Anda di halaman 1dari 75

JURNAL MANAJEMEN

TRANSPORTASI & LOGISTIK


(JMTRANSLOG)
VOLUME 01 NOMOR 01, MARET 2014 ISSN XXXX -YYYY

Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan Melalui Diversifikasi


Usaha Studi Empirik pada Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut
PT Teduh Makmur, Semarang
Agus Aji Samekto dan Soejanto
Pemberdayaan Karyawan untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Transportasi pada
Dinas Perhubungan Kota Depok, Jawa Barat
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, dan Yuliantini
Airline Fleet Assigment and Schedule Planning: Development Reviews and Look For
Future Research Direction
Aditya Nugroho and Suharto Abdul Majid
Pengembangan Instrumen Antesenden Gap ServQual dan Penerapannya pada
PT Garuda Indonesia
Dewi Nusraningrum, Osman Arofat, dan Yuwono D. Sucipto
Analisis Pemilihan Gudang sebagai Penyimpanan Produk Jadi pada PT. Frisian Flag
Indonesia Tahun 2010
Sarinah Sihombing dan Gires Firera
Kajian Karakteristik Permintaan Penumpang Angkutan Minibus Travel Jakarta
Bandung
Andri Warman, M. Iqbal Firdaus, dan Indri Yusnita
Aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Menyeleksi Pengangkut
berdasarkan Kriteria Supply Chain Management (SCM)
Irwan Chairuddin dan Hanifah

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)


Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti - Jakarta
Jln. IPN No. 2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur 13410
Tel. (021) 851 6050, 856 9350, Faks. (021) 856 9340
Email : stmt@indosat.net.id Website : www.stmt-trisakti.ac.id
Email Jurnal : jmtranslog.trisakti@gmail.com
JURNAL MAN A JEMEN
TRANSPORTASI & L OGISTIK
(JMTRANSLOG)
Volume 01 No. 01, Maret 2014

Daftar Isi
No. Judul Penulis Halaman

1 Strategi Meningkatkan Kinerja Agus Aji Samekto 1 - 15


Perusahaan Melalui Diversifikasi Soejanto
Usaha Studi Empirik pada
Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal
Laut PT Teduh Makmur, Semarang

2 Pemberdayaan Karyawan untuk M. Kadarisman 16 - 30


Meningkatkan Kualitas Pelayanan Cecep Pahrudin
Transportasi pada Dinas Yuliantini
Perhubungan Kota Depok

3 Airline Fleet Assigment and Nugroho Aditya 31 - 45


Schedule Planning : Development Suharto Abdul Majid
Reviews and Look for Future
Research Direction

4 Pengembangan Instrumen Dewi Nusraningrum 46 - 60


Antesenden Gap ServQual dan Osman Arofat
Penerapannya pada PT Garuda Yuwono Sucipto Dwisilo
Indonesia

5 Analisis Pemilihan Gudang Sebagai Sarinah Sihombing 61- 75


Penyimpanan Produk Jadi pada PT Gires Firera
Frisian Flag Indonesia Tahun 2010

6 Kajian Karakteristik Permintaan Andri Warman 76 - 90


Penumpang Angkutan Minibus M. Iqbal Firdaus
Travel Jakarta Bandung Indri Yusnita

7 Aplikasi Analytical Hierarchy Irwan Chairuddin 91 - 105


Process (AHP) dalam Menyeleksi Hanifah
Pengangkut berdasarkan Kriteria
Supplay Chain Management (SCM)

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)


Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti - Jakarta
Jln. IPN No. 2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur 13410
Tel. (021) 851 6050, 856 9350, Faks. (021) 856 9340
Email : stmt@indosat.net.id Website : www.stmt-trisakti.ac.id
Email Jurnal : jmtranslog.trisakti@gmail.com
JURNAL MAN A JEMEN
TRANSPORTASI & L OGISTIK
(JMTRANSLOG)

Pengelola Jurnal Manajemen Transportasi


dan Logistik STMT Trisakti (JMTRANSLOG)

Ketua Penasehat/Pelindung Dr. Tjuk Sukardiman (Ketua STMT Trisakti)


Anggota H. Andri Warman,S.Sos,MM (Waket I)
Miskul Firdaus SE.MM.QIA.(Waket II)
Suparwan CK,AMTrU,MM (Waket III)

Penanggung Jawab Kepala P3M STMT Trisakti


Ketua Penyunting Suharto A. Majid,AMTrU,S.Sos,MM.
Wakil Ketua Penyunting Ir. Irwan Chairuddin MM.
Koordinator Penyunting Pelaksana Dr. Wahyu Wibowo
Anggota Dra. Hanifah MSi.
Sarinah S.Sos.MM.
Ir. Ricky P. Ricardianto MM.
M. Iqbal Firdaus S.Pd.MBA.
Siska Amonalisa SE.

Ketua Penyunting Ahli Prof. Lilik Sofyan Achmad MA.


Anggota Prof. Eryus AK, MSc.PhD.
Dr. M. Kadarisman
Dr. Dewi Nusraningrum

Ketua Penyunting Teknis Copiek Haris Prasetya


Anggota Rony Setiawan S,Komp.
Sartika Kusuma Wardani

Tata Usaha / Sekretariat Selli Lestari Nigrum SE.


Anggota Indri Yusnita SPd.
Sapriadi
Doni Emilia Budhi Astuti S.Sos.
Rahmat Hidayat SH.
Sahal M.S. SE.MM.

Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)


Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti - Jakarta
Jln. IPN No. 2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur 13410
Tel. (021) 851 6050, 856 9350, Faks. (021) 856 9340
Email : stmt@indosat.net.id Website : www.stmt-trisakti.ac.id
Email Jurnal : jmtranslog.trisakti@gmail.com
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal


Laut Melalui Diversifikasi Usaha
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal
Laut Melalui Diversifikasi Usaha
Agus Aji Samekto Soejanto
Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor
( STIMART ) - AMNI Semarang ( STIMART ) - AMNI Semarang
Email : agusajisamekto@yahoo.co.id Email : agusajisamekto@yahoo.co.id

ABSTRAK
Based on a thorough analysis through planning, intervention, evaluation and reflection
cycle process, it is identified that in order to serve customers at optimum level, PT. Andal
Lautan Utama needs to integrate its services and set the companys competitive advantage.
The goal can be achieved through conversion status to a freight forwarding company and
business expansion through diversification and human resource development.
Keywords : Cargo Shipping Expedition, business diversification.

ABSTRAK
Melalui analisis secara menyeluruh yang meliputi proses perencanaan, intervensi, evaluasi
dan refleksi maka diketahui bahwa agar PT . Andal Lautan Utama dapat memberikan
pelayanan yang optimum maka perlu untk mengintegrasikan layanannya dan menentukan
keunggulan kompetitif perusahaan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui perubahan
status menjadi perusahaan freight forwarding dan ekspansi bisnis melalui diversifikasi
dan pengembangan sumber daya manusia.
Keywords : Cargo Shipping Expedition, business diversification.

Pendahuluan Direktur dan beberapa karyawan PT.


Para pengusaha yang bergerak Andal Lautan Utama, Semarang, diperoleh
dalam perdagangan internasional lebih informasi bahwa penurunan omzet karena
cenderung mengurus bisnisnya dari yang dikerjakan masih dua produk jasa,
pada memperhatikan adanya perubahan- yaitu ekspor dan konsolidasi dari minimal
perubahan peraturan perundang-undangan empat produk jasa yang bisa dikerjakan
yang berlaku dalam formalitas ekspor dan oleh freight forwarder, yaitu importer,
impor. Mereka menyerahkan pengurusan/ consignee, MTO dan pergudangan.
penyelesaian barangnya di pelabuhan Sejak 2008 hingga 2012, kinerja
kepada perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal pada semester I (FCL) terus mengalami
Laut (EMKL) atau Freight Forwarding penurunan sebesar 45,25%, sedang
(FF). penjualan pada semester II (LCL) di tahun
Berdasarkan hasil survei yang sama mengalami penurunan sebesar
pendahuluan (kapan?) yang dilakukan 21%.
melalui wawancara mendalam dengan Berdasarkan data tersebut, maka,

1
Agus Aji Samekto, Soejanto

dapat disimpulkan bahwa masalah yang berkaitan (related business) lebih unggul
dialami oleh PT. Andal Lautan Utama adalah dibandingkan dengan yang tidak berkaitan
menurunnya tingkat kinerja perusahaan, (unrelated business).
sehingga dipandang perlu upaya untuk Tidak jauh berbeda dengan
meningkatkan kinerja di perusahaan Jansen, Peter (1998), yang mengusung
tersebut. isu sumber daya manusia, menurutnya;
Dari penemuan terdahulu, untuk meningkatkan motivasi intrinsik,
meminjam Aaker (1989) yang mengangkat maka, perlu dilakukan pengelolaan stressor
isu penelitian keunggulan bersaing pemicu ketidaknyamanan kerja. These
berkelanjutan, maka didapat penemuan preventive efforts may benefit substantially
sebagai berikut; keunggulan bersaing from conceptually integrated measures
berkelanjutan adalah hasil dari sebuah that cover the area of work-related
formulasi dan implementasi strategi yang stressors and stress reactions Intrinsic
sesuai (better fit) yang mengakar pada tiga work motivation proved to be primarily
dimensi praktek manajemen strategik, yaitu determined by elements of the job that make
pada keberhasilan dalam upaya membangun the work challenging and worthwhile, such
basis bagi kompetisi, cara untuk kompetisi as skill variety, autonomy, social contacts
serta pengelolaan arena kompetisi yang and opportunities to learn.
superior. Sebagai basis untuk kompetisi,
maka, ia akan mengakar pada pemilihan Konsep Mengenai Ekspedisi Muata
asset yang tepat, pendayagunaan Kapal Laut (EMKL)
kompetensi dan kapabilitas yang sesuai.
Ekspedisi Muatan Kapal Laut
Keunggulan bersaing adalah sesuatu yang
(EMKL); adalah usaha pengurusan
dicari oleh setiap perusahaan, dan segala
dokumen dan muatan yang akan diangkut
produk dalam pasar yang dimasukinya.
melalui kapal atau pengurusan dokumen
(Ferdinand, 2003).
dan muatan yang berasal dari kapal
Kemudian, meminjam Bettis and (Suyono, 2005).
Hall (1982 ), yang mengusung strategi
Untuk pengurusan ini, EMKL mendapat
diversifikasi menyatakan; terdapat pengaruh
kuasa secara tertulis dari pemilik untuk
antara strategi diversifikasi dengan kinerja.
mengurus barangnya. Di pelabuhan muat,
Begitu pula Bettis and Mahajan (1985),
EMKL akan membantu pemilik barang
menyatakan; bahwa strategi diversifikasi
membukukan muatan pada agen pelayaran,
memiliki pengaruh terhadap kinerja
mengurus dokumen dengan Bea dan Cukai
keuangan dengan menggunakan data
dan instansi terkait lainnya, serta membawa
akuntansi. Sementara, penelitian yang
barang dari gudang pemilik barang ke
dilakukan oleh Stimpert and Duhaime (1997)
gudang di dalam pelabuhan.
menunjukkan hubungan pengaruh langsung
dan tidak langsung antara profitabilitas EMKL memegang peranan yang
industri, diversifikasi bisnis, penelitian dan sangat penting dalam mengurus kegiatan
pengembangan, modal investasi terhadap ekspor baik penyelesaian dengan Bea
kinerja keuangan. Akhirnya, Qian (1999) dan Cukai maupun dengan perusahaan
menemukan bahwa kinerja perusahaan pelayaran dan instansi lainnya. Hal itu
yang melakukan diversifikasi bisnis selaras dengan SK Menhub No. KM
82/AL 305/PHB-85, yang menyatakan

2
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

bahwa; EMKL adalah usaha pengurusan liabilities yang umumnya diperlukan oleh
dokumen dan muatan yang akan diangkut pemilik barang.
melalui kapal atau pengurusan dokumen International Maritim Dictionary
dan muatan yang berasal dari kapal. Untuk (dalam Abdul Rahman, 2004) memberikan
pengurusan ini, maka, EMKL mendapat pengertian freight forwarding adalah;
kuasa secara tertulis dari pemilik untuk 1. Seseorang atau perusahaan yang
mengurus barangnya. melakukan pekerjaan atas nama kapal
atau eksportir dan memberikan perincian
Konsep Mengenai Freight Forwarding secara mendetail tentang pengiriman
Sangat sulit untuk mengartikan barang tereebut;
secara tegas tentang arti freight forwarding, 2. Pengapalan, asuransi dan pengurusan
Irsyaf Syarif (dalam Abdul Rahman, 2004) dokumen-dokumen barang tersebut;
memberikan batasan tentang jasa freight 3. Pengiriman barang dari pelabuhan ke
forwarding, yakni mempunyai tugas daerah yang dituju;
sebagai pengelola jasa dan pengelolahan 4. Pelayanan jasa termasuk pajak bea
jasa tersebut dikatakan sebagai arsitek pada cukai;
transportasi. Dengan kata lain, forwarding
5. Mencarter tempat untuk barang tersebut,
selalu dikaitkan dengan transportasi. Oleh
mempersiapkan LC;
sebab itu, international freight forwarding
adalah merupakan jasa angkutan barang 6. Membuat invoice dan seluruh surat-
umum dengan menggunakan transportasi surat yang berkaitan dengan barang
baik darat, laut maupun udara. yang akan dikirim.
Sementara, Suyono (2005) Berdasarkan kegiatan yang
memberikan pengertian tersendiri tentang dilakukan oleh freight forwarding, maka,
freight forwarder, yaitu badan usaha yang ia benar-benar sebagai arsitek yang unggul
bertujuan untuk memberikan jasa pelayanan dalam pengirim barang tersebut. Sudah
atau pengurusan atas seluruh kegiatan yang barang tentu, keberhasilan pengiriman
diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, barang yang baik tergantung kepada freight
pengangkutan dan penerimaan barang forwarding yang benar-benar memberikan
dengan menggunakan multimoda transport pengelolaan yang baik pula. Di sini, Kitab
baik melalui darat, laut, dan udara. Hukum Dagang Indonesia juga turut
mengatur pengertian freight forwarding;
Kemudian, Freight forwarder juga
yakni ekspeditur --- orang atau lembaga
melaksanakan pengurusan prosedur
yang pekerjaannya menyelenggarakan
dan formalitas dokumentasi yang
pengangkutan barang-barang dagangan
dipersyaratkan oleh peraturan-peraturan
dan lainnya milik orang lain dengan
pemerintah negara ekspor, negara transit,
melalui darat, dan perairan. Berdasarkan
dan negara impor sesuai dengan ruang
hal tersebut di atas, maka, jelas terlihat
lingkup usahanya. Selanjutnya, freight
bahwa freight forwarding berusaha untuk
forwarder juga menyelesaikan biaya-biaya
memberikan jasa pelayanan transportasi
yang timbul sebagai akibat dari kegiatan
yang baik melalui darat laut, dan udara.
kegiatan transportasi, penanganan muatan
di pelabuhan atau gudang, pengurusan Pada mulanya, freight forwarding
dokumentasi dan juga mencakup insurance berorientasi pada konsumer dengan jasa

3
Agus Aji Samekto, Soejanto

angkutan yang meliputi perencanaan Untuk itu, mengingat pentingnya peran


transport logistik, yang merupakan freight forwarder bagi pengiriman barang
pengetahuan yang berhubungan dengan umum, sehingga ia dianggap sebagai
kegiatan yang dibutuhkan untuk physical distribution yang mencakup
menciptakan produk dan jasa yang sesuai beberapa hal yang berhubungan dengan
dengan keinginan konsumen pada saat itu, kegiatan logistik; seperti transportasi,
tempat dan keadaan yang diperlukan. pengelolaan, pengiriman barang dengan
Dalam pelaksanaannya, jasa pengangkutan kapal, gudang, pengepakan, penamaan,
barang umum yang dilakukan oleh pengawasan terhadap kualitas, manajemen
Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) dan dan ketentuan- ketentuan bea cukai.
Ekspedisi Muatan Kapal Udara (EMPU), Penggabungan kesemua kegiatan tersebut
keduanya adalah merupakan perusahaan di atas akan menimbulkan biaya yang
yang melakukan usaha untuk pengurusan rendah bila dilakukan secara keseluruhan
dokumen-dokumen dan pekerjaan yang dibanding pekerjaan tersebut dilakukan
menyangkut penerimaan atau penyerahan secara terpisah-pisah. Perkembangan ekspor
muatan yang diangkut melalui laut untuk barang-barang ke masyarakat internasional
diserahkan kepada/diterima dari perusahaan juga menimbulkan persaingan pasar yang
pelayaran untuk kepentingan pemilik begitu hebat, sehingga dibutuhkan suatu
barang. kenyataan bahwa barangyang ditawarkan
EMPU merupakan perusahaan ke pasar ditentukan berdasarkan kualitas,
yang melakukan usaha untuk pengurusan kuantitas, dan ketepatan waktu. Oleh
dokumen-dokumen dan pekerjaan yang sebab itu, bagi perusahaan-perusahaan
menyangkut penerimaan penyerahan disuatu negara, pengepakan barang
muatan yang diangkut melalui udara dan sistem transportasi yang tepat akan
untuk diserahkan kepada/diterima dari menjadi penentu dalam persaingan untuk
perusahaan pelayaran untuk kepentingan mempertahankan pasar internasional.
pemilik barang. Oleh sebab itu, freight forwarder
Berdasarkan berbagai pengertian Indonesia harus dapat melakukan kerjasama
dan tanggung jawab freight forwarder dengan freight forwarder asing dalam
yang telah diuraikan di atas, maka, dapat rangka pengiriman barang-barang komoditi
disimpulkan bahwa freight forwarder adalah ekspor ke luar negeri --- dan kerjasama
usaha yang ditujukan untuk mengurus dalam bidang penangkutan/pengiriman
semua kegiatan yang diperlukan bagi barang-barang umum. tersebut diupayakan
terlaksananya pengiriman dan penerimaan berdasarkan asas saling menguntungkan.
barang melalui transportasi darat, laut dan Selanjutnya, perusahaan freight forwarder
udara. harus menerapkan ketentuan-ketentuan
hukum nasional dan internasional yang
mengatur beberapa kaidah, misalnya;
Produk Jasa Freight Forwarder
a. Konvensi terhadap pengiriman barang
Freight forwarding bukan hanya dengan melalui jalan darat;
diartikan sebagai arsitek di dalam
b. Konvensi Internasional terhadap
pengangkutan barang, akan tetapi, dapat
pengiriman barang melalui kereta api;
diperluas dengan beberapa peranan dalam
usahanya untuk meningkatkan ekspor. c. Konvensi Internasional terhadap

4
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

pengiriman barang melalui laut Coulter (2002) menyatakan, bahwa strategi


(Konvensi Hague den Hamburg); dan diversifikasi adalah strategi pertumbuhan
d. Konvensi Warsawa tentang pengiriman perusahaan ketika perusahaan melakukan
barang melalui udara. ekspansi operasinya dengan memasuki
e. Ketentuan-ketentuan di atas sangat industri yang berbeda. Rumelt (1986:11)
penting artinya untuk diterapkan dalam menyatakan strategi diversifikasi sebagai
pengiriman barang umum bila freight the firmss commitment to diversify per see;
forwarder Indonesia ingin memasuki together with strengths, skills or purposes
pasar internasional. Ketidaktahuan that span this diversity demonstrated by
terhadap ketentuan di atas dapat the way new activities are related to old
menimbulkan kerugian bagi freight activities.
forwarder nasional bila terjadi sengketa Kemudian, David (2002) membagi tiga
dengan freight forwarder internasional strategi diversifikasi, yakni diversifikasi
terhadap kerusakan dan kehilangan konsentrik, horizontal dan konglomerat.
barang yang dikirimkannya. Diversifikasi konsentrik terjadi ketika
Untuk menciptakan suatu sistem angkutan perusahaan menambah produk atau
terpadu, maka, freight forwarding harus jasa baru, tetapi berkaitan secara luas.
berperan untuk memberikan pelayanan Diversifikasi horizontal terjadi ketika
Door to Door Service yang dimulai dari perusahaan menambah produk atau jasa
pabrik di luar negeri sampai ke Job Site. baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan
Untuk menangani hal tersebut, maka, yang sudah ada, sedang diversifikasi
diperlukan suatu jaringan yang baik dalam konglomerat adalah diversifikasi ketika
beroperasi atau yang bergerak di luar negeri perusahaan menambah produk atau jasa
dan merupakan perwakilan atau agen baru yang tidak memiliki keterkaitan
dari usaha tersebut, maupun di Indonesia. dengan produk atau jasa yang lain.
Sehingga, kesemuanya dapat menjamin Lewat penelitian kualitatif dengan
pelaksanaan forwarding. wawancara yang mendalam, serta subjek
Dalam peningkatan badan usaha ini, penelitian berdasarkan kegiatan ekspor
Gafeksi mempunyai peranan yang penting dengan sistim Full Container Load
dalam menciptakan citra yang baik antara (FCL), kegiatan ekspor dengan sistim
pedagang dan perusahaan angkutan umum Loss Container Load (LCL), dan jenis
internasional. Lewat pembinaan yang kegiatan usahanya yang sama dan dapat
berkesinambungan, dikembangkan suatu dikategorikan sebagai pesaing, maka,
freight forwarding agar bisa berperan serta didapat penemuan terhadap realisasi
dalam globalisasi ekonomi. penjualan PT. Andal Lautan Utama selama
periode 2008 2012, sebagaimana yang
tersebut di bawah ini; :
Definisi Diversifikasi
1. Pada 2008 target yang harus dicapai
Menurut Bettis and Mahajan (1985), 1.429 teus, ternyata, yang terealisasi
diversifikasi bisnis adalah keanekaragaman hanya 1.279 teus, atau hanya mencapai
jenis usaha baik yang saling berkaitan 89 % dari target yang ditetapkan.
(related business) maupun yang tidak saling
2. Pada 2009 PT. Andal Lautan Utama
berkaitan (unrelated business). Selanjutnya
menetapkan target 1.350 teus, namun

