Anda di halaman 1dari 12

Keefektifan Pengajaran Melalui Pengaruh Interaktif antara

Pemberian Balikan dan Motivasi Berprestasi

A. Latar Belakang Masalah

Interaksi pembelajaran di kelas untuk menciptakan siswa aktif dalam proses


belajar sangat diperlukan. Perhatian terhadap diskursus pedagogik yang
diwujudkan dalam interaksi pembelajaran menurut T. Raka Joni (2005) pada
tataran eksperensial itu diartikulasikan secara sistematis paling tidak melalui
4 jenis gerak pedagogis (pedagogical moves) yaitu (a) Facilitator
structuring, ketika fasilitator menyiapkan lingkungan serta mindset siswa
(pebelajar) untuk masuk ke dalam interaksi pembelajaran, (b) Facilitator
soliciting ketika fasilitator mengundang respons pebelajar dengan
mengajukan pertanyaan dan/atau memberikan tugas, (c) Learner
respondingketika pebelajar merespons solisitasi fasilitator dengan berbagai
cara baik tergantung pada bentuk solisitasi yang dilontarkan maupun
pemahaman pebelajar terhadap makna dari solisitasi tersebut, dan
(d) facilitator reacting ketika fasilitator atau guru menanggapi respons
pebelajar, juga dalam berbagai bentuk tergantung pada penghayatannya
mengenai misi pembelajaran yang tengah diembannya baik dalam arti
dampak instruksional dan dampak pengiring maupun kekayaan khasanah
metodologik yang dimilikinya, melalui konfirmasi terhadap respons siswa.

Kemauan dan keterampilan guru yang memadai dalam mengambil


keputusan yang tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan
mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai dan karakteristik pebelajar
(siswa). Balikan adalah salah satu teknik untuk membuat siswa aktif
mempelajari kembali kegagalannya dalam mengerjakan tes atau latihan. Hill
(1980) mengemukakan bahwa balikan dilakukan sebagai interaksi antara
guru dan siswa yang dipakai untuk respon pekerjaan siswa dalam
mengerjakan tes atau latihan.

Balikan merupakan koreksi terhadap jawaban atau penyelesaian siswa


dalam mengerjakan tes atau latihan. Selanjutnya, Benne, dkk (1975)
berpendapat, dengan pemberian balikan siswa akan mengetahui penilaian
atau komentar yang diberikan oleh guru berdasarkan fakta tentang apa yang
dilakukan. Dengan pemberian informasi yang jelas tentang kekurangan
siswa, langkah perbaikan selanjutnya akan lebih mudah dilakukan. Dengan
adanya pemberian balikan juga akan mampu memberikan pengaruh pada
tingkat motivasi siswa, yang pada gilirannya melalui motivasi berprestasi
tersebut siswa akan mempengaruhi pula hasil perolehan belajarnya.

