KARYA TULIS
Disusun oleh :
KABUPATEN TANGERANG
EKSOTISME YOGYAKARTA
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berjudul
EKSOTISME YOGYAKARTA dengan baik, dan lancer.
Karya tulis ini dapat diselesaikan berkat kerjasama dan dorongan serta perhatian dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Shofai Adnan, M.M, selaku kepala sekolah SMAN 4 Kabupaten Tangerang, atas
kepemimpinannya beliau yang telah memimpin SMAN 4 Kabupaten Tangerang menjadi
sekolah yang lebih baik dari sebelumnya sehingga siswa/siswi merasa memiliki sekolah
yang bertaraf unggulan.
2. Dra. Dwi Hartini, selaku guru pelajaran Bahasa Indonesia yang telah mempercayai dan
memberikan tugas berupa pembuatan karya tulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Nasional.
3. Wawan Gunawan, S.Ag, selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam
membuat karya tulis.
4. Sulastri, S.pd, selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam membuat
karya tulis.
5. Seluruh Panitia Study Tour, yang telah melancarkan acara Study Tour, karena sebelumnya
sempat terjadi permasalahan yang membuat seluruh siswa/siswi, para dewan guru merasa
kecewa.
6. Orang tuaku yang tersayang telah memberikan doa, pengertian, dukungan, semangat,
fasilitas, dan dana kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.
7. Semua pihak yang telah berpartisipasi membantu penulis dalam membuat karya tulis ini
secara langsung maupun secara tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga doa, bantuan dan kebaikan Bapak/Ibu, kakak, Adik, serta kawan-kawan
mendapatkan rizki dari Allah swt penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurnah, untuk itu kritik, dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk dunia
pendidikan, parawisata, dan kecintaan terhadap benda-benda bersejarah.
Tangerang, 7 Januari 2012
Tim Penulis
Motto :
Setiap pemikiran manusia adalah sebuah perca kain yang berserakan, dan kita berpeluang
menyajikannya menjadi sebuah permadani yang indah dan menawan.
Hati yang bersyukur merupakan induk sari dari segala kebajikan yang lain.
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Hati nurani adalah kehadiran Tuhan dalam diri manusia.
Manfaatkan segala potensi untuk mensejahterakan masa depan.
Kupersembahkan untuk :
Dewan-dewan guru
Kawan-kawan di SMAN 4 Kabupaten Tangerang, dan kawan-kawanku yang lainnya
Untuk seluruh masyarakat Indonesia, dan khususnya untuk masyarakat Yogyakarta
ABSTRAK
Karya tulis yang berjudul Eksotisme Yogyakarta membahas tentang keindahan
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menjadi sebuah tempat wisata yang menarik dikunjungi
beserta dampak positive, dan dampak negatif yang dihasilkan, dan juga upaya yang dilakukan
pemerintah, dan masyarakat dalam mengelola tempat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penulisan karya tulis adalah untuk memberitaukan kepada pembaca, akan
keindahan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan cara meningkatkan potensi wisata Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan secara langsung,
terhadapt tempat keindahan-keindahan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah dijadikan
objek wisata. Lalu penulis juga mendapatkan data-data yang digunakan dari browsing di
internet.
Berdasarkan hasil penelitian, peran pemerintah, dan pengusaha swasta dalam
mengelola tempat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta belum optimal seperti belum adanya
angkutan umum, kurangnya vasilitas umum yang bisa digunakan untuk para wisatawan, dan
jalan akses masuk yang belum memadai. Oleh karena itu peran pemerintah dalam mengelola
tempat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta harus ditingkatkan supaya kesejahteraan
masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta
semakin terkenal di Indonesia, dan mancanegara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya tulis ini kami susun dengan tema keindahan, dan daya tarik Daerah Istimewa
Yogyakarta. Karya tulis ini kami beri judul Eksotisme Yogyakarta. Karena keindahan
Yogyakarta merupakan salah satu daya tarik kota Yogyakarta dalam menarik perhatian
wisatawan dari mancanegara maupun lokal oleh karena itu keindahan Daerah Istimewa
Yogyakarta harus dijaga, dirawat, dilestarikan, dan dikelola untuk dijadikan tempat wisata
yang menarik untuk dikunjungi sehingga wisatawan tidak bisa melupakan tempat tersebut
dan tertarik untuk mengunjunginya lagi.
Daerah Istimewa Yogyakarta, atau biasa disebut dengan Yogyakarta merupakan pusat
Kerajaan Mataram, dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti
sesungguhnya. Pegunungan,pantai-pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk
menghiasi keindahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat jogja hidup dengan damai
dan mempunyai keramahan. Suasana seni yang begitu terasa di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri barang-barang kerajinan
dari segenap penjuru, dan selalu ramai setiap malam dengan proses jual membeli, dan tawar
menawarnya. Para pengayuh becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat
pariwisata.
Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para
wisatawan mancanegara, untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di jogja.