5
Agus Aji Samekto, Soejanto

realisasi pencapaian hanya 1.069 teus, penting seperti yang disajikan pada tabel 1
atau hanya mencapai 79 % (lampiran).
3. Pada 2010 target diturunkan menjadi Berdasarkan hasil pemetaan masalah
1.040 teus, hanya tercapai 920 teus, atau yang disajikan pada tabel 1 (lampiran),
88 %. maka, pola masalah dan penyelesaiannya
4. Pada 2011 target kembali diturunkan dirangkum seperti yang disajikan dalam
menjadi 1.000 teus, dan tercapai sebesar tabel 2 (lampiran).
890 teus atau 89 %. Berdasarkan hasil pemetaan
5. Pada 2012 dengan target 900 teus, prioritas penyelesaian masalah, maka,
dengan hasil pencapaian sebesar 825 diperoleh temuan tiga masalah utama yang
teus, atau 92 %. mendasari turunnya penjualan di PT. Andal
6. Terjadi penurunan volume ekspor dari Lautan Utama, yaitu;
PT Andal Lautan Niaga sehingga volume 1. Pengembangan kemampuan bersaing
kerja perusahaan yang bersangkutan PT. Andal Lautan Utama dilakukan
juga menurun. dengan merubah izin usaha sebagai
7. Untuk mendukung kelancaran kegiatan, perusahaan EMKL menjadi freight
pada periode 2006, PT. Andal Lautan forwarding dan memperluas lingkup
Utama juga mengoperasikan trailer wilayah dengan merubah AD/ART;
untuk melayani pengangkutan container 2. Pengembangan produk jasa melalui
ekspor. Prospeknya cukup baik dan diversifikasi usaha yang dilakukan oleh
dapat manambah profit perusahaan. PT. Andal Lautan Utama;
8. Selanjutnya, jasa layanan pergudangan 3. Mengembangkan aktivitas tenaga
yang ditawarkan PT. Andal Lautan penjual untuk memperoleh pelanggan
Utama juga berkembang menjadi lain.

gudang konsolidator yang berizin, dan Berdasarkan hasil analisis data, dan
untuk meningkatkan penjualan kedepan,
dapat disewa oleh perusahaan forwarder
dalam layanan CFS (Container Freight
maka, rencana tindakan yang akan
Station). dilakukan adalah seperti pada Gambar 1
9. Munculnya konsolidator baru juga (lampiran).
berpengaruh pada PT. Andal Lautan
Utama, karena ada (berapa banyak?)
Proses Intervensi
pelanggan yang beralih kepada
konsolidator lain. Pengembangan Kemampuan Bersaing
Analisa terhadap temuan di Langkah pertama yang dilakukan
atas menunjukkan hasil; telah terjadi dalam rangka menghadapi persaingan
penurunan kinerja pada PT. Andal Lautan adalah dengan mengembangkan PT. Andal
Utama. Solusi yang dilakukan antara lain Lautan Utama melalui perluasan izin
melakukan wawancara yang mendalam usaha.
dengan semua research partner yang Meningkatkan status perusahaan
merupakan puncak pimpinan GAFEKSI, dari EMKL menjadi perusahaan yang
perusahaan rekanan, kompetitor, maupun bergerak di bidang jasa freight forwarder
informan, maka, diperoleh beberapa hal dan perluasan lingkup wilayah kerja

6
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

sehingga mampu memberikan pelayanan manusia, khususnya yang mampu atau


one stop shipping kepada pelanggan. bertanggungjawab untuk mengurus
Di sini, terdapat beberapa faktor yang segala kegiatan usaha freight forwarding.
mempengaruhi terwujudnya perubahan Sehingga, dipandang per0lu untuk
dari perusahaan EMKL menjadi freight melakukan langkah-langkah seperti yang
forwarder, di antaranya; disajikan pada Gambar 4 (lampiran).
a. Faktor Internal Selaras dengan itu, hasil wawancara
Meliputi keinginan manajemen PT. Andal mendalam dengan research partner
Lautan Utama untuk mempertahankan menemukan relevant text sebagai berikut:
usaha dan mencapai pertumbuhan, dengan 1. Saat ini, jumlah perusahaan EMK
memanfaatkan peluang yang ada. semakin berkurang karena banyak
b. Faktor Eksternal perusahaan telah merubah izin usahanya
Meliputi semakin banyaknya pesaing menjadi Freight Forwarding
yang merubah status usahanya dari EMKL 2. Lingkup kegiatan yang dilakukan oleh
menjadi freight forwader, serta adanya PT. Andal Lautan Utama hanya sebatas
kecenderungan permintaan pelanggan/ pada EMKL. Dengan menjadi Freight
pemilik barang untuk hanya berhubungan Forwarding, maka, memungkinkan PT.
dengan satu pihak saja, Andal Lautan Utama untuk melakukan
Untuk sampai pada perubahan kegiatan usaha yang lebih luas lagi.
status PT. Andal Lautan Utama sebagai 3. Untuk mendukung PT. Andal Lautan
freight forwarder, maka, perlu dilakukan Utama dalam menjalankan kegiatan
langkah-langkah seperti yang disajikan usaha freight forwarder, maka, diperlukan
pada Gambar 2 (lampiran). pengembangan SDM yang meliputi
karyawan dan tenaga marketing.
Pada tahapan ini juga dilakukan
Pengembangan Produk Jasa PT. Andal pengelompokan terhadap relevant text
Lautan Utama (Diversifikasi Usaha) di atas dengan semua repeating ideas dan
Tindakan selanjutnya yang memberi label berupa tema konseptual yang
dilakukan untuk pengembangan produk jasa dikembangkan. Hasilnya adalah seperti
PT. Andal Lautan Utama adalah melalui yang disajikan dalam Tabel 3 (lampiran).
diversifikasi usaha yang memungkinkan Berdasarkan hasil penelitian yang
untuk menjalankan berbagai bidang usaha ditunjukkan, maka, kemampuan bersaing
yang lebih luas, seperti yang disajikan pada PT Andal Lautan Utama tergolong relatif
Gambar 3 (lampiran). rendah dan berimplikasi pada kinerja yang
semakin menurun, antara lain disebabkan
oleh;
Pengembangan SDM Divisi Marketing
a.Ruang lingkup usaha yang relatif terbatas
Analisis Tindakan ketiga yang dibanding dengan kebutuhan pelanggan,
dilakukan dalam rangka pengembangan yang berimplikasi tidak dapat terlayaninya
divisi marketing dan penyiapan SDM kebutuhan dan keinginan pelanggan.
PT. Andal Lautan Utama menjadi Ketidak puasan pelanggan berimplikasi
freight forwarding, menuntut kesiapan pada banyaknya pelanggan yang beralih
dan keterampilan seluruh sumber daya

7
Agus Aji Samekto, Soejanto

ke perusahaan lain/ perusahaan pesaing. penciptaan nilai dari mata rantai aktivitas
Sebagai solusi terhadap permasalahan yang dilakukan oleh tenaga penjualan.
tersebut adalah: Adapun, langkah konkret yang dapat
1) Meningkatkan kemampuan bersaing dilakukan adalah sebagai berikut;
perusahan melalui perluasan ruang 1) Selalu meningkatkan kompetensi tenaga
lingkup usaha yang didukung oleh penjualan;
kemampuan sumberdaya, kapabilitas 2) Memberikan motivasi kepada tenaga
dan kompetensi yang memadai. penjualan agar mau dan mampu
2) Identifikasi dan pengembangan asset memberikan kontribusi terbaiknya
strategic baik yang termasuk dalam kepada organisasi dengan menerapkaan
aktivitas primer maupun sekunder. system reward yang berbasis pada
3) Menerapkan strategi diversifikasi kinerja
yang berkaitan untuk memenuhi 3) Menerapkan prinsip-prinsip hard working
kebutuhan dan keinginan pelanggan dan smart working (tenaga penjual) serta
dengan mempertimbangkan dukungan sumber daya manusia yang
sumberdaya dan kapabilitas yang memiliki technical knowledge yang
dimiliki oleh perusahaan. mendukung kegiatan usaha.
b. Permasalahan kedua adalah bagaimana 4) Perbaikan proses kerja melalui
mengembangkan produk jasa agar introduksi sebuah sistem manajemen
dapat meningkatkan kinerjanya. kinerja penjualan yang smart- simple,
Langkah konkret yang dapat dilakukan measurable, achievable, reasonable,
berdasarkan hasil penelitian (wawancara transparent memerlukan dukungan
dan praktik kerja di lapangan) adalah positif semua pihak.
sebagai berikut : 5) Pola kerja tenaga penjualan yang terfokus
1) Mengembangkan jasa pelayanan pada pelanggan melalui pengenalan
yang comprehensive mulai dari karakteristik pelanggan dalam bentuk
eksportir shipper, importer consigne, matriks-matriks portofolio pelanggan
MTO dan konsolidasi. dan memiliki informasi atau pengetahuan
2) Secara terus-menerus melakukan pasar yang lebih akurat. Pengetahuan
perbaikan dan peningkatan sumber pasar yang lebih akurat memungkinkan
daya, kapabilitas dan kompetensi tenaga penjualan dapat bekerja dengan
pendukung demi mewujudkan pratik tingkat efisiensi dan efektivitas yang
terbaik tersebut. lebih tinggi.
3) Melakukan berbagai inovasi baru
dalam setiap aktivitas dalam Simpulan.
suatu mata rantai pelayanan yang Pengurusan izin sebagai perusahaan
diberikan kepada pelanggan. freight forwarding dan AD/ART akan
Untuk mengembangkan aktivitas berdampak pada kemampuan bersaing PT.
penjualan, maka, perusahaan yang memiliki Andal Lautan Utama sehingga memiliki
kompetensi dan komitmen yang tinggi peluang untuk meningkatkan kinerjanya.
akan mampu untuk meningkatkan kinerja Selanjutnya, yang harus dilakukan adalah
penjualan dapat dilakukan melalui analisis optimalisasi peran sebagai perusahaan

8
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

freight forwarding telah memberikan Capron (1999), The Long Term Performance
kesempatan kepada PT. Andal Lautan of Horizontal Acquisitions, Strategic
utama untuk memperluas bidang kegiatan Management Journal, Vol. 20,
usaha sebagai eksportir/shipper, importir/ pp.987-1018.
consignee, Multimoda Transport Operator
Chatterjee (1986), Type of Strategy and
(MTO), dan konsolidasi. Aklhirnya,
Economic Value: The Impact of
pengembangan sumber daya manusia
Acquisitions on Merging and Rival
yang disinergikan dengan perubahan status
Firms, Strategic Management Journal,
sangat bermanfaat untuk memperluas
Vol. 7, No.2, pp.119-139.
pangsa pasar dan mendukung kegiatan
usaha sebagai freight forwarding. Christensen and Montgomery (1981),
Corporate Economic Performance:
DAFTAR PUSTAKA Diversification Strategy versus Market
Structure, Strategic Management
Himpunan Peraturan Perundang-
Journal, Vol.2, pp.327-343.
Undangan (2004), penerbit Indonesia
Legal Publishing. Coulter (2002), Strategic Management in
Action, Second Edition, New Jersey:
Abdul Rahman (2004), Peranan
Prentice-Hall.
Internasional Freight Forwarding
dalam Menunjang Peningkatan David (2002), Manajemen Strategis:
Pengiriman Barang Komoditi Ekspor, Konsep, Edisi Bahasa Indonesia.
USU. Diterjemahkan oleh Alexander
Sindoro. Jakarta: Prenhallindo.
Alesn, MR and ME Escuer (2002), The
Impact of Product Diversification Dundas and Richardson (1982),
Strategy on the Corporate Implementing the Unrelated Product
Performance of Large Spanish Firms, Strategy, Strategic Management
Spanish Economic Review, Vol.4, Journal, Vol.3, pp.287-301.
pp.119-137.
Economic and Social Commission for Asia
Amit, R and J Livnat (1988), Diversification nad the Pasific United Nations (1990),
Strategies, Business Cycles and Manual On Freight Forwarding.
Economic Performance, Strategic Penerbit UN-ESCAP.
Management Journal, Vol.9, pp.99-
Elgers and Clark (1980), Merger Types
110.
and Shareholder Wealth Returns:
Barney (1988), Return to Bidding Firms Additional Evidence, Financial
in Mergers and Acquisitions: Management, Vol.9, summer, pp.66-
Reconsidering the Relatedness 72.
Hypothesis, Strategic Management
Fandi Tjiptono (1996), Manajemen Jasa,
Journal, Vol.9, No.1, pp.71-78.
Penerbit Andi Yogyakarta.
Bettis and Mahajan (1985), Risk/Return
Harrison (2003), Strategic Management of
Performance of Diversification
Resources and Relationships, New
Firms, Management Science, Vol.31,
York: John Wiley & Sons.
No.7, pp.785-799.

9
Agus Aji Samekto, Soejanto

Lampiran

Tabel 1 Titik Kritis Masalah

SUMBER
MASALAH
INFORMASI
1. Akte Pendirian Perseroan Terbatas dan AD/ART yang
dipilih oleh PT. Andal Lautan Utama menyebabkan lingkup
usaha terbatas pada lingkup usaha tertentu, yaitu sebagai
Ketua GAFEKSI
EMKL yang melakukan kegiatan sebagai eksportir (shipper)
dan konsolidator dan pada wilayah kerja yang terbatas yaitu
wilayah Provinsi Jawa Tengah
2. Jumlah perusahaan EMKL saat ini semakin berkurang
karena telah banyak perusahaan EMKL tersebut yang telah Pesaing
merubah ijin usahanya menjadi Freight Forwarding
3. Saat ini terdapat kecenderungan pemilik barang lebih
senang hanya berhubungan dengan satu pihak saja yang
akan mengambil alih semua tanggung jawab sejak barang Pelanggan
diserahkan di gudang pengirim sampai barang diterima di
gudang penerima (one stop shipping)
4. Dalam melakukan usahanya, PT. Andal Lautan Utama
bergerak dalam usaha pergudangan, kemudian meningkat
menjadi EMKL dengan fokus pada kegiatan pelayanan
penimbunan barang (konsolidasi) dan pengurusan dokumen
ekspor PT Andal Lautan Niaga sebagai pelanggan utama.

5. Perkembangan pedagangan antar negara serta kemajuan


teknologi pengangkutan berdampak pada timbulnya bisnis
baru dibidang jasa Freight Forwarding dengan lingkup
kegiatan lebih luas dibanding EMKL Direktur PT. Andal
6. PT. Andal Lautan Utama hanya terpaku pada pelanggan Lautan Utama
tunggal sehingga ketika terjadi penurunan volume ekspor
dari PT Andal Lautan Niaga mengakibatkan volume kerja
juga menurun yang selanjutnya berdampak pula pada
penurunan penjualan.

7. Keterbatasan sumber daya manusia yang harus memenuhi


persyaratan keahlian yang dibuktikan dengan sertifikat
sehingga perlu mengikutsertakan karyawan pada pelatihan
Basic Freight Forwarding Course (BFC)

Sumber : Data primer yang diolah , 2011

10
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

Tabel 2 Prioritas Penyelesaiaan Masalah


MASALAH SUMBER PRIORITAS
MASALAH MASALAH
Temuan pada item 1, 2, 3
mengarahkan peneliti pada
Analisis 1 perlunya mengembangkan
kemampuan bersaing yang
perlu dimiliki oleh PT Andal
Lautan Utama.
Temuan pada item 3, 4, 5 Internal
mengerahkan peneliti pada (PT. Andal Priorotas Utama
Analisis 2 perlunya mengembangkan Lautan Utama)
produk jasa/diversifikasi usaha
PT. Andal Lautan Utama.
Temuan pada item 6 dan 7
mengarahkan peneliti
Analisis 3 mengenai perlunya mengem-
bangkan aktivitas tenaga
penjual.
Sumber : Data primer yang diolah , 2011

Gambar 1 Riset Tindakan

Pengembangan kemampuan bersaing

Pengembangan produk jasa (diversifikasi Meningkatkan


usaha) kinerja

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Gambar 2 Proses Perubahan Status Perubahan PT. Andal Lautan Utama


menjadi Freight Forwarder

Komitmen Manajemen Kesiapan Berkas


Puncak PT. Andal Lautan Persyaratan Pengajuan
utama Perijinan

Perubahan Status PT. Andal


Lautan Utama menjadi
Freight Forwarder

11
Agus Aji Samekto, Soejanto

Gambar 3 Proses Diversifikasi Usaha PT. Andal Lautan Utama

PT. Andal
Lautan Utama

(FF)
PT. Andal Eksportir
Lautan Utama Diversifikasi
Usaha (Shipper)
(EMKL)
Peningkatan
Importir Penjualan PT.
Eksportir (Consignee) Andal Lautan
(Shipper) Utama
MTO
Konsolidasi

Konsolidasi

Gambar 4 Proses Pengembangan SDM

Motivasi
Tenaga
Marketing

Hard
Working

Smart
Peningkatan
Working Aktivitas SDM Penjualan PT.
Andal Lautan
Utama
Technical
Knowledge

12
Meningkatkan Kinerja Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut Melalui Diversifikasi Usaha

Tabel 3 Repeating Ideas dan Tema Konseptual yang Dikembangkan

Repeating Ideas Tema Konseptual


Memperbaharui perizinan PT. Andal Lautan Keunggulan Bersaing
Utama menjadi Freight Forwarding
Mengembangkan berbagai kegiatan usaha Diversifikasi Jasa
yang tercakup dalam freight forwader
Melakukan pelatihan karyawan agar Pengetahuan dasar karyawan
memiliki keahlian dan bersertifikat dalam
memenuhi persyaratan utk perusahaan
freight forwarder dan mendorong karyawan
divisi marketing untuk melakukan kegiatan
pemasaran
Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Gambar 6 Pengembangan Tema Konseptual Dalam Rangka


Peningkatan Kinerja PT. Andal Lautan Utama

Konsolidasi

Smart working Aktivitas SDM

Hard working

Motivasi

Konsolidasi

MTO Diversifikasi Produk Kinerja Perusahaan


Jasa
Importir/Consignee

Eksprotir/Shipper

Sustainable
Merubah Status sebagai Perusahaan Competitive
EMKL menjadi freight forwarding Advantage

13
Agus Aji Samekto, Soejanto

14
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan
Kualitas Pelayanan

Civil Servant Empowerment to Improve Transportation


Service Quality

Muh. Kadarisman Cecep Pahrudin Yuliantini


Universitas Muhammadiyah STMT Trisakti STMT Trisakti
Jakarta stmt@indosat.net.id stmt@indosat.net.id
pascasarjana@ymail.com

ABSTRACTS
Employee empowerment at the City of Depok Transportation Agency analyzed through
descriptive, quantitative and qualitative approaches, has found that the employees
motivation increases in line with the provision of fair punishment-reward system.
Keywords: Civil Servant Empowerment, Quality Service

ABSTRAK
Pemberdayaan karyawan pada Dinas Perhubungan Kota Depok, ditunjang dengan metode
deskriptif dan lewat pendekatan kualitatif dan kuantitatif, maka, semangat kerja karyawan
akan lebih meningkat jika dibarengi dengan penerapan prinsip balas jasa dan hukuman
yang berkeadilan.
Katakunci: Pemberdayaan Karyawan, Kualitas Pelayanan

Pendahuluan Perhubungan Kota Depok sebagai


Idealisme tentang better government perwujudan pengabdian pada masyarakat
management telah mengharuskan Di- dalam mendorong aktivitas perekonomian,
nas Perhubungan Kota Depok, untuk serta lebih menumbuhkembangkan iklim
secepat mungkin mengikuti dan yang sehat dalam layanan perhubungan,
mengimplementasikan paradigma baru sehingga mampu meningkatkan kualitas
untuk meningkatkan kapasitasnya di pelayanan (Gaspersz, 2002). Antara lain,
bidang pelayanan transportasi dalam melalui pemberdayaan karyawan. Hal
rangka tercapainya kesejahteraan ma- inilah yang menjadi fokus penelitian
syarakat. Selain sebagai dampak dinamika penulis berkaitan dengan kualitas
lingkungan sosial, dan kemajuan ilmu pelayanan karyawan Dinas Perhubungan
pengetahuan dan teknologi di bidang Kota Depok pada ... - ...?
transportasi, hal tersebut sudah seharusnya Sesungguhnya, Pemerintah Kota
dilakukan oleh seluruh karyawan Dinas Depok dan Dinas Perhubungan telah

