Anda di halaman 1dari 98

1

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CKS ( CEDERA KEPALA SEDANG ) DIRUANG BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DR. R. SOEDJONO SELONG

OLEH

DEDI AGUS SANTOSO


NIM. 032001D08112

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN


DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SAKRA
2011
2

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CKS ( CEDERA KEPALA SEDANG ) DIRUANG BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DR. R. SOEDJONO SELONG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Program
Pada Akademi Perawat Kesehatan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun Akademi 2010/2011

OLEH

DEDI AGUS SANTOSO


NIM. 032001D08112

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN


DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SAKRA
2011
3

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan limpahan Rahmat, Maghfirah dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien

Tn S dengan diagnosa medis CKS ( Cedera Kepala Sedang ) diruang bedah

Rumah Sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong .

Selama penyusunan Laporan Akhir ini, penulis banyak menerima

bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak maka dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1 Drs. Rusmawardi, SH.,MH, selaku Kepala Akademi Keperawatan Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Yang telah memberikan izin kepada penulis

dalam penyusunan Laporan Akhir ini.

2 Dr. H. M. Hasbi Santoso, M.Kes, selaku direktur RSU Dr. R. Soedjono Selong

beserta staf yang telah memberikan izin pengambilan data guna

menyelesaikan Laporan Akhir

3 Sri Endang Kusrini, S, Kep.Ns, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian dan

penyusunan Laporan Akhir

4 Sri Wahyuningsih, S, Kep. Ns., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

banyak waktu dan pengetahuan dalam bimbingan penulisan.


4

5 Staf dan dosen beserta seluruh karyawan dan karyawati Akademi Perawat

Kesehatan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah membantu

dalam proses perkuliahan dan penyusunan Laporan Akhir.

6 Kedua Orang Tua serta saudaraku tercinta yang selalu memberikan dukungan

dan Doa yang tiada henti selama penulis mengikuti pendidikan di Akademi

Perawat Kesehatan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

7 Rekan-rekan seangkatan yang selalu memberikan motivasi selama penulis

mengikuti pendidikan di Akademi Perawat Kesehatan Pemerintah Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

Semoga amal diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan mendapat

imbalan pahala dari-Nya. Dalam penyusunan Laporan Akhir ini penulis

menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya dan khususnya bagi penulis serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan

di bidang keperawatan.

Sakra, Desember 2010

Penulis
5

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN..... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ii

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR.iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................vi

DAFTAR TABELvii

DAFTAR GAMBAR..ix

DAFTAR LAMPIRANx

DAFTAR ISTILAH.xi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................1

B. Tujuan Penulisan...........................................................................3

C. Metode Penulisan..........................................................................4

D. Sistematika Penulisan...................................................................4

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS......................................................................6

A. Konsep Dasar Cidera Kepala........................................................6

1. Pengertian ..............................................................................6

2. Anatomi Fisiologi persarafan.................................................7

a. Anatomi persarafan 7

b. Fisiologi Persarafan 13
6

3. Etiologi.................................................................................15

4. Patofisiologi Cidera Kepala.................................................15

5. Klasifikasi Cidera Kepala.....................................................18

6. Pathways...19

7. Tanda dan gejala...20

8. Pemeriksaan Penunjang20

9. Penatalaksanaan21

10. Komplikasi30

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawawtan Klien dengan Cidera Kepala

1. Pengkajian............................................................................ 32

2. Diagnosa Keperawatan.........................................................42

3. Rencana Keperawatan...........................................................43

4. Implementasi.........................................................................48

5. Evaluasi...............................................................................48

BAB 3 TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian 51
2. Diagnosa Keperawatan 62
3. Intervensi Keperawatan ...65
4. Implementasi Keperawatan .70
5. Evaluasi 79

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ..88
2. Saran 90

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengkajian51


7

Table 2.2 Diagnosa Keperawatan.62

Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan43

Tabel 2.4 Implementasi Keperawatan..88

Tabel 2.5 Evaluasi Keperawatan..88

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi Otak..8


8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data


9

Lampiarn 2 Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Lampiran 3 Lembar Konsul / Bimbingan Laporan Akhir

DAFTAR ISTILAH
10

MRI ( Pencitraan resonans magnetic ) : Alat untuk mendapatkan gambaran

daerah yang berbeda pada tubuh.

CSS ( Cairan serebrospinal ) : Cairan yang berisi dan tidak

berwarna dengan berat 1,007,

diproduksi didalam ventrikel dan di

sekitar otak dan medulla spinalis

melalui system vaskuler.

TIK ( Tekanan intracranial ) : Hasil dari sejumlah jaringan otak,

volume darah intracranial, dan

cairan serebrospinal CSS di dalam

tengkorak pada saat satuan waktu.

CT Scan ( Computed Temografhy ) : Mengidentifikasi adanya hemoragik

menentukan ukuran ventrikuler dan

pergeseran jaringan otak.

EEG ( Elektroensefalografi ) : Uji yang bermanfaat untuk

mendiagnosis gangguan kejang

seperti epilepsi

BAB 1

PENDAHULUAN
11

1.1 Latar belakang masalah

Pada era globalisasi yang pesat saat ini, adanya kepadatan

penduduk serta mobilisasi tidak diimbangi dengan meningkatnya

sarana dan prasarana transportasi yang baik serta kendaraan berlalu-

lintas. Hal ini di ikuti dengan berkembangnya Negara kita menuju

Negara industrialisasi maka terjadinya kecelakaan semakin meningkat

setiap bulannya. Semakin meningkatnya kendaraan dijalan dan

meningkatnya mobilitas penduduk mengakibatkan terjadinya cedera

karena kecelakaan dapat menimbulkan luka disemua bagian tubuh

termasuk kepala baik yang ringan ( comusio cerebri ) ataupun yang

berat ( contusio cerebri ). Cedera kepala adalah gangguan fungsi otak

normal karena trauma ( trauma tumpul atau trauma tusuk ). Defisit

neurologis terjadi karena robeknya subtansi alba, iskemia dan

pengaruh masa karena hemoragi, serta edema serebral disekitar

jaringan otak.( Sandra M.Nettina.2001).

Berdasarkan data yang diproleh dari rekam medik di RSUD

Dr.R.Soedjono Selong terdapat angka kejadian cedera kepala 3 tahun

terakhir yaitu sebagai berikut: Pada tahun 2008 sebanyak 515 klien,

terdiri dari 141 ( 27,4 % ) pasien prempuan dan 374 ( 72,6 % ) pasein

laki-laki, Pada tahun 2008 pasien meninggal dunia sebanyak 11 orang.

Pada tahun 2009 sebanyak 576 klien, terdiri dari 121 ( 21 % ) pasien

prempuan dan 455 ( 79 % ) pasien laki-laki, pada tahun 2009 pasien


12

yang meninggal dunia sebanyak 13 orang. Pada tahun 2010 dari bulan

januari sampai dengan oktober sebanyak 554 klien, terdisi dari 104

( 18,7 % ) pasien perempuan dan 450 ( 81,3 % ) pasien laki-laki, pada

tahun 2010 pasien yang meninggal dunia sebanyak 10 orang.

Berdasarkan uraian diatas kasus cedera kepala semakin meningkat

yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, benda tumpul, benda

tajam, maupun akibat kekerasan. dampak dari cedera kepala dapat

mengakibatkan penurunan kesadaran, perdarahan otak, bahkan

kematian. maka tenaga keperawatan sebagai bagian dari pelayanan

kesehatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif dengan memandang manusia sebagai bio-psiko-sosio-

spiritual, baik pelayanan keperawatan yang bersifat mandiri maupun

kolaboratif.

Mengingat dampak yang ditimbulkan cedera kepala dapat

mengancam jiwa, perlu adanya penanganan yang lebih komprehensif

dari petugas kesehatan, terutama dalam upaya perawatan dan

penanganan dalam pencegahan penyakit melalui upaya-upaya

kesehatan melalui pencegahan ( preventif ), peningkatan kesehatan

( promotif ), penyembuhan ( kuratif ), pemuliahan( rehabilitative ).

upaya preventif yang dilakukan dengan cara menggunakan pengaman

seperti helm untuk melindungi kepala dari benturan baik tumpul

maupun tajam. sedangkan kuratif dan rehabilitative melalui

penambahan wawasan perawat dalam memberikan asuhan


13

keperawatan pada klien yang menderita cedera kepala serta bagaimana

cara mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi dari cedera kepala

yang dapat mengancam jiwa.

1.2 Tujuan penulis

1.2.1 Tujuan umum :

Penyusun dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan diagnosa medis cedera kepala sedang melalui pendekatan

proses keperawatan sesuai standar

1.2.2 Tujuan khusus :

Di harapkan penulis mampu memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. Menjelaskan tentang pengertian konsep dasar penyakit cedera

kepala sedang.

b. Melakukan pengkajian pada klien Tn S dengan cedera

kepala sedang dengan benar.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Tn S

dengan cedera kepala sedang dengan benar.

d. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Tn S

cedera kepala sedang dengan benar.

e. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien

Tn S dengan cedera kepala sedang dengan benar.


14

f. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah di berikan pada

klien Tn S dengan cedera kepala sedang dengan benar.

1.3. Tempat dan waktu

1.3.1 Waktu
Pengambilan kasus direncanakan pada tanggal 02 Juni sampai 06

Juni 2011
1.3.2 Tempat
Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Dr. R. Soedjono Selong

1.4. Sistematika penulisan

Guna mempermudah pemahaman atas Laporan Akhir ini, maka

penulis menyusun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah,

tujuan penulisan yang ingin di capai, tempat dan waktu serta sitematika

penulisan.

BAB 2 membahas tentang tinjauan penyakit cedera kepala sedang

dengan sistem persyarafan dampak dari cedera kepala sedang berisi tentang

anatomi fisiologi sitem persyarafan, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep dasar

asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala sedang yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB 3 Membahas tentang tinajuan kasus meliputi pengkajian,

Diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi, Evaluasi.


15

BAB 4 Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
16

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian atau

kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar

terjadi akibat kecelakaan lalu lintas ( Arif Mansjoer,2000 ).

Cedera kepala sering disebabkan oleh benturan pada kepala yang

menimbulkan berbagai derajat kerusakan, yaitu:

Konkusio, tidak terjadi kerusakan structural, gejalanya berupa

pingsan kurang dari 24 jam, paling sering hanya beberapa menit saja.

Kontusio, terjadi kerusakan otak yang lebih serius, juga terjadi

perdarahan walaupun sedikit. Gejalanya berupa pingsan yang lama

ditambah dengan gangguan neurologis lain.

Laserasi, jaringan otak robek sering disebabkan oleh patah

tulang tengkorak atau tertembak, perdarahan biasanya hebat

menimbulkan naiknya tekanan dalam tengkorak, juga timbul oedema

otak.

Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit

kepala, tulang tengkorak atau yang terjadi akibat injuri baik secara

langsung maupun tidak langsung pada kepala dengan GCS ( 9-12 ).

( http://webcache.googleusercontent.com: Selasa Tanggal 14

Desember jam 19.00 )


17

Cedera kepala adalah gangguan fungsi otak normal karena trauma

( trauma tumpul atau trauma tusuk ). Defisit neurologis terjadi karena

robeknya subtansi alba, iskemia dan pengaruh masa karena hemoragi,

serta edema serebral disekitar jaringan otak.( Sandra M.Nettina.2001).

2.1.2 Anatomi dan Fisologi

a. Anatomi persarafan

Sistem saraf merupakan jalinan jaringan saraf yang saling

berhubungan , sangat khusus, dan kompleks. sistem saraf ini

mengkoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi

antara seorang idividu dengan lingkungan sekitarnya.( Lorrance

Mc Carty Wilson,2005 )

Sistem saraf merupakan jaringan saraf yang terdiri dari

neuron. Neuron mempunyai badan sel yang mempunyai satu

atau beberapa tonjolan. Dendrite adalah tonjolan yang

menghantarkan informasi menuju badan sel. Tonjolan yang

tunggal atau kembar yang menghantarkan informasi keluar dari

badan sel disebut akson. Bagian ujung akson mengalami sedikit

pembesaran yang disebut kancing sinaps atau benjolan sinaps.

Neuron transmitter adalah zat kimia yang disentesis dalam

neuron dan disimpan dalam gelembung sinaps pada ujung

akson.

Sistem saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan saraf tepi.

1. Susunan saraf pusat


18

a) Otak

Otak merupakan bagian dari sistem saraf pusat. Otak

merupakan alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian

dari saraf central yang terletak di dalam rongga

tengkorak ( cranium ) yang dibungkus oleh selaput otak

yang kuat.

Gambar 1.1 Anatomi otak

( http://webcache.googleusercontent.com: Selasa Tanggal 14

Desember Jam 19.00 )

Otak terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

1. Cerebrum
Bagian terbesar otak manusia adalah serebrum,

yang terdiri dari atas dua hemisfer yang dipisahkan

oleh fisura longitudinalis. Pada daerah basal cekungan

dalam ini terdapat korpus kalosum, suatu pita yang


19

tertdiri atas 200 juta neuron yang menghubungkan

hemisfer kanan dan kiri.

Korteks cerebri menjadi dibagi menjadi lobus

yang mempunyai nama yang sama dengan tulang

tengkorak yang melingkupinya. Dengan demikian,

masing-masing hemisfer mempunyai lobus frontalis,

lobus paritalis, lobus temporalis, dan lobus

oksipitalis.

a). Lobus frontalis


Didalam lobus frontalis, terdapat motorik yang

membangkitkan impuls untuk pergerakan

volunteer. Area motorik kiri mengatur pergerakan

sisi kanan tubuh, dan area motorik kanan mengatur

pergerakan sisi kiri tubuh.


b). Lobus parietalis
Area sensorik umumnya dilobus parietalis

meneriam impuls yang berasal dari reseptor

dikulit dan merasakan serta menginterprestasi

sensasi kutaneus tersebut. Impuls dari kuncup

pengecap melintas menuju area pengecap, yang

tumpang tindih antara lobus parietalis dan

temporalis.

c). Lobus temporalis

Menerima input dari reseptor yang ada dibagian

dalam telinga untuk pendengaran.


