Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Mengajarkan cara makan dan minum kepada


klien dengan defisit perawatan diri

Oleh
Nama

: Puguh Armansyah Prihadi

NIM

: 20111660058

Prodi

: S1 Keperawatan

Fakultas ilmu kesehatan


Universitas muhammadiyah surabaya
2014

TOPIK

1.

Cara mengajarkan makan dan minun dengan baik dan benar pada klien dengan Defisit perawatan
diri

TUJUAN

2.

Tujuan Umum : Klien dapat menjelaskan kembali tentang cara makan yang baik dan benar

Tujuan Khusus :

3.

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x 60 menit diharapkan klien dengan defisit
perawatan diri mampu makan dan minum secara benar , antara lain :

.Memilih makanan dan minuman yang baik untuk dimakan

Klien mampu makan dan minum secara baik dan sopan

Klien mampu makan sendiri tanpa dibantu perawat atau orang lain

Klien mampu makan secara teratur

LATAR BELAKANG
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya

guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi


kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Semua orang dapat mengalami masalah dalam perawatan dirinya, entah itu perawatan diri
mandi, berhias, makan, maupun toileting. Klien dengan gangguan kejiwaan umumnya mengalami
gangguan dalam perawatan dirinya. Salah satu cara untuk membantu klien adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan mengenai deficit perawatan diri. Bukan hanya klien yang
mengalami gangguan jiwa saja yang perlu dilakukan penyuluhan kesehatan, akan tetapi keluarga
klien pun perlu dilakukan penyuluhan kesehatan karena masih banyak yang belum mengetahui
bagaimana cara menghadapi atau merawat klien (anggota keluarganya) dengan deficit perawatan
diri. Karena keluarga akan sangat berperan dalam keberhasilan penyembuhan klien.

5.

SELEKSI PASIEN DAN KELUARGA

Proses seleksi yang dilakukan dengan cara :

Hasil pengamatan sehari-hari


Informasi dari perawat ruangan
Status kesehatan pasien
Pasien yang kooperatif
Pasien dengan defisit perawatan diri

Nama Klien
No

6.

Nama Klien

1.

Nn. A

2.

Sdr. B

3.

Sdr C

Sdr. Z

JADWAL KEGIATAN

Tempat Pelaksanaan

: Ruang Makan Paviliun mawar Rumah sakit jiwa menur

Lama Pelaksanaan

: 60 menit

Waktu Pelaksanaan

: 09.00-10.00 WIB

7.

METODE PELAKSANAAN

Ceramah

Tanya Jawab

Demonstrasi

8.

MEDIA DAN ALAT

Leaflet

Lembar balik

Alat Peraga

9.
a.

PENGORGANISASIAN
Leader

: Puguh Armansyah Prihadi

Fungsi : Memimpin jalannya penkes dan memotivasi klien


b.

Fasilitator

: 1. Heni Kurniawati
2. Hesti Trisnaningrum

Fungsi : Membantu Leader,mendampingi klien dan memotivasi klien


c.

Observer
Fungsi

: Handri Novianti
: Mengamati dan memberikan evaluasi terhadap jalannya penkes

10. Setting Tempat


: Moderator

: Meja Makan

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

11. LANGKAH KEGIATAN


a.

b.

Persiapan

Menyiapkan tempat dan perlengkapan penkes yang dibutuhkan

Memilih klien dan keluarga

Kontrak dengan klien dan keluarga

Orientasi
1. Salam Terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Evaluasi dan Validasi
4. Menjelaskan Tujuan
5. Kontrak Waktu
6. Menjelaskan Prosedur Penkes

c.

d.

Kerja

Menjelaskan pengertian DPD

Menjelaskan jenis-jenis perawatan

Menjelaskan keuntungan merawat Diri

Menjelaskan kerugian tidak melakukan perawatan diri

Menjelaskan cara melakukan makan yang benar

Menjelaskan cara minum yang benar

Menjelaskan adab makan yang benar

Menjelaskan cara berdoa sebelum dan sesudah makan

Terminasi
1. Penyuluh melakukan evaluasi subjektif klien
2. Penyuluh melakukan evaluasi objektif klien
3. Penyuluh bersama klien dan keluarga membuat rencana tindak lanjut (RTL) terkait topik penkes
untuk menerapkan dalam aktivitas sehari-hari

12. EVALUASI

Evaluasi Proses

Evaluasi Hasil

13. LAMPIRAN I

Materi Penyuluhan

14. LAMPIRAN II

Lembar Evaluasi

15. LAMPIRAN III

Leaflet

LAMPIRAN I
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (
Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
JenisJenis Perawatan Diri
1.

Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan


Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri.

2.

Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.


Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.

3.

Kurang perawatan diri : Makan


Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4.

Kurang perawatan diri : Toileting


Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
sabun, sampo dan lain lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: Gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000:20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

penampilan tidak rapi

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang .

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :


1. Data subyektif

Pasien merasa lemah

Malas untuk beraktivitas

Merasa tidak berdaya.

2. Data obyektif

Rambut kotor, acak acakan

Badan dan pakaian kotor dan bau

Mulut dan gigi bau.

Kulit kusam dan kotor

Kuku panjang dan tidak terawat

D. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi

E. Rentang Respon Kognitif


Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1.

Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

Bina hubungan saling percaya.

Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

2.

Membimbing dan menolong klien merawat diri.

Bantu klien merawat diri

Ajarkan ketrampilan secara bertahap

Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3.

Ciptakan lingkungan yang mendukung

Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

.Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan
tertutup.

LAMPIRAN II
LEMBAR EVALUASI

No

Nama

Memperhatikan

Aktif

Mengikuti

Persentase

Klien

selama penkes

dalam kegiatan

kegiatan sampai

(%)

berlangsung
1.

Nn. A

2.

Sdr. B

3.

Sdr. C

4.

Sdr. Z

selesai

Anda mungkin juga menyukai