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah, metode kepustakaan yaitu, metode
dengan mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan bahan penelitian. Selain itu,
metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu, metode dengan pengumpulan data
dengan menggunakan indra.
Pada Karya Tulis ini, penulis akan menjelaskan hasil pencarian dimulai dengan BAB I
Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
manfaat penulisan , dan sistematika penulisan.
Kemudian BAB II Deskripsi Umum, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan
membahasnya satu persatu tentang keindahan Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB III berisikan dampak-dampak yang diterima, dan dihasilkan dari pengelolaan
tempat-tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB IV merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis
menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran mengenai keindahan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Lampiran berisikan foto-foto tempat-tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang telah dijelasakan sebelumnya, pada bab sebelumnya.
BAB II
DESKRIPSI UMUM
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan
pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-
iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di
Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta,
Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten sleman. Sebelumnya Keraton Yogyakarta
merupakan Hutan beringin, pemilihan tempat tersebut dikarnakan tempat tesebut diapit dua
sungai sehingga terlindung dari kemungkinan banjir.
Keraton Yogyakarta tidak hanya tempat tinggal raja, dan keluarganya semata, namun
juga sebagai penjaga nyala kebudayaan Jawa. Keraton ini kini juga merupakan salah satu
objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang
menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja
Eropa, replica pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan
salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah
dan lapangan serta paviliun yang luas. Ditempat ini anda juga dapat belajar dan melihat
secara langsung bagaimana budaya tetap dilestarikan di tengah laju perkembangan dunia.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,
Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil
Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya
baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya.
Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol
atau lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh HamengkubuwanaI, pendiri
kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran
Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis
menghubungkan laut selatan, kraton Jogjadan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi,
konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah
menghadap puncak gunung Merapi.
Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-
anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dankreasi dalam
suasana yang menyenangkan.Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan,taman yang
mulai dibangun pada 2003 ini ingin menumbuh kembangkan minat anak dan generasi
mudaterhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan dalam
rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas.Taman Pintar juga
ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake:
Menirukan, dan Nambahi: Mengembangkan.
Monumen ini didirikan dalam rangka mempringati jejak peristiwa enam jam di
Yogyakarta, peristiwa itu dimulai pada 1 Maret 1949, 06.00, di Pusat Kota Yogyakarta. Bunyi
sirene tanda istirahat dibunyikan dari pos pertahanan Belanda. Di bawah komando Letkol
Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, mulai menggempur pertahanan
Belanda setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku
penggagas serangan. Pasukan Belanda yang satu bulan semenjak Agresi Militer Belanda II
bulan Desember 1948 disebar pada pos-pos kecil, terpencar dan melemah. Selama enam jam
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta, setelah memaksa
mundur pasukan Belanda. Tepat pukul 12.00 siang, sesuai dengan rencana, semua pasukan
TNI menarik diri dari pusat kota ketika bantuan Belanda datang. Sebuah kekalahan telak bagi
pihak Belanda. Pertempuran yang
dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret inilah yang menjadi awal pembuktian pada dunia
internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan serta
menyatakan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini terpicu setelah Pemerintah
Belanda yang telah menangkap dan mengasingkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Sumatera,
memunculkan propaganda dengan menyatakan Republik Indonesia sudah tidak ada.
Berita perlawanan selama
enam jam ini kemudian dikabarkan ke Wonosari, diteruskan ke Bukit Tinggi, lalu Birma,
New Delhi (India), dan berakhir di kantor pusat PBB New York. Dari kabar ini, PBB yang
menganggap Indonesia telah merdeka memaksa mengadakan Komisi Tiga Negara (KTN).
Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949
ini, wakil Indonesia yang dipimpin Moh. Roem dan wakil Belanda yang dipimpin Van
Royen, menghasilkan sebuah perjanjian yang ditanda tangani pada tanggal 7 Mei 1949.
perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Roem Royen (Roem Royen Statement).
Dalam perjanjian ini Belanda dipaksa untuk menarik pasukannya dari Indonesia, serta
memulangkan Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno-Hatta ke Jogja. Hingga akhirnya pada
tanggal 27 Desember 1949 secara resmi Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik
Indonesia.
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985
dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen setinggi
31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional penanaman kepala
kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai
dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan
Prasasti.
Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan
Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga
mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan bangunanpun
mengikuti budaya Jogja, terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu,
Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis. " Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar
Kehidupan". Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa
dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera.
Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali
Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara
Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di
Yogyakarta.
Memasuki area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Jogja
ini, pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta
replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan timur pengunjung
bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun
menuju pelataran depan kaki gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak
sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga
29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak
diketahui namanya.
Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju
bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang
terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu
Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI.
Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih
tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di
sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini
berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau
pesta pernikahan.
Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada
dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa
perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa
sejarah seperti perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan,
kembalinya Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara
Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan, berisi 10
diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang
Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga
peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang
bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang
menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding
timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para
pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
Selama ini perjuangan bangsa hanya bisa didengar melalui guru-guru sejarah di
sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Monumen Yogya Kembali memberikan
gambaran yang lebih jelas bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai diorama,
relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang
kemerdekaan. Satu tempat yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang perjalanan
Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang
nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan
dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul
Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya
hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis
itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab,
hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya.
Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah
segera. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006, dan letusan gunung Merapi lalu kini
candi Prambanan sedang diperbaiki.
2.1.10 Candi Mendut
Candi Mendut terletak 3 km ke arah timur dari Candi Borobudur, merupakan candi
Budha yang dibangun tahun 824 Masehi oleh Raja Indera dari wangsa Syailendra. Di dalam
Candi Mendut terdapat 3 (tiga) patung besar.
1. Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan
untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan dikunjungi para
peziarah dari Indonesia maupun manca negara. Candi ini lebih tua dari Candi
Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya.
Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya.
Banyak orang selalu menyebut Borobudur saat membicarakan bangunan candi Budha.
Padahal, ada banyak candi bercorak Budha yang terdapat di Yogyakarta, salah satu yang
berkaitan erat dengan Borobudur adalah Candi Tara. Candi yang terletak di Kalibening,
Kalasan ini dibangun oleh konseptor yang sama dengan Borobudur, yaitu Rakai Panangkaran.
Karena letaknya di daerah Kalasan, maka candi ini lebih dikenal dengan nama Candi
Kalasan. Selesai
dibangun pada tahun 778 M, Candi Tara menjadi candi Budha tertua di Yogyakarta. Candi
yang berdiri tak jauh dari Jalan Yogya Solo ini dibangun sebagai penghargaan atas
perkawinan Pancapana dari Dinasti Sanjaya dengan Dyah Pramudya Wardhani dari Dinasti
Syailendra. Selain sebagai hadiah perkawinan, candi itu juga merupakan tanggapan usulan
para raja untuk membangun satu lagi bangunan suci bagi Dewi Tara dan biara bagi para
pendeta. Candi Tara adalah bangunan berbentuk dasar bujur sangkar dengan setiap sisi
berukuran 45 meter dan tinggi 34 meter. Bangunan candi secara vertikal terdiri dari tiga
bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Bagian kaki candi adalah sebuah
bangunan yang berdiri di alas batu berbentuk bujur sangkar dan sebuah batu lebar. Pada
bagian itu terdapat tangga dengan hiasan makara di ujungnya. Sementara, di sekeliling kaki
candi terdapat hiasan sulur-suluran yang keluar dari sebuah pot. Tubuh
candi memiliki penampilan yang menjorok keluar di sisi tengahnya. Di bagian permukaan
luar tubuh candi terdapat relung yang dihiasi sosok dewa yang memegang bunga teratai
dengan posisi berdiri. Bagian tenggaranya memiliki sebuah bilik yang di dalamnya terdapat
singgasana bersandaran yang dihiasi motif singa yang berdiri di atas punggung gajah. Bilik
tersebut dapat dimasuki dari bilik penampil yang terdapat di sisi timur. Bagian
atap candi berbentuk segi delapan dan terdiri dari dua tingkat. Sebuah arca yang melukiskan
manusia Budha terdapat pada tingkat pertama sementara pada tingkat kedua terdapat arca
yang melukiskan Yani Budha. Bagian puncak candi berupa bujur sangkar yang
melambangkan Kemuncak Semeru dengan hiasan stupa-stupa. Pada bagian perbatasan tubuh
candi dengan atap candi terdapat hiasan bunga makhluk khayangan berbadan kerdil disebut
Gana.
Bila anda mencermati detail candi, anda juga akan menjumpai relief-relief cantik pada
permukaannya. Misalnya relief pohon dewata dan awan beserta penghuni khayangan yang
tengah memainkan bunyi-bunyian. Para penghuni khayangan itu membawa rebab, kerang dan
camara. Ada pula gambaran kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Relief di Candi Tara
memiliki kekhasan karena dilapisi dengan semen kuno yang disebut Brajalepha, terbuat dari
getah pohon tertentu.
Disekeliling candi terdapat stupa-stupa dengan tinggi sekitar 4,6 m berjumlah 52
buah. Meski stupa-stupa itu tak lagi utuh karena bagiannya sudah tak mungkin dirangkai
utuh, anda masih bisa menikmatinya. Mengunjungi candi yang sejarah berdirinya diketahui
berdasarkan Prasasti Candi yang berhuruf Panagari ini, anda akan semakin mengakui
kehebatan Rakai Panangkaran yang bahkan sempat membangun bangunan suci di Thailand.
Candi ini juga menjadi bukti bahwa pada masa lalu telah ada upaya untuk
merukunkan pemeluk agama satu dengan yang lain. Terbukti, Panangkaran yang beragama
Hindu membangun Candi Tara atas usulan para pendeta Budha dan dipersembahkan bagi
Pancapana yang juga beragama Budha. Candi ini pulalah yang menjadi salah satu bangunan
suci yang menginspirasi Atisha, seorang Budhis asal India yang pernah mengunjungi
Borobudur dan menyebarkan Budha ke Tibet.