20

d) Lobus oksipitalis

Impuls dari retina mata berjalan melewati nervus

optikus ( pengelihatan ) menuju area visul.

( Valerie C. Scanlon Tina Sanders, 2006 )

2. Cerebelum

Cerebelum terletak fosa posterior dan terpisah

dari hemisfer serebral, lipatan dura meter, tentorium

serebelum.

Fungsi cerebelum pada umumnya adalah

mengkoordinasikan gerakangerakan otot sehingga

gerakan dapat terlaksana dengan sempurna,

keseimbangan.

3. Batang otak

Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-

bagian batang otak terdiri dari otak tengah, pons dan

medulla oblongata.

Pusat dari batang otak keluar dua belas pasang

saraf cranial yaitu : ( Brunner & Suddarth, 2001 ).

a) Nervus I ( olfaktorius )

Saraf yang berfungsi untuk penciuman.


21

b) Nervus II ( optikus )

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan

merupakan saraf eferen sensori khusus.

c) Nervus III ( okulomotorius )

Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat

bola mata.

d) Nervus IV ( trochlearis )

Berfungsi memutar bola mata ke bawah dan keluar.

e) Nervus V ( trigeminus )

Berfungsi mengurus sensasi umum pada wajah dan

sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi

dan meningen.

f) Nervus VI ( abdusen )

Berfungsi menggerakkan mata ( lateral ).

g) Nervus VII ( facialis )

Berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan

sedangkan saraf eferen untuk otot wajah atau

mmik.

h) Nervus VIII ( statoakustikus )

Saraf ini terdiri dari dua komponen, ialah saraf

pendengaran dan saraf keseimbangan.

i) Nervus IX ( glassofaringeus )
22

Komponen motoris saraf ini mengurus salivasi,

menelan, sensasi tenggorokan dan tonsil,

pengecapan ( sepertiga lidah posterior ).

j) Nervus X ( vagus )

Berfungsi untuk menelan, berbicara, denyut

jantung, peristaltik usus, sensasi tenggorokan

laring dan visera.

k) Nervus XI ( accesorius )

Berfungsi untuk menggerakkan bahu dan rotasi

kepala.

l) Nervus XII ( hypoglosus )

Berfungsi untuk pergerakan lidah.

4. Susunan saraf tepi ( perifer )


1. Saraf somatik
2. Saraf otonom
a. Susunan saraf simpatis
b.Susunan saraf para simpatis

b. Fisiologi sistem persarafan

Neuron adalah suatu sel saraf yang merupakan unit

anatomis dan fungsional sistem saraf (Sylvia A. Price dan

Lorraine M. Wilson, Patofisiologi2005).

Neuron menyalurkan sinyal saraf keseluruh tubuh. Impuls

neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia

diantara neuron. Pertemuan diantara dua neuron atau efektor

disebut sinaps. Sinaps merupakan tempat satu-satunya dimana


23

suatu impuls dapat lewat dari satu neuron ke neuron lain.

Celah sinapstik antar dua neuron. Neuron parasinaps adalah

neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps.

Neuron yang membawa sinaps disebut neuron post sinapstik.

Satu neuron dapat mengadakan kontak sinapstik dengan

banyak neuron ( divergensi ) dan dapat menerima kontak

sinapstik dari beberpa neuron ( konvergensi ) komponen listrik

transmisi saraf. Komponen listrik dari transmisi impuls

disepanjang neuron berpermeabilitas membran sel neuron

terhadap ion natrioum dan kalium bervariasi dan dipengaruhi

oleh perubahan kimia serta listrik di dalam neuron tersebut

(terutama neuron transmitter dan stimulus organ reseptor).

Dalam keadaan istirahat permeabilitas membran sel

menciptakan kadar kalium intra sel yang cukup kadar natrium

intra sel yang rendah, pada kadar natrium ekstra sel yang tingi.

Impuls listrik timbul oleh pemindahan muatan akibat

perbedaan kadar ion intra sel dan ekstra sel yang dibatasi

membran sel.

Bila rangsangan yang menimbulkan perubahan membran

sel neuron menyebabkan meningkatnya permeabilitas terhadap

ion kalium, maka neuron menjadi hiperpolarisasi dan

terhambat. Neuron yang mengalami hiperpolarisasi tidak

sanggup meneruskan impuls saraf jika rangsangan


24

menyebabkan perubahan listrik yang menimbulkan peningktan

permeabilitas ion natrium, neuron itu dikatakan dalam keadaan

terangsang atau depolarisasi. Bila membran mengalami

depolarisasi sampai satu tingkatan kritis yang disebut ambang

eksitasi maka terjadi perubahan permeabilitas membran

dengan influks natrium secara mendadak, depolarisasi cepat,

dan pembentukan potensial fisik pada tempat rangsangan.

Potensial aksi bisa disalurkan melalui akson sebagai suatu

fenomena tuntas atau tidak sama sekali dan bukan sebagai

respon bertahap. Bila potensial aksi tersebut mencapai ujung

( terminal ) suatu akson maka tejadi pelepasan neurotransmitter

gelembung sinapstik dengan eksositas ke dalam celah

sinapstik. Transmitter itu melekatkan diri pada reseptor neuron

post sinapstik atau membran efektor dan dapat atau tidak dapat

menimbulkan potensial aksi. Pada membran post sinapstik

setiap neuron diliputi oleh banyak sinaps. Apakah potensial

aksi akan timbul atau tidak ditentukan oleh keseimbangan

antara eksitsa dan inhibisi yang diterima oleh neuron pada saat

itu dari semua hubungan sinapstik yang dimilikinya.

Kenyataan ini merupakan bukti lain kemajemukan dan

interkomunikasi yang luas pada sistem saraf manusia

2.1.3 Etiologi
25

b. Kecelakaan lalu lintas


c. Cedera akibat kekerasan
d. Trauma benda tajam atau trauma tumpul
e. Luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya.

( Arif Mansjoer,2000 ).

2.1.4 Pathofisiologi

Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen :

otak, cairan serebro-spinal dan darah yang masing-masing tidak dapat

diperas. Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu

foramen magnum. Ia juga memiliki tentorium kaku yang memisahkan

hemisfer serebral dari serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari

tentorium Fenomena otoregolasi cenderung mempertahankan aliran

darah otak (ADO) stabil bila tekanan darah rata-rata 50-160 mmHg

(untuk pasien normotensif, dan bergeser kekanan pada pasien

hipertensi dan sebaliknya). Dibawah 50 mmHg ADO berkurang

bertahap, dan diatas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh otak

dengan akibat peninggian tekanan intrakranial. Otoregulasi dapat

terganggu pada cedera otak dengan akibat ADO tergantung secara

linear terhadap tekanan darah. Oleh karena hal-hal tersebut, sangat

penting untuk mencegah syok atau hipertensi (perhatikan tekanan

darah pasien sebelumcedera). Kompensasi atas terbentuknya lessi

intrakranial adalah digesernya CSS dan darah vena hingga batas

kompensasi, untuk selanjutnya tekanan intrakranial aka naik secara


26

tajam.

Pada lesi yang membesar cepat seperti hematoma, perjalanan

klinik dapat diprediksi. Bila fase kompensasi terlewati, tekanan

intrakranial meningkat. Pasien nyeri kepala yang memburuk oleh hal

yang meninggikan TIK seperti batuk, membungkuk dan terlentang,

kemudian mulai mengantuk. Kompresi atau pergeseran batang otak

berakibat peninggian tekanan darah, sedang denyut nadi dan respirasi

menjadi lambat. Pupil sisi massa berdilatasi, bisa dengan hemiparesisi

sisikontralateral massa. Selanjutnya pasien jadi tidak responsif, pupil

tidak bereaksi dan berdilatasi, serta refleks batang otak hilang.

Akhirnya fungsi batang otak berhenti, tekanan darah merosot, nadi

lambat, respirasi lambat dan tidak teratur untuk akhirnya berhenti.

Penyebab akhir kegagalan otak adalah iskemia. Pada kenyataannya,

banyak akibat klinis dari peninggian TIK adalah akibat pergeseran

otak dibanding tingkat TIK sendiri. Edema otak yang terjadi oleh

sebab apapun akan meninggikan TIK yang berakibat gangguan yang

berakibat memperberat edema sehingga merupakan lingkaran setan.

TIK lebih dari 15 mm Hg harus ditindak. Triad klasik nyeri kepala,

edema papil dan muntah ditemukan pada duapertiga pasien. Sisanya

hanya dua gejala. Tidak satupun khas untuk peninggian TIK, kecuali

edema papil, namun memerlukan waktu yang lama untuk timbulnya.

Simtom lebih banyak tergantung penyebab dari pada tingkat tekanan.

Tidak ada korelasi konsisten antara tingkat tekanan dengan beratnya


27

gejala.Penurunan kesadaran adalah ciri cedera otak. Dua jenis cedera

otak yaitu cedera korteks bilateral serta cedar pada sistem pengaktif

retikuler batang otak disamping peninggian TIK dan penurunan ADO

dapat menurunkan tingkat kesadaran.

( http://webcache.googleusercontent.com: Selasa Tanggal 14

Desember Jam 19.00 )

Klasifikasi

Cedera kepala Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,

keparahan dan morfologi cidera. ( Arif Mansjoer, 2000 ).

1. Mekanisme: berdasarkan adanya peterasi durameter


a. Trauma tumpul : kecepatan tinggi ( tabrakan otomobil )
Kecepatan rendah ( terjatuh,dipukul )
b. Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
2. Keparahan cedera
a. Ringan : Skala koma Glasgow ( Glasgow Coma Scale, GCS )

14-15
b. Sedang : GCS 9-13
c. Berat : GCS 3-8
3. Morfologi
a. Fraktur tulang tengkorak : kranium : linear / stelatum; depresi /

non depresi; terbuka / tertutup, basisi : dengan / tanpa


28

kebocoran cairan cerebrospinal, dengan / tanpa kelumpuhan

nervus VII.

b. Lesi intra cranial : fokal : epidural, subdural, intra cerebral ,

difusi: konkusi ringan, konkusi klasik, cidera aksonal difus.

( Arief Mansjoer, 2000 )

2.1.5 Pathways

Cedera Kepala

Tulang Otak

Cedera Otak Primer Cedera Otak Skunder

Kontusio, Laserasi Kerusakan Sel Otak

Ggn Autoregulasi rangsangan simpatis Stress

Aliran darah keotak tahanan vaskuler katakolamin


Sistemik & TD sekresi asam lambung

O2 ggnmetabolisme Tek. Pem. Darah


pulmonalis Mual, Muntah

Asam laktat Tek. Hidrostatik Asupan Nutrisi Kurang

Oedem otak kebocoran Nutrisi kurang dari


cairan kapiler kebutuhan tubuh

Ggn perfusi
jaringan Cerebral Oedema paru cardiac out put
29

Difusi O2 terhambat Gggn perfusi jaringan

Gangguan pertukaran gas

Gangguan pola nafas


( http://webcache.googleusercontent.com: SelasaTanggal 14 Desember

Jam 19.00 )

2.1.6 Tanda dan gejala

a. penurunan tingkat kesadaran

b. nyeri kepala

c. Mual dan muntah

d. Pupil edema

e. Dilatasi pupil ipsilateral

f. peningkatan suhu.

( http://webcache.googleusercontent.com: Selasa Tanggal 14 Desember

Jam 19.00 )

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


a. CT-Scan
b. MRI ( Magnetik Resonance Imaging )
30

c. EEG ( Elektroensepalogram )
d. Pemeriksaan tulang belakang: deformitas, pembekakan , nyeri

tekan, gangguan gerakan ( terutam leher ). Jangan banyak

manipulasi tulang belakang.


e. Pemeriksaan radiologi: foto polos vertebral AP dan lateral. Pada

servikal diperlukan proyeksi khusus mulut terbuka ( odontoid ).


( Arief Mansjoer,200 ).

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Pedoman Resusitasi dan penilaian awal

a. Menilai jalan nafas: bersihkan jalan nafas dari debris dan

muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal

segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal,

pasang guedel bila dapat ditolerir, jika cedera orofasial

mengganggu jalan nafas, bila pasien harus diintubasi.

b. Menilai penafasan: tentukan apakah pasien bernafas sepontan

atau tidak. Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen

Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada

berat seperti pneumotoraks, pneumotoraks tensif,

hemopneumotoraks.Pasang oksimeter nadi,jika tersedia,

dengan tujuan menjaga satutasi oksigen minimum 95%. Jika

jalan nafas pasien tidak terlindungi bahkan terancam atau

memperoleh oksigen yang adekuat ( PaO2 > 95 mmHg dan


31

PaCO2 < 40 mmHg serta saturasi O2 > 95 % ) atau muntah

maka pasien harus diintubasi oleh ahli anestesi.

c. Menilai sirkulasi: Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi.

Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya.

Perhatikan secara khusus adanya cedera intraabdomen atau

dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan

darah, pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia. Pasang

alur intravena yang besar, ambil darah vena untuk

pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit,

glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan larutan koloid.

