Anda di halaman 1dari 135

Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pekerjaan pemesinan pekerjaan mengukur merupakan
kompetensi yang sangat penting dikuasai oleh seorang mekanik.
Mengukur pada hakikatnya membandingkan suatu besaran yang
belum diketahui besarannya dengan besaran standar. Besaran standar
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Dapat didefinisikan secara fisik
Jelas dan tidak berubah dengan waktu
Dapat digunakan sebagai pembanding di mana saja di dunia ini.
Untuk keperluan tersebut diperlukan alat ukur. Pekerjaan pengukuran
memerlukan alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik setidak-tidaknya
mengandung informasi besaran-besaran yang diukur yang sesuai
dengan kondisi senyatanya.
Dalam pembahasan modul ini dibatasi pada pembahasan alat-alat ukur
dasar yang sering digunakan dalam kegiatan praktikum pemesinan,
secara garis besar pembahasan akan dikelompokkan sebagai berikut :
- dasar- dasar konsep pengukuran
- alat ukur linier langsung (direct linear measuring instrument)
- alat ukur sudut (angle measuring instrument)
Pada prinsipnya memilih alat ukur merupakan upaya untuk
mendapatkan alat ukur yang sesuai dengan kebutuhan dari jenis
pekerjaan yang akan kita kerjakan.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Untuk itu kompetensi penggunaan
alat ukur menjadi sesuatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam pekerjaan pemesinan.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 1


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas macam-macam dasar-dasar pengukuran, alat
ukur linier langsung, dan pengukuran sudut

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
teknik pengukuran sesuai dengan aturan yang benar dan dapat
menerapkannya di lapangan industri teknik pemesinan

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta dapat :
a. menjelaskan dasar-dasar pengukuran
b. menjelaskan tentang macam-macam alat ukur linier langsung
c. menjelaskan tentang pengukuran sudut

D. Materi Pokok dan Submateri Pokok


Materi dan submateri pokok dalam modul ini adalah:
1. Materi Pokok:
a. Dasar-dasar pengukuran
b. Alat ukur linier langsung
c. Pengukuran sudut

2. Submateri Pokok:
a. Pengertian pengukuran
b. Jenis dan cara pengukuran
c. Konstruksi umum alat ukur
d. Nama alat-alat ukur
e. Macam-macam alat ukur linier langsung
f. Macam-macam mistar ukur
g. Menggunakan mistar ukur
h. Fungsi dan bagian-bagian mistar geser (vernier caliper)
i. Menggunakan mistar geser
j. Beberapa jenis lain mistar geser
k. Fungsi dan bagian-bagian mikrometer
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 2
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

l. Menggunakan mikrometer
m.Beberapa jenis lain mikrometer
n. Macam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut langsung
maupun alat ukur sudut tak langsung
o. Menggunakan bermacam-macam alat ukur sudut untuk memeriksa
sudut-sudut benda ukur
p. Membaca skala alat-alat ukur sudut langsung.

BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. MATERI POKOK 1
1. Dasar-dasar Pengukuran

1. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diklat mampu :
a. menjelaskan pengertian pengukuran
b. menyebutkan jenis dan cara pengukuran
c. mengetahui konstruksi umum alat ukur
d. mengetahui nama alat-alat ukur

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 3


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

2. Uraian dan Contoh

a. Pengertian Pengukuran
Pengukuran dalam arti Umum adalah membandingkan suatu besaran
dengan besaran acuan/pembanding/referensi adalah : Proses
pengukuran akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama
besaran acuan ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil
pengukuran menjadi tidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut :
- Tinggi gedung itu tiga.
- Tinggi gedung itu tiga pohon kelapa.
Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran acuan sehingga
kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan tetapi, besaran acuannya
(pohon kelapa) tidak menggambarkan suatu hal yang pasti sehingga
masih menimbulkan keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu
besaran acuan yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua
orang. Besaran tersebut harus dibakukan (distandarkan). Besaran
standar yang dipakai sebagai acuan dalam proses pengukuran harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Dapat didefinisikan secara phisik
Jelas dan tidak berubah dengan waktu
Dapat digunakan sebagai pembanding, dimana saja di dunia ini.
Besaran standar yang digunakandalam setiap proses pengukuran
dapat merupakan salah satu atau gabungan besaran-besaran dasar.
Dalam sistem satuan yang telah disepakatisecara internasional (SI
Units, International System of Units, Le Systeme International dUnites)
Dikenal tujuh besaran dasar.Setiap besaran dasar mempunyai satuan
standar dengan simbol/notasi yang digunakan sebagaimana yang
diperlihatkan pada tabel berikut :

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 4


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Tabel 1.1 Satuan dasar dari SI


Besaran dasar Nama satuan dasar Simbol
Panjang Meter (metre) m
Massa Kilogram (kilogram) kg
Waktu Detik (second) s
Arus listrik Amper (ampere) A
Temperatur termodinamika Kelvin (Kelvin) K
Jumlah zat Mol (mole) mol
Intensitas cahaya Lilin (candela) cd
Satuan tambahan
Sudut bidang Radial (radian) rad.*)
Sudut ruang Steradial (steradian) sr

*) satu derajat adalah sama dengan rad .
180
Untuk pengukuran geometris maka besaran dasar yang digunakan
adalah jelas, yaitu besaran panjang dengan satuan standar panjang
yang diberi nama dengan meter (m) serta stuan tambahan yaitu sudut
bidang dengan nama derajat (0) atau radial (rad).
Semua besaran standar bagi setiap pengukuran yang bukan
merupakan besaran dasar tersebut di atas adalah merupakan turunan
(gabungan) beberapa besaran dasar. Contoh besaran turunan adalah
seperti yang tercantum pada tabel 1.2

Tabel 1.2 Contoh besaran turunan dengan satuan standarnya


Besaran turunan Nama satuan standar Simbol
Luas bidang meterpersegi m2
Volume meterkubik m3
Kecepatan meterpersekon m/s
Percepatan meter-per-sekon kuadrat m/s2
Gaya newton N; kg.m/s2
Tekanan pascal Pa; N/m2; kg/(m.S2)
Energi (kerja) joule J; N.m; kg.m2/s3
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 5
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Daya watt W; J/s; kg.m2/s3


Potensial listrik volt V; W/A; kg.m2/(s3.A)
Tahanan listrik ohm ; V/A; kg.m2/(s3.A2)

b. Jenis dan Cara Pengukuran


Pengukuran geometris adalah mencakup ketiga aspek dari geometris
yaitu pengukuran, bentuk dan kekasaran permukaan.

1. Jenis Pengukuran dapat dibedakan sebagai berikut :


a. Linear
b. Sudut atau kemiringan
c. Kedataran
d. Profil
e. Ulir
f. Roda gigi
g. Penyetelan posisi
h. Kekasaran permukaan
Dari bermacam-macam jenis pengukuran tersebut di atas hanya
pengukuran linear yang paling banyak dipakai. Macam-macam
masalah pengukuran dapat dipecahkan dengan menggunakan
pengukuran linear, misalnya pengukuran dimensi dengan
toleransinya dan juga penentuan kesalahan bentuk. Untuk
melaksanakan jenis-jenis pengukuran ini maka dibuat
bermacam-macam alat ukur masing-masing dengan cara
pemakaian yang tertentu.
Berdasarkan sifat dari alat ukur maka dikenal 5 macam alat ukur
yaitu :
Jenis Dasar :
1. Alat ukur langsung, yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Kecermatannya rendah s.d. menengah (1 s.d.
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 6
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

0,002 mm). Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada


skala tersebut.
2. Alat ukur pembanding, yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Umumnya memiliki kecermatan menengah ( 0,01
mm; cenderung disebut pembanding) s.d. tinggi ( 0,001 mm;
lebih sering dinamakan komparator) tetapi kapasitas atau
daerah skala ukurnya terbatas. Alat ini hanya digunakan
sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensi terhadap
ukuran standar.
3. Alat ukur standar, yang mampu memberikan atau menunjukan
suatu harga ukuran tertentu. Digunakan sebagai acuan
bersama suatu objek ukur. Dapat mempunyai skala seperti
yang dimiliki alat ukur standar yang dapat diatur harganya
atau tak memiliki skala karena hanya mempunyai satu harga
nominal.
4. Alat ukur batas (kaliber), yang mampu menunjukkan apakah
suatu dimensi, bentuk, dan/atau posisi terletak di dalam atau
di luar daerah toleransinya. Dapat memiliki skala, tetapi lebih
sering tak mempunyai skala karena memang dirancang untuk
pemeriksaan toleransi suatu objek ukur yang tertentu (khas,
spesifik).
5. Alat ukur bantu, yang tidak termasuk sebagai alat ukur dalam
arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki peranan penting
dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik.

Jenis turunan :
Dua jenis turunan berikut dapat merupakan salah satu dari tiga
jenis pertama di atas atau gabungannya, yakni :
6. Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus untuk
mengukur geometri yang khas misalnya kekasaran

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 7


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda gigi dan


sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah yang
dirancang untuk kegunaan tertentu, misalnya koster inter-
ferometer untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain
mekanismenya yang khas, alat ukur jenis ini dapat memiliki
skala dan dapat dilengkapi alat pencatat atau penganalisis
data.
7. Alat ukur koordinat ; yang memiliki sensor yang dapat
digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca melalui tiga
skala yang disusun seperti koordinat kartesian (X,Y,Z). Dapat
dilengkapi dengan sumbu putar (koordinat polar).
Memerlukan penganalisis data titik-titik koordinat untuk
diproses menjadi informasi yang lebih jelas (diameter lubang,
jarak sumbu dan sebagainya).

2. Cara Pengukuran adalah sebagai berikut :


a. pengukuran langsung,
b. pengukuran tak langsung,
c. pengukuran pemeriksaan toleransi (dengan kaliber batas),
d. pengukuran perbandingan dengan bentuk acuan (standar).
e. Pengukuran geometri khusus, dan
f. Pengukuran dengan mesin ukur koordinat.

a. Pengukuran Langsung
Adalah proses pengukuran dengan memakai alat ukur
langsung. Hasil pengukuran dapat langsung terbaca.
Merupakan cara yang lebih dipilih jika seandainya hal ini
dimungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan.
Alat ukur langsung umumnya memiliki kecermatan yang rendah
dan pemakaiannya dibatasi yaitu :

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 8


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

- karena daerah toleransi kecermatan alat ukur,


- karena kondisi fisik objek ukur yang tak memungkinkan
digunakannya alat ukur langsung, atau
- karena tidak cocok dengan imajinasi ragam daerah toleransi
(tak sesuai dengan jenis toleransi yang diberikan pada objek
ukur misanya toleransi bentuk dan posisi sehingga
memerlukan proses pengukuran khusus.
Contoh pengukuran langsung adalah pengukuran tebal objek
ukur dengan memakai mikrometer, lihat gambar 1.1a

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 9


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.1 Proses Pengukuran Geometrik

Proses pengukuran geometrik dapat dilaksanakan secara


langsung (a), tak langsung (b), pemeriksaan dengan kaliber
batas (c), atau perbandingan dengan bentuk acuan (d).
Berdasarkan ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa teknologi
pengukuran geometrik harus dirancang/dipilih sesuai dengan
masalah yang dihadapi, supaya efektif dan efisien. efektif

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 10


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

bermakna menghasilkan data pengukuran/pemeriksaan yang


dapat diyakini kebenaran dan keterulangannya. Efektif berarti
dapat dilakukan dengan usaha yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan cara pelaksanaannya.

b. Pengukuran Tak Langsung


Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan dengan
memakai beberapa jenis alat ukur berjenis
pembanding/komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga
yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu
objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar (pada alat
ukur standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensi
objek ukur. Kerana alat ukur pembanding umumnya memiliki
kecermatan yang tinggi, sementara itu alat ukur standar
memiliki kualitas (ketelitian) yang bisa diandalkan, maka proses
pengukuran tak langsung dapat dilaksanakan sebaik mungkin
untuk menghasilkan harga yang cermat serta da;pat
dipertanggungjawabkan (teliti dan tepat). Proses pengukuran
tak langsung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif
lama. Contoh pengukuran semacam ini ditunjukkan dengan
gambar 1.1 b, dengan alat ukur pembanding jenis pupitas (dial
test indicator) yang dipasangkan pada dudukan pemindah
(transfer stand; sebagai alat ukur bantu), alat ukur standar
berjenis kaliber-induk tinggi (height master, yang memiliki skala
pengatur ketinggian muka-ukur) dan meja rata (surface plate)
sebagai alat ukur bantu.

c. Pemeriksaan dengan Kaliber Batas


Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak
menghasilkan data angka (numerik) seperti halnya yang

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 11


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

dihasilkan proses pengukuran. Pemeriksaan dilakukan untuk


memastikan apakah objek ukur (objek pemeriksaan) memiliki
harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi
ukuran, bentuk, dan/atau posisi. Objek ukur akan dianggap baik
bila terletak di dalam daerah toleransi da dikatakan jelek bila
batas materialnya (permukaannya) berada di luar daerah
toleransi yang dimaksud. Proses pemeriksaan berlangsung
cepat dan cocok untuk menangani pemeriksaan kualitas
geometrik produk hasil proses produksi massal. Gambar 1.1.c
merupakan contoh proses pemeriksaan toleransi lubang
dengan memakai kaliber poros (go & not go gauges).
.
d. Perbandingan dengan bentuk acuan
Bentuk suatu produk (misalnya profil ulir atau roda gigi) dapat
dibandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan atau
dibakukan (standar) pada layar alat ukur proyeksi. Kebenaran
bentuk konis dapat diperiksa dengan menggunakan kaliber
konis. Pada prinsipnya pemeriksaan seperti ini tidaklah
menentukan dimensi ataupun toleransi suatu benda ukur secara
langsung, akan tetapi lebih kepada menentukan tingkat
kebenarannya bila dibandingkan dengan bentuk standar, lihat
gambar 1.1.d.

e. Pengukuran geometri khusus


Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan,
pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur geometri
yang bersangkutan. Dengan memperhatikan imajinasi daerah
toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan
dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah pengukuran
geometri umumnya ditangani dengan cara ini, misalnya

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 12


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang, geometri


ulir, dan geometri roda gigi. Gambar 1.2 memperlihatkan contoh
pengukuran kebulatan dan roda gigi. Gambar dengan
keterangan yang diberikan dimaksudkan untuk menunjukkan
contoh kerumitan dan kedalaman permasalahan pengukuran
geometri.

Gambar 1.2 a Pengukuran Geometri Khusus


Contoh profil kebulatan sebagai hasil pengukuran dengan alat
ukur kebulatan dapat dianalisis berdasarkan empat cara yaitu
cara lingkaran luar minimum, lingkaran dalam maksimum,
lingkaran daerah minimum (MRZ) dan lingkaran kuadrat terkecil
(masing-masing bisa menghasilkan harga parameter kebulatan
R yang berbeda). Menurut ISO cara analisis MRZ (minimum
radial zone) adalah sesuai dengan makna toleransi
kebulatan;perhatikan pernyataan toleransi kebulatan seperti
yang diperlihatkan pada gambar 1.2.d.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 13


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.2 b Pengukuran Geometri Khusus

Kebulatan hanya bisa diukur dengan benar dengan alat ukur


kebulatan jenis sensor putar atau meja putar. Berdasarkan profil
kebulatan yang terekam pada grafik polar bisa ditentukan harga
parameter kebulatannya (lihat gambar 1.2 a). Jenis sensor putar
bisa digunakan untuk mengukur benda yang panjang dan berat.
Titik berat benda tidak perlu harus berimpit dengan sumbu putar
sensor, lihat gambar 1.2 b, Pemakaian jenis meja putar dibatasi
oleh berat benda serta titik beratnya tidak bisa terlalu jauh
terhadap sumbu putar (lihat gambar 1.3 c) lebih mudah dalam
pemakaiannya (penyetelan kemiringan dan kesenteran benda
ukur). Penggabungan gerakan translasi sensor dapat dilakukan
sehingga bisa digunakan untuk pengukuran kelurusan serta
kesalahan bentuk yang lain, lihat gambar 1.3 d. Pemakaian
komputer untuk analisis data memang sangat membantu seperti
halnya dalam pengukuran kebulatan.
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 14
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.2 c Pengukuran Geometri khusus


Contoh alat ukur kebulatan jenis meja putar.

Gambar 1.2 d Pengukuran Geometri Khusus

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 15


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Dengan alat ukur kebulatan jenis meja putar dimungkinkan


pengukuran berbagai kesalahan bentuk. Misalnya, kebulatan,
kesejajaran, ketegaklurusan, kesamaan sumbu dan kelurusan.

