Oleh :
Veronika (2017.C.09a.0912)
Nama : Veronika
NIM : 2017.C.09a.0912
Pembimbing Akademik
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas izin, kuasa dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. Z Dengan Diagnosa
Medis Cesera Kepala Sedang (CKS) Di UGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan
kepada kami oleh Dosen pengajar. Agar kami dapat mengetahui serta memahami
cara menyusun laporan dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang
telah kami peroleh.
Penyusun
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1.1 Definisi Cedera Kepala Sedang (CKS)
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah cedeera mekanik yang secara
langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka dikulit
kepala. Fraktur tulang tengkorak, robekkan selaput otak dan kerusakan jaringan
otak itu sendiri, serta mengakibatkan ganggaun Neurologis.
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2012).
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2013 : 2210).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2011).
Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan
kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat
mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-12.
1.1.2 Etiologi
1.1.2.1 Trauma tumpul
1. Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil
2. Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul
1.1.2.2 Trauma tembus
Luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya (Mansjoer, 2013:3)
1.1.2.3 Jatuh dari ketinggian
1.1.2.4 Cedera akibat kekerasan
1.1.2.5 Cedera otak primer
Adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari
trauma. Dapat terjadi memar otak dan laserasi
1.1.2.6 Cedera otak sekunder
Kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme,
fisiologi yang timbul setelah trauma.
No RESPON NILAI
1 Membuka Mata :
-Spontan 4
-Terhadap nyeri 2
-Tidak ada 1
2 Verbal :
-Orientasi baik 5
-Orientasi terganggu 4
3 Motorik :
- Mampu bergerak 6
-Melokalisasi nyeri 5
-Fleksi menarik 4
-Fleksi abnormal 3
-Ekstensi 2
Total 3-15
1.1.4 Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi
kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar
metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan
asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit / 100
gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan
otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,
fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,
dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Terkena peluru Kecelakaan, terjatuh, trauma
Benda tajam Trauma tajam Trauma Kepala Trauma tumpul persalinan, penyalahgunaan
obat/alkohol
P Perdarahan
Perdarahan, Perdarahan Robeknya Penumpukan Gg. Saraf Fraktur
P kesadaran
hematoma, arteri darah di otak motorik tulang
kesadaran & P TIK
kerusakan meningen P Sirkulasi tengkorak
jaringan Kompensasi volume
Bed rest tubuh yaitu: P P darah ke P Gangguan
vasodilatasi Hematoma
lama kesadaran nafsu makan, ginjal kesadaran koordinasi
& bradikardi epidural
sensori mual, muntah, gerak
Penekanan Anemia disfagia ekstremitas
saraf P P Gangguan
Aliran darah Perubahan P
system kemampuan produksi keseimbangan
ke otak sirkulasi kemampuan P
pernapasan Hipoksia batuk urine
CSS mengenali intake
makanan dan Hemiparase
Hipoksia stimulus Resiko
Perubahan Akumulasi cairan Oligouria / hemiplegi
Gangguan PK: P TIK cedera
pola nafas mukus jaringan
pertukaran
Kesalahan
gas Perubahan
Gg. perfusi interpretasi Gangguan
RR , Batuk tdk pola mobilitas
jaringan Resiko
hiperpneu, efektif, eliminasi fisik
serebral defisit
hiperventil- ronchi, Gangguan urine
volume
asi RR persepsi
cairan
sensori
Pola nafas Bersihan Resiko nutrisi kurang
tdk efektif jalan nafas dari kebutuhan
tdk efektif
Terputusnya
kontinuitas
tulang
Nyeri Resiko
akut infeksi
1.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan cedera kepala yaitu :
1.1.5.1 Gangguan kesadaran
1.1.5.2 Konfusi
1.1.5.3 Abnormalitas pupil
1.1.5.4 Defisit neurologic
1.1.5.5 Perubahan tanda-tanda vital
1.1.5.6 Mual dan muntah
1.1.5.7 Vertigo
1.1.5.8Gangguan pergerakan, ada gangguan penglihatan dan pendengaran.
1.1.6 Komplikasi
1.1.6.1 Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
1.1.6.2 Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga
tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup.
1.1.6.3 Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak
1.1.6.4 Infeksi
1.1.6.4 Hidrosefalus
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Gambaran Kasus
Ny. Z usia 23 tahun datang ke UGD RSUD dr. Dorys Sylvanus Palangkaraya
dengan diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri dibagian kepala belakang dan
sesak nafas, karena 1 jam sebelum dibawa Ny. Z mengalami jatuh dari motor yang
mengenai kepala bagian belakang. Hasil pemeriksaan. TD : 120/90, RR : 26x/menit,
N : 99x/menit, S : 36,8C, SpO2 : 98%.CRT > 2 detik, akral dingin. Jalan nafas bebas,
tidak ada secret dan tidak ada suara nafas tambahan. RR: 26 x/menit, suara nafas
vesikuler +/+, irama nafas tidak teratur, tipe pernafasan dada dan perut. GCS: E (3),
V (4), M (5) = 12 dengan kesadaran somnolen, reflek cahaya 3/3, pupil isokor.
Terdapat luka lecet dan benjolan dibelakang kepala, tidak ada jejas dan tidak ada lesi
di bagian tubuh pasien.
Dipasang infus NaCl 0,9% 20tpm, diberikan suntikan Citicolin 2x500gr, cefotaxim
2x1, ketrolax 2x1, ranitidin 2x1. Dikategorikan dalam triase Kuning. Pasien
mengeluh nyeri di kepala bagian belakang, pasien berbicara tidak jelas dan
mengulang-ulang perkataannya.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas klien / keluarga
Nama : Ny. Z
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : Kamis, 03 Desember 2020
3.1.2 Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri dikepala bagian belakang
3.1.3 Diagnosa Medis : Cedera Kepala Sedang (CKS)
3.1.4 Data Primer
1. Airway : Jalan nafas klien bebas, tidak ada secret,dan tidak ada bunyi
suara nafas tambahan
2. Breathing: RR: 26 x/menit, suara nafas vesikuler +/+, irama nafas tidak
teratur, tipe pernafasan dada dan perut.
3. Circulation: TD: 120/90 mmHg, Nadi: 99x/menit, S: 36,7oC, SpO2 :
98%.CRT > 2 detik, akral dingin.
4. Disability: GCS: E (3), V (4), M (5) = 12 dengan kesadaran Somnolen,
reflek cahaya 3/3, pupil isokor.
5. Exposure: Terdapat luka lecet dan benjolan dibelakang kepala, tidak ada
jejas dan tidak ada lesi di bagian tubuh pasien.
3.1.5 Pasien masuk dengan triase prioritas 2 berwarna : Kuning
3.1.6 Data Sekunder
Femeriksaan Fisik
B1-B6
1. B1 (Breathing)
Tipe pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, bentuk
dada simetris.
2. B2 (Blood)
Palpitasi (-), ictus cordis terlihat,vena jugularis tidak meningkat.
3. B3 (Brain)
Pada pemeriksaan persyarafan Uji Syaraf Kranial didapatkan sebagai
berikut:
Nervus Kranial I : (Olfaktorius) pasien dapat membedakan bau parfum
dengan minyak ayu putih.
Nervus Kranial II : (Optikus) pasien dapat melihat cahaya dan
membedakan warna.
Nervus Kranial III : (Okulomotorius) pasien dapat menggerakkan bola
mata ke atas dan ke bawah.
Nervus Kranial IV : (Troklear) pasien dapat menggerakkan bola mata
secara normal.
Nervus Kranial V : (Trigeminal) pasien dapat mengunyah dan tidak
mengalami gangguan koordinasi gerakan
mengunyah.
Nervus Kranial VI : (Abdusen) pasien dapat mengerutkan dahi.
Nervus Kranial VII : (Facial) pasien dapat menggerakkan alis dan
tersenyum.
Nervus Kranial VIII: (Albitorius) pasien dapat mendengar dengan jelas.
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeal) pasien dapat membedakan rasa
asin, manis dan pahit.
Nervus Kranial X : (Vagus) pasien mampu menelan.
Nervus Kranial XI : (Asesoris) pasien mampu menggerakkan bahu
dan memegang kepala.
Nervus Kranial XII : (Hipoglosal) pasien dapat menjulurkan lidah
keluar.
4. B4 (Bladder)
Frekuensi urin: volume urin ±800 ml/ 24 jam, warna kuning, bau khas
amoniak, tidak terpasang kateter, tidak ada penumpukan cairan /benjolan
saat di palpasi, tidak ada nyeri tekan.
5. B5 (Bowel)
Nafsu makan baik, bibir tampak lembab, gigi lengkap tidak ada karies,
gusi tidak bengkak tidak ada lesi dan peradangan, lidah tidak ada lesi dan
peradangan, mukosa kering, tonsil tidak ada lesi dan peradangan, BAB 1x
sehari warna coklat lembek, bising usus 15x/mnt, tidak teraba massa atau
benjolan, tidak ada nyeri tekan di abdomen. TB : 160 cm, BB sekarang :
55 Kg, BB sebelum sakit : 60 Kg, IMT : 31/ (1,60)2 = 21,48 (Berat
normal)
6. B6 (Bone)
Akral teraba dingin kemampuan bergerak terbatas, ukuran otot simetris,
kekuatan otot klien ekstermitas atas 4 4, ekstermitas bawah 4 4 , dan
tulang belakang normal.
3.1.7 Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 03 Desember 2020 dengan keluhan
nyeri dikepala bagian belakang. 1 jam sebelum dibawa ke Rumah sakit,
pasien mengalami kejadian jatuh dari motor bersama temannya. Pasien
tidak mampu mengingat kronologis saat kejadian berlangsung terjatuh.
Tidak ditemukan nafas bau alkohol pada pasien. Buang air besar dan
buang air kecil normal. Terdapat hematoma pada kepala belakang.
Kesadaran Delirium dengan GCS : E3 V4 M5. TD : 120/90, RR :
26x/menit, N : 99x/menit, S : 36,8C. Dipasang infus NaCl 0,9% 20tpm,
diberikan suntikan Citicolin 2x500gr, cefotaxim 2x1, ketrolax 2x1,
ranitidin 2x1. Pasien dibawa ke RSUD dr. Dorys Sylvanus Palangkaraya
pada pukul 22.00wib untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Di
UGD diberi tindakan dipasang infus NaCl 0,9% 20tpm, diberi injeksi
1. Pola nafas tidak ektif berhubungan dengan hematoma ditandai dengan pasien
sesak nafas
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala ditandai dengan nyeri pada
kepala bagian kelapa belakang dengan skala nyeri 5
1.4 Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak ektif Setelah diberikan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui bagaimana
pola nafas pada pasien
berhubungan dengan selama 1x8 jam diharapkan 2. Monitor bunyi nafas tambahan
kebutuhan oksigenasi pasien 2. Untuk mengetahui jika adanya
hematoma ditandai 3. Monitor frekuensi, irama, bunyi nafas tambahan
terpenuhi dengan kriteria
3. Untuk mengetahui frekuensi,
dengan pasien sesak nafas hasil : kedalaman dan upaya nafas
irama kedalaman dan upaya nafas
4. Posisikan semi fowler atau 4. Posisi semi fowler dan fowler
1. Pasien dapat bernafas
dapat mengurangi rasa sesak
dengan normal fowler
nafas
2. Pasien tidak merasakan
5. Monitor saturasi oksigen 5. Supaya mengetahui jumlah
sesak nafas
oksigen didalam tubuh pasien
3. Tidak bernafas denga alat 6. Berikan oksigen
6. Supaya pasokan oksigen dalam
bantu pernafasan
tubuh pasien dapat bertambah dan
mengurangi rasa sesak
1. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
dengan trauma kepala selama 1x8 jam diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
ditandai dengan nyeri kebutuhan oksigenasi pasien kualitas dan intensitas nyeri
pada kepala bagian kelapa kualitas dan intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri,
terpenuhi dengan kriteria
belakang dengan skala seberapa mengganggukah nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri 5 yang dirasakan oleh klien
3. Kontrol lingkunga yang dapat 3. Ruangan yang terlalu bising dapat
1. Nyeri berkurang (dalam
memperberat rasa nyeri yang
rentang 0-1) memperberat nyeri
dirasakan oleh klien, apalagi klie
2. Pasien dapat merasa
4. Ajarkan teknik akan sulit tidur karena merasakan
nyaman
nyerinya
3. Tidak mengeluh nyeri nonfarmakologis
4. Membantu mengalihkan perhatian
5. Kolaborasi dalam pemberian pasien dari nyerinya ke suatu hal
yang lain.
analgetik
5. Antibiotik yang mencegah serta
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
1.5 Implementasi Keperawatan
Tanda tangan
Hari/tanggal
Implementasi Evaluasi ( SOAP ) dan nama
jam
perawat
Jum’at, 04 1. Monitor pola nafas S : Pasien mengatakan sesak berkurang
Desember 2020/ - Pasien tampak tidak sesak lagi
2. Monitor bunyi nafas tambahan
08.00 WIB - Pasien tampak nyaman
3. Monitor frekuensi, irama, - Irama nafas teratur
kedalaman dan upaya nafas - TTV
4. Posisikan semi fowler atau TD :120/90 N : 98 RR : 24 S : Veronika
36,0
fowler A : Masalah sebagian teratasi
5. Monitor saturasi oksigen P : Pertahankan intervensi :
1. Monitor saturasi oksigen
6. Berikan oksigen