2.1.12 Candi Ijo
Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang menyuguhkan
pesona alam dan budaya serta pesawat yang tengah landing. Candi inilah yang membuat
landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur. Candi Ijo berada di
kampung Bukit Ijo, desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta.
Mengunjungi candi ini, anda bisa menjumpai pemandangan indah yang tak akan bisa
dijumpai di candi lain. Bila menghadap ke arah barat dan memandang ke bawah, anda bisa
melihat pesawat take off dan landing di Bandara Adisutjipto. Pemandangan itu bisa dijumpai
karena Pegunungan Seribu tempat berdiri candi ini menjadi batas bagian timur bandara.
Karena keberadaan candi di pegunungan itu pula, landasan Bandara Adisutjipto tak bisa
diperpanjang ke arah timur.
Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya
untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Adanya
banyak karya seni rupa hebat tanpa disertai nama pembuatnya menunjukkan pandangan
masyarakat Jawa saat itu yang lebih menitikberatkan pada pesan moral yang dibawa oleh
suatu karya seni, bukan si pembuat atau kemegahan karya seninya.
2.2.2 Kaliadem
Kaliadem adalah tempat melihat keindahan Gunung Merapi dan jejak ganasnya
letusan gunung itu pada tahun 2006, dan 2010. Kaliadem berada di kota Sleman, Yogyakarta.
Dalam perjalanan ke kota Wonosari, kita akan melintas desa Gading yang terletak
lebih kurang 35 kilometer dari kota Yogyakarta. Dari desa Gading ini, kita akan tiba di Hutan
Pendidikan Wanagama I, yang berjarak 1 kilometer dari Gading, terletak di tepi sungai Oya,
sehingga tempat ini merupakan perpaduan pemandangan alam yang sangat indah. Hutan
Pendidikan Wanagama I, adalah hutan buatan yang dibangun untuk kepentingan pendidikan,
disamping sebagai pola percontohan untuk mengembangkan hutan serbaguna, khususnya
dalam mengatasi kekritisan dan penghijauan.
Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki luas 80 ha, dikelola oleh Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Para remaja dan mereka yang berminat mendalami masalah -
masalah kehutanan akan memperoleh manfaat yang besar bilamana berwidyawisata (study-
tour) ke Hutan Pendidikan ini. Di lokasi ini tersedia pula areal untuk berkemah dengan
kapasitas 200 orang.
Untuk mencapai lokasi ini, dapat dipergunakan kendaraan umum dari terminal bus
Yogyakarta, mengambil jurusan Wonosari, turun di desa Gading. Perjalanan dari Gading ke
obyek yang dituju, dilakukan dengan berjalan kaki (kecuali bilamana membawa kendaraan
sendiri) karena kendaraan umum yang menuju ke lokasi Hutan Pendidikan Wanagama I ini
belum ada.
Penelusuran gua kali ini tidak berhenti di Jomblang, melainkan dilanjutkan menuju
Luweng Grubung dengan memasuki sebuah entrance (mulut gua) yang berukuran sangat
besar. Jomblang & Grubug dihubungkan dengan sebuah lorong sepanjang 300 meter. Aneka
ornamen cantik turut menghiasi lorong ini, seperti batu kristal, stalaktit, serta stalagmit yang
indah. Tak berapa lama berjalan terdengar suara gemuruh aliran sungai dan seberkas cahaya
terang di tengah kegelapan.
Sebuah mahakarya Sang Pencipta yang sungguh mengagumkan terpampang di
hadapan. Sungai bawah tanah yang masih satu sistem dengan Kalisuci mengalir dengan
deras. Sinar matahari yang menerobos masuk dari Luweng Grubug setinggi 90 meter
membentuk satu tiang cahaya, menyinari flowstone yang indah serta kedalaman gua yang
gulita. Air yang menetes dari ketinggian turut mempercantik pemandangan.
Keterangan:
Waktu terbaik untuk menikmati keindahan Gua Grubug adalah pukul 10.00 - 12.00.
Sebab pada saat itu matahari berada di atas kepala sehingga tercipta cahaya surga yang
indah.
Siapapun yang hendak memasuki Gua Jomblang wajib menggunakan peralatan yang
sesuai dengan standar keamaan caving gua vertikal serta didampingi penelusur gua yang
sudah berpengalaman. Info lebih lanjut mengenai caving di Gua Jomblang dapat
menghubungi pemilik Jomblang Resort,.
Jumlah maksimal yang diijinkan untuk masuk Gua Jomblang dalam waktu yang
bersamaan adalah 25 orang. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekosistem dan
kondisi gua.