1
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

banyak memberdayakan karyawannya Perhubungan Kota Depok; 4. Kabid Lalu


terkait pelayanan transportasi, namun, Lintas Dinas Perhubungan Kota Depok;
dalam praktik penyelenggaraannya, masih 5. Kabid Pengendalian dan Operasi Dinas
terdapat indikasi rendahnya kompetensi Perhubungan Kota Depok. Dan selanjutnya
karyawan sehingga berdampak pada informan level operasional (informan
kualitas pelayanan transportasi yang tidak pendukung) yaitu masyarakat pengguna
maksimal. Indikasi tersebut didukung hasil lalu lintas jalan di Kota Depok.
observasi awal di tempat penelitian; antara Adapun, data primer ke dua,
lain berupa pelayanan transportasi yang digali lewat instrumen kuesioner dengan
kurang nyaman, kurang aman, kurang cepat, menggunakan metode Proportional
sarana dan prasarana jalan raya yang belum Ramdom Sampling, agar semua populasi
sesuai dengan pertumbuhan kendaraan, memperoleh kesempatan yang sama untuk
disiplin karyawan dan pengguna jalan menjadi sampel, dan semua responden
masih kurang, biaya siluman, merugikan pada masing-masing subunit pada Dinas
masyarakat pengguna jalan. Untuk itu, Perhubungan Kota depok terwakili.
maka, perlu adanya langkah-langkah Selanjutnya, dari populasi 209 orang
konkret dan terpadu untuk mengatasi dilakukan dengan rumus n = {NZ2 * p
persoalan tersebut, di antaranya dengan (1-p)}/ {Nd2 +Z2 * p (1-p) } (Sugiarto, dkk
pemberdayaan karyawan (Stewart, 1998) (2001) sehingga diperoleh sampel sebesar
(Blanchard, et al. 2002), (Clutterbuck, et 135 orang. Lalu, ditambahkan dengan
al. 1995). data sekunder, yang meliputi dokumen,
Metode penelitian yang digunakan hasil penelitian, buku, jurnal serta berbagai
dalam tulisan ini adalah metode deskriptif, literatur yang relevan.
dengan pendekatan gabungan kualitatif
dan kuantitatif (Brannen, 2005) (Creswell,
2002) atau Mixed Methods Research (Elvia Variabel Pemberdayaan Karyawan
Shauki, 2004). Selanjutnya, data primer Dimensi Mengembangkan Visi
dikumpulkan dengan media wawancara Bersama (Envision)
mendalam (indepth interviews) dengan
Dalam mengembangkan visi
beberapa narasumber terpilih (informan)
bersama, maka, keterlibatan karyawan
yang menguasai substansi penelitian,
menjadi sangat penting karena visi tersebut
pokok permasalahan, serta tujuan dan
bakal menjadi milik bersama (sense
memiliki akses dengan objek penelitian
of belongingness) pula. Selanjutnya,
(Moleong, 2006).
dalam mengembangkan visi organisasi
Pada akhirnya, penentuan informan diperlukan keterlibatan secara total
dilakukan dengan metode Purposive seluruh elemen organisasi If you and
Sampling. Informan seluruhnya berjumlah your staff are clear about ends, then
15 orang, terdiri atas 5 orang informan yang means can be left to individuals to decide,
mewakili posisi jabatan top manajemen provided certain parameters are set.
(informan kunci --- key person) yaitu Sebab, dengan envision, tiap karyawan
1. Kepala Dinas Perhubungan Kota akan berprinsip none of us is as strong as
Depok; 2. Sekretaris Dinas Perhubungan all of us. Dengan dilibatkannya seluruh
Kota Depok); 3. Kabid Angkutan Dinas karyawan dan stakeholders lainnya dalam

2
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

envision pada organisasi, maka, hal ini karyawan akan selalu sejalan atau searah
akan menciptakan team work yang sangat dengan tujuan organisasi.
kokoh. Envision yang diciptakan secara
harmonis dari seluruh karyawan baik
secara topdown maupun button up, akan Dimensi Mendidik Pegawai/Karyawan
lebih berkualitas daripada visi yang dibuat Sejatinya, di kalangan karyawan,
oleh sedikit karyawan atau bahkan hanya terdapat keinginan untuk mengembangkan
diciptakan oleh pimpinan. dan meningkatkan pendidikan, baik formal
Hasil tersebut di atas didukung maupun informal, serta mengikuti berbagai
oleh hasil kuesioner yang menunjukkan, jenis pelatihan (trainning) dan sejenisnya
sebanyak 68,89% karyawan menyatakan yang terkait dengan pekerjaannya.
perlu jika dalam mengembangkan Oleh sebab itu, seyogianya,
visi, seluruh unit kerja turut dilibatkan Pemerintah Kota Depok menyediakan
untuk memberikan masukan berupa ide, biaya yang cukup untuk hal tersebut.
pendapat, gagasan, dan saran, sehingga Hasil observasi juga menunjukkan,
visi unit kerja menjadi milik bersama bahwa sebagian besar karyawan Dinas
(sense of belongingness). Sedang dari Perhubungan Kota Depok menghendaki
hasil observasi menunjukkan bahwa tidak agar pimpinan dapat mengusahakan
seluruh karyawan Dinas Perhubungan dan memberikan prioritas pada
Kota Depok dilibatkan dalam perumusan usaha pengembangan kemampuan,
visi organisasi tersebut. Walau begitu, baik pengetahuan, keterampilan dan perilaku
secara langsung maupun tidak langsung, pada para karyawannya. Hasil kuesioner
sebagian besar karyawan dari masing- menunjukkan, sebagian besar karyawan
masing unit terlibat dalam kegiatan ini. menyatakan perlu (72,59%) dan
Keterlibatan langsung berarti secara aktif sangat perlu (18,52%), jika pimpinan
duduk bersama dalam merumuskan visi menyarankan para karyawan untuk
organisasi --- sementara, keterlibatan tidak mengikuti pendidikan formal yang
langsung adalah menyiapkan bahan-bahan berkaitan dengan pekerjaannya.
atau data terkait dengan pokok bahasan.
Secara umum, tingkat pendidikan
Pengembangan visi bersama tersebut karyawan Dinas Perhubungan Kota
juga dilakukan ketika unit organisasi Depok adalah; Sekolah Lanjutan Tingkat
membuat misi serta arah kebijakan unit Atas (SLTA) sebanyak 154 orang,
organisasi yang merupakan penjabaran berpendidikan Diploma sebanyak 7 orang,
dari visinya. Dengan demikian, visi Strata Satu (S-1) sebanyak 24 orang, Strata
yang dijabarkan menjadi milik bersama, Dua (S-2) sebanyak 8 orang, dan sisanya
sehingga menjadi team work yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
harmonis, bersatu dan bersemangat. Selaras Pertama (SLTP) dan Sekolah Dasar
dengan itu, pemberdayaan karyawan bisa (SD) masing-masing sebanyak 8 orang.
dibangun pada saat organisasi atau unit Dalam pada itu, karyawan yang berstatus
kerja tersebut menetapkan visinya --- Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah
di samping perlu dilakukan pertemuan 152 orang, sedang yang berstatus out
secara periodik terkait pengembangan sourcing sebanyak 45 orang.
visi organisasi, sehingga, dalam bekerja,
Dengan demikian, dalam member-

3
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

dayakan karyawan, Dinas Perhubungan Akibatnya, sarana dan prasarana


Kota Depok perlu mendidik (educate) menjadi kendala utama ketika akan
karyawan dengan menyarankan untuk memberi pelayanan kepada masyarakat,
mengikuti pendidikan formal, informal, serta stakeholders lainnya. Namun, walau
pelatihan, penataran/lokakarya maupun dengan kondisi sarana dan prasarana yang
berbagai diskusi ilmiah atau seminar apa adanya, hasil observasi menunjukkan
dan sejenisnya yang berkaitan dengan bahwa hal itu tidak menjadikan lemahnya
pekerjaan maupun untuk pengembangan pelayanan yang ada.
jangka panjang.

Dimensi Mengungkapkan Keinginan


Dimensi Menghindarkan Rintangan (Express)
(Eliminate) Selama ini, masih terjadi ada kar-
Akibat dalam menjalankan peker- yawan yang kurang memahami apa yang
jaannya, karyawan Dinas Perhubungan diinginkan pimpinan darinya. Bahkan,
Kota Depok tidak terlepas dari berbagai masih ada karyawan yang kurang
rintangan (eliminate), maka, diperlukan memahami tujuan unit organisasinya.
adanya peningkatan kemampuan untuk Dengan kata lain, karyawan semata-
menumbuhkembangkan berbagai kreativi- mata bekerja berdasarkan job description
tas atau inovasi di dalam menyelesaikan tanpa berusaha menyelaraskan pekerjaan
tugas-tugasnya. Misalnya, memperpendek dengan keinginan atau tujuan dari unit
jalur birokrasi terkait pelayanan bidang organisasinya.
transportasi, dan mengevaluasi berbagai Hasil kuesioner menunjukkan, 64,44
peraturan yang menghambat proses % responden karyawan menyatakan sangat
pelayanan transportasi. Hasil kuesioner perlu pimpinan mengungkapkan pujian
terlihat, ada 88,89% responden menjawab; dan penghargaan atas keberhasilannya
bagi pimpinan perlu untuk menghindarkan dalam memberikan pelayanan yang
berbagai peraturan yang menghambat baik kepada masyarakat. Di samping
pekerjaan seluruh karyawan --- sistem atau itu, karyawan juga menyatakan sangat
prosedur kerja yang berbelit-belit sehingga perlu jika pimpinan mengungkapkan
menghambat percepatan pekerjaan para kesalahan yang dilakukan karyawan
karyawan atau pegawai --- termasuk lewat pendekatan yang lebih manusiawi.
pekerjaan dari unsur pimpinan. Dalam hal ini, pimpinan organisasi perlu
Untuk itu, maka, diperlukan mengungkapkan pujian dan penghargaan
kemampuan dalam menghindarkan iklim (reward) atas keberhasilan atau prestasi,
kerja fisik (misal suhu, suara, sinar) yang sebaliknya, harus tegas, adil dan berani
mengganggu pekerjaan karyawan. Hasil dalam mengambil tindakan (punishment)
observasi menunjukkan, kendala utama kepada karyawan yang terbukti melanggar
yang dihadapi Dinas Perhubungan Kota aturan yang berlaku.
Depok adalah kantor atau gedung Dinas Dalam praktiknya, karena karyawan masih
Perhubungan Kota Depok, selain masih jarang mendapatkan penghargaan khusus
berstatus kontrak, kondisinya juga sangat jika berhasil menyelesaikan pekerjaannya
sederhada serta terkesan seadanya. dengan cepat dan baik, maka, hal tersebut

4
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

tidak menjadi pemicu bagi karyawan untuk menumbuhkan potensi serta keyakinan diri
bersaing dalam berbuat terbaik ketika yang kuat bagi segenap karyawan, bahwa,
menjalankan pekerjaannya. sesungguhnya, ia mampu memberikan
yang terbaik bagi pekerjaannya jika diiringi
kemauan kuat sesuai dengan prinsip there
Dimensi Memberi Semangat (Enthuse) is a will there is a way.
Tidak ada yang bisa memungkiri, Hasil observasi menunjukkan
pemberian semangat dapat ditunjukkan Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok
oleh pimpinan yang selalu memberikan cukup memberikan semangat kepada
semangat bekerja, dan membantu bawahan para karyawannya. Hal tersebut terlihat
dalam berbagai kesulitan yang tengah di dengan semangat yang ditunjukkan; yakni
hadapinya. Hal tersebut dapat dipahami, kehadiran tepat waktu, dan pulang sampai
pimpinan yang selalu memberdayakan pada jam yang telah ditentukan bahkan
karyawannya adalah dengan selalu lebih. Khususnya jika sedang dinas
berusaha memberi semangat kepada atau langsung ke lapangan. Selain itu,
seluruh karyawannya, misalnya dengan pemberian semangat oleh unsur pimpinan
memberikan motivasi kerja, mendorong juga ditunjukkan berupa dalam hal
tumbuhnya pikiran inovatif/kreatif (Adair, penghargaan bagi karyawan berprestasi
2008). Sebaliknya pimpinan yang tidak yang diberikan reward; misalnya promosi,
memberikan semangat, maka, hal tersebut diikutkan dalam pelatihan-pelatihan lebih
pasti akan berakibat turunnya motivasi lanjut, serta dirotasi pada unit lain yang
kerja para karyawannya. lebih menantang sebagai uji kemampuan,
Selaras dengan itu, memberi sehingga, suatu saat yang bersangkutan
semangat langsung, adalah model siap untuk dipromosikan pada jenjang
pimpinan yang selalu menciptakan iklim, jabatan yang lebih tinggi.
mengajak secara persuasif maupun
dengan perangsang (stimulus) tertentu,
baik imbalan material maupun immaterial Dimensi Memberi Perlengkapan
kepada karyawan di bawahnya. (Equip)

Hasil kuesioner menunjukkan, Untuk hal yang satu ini, sejatinya,


71% responden menjawab pimpinan dengan memberikan perlengkapan secara
perlu memberikan semangat (enthuse) maksimal, maka, akan memperlancar
kepada para karyawan di bawahnya dan meningkatkan dorongan bagi para
dalam program peningkatan kualitas karyawan untuk menjalankan aktivitas
pelayanan transportasi kepada masyarakat. kerjanya dengan lebih bersemangat, lebih
Di samping itu, pimpinan juga perlu baik, dan lebih cepat. Begitu yang terjadi
memperhatikan hasil kerja para karyawan sebaliknya, perlengkapan yang sangat
agar semangat kerjanya tidak menurun. minim atau seadanya akan berakibat
Pemberian semangat secara langsung menurunnya semangat atau motivasi para
yang dilakukan oleh pimpinan kepada karyawan dalam beraktivitas.
segenap karyawannya, dapat dilakukan Saat ini, tuntutan untuk perlengkapan
dengan pendekatan personal touch. Secara kantor yang lebih memadai semakin
psikologis, cara ini dipandang tepat untuk mendesak. Tidak hanya sebatas pada

5
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

komputerisasi peralatan, di dalam era mendesak, sekaligus merupakan jawaban


otonomi daerah, muncul pula keinginan dari pertumbuhan ekonomi masyarakat
untuk melaksanakan E-Government, agar Kota Depok yang semakin tinggi dengan
masyarakat maupun stakeholder dapat kondisi masyarakat yang bergerak dinamis
lebih mudah mendapatkan informasi yang dalam segala aspek.
dibutuhkan ketika ingin mendapatkan
pelayanan di bidang transportasi. Hal ini
selaras dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Dimensi Melakukan Evaluasi
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Selanjutnya, dalam evaluasi terhadap
Nasional Pengembangan E-Government. kualitas pelayanan bidang transportasi,
Kebutuhan akan perlengkapan, terdapat indikator-indikator penilaian
tampak dengan jelas dalam dimensi terhadap meningkatnya kuantitas pela-
indikator; yakni perlunya pimpinan yanan transportasi dari para pegawai; yang
memberi perlengkapa yang memadai meliputi penilaian terhadap meningkatnya
bagi PNS yang ada dalam unit kerjanya; kualitas pelayanan transportasi dari para
pimpinan perlu memenuhi kebutuhan pegawai; meningkatnya kemampuan para
keuangan yang memadai dalam unit kerja pegawai dalam melayani masyarakat;
yang ada; pimpinan perlu melengkapi dan penilaian terhadap hasil kerja para
metode kerja yang memadai dalam unit pegawai dalam pelayanan transportasi
kerja para pegawai; pimpinan perlu kepada masyarakat.
melengkapi informasi yang memadai Lebih lanjut dijelaskan, sebaiknya,
tentang keinginan masyarakat akan tiap tahun, evaluasi berdasarkan LAKIP
pelayanan transportasi yang diinginkan. (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah)
Indikator tersebut di atas, selaras dengan tidak cukup dilakukan oleh unsur pimpinan
jawaban sebagian besar responden tertinggi di unit organisasi tersebut, tetapi
(77,04%) yang menyatakan; pimpinan juga dilakukan oleh pimpinan di bawahnya
sangat perlu memberi perlengkapan --- dengan secara hirarkhis --- sehingga
kantor yang memadai, sehingga dapat penilaian baik segi kualitas maupun
mempercepat penyelesaian pekerjaan yang kuantitas pekerjaan maupun kemampuan
menjadi tanggung jawabnya. keseluruhan karyawan akan semakin
Berpegang pada hal tersebut di atas, lengkap dan dinilai dengan objektif.
maka, unsur sarana kerja menjadi hal Pelaksanaan evaluasi perlu dilakukan
yang sangat penting bagi unit organisasi dalam waktu pendek, misalnya tiap
dalam mencapai kinerja yang maksimal. triwulan atau per semester, bukan dalam
Tidak cukup sampai di situ, bahkan, jangka panjang. Hal ini dimaksudkan, bila
masyarakat juga merespon positif jika ditemukan adanya indikasi kendala atau
Dinas Perhubungan Kota Depok memiliki hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan,
sarana dan prasarana kantor yang memadai, maka, akan segera diperbaiki sehingga
sehingga pelayanan akan menjadi lebih pada akhir tahun dapat dicapai hasil yang
maksimal dan masyarakat menjadi puas. maksimal.
Dengan kata lain, masyarakat menilai,
terpenuhinya sarana prasarana perhu-
Dimensi Mengharapkan Keberhasilan
bungan adalah merupakan kebutuhan yang
dan Munculnya Permasalahan (Expect)

6
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Secara umum, dimensi ini mengan- meningkatkan semangat kerja karyawan.


dung jika pimpinan selalu mengharapkan
keberhasilan dan mengharapkan muncul-
nya permasalahan yang terdapat pada Variabel Kualitas Pelayanan Bidang
pekerjaan yang dilakukan karyawan di Transportasi
bawahnya, maka, hal tersebut juga dapat Dimensi Ketepatan Waktu
meningkatkan munculnya semangat kerja
Pelayanan yang efektif dalam
bagi para karyawan. Dengan kata lain,
bidang transportasi adalah meliputi tepat
pada intinya, seorang pimpinan tidak
sasaran dan waktu, serta, sesuai dengan
saja mengharapkan keberhasilan, namun,
keinginan stakeholders di bidang tersebut.
dengan lapang dada juga mau menerima
Untuk mengejawantahkan hal tersebut,
kemunculan permasalahan yang di hadapi
maka, setiap karyawan Dinas Perhubungan
bawahan dalam praktik memberikan
Kota Depok harus memahami siapa
pelayanan, terutama, atas pekerjaan yang
pelanggan, dan bagaimana pelayanan
baru pertama kali dilakukannya.
yang diinginkannya. Dengan mengetahui
Hasil kuesioner menunjukkan seba- kedua hal tersebut di atas, setiap karyawan
gian besar responden (82,96%) menyata- dapat menginventarisasi pelayanan
kan perlu, dan sangat perlu (14,08%) jika yang dinginkan dan menyampaikan
pimpinan mengharapkan keberhasilan dan kepada atasannya sebagai masukan
munculnya permasalahan yang di hadapi bagi perumusan kebijakan bidang jasa
karyawan dalam mem-berikan pelayanan transportasi selanjutnya.
dalam bidang trans-portasi kepada
Ketepatan waktu yang diinginkan,
masyarakat.
terlihat dengan jelas; Selanjutnya, (88,89%)
Dengan demikian, memberdayakan menyatakan perlunya ketepatan waktu
karyawan perlu dilakukan dengan dalam pelayanan bidang transportasi.
selalu mengharapkan keberhasilan baik Tujuannya tak lain, agar, pelayanan
dari aspek kualitas maupun kuantitas, bidang transportasi menjadi lebih efektif
serta kemampuan kerja. Selain itu juga dan merupakan harapan masyarakat pada
mengharapkan kemungkinan munculnya umumnya. Tuntutan akan pelayanan
permasalahan yang dihadapi karyawan yang efektif dapat dilakukan oleh Dinas
dalam praktik kinerjanya, sehingga Perhubungan Kota Depok melalui
karyawan tidak perlu takut untuk pelayanan satu atap atau satu pintu. ---
menyampaikan permasalahan yang di- atap, bertujuan agar perusahaan industri
hadapi di lapangan. Di samping itu, jasa angkutan yang akan mengurus izin
karyawan akan berani menyampaikan usahanya cukup pada satu lokasi --- sedang
persoalan yang sesungguhnya terjadi di satu pintu, karyawan tidak perlu menjalani
masyarakat dan akan meniadakan laporan- birokrasi dari meja ke meja, akan tetapi,
laporan yang asal bapak senang (ABS) cukup memberikan berkas pada satu pintu
dan cenderung menyampaikan hal-hal dan akan menerima hasil usaha angkutan
yang baik-baik saja. Dengan demikian, atau trayek pada satu pintu pula.
diperlukan perubahan budaya birokrasi
Pelayanan izin usaha angkutan
ke arah pemberdayaan karyawan dengan
atau trayek yang efektif juga harus
mengharapkan keberhasilan dengan
memperhatikan keinginan pelanggan.