Cardelle (1985) mengemukakan bahwa latihan yang diberikan kepada


siswa akan mempermudah mereka belajar, apabila guru memberikan balikan
tertulis berupa komentar dan penjelasan terhadap pekerjaan itu. Dengan
balikan tertulis terhadap suatu kesalahan dengan memperhatikan materinya
akan membuat siswa memfokuskan perhatiannya pada kesalahan itu dan akan
terdorong untuk memperbaikinya. Anderson dan Faust (1973) menyatakan
bahwa balikan yang diberikan kepada siswa, akan mendorong siswa belajar,
apabila pemberian informasi itu dapat menjelaskan dimana kekurangan siswa
dan sekaligus dapat memberi petunjuk agar siswa dapat mengurangi
kekurangan tersebut. Menurut Anderson dan Faust balikan secara simbol
hanya dapat menginformasikan kepada siswa sejauh mana ia telah mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, sehingga siswa tidak memperoleh
petunjuk bagaimana cara memperbaiki kesalahan atau kekurangannya.
Selanjutnya, tanpa balikan siwa tidak memperoleh informasi tentang hasil
kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan. Oleh karena itu, siswa tidak
mengetahui sejauh mana ia telah mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Bloom dan Bourdon (1980), cara pemberian balikan ada dua
yaitu: (1) pemberian balikan secara simbol, artinya pemberian informasi
kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan,
dengan memberi tanda salah pada jawaban yang salah dengan menggunakan
tanda simbol;: (2) balikan secara ekspositorik, artinya pemberian informasi
kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan
yaitu dengan memberi tanda benar pada jawaban yang benar dan memberi
tanda salah pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan yang
terperinci agar siswa dapat memperbaiki kesalahannya. Menurut Bloom dan
Bourdon, balikan yang disertai dengan penjelasan terperinci akan membuat
siswa lebih bergairah dan lebih mudah untuk memperbaiki kesalahannya.
Secara operasional penelitian ini mengkaji pengaruh interaktif antar
metode dan kondisi pengajaran terhadap hasil pengajaran. Menurut Degeng
(1989, 2002) hasil pengajaran atau pembelajaran dapat dilihat salah satunya
dengan memperhatikan hasil keefektifan pengajaran. Keefektifan
(effectiveness) tersebut biasanya diukur dengan tingkat pencapaian atau
perolehan belajar siswa. Paling tidak terdapat satu aspek penting dari empat
aspek yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pengajaran,
yaitu: kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering juga
disebut dengan tingkat kesalahan. Sedang aspek aspek lainnya adalah
kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar dan tingkat retensi dari apa yang
dipelajari (Degeng 1989, halaman 19). Metode pengajaran pada penelitian
ini adalah pemberian balikan secara ekspositorik, balikan secara simbol, dan
tanpa balikan. Hasil pengajaran berupa perolehan belajar. Sedangkan kondisi
pengajaran yang berhubungan dengan karakteristik siswa melibatkan
motivasi berprestasi (motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi
rendah). Dembo (1981) secara tegas menyatakan bahwa salah satu variabel
yang paling berpengaruh terhadap hasil pengajaran adalah karakteristik
siswa, termasuk motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi adalah keinginan atau kecenderungan seseorang


untuk melakukan sesuatu secepat dan sebaik mungkin (Keller, dkk, 1978).
Pemberian balikan secara ekspositorik diprediksi memberikan pengaruh
terhadap proses belajar siswa karena kendali untuk belajar dalam diri siswa
(keinginan untuk berbuat sebaik mungkin dan secepat mungkin)
menggerakkan perilakunya melakukan belajar. Dalam pengertian ini dapat
disampaikan secara umum bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan
seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik
mungkin. Motivasi berprestasi dapat diejawantahkan dalam berbagai aspek
kehidupan dan kegiatan manusia seperti dalam dunia bisnis dan industri,
pemerintahan, militer, sosial, dan pendidikan (persekolahan). Kegiatan
pengembangan SDM seringkali mengacu pada peningkatan kualitas manusia
yang memiliki motivasi berprestasi. Hal ini disebabkan bahwa motivasi
manusia akan dapat menentukan tingkat penyelesaian tugas-tugas yang
dikerjakannya dalam berbagai kegiatan sehari-hari.

Kajian tingkat motivasi berprestasi dalam penelitian ini terbatas pada


tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari perilaku subyek,
seperti harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran akan gagal
keinginan memperoleh nilai yang lebih tinggi (Robinson dalam Cohen 1996).
Ini merupakan indikator yang dipakai dalam penelitian. Dalam hal ini,
diprediksi bahwa perolehan belajar yang akan dimiliki subyek merupakan
hasil pengajaran yang tidak terlepas dari perilaku yang ditunjukkannya.
Dengan demikian, apabila kelompok subyek yang memiliki harapan sukses,
bekerja keras, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang
lebih tinggi, maka diprediksi akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap
perolehan belajar.