Pantai Parangtritis adalah tempat wisata terbaik untuk menikmati sunset sambil
having fun menaklukkan gundukan pasir dengan ATV (All-terrain Vechile) ataupun
menyusuri pantai dengan bendi dalam senja yang romantis. Berlokasi di Jl. Parangtritis km
28 Yogyakarta.
Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan
transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore
menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di
Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing
Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai
Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
Belum banyak orang tahu bahwa di sebelah timur tebing ini tersembunyi sebuah
reruntuhan candi. Berbeda dengan candi lainnya yang terletak di daerah pegunungan, Candi
Gembirawati hanya beberapa ratus meter dari bibir Pantai Parangtritis. Untuk menuju candi
ini, kita bisa melewati jalan menanjak dekat Hotel Queen of the South lalu masuk ke jalan
setapak ke arah barat sekitar 100 meter. Sayup-sayup gemuruh ombak laut selatan yang ganas
bisa terdengar dari candi ini.
Pantai Parangtritis sangat lekat dengan legenda Ratu Kidul. Banyak orang Jawa
percaya bahwa Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai
laut selatan. Hotel Queen of the South adalah sebuah resort mewah yang diberi nama sesuai
legenda ini. Sayangnya resort ini sekarang sudah jarang buka padahal dulu memiliki
pemandangan yang sanggup membuat kita menahan nafas.
Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, akibat tersebut dapat
bersifat positif, dan bersifat negatif. Banyak sekali dampak-dampak yang didapat dari
keindahan-keindahan Daerah Istimewa Yogyakarta seperti perekonomian, adat istiadat,
budaya, dan lain-lain, karena keindahan Yogyakarta tersebut dijadikan tempat wisata yang
menarik untuk dikunjungi sehingga secara langsung maupun tidak langsung dengan
masyarakat Yogyakarta yang berinteraksi sosial dengan masyarakat luar Yogyakarta, dampak-
dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu bersifat positive, dan negative. Dampak-dampak
tersebut akan kami jelaskan selengkapnya pada subBAB BAB III yang lainnya.
3.2 Dampak dalam Perekonomian
3.2.1 Malioboro
Siapa yang tidak tau jalan Malioboro atau bisa disebut Malioboro, merupakan objek
yang wajib dikunjungi ketika pergi ke kota Yogyakarta. Jalan Malioboro atau bisa disebut
Malioboro merupakan salah satu jalan di kota Yogyakarta yang berada pada Alamat: Jl.
Malioboro, Yogyakarta, Indonesia Koordinat GPS: S747'34.9" E11021'57.3" (lihat peta),
jalan ini merupakan jalan yang sangat popular hingga mancanegara, sebelum kita mengetahui
sebabnya kita lihat terlebih dahulu sejarah tentang jalan Malioboro. Malioboro
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang
yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Pemberian nama jalan Malioboro dikarnakan
pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi
karangan bunga. Meski waktu terus bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro
sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah
berubah. Hingga saat ini Malioboro, benteng Vredeburg, dan Titik Nol masih menjadi tempat
dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya
Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya.
Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai,
Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya.
Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan
Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di
sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD).
Namun keberadaan Pasar Gede
atau Pasar Beringharjo di sisi selatan
serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak
perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai
kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan
Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu. Melihat Malioboro yang
berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan
berujar bahwa Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda
bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik,
batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata,
Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar
aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri.
Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan
rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniature kendaraan tradisional,
asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai
menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.
Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang
menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan
Gunung Merapi.
Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk
dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan
tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar
ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan
kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur
Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang
melambangkan fungsi ekonomi.
Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah
berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini
dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun
kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan
permanen. Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah
yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).
Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Bagian depan dan belakang bangunan pasar sebelah barat merupakan tempat yang
tepat untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar. Di sebelah utara bagian depan, dapat
dijumpai brem bulat dengan tekstur lebih lembut dari brem Madiun dan krasikan (semacam
dodol dari tepung beras, gula jawa, dan hancuran wijen). Di sebelah selatan, dapat ditemui
bakpia isi kacang hijau yang biasa dijual masih hangat dan kue basah seperti hung kwe dan
nagasari. Sementara bagian belakang umumnya menjual panganan yang tahan lama seperti
ting-ting yang terbuat dari karamel yang dicampur kacang.
Bila hendak membeli batik, Beringharjo adalah tempat terbaik karena koleksi
batiknya lengkap. Mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, dan
harga puluhan ribu sampai hampir sejuta tersedia di pasar ini. Koleksi batik kain dijumpai di
los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di
seluruh pasar bagian barat. Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju
surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik. Sandal dan tas yang dijual dengan harga
miring dapat dijumpai di sekitar eskalator pasar bagian barat.
Berjalan ke lantai dua pasar bagian timur, jangan heran bila mencium aroma
jejamuan. Tempat itu merupakan pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-
rempah. Bahan jamu yang dijual misalnya kunyit yang biasa dipakai untuk membuat kunyit
asam dan temulawak yang dipakai untuk membuat jamu terkenal sangat pahit. Rempah-
rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde ataupun hanya
dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa
minuman seperti wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk
coklat pada cappucino).