7
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

Dalam observasi, tampak betapa Pemerintah untuk mengetahui sejauh mana kualitas
Kota Depok perlu memperdulikan pelayanan bidang perhubungan, maka,
bagaimana sesungguhnya pelayanan izin Pemerintah Kota Depok harus melibatkan
usaha angkutan atau trayek yang diinginkan masyarakat pengguna dan para pengusaha
oleh masyarakat. Selain itu, untuk men- bidang angkutan jalan, serta pihak
jaring pelayanan bidang transportasi Organda. Keterlibatan stakeholders
yang efektif, maka, sudah selayaknya, tersebut sangat dibutuhkan, sehingga
Pemerintah Kota Depok yang dalam hal kualitas pelayanan yang objektif benar-
ini Dinas Perhubungan Kota Depok selalu benar mampu dihasilkan dan upaya
mengadakan pertemuan secara periodik perbaikan layanan dapat diupayakan serta
dengan perusahaan-perusahaan industri diwujudkan secepatnya.
jasa angkutan yang ada. Tujuannya adalah
untuk menjaring masalah-masalah yang Dimensi Akurasi Pelayanan
di hadapi perusahaan industri jasa dalam
menjalankan usahanya, juga dalam rangka Secara kasat mata, dimensi akurasi
pembinaan terhadap perusahaan yang pelayanan dibangun atas indikator
bergerak di bidang jasa angkutan tersebut. pelayanan bidang transportasi pada Dinas
Perhubungan Kota Depok telah bebas
Selain itu, pelayanan jasa dari kesalahan-kesalahan. Dalam hal ini,
transportasi juga perlu dilangsungkan 79,26% responden menyatakan sangat
secara responsif, yakni pelayanan yang setuju jika pelayanan bidang transportasi
diberikan selalu tanggap terhadap dilangsungkan dengan akurat atau tepat
keinginan masyarakat atau perusahaan sasaran, sehingga, masyarakat yang
jasa angkutan, mudah dihubungi, dan tidak mendapatkan pelayanan tersebut merasa
mempersulit masyarakat. Selanjutnya, puas.
jika terjadi kelalaian atau kesalahan
dalam memberikan pelayanan, bersedia Secara tegas dapat dikatakan, tingkat
melakukan pelayanan ulang --- bersedia kepuasan masyarakat dalam mendapatkan
menerima kritik yang membangun, serta pelayanan adalah merupakan unsur yang
memiliki keseriusan dalam memberikan sangat penting dan sebagai parameter
pelayanan. Dengan demikian, pelayanan dalam menilai sejauh mana pelayanan
di bidang jasa transportasi yang responsif yang telah diberikan oleh karyawan
adalah pelayanan yang market friendly, kepada masyarakat bidang transportasi.
atau, pelayanan bidang transportasi yang Apabila, masyarakat masih ada yang
responsif adalah tugas dari karyawan mengeluh atas pelayanan tersebut, maka,
Dinas Perhubungan Kota Depok sebagai selama itu pula pelayanan tersebut masih
perwujudan dan cerminan Pemerintah rendah kualitasnya atau jauh dari harapan
Kota Depok. masyarakat. Namun sebaliknya, bila
masyarakat sudah menyatakan puas atas
Untuk mewujudkan pelayanan jasa pelayanan yang disuguhkan, maka, hal
angkutan yang responsif, saat ini, prinsip itu menunjukkan bahwa pelayanan sudah
Meeting the needs of customer, not the berkualitas.
bureaus adalah merupakan tuntutan
yang harus dilakukan oleh Pemerintah Pelayanan bidang transportasi
Daerah Kota Depok. Dengan demikian, yang tidak menunjukkan tingkat akurasi

8
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

yang memadai, sudah tentu hal tersebut sangat sesuai dan sebanyak 18,52%
akan membuat masyarakat kecewa. menjawab sesuai. Dengan demikian,
Misalnya, karyawan Dinas Perhubungan faktor etika atau sopan santun dan ramah
Kota Depok ternyata mempersulit atau dalam memberikan pelayanan adalah
lebih-lebih menyengsarakan masyarakat sesuatu yang sangat penting dan tidak
dalam mendapatkan layanan transportasi. bisa dipandang remeh. Petugas yang tidak
Sejatinya, layanan yang akurat adalah memiliki tata krama saat berlangsungnya
yang berlangsung secara responsif, artinya, pemberian layanan, sudah tentu akan
setiap karyawan selalu berpedoman pada mendapatkan penilaian negatif dari
prinsip when we take care our customer, masyarakat. Karena layanan transportasi
we take care as ourselves, when we serve yang santun dan ramah adalah layanan yang
our customer, we serve as ourselves. responsif, sehingga, penerapannya pun
Akurasi pelayanan bidang transportasi dapat mengacu pada model Total Quality
juga mengacu pada prinsip first in first Management (TQM). Di sektor publik,
out. Maknanya; siapa yang datang terlebih hal ini merupakan salah satu solusi yang
dahulu, itulah yang dilayani. digunakan untuk memuaskan masyarakat
Akan lebih baik jika tidak membeda- atau perusahaan jasa transportasi.
bedakan pelayanan yang diberikan kepada Hasil observasi yang dilakukan di
tiap pihak yang membutuhkan, tarif yang Kantor Dinas Perhubungan Kota Depok,
dikenakan juga sesuai dengan ketentuan menunjukkan, bahwa para petugas atau
yang berlaku. Misalnya, tentang Struktur karyawan cukup ramah dan santun.
Tarif Retribusi Izin Trayek mengacu Hal tersebut ditunjukkan petugas yang
pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun tanggap, saling menyapa, dan proaktif
2012; Peraturan Daerah No. 18 Tahun serta tidak menunjukkan sikap acuh,
2001 tentang Retribusi Pajak Kendaraan sombong, acuh tak acuh, masa bodoh, atau
Bermotor (PKB); dan Peraturan Daerah No. sikap kurang peduli apabila menghadapi
14 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan tamu atau masyarakat yang datang
Tempat Parkir. mengurus kepentingannya. Semuanya
dilayani dengan cukup baik dan sangat
Dimensi Kesopanan dan Keramahan memuaskan, serta tidak ada unsur like and
dislike. Dan semua kepentingan pengguna
Tidak ada yang bisa memungkiri, layanan bidang transportasi darat di Kota
kesopanan dan keramahan karyawan Depok, dilangsungkan secara transparan
dalam memberikan pelayanan bidang dan akuntabel.
transportasi adalah merupakan sikap dan
perilaku karyawan kepada masyarakat
pemohon. Dimensi kesopanan dan Dimensi Tanggung Jawab
keramahan ini dibangun dengan indikator Dimensi tanggung jawab berupa
pelayanan bidang transportasi di Dinas indikator pelayanan bidang transportasi
Perhubungan Kota Depok telah dilakukan pada Dinas Perhubungan Kota Depok
dengan penuh kesopanan, terutama pada telah dilakukan dengan penuh tanggung
para pelanggan. jawab; dan pelayanan bidang transportasi
Untuk itu, 76,30% menyatakan pada Dinas Perhubungan Kota Depok telah
dilakukan dengan kesediaan menangani

9
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

keluhan terutama kepada pelanggan peraturan yang berlaku, maka,


eksternal. Hasilnya, menunjukkan 80,74% akuntabilitas dari kegiatan tersebut
menjawab betapa faktor tanggung jawab dianggap sudah memadai. Oleh karena
dalam pelayanan transportasi adalah suatu itu, maka, akuntabilitas atau tanggung
hal yang penting dan mutlak keberadaannya jawab dapat dijadikan sebagai salah satu
dalam suatu organisasi Dinas Perhubungan indikator dalam mengukur kinerja instansi
Kota Depok. publik, di antaranya Dinas Perhubungan
Sedang Total Quality Management Kota Depok. Apa lagi, di era sekarang,
(TQM) adalah merupakan pendekatan masyarakat dengan mudah mendapatkan
dalam menjalankan usaha yang mencoba akses informasi atas kinerja dan
untuk memaksimalkan daya saing penggunaan anggaran oleh instansi publik.
organisasi melalui perbaikan terus menerus Sehingga, kinerja lembaga publik ini akan
atas produk, jasa, manusia, proses dan senantiasa termonitor oleh masyarakat
lingkungan. Untuk melaksanakan TQM di beserta seluruh stakeholdersnya.
Kota Depok, maka, tidak harus seluruhnya
prinsip Deming tersebut diadopsi, akan Dimensi Kelengkapan Pelayanan
tetapi, dapat disesuaikan dengan situasi, Dimensi kali ini berisikan tentang
kondisi dan kultur yang ada. Dalam dimensi kelengkapan pelayanan pada Kantor Dinas
ini, prinsip tanggung jawab dimaksudkan Perhubungan Kota Depok --- sehubungan,
bahwa pimpinan penyelenggara pelayanan dengan statusnya yang masih mengontrak
publik atau pejabat yang ditunjuk di rumah penduduk, sehingga, sarana
bertanggung jawab atas penyelenggaraan yang ada di kantor tersebut juga terkesan
pelayanan, dan penyelesaian keluhan atau seadanya. Artinya, sarana yang ada hanya
persoalan dalam pelaksanaan pelayanan sekadar bisa dioperasikan oleh para
publik bidang transportasi ini. karyawannya.
Hal tersebut terkait dengan dimensi Kalau diperhatikan, masing-masing
tanggung jawab, sehingga menjadi sesuatu ruang kerja yang ada di Kantor Dinas
yang sangat penting bagi pelaksanaan Perhubungan Kota Depok terkesan
tugas. Faktor tanggung jawab, bukan sumpek, kusam dan sangat tidak sesuai
merupakan pekerjaan yang ringan, akan dengan standar ruang kantor pemerintahan.
tetapi, merupakan tugas yang sangat Salah satunya adalah letaknya yang jauh
berat dan penuh dengan tantangan. dari jalan raya, dan hanya sekadar mobil
Karena, tanggung jawab sangat terkait bisa masuk. Belum lagi ruang tunggu
dengan masalah akuntabilitas --- sebab, tamu atau ruang pelayanan umum; seperti
jika kegiatan suatu organisasi dianggap tempat mengurus ijin trayek dan lain-lain,
telah sesuai dengan nilai dan norma semuanya dilangsungkan di teras yang
yang berkembang dalam masyarakat, sangat sempit dan kurang layak. Begitu
maka, kegiatan tersebut bisa dikatakan juga toilet yang kecil dan kotor serta
akuntabel. Apalagi kegiatan tersebut dapat kurang terawat dan atapnya yang bocor.
mendorong kreativitas dalam memberikan Walau di beberapa aspek dari pelayanan
pelayanan publik. bidang perhubungan tersebut perlu terus
Dengan demikian dapat dikatakan, diperbaiki dan ditingkatkan, namun,
bahwa aktivitas yang sejalan dengan kualitas pelayanan di Dinas Perhubungan

10
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Kota Depok cukup memuaskan masyarakat (Cinere - Jagorawi), serta beberapa jalan
pada umumnya baru, berupa sodetan-sodetan dengan
Pendapat tersebut ditunjang dengan dasar jalan beton di beberapa tempat
75,56% responden menyatakan sangat strategis. Diharapkan, dengan selesainya
setuju, dengan ketersediaan sarana ruas-ruas jalan tersebut, maka, akan dapat
pendukung yang ada Dinas Perhubungan mengurangi kemacetan dan memperlancar
Kota Depok telah melakukan pelayanan sistem transportasi di Kota Depok serta
bidang transportasi sesuai dengan lingkup mempercepat pertumbuhan pada aspek
pelayanan yang diberikan; seperti Rambu lain, misal aspek ekonomi.
Lalu Lintas baik di Jalan Kota, Jalan
Provinsi, dan Jalan Nasional; Fasilitas Lalu Dimensi Kemudahan dalam
Lintas Kota Depok; Fasilitas Halte, JPO, Mendapatkan Pelayanan
Z0SS Di Kota Depok; Jumlah Penerangan Pada dimensi ini, tampak dengan
Jalan Umum (PJU) Kota Depok; dan jelas betapa para petugas bidang
Traffic Light atau Lampu Lalu Lintas. keuangan/kasir maupun petugas bidang
Untuk lebih jelas, maka, yang administrasi pelayanan transportasi pada
termasuk Jalan Kota adalah meliputi Jl. Dinas Perhubungan Kota Depok sudah
Radar AURI, Jl. Citayam, Jl. Kartini, memberikan berbagai kemudahan dala
Jl. AR. Hakim, Jl. Nusantara, Jl. Dewi memberikan pelayanan. Selanjutnya
Sartika, Jl. Sawangan, Jl. Raya Muchtar, Jl. hanya masalah outlet, hal ini memang
Meruyung-Limo, dan Jl Cinere-Merawan; ada, akan tetapi masih sederhana, karena
sedang rambu berjumlah 237 buah; yaitu kondisi bangunan yang sudah tua dan
rambu perintah, petunjuk, peringatan, berstatus kontrak. Walau begitu, Kantor
dan larangan. Selanjutnya, Jalan Provinsi Dinas Perhubungan Kota Depok telah
meliputi Jl. Akses UI, Jl. Margonda 1, menunjukkan bahwa jumlah personel
Jl. Margonda 2, Jl. Siliwangi, Jl. Tole yang menangani permintaan masyarakat,
Iskandar, dan Jl. KSU; dengan jumlah baik masalah perijinan, atau hal-hal lain
rambu 187 buah; yaitu rambu perintah, terkait dengan layanan bidang transportasi
petunjuk, peringatan, dan larangan. ini dirasa sudah mencukupi.
Kemudian, Jalan Nasional meliputi Hal ini terbukti, layanan berjalan
Jl. Trace-Yogie (Alt. Cibubur), Jl. cukup lancar dan dapat diselesaikan
Margonda 3, Jl. Ir. Juanda, Jl. Raya Bogor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1, Jl. Raya Bogor 2, Jl. Parung-Ciputat; Hanya kadang, persyaratan-persyaratan
dengan jumlah rambu 293 buah; yaitu yang diperlukan dalam penyelesaian
rambu perintah, petunjuk, peringatan, perizinan; misalnya pemohon belum
dan larangan. Pada umumnya, keadaan sepenuhnya siap atau lengkap berkasnya,
jalan-jalan tersebut dalam kondisi baik, maka, penyelesaiannya pun menjadi agak
karena Pemerintah Kota Depok senantiasa panjang.
berusaha untuk merawat dengan secara Ditegaskan, bahwa bidang pela-
rutin. Bahkan kini tengah dibangun jalan yanan terkait erat dengan lalu lintas dan
tol lingkar luar di samping Jl. Ir. Juanda angkutan jalan, atau merupakan satu
yang menghubungkan Jl Tol Jagorawi kesatuan sistem yang tak terpisahkan dan
dengan Jl. Tol Lingkar Luar Cijago

11
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, membantu percepatan tujuan. Akan tetapi,
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, berkembangnya pemukiman serta kawasan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, jasa dan aktivitas ekonomi di Kota Depok
kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, dan sekitarnya, telah memberikan dampak
serta pengelolaannya. Dengan demikian, yang sangat signifikan terhadap kebutuhan
antara satu aspek dengan aspek lainnya dan kondisi lalu lintas dan angkutan jalan.
saling berkorelasi, dan saling menentukan Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
berhasil tidaknya kualitas pelayanan kendaraan mencapai di atas 7 % per tahun,
bidang perhubungan tersebut. dan tidak sebanding dengan perkembangan
kapasitas jalan yang naik di bawah 3%
pertahun.
Dimensi Variasi Model Pelayanan
Kondisi tersebut ditunjukkan
Pada dimensi ini, inovasi atau dengan terjadinya kemacetan, baik di
kreativitas karyawan merupakan kemam- ruas jalan maupun di persimpangan.
puan daya pikir dan semangat yang me- Untuk itu, maka, diperlukan berbagai
mungkinkan mereka untuk mengadakan strategi, kreativitas, dan inovasi
sesuatu yang memiliki kegunaan, tatanan, segar untuk membantu memecahkan
keindahan berdasarkan ketentuan yang berbagai persoalan di lapangan yang
ada. Keberhasilan sektor perhubungan, bergerak sangat dinamis sesuai tuntutan
khususnya transportasi darat memiliki kebutuhan. Pemikiran-pemikiran inovatif
konstribusi yang sangat vital dan tersebut, juga terkait dengan isu strategis
berdimensi strategik dalam Pembangunan berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)
Kota Depok. Transportasi juga merupakan Dinas Perhubungan Tahun 2011- 2016;
sarana yang sangat penting dan strategis yakni Belum optimalnya Manajemen
sebagai penggerak dan pendorong dan Rekayasa Lalu Lintas; Belum
dalam memperlancar roda kegiatan terdapatnya angkutan massal yang mampu
perekonomian, serta berperan penting memperlancar aktivitas masyarakat; Be-
dalam kegiatan produksi, distribusi, dan lum terealisirnya pengadaan terminal yang
arus pergerakan penumpang dan jasa ke representatif dan optimalisasi terminal
seluruh pelosok wilayah. terpadu; Belum optimalnya penataan
Menyadari pentingnya masalah kawasan Jalan Margonda Raya; Belum
transportasi tersebut, maka, lalu lintas primanya pelayanan Dinas Perhubungan,
dan angkutan jalan harus ditata dalam berkaitan dengan penyediaan sarana
satu sistem transportasi yang terpadu dan prasarana transportasi dan pelayanan
mampu mewujudkan ketersediaan jasa perhubungan lainnya; dan Kualitas
tranportasi yang serasi dengan tingkat Aparatur Dinas Perhubungan yang masih
kebutuhan lalu lintas dan pelayanan perlu ditingkatkan, baik jumlah maupun
angkutan yang aman, selamat, tertib, kompetensinya.
lancar dan dengan biaya yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat. Oleh karena
itu, dalam upaya merealisasikan sistem Dimensi Pelayanan Pribadi
transportasi yang ideal, diperlukan adanya Dimensi ini adalah berangkat
kreativitas atau inovasi sehingga dapat dari Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

12
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Perhubungan Kota Depok berdasarkan dengan masyarakat luas pengguna jalan,


Peraturan Walikota Depok (Perwa) dan senantiasa berkoordinasi dengan mitra
Nomor 30 Th 2008. Selanjutnya, 74,81% kerja utama; yaitu pihak Polisi Lalu Lintas
responden menjawab sangat setuju akan (Sabhara). Kondisi di jalan adalah sangat
pelayanan pribadi bidang transporasi. cair, bahkan kadang terjadi hal-hal yang
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan bersifat emergency, misalnya terjadinya
Walikota sesuai dengan bidang tugasnya, kecelakaan lalu lintas, kemacetan yang
dan pelayanan yang bersifat pribadi yaitu parah akibat lampu traffict light mati, atau
penanganan permintaan khusus adalah kejadian-kejadian lainnya.
termasuk dalam ranah ini.
Di sini, yang dimaksud dengan Dimensi Kenyamanan Dalam
pelayanan pribadi adalah pelayanan kepada Memperoleh Pelayanan
masyarakat terkait bidang perhubungan, Dimensi kenyamanan memang ber-
yang dimulai dari apa yang menjadi kait erat dengan sarana maupun prasarana
tugas dan fungsi unit organisasi Dinas yang ada pada Dinas Perhubungan Kota
Perhubungan Kota Depok. Selanjutnya, Depok. Di atas sudah dijelaskan bahwa
tugas dan fungsi tersebut diturunkan aspek ini memang masih sangat terbatas.
kepada masing-masing karyawan di Dinas Misalnya, idealnya ruang pelayanan pada
Perhubungan, semuanya menjalankan tu- Dinas Perhubungan tersebut nyaman;
gas masing-masing sesuai job description yaitu tempatnya bersih, luas, sejuk atau
yang ada. Perlu disadari bahwa tugas fungsi ber-AC, terang, cukup meja kursi, cukup
Dinas Perhubungan adalah lebih banyak penerangan, tersedia toilet yang bersih
bersifat teknis operasional, sehingga dan sehat, dan lain-lain. Namun untuk
sangat banyak tergantung pada hal-hal mencapai hal-hal yang ideal, sepertinya
yang bersifat khusus dan penanganannya masyarakat harus banyak bersabar. Masa-
pun membutuhkan cara-cara khusus dan lah kenyamanan dalam pelayanan pada
sangat fleksibel. Dinas Perhubungan Kota Depok adalah
Pelaksanaan tugas diawali dengan sesuatu yang terus diupayakan. Kondisi
apel pagi. Di lapangan, para karyawan kantor Dinas Perhubungan yang masih
diabsen dengan secara manual, kemudian kontrak, sudah barang tentu menjadi
pimpinan memberikan pengarahan- pemikiran unsur pimpinan, bahkan menjadi
pengarahan, serta masing-masing ko- salah satu prioritas untuk dipecahkan.
mandan pleton melaporkan personelnya. Hasilnya, pihak Walikota Depok
Jika diamati, tugas Dinas Perhubungan yang didukung oleh jajaran Dinas
Kota Depok lebih banyak bersifat Perhubungan Kota Depok sedang mencari
operasional dengan kondisi di lapangan lokasi (tanah) yang luas untuk dijadikan
yang sangat dinamis sehingga dibutuhkan sebagai Kantor Dinas Perhubungan yang
penanganan yang fleksibel. Oleh sebab representatif. Karena di kantor ini akan
itu, dibutuhkan persiapan fisik yang baik banyak terparkir berbagai jenis mobil dinas
serta berbagai sarana penunjang lainnya. baik besar maupun kecil, maka, diperlukan
Secara tegas dapat dikatakan, unit Dinas lokasi kantor yang strategis dan luas.
Perhubungan adalah unit teknis operasio- Dalam dimensi ini, 77,04% responden
nal yang banyak bersentuhan langsung menjawab setuju jika faktor kenyamanan

13
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

pelayanan bidang transportasi pada bergerak sangat dinamis itu.


