Anda di halaman 1dari 14

BAB 6.

RENCANA AKSI

6.1. Manajemen Kota Pusaka

Pemahaman akan arti pentingnya


posisi Kota Yogyakarta sebagai sebuah
kota pusaka telah mengarahkan upaya
yang cukup signifikan dalam berbagai
tingkatan dan kewenangan pemerintah
maupun berbagai stakeholder.
Penataan dan pelestarian pusaka di
Kota Yogyakarta secara umum menjadi
tanggung jawab pemerintah.
Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya, Kota Yogyakarta
mendasarkan kehidupannya pada tiga
pilar, yaitu sektor pendidikan, sektor
pariwisata yang berbasis budaya serta
pelayanan jasa dan perdagangan yang
terkait dengannya. Karena itu
Gb.6.1. Diagram Keterkaitan sektor Budaya, Pariwisata
dibutuhkan suatu kelembagaan yang
dan Pendidikan di Kota Yogyakarta
bersinergi dan kuat terhadap sektor
pariwisata, kebudayaan dan
pendidikan du mengelola kebudayaan
sebagai sendi dari kehidupan kotanya.

Pemerintah Kota Yogyakarta bersinergi dengan Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah
Pusat dalam menata dan melestarikan pusaka di Kota Yogyakarta, sebagai contoh yaitu
regulasi yang dipergunakan tidak semata regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta namun juga regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi DIY maupun
Pemerintah pusat. Manajemen sinergis tersebut terbagi dalam 2 (dua) tata kelola yang umum
sesuai dengan bentuk pusaka yang ditata atau dikelola, yaitu pusaka ragawi dan pusaka non
ragawi. Berikut adalah pola umum pengelolaan pusaka di Kota Yogyakarta.

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-1


A. Pusaka Ragawi

Pengelolaan dan penatalaksanaan secara umum oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dimana peran lebih kepada aspek fasilitasi dan
regulasi. Sedangkan pembangunan fisik didukung oleh SKPD Pemerintah Kota Yogyakarta
maupun SKPD Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai contoh gedung fasilitas
pendidikan dan fasilitas umum lain dilaksanakan oleh Dinas Bangunan Gedung dan Aset
Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya
Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta ataupun Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Meski demikian, Kota Yogyakarta belum memiliki regulasi untuk pengelolaan pusaka
pada tingkat kota, sementara menggunakan Perda D.I. Yogyakarta No. 11/2005 tentang
Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya. Untuk melaksanakan Perda
tersebut, antara lain dikeluarkan SK Gubernur DIY No. 186/KEP/2011 tentang Penetapan
Kawasan Cagar Budaya, dimana ditetapkan 6 Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta,
yaitu:

1) Kawasan Kotabaru, Kawasan Pakualaman, Kawasan Keraton, Kawasan Kotabaru,


Kawasan Kotagede dan Kawasan Malioboro.

2) 1 KCB lainnya adalah Kawasan Imogiri di Kabupaten Bantul.

B. Pusaka Non-Ragawi

Pengelolaan pusaka non-ragawi sudah dilakukan dengan berbagai jalan melalui


pelaksanaan berbagai program pemerintah maupun masyarakat sendiri. Hal ini dimulai
dari pendidikan di sekolah formal, lembaga pendidikan non formal hingga lembaga
masyarakat. Inventarisasi Pusaka Budaya Tak Ragawi juga sudah mulai dibina melalui
hubungan dengan sekitar 500 paguyuban kesenian yang aktif. Pada tahun 2012,
Pemerintah Kota berencana menginventarisasi Benda Pusaka Bergerak (Immovable
Heritage), seperti Keris, Kendi dan Tombak. Sebagai Kota yang mempunyai budaya plural,
semua kekayaan budaya diangkat dalam dalam posisi yang seimbang, seperti
penyelenggaraan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) pada awal Tahun Baru Cina,
hingga tahun 2011 sudah pelaksanaan yang ke-6.

