Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan


gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang
cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X
dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi, 2001).

2.1.1 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen

Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik


yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen)
terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target)
dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan
pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang
tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator
pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat
pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan
dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X
maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam
proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


1. Sumber elektron (filamen).
Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung
sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus
(Arif Jauhari, 2008).
2. Anoda.
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai
radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang
tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang
mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).
3. Katoda.
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang
dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron.
Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda
potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
4. Alat pemusat berkas elektron
Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang
menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke
bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi
muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-X
(Arif Jauhari, 2008).
5. Target.
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang
mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik
mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron
berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga
target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat
menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga
yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari
tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda.
6. Tabung pembungkus.
Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan
panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa
udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari

Universitas Sumatera Utara


kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu
memelihara isi bagian dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan
produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih lama
(M. Akhadi, 2001).
7. Perisai tabung.
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan
terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi
isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak
ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung
seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa
agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari
dosis maksimal yang diperlukan (M. Akhadi, 2001).
8. Rumah tabung.
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang
dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa
awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan
sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya
sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan
dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang
tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).
9. Filter.
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas)
merupakan bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga
baik untuk bahan filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom
29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang
sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa
menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka
menggunakan bahan filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering
digunakan sebagai suatu bahan campuran filter kombinasi dengan
aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal

Universitas Sumatera Utara


10. Pembatas sinar.
Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah
tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya
kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan,
shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk
mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi
yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk
menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua
pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara
bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat
difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat
digunakan sebagai sistem dia fragma yang dapat diatur sesuai dengan
ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan
sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X
pada pasien kelihatan seperti sinar tampak.
Adapun bagian daripada kolimator adalah:
- Lampu.
Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam
menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang
dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika
tombol lampu ditekan, maka garis persilangan di dalam lapangan
cahaya menunjukkan pusat dari lapangan penyinaran. Berkas cahaya
lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut menunjukkan ukuran
lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.
- Cermin.
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber
sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin
yang dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas
cahaya dari bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas
sinar-X. cermin tersebut berguna untuk memantulkan cahaya lampu
dalam kotak kolimator, sehingga menunjukkan ukuran sinar-X yang
diperlukan dan tergambar pada lapangan penyinaran. Jarak lampu
menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju cermin .

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Sifat Fisik Sinar-X

Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah


1. Daya Tembus.
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya.
2. Pertebaran.
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan.
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom
atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik.
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar Fluor (Fluoresensi).
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau
zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai
radiasi sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

2.1.3 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari


sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama,
yaitu:
Efek fotolistrik
Efek Compton
Efek produksi pasangan
Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X
dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek

Universitas Sumatera Utara


produksi pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom
(Arif Jauhari, 2008).
Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan
materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus
lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas.
Hubungan antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx ( 2.1 )
m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm


haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk
menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang
menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2.
Sedangkan m digantikan menjadi (m /r) dinyatakan dalam cm2/gram,
disebut koefisien absorpsi massa.
Efek foto listrik.
Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh
elektron, sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan
atom. Elektron yang dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto
elektron. Proses efek foto listrik terutama terjadi pada foton yang
berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV hingga 0, 5 MeV bila
energinya kecil.

Gambar 2.1 Efek foto listrik.

Universitas Sumatera Utara


Hamburan Compton
Penghamburan compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna
antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton
berinteraksi dengan elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron
lebih kecil dari energi foton datang), seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Penghamburan compton: suatu tumbukan lenting


sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron.

Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka
tidak mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika
momentum dan energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan
berasumsi bahwa reaksi semakin dimungkinkan. Jika hal itu memang
benar, maka menurut hukum kekekalan semua energi foton diberikan
kepada elektron .
Efek Produksi Pasangan
Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energi datang lebih dari
1.02 MeV. Apabila foton semacam ini mengenai inti atom berat, foton
tersebut lenyap dan sebagai gantinya timbul sepasang elektron-
elektron. Positron adalah partikel yang massanya sama dengan
elektron-elektron bermuatan listrik positif yang besarnya juga sama
dengan muatan elektron. Proses ini memenuhi hukum kekekalan
energi:
hv1 = (2 m0 c2) + (K+) + (K-) ( 2.2 )
K+ = Energi Kinetik positron
K- = Energi Kinetik elektron

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena proses ini hanya bisa berlangsung bilamana energi foton
datang minimal (2 m0c2) (1.02 MeV) m0 adalah massa diam elektron dan
c adalah kecepatan cahaya.

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan.

2.2 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan


atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis radiasi
yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Satuan
radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya yaitu:

2.2.1 Satuan untuk paparan radiasi.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di


udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah
sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah
sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada
sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara


1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu.


Satuannya adalah R/jam atau mR/jam;
1 mR = 10-3 R.

2.2.3 Satuan untuk Dosis serap

Dosis serap (D) ialah perbandingan energi yang diberikan oleh radiasi
pengion (E) kepada materi dalam elemen volume yang mempunyai massa
(m). Satuan ini menggambarkan jumlah radiasi yang diterima oleh pasien.
Satuannya adalah Roentgen Absorbed Dose (rad) dan gray (Gy).
1 Gy = 1J/kg = 100 rad

2.3 Dosimetri

Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari besaran dan
satuan dosis radiasi, sedang pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses yang
ditinjau sebgai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008).

Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran


(terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi
pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma
untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana
1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan
listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar
1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

Apabila radiasi mengenai bahan, maka akan terjadi penyerapan energi di


dalam bahan tersebut melalui berbagai macam proses/interaksi. Dosis serap (D)
didefenisikan sebagai energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan

Universitas Sumatera Utara


tersebut. Satuan yang digunakan sebelumnya adalah rad yang didefenisikan
sebagai:
1 rad = 100 erg/g
Satuan baru yaitu gray (Gy) di mana:
1 gray (Gy) = 1 joule/kg
Dengan demikian dapat diperoleh hubungan:
1 gray (Gy) = 100 rad

Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis
bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat penyinaran terhadap
mahluk hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan besaran
lain yang sekaligus memperhitungkan efek radiasi untuk jenis radiasi yang
berbeda.

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata
memberikan akibat/efek yang berbeda pada sistem tubuh mahluk hidup. Pengaruh
interaksi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam jaringan tubuh yang
terkena radiasi terutama berasal dari besaran proses yang disebut sebagai alih
energi linier. Yang paling berperan dalam hal ini adalah peristiwa ionisasi yang
terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam materi yang dilaluinya. Dengan
demikian, jenis radiasi yang memiliki daya ionisasi besar akan dapat menyebabkan
akibat/kerusakan biologik yang besar pula. Besaran yang merupakan kuantisasi
dari sifat tersebut dinamakan faktor kualitas (Q), maka dosis serap (H) yang
disebut dosis ekivalen, yaitu perkalian antara dosis serap dan faktor kualitas radiasi
Q atau faktor bobot radiasi Wr atau radiation weighting factor dapat ditulis :

H = D . Q . N ( 2.3 )

N merupakan suatu faktor modifikasi, misalnya pengaruh laju dosis, distribusi zat
radioaktif dalam tubuh, dan sebagainya. Untuk keperluan Proteksi Radiasi: faktor
N tersebut selalu dianggap N = 1

Universitas Sumatera Utara


Satuan dosis ekivalen adalah rem, yang dalam falsafah baru menurut Publikasi
ICRP No.26 Tahun 1977, diganti menjadi sievert (Sv), dimana:
1 sievert (Sv) = 100 rem
Satuan sievert (Sv), menggantikan satuan lama rem (rontgen equivalent man).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar

Pada Pesawat sinar-X radiografi umum dikenal beberapa faktor yang


mempengaruhi kualitas gambar. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas
gambar tersebut antara lain, faktor eksposi, kolimasi, faktor assesoris
(perlengkapan untuk pemotretan, yaitu: film, kaset), faktor pencucian film dan
faktor objek. Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang meliputi tegangan tabung,
arus tabung dan waktu eksposi. Tegangan tabung (kilo Voltage, kV) yaitu beda
potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang
dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda sehingga daya tembus yang
dihasilkan akan semakin besar. Arus tabung (milli Ampere, mA) yaitu kuat
lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron
yang dihasilkan akan semakin besar. Waktu (time, detik) yaitu lamanya waktu
eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron, milli Ampere Second
berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kuantitas sinar-X.