Gambar 1.2 e Pengukuran Geometri Khusus

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 16


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Contoh metrologi roda gigi. Kesalahan pits (jarak antar gigi)


dapat diperiksa dengan lebih praktis dengan mengukurnya pada
lingkaran dasar. Kesalahan pits inio perlu dibatasi terutama bagi
roda gigi penerus daya dan penerus putaran yang teliti.
Sementara itu, profil gigi yang berupa involute dapat diukur
dengan alat ukur profil. Kesalahan bentuk profil involute ini akan
mengurangi keandalan roda gigi dan kebisingan akan timbul jika
roda gigi yang bersangkutan dioperasikan.

f. Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat


Seperti dengan namanya, alat ukur (lebih cocok dinamakan
mesin ukur karena dimensinya yang relatif besar dan
dioperasikan dengan prosedur tertentu) memiliki tiga sumbu
gerak yang membentuk sumbu koordinat kartesian (X,Y,Z).
Sensor alat ukur dapat digerakkan pada sumbu ini secara
manual dan mungkin juga secara otomatik mengikuti program
gerakan pengukuran yang tersimpan dalam komputer
pengontrolnya. Setiap sumbu memiliki alat ukur jarak berjenis
inductosyn, photocosyn, atau optical-grating (seperti yang
diperlihatkan pada gambar 1.3

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 17


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.3 a Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat


(MUK)

MUK (CMM; Coordinate Measuring Machine) merupakan alat


ukur geometrik modern dengan memanfaatkan komputer untuk
mengontrol gerakan sensor relatif terhadap benda ukur serta
untuk menganalisis data pengukuran. Berbagai rancangan
mesin dibuat sesuai dengan kebutuhan, demikian pula dengan
jeins sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau sensor
scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan
dengan relatif mudah dan cepat. Meskipun demikian, tetap
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 18
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

dibutuhkan operator yang mempunyai keahlian dan


keteramoilan di bidang metrologi geometrik.

Gambar 1.3 b Pengukuran dengan mesin Ukur Koordinat


(MUK)
Berbagai jenis CMM dapat diadakan dipilih/disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang banyak ditangani di mana ukuran dan
ketelitian memegang peranan. Sementara itu, jenis sensor
dapat dibeli terpisah. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan
kemampuan software yang dimiliki CMM untuk mempermudah
analisis pengukuran serta berbagai program statistik yang
dimanfaatkan dalam pengontrolan kualitas geometrik.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 19


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.3 c Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordinat


(MUK)
Tergantung pada kecanggihan software yang dimiliki CMM,
proses pengukuran geometri benda ukur akan lebih
dipermudah. Pada contoh di atas suatu sistem koordinat benda
ukur dapat diaktifkan melalui proses pergeseran dan pemutaran
sumbu koordinat (A s.d D).

Selain berdasarkan sifatnya yang menghasilkan klasifikasi dasar


dan klasifikasi turunan dengan 7 jenis alat ukur seperti yang telah
diulas di muka, cara klasifikasi lain mengenai alat ukur geometrik
adalah menurut prinsip kerja utama, yaitu ::
1. Mekanis
2. Elektris
3. Optis
4. Hidrolik
5. Fluidik
6. Pneumatik atau Aerodinamik

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 20


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Beberapa jenis alat ukur menggunakan prinsip kerja gabungan,


seperti :
- Elektromekanik (elektrik + mekanik)
- Optomekanik (optik + mekanik)
- Optoelektrik (optik + elektrik)
- Pneumatikmekanik, dsb.
Prinsip kerja gabungan, yang diterapkan untuk alat ukur geometrik
dan besaran teknik lainnya, sebagai sistem pengukuran mandiri
maupun yang tergabung menjadi suatu sistem kontrol, ditambah
dengan pengolahan data dengan pemanfaatan komputer, saat ini
telah berkembang semakin jauh menjadi bidang teknologi mandiri
yang sering dinamakan dengan mekatronik.
Sebagai bagian dari ilmu mekatronik, berbagai jenis prinsip kerja
alat ukur geometrik ini akan diulas dalam beberapa sub-bab berikut.
Pembahasan dititikberatkan pada aspek kecermatan dan
pemakaiannya guna mendukung ide penyebarluasan pemahaman
yang benar atas berbagai istilah dalam pengukuran termasuk dua
istilah penting yaitu ketelitian (accuracy) dan ketepatan (precision).
Metrologi geometrik dapat dipelajari dan dikembangkan dengan
lebih mudah melalui klasifikasi masalah pengukuran, yaitu :
1. Masalah pengukuran linier
2. Masalah pengukuran sudut
3. Masalah pengukuran kesalahan bentuk dan posisi
4. Masalah pengukuran ulir
5. Masalah pengukuran roda gigi
6. Masalah pengukuran secara optik,
7. Masalah pengetesan geometrik mesin perkakas, dan
8. Masalah pemakaian mesin ukur koordinat (CMM), Coordinat
Measuring Machine).

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 21


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

c. Alat-alat Ukur
Alat ukur dapat kita terangkan dari segi pemakaiannya, oleh karena itu
dipakai sistematika pembahasan menurut jenis pengukuran yaitu :
- alat ukur linier langsung (direct linear measuring instrument)
- alat ukur linier tak langsung (indirect linear measuring instrument)
- alat ukur sudut (angle measuring instrument)
- alat ukur kedataran (horizontal alignment), kelurusan (straightness)
dan kerataan (flatness)
- metrologi ulir (screw thread metrology),
- metrologi roda gigi (gear metrology)
- alat ukur kebulatan (roudness) dan beberapa kesalahan bentuk
(form deviation), dan
- alat ukur kekarasan permukaan (surface roughness measuring
instrument)
Untuk beberapa jenis alat ukur akan dibahas secara terperinci
sedangkan jenis yang lain cukup sederhana pembahasannya. Usaha
pemahaman seseorang mengenai alat ukur dan cara pemakaiannya
hanya akan berhasil dengan baik apabila selain dengan mempelajari
teori juga melakukan praktek pemakaiannya. Beberapa hal yang tidak
dibahas dalam bab ini diharapkan dapat diketahui melalui buku
petunjuk praktikum yang telah tersedia ataupun dari penjelasan yang
diberikan oleh instruktur praktikum.

d. Prinsip Kerja Berbagai Jenis Alat Ukur Geometrik


Alat ukur geometrik yang paling sederhana adalah mistar/penggaris
yang mempunyai garis-garis skala ukuran. Penggaris ditempelkan
pada benda ukur dan diatur posisinya sehingga skalanya berimpit
dengan objek ukur (bagian benda ukur yang akan diukur panjangnya).
Penggaris digeserkan ke kiri-kanan sampai angka nol skala menjadi
segaris dengan salah satu tepi/ujung yang lain dimanfaatkan sebagai

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 22


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

penunjuk pada skala sehingga panjang benda ukur akan terbaca.


Proses pengukuran panjang yang sederhana seperti ini hampir pasti
akan dilakukan setiap orang dengan seksama, tidak tergesa-gesa,
demi untuk mencapai hasil yang kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan. Setiap orang tak akan mau memakai
penggaris yang bengkok atau yang skalanya rusak tak terbaca.
Jika memang hanya dibutuhkan kecermatan pengukuran sampai
dengan 1 mm, alat ukur penggaris ini memang memadai. Tukang kayu
umumnya cukup memakai penggaris dengan kecermatan 1 mm untuk
mengerjakan pintu rumah. Bila dalam membuat ketebalan papan pintu
tersebut ia diharuskan memakai alat ukur, misalnya mistar ingsut
dengan kecermatan 0,05 mm, pengerjaan papan pintu akan menjadi
lebih lama. Tukang kayu akan lebih sibuk mengukur dan mengasah
papan kayu sampai komponen pintu yang dibuat ini memiliki ketebalan
yang sama atau mendekati ukuran yang diinginkan dengan
kecermatan ukuran 0,05 mm.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pengukuran diperlukan :
Alat ukur yang berfunsi dengan baik dengan kecermatan yang
memadai disesuaikan dengan permintaan. Dalam pembuatan
komponen mesin/peralatan permintaan. Dalam pembuatan komponen
mesin/peralatan permintaan ini tertera pada gambar teknik/mesin yaitu
spesifikasi geometrik dengan beragam jenis toleransi geometrik,
Pelaksanaan pengukuran yang seksama dengan prosedur tertentu
untuk menghindarkan terjadinya kesalahan pengukuran,
Pengukuran yang tak hanya dilakukan setelah produk selesai dibuat
tetapi juga dilaksanakan sewaktu produk sedang dibuat. Bila perlu
mesin perkakas diatur/di-setel untuk memastikan apakah elemen
geometrik telah mencapai ukuran dalam batas-batas toleransinya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 23


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Sebagai petunjuk umum, kecermatan alat ukur sebaiknya sekitar 1/10


daerah toleransi objek ukur. Sebagai contoh, suatu poros dengan
-0,010

ukuran : 65 g6 atau 65 -,0029


mm sebaiknya diukur dengan
komparator dengan kecermatan 0,002 mm.
Bentuk objek ukur dan daerah toleransi yang diimajinasikan yang
diberlakukan pada objek ukur serta tingginya kecermatan yang
diinginkan memerlukan suatu alat ukur geometrik yang mungkin harus
dirancang secara khusus. Hal ini membuat ragam alat ukur menjadi
banyak, masing-masing dengan cara yang dapat berlainan. Alat ukur
akan lebih mudah digunakan bila si pengukur (operator) memahami
cara kerja alat ukur. Oleh karena itu, dalam sub bab ini beberapa
prinsip kerja alat ukur geometrik akan diuraikan baik secara agak
terperinci maupun garis besar cara kerjanya.
Prinsip kerja alat ukur geometrik dapat lebih mudah diterangkan
melalui komponen utamanya yaitu sensor, pengubah, dan
penunjuk/pencatat serta pengolah data.

1. Sensor
Sensor adalah peraba dari alat ukur, yaitu yang menghubungkan
alat ukur dengan benda ukur. Ujung-ujung kontak dari mikrometer,
kedua lengan dari mistar ingsut (vernier caliper), jarum dari alat
ukur kekasaran permukaan adalah merupakan contoh dari sensor
mekanis. Sistem lensa (obyektif) adalah merupakan sensor dari
alat ukur optis. Suatu poros dengan lubang-lubang kecil melalui
mana udara tekan mengalir keluar adalah suatu contoh dari
sensor pneumatis.

2. Pengubah

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 24


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Pengubah adalah bagian yang terpenting dari alat ukur, melalui


mana isyarat dari sensor diteruskan, diubah atau diolah terlebih
dahulu sebelum diteruskan ke bagian lain dari alat ukur (bagian
penunjuk). Pada bagian inilah diterapkan bermacam-macam
prinsip kerja, mulai dari prinsip kinematis, optis, elektris,
pneumatis sampai pada system gabungan, yang kesemuanya ini
pada dasarnya adalah bertujuan untuk memperbesar dan
memperjelas perbedaan yang kecil dari geomatri suatu obyek
ukur.

3. Penunjuk Dan Pencatat (Perekam Data Pengukuran)


Isyarat yang telah diperbesar oleh bagian pengubah diteruskan ke
bagian penunjuk yang akan menunjukkan hasil pengukuran lewar
garis indeks atau jarum penunjuk yang bergerak relatif terhadap
bidang skala atau dengan penunjuk ber-angka (digital). Skala,
yang berupa jajaran garis, dengan orientasi ;urus atau lengkung,
dibuat dengan jarak tertentu untuk mempermudah pembacaan.
Jarak antar garis skala mempunyai arti tertentu yang menunjukkan
kecermatan alat ukur atas besaran yang diukur. Pada penunjuk
digital, kecermatan alat ukur diwakili oleh angka (desimal) terakhir.
Sebagai tambahan atau sebagai ganti penunjuk, suatu pencatat
dapat merupakan bagian alat ukur. Pencatat diperlakukan jika
data pengukuran harus direkam secara berkesinambungan. Pada
beberapa pengukuran geometrik, misalnya kekasaran atau
kebulatan, hasil akhir pengukuran didapat dari analisis rekaman
data (secara manual atau otomatik, lihat bagian pengolah data)
yaitu analisis grafik yang dihasilkan pencatat.

2. Pengolah Data Pengukuran

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 25


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Pengolah isyarat sensor umumnya merupakan bagian integral (tak


terpisahkan) dari pengubah. Sementara itu, pengolah data
pengukuran merupakan bagian alat ukur yang menyatu, atau
dapat juga terpisah. Pengolahan data dapat dilakukan secara
analog (data dalam bentuk isyarat berkesinambungan) atau dapat
juga secara digital. Bagi pengolahan secara digital, isyarat analog
harus diubah terlebih dahulu menjadi isayaat digital (dilakukan
oleh bagian ADC; Analog to Digital Converter), semakin banyak
digunakannya komputer (PC) sebagai bagian alat ukur geometrik.
Hasil pengolahan data pengukuran, yakni harga parameter bagi
geometri yang diukur misalnya parameter kekakasaran
permukaan atau kebulatan objek ukur, dapat diperlihatkan mealui
layar monitor, direkam pada media perekam (kertas, magnetik,
optik, magneto-optik), atau diteruskan ke bagian lain, di luar
sistem pengukuran, yang menjadi satu kesatuan sistem kontrol
yang menyeluruh.

e. Sifat Umum Alat Ukur


Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu
ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Meskipun alat ukur
direncanakan dan dibuat dengan cara yang paling seksama,
ketidaksempurnaan sama sekali tidak bisa dihilangkan. Justru dalam
kendala ketidaksempurnaan ini alat ukur sering dianggap sebagai
cukur baik untuk digunakan dalam suatu proses pengukuran asalkan
pengguna memahami keterbatasannya. Untuk menyatakan sifat-sifat
atau karakteristik alat ukur digunakan beberapa istilah teknik yang
sewajarnya diketahui supaya jangan menimbulkan keraguan dan
kesalahtafsiran dalam mengkomunikasikan hasil pengukuran.

1. Kecermatan (Resolution)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 26


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan


cara pembacannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks
atau jarum penunjuk kecermatan alat ukur sama dengan
kecermatan skala yaitu arti jarak antar garis skala. Bila dibaca
dengan pertolongan skala nonius (satu atau dua dimensi),
kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan interpolasi nonius.
Jika digunakan penunjuk digital kecermatan alat ukur diwakili oleh
angka paling kanan (angka satuan terkecil).
Kecermatan dirancang sesuai dengan rancangan bagian pengubah
dan penunjuk alat ukur dengan memperhatikan kepekaan,
keterbacaan dan kapasitas ukur. Kecermatan alat ukur biasanya
bersifat tetap tetapi ada pula alat ukur (terutama jenis komparator)
yang kecermatannya dapat diatur (di set, disetel; adjustable). Alat
ukur dengan pengubah elektrik sering dilengkapi dengan attenuator
pemilih harga pembesaran (magnification). Pembesaran yang
dipilih akan mengubah arti jarak antar garis-garis skala (skala pada
kertas grafik) sehingga dapat mengubah kecermatan.
Alat ukur yang dipilih sesuai dengan kecermatannya yang dikaitkan
dengan besar-kecilnya daerah toleransi objek ukur. Prosedur
pengukuran perlu diikuti dengan seksama supaya kecermatan alat
ukur bermanfaat dan mempunyai makna pada hasil akhir (hasil
proses pengukuran) yang dalam hal ini sering dinyatakan dengan
istilah ketepatan (keterulangan, precision, repeatability) dan
ketelitian (keakuratan, kebenaran, accuracy).

2. Kepekaan
Setiap alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu
kemampuan alat ukur untuk merasakan suatu perbedaan yang
relatip kecil dari harga yang diukur. Misalnya dua alat ukur yang
sejenis A dan B digunakan untuk memerikas perbedaan panjang

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 27


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

yang kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan suatu


perbedaan pada skalanya daripada apa yang ditunjukkan oleh alat
ukur B, maka dikatakan alat ukur A lebih peka (sensitif) dari pada
alat ukur B. Kepekaan suatu alat ukur ditentukan oleh mekanisme
pengubahannya dan harganya dapat diketahui dengnan cara
membuat grafik antara harga yang diukur dengan pembacaan
skala.

3. Kemudahan Baca (Readability)


Kemampuan system penunjukan sari alat ukur memberikan suatu
angka yang jelas dan berarti dinamakan kemudahan baca.
Dengan membuat skala nonius dan atau membuat garis-garis skala
yang tipis dengan jarak yang kecil serta jarum penunjuk yang tipis
memungkinkan kemudahan baca dari penunjuk alat ukur yang
dipertinggi. Akan tetapi cara pembuatan skala seperti di atas
memungkinkan kesalahan baca, inilah alasannya kenapa system
penunjuk digital elektronis akhir-akhir ini menggeser kedudukan
sistem penunjuk skala dengan jarum atau garis indeks.

4. Histerisis
Histerisis adalah penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan
pengukuran secara kontinyu dari dua arah yang berlawanan, yaitu
mulai dari skala nol hingga skala maksimum kemudian diulangi
dari skala maksimum sampai skala nol. Pada beberapa alat ukur
sering timbul sifat yang merugikan ini terutama pada jam ukur.
Suatu jam ukur dapat kita gunakan untuk mengukur ketinggian
yang secara kontinyu bertambah, kemudian pembacaan diulangi
dengan secara kontinyu menurun misalnya seperti gambar 1.4.
Apabila kita gambarkan kesalahan*) yaitu ketinggian sebenarnya
sebagai sumbu tegak sedang sumbu datar adalah harga

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 28


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

sebenarnya, maka mungkin didapat bentuk kurva seperti gambar


1.4. Meskipun dapat terjadi kesalahan, kesalahan ini seharusnya
sama artinya kurva pembacaan naik berimpit dengan kurva
pembacaan turun.
Pada contoh jam ukur seperti di atas, histerisis disebabkan karena
sewaktu poros bergerak ke atas adlah melawan gaya gesekan
serta gaya pegas (dari jam ukur) sedang sewaktu bergerak turun
poros menerima gaya pegas dan melawan gesekan. Supaya
histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros dengan bantalannya
harus diperkecil sehingga pengaruhnya dapat diabaikan.

Gambar 1.4 Histerisis yang mungkin ada pada waktu


mengkalibrasi jam ukur.