Sehingga demikian faktor koordinasi dan penyesuaian antara kebijakan yang dikeluarkan
provinsi dan kota merupakan isu yang penting, salah satunya adalah aturan tata ruang.
Hingga saat ini Kota Yogyakarta baru memiliki regulasi tata ruang yang bersifat makro, belum
dapat memberikan arahan dan aturan yang lebih teknis tentang penataan dan pelestarian

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-2


kawasan cagar budaya meskipun telah ditetapkan lokasinya secara definitif. Diperlukan
aturan yang lebih mendalam dan operasional, terutama pada tataran Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) atau Urban Design Guideline. Hal ini disebabkan RTBL mengatur
pada kedalaman kawasan yang lebih baik, sebagai contoh pada aspek kulit dan penampilan
bangunan (building skin and performance) membutuhkan aturan detail mengenai komponen
bangunan apa saja yang diperkenankan dan tidak, bentuk massa bangunan dan ruang luar
yang direkomendasikan hingga aspek lansekap berupa softscape dan hardscape dimana hal
tersebut belum diatur dalam regulasi pada tataran yang lebih tinggi yaitu Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR). Dalam RDTR telah diatur mengenai amplop bangunan, yang saat ini sedang
dalam penyusunan dan proses legislasi, telah diatur mengenai regulasi amplop bangunan
yang antara lain meliputi GSB (Garis Sempadan Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan),
KLB (Koefisien Luas Bangunan) hingga KDH (Koefisien Dasar Hijau) dan arsitektur bangunan
secara makro, namun demikian untuk tiap kawasan cagar budaya masih membutuhkan RTBL
tersebut.

Sinergisme antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Provinsi tersebut


terwujud pula pada pengendalian pembangunan pada BCB atau KCB dilakukan melalui
mekanisme perijinan, dimana pemilik bangunan pusaka yang mengurus IMB harus
berkonsultasi dengan Dinas Kebudayaan dan mendapatkan rekomendasi dari Dewan
Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya Provinsi DIY (DP2WB). Sebagaimana amanat dari
UU No.11/2010, maka saat ini juga sedang dalam proses pembentukan DP2WB Kota
Yogyakarta untuk menekankan kepada lingkup Kota Yogyakarta. Selain itu terdapat pula
kebijakan-kebijakan yang berasal dari nilai budaya masyarakat lokal sangat dominan,
misalnya penataan Rumah Jawa yang sehat sesuai nilai hastagrata.

6.1.1. Kelembagaan dan Peran Pemangku Kepentingan

Selain berupa fasilitasi oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah sebagai stakeholder
utama, peran masyarakat dalam pelestarian aset pusaka cukup besar, baik dari perguruan
tinggi, LSM, organisasi masyarakat maupun kelompok-kelompok masyarakat. Di Kota
Yogyakarta masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam pengelolaan sebagaimana
telah dilakukan oleh masyarakat Kotagede yang telah membentuk sebuah forum yang
bertindak sebagai Organisasi Pelestari Kawasan Cagar Budaya (OPKCB), yaitu sebuah
organisasi masyarakat yang menjadi pengelola dan mitra/partner pemerintah dalam
melaksanakan berbagai program pelestarian di masing-masing Kawasan Cagar Budaya.
Secara embrional di Kota Yogyakarta telah terbentuk kelompok masyarakat pada 45
kelurahan yang meskipun saat ini masih merupakan kelompok penggiat kesenian, namun

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-3


siap untuk menjadi OPKP. Hal ini mengingat potensi cagar budaya yang tersebar di seluruh
Kota Yogyakarta sehingga apabila dicermati maka wilayah Kota Yogyakarta akan terbagi
habis dalam KCB-KCB dan wilayah pendukungnya (buffer zone)