Dinas Perhubungan Kota Depok perlu Berdasarkan paparan di atas,
segera diwujudkan dengan keberadaan terdapat beberapa temuan sehubungan
lokasi kantor yang strategis, tersedianya dengan upaya pemberdayaan terhadap
ruangan tempat pelayanan yang memadai, karyawan pada Dinas Perhubungan
tersedianya tempat pelayanan yang mudah Kota Depok dalam upaya meningkatkan
dijangkau, tersedianya tempat parkir kualitas pelayanan bidang perhubungan.
kendaraan yang memadai, tersedianya Dengan fakta-fakta ilmiah tersebut, maka
informasi yang memadai, dan tersedianya diperlukan tindak lanjut berupa langkah-
petunjuk-petunjuk pelayanan yang me- langkah konkret dan strategis dengan skala
madai. prioritasnya di bidang perhubungan darat
guna perbaikan dan peningkatan kualitas
Dimensi Atribut Pendukung pelayanan perhubungan darat secara
Pelayanan terpadu dengan transportasi darat lainnya;
Selanjutnya, 82,97% tentang atribut misalnya Kereta Api --- serta Sistem
pendukung pelayanan bidang transportasi Transportasi Darat Terpadu antara Jakarta,
menyatakan setuju. Namun, ada hal yang Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, dan
perlu dielaborasi atas persentase jawaban Cianjur (Jabodetabekjur) sebagai moda
responden tersebut, di antaranya adalah transportasi yang unggul di Indonesia pada
masalah kebersihan. Namun sayang, masa akan datang.
selain kondisi rumah yang sederhana dan
boleh dikatakan rumah tua serta sudah Simpulan
banyak yang rusak, maka, sarana yang ada
pun kusam dan terkesan kotor, termasuk Pemberdayaan karyawan Dinas Per-
toiletnya. Padahal kebersihan toilet, adalah hubungan Kota Depok dilakukan dengan
cermin kebersihan suatu kantor atau rumah memberikan kemampuan dan kesempatan
tinggal. kepada karyawan untuk mengembangkan
dirinya. Hal ini tampak dengan jelas,
Tidak cukup sampai di situ, karyawan yang telah diberdayakan,
ruang kerja Dinas Perhubungan Kota ternyata, dapat meningkatkan kinerjanya ---
Depok sungguh sangat sederhana, AC bahkan, yang telah diberikan kemampuan
sering tidak berungsi, sehingga jendela dan kesempatan untuk mengembangkan
terpaksa dibuka dan akibatnya nyamuk kemampuan, terbukti mampu bekerja
pun masuk. Sebetulnya karyawan sudah sesuai dengan keberdayaannya, dan dapat
berbuat maksimal, namun, pimpinan meningkatkan kualitas pelayanan di bidang
Dinas Perhubungan Kota Depok tidak transportasi.
memperbolehkan melakukan perbaikan-
perbaikan dan agar menempati saja apa Selaras dengan itu, peran pimpinan
adanya. Karena tidak mungkin pindah ke mempunyai andil yang cukup besar dalam
Kantor Balai Kota Depok, satu-satunya memberdayakan bawahannya; dengan
jalan keluar adalah mengusahakan lahan/ memberi semangat dalam bekerja dan
tanah yang cukup luas dan representatif membantu bawahan mengatasi kesulitan-
guna mengembangkan dan meningkatkan kesulitan yang dihadapi, adalah merupakan
pelayanan bidang transportasi yang terus dorongan dalam diri karyawan untuk

14
Pemberdayaan Karyawan dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan

bekerja lebih giat dan baik. Hal tersebut Creswell, John W. 2002. Researh Design.
menunjukkan, bahwa pemberdayaan Quanlitative & Quantitative
karyawan yang menciptakan semangat Approaches. New York: Sage
kerja, telah menghasilkan kemampuan Publication, Inc.
untuk berprestasi lebih tinggi dan lebih Friedmann, John. 1992. Empowerment. The
produktif serta mampu meningkatkan Politics Of Alternative Development.
kualitas pelayanan di bidang transportasi. USA: Blackwell Publishers, Three
Pada akhirnya, pemberdayaan Cambridge Center.
karyawan akan lebih optimal dengan Gaspersz, Vincent. 2002. Metode Analisis
dukungan budaya organisasi yang kondusif. Untuk Peningkatan Kualitas. Alih
Karena, semangat kerja karyawan akan Bahasa PT. Gramedia Pustaka
lebih meningkat jika dibarengi dengan Utama. Jakarta: Penerbit PT.
penerapan prinsip rewards and punishment Gramedia Pustaka Utama, Cetakan
yang bernuansa keadilan (equity), Pertama.
sehingga, pelayanan bidang transportasi
akan semakin berkualitas jika karyawan _______. 2003. Total Quality Management.
bekerja lebih proaktif, lebih bertanggung Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
jawab, dan lebih transparan. Pustaka Utama. Cetakan Ketiga.
Moleong, Lexy J. 2006. Meodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Daftar Pustaka Penerbit PT. Remaja Rosdakarya -
Adair, John. 2008. The Art Of Creative Cetakan Ke sebelas.
Thinking, Jogyakarta: Penerbit Stewart, Aileen Mitchell. 1998.
Golden Books. Cetakan Pertama. Empowering People. Pemberdayaan
Blanchard, Ken, Carlos, John, Randolph, Sumber Daya Manusia. Alih Bahasa
Alan. 2002. Empowerment Takes Agus M Hardjana. Yogyakarta:
More Than a Minute. Penerbit. Penerbit Kanisius.
Amara Books. Cetakan Pertama. Shauki, Elvia. 2004. Mixed Methods
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode Research: How to Integrate
Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Quantitative and qualitative
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Aproaches in the Social and
Offset. Cetakan VI. Behavioral Sciences. Centre for
Cook, S. dan S. Macaulay.1997. Perfect Accounting Governmance and
Empowerment. Pemberdayaan Sustainability (CAGS), School of
Yang Tepat. Alih Bahasa Tyas Commerce. Division of Business,
Paloepi. Jakarta: P.T. Elex Media University of South Australia,
Komputindo. Adelaide, Australia.

Clutterbuck, David and Susan Kernaghan. Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling.
1995. Power Empowerment. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Release The Hidden Talents Of Your Utama. Cetakan Pertama.
Employees. London: Kohan Page
Limited.

15
Muh. Kadarisman, Cecep Pahrudin, Yuliantini

16
Pengembangan Instrumen Antesenden Gap Servqual

Pengembangan Instrumen Antecedent Gap ServQual

Antecedent Gap ServQual Instrument Development

Dewi Nusraningrum Osman Arofat Yuwono Sucipto Dwisilo


STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti
stmt@indosat.ac.id
dewinusraningrum@gmail.com

ABSTRACTS
Byapplying ServQual descriptive analysis,in the midst of stiff competition among airlines
Garuda Indonesia has determined that competitive advantage is the ultimate reference
for its cabin crews .
Keywords: instrument, antesenden gap ServQual, customer satisfaction, satisfaction
Flight Attendant.,

ABSTRAK
Di tengah-tengah persaingan yang demikian ketat, dengan menggunakan metode
Antecedent Gap ServQual dan deskriptif analisis, maka, tampak dengan jelas betapa
keunggulan yang kompetitif menjadi acuan bagi segenap awak kabin Garuda

Kata kunci: antecedent gap ServQual, kepuasan pelanggan, kepuasan awak kabin

Pendahuluan pelanggan yang merupakan suatu


penelitian eksploratori, mensyaratkan
Kepuasan pelanggan yang betapa penulis telah cukup memahami
diharapkan, akibat dari persaingan dalam komposisi dan sikap dari target populasi,
industri jasa transportasi, secara sederhana mendapatkan sampel yang akurat, dapat
dapat dimulai dari pertanyaan tertutup; merancang kuisioner, dengan kecepatan
puas atau tidak puas. serta keakuratan instrumen pertanyaan,
Terkait dengan hal diatas, dengan cara dan responden yang dituju.
menggunakan metode ServQual, PT Garuda Penelitian di PT Garuda Indonesia
Indonesia merasa perlu untuk mengetahui telah dilakukan dengan menggunakan
tingkat kesenjangan antara harapan atau alat ukur sebagaimana yang telah
kepentingan dan persepsi atau kenyataan dikembangkan oleh Zeithaml A. Valarie,
--- dalam hal ini kenyataan performansi A. Parasuraman, dan Leonard L. Berry.
kinerja dari pelanggan terhadap suatu (2005) dengan mengacu pada dimensi
bentuk pelayanan. Pengukuran kepuasan

1
Dewi Nusraningrum ,Osman Arofat,Yuwono Sucipto Dwisilo

mutu pelayanannya; yakni keandalan olehnya, 20 instrumen ditujukan untuk


(reliability), ketanggapan (responsiveness), mengidentifikasi kepuasan manajemen, dan
terjamin (reassurance), empati (emphaty), sisanya untuk mengidentifikasi kepuasan
dan nyata (tangible). Pada penelitian petugas lini depan. Karena dirasa terlalu
lanjutan ini, penulis menggunakan metode banyak, maka, tanpa menghilangkan
deskriptif analisis yang dibagi dalam indikator-atribut aslinya, penulis mencoba
dua tahapan ---- yakni studi pustaka dan untuk menyederhanakannya menjadi 32
wawancara untuk penyusunan instrumen instrumen. Ketika penelitian kembali
penelitian antecedent gap ServQual, dan dijalankan, ternyata, awak kabin bahkan
dilanjutkan dengan penelitian kualitatif meminta kembali untuk menyederhanakan
yang menggunakan metode survei atau instrumen tersebut, sehingga akhirnya,
studi lapangan dan berada pada tingkat dalam penelitian ini, disepakati untuk
eksplanasi-deskriptif, sedang sampel menggunakan 20 instrumen sebagaimana
diambil dengan cara acak sederhana diuraikan di bawah ini;
(Sugiyono, 2007).
Gap Pemahaman;
Sementara itu, untuk mendapatkan 1. Pihak manajemen sering berinteraksi
gambaran tingkat awak kabin yang akan dengan pelanggan;
diteliti sebagai variabel utama, maka, akan 2. Pihak manajemen sering meminta
tampak dengan jelas dari empat kesenjangan pendapat mengenai pelayanan
kualitas pelayanan yang sekaligus pelanggan kepada staf yang
digunakan sebagai indikator; yaitu (1) berhubungan langsung dengan
Gap Pemahaman; dengan instrumen yang pelanggan;
meliputi riset pemasaran, komunikasi
3. Pihak manajemen menyediakan media
pelanggan dan tingkatan manajemen;
dan acara khusus untuk berinteraksi
(2) Gap Standar; dengan instrumen yang
dengan konsumen;
meliputi komitmen manajemen, penetapan
sasaran, standardisasi tugas dan persepsi 4. Struktur organisasi perusahaan tidak
tentang kelayakan; (3) Gap Pelaksanaan; memiliki banyak tingkatan manajemen
dengan instrumen yang meliputi kerja sama antara staf yang berhubungan
tim, kesesuaian karyawan, kesesuaian langsung dengan pelanggan dan
teknologi, pengendalian pemahaman, manajemen puncak;
penyeliaan sistem pengendalian, konflik Gap Standar
dan ketaksaan peran; (4) Gap Komunikasi;
5. Pihak Perusahaan memiliki komitmen
dengan instrumen yang meliputi
yang kuat mengenai pentingnya
komunikasi horizontal dan kecenderungan
kualitas pelayanan;
janji berlebihan. Hal ini dapat terlihat
6. Pihak Perusahaan membuat tujuan
dalam Gambar 1 ( lampiran).
yang spesifik dalam kualitas
Gap Pemahaman, Gap Standar, Gap pelayanan;
Pelaksanaan, dan Gap Komunikasi 7. Pihak Perusahaan memiliki standar
Meminjam Zeithaml A. Valarie, A. prosedur kerja untuk meningkatkan
Parasuraman, dan Leonard L. Berry. kualitas pelayanan sehingga dapat
(2005), dari 50 instrumen yang disusun menyediakan pelayanan secara

2
Pengembangan Instrumen Antesenden Gap Servqual

konsisten; sebagai berikut:


8. Pihak Perusahaan memiliki
kemampuan sistem operasi untuk Jenis Kelamin
memenuhi kebutuhan pelanggan; Wanita 20
Gap Pelaksanaan Pria 15
9. Setiap karyawan di perusahaan
berusaha memberikan kontribusi
dalam tim untuk melayani
pelanggan;
10. Saya merasa sesuai dengan pekerjaan
yang sekarang sehingga dapat Kelompok Usia
melakukannya dengan baik; > 25-35 tahun 11
11. Pihak perusahaan memberikan > 35-45 tahun 10
peralatan dan perlengkapan yang > 45-55 tahun 14
memungkinkan saya untuk melakukan
pekerjaan dengan baik;
14 11 >25 - 35 tahun
12. Saya memiliki kebebasan untuk
> 35 - 45 tahun
melakukan tugas sehingga dapat 10
> 45 - 55 tahun
memuaskan kebutuhan pelanggan;
13. Pihak perusahaan memberikan
penghargaan lebih kepada karyawan Lama Bekerja
yang dapat terus-menerus melayani 3-5 tahun
pelanggan dengan baik;
> 5-10 tahun
14. Pihak pelanggan dan manajemen
> 10 tahun
memiliki harapan yang sama mengenai
apa yang harus saya kerjakan; 9

15. Saya merasa telah dilatih untuk dapat 3 - 5 tahun


26 > 10 tahun
berinteraksi secara efektif dengan
pelanggan;

Gap Komunikasi Pendidikan

16. Saya selalu memperhatikan janji-janji SMA 17


yang dimuat dalam iklan perusahaan; D-III 6
S-1 12
17. Dalam rangka persaingan, pihak
perusahaan tidak pernah berjanji
12
secara berlebihan kepada calon 17 SMA
pelanggan baru. D.III
6 S.1
Deskripsi data
Dari 40 kuisioner yang disebar, 37 kembali
dan 35 dapat digunakan. Adapun deskripsi
responden dalam penelitian ini adalah

3
Dewi Nusraningrum ,Osman Arofat,Yuwono Sucipto Dwisilo

Kebanyakan responden merupakan 85. Bobot pelaksanaan terbesar ada pada


pramugari senior dengan kisaran usia di instrumen nomor 8; pihak perusahaan
atas 45 tahun, atau rata-rata 36 tahun, memiliki kemampuan sistem ope rasi untuk
dengan masa kerja di atas 10 tahun. Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, dengan
hal pendidikan, 51% berpendidikan tinggi bobot sebesar 4,00 dari skala 5,00.
sedang 41% berpendidikan SMA --- profil
Bobot pelaksanaan terkecil terdapat pada
dari pramugari senior ini, sudah barang
instrumen nomor 2; pihak manajemen
tentu sangat memengaruhi ekspektasi
sering meminta pendapat mengenai
dan persepsi mereka terhadap terhadap
pelayanan pelanggan kepada awak kabin
keempat anteseden gap dalam penelitian
yang berhubungan langsung dengan
ini.
pelanggan, dan instrumen nomor 14; pihak
pelanggan dan manajemen memiliki
harapan yang sama mengenai apa yang
Tingkat Kepentingan, Kinerja, dan
harus saya kerjakan dengan skor 3.57.
Kesesuaian
Dengan kata lain, rata-rata bobot penilaian
Sejatinya, tingkat kepentingan akan pelaksanaan atau kinerja adalah sebesar
antecedent gap ServQual para awak 3,78 dari skala 5. Hal ini menunjukkan,
kabin senior ini bervariasi dengan rata- rata-rata instrumen penelitian anteseden
rata skor penilaian 74,1 dari maksimum gap pelaksanaan, memberikan nilai yang
bobot 85. Bobot kepentingan terbesar baik.
terdapat pada instrumen nomor 9; di sini,
Kemudian, tingkat kesesuaian antecedent
seluruh karyawan di perusahaan berusaha
gap ServQual awak kabin Garuda sangat
memberikan kontribusi dalam tim untuk
baik; yakni sebesar 87,22%, sedang
melayani pelanggan --- sedang pada
yang paling tinggi tingkat kesesuaiannya
instrumen nomor 13; saat atau ketika pihak
terdapat pada gap komunikasi; yaitu
perusahaan memberikan penghargaan
sebesar 90,09% dan yang terendah adalah
yang lebih kepada awak kabin yang dapat
pada gap pemahaman; sebesar 85,03%
terus-menerus melayani pelanggan dengan
(lihat Gambar 2 dan 3 pada lampiran).
baik; dengan skor 4,63. Selanjutnya, bobot
kepentingan terkecil ada pada instrumen
nomor 12; saya memiliki kebebasan
Simpulan
untuk melakukan tugas sehingga dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan dengan Instrumen anteseden gap dapat
skor 4,17. Secara tegas dapat dikatakan, dikembangkan dan dimodifikasi sesuai
rata-rata bobot penilaian kepentingan kebutuhan. Harus diakui, atau secara
sebesar 4,361 dari skala 5. Hal ini yang tegas dapat dikatakan bahwa pengukuran
menunjukkan mengapa rata-rata instrumen kepuasan pelanggan internal dengan
penelitian antesenden gap memiliki nilai menggunakan pengembangan antesenden
yang teramat penting. gap dari metode ServQual pada awak
kabin Garuda, ternyata telah menghasilkan
Selanjutnya, tingkat pelaksanaan
perspektif baru dalam penelitian bergenre
antecedent gap ServQual para awak kabin
kepuasan pelanggan. Karena tidak ada
senior ini bervariasi dengan rata-rata skor
yang bisa memungkiri, hasilnya adalah
penilaian 64,37 dari maksimum bobot

4
Pengembangan Instrumen Antesenden Gap Servqual

kesesuaian sebesar 87, 22% atau dapat dika- Sugiyono. 2007. Metode Penelitian bisnis.
takan awak kabin Garuda sudah sangat Bandung: Alfabeta
puas. Hal tersebut teridentifikasi bahwa
Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat
Gap 2; Standar, dan Gap 3; Pelaksanaan,
Kepuasan Pelanggan Untuk
adalah merupakan competitive advantage
Menaikkan Pangsa Pasar. Rineka
bagi segenap awak kabin Garuda.
Cipta. Bandung.
Daftar Pustaka
Suharsimi Arikunto. 2000. Prosedur
Anderson, Kristin and Zemke, Ron, 2002. Penelitian, Suatu Pendekatan
Delivering Knock Your Socks Off Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.
Service, American Association, New
York. Yamit, Zulian2003.
Brown, Stanley, A, 2002.Total Quality ManajemenKualitasProdukdanJasa,
Service, Prentice Hall Canada Inc., Adipura, Jogjakarta.
Ontario. Zeithaml A. Valarie, A. Parasuraman and
Cascio, Wayne, F., 2003.Managing Human Leonard L. Berry.2005. Delivering
Resources, McGraw-Hill, New Quality Service Balancing Customer
York. Perceptions and Expectations. The
De Very, Catherine, 2002.Good Services Free Press. New York.
is Good Business, Mc.Graw-Hill,
USA.

Dorothea Wahyu Ariani. 1999. Manajemen


Kualitas. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Admajaya.

Fandy Tjiptono. 2006. Manajemen Jasa,


Penerbit Andi, Yogyakarta.

Microsoft Encarta 2006 [CD ROM]


1993-2005 Microsoft Corporation.

Nasution, M.N,2001,Manajemen
MutuTerpadu, Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Nurhamidi,1999.MutudanMasaDepan
Perusahaan. Jakarta.

Pascarjana STMT
Trisakti,.2006,Menggunakan
Komputer Untuk Validasi
Instrumen dan Pengolahan Data
Penelitian,STMT Trisakti, Jakarta.

Sofyan Assauri. 1987. Manajemen


Pemasaran. Rajagrafindo. Jakarta.

5
Dewi Nusraningrum ,Osman Arofat,Yuwono Sucipto Dwisilo

Lampiran
Gambar 1 Model Perluasan Kesenjangan / Gap Kualitas Jasa

Sumber : Valeri A.Zeithaml , A.Parasuraman, dan Leonard L, Berry (2005)

6
Pengembangan Instrumen Antesenden Gap Servqual

Peta Kepuasan Pelanggan Awak Kabin.


Peta Kepuasan Pelanggan berdasarkan instrumen.

Gambar 2 Peta Kepuasan Awak Kabin

Berdasarkan peta kepuasan pelanggan, maka, terdapat 7 instrumen yang terletak pada
kuadran I dan merupakan daya saing awak kabin Garuda.
Tidak terdapat instrumen yang terletak pada kuadran II (priority for improvement). Hal
ini disebabkan karena para responden pada umumnya adalah awak kabin senior.
Demikian pula pada kuadran III, terdapat 8 instrumen yang tingkat kepentingan dan
kinerjanya berada di bawah rata-rata.
Hanya ada 2 instrumen yang terletak pada kuadran IV, sehingga tingkat kinerjanya di
atas rata-rata, namun, tingkat kepentingannya berada di bawah rata-rata.

7
Dewi Nusraningrum ,Osman Arofat,Yuwono Sucipto Dwisilo

Peta Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Gap.

Gambar 3 Peta Kepuasan Awak Kabin

Gap Standar

Gap Pelaksanaan

4,36

Gap Pemahaman

Gap Komunikasi

Merujuk pada peta kepuasan pelanggan berdasarkan Gap, maka, akan terlihat dengan jelas
pada Gap 2; Standar dan Gap 3; Pelaksanaan yang merupakan competitive advantage.
Sedang Gap1: Pemahaman dan Gap 4: Komunikasi terletak pada kuadran ignore. Hal ini
disebabkan karena responden adalah awak kabin senior.

8
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

Warehouse Selection for Storage of Finished Goods

Gires Firera Sarinah Sihombing


STMT Trisakti STMT Trisakti
gires.ferari@gmail.com yoritupang@yahoo.com

ABSTRACT

In selecting a warehouse for storage of finished goods, using qualitative and quantitative
data, aggregate value was obtained as requirement to make choices and determine costs
to be spent.