Kita dapat memperkecil pengaruh histerisis (jika seandainya ada)


apabila pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya
sebagian kecil dari skala alat ukur tersebut digunakan (perubahan
posisi jarum penunjuk hanya melewati beberapa garis skala).
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 29
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Inilah alasannya kenapa sewaktu melakukan pengukuran dengan


cara tak langsung tinggi dari alat ukur standar (susunan blok ukur)
kurang lebih harus dibuat sama dengan tinggi dari obyek ukur,
sehingga selisih ketinggian yang ditunjukkan oleh komparator
hanya sedikit (dalam beberapa micron).

5. Kepasifan (Passivity) atau kelambatan Reaksi


Kepasifan adalah merupakan kejadian di mana suatu perbedaan/
perubahan kecil dari harga yang diukur (yang dirasakan sensor)
tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum penunjuk.
Kepasifan pada alat ukur mekanis (apabila ada) disebabkan oleh
pengaruh kelembamam, misalnya pegas pada alat ukur tersebut
tidak elastis sempurna.
Kepasifan dapat pula diartikan sebagai kelambatan alat ukur untuk
bereaksi atas adanya perubahan yang dirasakan oleh sensor.
Kerugian seperti ini dapat dialami oleh alat ukur pneumatis dengan
sistem tekanan balik, yaitu apabila pipa elastis yang
menghubungkan sensor dengan ruang perantara terlalu panjang.
Karena volume udara (yang diukur tekanannya) terlalu besar, maka
pengaruh kompresibilitas dari udara menjadi terasa, akibatnya
reaksi dari barometer menjadi lambat.

6. Pergeseran (Shifting, Drift)


Apabila terjadi suatu perubahan harga yang ditunjukkan pada skala
atau yang dicatat pada kertas grafik, sedangkan sesungguhnya
sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan maka kejadian ini
disebut dengan pergeseran. Keadaan ini sering dialami oleh alat
ukur dengan pengubahan elektirs, yang mana suatu perubahan
temperatur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifat-
sifat dari komponen elektroniknya yang sudah tua.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 30


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

7. Kestabilan Nol (Zero Stability)


Apabila benda ukur diambil seketika maka jarum penunjuk harus
kembali ke posisinya semula (posisi nol). Alat ukur disebut
mempunyai kestabilan nol yang jelek apabila jarum penunjuk tidak
tepat kembali ke posisi nol. Keadaan ini sangat erat hubungannya
dengan histerisis, yang antara lain disebabkan oleh keausan pada
mekanisme penggerak jarum penunjuk.

8. Pengambangan (Floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah
posisi (bergetar) atau angka terakhir/ paling kanan dari penunjuk
digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian
diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin peka alat
ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses
pengukuran berlangsung adlah besar. Dengan demikian alat ukur
yang peka harus dipakai dengan cara yang cermat serta hari-hati,
getaran pada alat ukur dan benda ukur tidak boleh terjadi.

9. Kesalahan /Penyimpangan Dalam Proses Pengukuran


Pengukuran adalah merupakan proses yang mencakup tiga bagian
yaitu benda ukur, alat ukur dan orang, karena ketidak sempurnaan
dari masing-masing bagian ini maka bisa dikatakan bahwa tidak
ada satupun pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.
Kesalahan akan selalu ada, yaitu merupakan perbedaan antara
hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar. Setiap
pengukuran mempunyai ketidaktelitian (kesalahan) yang berbeda-

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 31


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

beda, tergantung dari kondisi alat ukur, benda ukur, metoda


pengukuran dan kecakapan si pengukur.
Apabila suatu pengukuran dilakukan untuk kedua, ketiga dan
seterusnya untuk n kali pengukuran yang identik (sama) maka hasil
dari setiap pengukuran tersebut tidak selalu tepat sama, mereka
kurang lebih akan terpencar di sekitar harga rata-ratanya. Demikian
pula halnya untuk beberapa group pengukuran yang identik (ada m
group pengukuran yang masing-masing terdiri dari n kali
pengukuran tunggal), maka harga rata-rata total. Keadaan seperti
di atas ini merupakan sifat umum dari pengukuran yaitu yang
berhubungan dengan ketepatan atau kemampuan untuk
mengulangi hal yang sama. Dari pembicaraan singkat di atas, maka
dapatlah kiranya kita definisikan dua istilah yang penting dalam
pengukuran, yaitu ketelitian dan ketepatan *).

10. Ketelitian (accuracy)


Adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga
sebenarnya (dimensi obyek ukur). Harga sebenarnya tidak pernah
diketahui, yang dapat ditentukan hanyalah harga pendekatan atau
yang disebut dengan harga yang dianggap benar. Perbedaan
antara harga yang diukur dengan harga yang dianggap benar
adalah disebut dengan kesalahan sistematis (systematic error).
Faktor-faktor yang membuat suatu proses pengukuran menjadi
tidak teliti dan tidak tepat dapat berasal dari berbagai sumber yaitu :
a) alat ukur
b) benda ukur
c) posisi pengukuran
d) lingkungan
e) orang (sipengukur)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 32


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

a) Penyimpangan yang bersumber dari alat ukur


Alat ukur yang digunakan harus dikalibrasi, dengan demikian
kita akan bebas dari penyimpangan yang merugikan yang
biasanya bersumber dari alat ukur. Apabila alat ukur sering
dipakai dan kalibrasi belum dilakukan lagi maka kemungkinan
akan timbul sifat-sifat yang jelak dari alat ukur misalnya
histerisis, kepasifan, pergeseran dan kestabilan nol. Karena
keausan dari bidang kontak (sensor mekanis) akan terjadi
kesalahan sistematis dan besarnya dapat ditentukan dengan
melakukan kalibrasi. Kesalahan rambang dapat ditentukan
dengan melakukan pengukuran yang berulang-ulang yang
identik (paling sedikit 20 kali) besarnya kesalahan rambang ini
penting sekali untuk diketahui terutama bagi alat ukur
pembanding.

b) Penyimpangan yang bersumber dari benda ukur


Setiap benda elastis akan mengalami deformasi (perubahan
bentuk) apabila ada beban yang beraksi padanya. Beban ini
dapat disebabkan oleh tekanan kontak dari sensor alat ukur
(sewaktu mengukur) ataupun karena berat benda ukur sendiri
(yang diletakkan di antara tumpuan). Untuk melakukan
pengukuran maka sensor mekanis akan memberikan suatu
tekanan tertentu pada permukaan obyek ukur. Beberapa alat
ukur misalnya micrometer dapat menyebabkan suatu deformasi
pada permukaan dari obyek ukur yang relatip lunak (aluminium)
ataupun lenturan pada diameter silinder dengan dinding yang
relatip tipis. Oleh karena itu pada pada micrometer sealu
dilengkapi suatu alat yang disebut dengan pembatas-
momenputar yang berfungsi untuk menjaga tekanan
pengukuran sekecil mungkin dan konstan. Jika kondisi benda

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 33


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

ukur ini sedemikian kritisnya sehingga dikuatirkan akan terjadi


penyimpangan akibat adanya tekanan kontak, maka perlu
digunakan alat ukur yang mempunyai sensor optis ataupun
pneumatis (mengapa?)
Apabila suatu batang dengan penampang yang sama untuk
seluruh panjangnya diletakkan pada dua tumpuan maka akan
terjadi lenturan akibat berat batang sendiri. Besarnya lenturan
ini tergantung dari jarak kedua tumpuan di mana batang
tersebut diletakkan secara simetris (lihat gambar 1.5). Jika
dikehendaki kedua ujungnya tetap lurus, misalnya pada batang
ukur (end bar) dimana permukaan pada kedua ujungnya harus
sejajar, maka jarak kedua tumpuan (s) harus sama dengan
0,577 kali panjang batang (s = 0,577 l). Kedua titik tumpuan ini
disebut dengan titik Airy (Airy points) dan biasanya pada batang
ukur diberi suatu tanda yang menyatakan letak kedua titik Airy
ini.
Seandainya dikehendaki lenturan yang minimum, contohnya
adalah batang penggaris yang diletakkan mendatar antara
kedua tumpuan, maka jarak kedua tumpuan tersebut harus
sama dengan 0,554 kaki panjang batang (s = 0,554 l)*)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 34


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 1.5. Pengaruh elastisitas benda ukur pada waktu


pengukuran.
Sewaktu pengukuran berlangsung tidak boleh terjadi gerakan
dari benda ukur pada arah yang sama dengan garis
pengukuran (garis dimensi obyek ukur) sehingga dalam
beberapa keadaan diperlukan alat pemegang benda ukur
(penjepit). Karena penjepit ini juga memberikan tekanan pada
benda ukur, maka posisi dari penjepit harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan deformasi yang
merugikan.

c) Posisi pengukuran yang menimbulakan penyimpangan


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 35
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Garis pengukuran harus berimpit atau sejajar dengan garis


dimensi obyek ukur. Apabila garis pengukuran membuat sudut
sebesar 0 dengan garis dimensi (karena pengambilan posisi
pengukuran yang salah) maka akan terjadi kesalahan yang
biasa disebut dengan kesalahan kosinus (cosine error) gambar
15. Apabila digunakan micrometer maka dapat terjadi
kombinasi keslahan kosinus dan kesalahan sinus (sine error).

Gambar 15. Kesalahan kosinus dan sinus

d) Penyimpangan akibat pengaruh lingkungan


Kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk melakukan
pengukuran dapat mengakibatkan penyimpangan-
penyimpangan yang serius. Cahaya atau penerangan yang
tidak cukup dapat mengakibatkan kesalahan pembacaan skala,

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 36


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

sedang lingkungan yang kotor dan berdebu dapat


menyebabkan kesalahan sistematis karena adanya debu yang
menempel pada permukaan sensor mekanis dan permukaan
obyek ukur. Pengukuran yang memerlukan kecermatan yang
tinggi (dengan memakai alat ukur yang peka) tidak dapat
dilaksanakan apabila sistem pengukuran (benda kerja dan alat
ukur) terpengaruh oleh getaran dari mesin-mesin berat atau
alat-alat lain yang menimbulkan getaran pada lantai pabrik.
Pengaruh dari temperatur merupakan faktor yang perlu
mendapat perhatian karena semua benda padat, terutama
logam akan berubah dimensinya apabila temperaturnya
berubah. Supaya hasil pengukuran akan selalu sama, maka
telah disetujui secara internasional bahwa temperatur standar
untuk pengukuran geometris adalah sebesar 20C. Perubahan
panjang akan terjadi pada pengukuran langsung adalah :
l = l (t ts) .(1 1)
Di mana : l = perubahan panjang, mm
l = panjang obyek ukur, mm
= koefisien muai panjang, C-1
= 23,8.10-6 untuk alumunium
= 16,5.10-6 untuk tembaga
= 12,0.10-6 untuk baja
= 10,5.10-6 untuk besi tuang
t = temperatur obyek ukur
ts = temperatur standar = 20C.
Misalnya suatu poros baja yang baru saja dibubut sampai
diameter nominal 100 mm dapat mempunyai temperatur sekita
40C, andai kata pengukuran diameter dilakukan pada
temperatur ini maka diameter poros tersebut akan lebih besar
sekitar 0,023 mm dibandingkan dengan diameternya pada

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 37


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

temperatur standar. Perbedaan ukuran ini adalah sama dengan


besar daerah toleransi . Apabila pengukuran dilakukan secara
perbandingan maka besar perbedaan panjang antara obyek
ukur dengan blok ukur (ukuran standar) dapat dihitung dari
rumus berikut :
(l2 l1 ) (l2 2 l11 )(t t s )......(1 2)

Di mana : = perubahan panjang, yang diukur oleh alat ukur


pembanding mm
l2 = panjang benda ukur, mm
l1 = panjang blok ukur, mm
2 = koefisien mulai panjang benda ukur, C -1
1 = koefisien muai panjang blok ukur, C-1
t = t ts = perbedaan temperatur pengukuran
dengan temperatur standar.
Apabila koefisien muai panjang dari benda ukur tidak banyak
berbeda dengan koefisien maui panjang dari blok ukur, maka
rumus (1 2) dapat dituliskan sebagai berikut :
(l2 l1 ) ( l ).t......(1 3)

Karena l biasanya dibuat kecil (dalam beberapa micron)


sedang t biasanya tidak lebih dari 10C (temperatur ruang
dalam pabrik 30C) dan harga sendiri adalah kecil maka
bagian kedua dari rumus (3.10) dapat kita abaikan. Dengan
demikian pengukuran secara perbandingan akan memberikan
harga yang mendekati harga sebenarnya meskipun
pengukuran tidak dilakukan pada temperatur standar.
Sebaliknya apabila ada kesalahan pengukuran yang cukup
berarti. Dengan demikian untuk suatu system pengukuran
(benda ukur dan alat ukur) harus selalu diusahakan supaya
temperaturnya sama rata.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 38


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Alat ukur-alat ukur yang disimpan dalam ruang ukur (Metrology


Laboratory) akan mempunyai temperatur yang sama dengan
ruang ukur (20C), oleh karena itu suatu alat ukur (misalnya
blok ukur) yang kita pegang terlalu lama (karena panas tubuh
manusia) akan mempunyai temperatur lebih tinggi dari alat-alat
yang lain. Demikian pula benda ukur atau alat-alat lain yang
dibawa masuk ke ruang ukur perlu waktu penyesuaian
temperatur.

e) Penyimpangan yang berasal dari operator


Dua orang yang melakukan pengukuran secara bergantian
dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur serta kondisi
lingkungan yang dianggap tak berubah mungkin menghasilkan
data yang berbeda. Sumber dari perbedaan ini dapat berasal
dari cara mereka mengukur, pengalaman dan keahliannya serta
kemampuan dan perangai dari masing-masing pengukur.
Pengukur adalah suatu pekerjaan yang memerlukan
kecermatan, dengan demikian orang yang melakukan
pengukuran harus :
Mempunyai pengalaman praktek yang didasari penguasaan
pengetahuan akan pengukuran atau dengan kata lain ia
pernah mengikuti training metrologi industri.
Waspada akan kemungkinan letak dari sumber
penyimpangan dan tahu bagaimana cara mengeliminir
(mengurangi sampai sekecil mungkin sehingga praktis
dapat diabaikan) pengaruhnya terhadap hasil pengukuran.
Mempunyai dasar-dasar pengetahuan akan alat ukur, cara
kerja alat ukur, cara pengukuran, cara mengkalibrasi dan
memelihara alat ukur.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 39


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Mampu untuk menganalisa suatu persoalan pengukuran,


menentukan cara pengukuran sesuai dengan tingkat
kecermatan yang dikehendaki, memilih alat ukur yang
sesuai untuk hal ini dan kemudian melaksanakan
pengukuran.
Sadar bahwa hasil pengukuran adalah sepenuhnya
merupakan tanggung jawabnya.

4. Latihan
a. Jelaskan pengertian pengukuran !
b. Uraikanlah jenis dan cara pengukuran !
c. Uraikanlah bagian-bagian dan konstruksi umum alat ukur !
d. Sebutkan sifat-sifat alat ukur ?
e. Jelaskan kesalahan-kesalahan penyimpangan dalam proses
pengukuran !

5. Rangkuman
Pengukuran dalam arti yang luas adalah : membandingkan suatu
besaran dengan besaran standar.
Berdasarkan sifat dari alat ukur maka dikenal 5 macam alat ukur,
yaitu alat ukur langsung, alat ukur tak langsung/pembanding, alat
ukur standar, alat ukur batas, alat ukur bantu
Konstruksi umum alat ukur terdiri dari sensor, pengubah,
penunjuk/pencatat
Sifat-sifat alat ukur : kepekaan, kemudahan baca (readability),
histerisis, kepasifan (passivity) atau kelambatan reaksi, Pergeseran
(shifting, drift), kestabilan nol (zero stability), pengambangan
(floating).
Kesalahan /penyimpangan dalam proses pengukuran,
penyimpangan yang bersumber dari alat ukur, penyimpangan yang
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 40
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

bersumber dari benda ukur, penyimpangan akibat pengaruh


lingkungan, penyimpangan yang bersumber dari si pengukur
Dari segi pemakaiannya, jenis-jenis alat ukur dapat dibedakan
menjadi :
- alat ukur linier langsung
- alat ukur linier tak langsung
- alat ukur sudut
- alat ukur kedataran
- alat ukur ulir
- alat ukur roda gigi
- alat ukur kekerasan permukaan

6. Evaluasi materi pokok 1


a. Sebutkan syarat-syarat suatu besaran standar ?
b. Uraikanlah jenis dan cara pengukuran
c. Sebutkan sifat-sifat alat ukur ?
d. Uraikanlah bagian-bagian dan konstruksi umum alat ukur !
e. Sebutkan jenis-jenis pengukuran ditinjau dari segi pemakaiannya?

7. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah menyelesaikan modul ini dan mengerjakan semua tugas serta
evaluasi maka berdasarkan kriteria penilaian, peserta diklat dinyatakan
lulus/tidak lulus. Apabila dinyatakan lulus maka dapat melanjutkan ke
modul berikutnya, sesuai dengan alur peta kedudukan modul,
sedangkan apabila dinyatakan tidak lulus maka peserta diklat harus
mengulang modul ini dan tidak diperkenankan mengambil modul
selanjutnya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 41


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

ALAT UKUR LINIER LANGSUNG

B. MATERI POKOK 2
1. Alat Ukur Linier Langsung

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diklat mampu :
a. menjelaskan macam-macam alat ukur linier langsung ;
b. menyebut macam-macam mistar ukur ;
c. menggunakan mistar ukur ;
d. menyebutkan fungsi mistar geser dan bagian-bagian mistar geser;
e. menggunakan mistar geser ;
f.menyebutkan fungsi mikrometer dan bagian-bagian mikrometer ;
g. menggunakan mikrometer.

