MUHAMMADIYAH B/IBS/008/2009 00 1 dari 6 LAMONGAN J^itetapkan Uleh: '\ PROSEDUR Tanggal Terbit 20 j yZ*^* .. /U^ \ y TETAP dr. ky Faisol Ama, M.Sc. ; Direktur Utama Desember 2009 Pengertian Anesthesi adalah suatu tindak&n untuk pembiusan sebelum dilakukan tindakan medis - Dokter anesthesi yang dibantu oleh staff asisten anesthesi bertanggungjawab selama pasien berada di kamar operasi baik sebelum, selama maupun sesudah dilakukan pembiusan Tujuan Untuk memastikan tanggung jawab dokter anasthesi dalam menentukan status medis pasien, membuat rencana pengelolaan anasthesi dan memberitahukan kepada pasien atau keluarga mengenai rencana tersebut Kebijakan Pengelolaan, Pra,Durante dan pasca anestesi yang dilakukan kepada pasien untuk memberikan rasa aman dan safety pasien sehingga terhindar dari kesalahan sebelum maupun sesudah dilakukan tindakan pembiusan. Prosedur Dokter anesthesi Pengelolaan pra anesthesi Perawat assisten 1. Mempelajari data rekam medis pasien anesthesi 2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik Membahas riwayat medis, kebiasaan / habituasi, pengalaman anestesi dan therapy obat terdahulu Menilai aspek-aspek kondisi fisik yang dapat mempengaruhi keputusan berkenaan dengan resiko dan penatalaksanaan peri operatif Mengobservasi balance cairan pasien pre operasi PENGELOLAAN PASIEN PRE, DURANTE DAN PASCA ANESTHESI
RUMAH SAKIT Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
MUHAMMADIYAH 00 2 dari 6 B/IBS/008/2009 LAMONGAN 3. Meminta dan / mempelajari nasn-ntasil pemeriksaan llUIi1 konsultasi yang diperlukan untuk melakukan anesthesia, 4. Menentukan medikal pre anesthesi ( pre med ) yang tepat yang diperlukan untuk melakukan tindakan anesthesi 5. Adapun di Kamar Operasi persiapan pra anesthesi yang dilakukan meliputi: a. Persiapan tenaga: Dokter aneshesi Tenaga perawat terlatih anesthesi b. Persiapan alat Mesin anesthesi Pemeriksaan mesin anesthesi secara lengkap pra anesthesi Memastikan fungsi vaporiser dan katub baik Konektor-konektor sempurna / tidak ada kebocoran Masker muka yang sesuai Peralatan intubasi Laringoscope yang berfungsi baik ( konektor, lampu menyala baik ) Ukuran ETT yang sesuai Magil terop/guedel/mayo tube yang sesuai - D.C Shock c. Persiapan obat Obat-obat premedikasi (Narkotik, Analgesik, Sedative) Obat-obat induksi (Barbiturate, non Barbiturate) Obat-obat pelumpuh otot PENGELOLAAN PASIEN PRE, DURANTE DAN PASCA ANESTHESI
SA Stiker label obat atau cairan yang dibutuhkan Pengelolaan durate anesthesi. Sesuai dengan standart pelayanan anesthesi selama pembiusan, pada prinsipnya adalah untuk melakukan pemantauan fungsi-fungsi vital pasien yang dibius, meliputi: 1. Fungsi Pernafasan a. Pemantauan Oksigenasi Memastikan kadar O2 adekuat dalam darah selama pembiusan anesthesia. Dengan metode : Pemantauan saturasi oksigen yang menj adi gold standart menggunakan pulse oxymetri yang memenuhi syarat b. Pemantauan Ventilasi Pasien yang mengalami anesthesi umum harus dibuat evaluasi secara kontinyu tentang keadekuatan ventilasinya Bila dipasang pipa trakeal atau sungkup laryngeal, posisinya yang tepat harus dicek melalui penilaian klinis dan atau melalui udara expirasi Bila ventilasi dikendalikan dengan ventilasi mekanis, maka secara kontinyu harus digunakan alat diteksi terputusnya komponen sistem pernafasan Selama anesthesia umum dan regional, harus dibuat evaluasi keadekuatan ventilasi, paling tidak melalui observasi kontinyu terhadap tanda-tanda klinis kualitatif 2. Fungsi Sirkulasi PENGELOLAAN PASIEN PRE, DURANTE DAN PASCA ANESTHESI
RUMAH SAKIT Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
MUHAMMADIYAH B/IBS/008/2009 00 4 dari 6 LAMONGAN Untuk mamastika- keadekuatan fungsi sirknlatori {jasienl selama anesthesia dengan metode: a. Pada setiap pasien yang menjalani anesthesia harus dipaparkan gambaran EKG secara kontinyu sejak awal anesthesia hingga meninggalkan lokasi b. Dilakukan pemeriksaan dan evaluasi tekanan darah arterial dan laju jantung setiap 5 menit. c. Fungsi sirkulatori harus dibuat evaluasi secara kontinyu, paling tidak dengan salah satu dari yang berikut ini: palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan jelas, tekanan intra arterial, pemantauan jejas, tekanan intra arterial, pemantauan nadi peripheral ultrasound, atau pletismografi atau oximetri pulse 3. Suhu Tubuh Mempertahankan suhu tubuh pasien yang sesuai selama anesthesia dengan metode memantau adanya perubahan- perubahan signifikan suhu tubuh secara klinis diinginkan, diantisipasi atau dicurigai.
1. Dokter Pengelolaan pasca anesthesi
anesthesi 1. Semua pasien yang menjalani anesthesi umum dan anesthesi 2. Perawat regional harus menjalani tatalaksana pasca anesthesi yang assisten tepat yaitu dengan: anesthesi a. Semua pasien yang menjalani tindakan anesthesi harus Perawat UPPA dimasukkan ke UPPA (sebuah unit rawat pasca anesthesi) b. aspek-aspek medis pengelolaan di UPPA harus diatur oleh RUMAH SAKIT Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman MUHAMMADIYAH B/IBS/008/2009 00 5 dari 6 LAMONGAN_______ ab-ijakeailaan dan prosedur y a n gtela k. ditinjau dan, .d l setlij 111 oleh Departemen Anestesiologi dan Reanimasi. 2. Seorang pasien yang dipindahkan ke UPPA harus didampingi oleh seorang anggota tim pengelola anesthesia yang memahami kondisi pasien. Pasien tersebut harus dinilai secara kontinyu dan ditandatangani selama pemindahan dengan pemantauan dan bantuan sesuai dengan kondisi pasien 3. Setelah tiba di UPPA pasien harus dinilai kembali oleh anggota tim pengelola anesthesi yang mendampingi pasien dan laporan verbal diberikan kepada perawat UPPA yang bertanggung awab. c. Kondisi pasien setelah tiba di UPPA harus segera dicatat d. Perawat anesthesi harus memberikan informasi yang berkenaan dengan kondisi pasien selama pra bedah dan jalannya pembedahan / anesthesi kepada perawat UPPA e. Anggota tim pengelola anesthesi harus tetap berada di dalam UPPA sampai perawat UPPA menerima pengalihan tanggung jawab. Kondisi pasien di UPPA harus dinilai secara kontinyu, antara lain: 1. Pemantauan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan suhu. Selama pemulihan penilaian oksigenasi kuantitatif dilakukan dengan pemasangan oksimetri pulse. 2. Harus dibuat laporan tertulis yang akurat selama di UPPA yaitu dengan penggunaan system skor UPPA yang tepat pada saat pasien masuk, selama di UPPA dan saat keluar dari RUMAH SAKIT Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman MUHAMMADIYA B/IBS/008/2009 00 6 dari H LAMONGAN UPPA. 3. Supervisor medis umum dan koordinasi pengelolaan pasien di UPPA merupakan tanggung jawab dokter spesialis anestesiologi 4. Ada suatu kebijaksanaan untuk memastikan tersedianya seorang dokter yang mampu menangani komplikasi dan melakukan resusitasi jantung-paru baik pasien di UPPA maupun saat diperlukan. Seorang dokter spesialis anestesiologi betanggung jawab atas pengeluaran pasien dari UPPA 1. Ada kirteria khusus untuk mengeluarkan pasien dari UPPA. Kriteria ini dapat berbeda untuk pasien yang dipindahkan langsung keruang rawat rumah sakit, IPI atau pulang kerumah (ODS) 2. Pada saat dokter yang bertanggung jawab terhadap pemindahan pasien dari UPPA tidak ada ditempat, maka perawat UPPA akan menentukan apakah pasien memenuhi kriteria untuk dipindahkan dengan tetap konsultasi dengan dokter penanggung jawab terhadap pemindahan pasien dan harus dicatat dalam rekam medis Unit Terkait IBS (Dokter anesthesi, Perawat assisten anesthesi) UPPA