2.5 Kendali Mutu Pesawat Sinar-X Radiografi Umum

Kendali Mutu dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja
pesawat sinar-X radiografi umum dan membandingkan dengan standar yang ada.
Kendali mutu merupakan bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan
dengan teknik yang digunakan dalam monitoring dan pemeliharaan dari unsur-
unsur teknis dari sistem. Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk
memelihara mutu gambaran yang optimal (BAPETEN, 2008). Kendali mutu
mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kendali mutu adalah bagian dari
program jaminan mutu yang berhubungan dengan instrumentasi dan peralatan.
Tujuan dari program pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan
imajing menghasilkan mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang

Universitas Sumatera Utara


diterima pasien seminimal mungkin. Sistem program jaminan mutu penting untuk
memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis
radiasi yang mengenai pasien seminimal mungkin. Jaminan mutu dirancang untuk
menyediakan parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah
spesifikasi suatu unit yang dipasang menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik
setelah pemakaian. Suatu program jaminan mutu pesawat sinar-X radiografi umum
diselenggarakan oleh tenaga yang berkualitas dari Fisikawan Medis dan
Radiografer (BAPETEN, 2008).

2.5.1 Pengujian Kendali Mutu Pesawat sinar-X Radiografi Umum

Untuk melakukan pengujian kendali mutu pesawat sinar-X radiografi


umum dilakukan beberapa pengujian yaitu:

Pengujian Penerimaan (Acceptance Testing).


Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat pesawat sinar-X radiografi
umum, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang
dipasang sudah sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai
untuk pemeriksaan pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi dan kinerja
elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi sistem komponen.
Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen yang
memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti
(Depkes RI, 2009).

Pengujian Rutin (Routine Testing).


Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode tertentu. Untuk
lebih konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari alat pesawat sinar-X
radiografi umum, maka penjual alat harus menyediakan alat untuk
melaksanakan uji kendali mutu dengan beberapa parameter, variasi-variasi
yang dapat diijinkan untuk parameter yang ditentukan, suatu metode untuk
menyimpan dan merekam data jaminan mutu, dan informasi dosis dalam
wujud suatu indeks dosis dari pesawat sinar-X.(Depkes RI, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Metode Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi Umum

Untuk melakukan uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum


memiliki metode uji kesesuaian yang harus dilakukan
Registrasi pesawat sinar-X Radiografi Umum
Registrasi pesawat sinar-X Radiografi Umum meliputi :
1. Data Administratif.
Dapat dilakukan pencatatan data sebelum pesawat dioperasikan, berisi
seluruh pemeriksaan dokumen perizinan atau permohonan izin.
Bertujuan untuk memeriksa kecocokan identitas pemegang izin
(penanggung jawab operasi) pada dokumen perizinan / permohonan izin
dengan kenyataan di lapangan.
2. Data konfigurasi pesawat sinar-X.
Dapat dilakukan pencatatan data sebelum pesawat dioperasikan, berisi
seluruh pemeriksaan konfigurasi (struktur komponen pesawat) dan
kondisi umum pesawat termasuk pergerakan mekanik dari pesawat.
Bertujuan juga untuk memeriksa kecocokan identitas pesawat (nomor
seri dari pabrikan) pada dokumen dengan kenyataan di lapangan. Dapat
diberi catatan bila ada kondisi atau cacat mekanik khusus yang
berpotensi menggangu operasi pesawat (Depkes RI, 2009).
Metode uji teknis.
Parameter uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum yaitu
Pengukuran Lenieritas keluaran pesawat sianr-X radiografi umum. Telah
diketahui bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-
lektron yang dihasilkan oleh katoda yang mengarah pada anoda sehingga
hasilnya adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan
sisanya berupa energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai dengan
99%. Sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang
dipancarkan arahnya adalah menuju ke segala arah atau berbentuk bola.
Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi dengan indra yang
dimiliki manusia, karena spektrum panjang gelombangnya di luar rentang