Sedangkan larutan kristaloid ( dekstrosa atau dekstrosa dalam

salin ) menimbulkan eksaserbasi edema otak pascacedera

kepala. Keadaan hipotensi, hipoksia, dan hiperkapnia

memperburuk cedera kepala.

d. Obati kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera

kepala dan harus diobati. Mula-mula berikan diazepam 10 mg

intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali

bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin

15 mg/kgBB diberika intravena perlahan-lahan dengan

kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.

e. Menilai tingkat keparahan

1. Cedera kepala ringan ( kelompok risiko rendah )


32

a. Skor skala koma Glasgow 15 ( sadar penuh, atentif,

dan orientatif )
b. Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
c. Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
d. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
e. Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau

hematoma kulit kepala


f. Tidak adanya kreteria cedera sedang berat

2. Cedera kepala sedang ( kelompok resiko sedang )

a. Skor skala koma Glasgow 9-14 ( konfusi, latergi,

atau stupor )
b. Konkusi ( tidak terjadi kerusakan struktural )
c. Amnesia pasca-trauma
d. Muntah
e. Tanda kemungkinan fraktur kranium ( tanda Battle,

hemotimpanum, otorea ( keluar cairan dari telinga )

atau rinorea ( keluar cairan dari hidung )


f. Kejang
3. Cedra kepala berat ( kelompok risiko berat )
a. Skor skala koma Glasgow 3-8 ( koma )
b. Penurunan derajat kesadaran secara progresif
c. Tanda neurologis fokal
d. Cedra kepala penetrasi atau terba fraktur depresi

karanium

Tabel 1.1 Skala Koma Glasgow ( Glasgow Coma Scale, GCS )

Buka mata Respon motorik Respon verbal


(E) terbaik terbaik
(M) (V)
4.Spontan 6.mengikuti 5.orientasi baik dan
3.Dengan perintah perintah sesuai
2.Dengan 5.melokalisir nyeri 4.disorienasi tempat
rangsangan nyeri 4.menghindar nyeri dan waktu
1.Tidak reaksi 3.fleksi abnormal 3.bicara kacau
2.ekstensi abnormal 2.mengerang
33

1.Tidak ada gerakan 1.tidak ada suara

( Brunner & Suddart, 2001 )

2. Pedoman Penatalaksanaan

a. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher,

lakukan foto tulang belakang servikal ( proyeksi antero-

posterior, lateral, dan odontoid ), kolar servikal baru dilepas

setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7

normal.

b. Pada semua pasien dengan cedera kepalasedang dan berat,

lakukan prosedur berikut :

1. Pasang jalur interavena dengan larutan salin normal


( NaCl 0,9% ) atau larutan Ringer laktat: cairan isotonis

lebih efektif mengganti volume intravaskuler daripada

cairan hipotonis, dan larutan lain tidak menambah

edema serebri.
2. Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer

lengkap, trombosit, kimia darah: glukosa, ureum, dan

kreatinin, masa protrombin atau masa tromboplastin

parsial skrining toksikologi dan kadar alkohol bila

perlu.
34

c. Lakukan CT Scan dengan jendela tulang: foto rontgen kepada

tidak diperlukan jika CT Scan dilakukan, karena CT Scan ini

lebih sensitif untuk mendeteksi fraktur. Pasien dengan cedera

kepala ringan, sedang, berat, harus dievaluasi adanya:

1. Hematoma epidural
2. Darah dalam subaranoid dan intraventrikel
3. Kontusio dan perdarahan jaringan otak
4. Edema serebri
5. Obliterasi sisterna perimesensefalik
6. Pergeseran garis tengah
7. Fraktur cranium, cairan dalam sinus, dan

pneumosefalus

d. Pada pasien yang koma ( skor GCS < 8 ) atau pasien dengan

tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan sebagai berikut:

1. Elevasi kepala 30 derajat


2. Hiperventilasi: intubasi dan berikan venlilasi

mandatorik intermiten dengan kecepatan 16-20

kali/menit dengan volume tidal 10-12 ml/kg.Atur

tekanan CO2 sampai 28-32 mmHg.Hipokapnia berat

( pCO2 < 25 mmHg ) harus dihindari sebab dapat

menyebabkan vasokontriksi dan iskemia serebri


3. Berikan manitol 20 % 1 g/kg interavena dalam 20-30

meni. Dosis ulang dapat diberikan 4-6 jam kemudian

yaitu sebesar dosis semula setiap 6 jam sampai

maksimal 48 jam pertama


4. Pasang kateter Foley
35

5. Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi

(hematoma epidural yang besar, hematoma, cedera

kepala terbuka, dan faktur impresi > 1 diploe )

3. Penatalaksanaan Khusus

a. Cedera kepala ringan: pasien dengan cedera kepala ini

umumnya dapat dipulangkan kerumah tanpa perlu dilakukan

pemerikasaan CT Scan bila memenuhi kreteria berikut:

1. Hasil pemeriksaan neurologis ( terutama status mini mental

dan gaya berjalan ) dalam batas normal


2. Foto servikal jelas normal
3. Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati

pasien selama 24 jam pertama, dengan intruksi untuk segera

kembali kebagian gawat darurat jika timbul gejala

perburukan

Kriteria perawatan di rumah sakit:

1. Adanya darah intracranial atau fraktur yang tampak

pada CT Scan
2. Konfusi, agitasi, atau kesadaran menurun
3. Adanya tanda atau dan gejala neurologis fokal
4. Intoksikasi obat atau alkohol
5. Adanya penyakti medis komorbid yang nyata
6. Tiadak adanya orang yang dapat dipercaya untuk

mengamati pasien dirumah.

b. Cedera kepala sedang: pasien yang menderita konkusi otak

(komosio), dengan skala koma Glasgow 15 ( sadar penuh,

orientasi baik dan mengikuti perintah ) dan CT Scan normal,


36

tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat dipulangkan untuk

observasi dirumah. meskipun terdapat nyeri kepala, mual,

muntah, pusing atau amnesia. Resiko timbulnya lesi

intracranial lanjut yang bermakna pada pasien dengan cedera

kepala sedang adalah minimal.

1) Cedera kepala berat: setelah penilaian awal dan stabilisasi

tanda vital keputusan segera pada pasien ini adalah apakah

terdapat indikasi intervensi bedah saraf segera ( hematoma

intracranial yang berat ). Jika ada indikasi, harus segera

dikonsulkan ke bedah saraf untuk tindakan operasi.

Penatalaksanaan cedera kepala berat seyogyanya

dilakukan diunit rawat intensif. Walaupun sedikit sekali

yang dapat dilakukan untuk kerusakan primer akibat

cedera, tetapi setidaknya dapat mengurangi kerusakan otak

sekunder akibat hipoksia, hipotensi, atau tekanan

intracranial yang meningkat.


a. Penilaian ulang jalan nafas dan ventilasi: umumnya,

pasien dengan stupor atau koma ( tidak dapat mengikuti

perintah karena derajat kesadaran menurun ) harus

diintubasi untuk proteksi jalan nafas. Jika tidak ada

bukti tekanan intrakranial meninggi, parameter ventilasi

harus diatur sampai pCO2 40 mmHg dan pO2 90-100

mmHg.
37

b. Monitor tekanan darah: jika pasien memperlihatkan

tanda ketidakstabilan hemodinamik ( hipotensi atau

hipertensi ), pemantauan paling baik dilakukan dengan

keteter arteri. Karena autoregulasi sering terganggu

pada cedera kepal akut, maka tekanan arteri rata-rata

harus dipertahankan untuk menghindarkan hipotensi


( < 70 mmHg ) hipertensi ( > 130 mmHg ). Hipotensi

dapat menyebabkan iskemia otak sedangkan

hipertensi dapat mengeksaserbasi serebri.


c. Pemasangan alat monitor tekanan intracranial pada

pasien dengan skor GCS < 8, bila memungkinkan


d. Penatalaksanaan cairan: hanya larutan isotonis ( salin

normal atau Ringer laktat ) yang diberikan kepada

pasien dengan cedera kepala karena air bebas tambahan

dalam salain 0,45% atau dekstrosa 5 % dalam air

(D5W) dalam menimbulkan eksaserbasi edema serebri.


e. Nutrisi: cedera kepala berat menimbulkan respons

hipermetabolik dan katabolik, dengan keperluan 50-100

% lebih tinggi dari normal. Pemberian makanan enteral

melalui pipa nasogastrik atau nasoduodenal harus

diberikan sesegera mungkin ( biasanya hari ke 2

perawatan )
f. Temperatur badan: demam ( temperature > 101 derajat

F ) mengeksaserbasi cedera otak dan harus diobati

secara agresif dengan asetaminofen atau kompres


38

dingin. Pengobatan penyebab ( antibiotik ) diberikan

bila perlu.
g. Anti kejang: fenitoin 15-20 mgkg BB bolus intravena,

kemudian 300 mg/hari intravena mengurangi frekuensi

kejang pascatrauma dini ( minggu pertama ) dari 14 %

menjadi 4 % pada pasien dengan perdarahan

intracranial traumatik. Pemberian fenitoin tidak

mencegah timbulnya epilepsi pascatrauma dikemudian

hari. Jika pasien tidak menderita kejang, fenitoin harus

dihentikan setelah 7-10 hari. Kadar fenitoin harus

dipantau ketat karean kadar subtrapi sering disebabkan

hipermetabolisme fenitoin.
h. Steroid: steroid tidak terbukti mengubah hasil

pengobatan pasien dengan cedera kepala dan dapat

meningkatkan resiko infeksi, hiperglikemia, dan

komplikasi lain. Untuk itu, steroid hanya dipakai

sebagai pengobatan terahir pada herniasi serebri akut


(deksametason 10 mg interavena setiap 4-6 jam selama

48-72 jam ).
i. Profilaksis thrombosis vena dalam: sepatu bot

komprensif pneumatic dipakai pada pasien yang tidak

bergerak untuk mencegah terjadinya thrombosis vena

dalam pada ekstremitas bawah dan resiko yang

berkaitan dengan tromboemboli paru. Heparin 5.000

unit subkutan setiap 12 jam dapat deberikan setelah


39

cedera kepala pasien dengan imobilisasi lama, bahkan

dengan adanya perdarahan intracranial.( Arif Mansjoer,

2000 ).

2.1.9 Komplikasi
a. Edema Pulmonalis

Komplikasi paru-paru yang serius pada cedera kepala adalah

edema paru. Ini mungkin terutama berasal dari gangguan

neurologis atau akibat dari sindrom distress pernapasan dewasa.

Edema paru dapat akibat dari cedera otak yang menyebabkan

adanya Refleks Cusihing. Peningkatan pada tekanan darah

simtemik terjadi sebagai respons dari system saraf simpatis pada

peningkatan TIK.

b. Kejang

Kejang terjadi kira-kira 10% dari pasien cedera kepala

selama fase akut. Satu-satunya tindakan medis terhadap kejang

adalah terapi obat. Diazepam merupakan obat yang paling banyak

dipergunakan dan diberikan secara perlahan melalui intravena.

c. Kebocoran Cairan Serebrospinal


Hal yang tidak umum pada beberapa pasien cedera kepala

dengan fraktur tengkorak untuk mengalami kebocoran CSS dari

telinga atau hidung. Hal ini dapat akibat dari fraktur pada fossa

anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak basilar

bagian petrous dari tulang temporal. ( Hudak,1996 )


40

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa Medis

CKS ( Cedera Kepala Sedang )


Proses keperawatan adalah: suatu metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam prktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu

pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik, dan

keterampilan intrapersonal dan ditujukan utuk memenuhi kebutuhan

klien/keluarga.( Nursalam,2001 )
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan

dalam aspek-aspek, rehabilitasi, dan preventif perawat kesehatan.


( Marilynn E. Doenges, 1999 )
Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi :

pengkajian, diagnose keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan.


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien ( Nursalam,2001 )

Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi:


a. Pengumpulan data

Ada 2 tipe data pada pengkajian:

1. Data Subyektif
41

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klen sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi

tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen

tetapi melalui suatu interaksi atau komunkasi.


2. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur.

Informasi tersebut biasanya diperoleh melalui senses : 2S


( sight,smell ) dan HT ( hearing dan touch atau taste ) selama

pemeriksaan fisik.

Pengumpulan data pasien baik subyektif maupun obyektif

pada trauma kepala adalah sebagai berikut:

1. Identitas
a. Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin,

agama/suku bangsa, status perkawinan, pendidikan,

bahasa yang digunakan, alamat, pekerjaan, golongan

darah, penghasilan.
b. Identitas penanggung Jawab: nama, umur, jenis

kelamin, agama/suku bangsa, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klein.


2. Keluhan Utama
Umumnya keluhan utama saat klien dirawat/masuk rumah

sakit penurunan tingkat kesadaran( GCS 9-12 ), pusing,

sakit kepala, gangguan motorik, kejang, gangguan

sensorik dan gangguan kesadaran. Format PQRST dapat

digunakan untuk mempermudah pengumpulan data,

penjabaran dari PQRST adalah :


42

P (paliatif) : apa yang menjadi hal-hal yang meringankan

dan memperberat.

Q (quantitas): seberapa berat keluhan, bagaimana rasanya

? seberapa sering terjadinya ?

R (radiasi) : dimanakah lokasi keluhan ?, bagaimana

penyebarannya.

S (skala) : dengan menggunakan GCS untuk gangguan

kesadaran, skala nyeri untuk keluhan nyeri.

T (timing) : kapan keluhan itu terasa ?, seberapa sering

keluhan itu terasa.

3. Riwayat penyakit sekarang

merupakan rangkaian kejadianmulai dari terjadinya

trauma sehingga klien masuk rumah sakit.

4. Riwayat penyakit dahulu


merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita klien

dan berhubungan dengan sistem persarafan.


5. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan anggota keluarga khususnya yang

kemungkinan biasa berpengaruh pada kesehatan anggota

keluarga yang lain.