3. Uraian dan Contoh

Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam metrologi


industri adalah menyangkut pengukuran linier atau pengukuran panjang
(jarak), diameter poros, tebal gigi, lebar, kedalaman, perhitungan sudut
dengan metode sinus atau tangent, kesemuanya itu merupakan contoh
dari dimensi panjang (linier) dari benda ukur yang memang mempunyai
variasi bentuk panjang yang bermacam-macam. Untuk itu perlu dipelajari
bagaimana cara mengukurnya dan alat-alat ukur apa saja yang bisa
digunakan untuk mengukurnya. Berdasarkan cara mengukurnya maka
dapat dibedakan dua jenis pengukuran yaitu pengukuran linier langsung
dan pengukuran linier tak langsung.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 42


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Dari bermacam-macam masalah pengukuran komponen mesin maka


pengukuran linier merupakan hal yang sering ditemukan. Beberapa hal
tertentu, misalnya pengukuran sudut, sebetulnya juga dapat dilaksanakan
dengan metoda pengukuran linier yaitu menghitung sinusnya, sedangkan
pengukuran yang lain misalnya roda gigi adalah merupakan pengukuran
linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Dengan alat ukur linier
langsung maka hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian
bagian penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut. Jenis alat ukur linier
langsung yang akan dibahas dapat digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu :
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk
2. Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk
3. Mikrometer dengan berbagai bentuk

1. Mistar Ukur
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling sederhana dan
banyak dikenal orang. Biasanya berupa pelat dari baja atau kuningan
di mana pada kedua sisi dari salah satu permukaannya diberi skala
(metris dan inchi). Panjang dari skala ukurannya adalah 150 mm
300 mm dengan pembagian dalam atau 1 mm. Pengukuran
dilaksanakan dengan menempelkan mistar ini pada obyek ukur
sehingga panjang dari obyek ukur dapat langsung dibaca pada skala
mistar ukur. Kecermatan pembacaan tidak dapat lebih kecil dari
mm, oleh sebab itu mistar ukur tidak dapat digunakan untuk
pengukuran dengan kecermatan tinggi. Dalam metrologi industri,
mistar ukur hanya dipakai untuk memperkirakan dimensi obyek ukur
serta untuk melakukan penggambaran secara kasar.
Ujung dari mistar kadang-kadang diberi berkait, sehingga pengukuran
dapat dimulai dari ujung benda ukur. Untuk mengukur diameter luar
secara kasar maka harus dibantu dengan menggunakan jangka

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 43


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

bengkok dan bagi diameter dalam diperlukan bantuan jangka kaki.


Mistar ukur yang baik dibuat dari baja paduan nikel dan dibentuk
dengan penampang X, I atau segitiga. Untuk mengukur lebih dari 300
mm dapat digunakan meteran lipat atau meteran gulung.

1.1. Meteran lipat


Biasanya dibuat alumunium atau baja. Melihat konstruksinya
maka meteran lipat sebetulnya merupakan gabungan dari
mistar ukur dengan sambungan engsel pada setiap ujungnya.
Mengingat kemungkinan ausnya engsel dan ketidak lurusan
garis pengukuran sewaktu melakukan pengukuran, maka
meteran lipat tidak memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan mistar ukur biasa.

1.2. Meteran gulung


Meteran gulung dibuat dari pelat baja tipis yang dapat digulung
dan ditempatkan dalam suatu kotak. Penggulungannya dapat
dipermudah dengan bantuan pegas. Biasanya meteran gulung
yang paling panjang mempunyai kapasitas ukur sampai 50 m.
Pada ujung dari pelat diberi kaitan atau gelang guna
mepermudah pengukuran.

1.3. Mistar Ukur Berkait (Hook Rule)


Dengan mistar ukur berkait ini memberi kemudahan kepada
kita untuk mengukur lebar alur ataupun dalamnya. Karena pada
alat ini bagian ujungnya diberi semacam kait persegi sehingga
dapat menempatkan pada posisi nol di bagian-bagian benda
ukur yang kurang menguntungkan kalau digunakan mistar ukur
biasa. Untuk benda-benda ukur yang bagian-bagian tertentu
bentuknya menyudut atau tirus (chamfer) mistar ukur berkait ini

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 44


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

sangat cocok sekali digunakan dibandingkan dengan mistar-


mistar ukur lainnya.
Contoh dari mistar ukur, meteran lipat dan meteran gulung
adalah seperti gambar 2.1

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 45


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.1 Beberapa jenis mistar ukur


1.4. Cara Menggunakan Mistar Ukur
Meskipun alat ukur yang bernama mistar ukur bukan
merupakan alat ukur yang begitu presisi, akan tetapi untuk
keperluan pengukuran dengan ketelitian yang tidak begitu tinggi
dan perlu waktu yang relatif cepat untuk mengukurnya maka
mistar ukur dengan berbagai bentuknya dapat digunakan.
Tinggal bagaimana cara menggunakannya sehingga
penyimpangan-penyimpangan dalam pengukuran dapat
dihindari. Tentunya letak dari mistar ukur harus betul-betul
sejajar dengan arah memanjang atau tegak lurus dengan arah
melintang dari benda yanga akan diukur. Kadang-kadang untuk
keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok atau jangka kaki,
misalnya untuk pengukuran kasar dari diameter luar atau
diameter dalam suatu poros dan lubang. Gambar 2.2
menunjukkan beberapa contoh penggunaan mistar ukur.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 46


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.2. Contoh penggunaan mistar ukur.

2. Mistar Ingsut (Caliper)


Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam
praktek sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka
sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier. Pada batang ukurnya
terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama seperti pada
mistar ukur.Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur
yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya
rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa
digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur.
Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan
yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 47


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

disebut dengan skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang


membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. Dalam pembacaan
skalanya ada yang dalam sistem inchi dan ada pula yang dalam
sistem metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur
dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi dalam bentuk inchi
dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur
bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus
yaitu inchi dan metrik. Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai
0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Ada pula mistar ingsut yang tidak
dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai penggantinya maka dibuat
jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya
pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang
ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama
(angka di belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian). Jadi
ada dua jenis jangka sorong yaitu jangka sorong (jangka ingsut)
dengan skala nonius dan mistar ingsut dengan jam ukur. Sesuai
dengan bentuk dari benda ukur maka saat ini telah banyak diproduksi
mistar ingsut dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip
pembacaannya tetap sama. Secara umum konstruksi dari mistar
ingsut dapat digambarkan seperti gambar 2.3 berikut ini.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 48


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.3. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.
2.1. Mistar Ingsut dengan Skala Nonius (Vernier Caliper)
Pada gambar 2.3 dapat dilihat secara umum bentuk dari mistar
ukur dengan skala nonius. Ada dua macam bentuknya, yaitu yang
hanya mempunyai rahang ukur bawah dan yang lain mempunyai
rahang ukur bawah dan atas. Mistar ingsut yang hanya
mempunyai rahang ukur bawah saja digunakan untuk mengukur
dimensi luar dan dimensi dalam dari benda ukur. Sedangkan
mistar ukur yang mempunyai rahang ukur atas dan bawah dapat
digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dalam, kedalaman
(depth) celah dan ketinggian alur bertingkat. Untuk skala
pembacaan dengan sistem metrik, mistar ingsut ada yang panjang
skala utamanya dari 150 mm, 200 mm, 250 mm dan 300 mm,
bahkan ada juga yang sampai 1000 mm. Kecermatan pembacaan
bergantung pada skala noniusnya yaitu 0,10, 0,05 atau 0,02 mm.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai mistar ingsut
adalah :
- Rahang ukur gerak (peluncur) harus dapat meluncur pada
batang ukur dengan baik tanpa bergoyang.
- Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan ke dua
rahang dengan cara mengatupkan rahang.
- Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan
menggunakan ujung rahang ukur (harus agak ke dalam),
supaya kontak antara permukaan sensor dengan benda ukur
cukup panjang sehingga terjadi efek pemosisian mandiri (self
aligning) yang akan meniadakan kesalahan kosinus.
- Tekankan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa
melenturkan rahang ukur ataupun lidah ukur kedalaman
sehingga mengirangi ketelitian (ada kesalahan sistematik akibat
lenturan). Ketepatan (keterulangan; precision/repetability)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 49


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

pengukuran bergantung pada ketepatan (keterulangan)


penggunaan tekanan yang mencukupi, Hal ini dapat dicapai
dengan cara latihan sehingga ujung jari yang menggerakan
peluncur dapat merasakan tekanan pengukuran yang baik.
Apabila ada, gunakan mur penggerak cermat untuk
menggeserkan peluncur secara cermat.
- Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar
ingsut diangkat dari obyek ukur dengan hati-hati (setelah
peluncur dimatikan), sejajar dengan bidang pandangan, dengan
demikian mempermudah penentuan garis nonius yang menjadi
segaris dengan garis skala utama.

Gambar 2.4 Beberapa hal yang dapat dilakukan dengan


mistar ingsut

a. Mengukur ketebalan, jarak luar atau diameter luar


b. Mengukur kedalaman
c. Mengukur tingkat
d. Mengukur jarak celah atau diameter dalam

2.2. Mistar Ingsut dengan Jam Ukur


Mistar ingsut jenis ini tidak mempunyai skala nonius. Sebagai
ganti dari skala nonius maka dibuat jam ukur. Oleh karena itu
namanya menjadi mistar ingsut jam ukur. Pada jam ukurnya
dilengkapi dengan jarum penunjuk skala dan angka-angka dari
pembagian (divisi) skala. Jarum penunjuk tersebut dapat berputar
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 50
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

sejalan dengan bergeraknya rahang jalan (gerak). Jadi, gerak


lurus dari rahang ukur jalan (sensor) diubah menjadi gerak rotasi
dari jarum penunjuk. Gerak rotasi ini terjadi karena adanya
hubungan mekanis antara roda gigi pada poros jam ukur dengan
batang bergigi pada batang ukur. Pada jam ukur biasanya sudah
dicantumkan tingkat-tingkat kecermatannya. Ada yang tingkat
kecermatannya 0.10 mm, ada yang 0.05 mm dan ada pula yang
sampai 0.02 milimeter. Sedang untuk yang pembacaannya dalam
inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang
0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm, biasanya
satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama.
Ini berarti, untuk satu putaran jarum penunjuk rahang jalan akan
bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Demikian pula untuk tingkat
kecermatan yang lain, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pembagian skala jam ukur pada mistar ingsut jam ukur.
Satu putaran
Angka pada jam Selang
jarum
ukur pembagian
Kecermatan penunjuk
dalam mm untuk skala
sensor
tiap utama
tergeser
0.10 mm 10 mm 10 bagian 1 cm
0.05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
0.02 mm 2 mm 5 bagian dalam 1 mm
satuan
0.1 mm

Konstruksi dari mistar ingsut dengan jam ukur dapat dilihat pada Gambar
2.5 Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi
konstruksinya pada umumnya sama.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 51


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.5. Mistar ingsut dengan jam ukur.

Suatu jenis mistar ingsut jam, sebagaimana yang diperlihatkan pada


gambar 2.5, dibuat khusus yaitu selain sebagai mistar ingsut juga
berfungsi sebagai kaliber yang cocok dipakai dalam pengukuran produk
berjumlah banyak (produksi massal). Jam ukurnya terpasang pada bagian
yang terpisah dari peluncur (rahang ukur gerak).
Pertama-tama, rahang ukur distel, yakni dimatikan (peluncur diklem) pada
posisi sesuai dengan angka acuan yang direncanakan berdasarkan
ukuran nominal dan toleransi objek ukur (biasanya pada batas atas
toleransi). Kemudian, bagiandengan jam ukur digeser pada batang ukur
sampai poros jam ukur menekan peluncur dan jarum jam ukur terputar
sekitar satu kali putaran. Pada posisi ini bagian dengan jam ukur
dimatikan (diklem pada batang ukur) dan jam ukur distel nol dengan
memutar piringan skala ukur sampai sangka acuan berimpit dengan jarum
penunjuk.
Pada saat dipakai, jam ukur masih tetep diklem dan dijaga jangan sampai
kendor, sementara itu klem peluncur dikendorkan sehingga rahang ukur

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 52


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

gerak dapat bergerak bebas. Ketika benda ukur dijepitkan diantara rahang
ukur, poros jam ukur akan lebih atau kurang tertekandibandingkan dengan
posisinya semula saat penyetelan nol. Akibatnya, gerakan jarum penunjuk
akan terhenti pada suatu angka tertentu yang menggambarkan ukuran
sebenarnya dari objek ukur (angka relatif terhadap harga acuan saat
dilakukan penyetelan nol). Kadang pada piringan skala jam ukur
dipasangkan dua penanda yang dapat diatur posisinya sehingga
menggambarkan batas bawah dan batas atas toleransi objek ukur.

Gambar 2.6 Mistar ingsut batas (dial snap caliper)

2.3. Cara Menggunakan Mistar Ingsut


Dari Gambar 2.3 dapat dijelaskan di sini beberapa kegunaan dari
mistar ingsut. Berdasarkan bagian-bagian utama yang dipunyai
oleh mistar ingsut, secara umum mistar ingsut dapat digunakan
antara lain untuk mengukur ketebalan, mengukur jarak luar,
mengukur diameter luar, mengukur kedalaman, mengukur
tingkatan, mengukur celah, mengukur diameter luar, dan
sebagainya.
Agar pemakaian mistar ingsut berjalan baik dan tidak
menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 53


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

menyebabkan cepat rusaknya mistar ingsut maka ada beberapa


hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur
kelincinan (gesekan) tertentu sesuai denga standar yang
diizinkan dan jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang.
2. Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian
ujung dari kedua rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus
masuk agak kedalam.
3. Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan
kesejajaran muka rahang ukur betul-betul tepat.
4. Waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda
ukur harus diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat
menekan kedua rahang ukur akan menyebabkan kebengkokan
atau ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu, bila benda
ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang
ukur dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
5. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu mistar
ingsut masih berada pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya
lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca skala
ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
6. Jangan lupa, setelah mistar ingsut tidak digunakan lagi dan
akan disimpan ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus
dijaga dengan cara membersihkannya memakai alat-alat
pembersih yang telah disediakan misalnya kertas tissue,
vaselin, dan sebagainya.

2.4. Cara Membaca Skala Mistar Ingsut


Mistar ingsut yang banyak beredar sekarang ada yang
mempunyai skala ukur dalam inchi dan ada pula yang dalam
metrik. Akan tetapi, kebanyakan mistar ingsut yang digunakan

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 54


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

adalah dalam sistem metrik. Karena kedua sistem satuan tersebut


sama-sama digunakan maka pembahasan cara membacanya pun
kedua-duanya akan dijelaskan.

2.4.1. Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Inchi


Pada mistar ingsut dengan skala inchi, skala vernier
(nonius) nya dibagi dalam 25 bagian dan ada juga yang
dibagi dalam 50 bagian. Untuk mistar ingsut yang skala
verniernya dibagi dalam 25 bagian, skala utama 1 inchi
dibagi dalam 10 bagian utama yang diberi nomor 1 sampai
9. Berarti satu bagian skala utama mempunyai jarak 0.1
inchi. Masing- masing dari satu bagian skala utama (0.1
inchi) dibagi lagi dalam 4 bagian kecil. Untuk mistar ingsut
yang skala verniernya dibagi 50 bagian, skala utama 1 inchi
juga dibagi dengan 10 bagian. Akan tetapi yang
sepersepuluh bagian (0.1) dibagi lagi dengan 2 bagian
kecil. Berarti satu skala (divisi) dari skala utama berjarak
0.050 inchi.

2.4.2. Cara Membaca Skala Mistar Ingsut dalam Metrik


Sistem pembacaan mistar ingsut dengan skala satuan
metrik sebetulnya sama saja dengan sistem pembacaan
mistar ingsut dalam satuan inchi. Perbedaannya hanyalah
pada satuannya dan juga tingkat ketelitian pada skala
nonius (vernier). Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik
skala verniernya ada yang mempunyai ketelitian sampai
0.02 (skala vernier dibagi dalam 50 bagian) dan ada yang
tingkat ketelitiannya sampai 0.05 milimeter. Tiap angka
pada skala utama menunjukkan besarnya jarak dalam
centimeter. Misalnya angka 1 berarti 1 centimeter = 10

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 55


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

milimeter. Jarak antara dua angka berarti 10 milimeter.


Jarak ini dibagi dalam 10 bagian yang sama, berarti satu
skala kecil (divisi) pada skala utama menunjukkan jarak 1
milimeter.