Universitas Sumatera Utara


spektrum sinar yang mampu terlihat oleh mata telanjang manusia, sehingga
sangat tidak mungkin untuk mengetahui ada tidaknya sinar-X di lingkungan
sekitarnya.
1. Keperluan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi khususnya radiodiagnostik hanya memerlukan
sejumlah sinar-X untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi.
Karena luas permukaan tubuh yang menjadi objek pemeriksaan relatif
tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu dibatasi. Karena sifat
sinar-X yang tidak dapat di indra itulah maka dibutuhkan suatu alat
bantu yang dapat menampilkan seolah-olah seperti luas sinar-X yang
digunakan. Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting
dalam pembatasan luas lapangan sinar-X, karena harus melindungi
organ-organ yang tidak diperiksa dari paparan radiasi. Untuk membatasi
luas lapangan sinar-X yang akan digunakan maka pada tabung sinar-X
diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.

2. Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan sinar-X dapat digunakan secara efisien,
artinya dapat diketahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X
yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan gambaran. Karena sinar-X
itu tidak terlihat maka digunakan cahaya tampak yang diproyeksikan
seperti arah dan luas sinar-X yang keluar dari tabung dan akan
dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang terproyeksi
keluar ukurannya 24 cm x 30 cm maka sinar-X yang keluar berukuran 24
cm x 30 cm juga.

3. Konstruksi Kolimator dan komponennya


Adapun kontruksi kolimator dan komponennya diantaranya:
a. Pengatur bukaan dan skalaannya.
b. Tombol lampu kolimator.
c. Daun kolimator (arah kanan-kiri dan depan-belakang).
d. Cermin kolimator yang bersudut 450.
e. Rumah kolimator

Universitas Sumatera Utara


4. Macam-macam kerusakan lampu kolimator
Ada beberapa macam kerusakan lampu kolimator diantaranya:
a. Gerakan daun kolimator yang tidak simetris.
b. Macetnya daun kolimator di satu sisi.
c. Berubahnya sudut cermin kolimator.
d. Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator.

5. Pengaruh kolimator dalam pembuatan radiografi


Sesuai kebutuhan klinis maka diharapkan bahwa setiap radiograf yang
dihasilkan hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang
diperiksa, tidak perlu menampakkan organ lainnya. Misalnya jika ingin
membuat radiografi dada (thorax) maka hanya organ thorax saja yang
tercakup dalam radiograf, tidak perlu menampakkan rongga perut
(abdomen) dan daerah leher (cervical) karena hanya akan memberi
beban dosis radiasi saja (Arif Jauhari, 2008).
Pengujian sistem kolimasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerahan
cahaya yang dihasilkan dari lampu kolimator. Cahaya kolimator perlu
dilakukan karena target (arah dan luas) pengambilan gambar ditentukan
oleh cahaya lampu kolimator. Kolimator yang kurang baik akan
memungkinkan tersebarnya berkas sinar-X keluar dari berkas utama,
sehingga menyebabkan kurang baiknya kualitas gambar.
Dalam praktek yang sering diabaikan adalah tingkat pencahayaan yang
digunakan dalam perlengkapan pesawat sinar-X misalnya apabila cahaya
matahari masuk ke dalam ruangan, berkas cahaya lampu kolimator
menjadi tidak terlihat oleh mata, sehingga sulit memberikan petunjuk
yang memuaskan mengenai luas berkas pada permukaan objek.
Ada kemungkinan lain mengenai berkas cahaya di bawah kondisi ini
ialah suatu alat pengamat untuk pengaturan berkas yang memungkinkan
terlihatnya gambar pasien yang dipantulkan melalui kolimator. Dengan
alat semacam ini luas lapangan penyinaran dapat diatur sesuai dengan
bagian tubuh yang akan disinari.