6. Pemeriksaan fisik
pada dasarnya dalam pemeriksaan fisik menggunakan

pendekatan secara sistematik yaitu : inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.


a. Keadaan Umum
Meliputi tanda-tanda vital, BB/TB,
b. Kesadaran
43

Skala Koma Glasgow ( Glasgow Coma Scale, GCS )

1. Respon membuka mata ( E )


a. Membuka mata dengan spontan ( 4 )
b. Membuka mata dengan perintah ( 3 )
c. Membuka mat dengan rangsangan nyeri ( 2 )
d. Tidak reaksi reaksi apapun ( 1 )
2. Respon motorik ( M )
a. mengikuti perintah ( 6 )
b. melokalisir nyeri ( 5 )
c. menghindar nyeri ( 4 )
d. fleksi abnormal ( 3 )
e. ekstensi abnormal ( 2 )
f. Tidak ada reaksi apapun ( 1 )

3. Respon verbal ( V )

a. orientasi baik dan sesuai ( 5 )


b. disorienasi tempat dan waktu ( 4 )
c. bicara kacau ( 3 )
d. mengerang ( 2 )
e. tidak ada reaksi papaun ( 1 )

c. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala dan rambut

Dikaji bentuk kepala, kesemetrisan, keadaan kulit

kepala

2 Wajah

Struktur wajah, warna kulit, ekspresi

3 Mata

Bentuk bola mata,ada tidaknya gerakan kelainan

pada bola mata

4 Hidung

Kesemetrisan, kebersihan

5. Telinga
44

Kesemtrisan, kebersihan dan tidaknya kelainan

fungsi pendengaran

6. Mulut dan bibir

Kesemetrisan bibir, kelembaban, mukosa,

kebersihan mulut.

7. Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan, ada

tidaknya peradangan pada gusi, ada tidaknya

caries.
8. Leher
Posisi trakea ( deviasi trachea ), ada tidaknya

pembesaran kelenjar tiroid atau vena jugularis.


9. Integumen
Meliputi warna, kebersihan, turgor, tekstur kulit,

dan kelembaban, perubahan bentuk dan warna

pada kulit.
10. Thorax
Dikaji kesemetrisannya, ada tidaknya suara redup

pada perkusi, kesemetrisan ekspansi dada, ada

tidaknya suara ronchi dan whezzing.


11. Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen. Asites, nyeri

tekan

12 . Ektremitas atas dan bawah


Kesemetrisannya, ada tidaknya oedema,

pergerakan dan tonus otot, serta kebersihan


45

Di dalam pemeriksaan fisik pada gangguan cedera kepala

sedang ( Marilynn E. Doenges,1999 )

a. Aktifitas / istirahat

Gejala : merasa lemah, letih, kaku, kehilangan

keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadarn, letargie, hemiparese,

kuadreplegia, ataksia, cara berjalan tak

tegap, masalah keseimbangan, cidera atau

trauma, orthopedic, kehilangan tonus otot

dan tonus spatik.

b. Sirkulasi

Gejala : normal atau perubahan tekanan darah.


Tanda : perubahan frekuensi jantung (bradikaria,

tahikardia yang diselingi disritmia.

c. Integritas ego

Gejala : perubahan tingkah laku kepribadian

(terang atau dramatis)

Tanda : cemas mudah tersinggung, delirium,

agitasi, bingung, depresi dan impulsive.

d. Eleminasi

Gejala : inkontinensia kandung kemih / usus atau

megalami gangguan fungsi.

e. Makanan / cairan
46

Gejala : mual, muntah, dan mengalami perubahan

selera.
Tanda : muntah kemungkinan muntah proyektil,

gangguan menelan (batuk, air liur keluar,

disfagia).

f. Neurosensori

Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia seputar

kejadian, vertigo, sinkope, tinnitus,

kehilangan pendengaran, baal pada

ekstremitas. Perubahan dalam penglihatan

seperti ketajamannya, diplopia,

kehilangan sebagian lapang pandang,

fotopobia.
Tanda : perubahan kesadaran bisa sampai koma,

perubahan status mental (oreintasi,

kewaspadaan, perhatian / konsentrasi,

pemecahan masalah, pengaruh emosi atau

tingkah laku dan memori). Perubahan

pupil (respon terhadap cahaya simetris),

deviasi pada mata. Ketidakmampuan

kehilangan pengideraan seperti

pengecapan, penciuman dan pendengaran.

Wajah tidak simetris, gengaman lemah

tidak seimbang, reflek tendon dalam tidak


47

ada atau lemah, apaksia, hemiparese,

kuadreplegia, postur dekortikasi atau

deselebrasi, kejang sangat sensitive

terhadap sentuhan dan gerakan.

g. Nyeri dan kenyamanan

Gejala : sakit kepala dengan intensitas dengan

lokasi yang berbeda bisaanya sama.


Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada

rangsangan nyeri yang hebat, gelisah,

tidak bisa istirahat, merintih.

h. Pernafasan

Tanda : perubahan pada napas (apnoe yang

diselingi oleh hiperventilasi), napas

berbunyi, stridor, tersendak, ronchi,

mengi, kemungkinan karena konspirasi.

i. Keamanan

Gejala : trauma baru atau trauma karena

kecelakaan.
Tanda : fraktur dislokasi, gangguan penglihtan,

kulit aserasi, abrasi, tanda battle disekitar

telinga (merupakan tanda adanya trauma),

adanya aliran cairan dari telinga / hidung,

gangguan kognitif, gangguan rentang


48

gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara

umum mengalami paralysis, demam,

gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

j. Interaksi sosial

Gejala : apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa

arti, bicara berulang-ulang, disartria dan

anomia.

k. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala : penggunaan alkohol atau obat lain.


1. Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada

perawatan diri, ambulasi, transportasi, menyiapkan

makan, belanja perawatan, pengobatan, tugas-tugas

rumah tangga, perubahan tata ruang atau fasilitas

lainnya di rumah.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ( NANDA )

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,

memfokuskan dan, mengatasi kebutuhan spesifik psien serta respon

terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

( Marilynn E. Doenges, 1999 )

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia ( status kesehatan atau resiko

perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan


49

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. ( Carpenito,

2000 )

NANDA menyatakan bahwa diagnose keperawatan adalah

keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan

masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial,

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :

a. Ketidakefektifan jaringan serebral berhubungan dengan edema

serebral ( respon local atau umum pada cedera, perubahan

metabolik) penurunan tekanan darah/hipoksia hipolemia

disritmia jantung
b. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan pertukaran

udara eksipirasi dan inspirasi


c. Ketidak seimbangan Nutrisi; lebih sedikit dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake, nutrisi tidak cukup untuk

metabolisme tubuh
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan pada jaringan

dan peningkatan risiko masuknya organisme pathogen

2.2.3 Rencana tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan adalah desain spesifik intervensi

untuk membantu dalam mencapai kreteria hasil. Rencana tindakan

dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnose

keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu


50

aktifitas yang diperlukan untuk membatasi fakto-faktor pendukung

terhadap suatu permasalahan. ( Nursalam, 2001 ).


Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk

prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan

yang harus di lakukan oleh perawat.( Maritynn E. Doenges, !999 ).

Tabel 2.2 Rencana Tindakan

Rencana Tindakan
N Diagnosa
o Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
kreteria hasil
1 2 3 4 5
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Monitor status 1.Mengkaji adanya
jaringan serebral tindakan kepera hemodinamik, kecenderungan
berhubungan watan selama 2x neurologi dan pada tingkat kesa
dengan edema 24 jam diharapkan vital sign tiap 4 daran dan potensi
serebral ( respon perfusi jaringan jam peningkatan TIK dan
local Atau umum serebral efektif bermanfaat dalam
pada cedera, dengan kreteria menentukan lokasi,
perubahan metab hasil : perluasan dan perkem
olik ) penurunan a.Tidak ada edema bangan kerusakan
tekanan darah/ perifer SSP
hipoksia b.Pertahankan
Tingkat kesadaran 2.Monitor dan irama 2.Nafas yang tidak terat
pernafasan ur dapat menunjuk
kan lokasi adanya
gangguan sereberal/
Peningkatan TIK dan
memerlukan inter
vensi yang lebih
lanjut termasuk
dukungan nafas
buatan

3.Monitor,ukur,ben 3.Reaksi pupil diatur


tuk,simetrifitasi Oleh saraf cranial oku
pupil lomotor ( III ) dan
51

berguna untuk
menentikan apakah
batang oatk masih
baik

4.Catat intake dan 4.Bermanfaat sebagai


output cairan indikator dari cairan
tubuh total tubuh yang
terintegrasi dengan
perfusi jaringan

1 2 3 4 5
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Auskultasi suara 1.Untuk mengidentifika
pola nafas berhu tindakan keperaw pernafasan si adanya masalah
bungan dengan atan selama 2x24 paru seperti,kongesti,
pertukaran udara jam diharapkan atau obstruksi jalan
inspirasi dan pola nafas efektif nafas yang membahaya
ekspirasi dengan kreteria kan oksigenasi sereb
hasil : eral atau menandakan
a.Tidak ada terjadinya infeksi
sianosis dan paru.
dyspneu
b.Frekuensi perna 2.Monitor hasil 2.Melihat kembali venti
pasan normal rongent lasi dan tanda-tanda
komplikasi yang
berkembang ( seperti
atelektasis atau
bronkopneumonia )

3.Monitor respirasi 3.Memaksimalkan O2


dan status pada darah arteri dan
oksigen membantu dalam
pencegahan
hipoksia,jika pusat
pernafasan tertekan,
mungkin diperlukan
ventilasi mekanik.

4.Lakukan suction 4.Pengisapan biasanya


jalan nafas dibutuh jika pasien
koma atau dalam
keadaan imobilisasi
dan tidak dapat
52

membersihkan jalan
nafasnya sendiri.

5.Posisikan pasien 5.Untuk mengetahui


untuk memaksi ekspansi paru/
malkan ventilasi ventilasi paru dan
menurunkan adanya
kemungkinan lidah
jatuh yang
menyumbat jalanafas.

1 2 3 4 5
6.Pertahakan jalan 6.Mencegah atau
nafas yang paten menurunkan
atelektasis

3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1.Kaji kemampuan 1.Meningkatkan proses


nutrisi dari kebu tindakan keperawa klien untuk men pencernaan dan tolera
tuhan tubuh ber tan selama 2x24 dapatkan nutrisi nsi pasien terhadap
hubungan dengan jam diharapkan yang dibutuhkan nutrisi yang di
intake nutrisi tidak keseimbangan berikan dan dapat m
cukup untuk meta nutrisi lebih dari meningkatkan kerjasa
bolisme. kebutuhan tubuh ma pasien saat makan
dengan kreteria
hasil : 2. Monitor lingku 2.Meskipun proses
a. Adanya peningk ngan selama pemilihan pasien
atan BB sesuai makan memerlukan bantuan
dengan tujuan makanan atau mengg
b.BB sesuai unakan alat bantu,
dengan TB sosialisasi waktu
c.Tidak ada tanda- makan dengan orang
tanda malnutrisi terdekat atau teman
dapat meningkatkan
pemasukan dan
menormalkan fungsi
makan

3.Monitor kadar 3.Mengidentifikasi


albumin, total defesiensi nutrisi,
protein, Hb, fungsi organ, dan
respon terhadap
nutrisi tersebut
53

4.Kolaborasi 4.Merupakan sumber


dengan ahli gizi yang efektif untuk
untuk memenuhi mengidentifikasi
jumlah kalori kebutuhan kalori/
dan nutrisi yang nutrisi tergantung
dibutuhkan pada usia, BB, ukuran
pasien penyakit sekarang
( trauma, penyakit
jantung/masalah
matabolisme

1 2 3 4 5
5.Timbang BB 5.Mengavaluasi
sesuai indikasi keefektifan atau
kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi

6.Catat perubahan 6.Bermanfaat sebagai


BB indicator dari cairan
total tubuh yang
terintegerasi dengan
perfusi jaringan

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Cuci tangan 1.Cara pertama untuk


berhubungan tindakan keperaw sebelum dan mengindari terjadi
dengan pening atan selama 2x24 sesudah tinda nya infeksi nosoko
katan resiko jam diharapkan kan keperawatan mial
masuknya resiko infeksi
organism tidak terjadi 2.Kaji temperature 2.Dapat mengidentifik
patogen dengan kreteria Klien tiap 4 jam asikan sepsis yang
hasil : selanjutnya memerlu
a.Klien bebas dari kan tindakan segera
tanda dan gejala
infeksi 3.Tingkatkan 3.Menurunkan kemung
b.Menunjukan intake cairan kinan terjadinya
kemampuan tubuh pertumbuhan bakteri
untuk mencegah atau infeksi yang
tibulnya infeksi menambah naik
c.Jumlah leokosit
dalam batas 4.Berikan terapi 4.Terapi profilaktif
normal antibiotik sesuai digunakan pada klien
54

d.Menunjukkan Instruksi yang mengalami


prilaku hidup trauma ( perlukaan ),
sehat kebocoran CSS atau
setelah dilakukan
pembedahan untuk
menurunkan resiko
terjadinya infeksi
( Nanda Diagnosa,Nic & Noc,2008 )

2.2.4 Tindakan keperawatan


Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan diharapkan pada Nursing aders

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan yang

mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan mempalisitai koping. Ada tiga tahap

dalam tindakan keperawatan yaitu : Persiapan, intervensi, dan

dokumentasi.
( Nursalam, 2001 )
Impelentasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. ( Nursalam, 2001 )

2.2.5 Evaluasi keperawatn

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor

kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. ( Nursalam,2001 )


55

Adapun komponen tahap evaluasi adalah pertama pencapaian

kreteria hasil, kedua keefektifan tahap-tahap keperawatn, ketiga

revisi atau terminasi keperawatn.