2.5. Mistar Ingsut Ketinggian (Kaliber Tinggi; Height Gauge)


Suatu jenis mistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukur
ketinggian disebut sebagai mistar ingsut ketinggian atau kaliber
tinggi, lihat gambar 2.7. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang
ukur yang bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak
lurus dengan landasannya. Permukaan rahang ukur dibuat
sejajar dengan alas (permukaan bawah landasan), sehingga
garis ukur akan tegak lurus dengan permukaan di atas mana
landasan diletakkan. Oleh karena itu, dalam pemakaiannya
mistar ingsut ketinggian ini memerlukan permukaan rata
sebagai acuan, yang dalam hal ini bisa dipernuhi dengan meja
rata. Pada meja rata inilah mistar ingsut ketinggian bersama-
sama dengan benda ukur diletakkan. Proses pengukuran
dilakukan dengan menggeserkan (memindahkan) mistar ingsut
ketinggian ke beberapa tempat sesuai dengan lokasi beberapa
objek ukur pada benda ukur.
Masalah pengukuran jarak dua permukaan pada benda ukur
dalam hal ini diubah menjadi masalah penentuan ketinggian
suatu permukaan relatif terhadap permukaan lain. Karena
menggunakan acuan yang sama (permukaan meja rat) berarti
perbedaan jarak (ketinggian) permukaan dapat diketahui
dengan mengukur ketinggian masing-masing permukaan lalu
mencari selisihnya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 56


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.7. Bagian-bagian utama dari mistar ingsut ketinggian

Pada umumnya skala utama pada batang ukur bersifat tetap


namun ada juga jenis yang dapat diukur ketinggiannya dengan
menggunakan penyetel yang terletak di puncaknya. Bagi jenis
yang skalanya bisa diatur ini pembacaan ukuran, bila
dikehendaki, dapat diatur mulai dengan bilangan bulat sehingga
memudahkan perhitungan hasil pengukuran misalnya dalam hal
penentuan jarak dua permukaan seperti yang dibahas di atas.
Berarti, bagi jenis dengan posisi skala yang bisa distel,
ketinggian sensor tidak lagi ditunjukkan relatif terhadap
permukaan meja rata, namun berubah-ubah sesuai dengan
penyetelan posisi batang skala, atau dikatakan memiliki titik nol
yang mengambang (floating zero). Jenis yang lain dilengkapi
dengan jam ukur besefrta penunjuk berangka mekanik ataupun
elektronik yang pada umumnya memiliki kemampuan untuk
mengubah posisi nol (floating zero) lihat gambar 2.8

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 57


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.8 Mistar ingsut ketinggian dengan penunjuk berangka


mekanik dan elektronik

Pada saat memulai pengukuran, yaitu ketika sensor telah


disinggungkan pada suatu permukaan benda ukur (permukaan
pertama), angka pada penunjuk digital dapat distel nol. Dengan
demikian, ketika sensor dipindahkan dan disinggungkan pada
permukaan kedua, jarak antara permukaan kedua dengan
pertama akan otomatis tertayangkan pada penunjuk digitalnya.
Perlu diketahui, untuk pengubah digital, arah gerakan positif
bisa diubah ke atas atau ke bawah (mengubah polarisasi), dan
pengguna memilihnya sesuai dengan perbedaan ketinggian
permukaan kedua terhadap permukaan pertama benda ukur
sehingga hasil akhir akan ditanyangkan selalu positif, lihat
gambar 2.8
Dengan peralatan lain yang dipasang pada peluncur, mistar
ingsut ketinggian ini dapat dipakai untuk bermacam-macam
pengukuran antara lain :

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 58


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Mengukur ketinggian (gambar 2.9). Tinggi suatu permukaan


relatif terhadap bidang datar (permukaan meja rata) ataupun
terhadap permukaan yang lain dan benda ukur dapat diketahui
harganya. Permukaan rahang ukur harus dengan hati-hati
ditempelkan pada permukaan benda ukur, jikalau perlu gunakan
penyetel halus/cermat. Penekanan yang terlalu kuat atau
benturan yang keras akan menyebabkan terjadinya kesalahan
ukuran (kesalahan sistematik) karena rahang ukur melentur
atau mistar ingsut ketinggian ini menjadi sedikit miring yang tak
disadari pemakai.

Gambar 2.9 Ragam pengukuran yang dilakukan di atas meja


rata dengan memakai mistar ingsut ketinggian

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 59


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Membuat garis gores (gambar 2.9 b.). Ujung rahang ukur


biasanya runcing dibuat dari karbida yang sangat keras
sehingga dapat digunakan untuk membuat garis pada benda
kerja pada suatu kedudukan (ketinggian) tertentu. Goresan
garis ini diperlukan bagi pekerjaan selanjutnya, karena dalam
banyak hal gambar gores pada permukaan benda kerja akan
membantu operator mesin perkakas untuk menyetel posisi
pahatnya relatif terhadap benda kerja.
Alat ukur pembanding (gambar 2.9 c). Rahang ukur dapat
diganti dengan jam ukur (dial comparator) sehingga selisih
ketinggian dari dua permukaan yang hampir sama tinggi dapat
dibaca pada jam ukur. Pupitas (sejenis jam ukur) dapat pula
dipasang pada peluncur yang memungkinkanpengukuran
secara cermat. Pupitas ini bisa berfungsi sebagai penepat yang
menjaga ketepatan tekanan pengukuran supaya keterulangan
proses pengukuran bisa dijaga. Pada setiap penempelan sensor
ke permukaan objek ukur, pembacaan skala mistar ingsut selalu
dilakukan setelah jarum pupitas menunjuk angka nol pada skala
pupitas. Pupitas bisa berfungsi sebagai alat ukur pembanding,
ketika mistar ingsut ketinggian hanya dimanfaatkan sebagai
dudukan pemindah (transfer stand)
Alat ukur kemiringan (gambar 2.9 d). Busur bilah (alat ukur
sudut, dapat dipasang pada peluncur, sehingga kemiringan
suatu permukaan relatif terhadap bidang dasar (meja rata)
dapat diukur dengan busur bilah.

3. Beberapa jenis lain Mistar Ingsut


Mistar ingsut merupakan alat ukur yang praktis yang umumnya
memiliki kecermatan 0,05 atau 0,02 mm. Kecermatan setinggi ini
dalam beberapa hal dianggap mencukupi selama daerah

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 60


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

toleransi cukup besar (sekitar 5 atau 10 kali kecermatan alat


ukur). Karena kesederhanaan konstruksinya dapat dibuat
bermacam-macam jenis mistar ingsut untuk berbagai keperluan
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.10.
Pada beberapa jenis dikhawatirkan kekauan alat (dengan
kelengkapan yang ada/dipasang padanya) akan menurun yang
bisa menjadi sumber terjadinya kesalahan sistematik. Namun
karena kecermatannya yang tak terlalu tinggi rancangannya
masih lebih kecil daripada kecermatan mistar ingsut ini. Justru
kesalahan sistematik lebih sering terjadi saat garis ukur tak
berimpit dengan garis dimensi jika pemakai mistar ingsut ini tak
menyadarinya.
Gambar-gambar beberapa jenis mistar ingsut sebagai berikut :

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 61


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.10. Beberapa jenis mistar ingsut


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 62
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.10. (lanjutan) Beberapa jenis mistar ingsut

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 63


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.10. (lanjutan) Beberapa jenis mistar ingsut

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 64


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.10. (lanjutan) Beberapa jenis mistar ingsut


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 65
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4. Mikrometer (Micrometer)
Mikrometer merupakan alat ukur linear yang mempunyai kecermatan
yang lebih tinggi dari pada mistar ingsut, umumnya mempunyai
kecermatan sebesar 0,01 mm (meskipun namanya mikrometer).
Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan kecermatan 0,005
mm, 0,002 mm, 0,001 mm dan bahkan sampai 0,0005 mm (dibantu
dengan skala nonius.
Mikrometer memang dirancang untuk pemakaian praktis, sering
dimanfaatkan oleh operator mesin perkakas dalam rangka pembuatan
beragam komponen yang dibuat berdasarkan acuan toleransi
geometrik dengan tingkat kualitas sedang s.d. menengah. Jadi,
kecermatan sebesar 0,001 mm dianggap sesuai karena semakin
cermat alat ukur memerliukan kesaksamaan yang tinggi saat
pengukuran dilangsungkan (lebih cocok dilakukan di kamar ukur, atau
lab ukur/metrologi daripada dilakukan di pabrik dengan berbagai jenis
gangguan; getaran, debu, suhu).
Proses pengukuran dengan memakai mikrometer yang dilakukan oleh
operator yang belum ahli atau yang dilaksanakan di bagian produksi
(lantai pabrik;shop floor) biasanya akan menghasilkan penyimpangan
rambang lebih dari satu mikrometer, sehingga hasil pengukuran yang
diulang-ulang akan makin menyebar. Akibatnya, ketepatan proses
pengukuran akan relatif rendah. Dengan demikian, kecermatan
pembagian skala sam;pai dengan satu mikrometer menjadi tidak
berarti. Pengukuran yang menghendaki kecermatan sampai satu
mikrometer menjadi tidak berarti.yang menghendaki kecermatan
sampai satu mikrometer atau lebih memerlukan alat ukur yang lebih
cermat seperti Johansson microcator atau alat ukur pembanding
(komparator) yang lain dan perlu dilaksanakan dengan lebih saksama.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 66


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir utama, lihat gambar


2.11 dengan memutar silinder putar satu kali, poros ukur akan
bergerak linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar (pitch) ulir
utama (biasanya 0,5 mm). Meskipun ulir utama ini dibuat dengan teliti
akan tetapi kesalahan/penyimpangan akan selalu ada. Untuk
sepanjang ulir utama kesalahan kisar saat mur silinder putar berada
pada suatu tempat akan berbeda dengan kesalahan kisar di tempat
lain. Apabila poros ukur digerakkan mulai dari nol sampai batas akhir,
kesalahan kisar ini akan terkumpul atau terakumulasi sehingga
menimbulkan penyimpangan yang sering disebut dengan kesalahan
kumulatif. Oleh karena itu, untuk membatasi kesalahan kisar
kumulatif, biasanya panjang ulir utama (jarak gerakan poros ukur)
dirancang hanya sampai 25 mm saja.

Gambar 2.11 Mikrometer luar dengan kapasitas ukur 0-25 mm

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 67


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4.1. Pemakaian Mikrometer (0-25 mm)


Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu memakai mikrometer
adalah sebagai berikut :
Permukaan benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam
kondisi bersih. Adanya debu terutama geram bekas proses pemesinan
dapat menyebabkan kesalahan sistematik dan bisa merusak
permukaan mulut ukur (sensor) mikrometer.
Sebelum dipakai, kedudukan nol mikrometer harus diperiksa. Apabila
perlu, kedudukan nol ini distel dengan cara merapaykan mulut ukur
(dengan memutar ratchet sampai terdengar suara ratchet dua/tiga
kali; dua atau tiga klik ) kemudian silinder tetap diputar (relatif
terhadap suaiannya yaitu silinder rangka; lihat gambar 2.12, dengan
memakai kunci penyetel sampai garis referensi skala tetap bertemu
dengan garis nol skala putar.
Bukalah mulut ukur sampai sedikit, melebihi dimensi obyek ukur.
Apabila dimensi tersebut cukup lebar, poros ukur dapat digerakkan
(dimundurkan) dengan cepat dengan cara menggelindingkan silinder
putar pada telapak tangan.
Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan
tangan kanan, lihat gambar 2.12. Rangka mikrometer diletakkan pada
tapak kanan dan ditahan oleh kelingking, jari manis serta jari manis
serta jari tengah. Telunjuk ibu jari digunakan untuk memutar silinder
putar, setelah hampir menyentuh gunakan ratchet untuk memutar
sampai tiga klik.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 68


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.12. Memakai Mikrometer untuk mengukur dimensi (luar)


sampai dengan 25 mm
Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur tidak
boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena
adanya deformasi. Penekanan yang amat keras dapat merusakkan
ulir utama. Ketepatan pengukuran bergantung pada penggunaan
tekanan pengukuran yang cukup dan diusahakan selalu tetap sama.
Hal ini dapat dicapai dengan cara memutar silinder putar melalui gigi
gelincir (ratchet) atau tabung gelincir (friction thimble) sewaktu poros
ukur hampir mencapai permukaan benda ukur. Jikalau pembatas
momen putar tidak ada, gunakanlah perasaan yang baik sewaktu
memutar silinder putar. Pada alat ukur lain yang memakai mikrometer
sebagai penggerak sensor ukur, kadang dilengkapi dengan sensor
tekanan, atau indikator, meskipun tak ada ratchet atau friction thimble
pemutaran silinder putarnya dihentikan ketika jarum indikator
menunjukkan angka nol. Dengan menjaga kesamaan tekanan
pengukuran diharapkan keterulangan proses pengukuran dapat
dijaga, dengan harapan untuk menjamin ketepatan proses
pengukuran.
4.2. Pemeliharaan dan kalibrasi Mikrometer
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 69
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Mikrometer harus dipelihara dengan baik.


Kalimat ini mengandung arti bahwa selain diwajibkan untuk
menggunakan mikrometer secara benar, mikrometer jangan
disalahgunakan misalnya dipakai sebagai penjepit (klem), untuk
mengukur poros yang masih berputar, sebagai pemukul dan berbagai
penggunaan yang tak wajar. Selain itu, setelah dipakai simpanlah
mikrometer pada tempat yang telah disediakan. Sebelum disimpan,
cukup mikrometer ini dibersihkan dengan lap bersih dan diberi sedikit
vaselin pada poros ukur dan kedua muka ukurnya. Bagian-bagian lain
mikrometer biasanya dilapisi (dengan email atau chrom) supaya tidak
berkarat, dengan demikian pada bagian ini tidak perlu diberi vaselin.
Setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu semua alat ukur,
termasuk mikrometer, harus dikalibrasi. Kalibrasi dapat dilaksanakan
secara periodik dalam selang waktu tertentu bergantung pada
frekuensi, cara pemakaian alat ukur, dan kewajiban dalam sistem
manajemen mutu. Untuk melakukan kalibrasi mikrometer dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
- Gerakkan silinder putar/poros ukur; harus berputar dengan baik,
rasakan tidak terjadi goyangan karena keausan ulir utama,
- Kedudukan nol; apabila mulut ukur dirapatkan garis
referensi/indeks harus menunjuk nol,
- Keberfungsian beberapa bagian yang lain seperti gigi gelincir
(ratchet) dan pengunci poros ukur.
- Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor); karena
keausan, muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar
sehingga memungkinkan kesalahan ukur.
- Kebenaran penunjukkan harga pengukuran; setiap harga yang
ditunjukkan oleh mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar
yang benar (harga nominal dengan toleransi yang ditetapkan
sesuai dengan standar).

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 70


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Berikut ini akan dibicarakan pemeriksaan kerataan/kesejajaran muka


ukur dan kebenaran skala mikrometer.

4.3. Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur


Dengan prinsip optis maka pemeriksaan kerataan salah satu muka
ukur dapat dilakukan. Alat bantu yang digunakan adalah kaca datar
(optical flat). Kaca datar terbuat dari gelas atau Batu Sapphire yang
satu permukaannya sangat rata dengan toleransi kerataan antara 0.2
sampai 0.05 um. (Masalah kaca datar akan disinggung lagi pada
pembahasan pengukuran permukaan). Kaca datar tidak boleh
digosok-gosokan pada muka ukur. Sebab akan merusakkan kerataan
dari kaca datar.
Pemeriksaan kerataan adalah dengan bantuan sinar monochromatis.
Bila tidak ada sinar monochromatis dapat juga digunakan sinar lampu
biasa. Kaca datar diletakkan di atas muka ukur.
Dengan bantuan sinar monochromatis dapat dilihat apakah muka ukur
mikrometer masih rata atau tidak. Bila tidak nampak garis berwarna
pada muka ukur setelah dilihat melalui kaca datar maka dapat
disimpulkan bahwa muka ukur adalah rata, bila nampak garis-garis
berwarna berarti muka ukur tidak rata. Ketidak rataan ini dapat
dibedakan menurut jumlah garis berwarna yang nampak menunjukkan
adanya ketidak rataan sebesar 0.32 m. Muka ukur mikrometer masih
dianggap baik bila garis berwarna yang nampak paling banyak 2 garis
(untuk mikrometer dengan kapasitas lebih dari 250 mm paling banyak
4 garis).

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 71


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.13. Pemeriksaan kerataan muka ukur


mikrometer
dengan kaca datar (Optical flat)

4.4. Pemeriksaan Kesejajaran Ke dua Muka Ukur


Muka ukur dari mikrometer tidak saja harus rata, tetapi juga harus
sejajar bila dirapatkan antara muka ukur yang satu dengan mua ukur
yang lain. Pemeriksaan kesejajaran muka ukur juga dapat dilakukan
dengan menggunakan kaca datar, tetapi kaca datar yang mempunyai
dua permukaan yang rata paralel. Kaca datar seperti ini lebih dikenal
dengan nama kaca paralel (optical parallel). Ketebalan dari kaca
paralel ini bermacam-macam, misalnya 12 mm, 12.12 mm, 12.25 mm
dan 12.37 mm. Cara menggunakannya adalah dengan menjepitkan
kaca paralel di antara kedua muka ukur dari mikrometer. Cara
menjepitkannya adalah dengan memutar gigi gelincir (rachet) secara
hati-hati. Seperti halnya pemeriksaan kerataan muka ukur, maka
untuk pemeriksaan kesejajaran juga menggunakan sinar
monochromatis, bisa juga sinar lampu. Dengan adanya sinar ini maka

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 72


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

dapat dilihat apakah ada garis berwarna pada kedua muka ukur
mikrometer yang diperiksa. Sudah barang tentu untuk memeriksanya
kedua muka ukur harus betul-betul bersih dari kotoran agar
pemeriksaannya seliti.
Untuk memeriksa kesejajaran muka ukur mikrometer yang
mempunyai kapasitas lebih dari 25 mm dapat digunakan alat bantu
lain yaitu blok ukur (gauge block). Blok ukur ini diletakkan di tengah-
tengah antara kedua kaca paralel. Dengan mengamati jumlah garis
berwarna yang nampak maka dapat ditentukan apakah kedua muka
ukur mikrometer betul-betul sejajar atau tidak. Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan sampai 5 kali pada posisi yang berbeda yang masing-
masing posisi dicatat apa yang terjadi. Kemudian hasil
pengamatannya dibandingkan dengan standar kesejajaran yang
diijinkan.