Temuan penelitian sebelumnya tentang kajian tingkat motivasi


berprestasi seperti yang diungkap oleh Narang (1981) telah menunjukkan
hasil yang tidak konsisten. Diantaranya, Levin (1965); Mingione (1968);
Fadel (1971); Farley (1972); dan Morgan (1975) menemukan bahwa, tinggi
rendahnya tingkat motivasi berprestasi seseorang tidak memberi pengaruh
yang berbeda terhadap perolehan belajar. Sedangkan penelitian yang lain,
seperti McClelland (1953) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi lebih baik terhadap perolehan belajar
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat motivasi berprestasi
rendah. Dari kedua hasil penelitian yang berbeda ini penulis ingin mencoba
mengkaji pengaruh motivasi berprestasi tersebut di Indonesia, khususnya di
Malang Jawa Timur. Kajian tentang motivasi berprestasi terhadap perolehan
belajar ini juga dikaitkan dengan pemberian balikan serta pengaruh interaktif
antara keduanya.

B. RUMUSAN MASALAH

Komponen strategi pengajaran yang berbeda diprediksi memberi


pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Pertanyaan yang timbul
sekarang adalah

1. Apakah pemberian balikan secara ekspositorik, secara simbol dan tanpa balikan

dapat memberi pengaruh yang berbeda terhadap perolehan belajar?


2. Apakah tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa memberi pengaruh yang

berbeda terhadap perolehan belajar?

3. Apakah ada interaksi antara pemberian balikan dan tingkat motivasi berprestasi

terhadap perolehan belajar?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan aspek-aspek yang mempengaruhi hasil pengajaran atau pembelajaran

2. Membandingkan pengaruh antara pengajaran yang dilakukan melalui pemberian

balikan secara ekspositorik dan pemberian balikan sec`ara simbol dengan

pengajaran yang dilakukan tanpa balikan.terhadap perolehan belajar

3. Membandingkan antara pengajaran dengan pemberian balikan, pengajaran tanpa

pemberian balikan dan tingkat motivasi berprestasi terhadap hasil perolehan belajar

siswa

4. Mengetahui perbedaan interaksi antara pemberian balikan dan tingkat motivasi

berprestasi terhadap perolehan belajar

D. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Kelompok siswa yang menerima balikan secara ekspositorik, secara simbol dan

yang tidak menerima balikan memperoleh hasil belajar yang berbeda

2. Pemberian balikan yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap

perolehan belajar

3. Subyek yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi memperoleh hasil belajar

lebih baik dibandingkan dengan kelompok subyek yang memiliki motivasi berprestasi
rendah

4. Tingkat motivasi berprestasi yang berbeda memberi pengaruh yang berbeda secara

signifikan terhadap perolehan belajar

5. Terdapat interaksi antara pemberian balikan secara ekspositorik, simbol, dan tanpa

balikan dengan motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar

E. KEGUNAAN PENELITIAN

1 Penentuan keefektifan pembelajaran dengan pemberian balikan dan


motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar siswa akan
memberikan kejelasan tentang status teori, konsep dan konstruk yang
bersumber pada garapan wilayah psikologi pendidikan seperti
kecerdasan emosional, kecerdasan interpersonal. Jika keefektifan itu
dapat dibuktikan secara empiris, maka keefektifan pembelajaran ini
dapat dikategorikan sebagai empirically supported
treatments(pembelajaran yang keefektifannya didukung oleh bukti-
bukti empiris). Dengan status sebagai empirically supported
treatments, pembelajaran semacam ini bisa lebih disosialisasikan
kepada khalayak ilmiah maupun khalayak praktisi profesional bidang
pendidikan dan organisasi lainnya untuk dimanfaatkan membantu
peserta didik yang membutuhkan.

2 Pembandingan keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan dengan


menerapkan teknik teknik pemberian balikan pada perspektif meta-
teori model kecerdasan emosional dan atau inter-personal dengan
yang dilaksanakan tanpa menerapkan pemberian balikan. Hal ini
dapat dipandang sebagai bagian dari berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya kualitas guru dalam
mengajar di kelas yang berdampak pada prestasi belajar siswa.