Keyword: Logistic, Warehouse, Analysis Hirarchy Process

Introduction
Currently, almost all manufacturing products, followed by the addition of prod-
companies have a warehouse, which gener- uct inventory in order to win the compe-
ally serves as a temporary storage of goods tition, now, the FFI must be able to store
in each stage of the logistics process. the finished products in a larger scale at
PT. Frisian Flag INDONENSIA (FFI) the central warehouse. However, due to
is a manufacturing company that produces the increase of additional inventory in the
healthy drinks such as powder and liquid warehouse, the FFI is looking for a new
milk with various other sub-products. In warehouse that can accommodate inven-
its operational activities, the FFI must al- tory with larger scale, better quality, and at
ways maintain the quality of the products a competitive cost.
it produces, especially the storage activities Besides in Jakarta, FFI has other ware-
in the warehouse. The warehouse used for houses in other cities like in Surabaya, Se-
temporary storage of the products as well marang and Medan. It is aimed to make
as a warehouse and distribution center is equal distributions of the product to be
managed by PT. YCH Indonesia. In addi- spread all over Indonesia. Of course, all the
tion to insufficient storage location, FFI determinations and decisions on making
also pays attention to the hygiene or steril- warehousing services should be based on
ization of the warehouse environment and defined criteria.
facilities that will be used to store all the This research used qualitative and quan-
finished products that have been produced. titative data. Qualitative data is used for
It is being considered because the nature of non-statistical analysis. Meanwhile, quan-
the products requires special treatment. titative data is used for statistical analysis.
With the increasing number of new It has primary and secondary data. The

1
Gires Firera, Sarinah Sihombing

primary data is obtained directly from lo- axiom, using the following formula:
gistics managerss and the secondary data is b.Reciprocal axiom
obtained from other parties related to the
research. aij = 1
The measurement of the answer is based aij .......(2)
on Analytical Hierarchy Process method
(AHP). (Marimin dan Nurul Maghfiroh, a = Pairwise Comparison matrix
2010)
ci,cj,...,n = Elements (criteria) on pairwise
Analytical Hierarchy Process (AHP)
comparison matrix of a level
is a systematic decision making method
in a hierarchy. The scoring was
which was introduced by Thomas L. Saaty
performed to measure the con-
during 1971 1975 when he was in Whar-
sistency of the results of the
ton School. It is used if there are various
relative importance between
criteria of the decision making. There are
elements scoring quantitatively.
some principals that need to be understood
The results of these scoring is
from the AHP method, namely: decompo-
said to be perfect or consistent
sition, comperative judgment, synthesis of
if it satisfies the following for-
priority, dan logical consistensy.
mula:
Furthermore, AHP also has a special
concern about the deviations of consisten- c. Consistancy Scoring
cy in the pairwise comparison matrix. First, aw = nw atau aw = zw ....(3)
the decision makers make a scoring on the a = Pairwise Comparison matrix.
relative importance between two elements
qualitatively of vertical (ci) element with n or z = The total of relative importance be-
horizontal (cj) element in the pairwise tween elements (ci, cj, ck, ..., n)
comparison matrix using the following for- scoring and the inverse value (re-
mula: (Thomas L. Saaty in Sri Mulyono, ciprocal axiom) in each column of
2002). the Pairwise Comparison matrix
a. Rating the relative importance of two or the Eigen values
elements w = priority score of pairwise comparison
aij = wi/wj ......(1) matrix.
This assessment was conducted to determine
the validity of the priority score of pairwise
a = Pairwise Comparison matrix. comparison matrix. Thus obtained Zmax
ci,cj,...,n = Elements (criteria) on pairwise or Eigen value that meets the priority score
comparison matrix of a level in a hierar- in the pairwise comparison matrix. The
chy. consistency of the indicators measured
through the Consistency Index (CI)
wi,wj,...,wn= The relative importance score formulated as follow:
between the two elements of the
matrix of pairwise comparison 1. Counting the Consistensy Index value
based on the interpretation of CI = Zmaks n
paired comparisons (attachment ......(4)
IV appendix B.1)
n1
After scoring the relative importance be-
tween elements, the inverse value is carried CI = Consistensy Index.
out to obtain the inverse score or reciprocal Zmaks = the maximum Eigen value of the

2
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

pairwise comparison matrix The table is the initial assessment done


n = the no of elements of pairwise by comparing the vertical elements with
comparison matrix horizontal elements.
AHP measures the entire consistency 1. Warehouses width is more important
value using the Consistency Ratio (CR) as than facilities so it is weighted 3.
defined: 2. Cost is more important than warehouses
2.Counting the Consistency Ratio (CR) width so it is weighted 3.
.......(5) 3. Warehouses width is more important
CR = Consistensy Index (CI) than location so it is weighted 5.
Random Consistensy Index *) 4. Cost is more important than facilities so
RI score is the score of the Random Index it is weighted 5.
issued by Oarkridge Laboratory in the form 5. Facilities is more important than loca-
shown in table 1. n is the number of criteria tion so it is weighted 3.
contained in the pairwise comparison ma- 6. Cost is more important than location so
trix. it is weighted 5.
Determination of the Criteria of Each The matrix gave result to the total value
Warehouse Selection Priority for each column that is Eigen value (Z) of
The decision makers should consider the the pairwise comparison matrix. Column
following items before making the deci- that has the smallest Eigen value will be
sion: the highest priority score to the normalized
1. Warehouses width; this is the first crite- matrix.
ria should be considered. Table 3 refers to normalized matrix
2. Fasilities; assessed only on the avail- which was gained from the division of the
ability of pallets owned by the suppliers pairwise comparison matrix and the Eigen
and types of storage facilities on each al- value of each column. It shows the results
ternative which are racking and stacking of the perfect normalization calculations,
blocks (bulk) as the total value of each column is 1.0000,
as well as the priority scores for each cri-
3. cost; assessed from the rental and ship- terion
ping costs from the factory to the ware-
house as well as the cost per pallet. After getting the priority score, the next
is to test the consistency of the results of
4. Location; assessed from the distance and relative importance score between elements
travel time between factories and ware- by setting the value of Consistency Ratio
houses (CR) through the following steps:
What being analyzed in this case is three 1. Counting the Eigen Vector Score.
warehouses with their own criteria, namely
warehouse A, B, and C. Aw = Zmaks.w
0,2729 1,1666
Table 2 is pairwise comparison matrix of 1,0000 3,0000 0,3333 5,0000

0,5251
0,3333 1,0000 0,2000 3,0000 0,1276
the criteria of warehouse selection equiped Aw

3,0000 =

5,0000 1,0000 5,0000 0,5329




=
2,3227
0,2000 0,3333 0,2000 1,0000 0,0667 0,2703
with the relative importance score between

elements and values of axioms Reciprocal


based on the results of relative importance Zmaks = 1,1666 + 0,5251 + 2,3227 + 0,2703
score between elements of decision mak- = 4,2847
ers value.
The Eigen values (Zmax) is 4.2847.

3
Gires Firera, Sarinah Sihombing

It shows that each element (criterion) The matrix gave result to the total value
contains the priority score of the ele- for each column that is Eigen value (Z)
ment. of the pairwise comparison matrix of the
2.Counting the Consistency Index (CI). warehouses width. Next is to make the
normalized matrix as shown in table 5.
CI = Zmaks n = 4,2847 4
Table 5 refers to normalized matrix
n1 41 which was gained from the division of the
= 0,0949 pairwise comparison matrix of warehouses
width criterion and the Eigen value of each
3.Counting the Consistency Ratio (CR).
column. It shows the results of the perfect
CR = CI = 0,0949 = 0,1055 normalization calculations, as the total val-
RI 0,90 ue of each column is 1.0000. It also shows
the priority scores for each column.
n is criteria compared. Based on table 1 RI
score for n = 4 is 0.90 After getting the priority score, the next
is to test the consistency of the relative im-
The CR value gained from the calculation portance assessment between elements by
above is 0.1055. Because CR 0.10 then, setting the value of Consistency Ratio (CR)
there is no need to do the assessment revi- through the following steps:
sion because the priority score of each al-
ternative is consistent and valid a. Counting the Eigen vector.

Determination of Alternative Priority Aw = Zmaks.W


toward Each Criterion
1,0000 0,3333 0,1429 0,0833
The comparison between alternative Aw =

3,0000 1,0000

0,2000

0,1932
warehouses and warehouses width 7,0000
5,0000 1,0000
0,7235

criterion 0,2511

= 0,5878
The first criterion is to perform pairwise 2,2726

comparisons for each alternative of
warehouses width criterion. Filling the Zmaks = 0.2511 + 0, 5878 + 2,2726
relative importance score of each alternative
= 3,1115
against the warehouses width criterion is
done by using the result of the interviews The Eigen values (Zmax) is 3.1115. It
done to the logistics managers, as seen on shows that each element (criterion) con-
table 4. tains the priority score of the element.
The table is the initial assessment done b.Counting Consistensy Index (CI).
by comparing the vertical elements with
CI = Zmaks n = 3,1115 3 = 0,0557
horizontal elements.
a. Alternative Warehouse B is more impor- n 1 31
tant than alternative Warehouse A, so it c.Counting the Consistensy Ratio (CR).
is weighted 3.
CR = CI = 0.0557 = 0.0961
b. Alternative Warehouse C is much more
RI 0.58
important than alternative Warehouse A
so it is weighted 7. n is criteria compared. Based on table 1 RI
score for n = 3 is 0.58
c. Alternative Warehouse C is more impor-
tant than alternative Warehouse B so it is The CR value gained from the calculation
weighted 5. above is 0.0961. Because CR 0.10 then,
there is no need to do the assessment revi-

4
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

sion because the priority score of each al- b.Counting the Consistency Index (CI).
ternative is consistent and valid. CI = Zmax n = 3.0607 3 = 0.0304
The Comparison between Alternative n 1 31
Warehouses and Facilities Criterion
c.Counting the Consistency Ratio (CR).
The next process is to perform pairwise
comparisons for each alternative against the CR = CI = 0.0304 = 0.0523
facilities criterion. Filling the relative im- RI 0.58
portance score of each alternative against
Based on the above calculation, the CR val-
the facilities criterion is done by using the
ue is 0.0523. Because CR 0.10 then, there
result of the interviews done to the logis-
is no need to do the assessment revision be-
tics managers like the steps taken before as
cause the priority score of each alternative
shown in the matrix of table 6.
is consistent and valid.
The matrix gave result to the total value for
The comparison between Alternative
each column that is Eigen value (Z) of the
Warehouses and Cost Criterion
pairwise comparison matrix of the facili-
ties. Next is to make the normalized matrix The next process is to perform pairwise
as shown in table 7. comparisons for each alternative against the
criteria of cost. Filling the relative impor-
Table 7 refers to normalized matrix which
tance score of each alternative against the
was gained from the division of the pair-
Cost criterion is done by using the result of
wise comparison matrix of facilities crite-
the interviews done to the logistics manag-
rion and the Eigen value of each column. It
ers and resulted in the matrix of table 8:
shows the results of the perfect normaliza-
tion calculations, as the total value of each The matrix gave result to the total value
column is 1.0000. It also shows the priority for each column that is Eigen value (Z) of
scores for each column the pairwise comparison matrix of the cost.
Next is to make the normalized matrix as
After getting the priority score, the next is
shown in table 9.
to test the consistency of the relative im-
portance assessment between elements by Table 9 refers to normalized matrix which
setting the value of Consistency Ratio (CR) was gained from the division of the pair-
through the following steps: wise comparison matrix of cost criterion
and the Eigen value of each alternative.
a.Counting the Eigen vector.
After getting the priority score, the next is
Aw = Zmaks .w
to test the consistency of the relative im-
portance assessment between elements by
1,0000 2,0000 2,0000 0,4905
Aw = 0,5000 1,0000 2,0000 0,3119 setting the value of Consistency Ratio (CR)
0,5000 0,5000 1,0000

0,1976 through the following steps:

a. Hitung nilai eigen vector.

1,5095 Aw = Zmaks .w

= 0,9524
0,5988
1,0000 5,0000 0,3333 0,2828

Aw = 0,2000 1,0000 0,1429 0,0738
Zmax =1.5095 +0.9524+0.5988 = 3.0607 3,0000 7,0000 1,0000


0,6434
The Eigen values (Zmax) result is 3.0607.
0,8662
It shows that each element (alternative) =
0,2223
contains the priority score of the element. 2,0083

5
Gires Firera, Sarinah Sihombing

Zmaks = 0.8662 + 0.2223 + 2.0083 = 3.0967 a.Counting the Eigen Vector Score.
The Eigen values (Zmax) result is 3.0967. Aw = Zmax .w
It shows that each element (alternative)
contains the priority score of the element 1,0000 5,0000 3,0000

0,6333

1,9456

Aw = 0,2000 1,0000 0,3333 0,1062 0,3197
b.Counting the Consistency Index (CI). 0,3333 3,0000 1,0000
0,2605

0,7901

CI = Zmax n = 3.0967 3 = 0.0484
Zmax = 1.9456 + 0.3197 +0.7901 = 3.0554
n 1 31
The Eigen values (Zmax) result is 3.0554.
c.Counting the Consistency Ratio (CR). It shows that each element (alternative)
CR = CI = 0.0484 = 0.0834 contains the priority score of the element
RI 0.58 b.Counting the Consistency Index (CI).
Based on the above calculation, the CR val- CI = Zmax n = 3.0554 3 = 0.0277
ue is 0.0834. Because CR 0.10 then, there n1 31
is no need to do the assessment revision be-
cause the priority score of each alternative c.Counting Consistency Ratio (CR).
is consistent and valid. CR = CI = 0.0277 = 0.0477
The Comparison between Alternative RI 0.58
Warehouses and Location Criterion
Based on the above calculation, the CR
Then, the process followed by pairwise value is 0.0477. Because CR 0.10 then,
comparisons for each alternative against there is no need to do the assessment
the criterion of location using the result revision.
of the interviews to the logistics managers
The determination of Alternative Ware-
so we get a pairwise comparison matrix as
house based on the Highest Aggregate
seen on table 10.
Score.
The matrix gave result to the total value for
The last process in the calculation of
each column that is Eigen value (Z) of the
Analytical Hierarchy Process (AHP) is to
pairwise comparison matrix of the location.
calculate the aggregate score of each alter-
Next is to make the normalized matrix as
native warehouse which was obtained by
shown in table 11.
multiplying the priority score of each alter-
Table 11 refers to normalized matrix native on all criteria with a priority score of
which was gained from the division of the each criterion. The alternative warehouse
pairwise comparison matrix of location cri- that has the highest aggregate value is
terion and the Eigen value of each column. chosen as a reference in decision-making.
It shows the results of the perfect normal- Table 12 shows the aggregate scoring.
ization calculations, as the total value of
each column is 1.0000. It also shows the Conclusion
priority scores for each column.
Warehouse C was selected as the storage of
After getting the priority score, the next finished good at PT. Frisian Flag Indonesia
is to test the consistency of the relative im- as it has aggregate score twice bigger than
portance assessment between elements by others that is 0.5829. Its width is 27,900
setting the value of Consistency Ratio (CR) m2. It has 44,682 pallet capacity. Besides,
through the following steps: it has Racking and Block Stacking (Bulk)
facility --- because it is located in Cibitung
or 28 km from the factory, so it takes only

6
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

one and half hour to get there. The cost that


needs to be prepared by the company is Rp
1,413,036,625 as the delivery cost from the
factory to the warehouse is Rp 1,300,000
and the cost per pallet is Rp 31,625.

REFERENCIES
Ahmad Arwani, 2009, Warehouse Check
up, PPM, Jakarta
Heizer dan Render, 2010, Manajemen
Operasi, Salemba Empat, Jakarta
IndraYuzal, 1998, Gudang dan Pergudangan,
STMT Trisakti, Jakarta
Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,
2000 Manajemen Bisnis Logistik,
Yogyakarta
John Warman, 2010 Manajemen
Pergudangan, PT.Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta
Rizal, Sari, 2004, Manajemen Logistik
Referensi dan Direktroi, PPMI,
Jakarta
Marimin dan Nurul Maghfiroh, 2010,
Aplikasi Teknik Pengambilan
Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok, IPB Press,
Bogor
Mulyono, Sri, Riset Operasi, 2002, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi- UI
Richardus Eko Indrajit dan Richardus
Djokopranoto,2006, Konsep
Manajemen Supply Chain
Cara Baru Memandang Mata Rantai
Penyediaan Barang, Grasindo,
Jakarta
Siagian, Yolanda M.,2005 Aplikasi Supply
Chain Management dalam dunia
Bisnis, Grasindo,
Jakarta
Soebagio, 1995 Manajemen Logistik,
Gunung Agung, Jakarta

7
Gires Firera, Sarinah Sihombing

Lampiran

Tabel. 1 Random Index (RI) Score

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Source: Sri Mulyono (2002)

Table 2 Pairwise Comparison Matrix of Warehouse Selection Criteria

Focus Ware- Cost Loca-


houses Facili- tion
width ties
4 digit 4 digit 4 digit 4 digit
decimal decimal decimal decimal
Warehouses 1 1.0000 3 3.0000 1/3 0.3333 5 5.0000
width
Facilities 1/3* 0.3333 1 1.0000 1/5 0.2000 3 3.0000
Cost 3* 3.0000 5* 5.0000 1 1.0000 5 5.0000
Location 1/5* 0.2000 1/3* 0.3333 1/5* 0.2000 1 1.0000
Total 4.5333 9.3333 1.7333 14.000

Source: Processed interview result


* = reverse score (axioms reciprocal)

Table 3 Normalized Matrix

Focus Warehouses Facilities Cost Location Priority


width Score
Warehouses 0.2206 0.3214 0.1923 0.3571 0.2729
width
Facilities 0.0735 0.1072 0.1154 0.2144 0.1276
Cost 0.6618 0.5357 0.5769 0.3571 0.5329

Location 0.0441 0.0357 0.1154 0.0714 0.0666

Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Source: Processed Interview result

8
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

Table 4 Warehouses width Pairwise Comparison Matrix

Warehouses Warehouse A Warehouse B Warehouse C


width criterion
4 digit decimal 4 digit decimal 4 digit deci-
mal
Warehouse A 1 1.0000 1/3 0.3333 1/7 0.1429

Warehouse B 3* 3.0000 1 1,0000 1/5 0.2000


Warehouse C 7* 7.0000 5* 5.0000 1 1.0000

Total 11.0000 6.3333 1.3429

Source: Processed Interview result


* = reverse score (axioms reciprocal)

Table 5 Normalized Matrix

Warehouses Warehouse A Warehouse B Warehouse C Priority Score


width criterion

Warehouse A 0.0909 0.0526 0.1064 0.0833


Warehouse B 0.2727 0.1579 0.1489 0.1932
Warehouse C 0.6364 0.7895 0.7447 0.7235
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Source: Processed Interview result

Table 6 Facilities Pairwise Comparison Matrix

Warehouses Warehouse A Warehouse B Warehouse C


width criterion

4 digit deci- 4 digit decimal 4 digit deci-


mal mal
Warehouse A 1 1.0000 2 2.0000 2 2.0000
Warehouse B 1/2* 0.5000 1 1.0000 2 2.0000
Warehouse C 1/2* 0.5000 1/2* 0.5000 1 1.0000
Total 2.0000 3.5000 5.0000

Source: Processed Interview result


* = reverse score (axioms reciprocal)

9
Gires Firera, Sarinah Sihombing

Table 7 Matriks Normalized

Facilities Crite- Warehouse A Warehouse B Warehouse C Priority Score


rion
Warehouse A 0.5000 0.5714 0.4000 0.4905
Warehouse B 0.2500 0.2857 0.4000 0.3119
Warehouse C 0.2500 0.1429 0.2000 0.1976
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Source: Processed Interview result

Table 8 Cost Pairwise Comparison Matrix

Warehouses Warehouse A Warehouse B Warehouse C


width criterion

4 digit deci- 4 digit decimal 4 digit decimal


mal
Warehouse A 1 1.0000 5 5.0000 1/3 0.3333
Warehouse B 1/5* 0.2000 1 1.0000 1/7 0.1429
Warehouse C 3* 3.0000 7* 7.0000 1 1.0000
Total 4.2000 13.0000 1.4762

Source: Processed Interview result


* = reverse score (axioms reciprocal)

Table 9 Normalized Matrix

Cost Criterion Warehouse A Warehouse B Warehouse C Priority Score

Warehouse A 0.2381 0.3846 0.2258 0.2828


Warehouse B 0.0476 0.0769 0.0968 0.0738
Warehouse C 0.7143 0.5385 0.6774 0.6434
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Source: Processed Interview result

10
Pemilihan Gudang Sebagai Penyimpanan Produk Jadi

Table 10 Location Pairwise Comparison Matrix


Warehouses Warehouse A Warehouse B Warehouse C
width criterion

4 digit deci- 4 digit decimal 4 digit decimal


mal
Warehouse A 1 1.0000 5 5.0000 3 3.0000
Warehouse B 1/5* 0.2000 1 1.0000 1/3 0.3333
Warehouse C 1/3* 0.3333 3* 3.0000 1 1.0000
Total 1.5333 9.0000 4.3333

Source: Processed Interview result


* = reverse score (axioms reciprocal)

Table 11 Normalized Matrix

Location Crite- Warehouse A Warehouse B Warehouse C Priority Score


rion
Warehouse A 0.6522 0.5556 0.6923 0.6333
Warehouse B 0.1304 0.1111 0.0769 0.1062
Warehouse C 0.2174 0.3333 0.2308 0.2605
Total 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000

Source: Processed Interview result

Table 22 Final Scoring of Each Alternative

Warehouses Facilities Cost Location Aggregate


width Value
0.2729 0.1276 0.5329 0.0667
Warehouse A 0.0833 0.4905 0.2828 0.6333 0.2783
Warehouse B 0.,1932 0.3119 0.0738 0.1062 0.1389
Warehouse C 0.7235 0.1976 0.6434 0.2605 0.5829

Data source: processed by the writer

11
Gires Firera, Sarinah Sihombing

12
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung

Karakteristik Penumpang Travel Jakarta-Bandung

Passengers Characteristics of Jakarta-Bandung


Intercity Minibus

Andri Warman Muhammad Iqbal Firdaus Indri Yusnita


STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti
stmt@indosat.ac.id
iqbal.firdaus@gmail.com