Gambar 2.14 Pemeriksaan kesejajaran ke dua muka ukur dengan


kaca paralel (optical parallel)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 73


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4.5. Pemeriksaan kebenaran skala ukur mikrometer


Dalam sistem pengukuran kita mempunyai ukuran standar yang biasa
digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran yang kita lakukan.
Hasil pengukuran yang dilakukan dengan alat-alat ukur tertentu harus
sesuai dengan ukuran standar diatas. Apabila hasil pengukuran tidak
sesuai dengan besarnya harga ukuran standar maka kebenaran skala
alat ukur yang kita gunakan adalah tidak tepat atau kurang baik.
Demikian juga dengan kebenaran skala ukur mikrometer, harus
diperiksa apakah harga yang ditunjukkan oleh skalanya sudah sesuai
dengan harga ukuran standar. Alat ukur standar yang biasa digunakan
untuk memeriksa kebenaran skala ukur mikrometer adalah blok ukur
dengan kualitas kelas 1 atau kelas 2. pembahasan lebih lanjut
mengenai blok ukur akan dijumpai pada pembahasan alat-alat ukur
standar. Skala ukur mikrometer yang harus diperiksa adalah mulai dari
ukuran sampai pada ukuran maksimum yaitu 25 mm. Blok ukur yang
digunakan untuk memeriksa juga harus yang bertingkat biasanya
tingkatan kenaikan ukurannya adalah 0.5 mm. Bila sudah diperoleh
kepastian bahwa posisi nol betul-betul tepat baru dilakukan
pemeriksaan dengan mengukur blok ukur yang 0.5 mm, dicatat harga
yang ditunjukkan oleh skala mikrometer.
Kemudian diteruskan mengukur blok ukur dengan ukuran yang lebih
tinggi sampai pada mengukur blok ukur yang maksimum. Setiap kali
mengukur blok ukur harus dicatat harga yang ditunjukkan oleh skala
mikrometer. Dengan demikian diperoleh harga-harga pengukuran blok
ukur dengan mikrometer yang banyaknya tergantung dari jumlah blok
ukur yang digunakan untuk pemeriksaan. Besarnya tingkat kesalahan
yang mungkin terjadi adalah:

Kesalahan = pembacaan mikrometer ukuran blok ukur

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 74


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Kemudian dilakukan pengukuran ulang dengan cara seperti


diatas,hanya mulainya dari pengukuran blok ukur yan maksimum
sampai pada pengukuran blok ukur yang terkecil sampai pada posisi
nol semula. Dari kedua hasil pengukuran (pengukuran naik dan
pengukuran turun) diperoleh harga rata-ratanya. Dengan adanya
harga rata-rata inilah maka dibuat grafik tingkat kesalahan kumulatif
(cumulative error). Dalam grafik tersebut, gambar 2.15, dapat dilihat
adanya kesalahan total (total error) yaitu jarak titik tertinggi dan titik
terendah.

Gambar 2.15 Grafik kesalahan kumulatif skala ukur


mikrometer

Untuk menghindari dilakukan pemutaran silinder putar secara penuh


maka dianjurkan untuk menggunakan blok ukur dengan tingkatan
ukuran sebagai berikut : 2.5, 5.1, 7.7, 10.3, 12.9, 15.0, 17.6, 20.2,
22.8, dan 25.0 mm. Menurut standar Jepang JIS B7502, harga-harga
tabel kesalahan kumulatif yang diijinkan adalah sebagai berikut, lihat
tabel 2.2

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 75


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Tabel 2.2. Harga kesalahan kumulatif maksimum yang diijinkan


menurut standar Jepang JIS B7502.

Kapasitas Mikrometer (mm) Kesalahan Kumulatip


(m)
Sampai dengan 75 2
di atas 75 s/d 175 3
di atas 175 s/d 275 4
di atas 275 s/d 375 5
di atas 375 s/d 475 6
di atas 475 s/d 500 7
.
4.6. Cara Membaca Skala Ukur Mikrometer
Sistem pembacaan mikrometer ada yang menggunakan sistem Inchi
dan ada pula yang menggunakan sistem matrik. Yang paling banyak
digunakan dalam praktek sehari-hari adalah sistem metrik. Karena
kedua sistem tersebut digunakan maka untuk mengenalkan cara
pembacaannya kedua-duanya akan dibicarakan.

4.6.1. Cara Pembacaan Skala Ukur Mikrometer dan Inchi


Pada skala tetap(sleeve), jarak dari angka 1 sampai angka 2
adalah 0.1 inchi. Antara angka1 dan angka 2 dibagi lagi
dalam 4 bagian yang sama. Berarti satu skalanya kecil
berjarak 0.025 inchi. Ulir utama mempunyai gang sebanyak
40 gang per inchi. Bila ulir utama berputar satu putaran
penuh maka poros ukur akan maju sejauh 1/40 inchi
(0.0025).
Pada skala putar (thimble), dari garis nol ke garis nol lagi
(berarti satu putaran penuh skala putar) dibagi dalam 25
bagian. Karena satu putaran penuh skala putar
menyebabkan perpindahan 0.0025 inchi maka satu skala
(divisi) berjarak 1/25 x 0.0025 inchi = 0.001 inchi. Dengan
dasar besarnya jarak satu skala pada tetap dan pada skala
putar maka kita dapat menentukan ukuran benda ukur.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 76


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 10 menunjukkan pembagian skala ukur mikrometer


dalam inchi. Sedangkan gambar 11 menunjukkan contoh
pembacaan ukuran yang ditunjukkan oleh skala ukur
mikrometer juga dalam inchi, ukuran yang ditunjukkan
adalah 0.359 inchi.

Gambar 2.16. Pembagian skala ukur mikrometer dalam


inchi.

Gambar 2.17. Contoh pembacaan mikrometer yang


menunjukkan ukuran 0.359 inchi.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 77


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Dari gambar 2.17 dapat dijelaskan sebagai berikut. Ujung


dari skala putar (thimble) berada di sebelah kanan dari
angka 3 pada skala tetap, berarti menunjukkan ukuran 0.3
inchi. Di samping itu, ujung skala putar masih juga berada
sejauh dua skala kecil (divisi) di sebelah kanan angka 3
skala tetap, berarti menunjukkan 2 x 0.025 = 0.05 inchi.
Sekarang dilihat garis skala pada skala putar, ternyata ada
satu garis skala yang posisinya segaris dengan salah satu
garis skala tetap yaitu garis angka 9 dari skala putar. Ini
berarti menunjukkan ukuran 9 x 0.001 = 0.009 inchi. Jadi,
pembacaan keseluruhannya adalah 0.3 + 0.05 + 0.009 inchi
= 0.359 inchi.

Ada pula mikrometer yang dilengkapi dengan skala vernier


sehingga memungkinkan mikrometer tersebut memiliki
tingkat kecermatan sampai 0.0001 inchi atau 0.001
milimeter. Gambar 2.23 menunjukkan contoh pembacaan
mikrometer yang dilengkapi dengan skala vernier dengan
satuan dalam inchi. Dari gambar nampak bahwa ujung skala
putar berada di sebelah kanan angka 2 tetapi belum sampai
pada angka 3 dari skala tetap. Ini berarti ukurannya = 0.02
inchi. Skala putar garis angka 16 melampaui sedikit garis
batas pada skala tetap tetapi garis ke 17 belum, berarti
ukurannya = 16 x 0.001 inchi = 0.16 inchi, lebih sedikit.
Kelebihan sedikit ini kita tentukan dengan melihat garis skala
vernier yang segaris dengan salah satu garis skala putar.
Ternyata garis angka 3 yang segaris dengan salah satu garis
skala putar.
Ini berarti menunjukkan ukuran 0.0003 inchi (angka 3 berarti
3/10 bagian dari skala vernier karena skala vernier dibagi

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 78


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

dalam 10 bagian yang sama). Dengan demikian bila angka 3


segaris dengan salah satu garis dari skala putar maka hal ini
menunjukkan 3/10 x 0.001 inchi = 0.0003 inchi. Jadi, secara
keseluruhan gambar tersebut menunjukkan ukuran : 0.2 +
0.016 + 0.0003 inchi = 0.2163 inchi.

Gambar 2.18. Contoh pembacaan skala ukur mikrometer


dengan skala
vernier dalam inchi.

4.6.2. Cara Pembacaan Skala Ukur Mikrometer dalam


Metrik
Pada dasarnya cara membacanya sama saja dengan
cara membaca skala ukur mikrometer dalam inchi seperti
yang telah dijelaskan di atas. Ulir utama mempunyai
jarak gang (pitch) sebesar 0.5 mm. Berarti, satu putaran

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 79


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

penuh poros ulir utama akan menggerakkan poros ukur


dan skala putar (thimble) sejauh 0.5 mm. Hal ini berarti
juga satu skala tetap mempunyai jarak 0.5 mm. Biasanya
pada skala tetap dicantumkan angka-angka sebagai
berikut 0, 5, 10, 15, 20, dan 25. Angka-angka ini
menunjukkan jarak. Misalnya angka 5 berarti jaraknya 5
mm, angka 25 berarti jaraknya 25 mm. Antara 0 5
dibagi dalam 10 bagian yang sama yang berarti satu
bagian skala kecil (divisi) jaraknya 1/10 x 5 mm = 0.5
mm. Pada skala putar, dari garis nol melingkar 360
menuju ke garis nol lagi dibagi dalam 50 bagian yang
sama. Dengan demikian satu skala kecil (divisi) pada
skala putar 1/50 x 0.5 mm = 0.01 mm. Karena satu
putaran penuh skala putar berarti juga memutar dari nol
ke nol (50 bagian = 0.5 mm). Dengan dasar ini maka kita
dapat membaca skala ukur yang ditunjukkan oleh skala
ukur mikrometer dalam metrik.
Gambar 2.24 menunjukkan contoh pembacaan skala
ukur mikrometer dalam sistem metrik. Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Ujung dari
skala putar ternyata berada di sebelah kanan baris
kedua bagian atas di sebelah angka 10. Ini menunjukkan
ukuran 12 x 1 mm = 12 mm. Atau 24 x 0.5 mm = 12 mm,
bila dilihat garis atas dan garis bawah dari garis
batasnya. Kemudian kita lihat pada garis skala putar
untuk menentukan garis skala yang segaris dengan gari
batas skala tetap. Ternyata baris ke 32 dari skala putar
berada segaris dengan garis batas yang berarti
menunjukkan ukuran sebesar 32 x 0.01 mm = 0.32 mm.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 80


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Jadi, secara keseluruhan ukuran yang ditunjukkan oleh


gambar tersebut adalah 12 + 0.32 mm = 12.32 mm.

Gambar 2.19 Contoh pembacaan skala mikrometer


dalam metrik.

4.7. Beberapa jenis Mikrometer


Sebagaimana halnya dengan mistar ingsut, mikrometer juga
dibuat dalam berbagai bentuk yang masing-masing mempunyai
kegunaan tertentu. Beberapa jenis mikrometer akan dijelaskan
secara singkat sebagai berikut :

a. Mikrometer Luar (Outside Mictrometer)


Kapasitas ukur mikrometer yang paling kecil adalah 25 mm.
Untuk mengukur dimensi luar yang lebih besar dari 25 mm
dapat digunakan mikrometer luar yang mempunyai kapasitas
ukur dari 25 s.d. 50 mm, dari 50 s.d. 75 mm, dan seterusnya
sampai dengan 1000 mm dengan kenaikan tingkatan ukuran
sebesar 25 mm. Pembatasan kenaikan tingkat sebesar 25
mm ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian mikrometer.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 81


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Untuk kapasitas ukur yang besar, rangka mikrometer dibuat


dengan sangat kuat (kaku) guna menghindari lenturan akibat
adanya tekanan pengukuran maupun karena beratnya
sendiri. Lenturan akibat beratnya sendiri (berat rangka) tidak
banyak berpengaruh pada hasil pengukuran bagi mikrometer
dengan kapasitas lebih besar daripada 300 mm. Sementara
itu, untuk mikrometer dengan kapasitas lebih besar daripada
300 mm, posisi pengukuran menjadi sangat kritis.
Sedapat mungkin posisi pengukuran dipilih vertikal dengan
ditumpu pada rangka di sebelah landasan tetapnya. Apabila
hal ini tidak memungkinkan, sebelum pengukuran dilakukan
kedudukan minimum (kedudukan nol) diatur ulang dengan
bantuan batang ukur atau kaliber penyetel yang tersedia.
Penyetelan kedudukan nol ini dilaksanakan dengan
memegang mikrometer dengan posisi tertentu sesuai dengan
posisi pengukuran sebagaimana yang akan dilakukan
(mendatar, miring, terlentang atau telungkup).

Gambar 2.20 Pemakaian Mikrometer kapasitas besar


(> 300 mm)

b. Mikrometer luar dengan landasan tetap yang dapat


diganti (Outside micrometer with Interchangeable anvil).
Suatu jenis mikrometer dibuat dengan rangka yang besar
dan mempunyai kapasitas ukur yang relatif besar yaitu 0-100
mm, 0-150 mm, 100-200 mm dan seterusnhya sampai
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 82
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

kapasitas 900-1000 mm dengan kenaikan tingkat sebesar


100 atau 150 mm. untuk semua kapasitas ukur tersebut jarak
gerak poros ukurnya tetap sebesar 25 mm. Dalamhal ini
landasan tetapnya yang diganti, sehingga didapat
mikrometer luar dengan kapasitas ukur yang bervariasa.
Misalnya suatu mikrometer luar dengan kapasitas 0-100 mm
mempunyai 4 buah landasan tetap dengan
tingkatanperubahan panjang sebesar 25 mm, maka daerah
pengukuran dapat diubah menjadi : 0-25 mm; 25-50 mm; 50-
75 mm dan 75-100 mm.
Setiap penggantian landasan tetap harus disertai dengan
penyetelan kembali kedudukan nol (skala mikrometer dimulai
dengan angka nol) dengan bantuan kaliber penyetel yang
sesuai. Oleh sebab itu besarnya pembacaan setiap hasil
pengukuran harus dijumlahkan dengan jarak ukur minimum
yang sesuai (panjang kaliber penyetel).

Gambar 2.21 Mikrometer luar dengan landasan tetap yang


dapat diganti.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 83


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.22 Penyetelan nol (zero setting) dan pemakaian


mikrometer indikator sebagai alat ukur pembanding. Sebagai
alat ukur langsung mikrometer ini digunakan serupa dengan
mikrometer luar namun pembacaan skalanya dilakukan setelah
jarum penunjuk menunjuk nol (tak memerlukan gigi
gelincir/ratchet).

c. Mikrometer indikator (Indicating Micrometer)


Mikrometer indikator adalah gabungan antara mikrometer
dengan jam ukur. Sebagian rangka mikrometer dipakai
sebagai temapat mekanisme penggerak jarum jam ukur,
dalam hal ini landasan tetap ikrometer dapat bergerak dan
berfungsi pula sebagai sensor jam ukur. Jarak gerakan
landasan tetap (sensor jam ukur) sangat kecil, dengan

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 84


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

demikian daerah ukur jam ukur terbatas ( 0,02 mm) namun


mempunyai kecermatan pembacaan yang tinggi (0,001 mm).
Mikrometer indikator selain berfungsi sebagai mikrometer
luar juga dapat dipakai sebagai kaliber. Saat dipakai sebagai
mikrometer luar, pembacaan ukuran pada skala mikrometer
dilakukan setelah jarum pada indikator menunjuk angka nol.
Dengan demikian, meskipun mikrometer ini tidak dilengkapi
dengan gigi gelincir, tekanan pengukuran dapat dijaga
secukupnya dan selalu tetap.
Pada jam ukur terdapat dua penanda yang dapat digeser
saat mengatur penanda batas atas dan batas bawah suatu
toleransi objek ukur dengan ukuran dasar tertentu. Apabila
mulut ukur telah disetel untuk suatu ukuran dasar, (dengan
bantuan blok ukur), dengan cepat dan mudah benda ukur
dalam jumlah yang banyak dapat diperiksa ukuran
(sebenarnya) apakah berada di dalam atau di luar batas-
batas toleransinya.
Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol penekan
yang akan memundurkan landasan tetap sehingga benda
ukur dapat masuk pada mulut ukur (dalam hal ini kedudukan
silinder putar harus dalam keadaan terkunci setelah ukuran
dasar ditetapkan). Jika tombol dilepaskan, sensor (landasan
tetap) akan menekan benda ukur (karena adanya pegas) dan
jarum penunjuk akan bergerak dan berhenti pada daerah di
antara ke dua penanda. Apabila jarum penunjuk ternyata
berhenti di luar daerah ke dua penanda. Apabila jarum
penunjuk ternyata berhenti di luar daerah tersebut berarti
objek ukur yang bersangkutan mempunyai dimensi yang tak
sesuai dengan acuan (diluar daerah toleransi). Kapasitas

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 85


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

ukur mikrometer jenis ini bermacam-macam mulai dari 0-25


mm sampai dengan 75-100 mm.
d. Mikrometer Batas (Limit Micrometer)
Dua buah mikrometer yang disatukan sebagaimana yang
ditunjukkan gambar 2.23 dapat digunakan sebagai kaliber
batas bagi benda ukur dengan suatu ukuran dasar dan
daerah toleransi yang tertentu. Mulut ukur mikrometer yang
di atas diatur dan dimatikan sehingga sesuai dengan ukuran
maksimum sementara mulut ukur kimrometer yang di bawah
disesuaikan dengan ukuran minimum. Pengaturan jarak ke
dua mukut ukur tersebut dilakukan dengan bantuan alat ukur
standar (blok ukur). Benda yang baik harus masuk pada
mulut ukur di atas (GO) dan tidak masuk pada mulut ukur di
bawah (NOT GO). Jadi, mikrometer ini berfungsi sebagai
kaliber rahang.