Evaluasi perencanaan kreteria hasil tulis pada catatan

perkembangan dalam bentuk SOAPIER :

S ( Subyektif ) : Keluhan-keluhan klien

O ( Obyektif ) : Apa yang dilihat, dicium, diraba dan dapat

diukur oleh perawat.

A ( Analisa ) : Kesimpulan tentang keadaan klien

P ( Plan of care ) : Rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi diagnosa/masalah keperawatan

klien.

I ( Intervensi ) : Tindakan yang dilakukan perawat untuk

kebutuhan klien

E ( Evaluasi ) : Respon klien terhadap tindakan perawat

R ( Ressesment ) : Mengubah rencana tindakan keperawatan

yang diperlukan.

Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan. Hal ini bias dilaksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat

dapat mengambil keputusan:


56

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( klien telah

mencapai tujuan yang ditetapkan ).

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( klien

mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan )

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan ( kilen

memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan )


57

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CKS ( CEDERA KEPALA SEDANG ) DI RUANG BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DR. R. SOEDJONO SELONG

1. Pengkajian

. Identitas Klien

Nama : Tn. S

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Suku/Bangsa : Sasak/indonesia

Alamat : Karang Ranjong,Lenek Aikmel

Pekerjaan : Tani

Ruangan : Bedah

Penanggung jawab biaya : JPS

No RM : 157063

Diagnosa medik : CKS ( Cidera Kepala Sedang )


58

Tanggal masuk : 01 Juni 2011

Tanggal dikaji : 02 Juni 2011

Keluarga yang bertanggung Jawab

Nama : Tn. R

Hub. dengan keluarga : Kakak kandung

Alamat : Karang Ranjong,Lenek Aikmel

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Klien mengatakan sakit kepala

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada tanggal 01 Juni 2011 jam 22.45 WIB, klien mengalami

kecelakaan lalu lintas di Lenek, dan terdapat luka robek di dahi

kanan + 6 x 3 cm kedalaman + 2 cm, dan klien mendapat

pertolongan pertama di Puskesmas Aikmel, setelah mendapat

pertolongan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 5 ( 0-10 )

sehingga klien tidak bisa istirahat dan sulit bernapas, karena klien

sulit bernafas klien di rujuk ke Rumah Sakit Dr. R. Soedjono

Selong untuk mendapat pertolongan selanjutnya, dan atas instruksi


59

dokter klien harus di rawat inap di ruang bedah untuk mendapat

tindakan selanjutnya.

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit

seperti hipertensi, dan klien mengatakan klien hanya sakit batuk

pilek.dan sembuh setelah meminum obat.

4. Riwayat penyakit keluarga


Keluarga klien mengataktan ada anggota keluarganya yang

mengalami penyakit tumor dan sudah di operasi 15 tahun yang lalu,

dan tidak pernah mengalami penyakit yang di derita klien saat ini.

Genogram

Keterangan
: Laki-laki/Perempuan
: Laki-laki/Perempuan meninggal
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
-------- : Tinggal serumah

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum saat pengkajian : Sedang

Kesadaran : Composmentis

GCS : Respon motorik :6


60

Respon verbal :3

Respon membuka mata : 3

Jumlah : 12

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu : 36.0 0 C

Nadi : 80 x / menit

Pernafasan : 20 x / menit

c. Pemeriksaan sistematis

1). Kepala : Pada kulit kepala bulat, simetris,

terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm dan

kedalaman + 2 cm.

2). Mata : Bentuk simetris, palpebra oedema, conjunctiva

tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.

3). Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman : klien

menghirup sesuatu yang di dekatkan, tidak

ditemukan adanya perdarahan di hidung

( rinore ).

4). Telinga : Bentuk simetris, tidak ditemukan serumen

dan perdarahan pada kanalis, pendengaran

klien normal, tidak di temukan adanya

perdarahan di telinga ( otore ).


61

5). Mulut dan gigi : Lidah tampak bersih, mukosa bibir kering

dan gigi tampak kotor, tidak di temukan

adanya gigi ompong, terdapat sisa darah

yang kering di sekitar mulut.

6). Leher : Tidak ditemukan adanya kaku kuduk, tidak

terdapat fraktur, tidak ada pembesaran vena

jugularis, deviasi therakea tidak ada.

7). Thorak dan fungsi pernafasan

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada refraksi otot

dinding dada saat bernafas, pergerakan dada

seirama antara inspirasi dan ekspirasi, respirasi

20 x / menit.

Palpasi : Vocal fremitus teraba diseluruh lapang paru, tidak

ditemukan adanya benjolan atau massa dan tidak

ditemukan adanya lesi, ditemukan adanya nyeri

tekan pada thorak saat klien bernafas.

Perkusi : Terdengar bunyi sonor

Auskultasi : Bunyi napas vesicular disemua lapang paru

8). Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, pergerakan sama saat

inspirasi dan ekspirasi, tidak terlihat benjolan

atau lesi.
62

Auskultasi : Tidak ada peningkatan bising usus, tidak

terdengar bunyi bruit, BU 12 x / menit

Palpasi : Tidak ditemukan nyeri tekan di semua kuadran

dan tidak ditemukan adanya massa, tidak

ditemukan adanya pembesaran hati dan limpa.

Perkusi : bunyi tympani

9). Kulit

Turgor kulit baik, tidak di temukan adanya lesi, tidak sianosis,

akral hangat

10).Extremitas atas dan bawah

Ekstremitas atas : Tangan kanan adanya patah tulang,tangan

bagian kana terpasang infuse RL 20

tetes/menit, akral hangat, kekuatan otot

ekstremitas atas bagian kanan dan kiri

masing-masing 4.

Ekstremitas bawah: Kaki kanan tampak pada bagian lutut

lecet + 1x 1 cm dan tidak ada udem,

kuku kotor. Kaki kiri tidak ditemukan

adanya oedema, akral hangat, kekuatan

otot ekstremitas bawah bagian kiri dan

kanan masing-masing 5.
63

Rentang gerak : Tangan kiri bebas bergerak, tangan kanan

terpasang infus, kaki kanan dan kiri

bebas bergerak.

11). Data psikologis

a. Citra diri/body image : Tanggapan klien dengan anggota

tubuhnya baik, tidak ada anggota

tubuhnya yang dia tidak sukai,

klien mengatakan semua anggota

tubuhnya yang dia sukai.

b. Identitas : Status klien dalam keluarga adalah

sebagai anak, klien puas terhadap

status dan posisinya dalam

keluarga.

c. Peran : Klien sanggup melakukan perannya

sebagai anak,dan klien puas dengan

perannya.

d. Ideal diri : Klien sangat senang dengan dirinya

di antara anggota keluarga.

e. Harga diri : Keluarga klien mengatakan klien

sangat berharga dalam anggota

keluarganya, dan tidak pernah

dibeda-bedakan dengan anggota

keluarga yang lain.


64

Uji saraf cranial

1 Nervus I ( olfaktorius )

Klien mampu mencium bau bauan seperti kopi dan minyak wangi.

2 Nervus II ( optikus )

Refleks pupil terhadap cahaya : midriasis bila kena cahaya mendekat,

miosis bila cahaya menjauh.

3 Nervus III,IV, VI ( abdusen, okulomotorius, abdusen )

Mata klien tidak dapat di gerakan ke segala arah karena klien belum

sadar penuh.

4 Nervus V ( trigeminus )

Dapat mebuka mulut dengan spontan.

5 Nervus VII ( vasialis )

Pengecapan klien dapat berfungsi dengan baik.

6 Nervus VIII ( akustikus )

Fungsi pendengaran klien baik mendengar saat dipanggil namanya,

fungsi keseimbangan tidak terkaji.

7 Nervus IX ( glosso pharingius )

Letak ovula berada di tengah, klien mampu menelan makanan dan

minuman.

8 Nervus X ( vagus )

Klien bisa menelan dengan baik tanpa ada gangguan.


65

9 Nervus XI ( acsesorius )

Klien bisa menggerakan kepala dan bahu dengan cara pelan-pelan.

10 Nervus XII ( hipoglosus )

Bentuk lidah simetris, lidah tidak jatuh ke belakang mulut.

d. Kebiasaan sehari-hari

Kegiatan Di rumah di rumah sakit


Pola makan / minum

Minum Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan

minum + 5 6 gelas / hari kklien minum 1 2 gelas /

hari

Keluarga klien mengatakan

Makan makan 3 x / hari nasi satu Keluarga klien mengatakan

porsi dengan lauk pauk dan hanya makan roti sepotong

sayur. Tidak ada pantangan dan jeruk satu buah, klien

dalam makanan. makan bubur dan

menghabiskan setengah

porsi yang telah di siapkan

oleh keluarganya
Pola istirahat tidur Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan

tidur malam pukul 21.00 selama dirawat menurut

WIB sampai 05.00 WIB keluarga klien lebih sering

Tidur siang jarang tidur tetapi kalau malam


66

klien gelisah dan sering

terbangun.
Pola BAB dan BAK

BAK Keluarga mengatakan tidak Keluarga klien mengatakan

mengetahui kegiatan BAK BAK dalam sehari

klien frekuensi 1x sebanyak 250

cc.

BAB Keluarga mengatakan tidak Keluarga klien mengatakan

mengetahui kegiatan BAB selama di rumah sakit klien

klien belum BAB


Personal hygiene

Mandi Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan

klien mandi klien tidak pernah mandi

2 x / hari memakai sabun selama di rawat hanya di

lap oleh keluarganya 2 x /

hari.

Sikat gigi 1 x / hari memakai sikat Selama di rawat klien

gigi dan odol belum pernah menggosok

gigi.

Keramas 1 x / minggu Tidak pernah

3). Data penunjang

a). Laboratorium

Hasil Normal Satuan


67

Hb : 13,1 g / dl L : 13 16 g / dl

P : 12 14 g / dl

LED : 75 mm / 1 jam L : 0-5 mm / 1 jam

P : 9-15 mm / 1 jam

Leucosit : 6.800 4 10 ribu / ul

Trombosit : 281.000 150 450 ribu / ul

Hematokrit : 36,2 % L : 42 54 %

P : 36 48 %

4). Therapi

Tanggal 01 juni 2011

Infus RL 20 Tetes / menit

Injeksi ampicilin 3 x 1 gr ( IV )

Injeksi ketorolak 3 x 1 ampul

Injeksi ranitidine 2 x 1 ampul

2 DIAGNOSA KEPERATAWAN

Analisa Data.

Data senjang Penyebab Masalah


DS: Keluarga mengatakan klien Cedera kepala Perubahan perfusi
mengeluh kepalanya sakit jaringan cerebral
dan pusing.
DO : Kerusakan jaringan otak,
klien tampak gelisah perdarahan, oedema
kesadran somnolent cerebri
GCS : 12 ( M 6, V 3, E
3)
TD : 120 / 90 mm Hg Tekanan intra kranial
N : 80 x / menit
Suhu : 36.0 0 C
68

RR : 20 x / menit Perubahan perfusi


Terdapat luka robek di jaringan cerebral
dahi sebelah kanan
Oedem pada palpebera
Klien muntah
CRT kurang dari 2 detik
DS: Keluarga klien mengatakan Cedera kepala Ketidakseimbangan
klien merasa mual setiap nutrisi kurang dari
makan kebutuhan tubuh
DO : Kerusakan sel otak
Klien tampak lemah
Porsi makan setengah
porsi yang telah di siapkan Stress
oleh keluarganya
Bibir klien tampak kering
Katakolamin sekresi
asam lambung

Mual,muntah

Asupan nutrisi kurang

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

DS : Klien mengatakan nyeri Cedera kepala Nyeri akut


pada luka robek di dahi
sebelah kanan
DO : Kerusakan jaringan
Klien tampak kesakitan jaringan otak
Klien tampak memegang
kepalanya
Klien tampak gelisah Nyeri akut
Skala nyeri 5 ( 0-10 )
GCS : 12 (M 6, V 3, E 3)
TD : 120 / 90 mm Hg
N : 80 x / menit
Suhu : 36.0 0 C
RR : 20 x / menit
Terdapat luka robek di
dahi sebelah kanan+ 6 x 3
69

cm dan kedalaman +2
cm.

Rumusan diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan

tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan

klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah, kesadaran

somnolent, GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : 120/90 mmHg,


0
N : 80 x/menit, S : 36.0 C, RR : 20x/menit, terdapat luka robek di

dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai

dengan Keluarga klien mengatakan klien merasa mual setiap makan,

Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan

oleh keluarganya, Bibir klien tampak kering.


c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otak yang di tandai

dengan Klien mengatakan nyeri pada luka robek di dahi sebelah

kanan, Klien tampak kesakitan, Klien tampak memegang kepalanya,

Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5 ( 0-10 ), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3),


0
TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 C,

RR : 20 x / menit, Terdapat luka robek di dahi sebelah kanan.


