar Rp. 55.000.000,
utang jangka pendek sebesar Rp. 15.000.000, dan total asetnya sebesar Rp.
200.000.000.
Perhitungannya :
(Rp. 55.000.000 + Rp. 15.000.000)
Rasio Utang Terhadap Total Aset = x 100%
Rp.200.000.000

= 35%

Dari data di atas, aset Axelo Company memiliki kemampuan yang cukup kuat
untuk menutupi (melunasi) utang-utangnya pada saat jatuh tempo.
3. Rasio Kelipatan Bunga yang Dapat Dibayarkan (Times Interest Earned
Ratio)
Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum
pajak dan beban bunga dengan beban bunga. Rasio ini yang mencerminkan
besarnya jaminan keuangan perusahaan untuk membayar bunga pada saat jatuh
tempo.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio Kelipatan Bunga yang Laba Bersih Sebelum Pajak + Beban Bunga
= x 100%
Dapat Dibayarkan Beban Bunga

Contoh:
Oppo Company memiliki laba bersih setelah pajak untuk periode ini
sebesar $6.597, pajak penghasilan sebesar $2.694, dan beban bunganya sebesar
$160.

Perhitungannya :
Rasio Kelipatan Bunga yang $6.597 + $2.694 + $160
= x 100%
Dapat Dibayarkan $160

= 59,1 kali

Rasio kelipatan bunga yang dimiliki Oppo Company cukup baik yaitu 59,1
kali. Semakin tinggi rasionya mengindikasikan kuatnya sebuah perusahaan dalam
membayarkan beban bunganya dan laba perusahaan yang tidak terlalu
mengalami penurunan akibat membayarkan beban bunganya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewajiban jangka panjang digunakan untuk menunjukan utang-utang yang


pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun. Dalam hal sulit
mencari utang yang jumlahnya besar dari satu sumber perusahaan dapat
mengeluarkan surat obligasi. Obligasi adalah surat tanda bukti utang yang
dikeluarkan oleh perusahaan kepada pemegangnya dengan imbalan bunga
sejumlah tertentu. Dalam pelunasannya, obligasi dapat dilunasi pada saat jatuh
tempo, sebelum jatuh tempo yang bertujuan untuk menghindari beban bunga
obligasi dan obligasi dapat dikonversi menjadi saham biasa.
Terdapat kewajiban jangka panjang yang lain yaitu kewajiban sewa yang
terdiri atas sewa operasi dan sewa pembiayaan. Kewajiban jangka panjang
dilaporkan pada bagian terpisah di neraca setelah kewajiban jangka pendek.
Dalam meminjamkan dananya kepada sebuah perusahaan kreditor jangka
panjang dan pemegang saham sangat memperhatikan solvabilitas jangka panjang
perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan jumlah
pokok dari utang pada saat jatuh tempo.

3.2 Saran
Analisis dan penyajian kewajiban jangka panjang merupakan pembahasan
yang penting. Kewajiban jangka panjang memiliki kesulitan dalam
perhitungannya. Oleh sebab itu perlu diadakan pendalaman materi ini baik melalui
diskusi di kelas maupun melalui belajar mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

R., Soemarso S. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5. Jakarta: Salemba


Empat

Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso dan Paul D. Kimmel. 2013. Accounting
Principles, Edisi 7 Jakarta: Salemba Empat

Http://andicarissa.wordpress.com/2011/12/21/rasio-likuiditas-solvabilitas/

Anda mungkin juga menyukai