ABSTRACTS
The opening of Cipularang Toll Road in May 2005 has changed the movement pattern of
passengers from Jakarta-Bandung and vice versa. Using factor analaysis technique it is
evident that the passengers require security, comfort and time travel as their important
factors.
Keywords: passenger demand characteristics, intercity minibus, Bandung, transportation,
time travel

ABSTRAK
Diresmikannya Jalan Tol Cipularang pada Mei 2005, ternyata, membuat perubahan
terhadap pola pergerakan penumpang dari Jakarta-Bandung, atau sebaliknya. Dengan
menggunakan teknik analisis faktor, maka, tampak dengan jelas betapa para penumpang
menginginkan keamanan, kenyamanan dan waktu tempuh yang memadai.
Keywords: passenger demand characteristics, intercity minibus, Bandung, transportation,
time travel

Pendahuluan tidak tepat waktu, atau bus, dengan faktor


keamanan serta terminal pemberhentian
Diresmikannya Jalan Tol Cipularang
yang jauh dari pusat kota (Kuswati,
pada Mei 2005, telah membuat perubahan
2009).
yang berarti terhadap pola pergerakan arus
kendaraan dan penumpang dari Jakarta ke Akhirnya, para penumpang pun
Bandung atau sebaliknya. beralih ke jasa transportasi alternatif;
yaitu minibus travel (shuttle service)
Saat ini, walau bukan menjadi
dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya
pilihan, akan tetapi, ada beberapa sarana
yang beroperasi hampir tiap waktu
alternatif bagi penumpang yang ingin
oleh lebih dari 8 (delapan) operator
bepergian ke Bandung; di antaraya, kereta
sebagai respon dari dibukanya jalur
api yang beroperasi dari stasiun Gambir
tol Cipularang. Jasa minibus travel ini
ke Bandung dengan waktu tempuh
memiliki berbagai kelebihan yang tidak
kurang lebih 3 jam 30 menit --- namun,
dimiliki oleh sarana transportasi lainnya.
kedatangan dan keberangkatannya acap

1
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

Di antaranya frekuensi keberangkatan gunakan transportasi umum adalah akibat


yang lebih sering,, tujuan pemberhentian dari kebutuhan akan ketidaktergantungan
yang lebih banyak (bandingkan dengan jadwal, keamanan dan keselamatan, dan
bis yang hanya berhenti di terminal atau imej yang ditangkap oleh pengguna terse-
kereta yang hanya berhenti di stasiun), but terhadap sarana transportasi umum
waktu tempuh yang lebih singkat karena (Susilo, Santosa, Parikesit, 2007; Batau,
melewati ruas tol Cipularang, serta tarif Hussin, Zakaria dan Zakaria, 2010)
yang kompetitif dibanding dengan moda
Hal ini sangat penting untuk
yang lain. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
diperhatikan, mengingat penggunaan
1 (lampiran).
tansportasi secara massal, dalam berbagai
Setiap tahunnya, permintaan hal sangat memberikan kontribusi positif.
terhadap jasa transportasi ini semakin Secara ekonomi, penghematan waktu
meningkat. Mengingat, pembangunan dan biaya dapat dilakukan (Hammad
dan perkembangan suatu daerah dan Hasan, 2010), belum lagi dari sudut
transportasi memegang peranan pandang lingkungan seiring dengan
yang sangat penting dalam kaitannya tren perlunya meningkatkan kepedulian
memobilisasi pergerakan arus orang dan terhadap issue global warming dan
barang/jasa. Hal ini juga dapat menjadi tuntutan mobilisasi yang semakin cepat
indikasi maju atau tidaknya suatu daerah, dan masal yang semakin menguatkan
dengan melihat bagaimana suatu sistem pentingnya penggunaan sarana
transportasi mampu memenuhi kebutuhan transportasi publik baik di negara maju
penduduknya. Faktor keamanan, maupun negara berkembang. Bahkan,
kenyamanan, keandalan, kemudahan di negara-negara maju, peraturan lalu
akses, dan kecepatan adalah parameter lintas dibuat sedemikian rupa sehingga
bagaimana suatu sistem transportasi dapat membatasi penggunaan kendaraan pribadi
dinyatakana baik atau tidak (Arisandi, dan mereka beralih ke transportasi publik.
2010). Secara tegas dapat dikatakan,
Oleh karena itu, persepsi konsumen
transportasi juga didorong karena adanya
sangat mempengaruhi tingkat penggunaan
peningkatan value dari benda atau orang
angkutan publik, terutama di kota-kota
apabila ada perpindahan dari tempat asal
besar (Duleba, Mishina, Shimazaki 2012;
ke tempat tujuan. Bahkan, meningkatnya
Cerna, Cerny, Pribyl, 2011). Meminjam
kegiatan pariwisata di Kota Bandung juga
Susilo, Santoso dan Juwono (2009), ada
memberikan kontribusi yang besar bagi
beberapa hal yang dapat dijadikan pa-
semakin banyaknya penduduk Jakarta
rameter mengenai penggunaan sarana
yang bepergian ke Kota Bandung.
transportasi umum; yaitu frekuensi peng-
Banyak penelitian yang telah gunaannya baik hari kerja maupun akhir
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pekan, harga yang harus dibayar untuk
penggunaan transportasi umum, maka, sa- dapat menggunakan layanan transportasi
rana tersebut harus didesain sedemikian publik tersebut, alasan untuk mengguna-
rupa sehingga mampu mengakomodasi kan dan tidak menggunakan, pengalaman
tingkatan pelayanan yang dibutuhkan oleh sebelumnya dalam menggunakan sarana
penggunanya karena, adanya faktor-faktor transportasi publik, dan yang terakhir
yang membuat pengguna enggan meng- adalah parameter kepuasan dan tingkat

2
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung

kepentingan dari layanan yang diberikan. X1 c1 c12 c13 ... c1m F1 e1



X 2 c 21 c2 c 23 ... c 2 m F2 e 2
Penelitian ini dilakukan pada Sep-
X 3 = c31 c32 c3 ... c3m F3 e 3
tember 2012, di berbagai tempat ke-
berangkatan minibus travel; jurusan ... ... ... ... ... ... ... ...
X c p1
p c p2 c p3 ... c pm Fm e p
Bandung-Jakarta, bertujuan untuk meng-
kaji karakteristisk para penumpang agar (p x 1) (p x m) (m x1)
didapatkan profil penumpang disertai den- X1, X2,..., Xp adalah variabel asal
gan analisis terhadap faktor-faktor yang F1, F2,..., Fmadalah faktor bersama
membuat mereka menggunakan sarana (common factor)
transportasi tersebut. cij adalah bobot (loading) dari variabel
asal ke-i pada faktor ke-j
Adapun, populasi dalam penelitian
1 , 2 , ....... p adalah error
ini adalah para penumpang yang
menggunakan jasa minibus travel Secara ringkas, kerangka
rute Jakarta-Bandung dengan titik teoretis pemikiran dalam penelitian ini
keberangkatan di Jakarta dari berbagai digambarkan pada Gambar 1 (lampiran).
operator yaitu Xtrans, DayTrans,
Cipaganti CITI Trans, Transline, dan
Baraya Travel. Hal ini dapat dilihat pada Keamanan, Kenyamanan, dan
Tabel 2 (lampiran). Kebersihan
Sejalan dengan itu, penelitian ini Dari hasil kuesioner yang
dilakukan dengan menggunakan teknik disebarkan kepada para responden
analisis faktor; yaitu sebuah analisis didapatkan hasil dan diskusi seperti pada
statistika yang bertujuan untuk mereduksi Gambar 2 (lampiran).
dimensi data dengan cara menyatakan
variabel asal sebagai kombinasi linear Gambar di atas menunjukkan bah-
sejumlah faktor hingga sejumlah faktor wa mayoritas (lebih dari 50%) responden
tersebut mampu menjelaskan sebesar adalah pengguna Cipaganti, diikuti oleh
mungkin keragaman data yang dijelaskan XTrans dan Baraya. Hal ini didasari
oleh variabel asal. bahwa Cipaganti merupakan operator
yang pertama kali mengembangkan bisnis
Model analisis faktor adalah: layanan transportasi dengan alternatif rute
yang terbanyak di antara operator lainnya.
X1= c11F1 + c12F2 + c13F3 + ... + c1mFm + 1 Yang menarik adalah perbedaan antara
X2= c21F1 + c22F2 + c23F3 + ... + c2mFm + 2 pengguna Baraya Travel dan Xtrans yang
X3= c31F1 + c32F2 + c33F3 + ... + c3mFm + 3 merupakan pesaing langsung yang saling
... berhadap-hadapan, di antaranya, keduanya
Xp= cp1F1 + cp2F2 + cp3F3 + ...+ cpmFm + p memiliki harga tiket dan fasilitas minibus
yang hampir sama.
atau

3
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

Tabel 3. Pengguna Cipaganti Ditinjau <Rp3.000.000 sedikit mendominasi di


dari Pendapatan/bulan angka 31%. Fakta lain adalah, banyak
juga responden dengan pendapatan
Penghasilan Persentase kurang dari Rp1.500.000 per bulan; yakni
mahasiswa/pelajar yang menggunakan
<Rp1.500.000 28
Baraya maupun DayTrans karena faktor
Rp1.500.000 Rp2.999.999 40
pemilihan harga yang menurut mereka
Rp3.000.000 Rp4.999.999 28
menjadi pertimbangan utama. Selain itu,
Rp5.000.000 Rp9.999.999 4
kedua operator tersebut juga memberikan
Rp10.000.000 -
harga tiket yang relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan Cipaganti. Namun,
Sumber: Data Primer
berdasarkan pengamatan langsung, hal ini
harus dikompensasikan dengan fasilitas
Dari sisi pendapatan per bulan, di dalam minibus yang sedikit di bawah
ternyata, para pengguna Cipaganti Cipaganti, interior bus agak sempit.
didominasi oleh 40%, responden yang
berpendapatan antara Rp1.500.000 -
<Rp3.000.000 per bulan, kemudian diikuti Kenaikan harga tiket sebesar 10% dan
oleh 32% responden yang berpenghasilan penambahan waktu tempuh selama 30
lebih dari Rp3.000.000 per bulannya. menit terhadap keinginan untuk ber-
Bila dibandingkan dengan para pengguna pindah alat transportasi lain
Baraya Travel dan XTrans, maka, akan
Ketika ditanyakan apakah mereka
terlihat seperti gambar berikut ini;
akan berpindah menggunakan transportasi
lain jika terjadi kenaikan tiket sebesar
Tabel 4. Pengguna Baraya Travel dan 10%, hasilnya, 2/3 responden akan
XTrans Ditinjau dari Pendapatan/ berpindah menggunakan jasa transportasi
bulan lainnya atau kendaraan pribadi. Hal
ini memberikan implikasi, responden
Penghasilan Persentase sangat sensitif terhadap perubahan harga
sehingga mengakibatkan persaingan
<Rp1.500.000 28
dengan alat transportasi lain; seperti
Rp1.500.000 Rp2.999.999 31 bus, kereta api atau bahkan kembali
Rp3.000.000 Rp4.999.999 22 menggunakan kendaraan pribadi yang
Rp5.000.000 Rp9.999.999 14 hasilnya terlihat seperti gambar berikut
Rp10.000.000 5 ini;

Sumber: Data Primer Yang terlihat 40% responden akan


berpindah menggunakan jasa transportasi
dengan menggunakan kendaraan pribadi,
Di sini terlihat dengan jelas kemudian diikuti oleh kereta api dan bus
komposisi pendapatan yang lebih merata yang masing-masing 32% dan 28%. Hal
di antara responden yang berpendapatan ini berarti, sebenarnya mereka memiliki
dengan kisaran Rp1.500.000 - kendaraan pribadi tetapi lebih memilih
menggunakan jasa minibus karena

4
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung

berbagai faktor. Jika kenaikan harga mereduksi data dengan sejumlah variabel
sebesar 10% membuat mereka kembali dalam jumlah besar dapat dikurangi
menggunakan kendaraan pribadi, maka, menjadi beberapa variabel atau faktor
mereka dapat dianggap turut memberikan saja, yang dianggap mewakili variabel-
kontribusi atas kepadatan kendaraan variabel tersebut. Uji KMO Measure
di Bandung. Bagan dapat dilihat pada Sampling Adequacy dan Bartlett Test
gambar 3 (lampiran). mendapatkan nilai KMO-Bartlett sebesar
0.848 dan signifikasi sebesar 0.000. Hal
Selanjutnya, apabila ada
ini bermakna, bahwa variabel dan sampel
penambahan waktu tempuh selama 30
sudah cukup dan dapat dianalisis lebih
menit dari waktu tempuh sekarang,
lanjut karena nilai KMO-Bartlett >0.5
ternyata, hasilnya hampir sama dengan
dan df <0.005. Hasil uji dapat dilihat pada
kenaikan harga 10%. Yakni, sebanyak
Gambar 5 (lampiran )
61% responden akan pindah apabila hal
semacam itu terjadi. Hal ini menunjukkan, Selanjutnya, nilai MSA (Measure
bukan hanya harga yang terjangkau tetapi Sampling Adequacy) didapatkan bahwa
juga kecepatan/waktu tempuh yang sangat semua nilai MSA dari masing-masing
dibutuhkan oleh para penumpang ketika variabel lebih dari 0.5. Bila nilai MSA
mereka ingin pergi ke Bandung. >0.5 maka artinya bisa diprediksi dan
dianalisis lebih lanjut, sedang bila MSA
Dari mereka yang menyatakan pindah,
< 0.5 maka variabel tidak bisa diprediksi
terlihat bahwa kendaraan pribadi masih
dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut.
menjadi pilihan utama. Yakni sebesar
42%, kemudian diikuti oleh penggunaan Langkah selanjutnya adalah melaku-
kereta api sebesar 33% dan 25% sisanya kan proses ekstraksi dari variabel yang
akan menggunakan bus. Walaupun ada dengan metode Principal Component
demikian, secara keseluruhan, responden Analysis dan menghasilkan nilai commu-
masih tetap akan menggunakan sarana nalities; yaitu nilai yang menunjukkan
transportasi umum untuk pergi ke sumbangan tiap item terhadap faktor yang
Bandung. Untuk itu, diperlukan analisis terbentuk. Semakin tinggi nilai commu-
lebih lanjut, agar diketahui secara tepat nalities yang terbentuk, maka, semakin
apa yang menyebabkan mereka berpindah erat pula hubungan variabel tersebut den-
ke kereta api atau bus. Bagan dapat dilihat gan faktor yang nantinya akan terbentuk.
pada gambar 4 (lampiran). Setelah itu, item-item tersebut diekstraksi
dengan menggunakan metode rotasi Va-
rimax with Kaizer Normalization untuk
Faktor-faktor yang memengaruhi menentukan berapa banyak faktor yang
pemilihan penggunaan minibus travel terbentuk dengan cara melihat Eigen-
Jakarta-Bandung values; apakah 1 atau tidak. Bila nilai
Eigenvalues 1 maka kelompok tersebut
Untuk mengidentifikasi faktor-
dinyatakan sebagai pembentuk faktor. Ha-
faktor yang memengaruhi pemilihan
sil dapat dilihat pada tabel 4 (lampiran ).
penggunaan jasa transportasi minibus
travel Jakarta-Bandung digunakan teknik Dari hasil ekstraksi, didapatkan ada
faktor analisis; yaitu suatu teknik untuk 2 komponen pembentuk faktor karena

5
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

keduanya mempunyai nilai Eigenvalue bahwa walaupun hanya ada satu


1. penumpang minibus tetap jalan. Ada dua
hal yang memperoleh nilai r di bawah;
Setelah itu dilakukan rotasi
yaitu kenyamanan dan tempat menunggu
dengan metode Varimax with Kaizer
kendaraan. Diperkirakan karena ada
Normalization, maka, didapatkan tabel
beberapa minibus travel seperti disebutkan
Rotated Component Matrix untuk
di awal pembahasan yang mencoba di
mengetahui distribusi variabel terhadap
segmen lebih murah. Hal ini berimplikasi
faktor yang terbentuk. Penelitian ini
pada kapasitas penumpang per kendaraan
menggunakan nilai loading factor minimal
yang berbeda-beda. Sebagai contoh; hasil
0.6 agar variabel tersebut masuk ke dalam
pengamatan menunjukkan minibus travel
faktor yang terbentuk.Dapat dilihat pada
CitiTrans yang berkapasitas 8 maksimum
tabel 5 ( lampiran ).
penumpang bila dibandingkan dengan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan Baraya Travel yang berkapasitas di atas
faktor-faktor yang terbentuk sebagai 10 penumpang.
berikut:
Faktor kedua; yaitu waktu tempuh
a. Faktor ke 1 dengan komponen dan kecepatan memilki r di atas 0.7 yang
sebagai berikut berarti mereka memilki hubungan sangat
1) Jaminan keselamatan penumpang kuat terdadap permintaan penggunaan
(0.704) jasa transportasi tersebut. Karena,
2) Kenyamanan di dalam kendaraan menurut pengamatan, bahwa minibus
(0.613) travel memilki wakti tempuh di atas
3) Tempat menunggu kendaraan (0.619) dua sarana transportasi lainnya; bus dan
kereta api. Kecepatan dan waktu tempuh
4) Sarana pendukung operasional
adalah dua hal yang saling terkait satu
(0.792)
sama lainnya, sehingga, apabila ada
5) Rute yang terjadwal dengan baik
satu perubahan dalam faktor ini, maka,
(0.729)
akan mempengaruhi pemilihan moda
b. Faktor ke 2 dengan komponen transportasi substitusi yang penumpang
1) Waktu tempuh (0.820) anggap dapat memenuhi kebutuhannya.
2) Kecepatan (0.800) Pada penelitian ini terlihat, bahwa
sebagian penumpang memilih kembali ke
Dengan melihat analisis di atas, kendaraan pribadi, bus dan kereta api.
maka, dapat diperkirakan bahwa faktor
kenyamanan infrastruktur berpengaruh
terhadap permintaan jasa transportasi
SIMPULAN
minibus travel Jakarta Bandung.
Menurut pengamatan, sejauh ini, sebagian Karakteristik pengguna angku-
besar operator jasa transportasi tersebut tan umum jenis minibus travel Jakarta
memiliki kendaraan dalam keadaan Bandung umumnya didominasi oleh mer-
baru yang cukup, ruang tunggu yang eka yang berpenghasilan menengah dan
nyaman tetapi tidak di semua tempat sebagian mereka cenderung untuk sensitif
pemberangkatan, dan juga operator jasa terhadap kenaikan harga dan penambahan
transportasi memberlakukan kebijakan waktu tempuh. Apabila hal tersebut ter-

6
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung

jadi, maka, lebih dari separuh penumpang A dynamic analysis on public bus
akan berpindah kembali menggunakan transports supply quality by using
kendaraan pribadi mereka. AHP. Transport 27.3: 268. Gale Art,
Engineering & Social Lite Package.
Faktor utama yang mempengaruhi
Web. 11 Nov. 2012.
mereka memilih menggunakan minibus
travel Jakarta Bandung adalah kenya- Hammad, A. A. dan Hasan, M. K. (2010)
manan serta kecepatan dan waktu tempuh. Intercity bus scheduling for the
Para penumpang beranggapan, ketiga hal Saudi Public Transport Company to
tersebut yang menjadikan mereka beralih maximize profit and yield additional
dari kendaraan pribadi atau pindah dari revenue. Journal of Service
menggunakan bus atau kereta sebelum- Science and Management [JSSM]
nya. 3.3 (2010): 373 - 382. Gale Art,
Engineering & Social Lite Package.
Distinctivefeature atau kelebihan
Web. 11 Nov. 2012.
unik dari masing-masing operator mini-
bus travel Jakarta Bandung harus lebih Kuswati, A. (2009) Karakteristisk
diutamakan, agar dapat menambah atau permintaan angkutan penumpang
mempertahankan penumpang, mengin- koridor Jakarta Bandung. Warta
gat, banyak operator yang berpartisipasi Perhubungan. 21( 2), 183 197.
dalam bisnis jenis ini. Contoh yang dapat
Subiakto. (2008). Preferensi pengguna
diterapkan adalah pengadaan wifi di ken-
dan penyedia jasa terhadap sistem
daraan, peningkatan fasilitas di tempat
jaringan jalan yang mendukung
tunggu atau pemberangkatan dan lain-
pelabuhan di kabupaten belitung.
lain. Hal ini untuk memberikan pelayan-
Tesis. Universitas Diponegoro
an yang optimal, dengan harapan, walau
Semarang.
terjadi kenaikan harga atau adanya pe-
nambahan waktu tempuh karena faktor Susilo O. Y, Santosa W, dan Joewono
lain, penumpang tidak hilang karena mer- T. B. (2009). An exploration of
eka mendapatkan value lebih yang tidak public transport users attitudes and
bisa didapatkan dari operator lain atau preferences towards various policies
jika mereka pindah menggunakan sarana in Indonesia: Some preliminary
transportasi yang lain. results. Journal of the Eastern Asia
Society for Transportation Studies,
8, 299 314.
DAFTAR PUSTAKA
Zaman, H. dan Habib K. M. N. (2009).
Batau, M. F. A, et al. (2010). Service Commuting mode choice in
quality of Malaysian public the context of travel demand
transports: a case study in Malaysia. management (TDM) policies:
Cross-Cultural Communication 6.2: An empirical investigation in
84. Gale Art, Engineering & Social Edmonton, Alberta. Can. J. Civil
Lite Package. Web. 11 Nov. 2012. Engineering. 38, 433 443.