Pasar ini juga tempat yang tepat untuk berburu barang antik. Sentra penjualan barang
antik terdapat di lantai 3 pasar bagian timur. Di tempat itu, anda bisa mendapati mesin ketik
tua, helm buatan tahun 60-an yang bagian depannya memiliki mika sebatas hidung dan
sebagainya. Di lantai itu pula, anda dapat memburu barang bekas berkualitas bila mau.
Berbagai macam barang bekas impor seperti sepatu, tas, bahkan pakaian dijual dengan harga
yang jauh lebih murah daripada harga aslinya dengan kualitas yang masih baik. Tentu butuh
kejelian dalam memilih.
Puas berkeliling di bagian dalam pasar, tiba saatnya untuk menjelajahi daerah sekitar
pasar dengan tawarannya yang tak kalah menarik. Kawasan Lor Pasar yang dahulu dikenal
dengan Kampung Pecinan adalah wilayah yang paling terkenal. Anda bisa mencari kaset-
kaset oldies dari musisi tahun 50-an yang jarang ditemui di tempat lain dengan harga paling
mahal Rp 50.000,00. Selain itu, terdapat juga kerajinan logam berupa patung Budha dalam
berbagai posisi seharga Rp 250.000,00. Bagi pengoleksi uang lama, tempat ini juga menjual
uang lama dari berbagai negara, bahkan yang digunakan tahun 30-an.
Jika haus, minum es cendol khas Yogyakarta adalah pilihan jitu. Es cendol Yogyakarta
memiliki citarasa yang lebih kaya dari es cendol Banjarnegara dan Bandung. Isinya tidak
hanya cendol, tetapi juga cam cau (semacam agar-agar yang terbuat dari daun cam cau) dan
cendol putih yang terbuat dari tepung beras. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa
muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur. Harga minuman
pun tak mahal, hanya sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 2000.
Meski pasar resmi tutup pukul 17.00 WIB, tetapi dinamika pedagang tidak berhenti
pada jam itu. Bagian depan pasar masih menawarkan berbagai macam panganan khas.
Martabak dengan berbagai isinya, terang bulan yang legit bercampur coklat dan kacang, serta
klepon isi gula jawa yang lezat bisa dibeli setiap sorenya. Sekitar pukul 18.00 WIB hingga
lewat tengah malam, biasanya terdapat penjual gudeg di depan pasar yang juga menawarkan
kikil dan varian oseng-oseng. Sambil makan, anda bisa mendengarkan musik tradisional Jawa
yang diputar atau bercakap dengan penjual yang biasanya menyapa dengan akrab. Lengkap
sudah.
Grebeg ialah upacara keagamaan di kraton, yang diadakan tiga kali setahun,
bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhamad S.A.W. (Grebeg Maulud). Hari Raya Idul
Fitri (Grebeg Sawal) dan Hari Raya AIdil Adha (Grebeg Besar).
Pada hari itu Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-gunungan
berisikan kmakanan dan lain-lain kepada rakyat. Upacara semacam itu disertai dengan
upacara penyembah Tuhan Yang Maha Kuasaoleh Sri Sultan. Sendiri di Sitihinggil-utara dan
kemudian pembacaan doa oleh Kyai pengulu untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
keagungan agama dan kebahagiaan serta keselamatan kraton, nusa dan bangsa pada
umumnya.
Setelah kelluar dari Regol Sri Manganti, Sri Sultan melihat dihadapannya bangsal
Ponconiti. Ponco berarti lima, simbol dari panca-indranya kita. Niti berarti meneliti,
menyelidiki, memeriksa. Disinilah Sri Sultan mulai meneliti panca indranya, mempersatukan
pikirannya untuk sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menjujung tinggi pemerintahannya.
Karena itulah kanan-kiri Bangsal Ponconiti ditanami pohon-pohon Tanjung . Halaman
dimukanya disebut Kemandungan.
Kepel atau kempel berarti menjadi padat atau beku. Cengkirgading berwarna kuning .
Warna kuning adalah simbol segala sesuatu yang mengandung makna Ketuhanan Jadi
semuanya mempunyai arti : Kumpulkan dan padatkanlah tuan punya panca-indra dan
fikiran, sebab tuan akan bersujud di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa melalui Regol
Brajanata, sri Sultan naik tangga-lantai dan dimukanya terlihatnya olehnya sebuah tembok
dari batu bata disebut rentang mentog baturana
Semuanya mempunyai arti : Ta usahlah tuan khawatir atau sangsi kalau menjadi
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalankan hukum negara yang adil. Sri Sultan
kemudian naik tangga-lantai membelok ke kanan, tampaklaholehnya dihadapannya Photon
Jambu Tlapok Arum. Ini mengandung arti : berkatalah selalu yang harum-haru.bicaralah
selalu bijaksana. Supaya nama tuan berbau harum di seluruh dunia sekarang Sri Sultan telah
berada di Sitihinggil betul-betul. Disebelah kiri beliau selatan.