3 Keterkaitan pemberian balikan yang dilakukan oleh guru


memungkinkan siswa memperoleh suntikan untuk menunjukkan
motivasinya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru
baik berupa tes dan latihan.

F. KETERBATASAN PENELITIAN

Sampel penelitian tidak cukup besar. Keterbatasan ini bisa mengurangi


validitas eksternal (generalitas) hasil-hasil penelitian.

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pemberian balikan adalah koreksi yang diberikan oleh guru kepada


siswa atas hasil tugas siswa dalam mengerjakan tugas latihan atau tes

2. Pemberian balikan secara simbol, yaitu pemberian informasi kepada


siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan,
dengan memberi tanda salah pada jawaban yang salah dengan
menggunakan tanda simbol;

3. Pemberian balikan secara ekspositorik, yaitu pemberian informasi


kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau
latihan yaitu dengan memberi tanda benar pada jawaban yang benar
dan memberi tanda salah pada jawaban yang salah dan sekaligus
memberi penjelasan yang terperinci agar siswa dapat memperbaiki
kesalahannya.

4. Motivasi berprestasi adalah keinginan atau kecenderungan seseorang


dalam menyelesaikan tugas-tugasnya secepat mungkin dan sebaik
mungkin.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Model-Model Pembelajaran
2. Konsep Dasar Pemberian Balikan

3. Konsep Dasar Motivasi Berprestasi

4. Kondisi Pengajaran

5. Metode Pengajaran

6. Hasil Pengajaran

7. Pengaruh Interakaktif Antara Pemberian Balikan dan Motivasi Berprestasi Terhadap


Tingkat Perolehan Belajar

BAB III. METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini


peneliti memanipulasikan suatu stimuli, perlakuan atau kondisi-kondisi
eksperimental, kemudian mengamati dan menganalisa pengaruh yang
diakibatkan oleh adanya perlakuan tersebut.

Penelitian eksperimen bertujuan untuk (1) menguji hipotesis yang diajukan


dalam penelitian (2) untuk memprediksikan kejadian atau peristiwa di dalam
latar eksperimental (3) untuk menarik generalisasi hubungan-hubungan antar
variabel.

Variabel-variabel yang dilibatkan dalam peneltiian ini adalah

1. Variabel bebas, yaitu proses belajar dengan pemberian balikan secara ekspositorik,

simbolik dan tanpa balikan


2. Variabel moderator, yaitu motivasi berprestasi

3. variabel kontrol, yaitu bahan pelajaran, waktu yang digunakan selama perlakuan,

guru yang mengajar, dan keadaan kelas, serta

4. Variabel tergantung, yaitu perolehan belajar.

Penelitian ini mempunyai tiga kelompok perlakuan sebagai variabel


bebas, yaitu balikan secara ekspositoriuk, simbol, dan tanpa balikan. Variabel
moderator dibagi menjadi dua yaitu motivasi berprestasi tinggi dan motivasi
berprestasi rendah .

Subyek penelitian dibagi dalam tiga kelompok perlakuan, yaitu:

1. Kelompok A dikenai perlakuan dengan pemberian balikan secara


ekspositorik

2. Kelompok B dikenai perlakuan dengan pemberian balikan secara


simbol

3. Kelompok C ialah kelompok subyek yang tidak menerima balikan

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian ini terdiri dari:

1) variabel bebas, yaitu variabel yang dimanipulasi dan diprediksi


sebagai sebab yang mempengaruhi variabel tergantung;

2) variabel moderator, yaitu variabel yang tidak dimanipulasi, tetapi


diprediksi membawa pengaruh untuk mengubah hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung;

3) variabel tergantung, yaitu variabel yang diprediksi akan muncul


sebagai akibat dari variabel bebas; dan

4) variabel kontrol; yaitu variabel yang diprediksi ikut memberi


pengaruh terhadap variabel tergantung, tetapi diupayakan konstan dan
tidak ikut dianalisis.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Peneliti akan bekerjasama dengan guru-guru SD Muhammadiyah 1, SD


