Anda di halaman 1dari 3

Case Study Report

Penjelasan Untuk Mata Kuliah Praktek Peradilan Pidana

1. Apa itu Case Study Report. Case Study Report (CSR) adalah istilah
teknis yang digunakan dalam mata kuliah praktek peradilan pidana. Secara harafiah
CSR diartikan sebagai laporan mahasiswa hukum atas pengamatannya terhadap
pemeriksaan suatu kasus. CSR dapat juga disebut sebagai quasi visum et repertum.
Sebagai mahasiswa hukum, melalui CSR akan terlatih untuk melihat berdasarkan
keahlian bagaimana proses pemeriksaan kasus pidana berjalan, mengamati
bagaimanakah fungsionaris dalam proses pemeriksaan kasus itu (Penyidik, Penuntut
Umum, Advokat dan Hakim) menjalankan tugas dan kewajiban hukumnya,
bagaimanakah hukum acara diterapkan dalam praktiknya. Terakhir, hasil pengamatan
itu dituangkan secara tertulis dengan sistematika tertentu disebut CSR.

2. Apa dan Dimana CSR dilakukan. Proses Pemeriksaan sesuai dengan


sistem peradilan pidana Indonesia dimulai oleh penyidik yang meliputi instansi
kepolisian, kejaksaan, dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pejabat
Bapepam, Imigrasi, Bea dan Cukai dan seterusnya. Kemudian hasil penyidikan itu
yakni BAP dilimpahkan pada Kejaksaan untuk proses selanjutnya disebut pra-
penuntutan. Terakhir, setelah Surat Dakwaan disusun oleh Jaksa seluruh berkas
dilimpahkan dan disidangkan di pengadilan yang berwenang. Pengadilan, setelah
mempertimbangkan menerima atau tidak menerima Keberatan (Eksepsi) bila
memang ada dan setelah mendapatkan Surat Tuntutan (Rekusitoir) dan
Pembelaan (Pledoi), akan mengeluarkan putusan (vonnis). BAP, Surat Dakwaan,
Eksepsi, Surat Tuntutan, Pledoi, Vonnis dapat disebut sebagai instrumen (produk)
dari penegak hukum. Produk ini dihasilkan harus dengan mengacu pada ketentuan
normatif hukum acara pidana (norma, asas, konsep hukum). Oleh karena itu, CSR
dapat dilakukan disemua instansi-instansi itu dan mengenai bagaimana produk itu
dibuat sesuai dengan ketentuan hukumnya. Bisa juga terbatas pada asas atau konsep
hukumnya saja, seperti memberi keterangan secara bebas, penerapan asas nesesitas
dalam penahanan dan seterusnya.

1
3. Bagaimana melakukan. Pertama-tama diharapkan semua telah
mendaftarkan topik atau judul yang akan diamati terlebih dahulu. Sebagai contoh
topik atau judul: Pemeriksaan Saksi Dalam Penyidikan: Pengamatan di Polres
Depok, Hak Untuk Memberikan Keterangan Secara Bebas: Pemeriksaan Tersangka
di Polres Jakarta Selatan, Hak Untuk Mengajukan Keterangan yang
Menguntungkan: Pemeriksaan Terdakwa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Pada Kejaksaan: Pengamatan di Kejaksaan
Negeri Depok. Dalam perkembangannya topik atau judul dapat saja berubah.
Pendaftaran perlu dilakukan untuk mencegah adanya duplikasi. Sebelum pengamatan
dilakukan, diharuskan terlebih dahulu telah membaca dengan baik atau kuasai hukum
dari topik atau judul yang hendak diamati itu. Adalah mutlak melihat sendiri proses
kasus itu berjalan dalam pemeriksaan. Sebagai tambahan, surat-surat yang berkaitan
dengan pemeriksaan itu dapat dijadikan sumber agar mengetahui sekaligus surat-
surat resmi yang dipergunakan dalam praktiknya.

4. Penulisan CSR. Hasil pengamatan dituliskan dengan tidak melebihi 10


halaman kertas kuarto. Selalu menggunakan kalimat saudara sendiri. Penulisan
mengikuti sistematika sebagai-berikut: (1) Pendahuluan, yang berisi keterangan
tempat dan waktu pengamatan serta keterangan singkat posisi kasus, (2) Hukum yang
relevan dengan judul dan atau topik yang dapat meliputi UU dan peraturan
pelaksanaan, Yurisprudensi, Traktat, Doktrin, (3) Hasil pengamatan yaitu bagaimana
hukum itu dimplementasikan dalam praktiknya, (4) Penutup, yang dapat meliputi
kesimpulan dan atau komentar atau saran-saran dari penerapan hukum acara dalam
pemeriksaan itu.

5. Penilaian. CSR akan mendapatkan proporsi nilai sebesar 25% dari nilai
akhir. Aspek-aspek yang dinilai dari CSR adalah (1) judul dan sistematika, (2) isi,
yang meliputi observasinya dilapangan, kelengkapan data-data, uraian hukumnya, dan
penutup, (3) bahasa yang digunakan seperti orisinalitas dan struktur bahasanya.

6. Lain-lain. Sebelum melakukan pengamatan sebaiknya dilengkapi dengan


surat keterangan dari fakultas. CSR sudah harus diserahkan dua kuliah sebelum ujian
akhir yaitu pada tanggal 4 Mei 2015. Keterlambatan menyerahkan CSR akan

2
berakibat tidak akan mendapatkan nilai. CSR yang sama dengan yang lain akan
berakibat dua-duanya tidak akan mendapatkan nilai.

Depok, 16 Februari 2015

Dr. Luhut M.P. Pangaribuan, S.H., LL.M.


Alamat e-mail : luhut@lmpp-law.com

Anda mungkin juga menyukai