Bangsal Witono artinya Heningkanlah fikiran tuan. Kemudian baginda naik Bangsal
Witono asal dari bahasa kawi, berarti tempat duduk di surga. Dalam bahasa jawa perkataan :
wiwitana artunya : mulailah Bangsal Witono itu tempat pusaka-pusaka Kraton pada upacara-
upacara kraton pada upacara-upacara Grebeg ditebing lantainya sebelah barat terdapat sebuah
condrosengkolo berbunyi : Tinata Pirantining Madya Witono atau tahun 1855 (Jawa) dan
disebelah timur Linungid kembar gairaning ron atau tahun 1926 (Masehi). Tahun-tahun
waktu bangsal ini dimulyakan oelh Sri Sultan H.B. VIII. Sebelum
Sri Sultan duduk di Singgasana, diatur dahulu di bangsal Manguntur Tangkil oleh dua abdi
dalem kraton yang namanya berawalan Wignya dan derma. Tiap-tiap pegawai kerton manurut
golongan jabatannya misalnya Wignyasekarta, Wignyamenggala dan sebagainya atau
Dermosemono, Dermokalpito dan sebagainya. Awalan Wignya menunjukan jabatan tukang
membawa dermo menunjukan jabatan tukang membawa ampilan Sri Sultan, misalnya
tombak, pedang dan lain-lain sedang awalan Dermo menunjukan jabatan ahli ukir mengukir.
Ini mempunyai arti ; hendaknya tuan wignya (pandai, bisa, mampu) duduk di singgasana,
dihadapkan oleh rakyat tuan, karena tuan hanya sdederhana (sekedar) mewakili Tuhan Yang
Maha Kuasa itulah sebabnya maka Sri Sultan mempunyai gelar : Abdurrachman Sayidin
Panatagama Kalifatullah.
Malam di Yogyakarta akan terasa hidup jika anda melewatkannya dengan melihat
wayang kulit. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden takkan
membiarkan anda jatuh dalam kantuk. Cerita yang dibawakan sang dalang akan membawa
anda larut seolah ikut masuk menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang dibawakan. Anda
pun dengan segera akan menyadari betapa agungnya budaya Jawa di masa lalu.
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium.
Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu
anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang
pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat
dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam,
sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana
orang hanya bisa melihat bayangan.
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur
publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan
seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau
dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter
suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan
suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang
sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat
dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan
sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu
minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang
dimainkan.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon
terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon
karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan
wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada
perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi
memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan
sepenuhnya bersifat lepas. Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya
Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-
buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai
masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua
kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-
dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah
mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi
dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama,
disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending
pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan
perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3
adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran
wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
Sasono Hinggil yang terletak di utara alun-Alun Selatan adalah tempat yang paling
sering menggelar acara pementasan wayang semalam suntuk, biasanya diadakan setiap
minggu kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB. Tempat lainnya adalah Bangsal Sri
Maganti yang terletak di Kraton Yogyakarta. Wayang Kulit di bangsal tersebut dipentaskan
selama 2 jam mulai pukul 10.00 WIB setiap hari Sabtu dengan tiket Rp 5.000,00.
Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua
dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang
belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama.
Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta
adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa
menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk
gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa
memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan
Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu
wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama
musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan
kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak
memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud
nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong,
saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik
gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada
tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya
setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian.
Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi
dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik
serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling
bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan
kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan,
misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi
keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit
terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2
3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu
1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik
gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet,
dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun
sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai
sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para
penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana).
Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun
kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan
paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah
Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai
sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik
gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama
digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat
pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat
gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.
1. Dampak positif:
2. Dampak negative :
1. Dampak positive :
a) Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai guide,
pedagang-pedagang yang berjualan disekitar obyek juga memperoleh keuntungan.
b) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat sekitarnya.
c) Mengenalkan potensi wisata daerah Yogyakarta.
2. Dampak negative :
1. Banyaknya kuliner yang menarik untuk dicicipi yang sejak dulu sudah ada.
2. Banyaknya niali-nilai budaya, dan sejarahnya.
3. Banyaknya situs menarik, langka, dan memiliki nilai religius.
4. Banyaknya nilai-nilai tradisi nenek moyang yang masih bertahan.
5. Memiliki keindahan alam yang sangat banyak seperti pantai, dan pegunungan.
6. Memiliki bangunan yang memiliki kisah mitos, dan sejarah.
1. Dengan mempromosikan temapat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta, agar jumlah wisatawan
ke Yogyakarta meningkat.
2. Penerimaan pemerintah melalui pajak restribusi kepada masyarakat.
3. Mengelola macam-macam objek wisata seperti budaya, belanja, kuliner, dan lain-lain.
4. Pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam mengelola objek-objek
wisata.