70

3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Tn S Dx. Medis : Cedera kepala sedang


Ruang : Bedah No. RM : 157063
No Hari/Tggl Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan kreteria hasil
1 2 3 4 5 6
1 Jumat Perubahan Setelah - Monitor tanda- - Mengetahui
01-6- perfusi jaringan dilakukan tanda vital keadaan fungsi
2011 cerebral tindakan cerebral
Jam 14.00 berhubungan keperawatan
dengan selama 3x24 - Pantau status - Hasil dari
peningkatan jam diharapkan neurologis pengkajian dapat
tekanan intra perfusi jaringan dengan GCS mengetahui
cranial yang di cerebral adekuat secara dini
tandai dengan dengan kreteria perubahan yang
keluarga klien hasil : terjadi sehingga
mengatakan - Kesadaran klien dapat
71

klien mengeluh composmetis menentukan arah


kepalanya sakit, - GCS 15 tindakan
klien tampak - CRT < 2 menit selanjutnya
gelisah, - Tidak muntah
kesadaran - Tidak oedem - Pertahankan - Dengan posisi tidur
somnolent, palpebra posisi tidur dengna posisi
GCS : 12 ( M 6, dengan posisi semi powler akan
V 3, E 3 ),TD : kepala 20- melancarkan
120/90 mmHg, 300 ( Semi aliran balik vena
N : 80 x/menit, S Powler ) kepala sehingga
: 36.0 0 C, RR : mengurangi
20x/menit, oedema dan
terdapat luka mencegah
robek di dahi peningkatan
sebelah kanan, tekanan intra
oedem pada cranial
palpebra, klien
muntah.

6
1 2 3 5
- Monitor - Mencegah
asupan dan kelebihan cairan
pengeluaran yang dapat
cairan menambah cedera
cerebri dan akan
meningkatkan
tekanan intra
cranial

- Kaji respon - Mengukur


verbal, kesesuaian

- Pantau - Dalam berbicara


tingkat dan menunjukan
kesadaran tingkat kesadaran
apakah klien
sadar
72

- Kaji respon - Mengukur


motorik kesadaran secara
terhadap keseluruhan
perintah dengan
sederhana kemampuan
untuk berespon
terhadap
rangsangan
eksternal dan
merupakan
petunjuk
keadaankesadaran

- K - Penatalaksanaan
olaborasi dan intervensi
dengan selajutnya
dokter untuk
program
therapy

1 2 3 4 5 6
II Jumat Ketidakseimban Setelah di - Kaji - Meningkatkan
01-6-2011 gan nutrisi lakukan kemampuan proses pencernaan
Jam 14.00 kurang dari tindakan klien untuk dan toleransi
kebutuhan tubuh keperawatan mendapatkan klien terhadap
berhubungan selama 3x24 nutrisi yang nutrisi yang di
dengan intake jam di harapkan dibutuhkan berikan dan dapat
nutrisi tidak keseimbangan meningkatkan
cukup untuk nutrisi lebih kerjasama klien
metabolisme dari kebutuhan saat makan
yang ditandai tubuh dengan
dengan Keluarga kreteria hasil : - Meskipun proses
klien - Adanya - Monitor pemulihan klien
mengatakan peningkatan lingkungan memerlukan
klien merasa BB sesuai selama makan bantuan makanan
mual setiap dengan atau
makan, Klien tujuan menggunakan alat
73

tampak lemah, - BB sesuai bantu, sosialisasi


Porsi makan dengan TB waktu makan
setengah porsi - Tidak ada dengan orang
yang telah di tanda-tanda terdekat atau
siapkan oleh RS, malnutrisi teman dapat
Bibir klien meningkatakan
tampak kering. pemasukan dan
menormalkan
fungsi makan

- Mengidentifikasi
- Monitor defesiensi nutrisi,
kadar fungsi organ, dan
albumin,tota respon terhadap
l protein,Hb nutrisi tersebut

- Merupakan sumber
- Kolaborasi yang efektif untuk
dengan ahli mengidentifikasi
gizi untuk kebutuhan
memenuhi kalori/nutrisi
jumlah tergantung pada
kalori dan usia, BB, ukuran
nutrisi yang penyakit sekarang
dibutuhkan ( trauma, penyakit
klien

1 2 3 4 5
- Timbang BB - jantung/masalah
sesuai indikasi metabolism

- Catat perubahan - Mengevaluasi


BB keefektifan atau
kebutuhan
mengubah
pemberian nutrisi

- Catat perubahan - Bermanfaat sebagai


BB indikator dari
cairan total tubuh
yang terintegerasi
dengan ferfusi
jaringan
III Jumat Nyeri akut Setelah - Ukur tanda-tanda - Mengetahui
74

01-6-2011 berhubungan dilakukan vital. pengaruh


14.00 dengan tindakan nyeriterhadap
kerusakan keperawatan respon tubuh
jaringan otak selama 3x24 klien.
yang di tandai jam diharapkan
dengan Klien klien - Kaji keluhan - Untuk mengetahui
mengatakan mengungkapkan nyeri klien. derajat nyeri yang
nyeri pada luka nyeri dialami klien.
robek di dahi hilang/dapat
sebelah kanan, dikontrol, - Catat petunjuk - Dapat digunakan
Klien tampak dengan kriteria non-verbal sebagai hubungan
kesakitan, Klien hasil : berkaitan untuk mendukung
tampak - Klien tampak dengan nyeri. derajat nyeri
memegang rileks
- Skala nyeri 2 - Kaji faktor yang - Mengidentifikasi
( 0-10 ) dapat penyebab dan
memperberat cara kontrol nyeri.
dan
mengurangi
nyeri - Menurunkan
tegangan
- Ijinkan klien abdomen dan
untuk berada menigkatkan rasa
pada posisi kontrol nyeri
tidur yang
nyaman,
6

1 2 3 4 5
kepalanya, Klien - Klien tidak - Ajrakan kontrol - Meningkatkan
tampak gelisah, kesakitan lagi nyeri dengan relaksasi dan
Skala nyeri 5 - Klien tidak tekhnik nafas kemampuan
(0-10), GCS : 12 gelisah lagi dalam/relaksasi koping
(M 6, V 3, E 3 ), - TD :120/90
TD :120/90 mmHg - Berikan ranitidin - Mengontrol nyeri
mmHg, - N :80 x/menit injeksi 2x25 dengan cepat.
0
N : 80 x /menit, - Suhu : 36.0 C mg
Suhu : 36.0 0 C, - RR:20 x/menit
RR : 20 x / - Luka robek di
menit, Terdapat dahi sebelah
luka robek di kanan cepat
dahi sebelah kering
kanan.
75

4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/tggl Diagnosa keperawatan Implementasi Respon hasil


1 2 3 4 5
I Sabtu Perubahan perfusi jaringan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120/90 mmHg
02-6-2011 cerebral berhubungan vital Nadi : 80 x/menit
Jam 14.00 dengan peningkatan Suhu : 36,00 C
tekanan intra cranial yang RR : 20 x/menit
di tandai dengan keluarga
klien mengatakan klien - Memantau status - Klien menjukkan
mengeluh kepalanya sakit, neurologis dengan kesadaran yang
klien tampak gelisah, GCS optimal dan GCS
kesadaran somnolent, GCS ( M 6, V5, E4 =
: 12 ( M6,V3,E3 ), 15 )
TD : 120/90 mmHg,
N : 80 x/menit, - Mepertahankan posisi - Keluarga klien
0
S : 36.0 C, tidur dengan posisi mengerti dan mau
RR : 20x/menit, terdapat kepala 20-300 ( Semi mempertahankan
76

luka robek di dahi sebelah power ) posisi tidur klien


kanan, oedem pada dengan posis semi
palpebra, klien muntah. powler

- Memonitor asupan dan - Mengetahui jumlah


pengeluaran cairan cairan yang masuk
dan yang keluar

- Mengkaji respon - Klien mampu


verbal, menjawab
pertanyaan dengan
baik dengan tepat

II Sabtu Ketidakseimbangan - Mengkaji kemampuan - Klien mau makan


02-6-2011 nutrisi kurang dari klien untuk walaupun sedikit
Jam 14.00 kebutuhan tubuh mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan yang dibutuhkan
intake nutrisi tidak cukup
untuk metabolisme yang - Memonitor lingkungan - Keluarga klien mau
ditandai dengan Keluarga selama makan menjaga kebersihan
klien mengatakan klien klien pada saat
merasa mual setiap makan
makan, Klien tampak - Memonitor kadar
lemah, Porsi makan albumin,total - Klien menunjukkan
setengah porsi yang telah protein,Hb kadar
di siapkan oleh RS, Bibir albumin,nutrisi,Hb
4
1 2 3 5
klien tampak kering. dalam batas normal

- Mengkolaborasi dengan - Klien mau makan


ahli gizi untuk walaupun sedikit
memenuhi jumlah yang telah di
kalori dan nutrisi yang sediakan oleh RS
dibutuhkan klien

- Menimbang BB sesuai - Klien mau


indikasi menimbang BB
seminggu sekali

III Sabtu Nyeri akut berhubungan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120 / 90 mm


02-6-2011 dengan kerusakan jaringan vital. Hg,
Jam 14.00 otak yang di tandai N : 80 x / menit,
dengan Klien mengatakan Suhu : 36.0 0 C,
nyeri pada luka robek di RR : 20 x / menit,
dahi sebelah kanan, Klien
77

tampak kesakitan, Klien - Mengkaji keluhan nyeri - Skala nyeri 2 (0-10)


tampak memegang klien
kepalanya, Klien tampak
gelisah, Skala nyeri 5 - Mencatat petunjuk non- - Klien mau
(0-10), GCS : 12 verbal berkaitan menujukkan tempat
( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120 dengan nyeri. nyeri yang
/ 90 mm Hg, N : 80 x / dirasakan
0
menit, Suhu : 36.0 C, RR
: 20 x / menit, Terdapat - Mengkaji faktor yang - Klien mau
luka robek di dahi sebelah dapat memperberat menunjukan faktor
kanan. dan mengurangi nyeri yang memberatkan
terhadap nyeri yang
dirasakan

- Menganjurkan klien - Klien mau mengatur


untuk berada pada posisi tidurnya
posisi tidur yang dengan posiosi
nyaman, kepala 20-300 sesuai
yang dianjurkan
perawat

- Mengajarkan cara - Klien mau melakukan


menontrol nyeri tekhnik nafas
dengan tekhnik nafas dalam/relaksasi
dalam/relaksasi untuk mengontrol
nyeri yang timbul
5
1 2 3 4
- Berkolaborasi dengn - Infus RL 20
dokter dalam Tetes/menit
pemberian obat Injeksi ampicilin
3x1 gr ( IV )
Injeksi ketorolak
3x1 ampul
Injeksi ranitidine
2x1 ampul

I Minggu Perubahan perfusi jaringan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120/90 mmHg


03-6-2011 cerebral berhubungan vital Nadi : 80 x/menit
07.00 dengan peningkatan Suhu : 36.0 0 C.
tekanan intra cranial yang RR : 20 x/menit
di tandai dengan keluarga
klien mengatakan klien - Klien menjukkan
mengeluh kepalanya sakit, - Mengkaji status kesadaran yang
klien tampak gelisah, neurologis klien optimal dan GCS
kesadaran somnolent, GCS ( M 6, V5, E4 = 15)
78

: 12 (M6,V3,E3),
TD : 120/90 mmHg, - Klien mau
N : 80 x/menit, - Mempertahanka tidur dengan posisi
S : 36.0 0 C, n posisi tidur dengan kepala 20-300 (Semi
0
RR : 20x/menit, terdapat posisi kepala 20-30 Powler)
luka robek di dahi sebelah (Semi Powler)
kanan, oedem pada - Mengetahui jumlah
palpebra, klien muntah. - Memantau asupan dan cairan yang masuk
haluaran cairan dan yang keluar

- Klien mampu
- Mengkaji respon verbal menjawab
pertanyaan dengan
baik dengan tepat

- Berkolaborasi dengn - Infus RL 20


dokter dalam Tetes/menit
pemberian obat Injeksi ampicilin
3x1 gr ( IV )
Injeksi ketorolak
3x1 ampul
Injeksi ranitidine
2x1 ampul

4 5
1 2 3
II Minggu Ketidakseimbangan - Mengobervasi - Klien mua makan
03-6-2011 nutrisi kurang dari kemampuan klien walaupun sedikit
Jam 07.00 kebutuhan tubuh untuk mendapatkan
berhubungan dengan nutrisi yang
intake nutrisi tidak cukup dibutuhkan
untuk metabolisme yang
ditandai dengan Keluarga - Memantau lingkungan - Keluarga klien mau
klien mengatakan klien selama makan menjaga kebersihan
merasa mual setiap di sekitar klien pada
makan, Klien tampak saat makan
lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah - Memantau kadar - Klien menunjukkan
di siapkan oleh RS, Bibir albumin,total kadar albumin,
klien tampak kering. protein,Hb nutrisi, Hb dalam
batas normal

- Mengkolaborasi dengan - Klien mau makan


ahli gizi untuk walaupun sedikit
79

memenuhi jumlah yang telah di


kalori dan nutrisi yang sediakan oleh RS
dibutuhkan klien

- Memantau BB sesuai - Klen mau menimbang


indikasi BB seminggu sekali

III Minggu Nyeri akut berhubungan - Mengobservasi tanda- - TD : 120/90 mmHg


03-6-2011 dengan kerusakan jaringan tanda vital. Nadi : 80 x/menit
Jam 07.00 otak yang di tandai Suhu : 36.0 0 C.
dengan Klien mengatakan RR : 20 x/menit
nyeri pada luka robek di
dahi sebelah kanan, Klien - Skala nyeri 2 (0-10)
tampak kesakitan, Klien - Mengobservasi keluhan
tampak memegang nyeri klien
kepalanya, Klien tampak - Klien mau
gelisah, Skala nyeri 5 - Mencatat petunjuk non- menujukkan tempat
( 0-10), GCS : 12 verbal berkaitan nyeri yang
( M 6, V 3, E 3 ), dengan nyeri. dirasakan
TD : 120/90 mm Hg,
N : 80 x / menit, - Klien mau mengatur
Suhu : 36.0 0 C, - Menganjurkan klien posisi tidurnya
RR : 20 x / menit, untuk berada pada sesuai yang
Terdapat luka robek di posisi tidur yang dianjurkan perawat
dahi sebelah kanan. nyaman,