OPKCB/forum tersebut dapat pula merupakan gabungan dari berbagai kelompok masyarakat
yang sudah terbentuk dahulu sesuai dengan masing-masing minat dan keberpihakan untuk
kemudian melebur. Selain masyarakat, OPKCB/forum tersebut secara komprehensif
melibatkan partisipasi pemerintah dan swasta sehingga program pun dapat berjalan secara
sinergis dan komprehensif pula. Gambaran dari forum/OPKCB sebagai pengelola KCB adalah
sebagai berikut :

Pemerintah
Perencanaan
Pelaksanaan
Tata sosial- KCB LESTARI
Tata Ekonomi (terlindungi,
Masyarakat Pengelola Tata Ruang berkembang
KCB Lingkungan & &
Bangunan bermanfaat)

Pendanaan
Swasta Pengendalian

Gb. 6.2. Diagram Konsep Pengelola KCB. Sumber : Forum Joglo Kotagede

Pengelola KCB ini bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, menyerap
aspirasi, untuk kemudian menyusun rencana aksi yang akan dilaksanakan oleh masyarakat
sendiri secara swadana, oleh Pemerintah melalui mekanisme musrenbang maupun oleh
swasta melalui investasi atau mekanisme donor/hibah.

PENGELOLA RENCANA
SOSIALISASI
KCB AKSI

Lembaga- Donor/
Komunitas Swadana MusRenBang
lembaga Investor
Masyarakat
masyarakat

Masyarakat Pemerintah Swasta

Gb. 6.3. Mekanisme kerja Pengelola KCB. Sumber : Forum Joglo Kotagede

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-4


Dalam tingkatan kota, dibutuhkan lembaga pengelola Kota Pusaka yang mampu
mensinergikan tiga pilar stakeholder Pemerintah, Masyarakat dan Swasta. Pengelola ini tidak
harus berupa lembaga formal melainkan sebuah forum dimana masing-masing stakeholder
dapat duduk bersama untuk pengelolaan Kota Pusaka. Sebagai bentuk dari lembaga
pengelola pada tingkat kota, berupa sebuah badan koordinasi yang berisikan stakeholder
terkait meliputi SKPD terkait, perguruan tinggi serta elemen masyarakat. Badan ini bernama
Badan Koordinasi Pengelolaan Kota Pusaka (BKPKP) Yogyakarta yang ditetapkan dengan SK
Walikota sebagaimana BKPRD pada Kota/Kabupaten dan Provinsi.

PEMERINTAH
WANDIK
WANBUD
WANPAR

BADAN SWASTA
MASYARAKAT KOORDINASI KONSULTAN
LSM BUDAYA PENGELOLAAN PENGARAH/
PENDAMPING
KOTA PUSAKA
YOGYAKARTA

Gb. 6.4. Lembaga Pengelola Kota Pusaka, sumber : Forum Joglo Kotagede

6.1.2. Inventarisasi, Analisis dan Penetapan Pusaka

Inventarisasi, analisis dan penetapan pusaka di Kota Yogyakarta sudah mulai dilakukan
meskipun belum semua aset dan potensi aset dapat terinventarisasi, oleh karena itu
perlu dan harus segera dilakukan. Dikarenakan sudah diidentifikasi 2 (dua) Kawasan
Cagar Budaya baru, maka prioritas pertama adalah penetapan kedua kawasan itu, yaitu
KCB Jetis dan KCB Pengok. Kemudian upaya inventarisasi, analisis dan penetapan
pusaka yang terdapat dalam masing-masing KCB dilakukan secara komprehensif dan
simultan menggunakan inventarisasi yang sudah dilakukan dan survey baru.