5. Memfasilitasi tempat-tempat wisata dengan fasilitas umum.
6. Mengajak masyarakat untuk berpatisipasi dalam mengelola tempat wisata Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Penutup
A. Kesimpulan
1. Bangunan-bangunan sejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta telah berusia lebih dari 100
tahun, sehingga perlu diakannya perawatan yang rutin dari pihak negeri, maupun swasta.
2. a) Banyaknya kuliner yang menarik untuk dicicipi yang sejak dulu sudah ada.
b) Banyaknya niali-nilai budaya, dan sejarahnya.
c) Banyaknya situs menarik, langka, dan memiliki nilai religius.
d) Banyaknya nilai-nilai tradisi nenek moyang yang masih bertahan.
e) Memiliki keindahan alam yang sangat banyak seperti pantai, dan pegunungan.
f) Memiliki bangunan yang memiliki kisah mitos, dan sejarah.
3. Berbagai usaha telah dilakukan baik oleh pihak swasta, maupun negeri seperti:
a) Dengan mempromosikan temapat wisata Daerah Istimewa Yogyakarta, agar jumlah
wisatawan ke Yogyakarta meningkat.
b) Penerimaan pemerintah melalui pajak restribusi kepada masyarakat.
c) Mengelola macam-macam objek wisata seperti budaya, belanja, kuliner, dan lain-lain.
d) Pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam mengelola objek-objek
wisata.
e) Memfasilitasi tempat-tempat wisata dengan fasilitas umum.
f) Mengajak masyarakat untuk berpatisipasi dalam mengelola tempat wisata Daerah
Istimewa Yogyakarta.
g) Pengajaran masyarakat setempat, dalam industri sektor wisata.
4. Banyak sekali dampak-dampak yang didapat dari keindahan-keindahan Daerah Istimewa
Yogyakarta seperti perekonomian, adat istiadat, budaya, dan lain-lain, karena keindahan
Yogyakarta tersebut dijadikan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi sehingga
secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat Yogyakarta yang berinteraksi
sosial dengan masyarakat luar Yogyakarta, dampak-dampak tersebut dibagi menjadi dua
yaitu bersifat positive, dan negative. Dan kaum pelajar sangat dibutuhkan dalam
meminimalisasi dampak tersebut khususya dampak negatifenya.
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang baik cintailah negaranya dengan penulis sarankan
seringlah mengunjungi tempat-tempat wisata di Indonesia, dari pada tempat-tempat wisata di
luar negeri, karena tempat-tempat wisata di Indonesia tidak kalah indah, dan menarik untuk
dikunjungi. Sebagai warga negara Indonesia yang baik pedulilah kepada negaranya terlebih
dahulu, ketimbang negara lain.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis
ini.
Daftar Pustaka
Sukendro, Suryo. 2009. Keliling Tempat Wisata Eksotis di Jogja. PT. Buku Kita: Yogyakarta
Yoeti, Oka A. 2002. Ekonomi pariwisata: introduksi, informasi, dan aplikasi. Kompas:
Jakarta
LAMPIRAN
1. Keraton Yogyakarta
2. Benteng Vredeburg
3. Gedung Agung Yogyakarta
9. Candi Prambanan
10 Candi Mendut
14. Kaliadem
15. Hutan Wanagama
BIODATA
Nama: Ahmadsaepudin
NISN: 9930880946
Riwayat Pendidkan:
1. SDN Bunder
Pengalaman Penulisan:
NISN: 9945432942
Alamat Rumah:
Bumi Pasar Kemis Indah Blok D1 No. 6 Kec. Pasarkemis, Kab. Tangerang Banten
Pengalaman Penulisan:
NISN: 9947559946
Alamat Rumah: Perum Griya Yasa Blok I1 Nomer 01 Desa Talagasari, Kecamatan Cikupa,
Kabupaten Tangerang, Banten
Pengalaman Penulisan:
NISN: 9945570631
Riwayat Pendidikan:
1. TK Muhajirin
2. SD Negeri Cibadak 4
Pengalaman Penulisan:
1. Pembuatan makalah yang berjudul Bahaya Zat Adiktif pada tahun 2011.
2. Pembuatan karya tulis yang berjudul Eksotisme Yogyakarta pada tahun 2011.
NISN: 9945433433
SD Negeri 2 Pasarkemis
SMP Negeri 1 Pasarkemis
Pengalaman Penulisan:
1. Pembuatan makalah yang berjudul Kegiatan Hari Kemerdekaan pada tahun 2006.
2. Pembuatan makalah yang berjudul Ideologi Liberal pada tahun 2007.
3. Pembuatan karya tulis yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Perumusan
Kebijakan Publik di Daerah pada tahun 2008.
4. Pembuatan karya tulis yang berjudul Eksotisme Yogyakarta tahun 2011.
Catatan :
Jangan lupa daftar pustakanya di isi link memdapatkan Karya Tulis ini
TERIMA KASIH