Duleba, Szabolcs, Tsutomu Mishina,


dan Yoshiaki Shimazaki. (2012)

7
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

Lampiran
Tabel 1 Jumlah Pengguna Minibus Travel Jakarta Bandung

Nama Operator Tahun


2006 2007 2008
Cipaganti 40.713 50.161 54.001
XTrans 51.211 68.013 62.304
DayTrans 42.187 48.766 50.287
CitiTrans 43.226 51.376 57.593
Transline 38.990 41.323 44.546
Travel Buah Batu 36.602 44.895 47.803

Sumber: Repository perpustakaan UPI (2012)


Tabel 2 Profil Demografis

Deskripsi N Persentase
Jenis Kelamin Laki-Laki 34 35.1%
Perempuan 63 64.9%
Total 97 100%
Pendidikan SMA 17 17.5%
Diploma 32 33%
Sarjana 44 45.4%
Pasca Sarjana 4 4.1%
Total 97 100%
Usia 20 Tahun 9 9.3%
21 30 Tahun 41 42.3%
31 40 Tahun 30 30.9%
41 50 Tahun 15 15.5%
51 Tahun 2 2.1%
Total 97 100%
Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 23 23.7%
PNS 37 38.1%
Pegawai Swasta 27 27.8%
Wiswasta 5 5.2%
Profesional 3 3.1%
Lain-lain 2 2.1%
Total 97 100%
Pendapatan/bulan Rp1.499.999 25 25.8%
Rp1.500.00 Rp2.999.999 33 34%
Rp3.000.000 Rp4.999.999 28 28.9%
Rp5.000.000 Rp9.999.999 7 7.2%
Rp10.000.000 4 4.1%
Total 97 100%
Sumber: Data Primer (2012)

8
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung

Gambar 1 Kerangka Penelitian

Pelayanan Transportasi Minibus Variabel Layanan Konsumen /


Travel Rute Jakarta-Bandung Pengguna Jasa

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Moda

Sumber: Data Primer

Gambar 2 Operator minibus travel Jakarta Bandung yang paling sering digunakan

Sumber: Data Primer

Gambar 3 Kenaikan harga tiket sebesar 10%

Sumber: Data Primer

9
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

Gambar 4 Penambahan waktu tempuh selama 30 menit

Sumber: Data Primer

Gambar 5 Hasil uji KMO dan Bartlett Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling .848


Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 307.743
df 55
Sig. .000

Sumber: Data Primer

Tabel 4 Hasil Ekstraksi

Extraction Sums of Squared Rotation Sums of Squared


Component Initial Eigenvalues Loadings Loadings
% of % of
Total Variance Cumula Total Variance Cumula Total Variance Cumula
tive % tive % tive %
1 4.283 38.934 38.934 4.283 38.934 38.934 3.471 31.559 31.559
2 1.305 11.861 50.794 1.305 11.861 50.794 2.116 19.236 50.794
3 .958 8.707 59.501
4 .785 7.136 66.638
5 .744 6.760 73.397
6 .685 6.231 79.628
7 .626 5.690 85.318
8 .511 4.648 89.965
9 .422 3.835 93.800
10 .370 3.363 97.163
11 .312 2.837 100.000
Sumber: Data Primer

10
Karakteristik Penumpang Travel Jakarta - Bandung
Tabel 5 Rotated Component Matrixa

Component
1 2
Dengan jasa minibus travel .360 .592
selamat sampai tujuan
Dengan jasa minibus travel .568 .490
kondisi barang
Dengan jasa minibus travel .704 .290
merasa terjamin sampai tujuan
Interior minibus travel .613 .231
membuat merasa nyaman
Tempat menunggu minibus .619 .153
travel bersih
Ongkos minibus travel .537 .090
relatif murah/terjangkau
Ada potongan harga/harga khusus .547 .177
utk manula dan anak-anak
Waktu tempuh dengan minibus .061 .820
travel relatif singkat
Dengan menggunakan jasa angkutan .113 .800
minibus perjalanan relatif tidak macet
Sarana pendukung spt terminal, .792 .099
pool, tempat pemberhentian dll
tersedia dgn baik
Rute & jadwal keberangkatan .729 .041
tertata dgn baik
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.

Sumber: Data Primer

11
Andi Warman, Muhammad Iqbal Firdaus, Indri Yusnita

12
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Selecting Transporter based on Supply Chain Management (SCM) Criteria

Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Select-


ing Transporter based on Supply Chain Management (SCM)
Criteria

Irwan Chairuddin Hanifah


STMT Trisakti STMT Trisakti
E-mail: stmt@indosat.net.id E-mail: stmt@indosat.net.id

ABSTRACT
A company manager should be able to decide which transporter could be used and make
sure the product arrives in time to the consumers address. It is expected that the manager
could choose the transporter based on desired criteria using the method of AHP.

Keywords: Criteria SCM, Application of AHP, Carrier Selection.

Introduction
criteria of supply chains.
Literally, supply chain means companies
network which work together to create and The companies constraints in making
deliver a product to end users. It consists of decision stem from uncertain or imperfect
all parties involved, directly or indirectly, in information they get. They also have to
fulfilling customers request. In this article, consider every choice they have. Analytical
it means that companies as one party build Hierarchy Process (AHP) which was
networking to cooperate creating a delivery introduced by Thomas L. Satty, a lecturer
system that deliver products effectively and at the Wharton in the period of 1971-1975
safely to the costumers. The supply chain (Mulyono, 2000), is expected to solve the
not only includes the manufacturer and companies problem in selecting transporter
suppliers, but also transporters, warehouses, companies.
retailers, and customers themselves. Based From this study, the writer would like to see
on the explanation above, the companies whether the AHP could lessen the difficulties
are required to have a reliable transportation faced by the companies to choose the
system such as freight forwarding and appropriate transporter companies based
logistics services companies which on criteria of SCM or not.
transporters deliver products from factory
to distributors from distributors to
retailers and of course from upstream to
Definition of AHP (Analytical Hierarchy
downstream. The companies have to choose
Process)
and decide which transportation services
(this article will use term transporter AHP is a decision support models developed
companies) should be used based on the by Thomas L. Saaty. It functions to describe

1
Irwan Chairuddin, Hanifah

the problem of multi factor or complex missing element, then it is an incomplete


multi-criteria into a hierarchy. According hierarchy.
to Saaty (1993), hierarchy is defined as a
2. Comparative Judgment
representation of a complex problem in a
multi-level structure that surrounds the first It is the essential principle in
level; goals, and followed-level factors, applying AHP which will affect the
criteria, sub-criteria, and so on down to elements. To obtain a good scale when
the last level; alternative form. With the comparing elements, it is needed to
hierarchy, a complex problem can be understand all the elements performance
decomposed into their groups, arranged and purpose. The writer uses qualitative
into a hierarchy so that the form of the data to arrange the scale preferences in a
problem would seem more structured and matrix called Pairwise Comparisons
systematic. based on Mulyono (2000).
Transporter Criteria In assessing two preferences
elements, reciprocal axiom applied; if
As described above, AHP is a tool of analysis
object i is rated 3 times more important
called decision support models which will
than j, object j must be equal to 1/3 times
outline the multi-factor complex problem
compared to the importance of the object
into a hierarchy. In this exposure, the writer
i. Comparing two equal elements will
points out that the company management is
generate number 1, which has the same
expected to choose 3 transporter companies
important preferences. In fact, two unequal
that can fulfill the criteria of SCM and
elements can be assessed equally important.
interests of the company. The transporter
If there is object n, the matrix of Pairwise
companies criteria and sub criteria based
Comparisons will be nxn. To get the matrix
on Langley (2009) can be seen on Table 1.
done, some preferences elements need to
AHP application to select the transporter be assessed using n (n1)/2 due to reciprocal
companies matrix and diagonal elements is equal to 1.

According to Mulyono (2000), to solve 3. Synthesis of Priority


transporter problem using AHP, one must
To get Local Priority, one needs
understand some principles, which are;
to find eigenvector from the matrix of
1. Decomposition Pairwise Comparisons. But, it is not as
easy as it seems because the matrix is on
Decomposition means breaking up the
every level. In order to get the Global
whole issue into its elements. If you want
Priority for all levels, the Local Priority
to get the accurate results, the solution is
should be synthesized which has different
breaking the whole issue to get the real
procedure for each level. Based on that, the
problem which can be solved. Based on
elements assessment of scale preferences
the definition above, the process of analysis
by synthesizing is named Priority Setting.
is called hierarchy that is divided into
two types: the complete and incomplete 4. Logical Consistency
hierarchy. The complete hierarchy means
Consistency has two meanings in this
all the elements in one level has all the
article; first, similar objects can be identified
elements for the next level. If there is a

2
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Selecting Transporter based on Supply Chain Management (SCM) Criteria

based on the similarity and relevance, below.


second, the objects has level of relation
based on certain criteria.
Estimation of the Consistency Ratio
In general, a hierarchical model of social
problems starts from overall goal to criteria, AHP does not require an assessment of
sub-criteria, and alternatives to be chosen. In perfect consistency since AHP is completed
figure 1, there is an example of companies with an index to measure the consistency of
management has some chosen transporter each matrix and for the entire hierarchy that
companies which are transporter A, B, and enable to find inconsistency. In other words,
C based on some criteria and companies although it is not necessary, the policy
interest. makers can change it due to the purpose of
consistency in AHP which is not looking
After finishing the complete hierarchy of
for perfection but accuracy. (Estimate the
selecting transporter, the next step is to
Consistency Ratio-my.safaribooksonline.
create a matrix of Pairwise Comparisons
com)
which will be used to answer questions. A
question for the main criteria for example is In some literature, the writer found that if
how many times the value of the transport the consistency ratio is more than 10%,
costs is more important than the transit hence, the pairwise comparisons should
time? The answer can be found in the be re-assessed. The formula to find the
matrix element at position (1,2). As seen consistency ratio is;
on Table 3, transport cost is less important
than transit time. It means the number 3
will be in the position (1,2) and based on
the axiom of reciprocal figure, 1/3 will be
placed in the transpose position which is
position (2,1). CR = Consistency ratio
Each of these sub-criteria with its main CI = Consistency Index
criteria should also be assessed using
Pairwise Comparisons and given weight. RI = Random Consistency Index
To get the actual weight, the result of sub- (Table 10)
criteria is multiplied by the main weight. Whilst:
Examples of weighting sub-criteria from
number 5 to number 10 with their main
criteria; Reliability can be seen on Table 5.

The third step is to evaluate the transporter


companies; A, B, and C from each sub
criteria. Here is an example of sub Shipment max results obtained from the vector
Expediting. multiplication (pairwise comparison
matrices x weight/piority). When we are
The final step is calculating the Pairwise calculating the consistency ratio for the
Comparisons for three transporter main criteria of the example above, this
companies as can be seen in the matrix will be obtained;

3
Irwan Chairuddin, Hanifah

1 3 3 4 3 3 0.327 2.474 Synthesis of Priority, and Logical


Consistency.
1/3 1 5 3 5 3 0.255 2.084
To assess a good and perfect selection of
1/3 1/5 1 3 5 3 0.161 1.235
criteria and sub criteria, it would be better
1/4 1/3 1/3 1 5 4 0.129 0.929 to use Expert Choice version 11.

1/3 1/5 1/5 1/5 1 3 0.072 0.453 Based on the result of this study, the writer
decided to compare the result using AHP
1/3 1/3 1/3 1/4 1/3 1 0.054 0.358
and the empirical data of each transporter
companies to lessen the subjectivity made
by the decision maker of a company.
Then, max = 2.474 + 2.084 + 1.235 +
0.929 + 0.453 + 0.358

= 7.533 References

max - 6 Analytic Hierarchy Process. Wikipedia. The
free encyclopedia. en.wikipedia.org/
CI = ----------- = 0.306 wiki/ Analytic_hierarchy_process [ 5
6-1 Agustus 2013]

0.306 Consistency Index and Consistency Ratio-


Kardi Teknomos Tutorial. people.
CR = ---------- = 0.247 revoledu. com/kardi/.../Consistency.
1.24 htm [ 5 Agustus 2013 ]

From the calculation, the Consistency Ratio Estimate the Consistency Ratio.
is more than 10%. The writer could revise my.safaribooksonline.com [ 5
the pairwise comparisons in order to get the Agustus 2013].
expected Consistency Ratio less than 10% Langley C. John. at all. 2009. Managing
if the writer was willing to. Supplay Chains A Logistics Approach.
Edisi VIII. Canada : South Western
Cengage Learning.
Conclusion
Melissa Yanitha. 2011. Evaluasi Transporter
Supply Chain is companies networking that Group C Dengan Menggunakan
work together to create and deliver products Metode Analitical Hierarchy Process
to the end users. Thus, the selection of (AHP) pada PT. YCH Indonesia
appropriate transporter companies can Tahun 2010. Skripsi. Jakarta :
produce competitive advantage in business. Sekolah Tinggi Manajemen Transpor
To select best transporter companies, the Trisakti.
writer uses Analytical Hierarchy Process
(AHP). It is used as a model for supporting Mulyono. Sri. 2002. Riset Operasi.
decision in selecting the transporter Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
companies. The steps of AHP start from Jakarta : Universitas Indonesia.
Decomposition, Comparative Judgment, Pujawan I Nyoman. 2005. Supply Chain

4
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Selecting Transporter based on Supply Chain Management (SCM) Criteria

Management. Edisi Pertama Cetakan


Pertama. Penerbit Guna Widya.

Saaty Thomas L. and Vargas Luis G. 1994.


Decision Making in Economic,
Political, Sosial and Technological
Environments with the Analitic
Hierarchy Process. University of
Pittsburgh. USA.

5
Irwan Chairuddin, Hanifah

Lampiran

Table 1 Transporter Criteria and sub-criteria

No. Criteria**) No. Sub Criteria *)


Carrier Cost
1. Transport Cost 1. Door-to-door transportation rates or costs
2. Willingness of carrier to negotiate rate changes
Service Performance
2. Transit time 3. Transit Time Reliability or Consistency
4. Total door-to-door transit time
3. Reliability 5. Shipment expediting
6. Pickup and delivery service
7. Quality of operating personel
8. Shipment tracing
9. Frequency of service
10. Financial stability of carrier
4. Accessibility 11. Willingness of carrier to negotiate service
changes
12. Scheduling flexibility
13. Line-haul services
5. Capability 14. Equipment availability
15. Special equipment
16. Quality of carrier salesmanship
6. Security 17. Claim processing
18. Freight loss and damage

Source: ** Langley, et all (2009)


* Edward J. Bardi, et all in Langley at all (2009:277)

Table 2 Interpretation of Pairwise Comparison on AHP

Description A B B/A
A is less important than B 1 1 1/1
A is as important as B 3 1 1/3
A is more important than B 5 1 1/5
A is significantly more important than B 7 1 1/7
A is absolutely more important than B 9 1 1/9

6
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Selecting Transporter based on Supply Chain Management (SCM) Criteria

Figure 1 Complete Hierarchy of Selecting Transporter


Pemilihan
Tingkat 1:
Pengangkut
Fokus

Tingkat 2: Transport Transit Relia- Accessi- Capa- Secu-


Kriteria Cost time bility bility bility rity

Sub riteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Peng- Pengangkut Peng-


(*)
Tingkat 3: ankut B angkut
(*)
Alternatif A C(*)

(*) Transporter A is rated by all sub-criteria (18 items) --- to simplify the picture above, the eighteenth arrow
of sub-criteria is not made, as well as transporter B and C. It will be much more faster using Expert Choice
version 11 to operate AHP with many criteria and sub criteria.

Table 3 A matrix of Pairwise Comparisons of the Main Criteria

Transport Transit Reliability Accessibility Capability Security


Cost Time

Transport 1 3 3 4 3 3
Cost
Transit Time 0.333 1 5 3 5 3

Reliability 0.333 0.200 1 3 5 3

Accessibility 0.250 0.333 0.333 1 5 4

Capability 0.333 0.200 0.200 0.200 1 3

Security 0.333 0.333 0.333 0.250 0.333 1

Total 2.583 5.067 9.867 11.450 19.333 17.000

7
Irwan Chairuddin, Hanifah

Table 4 Weights for Each Major Criteria

Transport Transit Reliability Accessi- Capability Security Weights**)


Cost Time bility

Transport 0.387 0.592 0.304 0.349 0.155 0.176 0.327


Cost
Transit Time 0.129 *) 0.197 0.507 0.262 0.259 0.176 0.255

Reliability 0.129 0.039 0.101 0.262 0.259 0.176 0.161

Accessibility 0.097 0.066 0.034 0.087 0.259 0.235 0.130

Capability 0.129 0.039 0.020 0.017 0.052 0.176 0.072

Security 0.129 0.066 0.034 0.022 0.017 0.059 0.054

*) Retrieved from 0.333/2.583


**) Retrieved from the laterally average

Table 5 A matrix of Pairwise Comparison for sub criteria number 5 to 10


with the main criteria; Reliability

C1 C2 C3 C4 C5 C6
Shipment expe- 1 5 5 3 5 3
diting (C1)

Pickup and 0.200 1 3 0.333 3 3


delivery service
(C2)

Quality of oper- 0.200 0.333 1 0.333 0.200 0.333


ating personnel
(C3)
Shipment tracing 0.333 3 3 1 5 3
(C4)
Frequency of 0.200 0.333 5 0.200 1 0.333
service (C5)

Financial stability 0.333 0.333 3 0.333 3 1


of carrier (C6)

Total 2.267 10 20 5.20 17.20 10.66

8
Analytical Hierarchy Process (AHP) Application in Selecting Transporter based on Supply Chain Management (SCM) Criteria

Table 6 Weights for each sub-criterion number 5 to 10


with main criteria; Reliability
C1 C2 C3 C4 C5 C6 Weights Real
(**) Weights

Shipment expe- 0.441 0.500 0.250 0.577 0.291 0.281 0.390 0.063
diting (C1) (***)
Pickup and 0.088(*) 0.100 0.150 0.064 0.174 0.281 0.143 0.023
delivery service
(C2)
Quality of oper- 0.088 0.033 0.050 0.064 0.012 0.031 0.046 0.007
ating personnel
(C3)
Shipment tracing 0.147 0.300 0.150 0.192 0.291 0.281 0.227 0.037
(C4)
Frequency of 0.088 0.033 0.250 0.038 0.058 0.031 0.083 0.013
service (C5)
Financial stabil- 0.147 0.033 0.150 0.064 0.174 0.094 0.110 0.018
ity of carrier
(C6)
Total 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

(*) Obtained from 0.2/2.267 (**) Obtained from the average laterally
(***) 0.390 x 0.161 Retrieved from reliability weight (the weight of main criteria)

Table 7 Transporter Companies Evaluation of Sub Criteria


for Expediting Shipment
Transporter A Transporter B Transporter C

Transporter A 1. 3 5
Transporter B 0.333 1 3

Transporter C 0.200 0.333 1


Total 1.533 4.333 9

Table 8 Weights for Transporter Companies Evaluation


of Sub Criteria for Expediting Shipment

Transporter A Transporter B Transporter C Weights


Transporter A 0.652 0.692 0.556 0.633
Transporter B 0.217 0.231 0.333 0.260
Transporter C 0.130 0.077 0.111 0.106

Total 1 1 1

9
Irwan Chairuddin, Hanifah

Table 9 Recap of Weight Criteria, Sub-Criteria and Transporters

Criteria/Sub- Weights Trans- (1*2) Trans- (1*4) Trans- (1*6)


Criteria porter A porter B porter C

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Transpor Cost 0.327
Sub Criteria 1 0.272 0.640 0.174 0.260 0.071 0.110 0.030
Sub Criteria 2 0.055 0.630 0.034 0.260 0.014 0.100 0.005
Transit Time 0.255 - - -
Sub Criteria 3 0.191 0.630 0.120 0.250 0.048 0.100 0.019
Sub Criteria 4 0.064 0.670 0.043 0.230 0.015 0.100 0.006
Reliability 0.161 - - -
Sub Criteria 5 0.063 0.630 0.040 0.260 0.016 0.110 0.007
Sub Criteria 6 0.023 0.700 0.016 0.200 0.005 0.090 0.002
Sub Criteria 7 0.007 0.630 0.004 0.260 0.002 0.100 0.001
Sub Criteria 8 0.036 0.630 0.023 0.260 0.009 0.100 0.004
Sub Criteria 9 0.013 0.700 0.009 0.200 0.003 0.090 0.001
Sub Criteria 10 0.017 0.640 0.011 0.260 0.004 0.100 0.002
Accessibility 0.129 - - -
Sub Criteria 11 0.082 0.540 0.044 0.290 0.024 0.160 0.013
Sub Criteria 12 0.033 0.640 0.021 0.260 0.009 0.100 0.003
Sub Criteria 13 0.014 0.540 0.007 0.320 0.004 0.110 0.001
Capability 0.072 - - -
Sub Criteria 14 0.041 0.640 0.026 0.260 0.011 0.100 0.004
Sub Criteria 15 0.022 0.620 0.014 0.290 0.006 0.080 0.002
Sub Criteria 16 0.009 0.650 0.006 0.220 0.002 0.130 0.001
Security 0.054 - - -
Sub Criteria 17 0.045 0.640 0.029 0.260 0.012 0.110 0.005
Sub Criteria 18 0.009 0.650 0.006 0.220 0.002 0.130 0.001
Total Weight 0.628(*) 0.256 0.108

(*) Obtained from (0.272 x 0.640 0.055 x 0.63 0.191 x 0.009 x 0.630 ....... 0.650)
From the table above, it can be seen that Transporter A has a total weight of 0.628, Transporter B has a
total weight of 0.256 and Transporter C with a total weight of 0.108, thus, the winner is transporter A.

10

Anda mungkin juga menyukai