Negeri Jatimulyo dan SD Cor Jesu yang semuanya berlokasi di Malang.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Muhammadiyah, SD


Negeri Jatimulyo dan SD Katholik Cor Jesu., yang semuanya berlokasi di
Malang, Jawa Timur dan memiliki kriteria motivasi berprestasi tinggi dan
motivasi berprestasi rendah.. Jumlah siswa yang akan menjadi subyek
penelitian sebanyak 256 orang yang berada dalam subject pool. Dari populasi
itu ditarik sampel secara acak (random):

1. Subyek yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi 88 orang,


masing-masing 28 orang untuk kelompok A, kelompok B sebanyak
30 orang dan kelompok C ialah kelompok subyek yang tidak
menerima balikan.

2. Subyek yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah 82 orang,


yaituK untuk kelompok A terdiri dari 28 orang, kelompok B sebanyak
26 orang, dan untuk kelompok C berjumlah 28 orang.

3. Dengan demikian subyek penelitian ini terdiri dari 170 orang siswa
kelas 5 SD yang berasal dari SD Muhammadiyah 1, SD Cor Jesu dan
SD Negeri Jatimulyo di Malang Jawa Timur.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Semua instrumen dalam penelitian ini akan dikembangkan sendiri oleh


peneliti dan oleh guru khususnya pada bahan ajar yang akan diberikan
kepada siswa (subyek penelitian). Instrumen-instrumen tersebut adalah:

1. Skala Penilaian Tingkat Motivasi Berprestasi


2. Pedoman pemberian balikan baik secara ekspositorik maupun
simbolik

3. Tes dan latihan-latihan dari bahan ajar tertentu yang disepakati


untuk diberikan kepada siswa

E. PENGUMPULAN DATA

1. Data subyek penelitian diperoleh dari guru yang sering berinteraksi dengan subyek

dan yang lebih memahami karakter subyek penelitian.

2. Pengumpulan data tingkat kecerdasan motivasi berprestasi dilaksanakan dalam

waktu seminggu sebelum dimulainya eksperimen. Sebelumnya para guru akan

memperoleh pemahaman tentang instrumen inventori penilaian tingkat motivasi

berprestasi

3. Eksperimen dilakukan dengan menerapkan pedoman pemberian balikan lengkap

dengan teknik-teknik pemberian balikan oleh gurur dan kelompok kontrol pertama

tanpa pemberian teknik-teknik (balikan) tersebut. Sebelumnya, para guru akan

memperoleh penataran tentang tata cara dan prosedur pemberian balikan yang

bersifat ekspositorik dan simbolik.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Tujuan utama analisis data dari penelitian ini adalah untuk menemukan
efektifitas pengaruh pembelajaran dengan teknik-teknik pemberian balikan
untuk membantu subyek penelitian memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian, teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur. Untuk uji perbedaan nilai rerata
antar sel (antar P dan antar M) maupun antar sel interaksi (antar PM)
dilakukan dengan menggunakan metode Scheffe.
DAFTAR RUJUKAN
Anderson, R.C., dan Faust, G.W. 1973. Corrective Feedback. Educational
Psychology.New York: Harper & Row Publishers, Inc.

Ardhana, W. 1990. Atribusi terhadap sebab-sebab keberhasilan dan


kegagalan serta kaitannya dengan motivasi berprestasi. Malang: Pidato
Pengukuhan Guru Besar

Ary, D., Jacobs, L. Ch. Dan Razavich, Introduction to Research in Education.


New York: Rinehart and Winston

Bloom, R.B. dan Bourdon, L., 1980. Types and Frequencies of Teachers
Written Instructional Feedback. The Journal of Educational Research.
Vol. 74, No. 1

Degeng, I N.S. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel, Jakarta:


P2LPTK Depdikbud

Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why it can matter more than


IQ. New York: Bantam Books

Anda mungkin juga menyukai