Universitas Sumatera Utara


Generator adalah elemen dari sistem pembangkit sinar-X. Ketidak
konsistenan produksi/keluaran sinar-X dari tabung sinar-X yang
dibangkitkan suatu generator pembangkit, sangat dipengaruhi oleh
parameter teknis. Besarnya keluaran sinar-X yang tidak konsisten akibat
dari kinerja parameter teknis yang tidak baik, berpengaruh langsung
terhadap variasi- variasi baik kualitas gambar, atau kuantitas sinar-X
yang diproduksi dan dosis radiasi yang terjadi. Untuk itu sangatlah
penting memonitor parameter-parameter tersebut khususnya tegangan
kerja, kuat arus, waktu eksposi, kualitas radiasi, kedapatulangan dan
kebocoran tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008).
Pengujian ketepatan keluaran tabung sinar-X bertujuan agar pesawat
sinar-X dapat memproduksi sinar-X yang sesuai dengan faktor eksposi
yang diatur pada panel pengontrol, serta dapat menghasilkan keluaran
sinar-X yang berkualitas secara berkelanjutan sehingga diperoleh hasil
radiograf yang terjaga kualitasnya, untuk itu sangat penting adanya
kesesuaian antara panel pengontrol dengan keluaran tegangan tabung
sinar-X. Dalam pengukuran keluaran tabung sinar-X, pengaturan nilai
faktor eksposi sangat berpengaruh pada daya tembus, intensitas sinar-X
yang diberikan dan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Selain itu
faktor tegangan tabung, arus tabung dan waktu ekposi merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi kontras dan densitas pada film yang
dihasilkan. Ketidaklinieran antara tegangan kerja yang diatur pada panel
pengontrol dan besar energi penetrasi yang dihasilkan oleh tabung akan
berpengaruh pada kontras dan densitas radiograf serta secara tidak
langsung turut mempengaruhi dosis radiasi yang diterima oleh pasien.
Arus tabung dan waktu penyinaran merupakan faktor yang saling terikat
dalam menentukan intensitas sinar-X yang dipancarkan ke tubuh pasien
yang akan ditangkap oleh film sehingga akan terbentuk gambaran organ
yang diperiksa. Arus tabung merupakan jumlah arus listrik yang
mengalir di katoda. Saat arus listrikmelewati kawat filamen maka terjadi
pemanasan filamen yang diikuti pembentukan elektron-elekton di sekitar
permukaan filamen, sedangkan waktu eksposi merupakan lamanya
waktu arus listrik mengalir melewati filamen sehingga filamen dapat

Universitas Sumatera Utara


terus menerus memproduksi awan-awan elektron dalam jangka waktu
yang sesuai dengan lamanya waktu eksposi yang diatur. Perubahan arus
tabung dan faktor waktu eksposi dapat memberikan rentang densitas
yang berbeda pada film serta berpengaruh pada intensitas sinar-X yang
dikeluarkan, juga dosis radiasi yang diterima oleh pasien akan semakin
meningkat (Arif Jauhari, 2008).
Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian antara output sinar-X
dengan faktor eksposi yang disetting. Pada umumnya ketidaksesuaian
antara keluaran sinar-X dengan faktor eksposi yang diatur pada panel
kontrol dapat disebabkan kondisi instrumentasi internal pesawat sinar-X
itu sendiri yang diakibatkan berbagai faktor antara lain:
a. Efisiensi transformer, yaitu daya keluar dari transformator dibanding
daya masuk pada transformator setiap unitnya.
b. Bergesernya pengatur tegangan kerja, arus tabung dan waktu ekspose
pada panel kontrol, karena dimungkinkan tombol pengaturan
tegangan kerja, arus tabung atau Waktu ekspose telah aus.
c. Kondisi tabung sinar-X yang normalnya hampa udara, mungkin terisi
udara sehingga terjadi friksi (gesekan) yang berakibat energi foton
akan berkurang.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai