Anda di halaman 1dari 4

RUMAH ADAT SULAWESI UTARA

Rumah Panggung Khas Minahasa ini terletak di Desa Woloan, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi
utara, Indonesia.
Tempat yang merupakan pusat pembuatan maupun tempat penjualan rumah panggung khas
minahasa terletak di desa Woloan, yang bisa dibeli dan dipindahkan di daerah anda.
Pada permukaan kayu tidak ada ukiran sama sekali. Dekorasi (hiasan) biasanya hanya disilang-
silangkan pada papan penutup dinding serta pagar agar agar kelihatan variatif. Berbentuk persegi
dan berkaki tinggi, hanya berteras di sisi depan dan samping dengan jendela berbentuk persegi.
Rumah adat ini sangat unik yaitu bisa di bongkar pasang, dan seluruhnya terbuat dari kayu, tidak
dicat dan maupun dipelitur, warnanya akan menjadi tua dengan sendirinya karean pengaruh
cuaca dan umur.
Sementara atapnya berbentuk pelana yang berpotongan dengan bentuk limas pada sisi depan dan
belakangnya saja. Di perpotongan kedua bentuk tersebut ada lubang ventilasi segitiga. Sepintas
bentuk atapnya mirip atap rumah Belanda atau Dutch Hips. Dulunya atap ini terbuat dari
lempengan-lempengan papan yang kemudian di bagian atasnya ditutupi dengan rumbia atau
daun lontar.
Bahan baku kayu yang digunakan berasal dari kayu pohon cempaka dan meranti. Biasanya,
kayu-kayu ini berasal dari Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan beberapa daerah lainnya di Provinsi
Sulawesi Tengah.
Rumah panggung Khas Minahasa ini mempunyai beraneka desain. Desain yang paling sederhana
adalah rumah dengan dua kamar, dan yang paling kompleks adalah rumah lima kamar. Semakin
banyak kamar yang dimiliki, semakin tinggi pula harga jualnya. Keahlian warga Tomohon untuk
membuat rumah kayu ini berasal dari para nenek moyang mereka yang mewariskan keahliannya
sebagai pengrajin rumah kayu Minahasa yang khas.

RUMAH ADAT NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Di Nusa Tenggara Barat ini pun juga memiliki beberapa rumah adat dari masing-masing suku
asli daerahnya. Seperti di Sumbawa memiliki rumah adat bernama Dalam Loka Samawa dan
di Lombok sendiri bale jajar, bale-bale, bale kodong, dan bale gunung rata. Berikut pengertian
dari setiap rumah adat tersebut : Rumah Adat : Dalam loka samawa Rumah kuno tersebut terbuat
dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III
(sekitar tahun 1885 M). Saat ini digunakan/dimanfaatkan sebagai "Museum Daerah Sumbawa"
tempat penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan dua
bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai dengan sifat Allah
dalam Al - Qur'an (Asma'ul Husna). Di Dalam Loka ini kita dapat melihat ukiran motif khas
daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu bangunannya. Miniatur Dalam Loka ini dapat
dilihat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Sebelum Dalam Loka dibangun di atas
lokasi yang sama pernah dibangun pula beberapa istana kerajaan pendahulu. Diantaranya Istana
Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia. Istana-istana ini telah lapuk dimakan
usia bahkan diantaranya ada yang terbakar habis di makan api. Sebagai gantinya,
dibangunlahsebuah istana kerajaan yang cukup besar ukurannya beratap kembar serta dilengkapi
dengan berbagai atribut. Istana yang dibangun terakhir ini bernama Dalam Loka. Tidak jauh dari
Istana Tua, sekitar 500 meter kearah utara pada tahun 1934 dibangun sebuah istana modern oleh
Belanda.Hingga kini istana yang lebih populer disebut Wisma Praja atau Pendopo Kabupaten itu
masih berdiri kokoh. Wisma Praja ini sempat menjadi kantor terakhir Sultan Sumbawa, dibagian
depannya ada sebuah bangunan bertingkat tiga yang juga sangat unik. Bangunan ini dikenal
dengan " Bale Jam " atau rumah lonceng, karena dilantai 3 bagunan ini tergantung lonceng
berukuran besar yang khusus didatangkan dari Belanda. Genta ini setiap waktu dibunyikan oleh
seorang petugas, sehingga semua warga mengetahui waktu saat itu. Sekarang tidak lagi terdengar
suara lonceng, Setelah itu keluarga Sultan Kaharuddin III pindah ke Bala Kuning, ini adalah
sebuah rumah besar ber-cat kuning didiami sultan Sumbawa hingga beliau wafa Orang Lombok
mengenal beberapa jenis bangunan tradisional untuk tempat tinggal, seperti bale jajar, bale-bale,
bale kodong, dan bale gunung rata. Dari sekian jenis bangunan tempat tersebut bale jajar-lah
yang paling banyak dipergunakan, baik di kota maupun pedesaan. Bale jajar biasanya bertiang
delapan atau dua belas dengan bubungan sepanjang dua meter pada bagian atas yang disebut
semeko (Bantek), bungsu (Kuranji). Sedangkan dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang di
Desa bantek disebut dinding. Sedangkan orang Sumbawa dan Bima kebanyakan bangunan
tempat tinggalnya berbentuk rumah panggung yang disebut uma panggu. Sebuah rumah
panggung dapat bertiang enam, sembilan maupun dua belas dengan tinggi kolong 1,5 meter dari
tanah. Rumah orang Bima dan Sumbawa terdiri atas beberapa bilik, yaitu bagian depan yang
digunakan tempat menerima tamu. Jendela terdapat di bagian kiri dan kanan. Tempat masak
dibuat dari tanah liat. Tanah tempat tungku disebut sarah.

RUMAH ADAT NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia.
Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote,
Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Nusa
Tenggara Timur (NTT) memiliki bermacam macam rumah adat yang unik yaitu Mbaru Niang
dan rumah adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara. Dan berikut penjelasan dari setiap rumah
adat yang sudah disebutkan : Mbaru Niang Mbaru Niang adalah rumah adat yang memiliki 5
tingkat yang ada di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Keunikan rumah adat ini
karena bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh
tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang sudah kering. Tingkat satu
merupakan tingkat yang langsung kita temui didalam rumah atau biasa disebut dengan nama
lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua adalah
ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama
lobo. Naik lagi ke lantai 3 atau ruang lentar, Anda bisa melihat banyak benih tanaman untuk
bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat 4 juga memiliki namanya sendiri, yaitu
lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna
saat hasil panen kurang berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang disebut hekang
kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur
RUMAH ADAT PAPUA

Sebagai orang Indonesia tentunya kita mengenal beberapa


bentuk rumah adat yang ada di Indonesia, salah satunya
rumah adat Papua atau yang biasa disebut Honai. Rumah ini
dimiliki oleh suku Dani. Rumah Honai ini terbuat
sepenuhnya dari bahan-bahan yang ada di alam, dengan
material kayu pada badan rumah dan jerami sebagai bahan
dari atap nya. Rumah ini terlihat tertutup karena tidak
dilengkapi dengan jendela, karena memang fungsinya adalah
untuk melindungi suku Dani yang tinggal di dalamnya dari
udara dingin pegunungan Papua.

Anda mungkin juga menyukai