Anda di halaman 1dari 3

Sabda Bumi

Belum tampak mendung merenung bumi


Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap Jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja


Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini


Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.
(Puisi Tampa Nama)

Permainya Desaku

Padi mulai menguning


Mentari menyambut datangya pagi
Ayam berkokok bersahutan
Petani bersiap hendak kesawah

Padi yang hijau


Siap untuk di panen
Petani bersukaria
Beramai-ramai memotong padi

Gemercik air sungai


Begitu beningnya
Bagaikan zamrud Khatulistiwa
Itulah alam desaku yang permai.
(Puisi Tampa Nama)

Bencana Melandaku

Lewat suara gemuruh di iringi debu bangunan yang runtuh


Tempatku nan asli terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau Lalap habis aku kehilangan segalanya

Mata dunia Terpengarah menatap heran


Memang kejadian begitu dasyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya Nurani

Tuhan... Mengapa semua ini terjadi..!


Mungkin kami telah banyak Mengingkari mu
Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan Dosa-dosa
Ya... Tuhan ampunilah kami dalam segala dosa.
(Puisi Tampa Nama)

Alam

Ku buka mata
Cahaya pagi menembus kaca jendela
Semerbak mawar merah dan putih merekah
Ku buka jendela
Ku hirup udara nan segar.

Melihat kabut tebal yang masih menyelimuti bumi


Setetes embun membasahi daun
Kicauan indah terdengar di telinga
Angin menembus halus menembus kulit

Ku lihat awan seputih melati


Dan langit sebiru lautan samudra
Kini ku siap menghadapi hari yang baru
Dan indahnya Bumi.
Puisi dari (Vino Tritambayong)

Alam Di Lembah Semesta

Angin dingin kelam berderik


Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahayanya menusuk citra

Pahatan gunung memecah langit


Berselimut awan beralas zambrud
Tinggi dan tajam

Sejak waktu tidak beranjak


Di sanalah snubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak

Cermin ilusi di atas danau


Menikung pohon yang melambai warna
Di Selah Kaki-kaki mengejek Karya-karyanya

Di manakah aku berada...?


Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna

Sungguh jelita permadani ini


Tebarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya
Serasa bertualang di negeri tak bertuan
Puisi dari (Ardian H)

Tanah Airku

Angin berdeir di pantai


Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi Rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawah yang menghijau
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur

Indonesiaku
Tanah tumpah darahku
Jaga dan rawatlah selalu
Di sanalah aku di lahirkan dan di besarkan
Di sanlah aku menutup mata
Ooooh... Tanah airku tercinta
Indonesia jaya.

Anda mungkin juga menyukai