1 2 3 4 5
I Senin Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi tanda- - TD : 120/90 mmHg
04-6-2011 cerebral berhubungan tanda vital dan tingkat Nadi : 80 x/menit
Jam 14.00 dengan peningkatan kesadaran klien Suhu : 36.0 0 C.
tekanan intra cranial yang RR : 20 x/menit
di tandai dengan keluarga
klien mengatakan klien - Berkolaborasi dengan - Infus RL 20
mengeluh kepalanya sakit, dokter dalam Tetes/menit
klien tampak gelisah, pemberian obat Injeksi ampicilin
kesadaran somnolent, GCS 3x1 gr ( IV )
: 12 ( M6,V3,E3 ), Injeksi ketorolak
TD : 120/90 mmHg, 3x1 ampul
N : 80 x/menit, Injeksi ranitidine
S : 36.0 0 C, 2x1 ampul
RR : 20x/menit, terdapat
luka robek di dahi sebelah - Memotivasi keluarga - Keluarga klien mau
kanan, oedem pada klien untuk mempertahankan
palpebra, klien muntah. mempertahankan kepala klien 20-300
posisi kepala klien sesuai anjuran
80

perawat

II Senin Ketidakseimbangan - Mengobervasi - Klien mau makan


04-6-2011 nutrisi kurang dari kemampuan klien walaupun sedikit
Jam 14.00 kebutuhan tubuh untuk mendapatkan
berhubungan dengan nutrisi yang
intake nutrisi tidak cukup dibutuhkan
untuk metabolisme yang
ditandai dengan Keluarga - Memantau lingkungan - Keluarga klien
klien mengatakan klien selama makan mengerti cara
merasa mual setiap menjaga kebersihan
makan, Klien tampak di sekitar klien
lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah - Mengkolaborasi dengan - Klien mau makan
di siapkan oleh RS, Bibir ahli gizi untuk walaupun sedikit
klien tampak kering memenuhi jumlah yang telah di
kalori dan nutrisi yang sediakan oleh RS
dibutuhkan klien

- Memantau BB sesuai - Klien mau


indikasi menimbang BB
seminggu sekali

1 2 3 4 5
III Senin Nyeri akut berhubungan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120 / 90 mm
04-6-2011 dengan kerusakan jaringan vital. Hg,
Jam 14.00 otak yang di tandai N : 80 x / menit,
dengan Klien mengatakan Suhu : 36.0 0 C,
nyeri pada luka robek di RR : 20 x / menit,
dahi sebelah kanan, Klien
tampak kesakitan, Klien - Mengobsevasi keluhan - Skala nyeri 2 (0-10)
tampak memegang nyeri klien
kepalanya, Klien tampak
gelisah, Skala nyeri 5 - Mencatat petunjuk non- - Klien mau
(0-10), GCS : 12 verbal berkaitan menujukkan tempat
( M 6, V 3, E 3 ), dengan nyeri. nyeri yang
TD : 120/90 mm Hg, dirasakan
N : 80 x / menit,
Suhu : 36.0 0 C, - Menganjurkan klien - Klien mau mengatur
RR : 20 x / menit, untuk berada pada posisi tidurnya
Terdapat luka robek di posisi tidur yang dengan posisi
dahi sebelah kanan. nyaman, kepala 20-300 sesuai
81

yang dianjurkan
perawat

I Selasa Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi tanda- - Mengetahui keadaan


05-6-2011 cerebral berhubungan tanda vital umu klien
Jam 14.00 dengan peningkatan
tekanan intra cranial yang - Memonitor tanda-tanda - Mengetahui keadaan
di tandai dengan keluarga peningkatan umu klien dan GCS
klien mengatakan klien perfusi jaringan
mengeluh kepalanya sakit, serebral
klien tampak gelisah, - Infus RL 20
kesadaran somnolent, - Melaksanakan program tetes/menit
GCS : 12 ( M6,V3,E3 ), therafi sesuai advis Injeksi ampicilin
TD : 120/90 mmHg, dokter 3x1 gr ( IV )
N : 80 x/menit, Injeksi ketorolak
S : 36.0 0 C, 3x1 ampul
RR : 20x/menit, terdapat Injeksi ranitidine
luka robek di dahi sebelah 2x1 ampul
kanan, oedem pada
palpebra, klien muntah.

1 2 3 4 5
II Selasa Ketidakseimbangan - Mengobervasi - Klien mua makan
05-6-2011 nutrisi kurang dari kemampuan klien walaupun sedikit
Jam 14.00 kebutuhan tubuh untuk mendapatkan
berhubungan dengan nutrisi yang
intake nutrisi tidak cukup dibutuhkan
untuk metabolisme yang
ditandai dengan Keluarga - Memantau lingkungan - Keluarga klien
klien mengatakan klien selama makan mengerti cara
merasa mual setiap menjaga kebersihan
makan, Klien tampak di sekitar klien
lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah - Mengkolaborasi dengan - Klien mau makan
di siapkan oleh RS, Bibir ahli gizi untuk walaupun sedikit
klien tampak kering. memenuhi jumlah yang telah di
kalori dan nutrisi yang sediakan oleh RS
dibutuhkan klien

- Memantau BB sesuai - Klen mau menimbang


indikasi BB seminggu sekali
82

III Selasa Nyeri akut berhubungan - Mengukur tanda-tanda - TD :120/90 mm Hg,


05-6-2011 dengan kerusakan jaringan vital. N : 80 x / menit,
Jam 14.00 otak yang di tandai Suhu : 36.0 0 C,
dengan Klien mengatakan RR : 20 x / menit,
nyeri pada luka robek di
dahi sebelah kanan, Klien - Mengobsevasi keluhan - Skala nyeri 2 (0-10)
tampak kesakitan, Klien nyeri klien
tampak memegang
kepalanya, Klien tampak - Mencatat petunjuk non- - Klien mau
gelisah, Skala nyeri 5 verbal berkaitan menujukkan tempat
(0-10), GCS : 12 dengan nyeri. nyeri yang
( M 6, V 3, E 3 ), dirasakan
TD : 120/90 mm Hg,
N : 80 x / menit, Suhu : - Menganjurkan klien - Klien mau mengatur
36.0 0 C, untuk berada pada posisi tidurnya
RR : 20 x / menit, posisi tidur yang dengan posisi
Terdapat luka robek di nyaman, kepala 20-300 sesuai
dahi sebelah kanan. yang dianjurkan
perawat

1 2 3 4 5
I Rabu Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi tanda- - TD :120/90 mmHg
06-6-2011 cerebral berhubungan tanda vital Nadi : 80 x/menit
Jam 14.00 dengan peningkatan Suhu : 36,00 C
tekanan intra cranial yang RR : 20 x/menit
di tandai dengan keluarga
klien mengatakan klien - Memonitor tingkat - Klien menunjukkan
mengeluh kepalanya sakit, kesadaran klien tingkat kesadaran
klien tampak gelisah, yang optimal
kesadaran somnolent,
GCS : 12 (M6,V3,E3 ), - Melaksanakan program - Klien mau tidur
TD : 120/90 mmHg, therafi dokter dengan posisi
N : 80 x/menit, kepela 20-300
S : 36.0 0 C, ( Semi powler )
RR : 20x/menit, terdapat
luka robek di dahi sebelah
kanan, oedem pada
palpebra, klien muntah.

II Rabu Ketidakseimbangan - Mengobervasi - Klien mua makan


83

06-6-2011 nutrisi kurang dari kemampuan klien walaupun sedikit


Jam 14.00 kebutuhan tubuh untuk mendapatkan
berhubungan dengan nutrisi yang
intake nutrisi tidak cukup dibutuhkan
untuk metabolisme yang
ditandai dengan Keluarga - Memantau lingkungan - Keluarga klien
klien mengatakan klien selama makan mengerti cara
merasa mual setiap menjaga kebersihan
makan, Klien tampak di sekitar klien
lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah - Mengkolaborasi dengan - Klien mau makan
di siapkan oleh RS, Bibir ahli gizi untuk walaupun sedikit
klien tampak kering. memenuhi jumlah yang telah di
kalori dan nutrisi yang sediakan oleh RS
dibutuhkan klien

- Memantau BB sesuai - Klen mau menimbang


indikasi BB seminggu sekali

III Rabu Nyeri akut berhubungan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120/90 mm Hg,


06-6-2011 dengan kerusakan jaringan vital. N : 80 x / menit,
Jam 14.00 otak yang di tandai Suhu : 36.0 0 C,
dengan Klien mengatakan RR : 20 x / menit,
nyeri pada luka robek di
dahi sebelah kanan, Klien 5
1 2 3 4
tampak kesakitan, Klien - Mengobsevasi keluhan - Skala nyeri 2 (0-10)
tampak memegang nyeri klien
kepalanya, Klien tampak
gelisah, Skala nyeri 5 - Mencatat petunjuk non- - Klien mau
(0-10), GCS : 12 (M verbal berkaitan menujukkan tempat
6, V 3, E 3 ), dengan nyeri. nyeri yang
TD : 120/90 mm Hg, dirasakan
N : 80 x / menit, Suhu :
36.0 0 C, - Menganjurkan klien - Klien mau mengatur
RR : 20 x / menit, untuk berada pada posisi tidurnya
Terdapat luka robek di posisi tidur yang dengan posisi
dahi sebelah kanan. nyaman, kepala 20-300 (
Semi powler )
sesuai yang
dianjurkan perawat
84

5 EVALUASI

No Tggl Diagnosa Keperawatan Catatan perkembangan


1 2 3 4
Sabtu Perubahan perfusi jaringan S :Keluarga klien mengatakan klien
02-6-2011 cerebral berhubungan dengan mengeluh kepalanya terasa sakit
Jam 14.00 peningkatan tekanan intra cranial
yang di tandai dengan keluarga O : - Kesadaran somnolent
klien mengatakan klien mengeluh - GCS : 12 (M6,V3,E3)
kepalanya sakit, klien tampak - Klien tampak gelisah
gelisah, kesadaran somnolent, - Klien tampak teriak-teriak
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : - TD : 120 / 90 mmHg
120/90 mmHg,N : 80 x/menit, - Nadi : 74 x / mnt
0
S : 36.0 C, RR : 20x/menit, - Pernafasan : 20 x / mnt
terdapat luka robek di dahi - Suhu 36.50 C
sebelah kanan, oedem pada
palpebra, klien muntah. A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi selanjutnya


1. Kaji tanda-tanda vital
85

2. Pantau status neurologis dengan


GCS
3. Pertahankan posisi tidur tanpa
mengguanakan bantal
4. Monitor asupan dan
pengeluaran cairan
5. Kaji respon verbal,
II Sabtu Ketidakseimbangan nutrisi S : Keluarga klien mengatakan klien
02-6-2011 kurang dari kebutuhan tubuh belum mau makan
Jam 14.00 berhubungan dengan intake
nutrisi tidak cukup untuk O :
metabolisme yang ditandai - Klien tampak lemah,
dengan Keluarga klien - Porsi makan setengah porsi
mengatakan klien merasa mual yang telah di siapkan oleh RS,
setiap makan, Klien tampak - Bibir klien tampak kering.
lemah, Porsi makan setengah
porsi yang telah di siapkan oleh A : Masalah belum teratasi
RS, Bibir klien tampak kering.
P : Lanjutkan intervensi perawatan
1. Kaji kemampuan klien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Monitor lingkungan selama
makan

1 2 3 4
3. Monitor kadar albumin,total
protein,Hb
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
klien
5. Timbang BB sesuai indikasi
III Sabtu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
02-6-2011 kerusakan jaringan otak yang di masih nyeri pada luka robek di
Jam 14.00 tandai dengan Klien mengatakan dahi sebelah kanan
nyeri pada luka robek di dahi
sebelah kanan, Klien tampak O :
kesakitan, Klien tampak - Klien tampak kesakitan
memegang kepalanya, Klien - Klien tampak memegang
tampak gelisah, Skala nyeri 5 kepalanya
(0-10), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3), - Klien tampak gelisah
TD:120/90 mmHg,N: 80x/ menit, - Skala nyeri 5 (0-10)
Suhu: 36.00 C, RR : 20x/menit, - GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 )
Terdapat luka robek di dahi - TD : 120 / 90 mm Hg
86

sebelah kanan. - N : 80 x / menit


- Suhu : 36.0 0 C
- RR : 20 x / menit
- Terdapat luka robek di dahi
sebelah kanan.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Kaji keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Kaji faktor yang dapat
memperberat dan mengurangi
nyeri
5. Anjurkan klien untuk berada
pada posisi tidur yang nyaman,
6. Ajarkan cara menontrol nyeri
dengan tekhnik nafas
dalam/relaksasi
Berkolaborasi dengn dokter
dalam pemberian obat

1 2 3 4
I Minggu Perubahan perfusi jaringan S:Keluarga mengatakan klien
03-6-2011 cerebral berhubungan dengan mengeluh kepalanya sakit.
Jam 07.00 peningkatan tekanan intra cranial
yang di tandai dengan keluarga O :
klien mengatakan klien mengeluh - Kesadaran somnolent
kepalanya sakit, klien tampak - GCS 12
gelisah, kesadaran somnolent, - Klien terlihat memegangi
GCS:12(M6,V3,E3),TD:120/90m kepalanya
mHg, N:80 x/menit, S : 36.0 - Klien kadang terlihat gelisah
0
C, RR : 20x/menit, - TD : 120 / 90 mmHg
terdapat luka robek di dahi - Nadi : 80 x / mnt
sebelah kanan, oedem pada - Pernafasan : 20 x / mnt
palpebra, klien muntah. - Suhu 36.70 C
- Infus RL 20 tetes / menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi perawatan


1. Kaji tanda-tanda vital
87

2. Kaji status neurologis klien


3. Pertahankan posisi tidur tanpa
menggunakan bantal
4. Pantau asupan dan haluaran
cairan
5. Kaji respon verbal
6. Kolaborasi dengn dokter dalam
pemberian obat
II Minggu Ketidakseimbangan nutrisi S : Keluarga klien mengatakan klien
03-6-2011 kurang dari kebutuhan tubuh belum ada nafsu makan
Jam 07.00 berhubungan dengan intake
nutrisi tidak cukup untuk O :
metabolisme yang ditandai - Klien tampak lemah,
dengan Keluarga klien - Porsi makan setengah porsi
mengatakan klien merasa mual yang telah di siapkan oleh RS,
setiap makan, Klien tampak - Bibir klien tampak kering.
lemah, Porsi makan setengah
porsi yang telah di siapkan oleh A : Masalah belum teratasi
RS, Bibir klien tampak kering.
P : Intervensi di lanjutkan
1. Obervasi kemampuan klien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Pantau lingkungan selama
makan

1 2 3 4
3. Pantau kadar albumin,total
protein,Hb
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
klien
5. Pantau BB sesuai indikasi

III Minggu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
03-6-2011 kerusakan jaringan otak yang di masih nyeri pada luka robek di dahi
Jam 07.00 tandai dengan Klien mengatakan sebelah kanan
nyeri pada luka robek di dahi
sebelah kanan, Klien tampak O :
kesakitan, Klien tampak - Klien tampak kesakitan
memegang kepalanya, Klien - Klien tampak memegang
tampak gelisah, Skala nyeri 5 kepalanya
(0-10), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3), - Klien tampak gelisah
TD:120/90 mm Hg,N:80 x/menit, - Skala nyeri 5 (0-10)
Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit - GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 )
88

- TD : 120 / 90 mm Hg
- N : 80 x / menit
- Suhu : 36.0 0 C
- RR : 20 x / menit
- Terdapat luka robek di dahi
sebelah kanan.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Observasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada
pada posisi tidur yang nyaman,

1 2 3 4
I Senin Perubahan perfusi jaringan S : Klien mengatakan sakitnya sudah
04-6-2011 cerebral berhubungan dengan berkurang
Jam 14.00 peningkatan tekanan intra cranial
yang di tandai dengan keluarga O :
klien mengatakan klien mengeluh - Kesadaran composmetis
kepalanya sakit, klien tampak - GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
gelisah, kesadaran somnolent, - TD: 120 / 90 mmHg
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ), - Nadi : 80 x / menit
TD:120/90mmHg, N : 80 x/menit, - Pernafasan : 20 x / menit
S : 36.0 0 C, RR : 20x/menit, - Suhu : 37.50 C
terdapat luka robek di dahi
sebelah kanan, oedem pada A : Masalah sebagian teratasi
palpebra, klien muntah.
P : Intervensi di lanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital dan
tingkat kesadaran klien
2. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
3. Motivasi keluarga klien untuk
89

mempertahankan posisi kepala


klien
II Senin Ketidakseimbangan nutrisi S : Klien mengatakan mau makan
04-6-2011 kurang dari kebutuhan tubuh walaupun sedikit
Jam 14.00 berhubungan dengan intake
nutrisi tidak cukup untuk O :
metabolism yang ditandai dengan - Keadaan umum tampak lemah
Keluarga klien mengatakan klien - Klien tampak lemah,
merasa mual setiap makan, Klien - Porsi makan setengah porsi
tampak lemah, Porsi makan yang telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di - Bibir klien tampak kering.
siapkan oleh RS, Bibir klien
tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan
1. Obervasi kemampuan klien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Pantau lingkungan selama
makan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
klien
4. Pantau BB sesuai indikasi

1 2 3 4
III Senin Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
04-6-2011 kerusakan jaringan otak yang di nyerinya berkurang
Jam 14.00 tandai dengan Klien mengatakan O:
nyeri pada luka robek di dahi - Kesadaran composmetis
sebelah kanan, Klien tampak - Klien tampak tenang
kesakitan, Klien tampak - Klien tidak gelisah
memegang kepalanya, Klien
tampak gelisah, Skala nyeri 5 A : Masalah teratasi sebagian
(0-10), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3),
TD:120/ 90 mm Hg,N:80x/menit, P : Intervensi dilanjutkan
Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit 1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Obsevasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada
pada posisi tidur yang nyaman,
90

I Selasa Perubahan perfusi jaringan S : Keluarga klien mengatakan kepala


05-06-2011 cerebral berhubungan dengan klien sakitnya berkurang
Jam 14.00 peningkatan tekanan intra cranial
yang di tandai dengan keluarga O:
klien mengatakan klien mengeluh - Kesadaran composmetis
kepalanya sakit, klien tampak - GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
gelisah, kesadaran somnolent, - Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ), - Nadi : 80 x / menit
TD : 120/90 mmHg, - Pernafasan : 20 x / menit
N : 80 x/menit, S : 36.0 0 C, - Suhu : 37.50 C
RR : 20x/menit, terdapat luka
robek di dahi sebelah kanan, A : Masalah teratasi sebagian
oedem pada palpebra, klien
muntah. P : Intervensi dilanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Monitor tanda-tanda
peningkatan perfusi jaringan
serebral

1 2 3 4
II Selasa Ketidakseimbangan nutrisi S : Klien mengatakan mau makan
05-06-2011 kurang dari kebutuhan tubuh walaupun sedikit
Jam 14.00 berhubungan dengan intake
nutrisi tidak cukup untuk O :
metabolism yang ditandai dengan - Keadaan umum tampak lemah
Keluarga klien mengatakan klien - Klien tampak lemah,
merasa mual setiap makan, Klien - Porsi makan setengah porsi
tampak lemah, Porsi makan yang telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di - Bibir klien tampak kering.
siapkan oleh RS, Bibir klien
tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan
1. Obervasi kemampuan klien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Pantau lingkungan selama
makan
91

3. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
klien
4. Pantau BB sesuai indikasi

III Selasa Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
05-06-2011 kerusakan jaringan otak yang di nyerinya berkurang
Jam 14.00 tandai dengan Klien mengatakan
nyeri pada luka robek di dahi O:
sebelah kanan, Klien tampak - Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak - Klien tampak tenang
memegang kepalanya, Klien - Klien tidak gelisah
tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12 ( M 6, V 3, A : Masalah teratasi sebagian
E 3 ), TD : 120 / 90 mm Hg,
N : 80 x / menit, Suhu : 36.00 C, P : Intervensi dilanjutkan
RR : 20 x / menit 1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Obsevasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada
pada posisi tidur yang nyaman
I Rabu Perubahan perfusi jaringan S : Klien mengatakan sakit kepala
06-06-2011 cerebral berhubungan dengan sudah berkurang
Jam 14.00 peningkatan tekanan intra cranial
yang di tandai dengan keluarga
1 2 3 4
klien mengatakan klien mengeluh O :
kepalanya sakit, klien tampak - Kesadaran composmetis
gelisah, kesadaran somnolent, - GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ), - Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
TD : 120/90 mmHg, - Nadi : 80 x / menit
N : 80 x/menit, S : 36.0 0 C, - Pernafasan : 20 x / menit
RR : 20x/menit, terdapat luka - Suhu : 37.50 C
robek di dahi sebelah kanan,
oedem pada palpebra, klien A : Masalah sebagian teratasi
muntah.
P : Intervensi di lanjutkan
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Laksanakan program therafi
dokter

II Rabu Ketidakseimbangan nutrisi S : Klien mengatakan mau makan


06-06-2011 kurang dari kebutuhan tubuh walaupun sedikit
92

Jam 14.00 berhubungan dengan intake


nutrisi tidak cukup untuk O :
metabolism yang ditandai dengan - Keadaan umum tampak lemah
Keluarga klien mengatakan klien - Klien tampak lemah,
merasa mual setiap makan, Klien - Porsi makan setengah porsi
tampak lemah, Porsi makan yang telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di - Bibir klien tampak kering.
siapkan oleh RS, Bibir klien
tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi di lanjutkan
1. Obervasi kemampuan klien
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Pantau lingkungan selama
makan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
klien
4. Pantau BB sesuai indikasi

1 2 3 4
III Rabu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
06-06-2011 kerusakan jaringan otak yang di nyerinya berkurang
Jam 14.00 tandai dengan Klien mengatakan
nyeri pada luka robek di dahi O:
sebelah kanan, Klien tampak - Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak - Klien tampak tenang
memegang kepalanya, Klien - Klien tidak gelisah
tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12 ( M 6, V 3, E A : Masalah sudah teratasi
3 ), TD : 120 / 90 mm Hg, N :
80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, P : Intervensi dilanjutkan
RR : 20 x / 1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Obsevasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada
pada posisi tidur yang nyaman,
93

BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai penutup dalam karya tulis ini, penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan berdasarkan lima tahap proses keperawatan dan memberikan beberapa

saran yang kiranya dapat di jadikan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada klien cedera kepala sedang khususnya dan klien lainnya pada

umumnya

A. Kesimpulan
94

Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dapat penulis tarik berdasarkan

pembahasan pada BAB 4 sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian memegang peranan penting dalam menentukan dan

menggali masalah yang timbul pada kasus cedera kepala sedang yang

ditangani penulis dan dilakukan pada klien dengan penurunan kesadaran,

gelisah mengalami banyak hambatan sehingga diperlukan pendekatan,

tekhinik dan kesabaran.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah pernyataan yang merupakan rumusan suatu

masalah berdasarkan data-data yang terkumpul dan berupa rumusan

tentang respon terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial serta

faktor etiologi yang mempunyai kontribusi terhadap timbulnya masalah

yang perlu diatasi.

Berdasarkan pengkajian maka penulis berhasil merumuskan

diagnosa keperawatan sebagai berikut : perubahan perfusi jaringan

cerebral, defisit perawatan diri dan risiko injury.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah acuan tertulis yang terdiri dari beberapa

intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosa

keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Pada

dasarnya perencanaan ini merupakan suatu proses yang dinamis,

berorientasi pada tujuan dapat berubah-ubah sesuai kondisi klien Tn S .


95

sehingga perencanaan disusun berdasarkan tekhnik pendekatan pada klien

Tn S serta melibatkan keluarga. Rencana tindakan tidak berfokus pada

cedera kepalanya. Rencana tindakan yang berfokus pada cedera kepala

adalah untuk memperbaiki perubahan perfusi jaringan cerebral, defisit

perawatan diri dan risiko tinggi injury

4. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah

dibuat. Adapun pelaksanaannya penulis berhasil melakukan implementasi

sesuai dengan rencana, walaupun dengan berbagai hambatan atau kendala

yang ada sehingga memerlukan modifikasi yang disesuaikan dengan

situasi, kondisi, sarana dan prasarana yang tersedia sehingga dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan

untuk menentukan dan mengetahui seberapa jauh keberhasilan tindakan

keperawatan yang telah di lakukan. Dari 3 diagnosa keperawatan yang

muncul yang berhasil diatasi adalah risiko injury dan defisit perawatan,

sedangkan untuk perubahan perfusi jaringan cerebral teratasi sebagian.

Adapun metode yang digunakan dalam melaksanakan avaluasi

perkembangan ini adalah SOAP.


96

B. Saran
Berdasarkan temuan yang didapatkan selama memberikan asuhan

keperawatan dengan cedera kepala sedang maka penulis mengajukan beberapa

saran yang ditujukan kepada sebagai berikut :


1. Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan sarana dan prasarana

pelayanan keperawatan yang memadai untuk menunjang penatalaksanaan

pada klien dengan cedera kepala sedang, seperti perlu dilengkapinya alat-

alat pemeriksaan fisik dan tersedianya tempat tidur otomatis dengan

pengaman atau bad plang. Mengingat sarana keperawatan dari aspek

dokumentasi berupa belangko dan format-format yang dibutuhkan masih

dirasakan terbatas. Disamping itu bentuk pendokumentasian dari masing-

masing ruang keperawatan lebih belum seragam sehingga penulis

mengharapkan untuk keterlibatan institusi pendidikan dalam

pengembangannya mengingat RS Dr. R. Soedjono Selong adalah

merupakan lahan praktek bagi mahasiswa keperawatan. Tentunya dengan

kerjasama tersebut akan dapat saling mendukung peningkatan mutu

pelayanan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa perawat hendaknya selalu

mengembangkan ilmu pengetahuan, memotivasi mahasiswa, dan

mengembangkan keterampilan praktek labolatorium atau skill lab untuk

meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

akan lebih tanggap terhadap respon klien dan mampu mengevaluasi

keadaan klien dengan cermat.


97

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer ( 2000 ) . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Jakarta,


Brunner & Suddarth, ( 2001 ). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Kus Irianto ( 2004 ). Struktur dan Fungsi tubuh manusia. EGC. Jakarta
Mariliyn E. Doenges, (1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Nanda ( 2010 ). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarata.
Nursalam ( 2001 ) . Proses & Dokumentasi Keperawatan. Edisi Pertama-
Jakarta

RitaYuliani,(2001).Nursingbegin.http://webcache.googleusercontent.com.
tanggal 17 desember jam 16.00

Sandra M. Nettina, ( 2001 ). Pedoman Praktik Keperawatan. EGC. Jakarta


Sylvia A. Price,Lorraine M. Wilson ( 2005 ).Patofisiologi,konsep klinis proses-
proses penyakit. EGC. Jakarta
98

Valerie C. Scanlon Tina Sanders ( 2006 ) . Buku ajar anatomi dan fisiologi.
EGC . Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai