Anda di halaman 1dari 3

PENCERNAAN MAKANAN PADA Paramaecium sp.

Tujuan : Mengamati proses pencernaan makanan secara intraseluler yang terjadi pada
Paramaecium sp.

PENDAHULUAN

Kebanyakan hewan (termasuki manusia) tidak peduli jenis makanannya, mengkonsumsi


makanan yang tidak dapat langsung digunakan oleh sel-sel tubuhnya. Makanan yang
ditelan harus mengalami proses pemecahan (pencernaan) secara fisika dan kimia dari
bentuknya yang kompleks menjadi bentuk yang sederhana. Protein yang terdapat dalam
tempe, tahu, ikan, daging, atau telur akan diurai menjadi asam amino penyusunnya.
Karbohidrat yang terkandung didalam gaplek, ubi, jagung, nasi, atau roti akan dipecah
menjadi monosakarida seperti glukosa dan fruktosa. Sadangkan lemak yang sering kita
makan dalam berbagai bentuknya setelah melalui proses pencernaan akan menjadi asam
lemak dan gliserol. Asam amino, monosakarida, dan asam lemak tersebut kemudian
diserap ke dalam pembuluh darah dan didistribusikan keseluruh sel-sel tubuh untuk
digunakan dalam berbagai proses metabolisme atau disimpan sebagai cadangan makanan.
Sedangkan limbah pencernaan yang tidak digunakan akan dibuang.

Pada hewan-hewan tingkat rendah, seperti pada Protozoa, Porifera, dan Coelenterata,
pencernaan terjadi secara intraseluler, kecuali pada Coelenterata yang juga melakukan
pencernaan ekstraseluler. Pencernaan secara intraseluler adalah proses pencernaan yang
terjadi didalam sel. Makanan yang berukuran kecil ditelan oleh sel melalui sitostom
(mulut sel) seperti pada Paramaecium (Ciliata : Protozoa) atau dengan cara pinositosis
seperti yang dilakukan oleh sel-sel pencernaan pada Porifera dan Coelenterata. Pada
hewan yang bertubuh besar dan lebih kompleks, pencernaan terjadi secara ekstraseluler
yaitu terjadi diluar sel-sel dari organ-organ atau kantung-kantung pencernaan. Dalam
kedua tipe pencernaan tersebut (ekstra dan intraseluler), enzim selalu terlibat didalamnya.
Berbagai jenis enzim ikut terlibat dalam proses penguraian makanan menjadi molekul-
molekul penyusunnya.
Paramaecium sp.(Harris) mempunyai cara makan bersifat holozoik. Vakuola makanan
terbentuk di sitostome, kemudian bersirkulasi di dalam sitoplasma. Sejalan dengan itu
terjadi proses digesti. Pola gerakan vakuola makanan atau dikenal dengan istilah siklosis.
Pada Paramaecium caudatum, siklosis telah banyak dipelajari. Vakuola makanan dari
sitofaring bergerak ke posterior, kemudian ke anterior, dan akhirnya ke arah tengah
mendekati sitostome, dan material limbah dikeluarkan lewat sitopige (sitoprok) (Brusca
& Brusca 1990).

ALAT DAN BAHAN

Alat dan Bahan :

1. Kultur Paramaecium sp.

2. Larutan kanji

3. Ragi

4. Mikroskop

5. Zat warna merah kongo

6. Tusuk gigi

7. Pipet

8. Gelas obyek dan gelas penutup

CARA KERJA

1. Ambil setetes kultur Paramaecium sp. yang telah disediakan, dengan menggunakan
pipet dan teteskan di permukaan gelas obyek.

2. Cari dan amati Paramaeciun sp. dengan mikroskop, setelah didapatkan teteskan satu
tetes larutan kanji pada media dan amati kembali pergerakannya.
3. Dengan menggunakan tusuk gigi, ambil setetes sel-sel ragi yang berwarna merah
karena telah diwarnai dengan Merah Kongo (sel-sel ragi merupakan makanan
Paramaecium), perlahan-lahan tutuplah gelas obyek dengan gelas penutup.

4. Amati dengan mikroskop, perhatikan bagaimana sel-sel ragi masuk kedalam sitostom
kemudian menuju sitoplasma dan membentuk vakuola-vakuola makanan. Vakuola
makanan ini akan menjadi sangat merah dan secara perlahan warnanya akan berubah.

5. Secara periodik (setiap 30 menit) amati vakuola makanan dan catat perubahan
warnanya.

PERTANYAAN

1. Mengapa vakuola makanan mengalami perubahan warna?

2. Enzim apa saja yang terlibat didalam pencernaan sel-sel ragi pada Paramaecium sp.?

3. Bagaimanakan Paramaecium sp. membuang limbah pencernaannya ?

4. Buatlah Tabel seperti dibawah ini tentang sistim pencernaan pada manusia. Lengkapi
kolom yang ada.
No. Organ Proses yang terjadi Enzim yang terlibat Organ yang memproduksi
(mekanis/ enzimatis) enzim

Anda mungkin juga menyukai