Gambar 2.23 Mikrometer Batas

4.8. Beberapa Contoh Penggunaan Mikrometer


Beberapa jenis mikrometer yang lain ditunjukkan sebagaimana
gambar 2.24 secara berturut-turut dengan disertai keteraragan
singkat mengenai pemakaiannya

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 86


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 87


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.24 Beberapa jenis Mikrometer

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 88


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.24 (lanjutan).Beberapa jenis Mikrometer

Gambar 2.24 (lanjutan) Beberapa jenis Mikrometer

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 89


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 90


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.24 (lanjutan) Beberapa jenis Mikrometer

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 91


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 2.24 (lanjutan) Beberapa jenis Mikrometer

Gambar 2.24 (lanjutan) Beberapa jenis Mikrometer


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 92
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

3. Latihan
1) Sebutkan yang termasuk alat ukur linier langsung ?
2) Sebutkan macam-macam mistar ukur ?
3) Sebutkan fungsi mistar geser ?
4) Uraikan bagian-bagian mistar geser !
5) Sebutkan fungsi masing-masing mikrometer ?

4. Rangkuman
Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam
metrologi industri adalah menyangkut pengukuran linier atau
pengukuran panjang (jarak), diameter poros, tebal gigi, lebar,
kedalaman, perhitungan sudut dengan metoda sinus atau
tangen, kesemuanya itu merupakan contoh dari dimensi panjang
(linier) dari benda ukur yang memang mempunyai variasi bentuk
panjang yang bermacam-macam
Jenis alat ukur linier langsung dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu :
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk
2. Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk
3. Mikrometer dengan berbagai bentuk
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling sederhana
dan banyak dikenal orang, jenisnya terdiri dari meteran lipat,
meteran gulung dan mistar ukur berkait (hook rule)
Mistar ingsut, alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel
kerja, yang dalam praktik sehari-hari mempunyai banyak sebutan
misalnya jangka sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier
Ada 2 jenis utama mistar ingsut nonius sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar berikut .Jenis pertama hanya
digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam,

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 93


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

sedangkan jenis kedua selain untuk mengukur dimensi luar dan


dalam dapat juga digunakan untuk mengukur kedalaman celah
Salah satu alat ukur yang prinsip pembacaannya sama dengan
mistar ingsut tapi penggunaannya hanya untuk mengukur
ketinggian adalah mistar ukur ketinggian (vernier height gauge).
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi
adalah mikrometer. Bagian yang sangat penting dari mikrometer
adalah ulir utama.
Secara umum mikrometer terbagi dalam tiga tipe yaitu
mikrometer luar, mikrometer dalam dan mikrometer kedalaman.

5. Evaluasi Materi Pokok 2


1 Jelaskan bagaimana cara menggunakan salah satu mistar
ukur !
2 Jelaskan cara menggunakan mistar geser !
3 Sebutkan fungsi masing-masing mikrometer ?
4 Jelaskan cara menggunakan mikrometer kedalaman !
5 Uraikan cara memelihara alat-alat ukur !

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah menyelesaikan modul ini dan mengerjakan semua tugas
serta evaluasi maka berdasarkan kriteria penilaian, peserta diklat
dinyatakan lulus/tidak lulus. Apabila dinyatakan lulus maka dapat
melanjutkan ke modul berikutnya, sesuai dengan alur peta
kedudukan modul, sedangkan apabila dinyatakan tidak lulus maka
peserta diklat harus mengulang modul ini dan tidak diperkenankan
mengambil modul selanjutnya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 94


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

PENGUKURAN SUDUT

A. MATERI POKOK 3
1. Pengukuran Sudut

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diklat mampu :
a. menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur
sudut langsung maupun alat ukur sudut tak langsung;
b. menggunakan bermacam-macam alat ukur sudut untuk
memeriksa sudut-sudut benda ukur dengan cara yang tepat dan
benar;
c. membaca skala alat-alat ukur sudut langsung dengan benar.

Uraian dan Contoh


Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung
dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat
bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan
pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara
menggunakannya. Dalam pembahasan ini kita akan membahas alat ukur
sudut langsung saja.

A. Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya.


Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara
langsung adalah busur baja (pretractor), busur bilah (universal bevel
protractor) dan proyektor bentuk (profile projector).

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 95


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

1. Busur Baja (Protractor)


Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya
dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat
baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang
serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan
skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk
lingkaran yang berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama.
Antara piringan skala utama dengan batang penegang
dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk
mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1. Piringan
skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0 sampai 180
secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1.
Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda
ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk
pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-
sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau
muka pahat bubut. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil atau
terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat
dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan
gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 96


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 3.1 Busur baja protractor.

Gambar 3.2. Mengukur sudut benda ukur.

2. Busur Bilah (Universal Bevel Protractor)


Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja.
Gambar 3.3 menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar
tersebut nampak bahwa bagian-bagian dari busur bilah adalah
piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama,
badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama
mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan
skala nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5
menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala nonius dan
kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan
skala utama.
Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini
dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan
berbagai macam posisi. Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi
pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa
digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut
dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang
betul.
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 97
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 3.3 Busur bilah (universal bevel protractor)

2.1. Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah


Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan
prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya
dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang
harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus
searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus
dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius
terhadap garis skala utama.
Sebagai contoh lihat Gambar 3.4 di bawah ini. Gambar tersebut
menunjukkan ukuran sudut sebesar 50 55 (lima puluh derajat
lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara
50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan
51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih.
Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis
skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 98
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala


nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit
(11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi,
keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55
menit = 56 derajat 55 menit (50 55).

Gambar 3.4 Pembacaan skala busur bilah.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 99


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 3.5 Pemakaian busur bilah nonius

3. Proyektor Bentuk (Profile Projector)


Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan
untuk memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 100


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya.


Bayangan benda ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran
(besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer
atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa
digunakan untuk mengukur bentuk mengukur panjang dan
mengukur sudut. Karena komponen-komponen utamanya banyak
menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan
proyektor bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif
kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya permukaan lensa
tempat meletakkan benda ukur.
Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 18 Dari
gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen
penting dari proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa
kondensor, filter penyerap
panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan
layar.
Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur
diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda
ukur. Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya
diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan
kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan
adanya sinar ini maka bayanga dari benda ukur akan dapat dilihat
pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi
ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini
terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa
pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer
ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan sistem
skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala
nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa
diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6).

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 101


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 3.6 Bagan dari proyektor bentuk

Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala
dan dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang
digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya
adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan
untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja (rotary table)
maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang
diletakkan di atas meja putar tersebut.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 102


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gambar 3.7 Berbagai pengukuran dengan memakai projektor


profil

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 103


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4. Rangkuman
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut
secara langsung adalah busur baja (protractor), busur bilah
(universal bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile
projector).
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil
pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurnya
Busur Bilah (universal bevel protractor) merupakan Alat ukur
sudut yang penggunaanya lebih luas dari pada busur baja,
bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama,
skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci
nonius dan kunci bilah.
Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya
menggunakan sistem optis dan mekanis

5. Evaluasi Materi Pokok 3


1) Sebutkan bagian-bagian utama dari busur bilah (universal
bevel
protractor) ?
2) Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah?
3) Berapakah besarnya tingkat ketelitian yang bisa dicapai oleh
alat ukur sudut proyektor bentuk (profile projector)?
4) Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan
proyektor bentuk ?

6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah menyelesaikan modul ini dan mengerjakan semua tugas
serta evaluasi maka berdasarkan kriteria penilaian, peserta diklat
dinyatakan lulus/tidak lulus. Apabila dinyatakan lulus maka dapat
melanjutkan ke modul berikutnya, sesuai dengan alur peta

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 104


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

kedudukan modul, sedangkan apabila dinyatakan tidak lulus maka


peserta diklat harus mengulang modul ini dan tidak diperkenankan
mengambil modul selanjutnya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 105


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengukuran dalam arti yang luas adalah : membandingkan suatu
besaran dengan besaran standar. Besaran standar tersebut harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Dapat didefinisikan secara phisik
Jelas dan tidak berubah dengan waktu
Dapat digunakan sebagai pembanding, di
mana saja di dunia ini.
Dari segi pemakaiannya, jenis-jenis alat ukur dapat dibedakan
menjadi:
alat ukur linier langsung
alat ukur linier tak langsung
alat ukur sudut
alat ukur kedataran
alat ukur ulir
alat ukur roda gigi
alat ukur kekerasan permukaan
Dalam pekerjaan pemesinan pekerjaan mengukur merupakan
kompetensi yang sangat penting dikuasai oleh seorang mekanik.
Untuk keperluan tersebut diperlukan alat ukur. Pekerjaan pengukuran
memerlukan alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik setidak-tidaknya
mengandung informasi besaran-besaran yang diukur yang sesuai
dengan kondisi senyatanya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 106


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Pada prinsipnya memilih alat ukur merupakan upaya untuk


mendapatkan alat ukur yang sesuai dengan kebutuhan dari jenis
pekerjaan yang akan kita kerjakan.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Untuk itu kompetensi penggunaan
alat ukur menjadi sesuatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam pekerjaan pemesinan.

B. Implikasi
Apabila peserta diklat mengerjakan soal-soal latihan dalam bahan ajar
nilainya kurang 70%, peserta diklat harus mendalami kembali materi
bahan ajar ini.
Indikator hasil pembelajaran peserta diklat, adalah dapat
mengembangkan belajar secara optimal.

C. Tindak lanjut
Peserta diklat mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang pengukuran dalam pekerjaan pemesinan.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 107


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

KUNCI JAWABAN
Evaluasi Materi 1
1. Sebutkan syarat-syarat suatu besaran standar ?
2. Uraikanlah jenis dan cara pengukuran
3. Sebutkan sifat-sifat alat ukur ?
4. Uraikanlah bagian-bagian dan konstruksi umum alat ukur !
5. Sebutkan jenis-jenis pengukuran ditinjau dari segi pemakaiannya?
Jawab :
1. Syarat-syarat suatu besaran standar
a. Dapat didefinisikan secara phisik
b. Jelas dan tidak berubah dengan waktu
c. Dapat digunakan sebagai pembanding, dimana saja di dunia ini

2. Jenis Pengukuran dapat dibedakan sebagai berikut :


a. Linear
b. Sudut atau kemiringan
c. Kedataran
d. Profil
e. Ulir
f. Roda gigi
g. Penyetelan posisi
h. Kekasaran permukaan
Dari bermacam-macam jenis pengukuran tersebut di atas hanya
pengukuran linear yang paling banyak dipakai. Macam-macam masalah
pengukuran dapat dipecahkan dengan menggunakan pengukuran linear,
misalnya pengukuran dimensi dengan toleransinya dan juga penentuan
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 108
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

kesalahan bentuk. Untuk melaksanakan jenis-jenis pengukuran ini maka


dibuat bermacam-macam alat ukur masing-masing dengan cara
pemakaian yang tertentu.

Cara Pengukuran adalah sebagai berikut :


a. pengukuran langsung
b. pengukuran tak langsung
c. pengukuran dengan kaliber batas dan
d. pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk
standar.
a. Pengukuran Langsung
Adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skala yang telah dikalibrasi
yang terdapat pada alat ukur tersebut (alat ukur langsung). Contohnya
adalah mengukur panjang dengan micrometer

b. Pengukuran Tak Langsung


Adalah pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai alat-alat ukur
dari jenis pembanding, standar dan pembantu. Perbedaan harga yang
ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu mengukur
obyek ukur dan ukuran standar (pada alat ukur standar) dapat
digunakan untuk menentukan dimensi dari obyek ukur.

c. Pengukuran Dengan Kaliber Batas


Adalah pengukuran yang tidak menentukan ukuran suatu dimensi
dengan pasti, melainkan hanya menunjukkan apakah dimensi
tersebbut terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran. Cara
pengukuran seperti ini dimaksudkan untuk mempercepat pemeriksaan
atas produk yang dibuat dalam jumlah besar, dan alat ukur yang
digunakan adalah dari jenis kaliber (go & not go gauges)

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 109


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

d. Pengukuran dengan bentuk standar


Bentuk suatu produk dapat dibandingkan dengan suatu bentuk
standar pada layar dari alat ukur proyeksi. Pada prinsipnya
pengukuran seperti ini tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi
suatu benda ukur secara langsung

3. Sifat-sifat alat ukur


a. Kepekaan
b. Kemudahan Baca (Readability)
c. Histerisis
d. Kepasifan (Passivity) atau kelambatan Reaksi
e. Pergeseran (Shifting, Drift)
f. Kestabilan Nol (Zero Stability)
g. Pengambangan (Floating)

4. Bagian-bagian konstruksi alat ukur


Ada 3 komponen utama yang membentuk suatu alat ukur yaitu
sensor, pengubah dan penunjuk/ pencatat.
a. Sensor
Sensor adalah peraba dari alat ukur, yaitu yang menghubungkan
alat ukur dengan benda ukur. Ujung-ujung kontak dari micrometer,
kedua lengan dari mistar ingsut (vernier caliper), jarum dari alat
ukur kekasaran permukaan adalah merupakan contoh dari sensor
mekanis. Sistem lensa (obyektif) adalah merupakan sensor dari alat
ukur optis. Suatu poros dengan lubang-lubang kecil melalui mana
udara tekan mengalir keluar adalah suatu contoh dari sensor
pneumatis.

b. Pengubah

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 110


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Pengubah adalah bagian yang terpenting dari alat ukur, melalui


mana isyarat dari sensor diteruskan, diubah atau diolah terlebih
dahulu sebelum diteruskan ke bagian lain dari alat ukur (bagian
penunjuk). Pada bagian inilah diterapkan bermacam-macam prinsip
kerja, mulai dari prinsip kinematis, optis, elektris, pneumatis sampai
pada sistem gabungan, yang kesemuanya ini pada dasarnya
adalah bertujuan untuk memperbesar dan memperjelas perbedaan
yang kecil dari geomatri suatu obyek ukur.

c. Penunjuk/ pencatat
Penunjuk atau pencatat adalah bagian dari alat ukur melalui mana
harga dari hasil suatu pengukuran ditunjukkan atau dicatat. Hampir
semua alat ukur, kecuali beberapa alat ukur standar dan alat ukur
batas, mempunyai bagian penunjuk yang dapat kita katagorikan
menjadi 2 macam, yaitu :
1) Penunjuk berskala
2) Penunjuk berangka (digital)

5. Jenis pengukuran ditinjau dari segi pemakaiannya :


a. Alat ukur langsung, yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada skala
tersebut.
b. Alat ukur pembanding, yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Karena daerah skala ukurnya terbatas, alat ini hanya
digunakan sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensi
terhadap ukuran standar.
c. Alat ukur standar, yang mampu memberikan atau menunjukan
suatu harga ukuran tertentu. Digunakan bersama-sama dengan alat
ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu obyek ukur.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 111


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

d. Alat ukur batas (kaliber), yang mampu menunjukkan apakah suatu


dimensi terletak di dalam atau diluar daerah toleransi ukuran,
e. Alat ukur bantu, bukan merupakan alat ukur dalam arti yang
sesungguhnya akan tetapi peranannya adalah penting sekali dalam
melaksanakan suatu pengukuran.

Evaluasi Materi Pokok 2


1. Jelaskan bagaimana cara menggunakan salah satu mistar ukur !
2. Jelaskan cara menggunakan mistar geser !
3. Sebutkan fungsi masing-masing micrometer ?
4. Sebutkan fungsi micrometer kedalaman !
5. Uraikan cara memelihara alat-alat ukur !
Jawab :
1. Cara menggunakan salah satu mistar ukur :
Cara menggunakan mistar ukur bertujuan menghindari
penyimpangan-penyimpangan dalam pengukuran. Tentunya letak dari
mistar ukur harus betul-betul sejajar dengan arah memanjang atau
tegak lurus dengan arah melintang dari benda yanga akan diukur.
Kadang-kadang untuk keperluan tertentu diperlukan jangka bengkok
atau jangka kaki, misalnya untuk pengukuran kasar dari diameter luar
atau diameter dalam suatu poros dan lubang.
2. Cara menggunakan mistar geser
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur kelincinan
(gesekan) tertentu sesuai denga standar yang diizinkan dan
jalannya rahang ukur harus tidak bergoyang.
b. Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian
ujung dari kedua rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk
agak kedalam.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 112


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

c. Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran
muka rahang ukur betul-betul tepat.
d. Waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur
harus diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat menekan kedua
rahang ukur akan menyebabkan kebengkokan atau
ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu, bila benda ukur
mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang ukur
dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
e. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu mistar ingsut
masih berada pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas
dari benda ukur kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi
pembacaan yang betul.
f. Jangan lupa, setelah mistar ingsut tidak digunakan lagi dan akan
disimpan ditempatnya, kebersihan mistar ingsut harus dijaga
dengan cara membersihkannya memakai alat-alat pembersih yang
telah disediakan misalnya kertas tissue, vaselin, dan sebagainya.
g. Cara membacanya :
h. Untuk mistar ingsut dengan sistem metrik skala verniernya ada
yang mempunyai ketelitian sampai 0.02 (skala vernier dibagi dalam
50 bagian) dan ada yang tingkat ketelitiannya sampai 0.05
milimeter. Tiap angka pada skala utama menunjukkan besarnya
jarak dalam centimeter. Misalnya angka 1 berarti 1 centimeter = 10
milimeter. Jarak antara dua angka berarti 10 milimeter. Jarak ini
dibagi dalam 10 bagian yang sama, berarti satu skala kecil (divisi)
pada skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter.

3. Fungsi Masing-masing mikrometer


a. Mikrometer luar digunakan untuk mengukur jarak luar atau diameter
luar.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 113


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

b. Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur jarak dalam atau


diameter dalam.
c. Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kedalaman
suatu lubang atau alur.

4. Fungsi mikrometer kedalaman (Inside Mikrometer) :


Mengukur diameter dalam. Kapasitas ukur dapat diubah dengan
mengganti batang ukur; 25-50 mm, 50-200 mm, 500 mm dan 200-
1000 mm. Batang pemegang berfungsi untuk mempermudah
pengukuran diameter yang dalam letaknya.

5. Cara memelihara alat ukur :


Cara memelihara alat ukur, kita ambil contoh pemeliharaan
Mikrometer :
Pemeliharaan mikrometer harus diperhatikan betul-betul. Bila terjadi
kerusakan kecil saja pada mikrometer maka tingkat kecermatannya
pun menjadi berkurang. Oleh karena itu, cara menggunakan dan
memelihara mikrometer ini harus dilakukan dengan baik. Setelah
dipakai harus dilap yang bersih dengan kain pembersih yang
disediakan dan harus diberi vaselin bila disimpan ditempatnya.
Salah satu cara untuk mengecek tingkat kecermatannya adalah
dengan cara kalibrasi. Kalibrasi alat-alat ukur dalam jangka waktu
tertentu setelah digunakan perlu dilakukan untuk mengkalibrasi
mikrometer adalah sebagai berikut :
1. Mengecek apakah gerakan silinder putar atau poros ukur betul-
betul stabil dalam arti tidak ada goyangan.
2. Mengecek apakah kedudukan posisi nol dari skala ukur sudah
tepat.
3. Mengecek apakah kedua muka ukur (sensor) mempunyai kerataan
dan kesejajaran bila dirapatkan.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 114


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4. Mengecek apakah harga-harga yang ditunjukkan oleh skala


ukurnya betul-betul menunjukkan harga yang benar menurut
standar yang berlaku.
5. Mengecek apakah fungsi dari rachet dan pengunci poros ukur
dapat berfungsi dengan baik.
Bila hal-hal di atas dapat dilakukan dengan baik maka alat ukur
mikrometer keawetannya dapat dijamin dan tingkat kecermatannya
pun bisa dipelihara. Ada dua hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam pengecekan mikrometer tersebut yaitu
pemeriksaan kerataan dan kesejajaran muka ukur serta kebenaran
skala ukurnya.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 115


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

EVALUASI MATERI POKOK 3


1. Sebutkan bagian-bagian utama dari busur bilah (universal bevel
protractor).
2. Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah?
3. Berapakah besarnya tingkat ketelitian yang bisa dicapai oleh alat ukur
sudut proyektor bentuk (profile projector)?
4. Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan proyektor
bentuk.

Jawab :
1. Bagian-bagian utama dari busur bilah (universal bevel protractor).
Bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala
nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius dan kunci
bilah.
2. Besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah adalah 5 menit

3. tingkat ketelitian yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6


menit (6)

4. Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur


diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur.
Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 116


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar


maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka
bayanga dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan
tersebut akan kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari
pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini
dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat
pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya
sama dengan sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala
utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan
yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6).
Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan
memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar
berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada
pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut
adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya
dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar
tersebut.

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 117


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LATIHAN MENGUKUR

A. Mengukur Tinggi dengan Height


Gauge/ Mistar Geser
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a. Menggunakan mistar geser/ Pengukur tinggi
b. Mengukur panjang, lebar dan tinggi
2. Peralatan
a. Mistar Geser
b. Pengukur Tinggi
3. Bahan
a. Benda ukur sesuai gambar kerja
4. Keselamatan Kerja
a. Menjaga alat ukur jangan sampai jatuh dan terbentur
b. Mengunci alat ukur jangan terlalu keras
c. Setelah selesai menggunakan alat ukur hendaknya dilumasi
dengan Vaseline
5. Langkah Kerja
a. Siapkan mistar geser dan pengukur tinggi

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 118


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

b. Ukur tinggi sesuai dengan urutan mulai dari h1 sampai dengan


h7
c. Ukur panjang sesuai dengan urutan mulai dari L1 sampai
dengan L7
d. Ukur tebal
e. Ukur sudut 1 sampai dengan 3 ,kemudian sudut 1
sampai dengan 4
f. Setelah selesai pengukuran alat ukur diberi Vaseline
kemudian disimpan pada tempatnya

LEMBAR KERJA PENGUKURAN


MENGUKUR TINGGI DENGAN HEIGHT GAUGE/
MESIN
MISTAR GESER
PPPG Teknologi

Hasil Pengukuran Nilai


Komponen yang
1 2 3 4 Rata2 Alat Ukur yang dipakai Yg Di Standa
diukur
capai rd
TEBAL t 8
L1
L2
L3
PANJANG L4 28
L5
L6
L7
h1 28
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 119
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

h2
h3
TINGGI/ h4
TINGKAT h5
h6
H7
1
2
3
SUDUT 1 14
2
3
4
Metode dan Waktu 20
Group : Instruktor Nilai 100
Nama :
TEDC Bandung Lembar Penilaian Kode :
Departemen Mulai tgl :
Mesin MENGUKUR TINGGI DENGAN HEIGHT
GAUGE/ MISTAR GESER Dicapai :
Waktu Standard
:
Nilai
KOMPONEN SUB KOMPONEN Maks Yang Keterangan
dicapai
Langkah kerja 4
Sikap kerja 2
METODA Penggunaan alat 2
Keselamatan kerja 2
Sub Total 10
HASIL
KETERAMPILAN Tebal 8
Panjang 28
Tinggi 28
Sudut 14

Sub Total 80
WAKTU Tepat 10
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 120
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Lambat 0
Sub Total 10

TOTAL 100

INSTRUKTOR / WIDYAISWARA / GURU PEMBIMBING

B. Mengukur Diameter Luar dengan


Mikrometer Luar
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a. Menggunakan micrometer luar
b. Menggunakan mistar geser
c. Mengukur diameter luar
d. Mengukur panjang
2. Peralatan
a. Mikrometer luar
b. Mistar Geser
3. Bahan
a. Benda ukur sesuai gambar kerja
4. Keselamatan Kerja
a. Menjaga alat ukur jangan sampai jatuh atau terbentur
b. Mengunci alat ukur jangan terlalu keras
c. Setelah selesai menggunakan alat hendaknya dilumasi
Vaseline
5. Langkah Kerja
a. Siapkan micrometer luar sesuai kapasitas yang akan diukur
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 121
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

b. Ukur diameter luar sesuai dengan urutan mulai dari d1


sampai dengan d7
c. Ukur panjang dengan menggunakan mistar geser mulai dari
L1 sampai dengan L7
d. Setelah selesai mengukur alat ukur dilumasi dengan
Vaseline kemudian disimpan pada tempatnya

LEMBAR KERJA PENGUKURAN


MENGUKUR DIAMETER LUAR DENGAN
MESIN
MIKROMETER
PPPG Teknologi

Hasil Pengukuran Nilai


Komponen yang
1 2 3 4 Rata2 Alat Ukur yang dipakai Yg Di Standa
diukur
capai rd
DIAMETER d1 52
d2
d3
d4

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 122


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

d5
d6
d7
L1
L2
L3
PANJANG L4 28
L5
L6
L7
Metode dan Waktu 20
Group : Instruktor Nilai 100
Nama :

TEDC Bandung Lembar Penilaian Kode :


Departemen Mulai tgl :
Mesin MENGUKUR DIAMETER LUAR DENGAN
MIKROMETER Dicapai :
Waktu Standard
:
Nilai
KOMPONEN SUB KOMPONEN Maks Yang Keterangan
dicapai
Langkah kerja 4
Sikap kerja 2
METODA Penggunaan alat 2
Keselamatan kerja 2
Sub Total 10
HASIL
KETERAMPILAN Diameter 52
Panjang 28

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 123


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Sub Total 80
WAKTU Tepat 10
Lambat 0
Sub Total 10

TOTAL 100

INSTRUKTOR / WIDYAISWARA / GURU PEMBIMBING

C. Mengukur Kedalaman dengan


Mikrometer Kedalaman
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a. Menggunakan micrometer kedalaman
b. Menggunakan mistar geser
c. Mengukur kedalaman
d. Mengukur panjang
e. Mengukur diameter luar
f. Mengukur diameter dalam
g. Mengukur champer
2. Peralatan
a. Mikrometer Kedalaman sesuai kapasitas
b. Mistar geser
c. Bevel Protector
3. Bahan
a. Benda ukur sesuai gambar kerja
4. Keselamatan kerja
a. Menjaga alat ukur jangan sampai jatuh atau terbentur
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 124
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

b. Mengunci alat ukur jangan terlalu keras


c. Setelah selesai menggunakan alat hendaknya dilumasi
Vaseline
5. Langkah kerja
a. Siapkan micrometer kedalaman sesuai kapasitas
b. Siapkan mistar geser dan bevel protractor
c. Ukur kedalaman L1 dan L2
d. Ukur panjang L4, L5 dan L6
e. Ukur diameter d1 sampai dengan d6
f. Ukur champer C1 dan C2
g. Setelah selesai menggunakan alat ukur hendaknya dilumasi
dengan vaselin

LEMBAR KERJA PENGUKURAN


MENGUKUR KEDALAMAN DENGAN DEPTH
MESIN
MIKROMETER/ MISTAR INGSUT
PPPG Teknologi

Hasil Pengukuran Alat Ukur yang dipakai Nilai


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 125
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Komponen yang 1 2 3 4 Rata2 Yg Di Standar


diukur capai d
L1
KEDALAMA
L2 27
N
L3
PANJANG L4
L5 18
L6
d1
d2
d3
DIAMETER 30
d4
d5
d6
C1
CHAMPER 5
C2
Metode dan Waktu 20
Group : Instruktor Nilai 100
Nama :

TEDC Bandung Lembar Penilaian Kode :


Departemen Mulai tgl :
Mesin MENGUKUR KEDALAMAN DENGAN
DEPTH MIKROMETER/ MISTAR INGSUT Dicapai :
Waktu Standard
:
Nilai
KOMPONEN SUB KOMPONEN Maks Yang Keterangan
dicapai
Langkah kerja 4
Sikap kerja 2
METODA Penggunaan alat 2
Keselamatan kerja 2
Sub Total 10
HASIL
KETERAMPILAN Kedalaman 27
Panjang 18
Diameter 30
Champer 5

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 126


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Sub Total 80
WAKTU Tepat 10
Lambat 0
Sub Total 10

TOTAL 100

INSTRUKTOR / WIDYAISWARA / GURU PEMBIMBING

D. Mengukur diameter dalam


dengan Mikrometer Dalam
1. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari dan berlatih topik ini peserta dapat :
a. Menggunakan micrometer dalam
b. Menggunakan mistar geser
c. Menggunakan bevel protractor
d. Mengukur diameter dalam
e. Mengukur diameter luar
f. Mengukur tebal
g. Mengukur champer

2. Peralatan
a. Mikrometer dalam sesuai kapasitas
b. Mistar geser
c. Bevel Protractor

3. Bahan
a. Benda ukur sesuai gambar kerja
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 127
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4. Keselamatan Kerja
a. Menjaga alat ukur jangan sampai jatuh atau terbentur
b. Mengunci alat ukur jangan terlalu keras
c. Setelah selesai menggunakan alat hendaknya dilumasi
vaseline

5. Langkah Kerja
a. Siapkan micrometer dalam sesuai kapasitas
b. Siapkan mistar geser dan Bevel Protractor
c. Ukur tebal t1 sampai dengan t3
d. Ukur champer C1 sampai dengan C3
e. Ukur diameter d1 sampai dengan d4
LEMBAR KERJA PENGUKURAN
MENGUKUR DIAMETER DALAM DENGAN
MESIN
MIKROMETER DALAM (INSIDE MIKROMETER)
PPPG Teknologi

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 128


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Hasil Pengukuran Nilai


Komponen yang
1 2 3 4 Rata2 Alat Ukur yang dipakai Yg Di Standa
diukur
capai rd
t1
TEBAL t2 15
t3
c1
CHAMPER c2 15
c3
d1
20
DIAMETE d2
R d3
30
d4
Metode dan Waktu 20
Group : Instruktor Nilai 100
Nama :

TEDC Bandung Lembar Penilaian Kode :


Departemen Mulai tgl :
Mesin
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 129
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

MENGUKUR DIAMETER DALAM Dicapai :


DENGAN MIKROMETER DALAM Waktu Standard
( INSIDE MIKROMETER) :
Nilai
Maks Yang
KOMPONEN SUB KOMPONEN Keterangan
dicapa
i
Langkah kerja 4
Sikap kerja 2
METODA Penggunaan alat 2
Keselamatan kerja 2
Sub Total 10
HASIL
KETERAMPILAN Tebal 15
Champer 15
Diameter luar 20
Diameter dalam 30

Sub Total 80
WAKTU Tepat 10
Lambat 0
Sub Total 10

TOTAL 100

INSTRUKTOR / WIDYAISWARA / GURU PEMBIMBING

REVIEW

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 130


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

KEGIATAN BELAJAR 1
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas !
1. Jelaskan pengertian pengukuran !
2. Uraikanlah jenis dan cara pengukuran !
3. Uraikanlah bagian-bagian dan konstruksi umum alat ukur !
4. Sebutkan sifat-sifat alat ukur ?
5. Jelaskan kesalahan-kesalahan penyimpangan dalam proses
pengukuran !

KEGIATAN BELAJAR 2
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan
jelas !
1. Sebutkan yang termasuk alat ukur linier langsung ?
2. Sebutkan macam-macam mistar ukur ?
3. Jelaskan bagaimana cara menggunakan salah satu mistar ukur !
4. Sebutkan fungsi mistar geser ?
5. Uraikan bagian-bagian mistar geser !
6. Jelaskan cara menggunakan mistar geser !
7. Sebutkan fungsi masing-masing micrometer ?
8. Jelaskan cara menggunakan micrometer kedalaman !
9. Uraikan cara memelihara alat-alat ukur !

KEGIATAN BELAJAR 3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Sebutkan yang termasuk alat ukur sudut langsung ?
2. Sebutkan fungsi dari Busur baja (Protractor) ?
3. Jelaskan bagaimana Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah
(Universal Bevel Protractor) !

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 131


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

4. Sebutkan bagian-bagin konstruksi umum dari Proyektor bentuk


(Profile Projector) ?

RINGKASAN PENILAIAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 132


PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Gunakan tabel berikut untuk mengukur apakah Anda telah menguasai


pokok-pokok pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menguasai kompetensi Teknik Pengukuran ?

Pokok-pokok Perlu
Pengetahuan dan Kriteria Unjuk Kerja Ya Tidak Latihan
Keterampilan Lanjutan

1. Menggunakan 1.1 Macam-macam alat


bermacam- ukur digunakan untuk
macam alat untuk mengukur
mengukur

2. Menentukan 2.1 Ukuran suatu onjek


ukuran suatu ukur ditentukan
objek ukur

3. Memelihara 3.1 Alat-alat ukur


alat ukur dipelihara

LEMBARAN PENILAIAN

Modul : TEKNIK PENGUKURAN


Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 133
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Nama Peserta Pelatihan : ...


Nama Penilai : ...

Peserta yang Dinilai : Kompeten


Kompetensi yang Dicapai :

Umpan balik untuk Peserta :

Tanda tangan
Peserta sudah diberitahu tentang Tanda tangan Penilai :
hasil penilaian dan alasan-alasan
mengambil keputusan

Tanggal :

Saya sudah diberitahu tentang hasil Tanda tangan Penilai :


penilaian dan alasan mengambil
keputusan tersebut

Tanggal :

DAFTAR PUSTAKA

J.W. Greve, (1967) Handbook Of Industrial Metrologi, New Jersey: Society


Of Manufacturing Engineers Prentice Hall
Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 134
PPPPTK BMTI Bandung
Teknik Penggunaan Alat ukur Pembanding dan Mekanik

Mitutoyo, Measuring Instrument, Tokyo: Catalog E.031

R. K. Jain, Engineering Metrologi, Delhi : Khana Publishers

Rochim Taufik Dr. Ir (2006), Spesifikasi, Metrologi dan Kontrol Kualitas


Geometrik, Bandung; ITB

Suryadi P.A, (1976), Pendahuluan Teori Kemungkinan dan Statistik,


Bandung: ITB

Departemen Mesin Produksi dan Konstruksi 135


PPPPTK BMTI Bandung

Anda mungkin juga menyukai