Sebaran benda cagar budaya dan kawasannya di Kota Yogyakarta bervariasi dan
jenisnyapun cukup kompleks. Baik cagar budaya yang bergerak maupun yang tidak

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-5


bergerak tersebar tidak merata pada keempatbelas kecamatan. Sebaran tersebut dapat
digolongkan kedalam 3 katagori yaitu BCB berdiri sendiri, BCB berkelompok memusat
dan BCB menyebar tak berorientasi dalam satu bentang lahan lahan. Oleh karena itu
metode yang digunakan adalah metode stratifiet sampling. Metode ini berdasarkan
tingkatan nilai kepentingan maupun keunikan BCB yang terdapat pada seluruh Kota
Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei data primer (survei lapangan) dan
data sekunder (instansional) :

1) Survei data primer merupakan kegiatan pengumpulan posisi Benda Cagar


Budaya melalui survei lapangan dengan GPS. Selain itu juga mengambil data
tentang kondisi terakhir Benda Cagar Budaya tersebut melalui foto dengan
pemotretan langsung menggunakan kamera digital.

2) Survei data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan data angka dan peta
serta tulisan tentang hasil-hasil penelitian atau laporan tentang Benda Cagar
Budaya di Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang kemungkinan
telah tersedia pada berbagai instansi terkait di Kota Yogyakarta maupun
Propinsi D. I. Yogyakarta.

3) Pengolahan data menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga


memungkinkan untuk dilakukan langkah-langkah pengambilan, penyimpanan,
pemeriksaan, pengintegrasian, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan
data yang berreferensi secara spasial dengan bumi dan memudahkan dalam
melakukan analisis.

4) Inventarisasi dan pemetaan benda cagar budaya memerlukan data yang bersifat
spasial (berwujud peta). Namun data peta tersebut haruslah juga terintegrasi
dengan data tabular (tabel) dimana memuat informasi-informasi yang terkait
dengannya.

6.1.3. Informasi, Edukasi dan Promosi

Upaya informasi, edukasi dan promosi terkait dengan pelestarian dan pengelolaan kota
pusaka yang antara lain dilakukan melalui :

1. Diseminasi, lokakarya dan workshop pengelolaan maupun pelestarian pusaka


2. Memasukkan materi pusaka sebagai muatan lokal kurikulum di sekolah mulai dari
usia TK, SD hingga SMA.
3. Mengadakan festival secara tematis di masing-masing KCB misalnya festival seni
atau festival kuliner di KCB Kotagede.
4. Mengadakan event-event pariwisata di KCB, seperti Jogja Java Carnival (JJC) di KCB
Malioboro.
Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-6
5. Mengenalkan dan meningkatkan promosi tematis KCB melalui BP2KY dan Java
Promo sebagai wadah promosi pariwisata Kota Yogyakarta.

Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan dalam program dan kegiatan tahunan Dinas


Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

6.1.4. Pengelolaan resiko bencana untuk pusaka /PRBP

Menurut catatan sejarah, resiko bencana yang menjadi ancaman terhadap pusaka di
Kota Yogyakarta adalah gempa bumi, dan letusan gunung merapi. Sedangkan bencana
banjir lebih banyak mengancam daerah aliran sungai Winongo, Code dan Gajah Wong.
Pengelolaan resiko bencana telah disinergiskan dalam rencana tata ruang (RTRW dan
RDTRK) serta Rencana Aksi Penanggulangan Bencana.

6.2. Perencanaan pembangunan terkait Kota Pusaka

6.2.1. Perencanaan dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Kota

Dokumen perencanaan pembangunan di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu 5 (lima)


tahun mendatang berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Yogyakarta tahun 2012 -2016.

Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, berkarakter


dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang
Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan

Makna dari Pariwisata berbasis budaya adalah :

Kegiatan pariwisata di Kota Yogyakarta dikembangkan dengan dasar dan berpusat


pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Kraton Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat maupun Kadipaten Pakualaman, kearifan lokal dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa

Menyempurnakan dan meningkatkan jaringan kerjasama wisata dengan pihak lain

Menjadikan daerah tujuan wisata terkemuka di Asia Tenggara

Peningkatan kegiatan pariwisata dilaksanakan dengan menciptakan inovasi-inovasi


yang tetap berlandaskan pada wisata budaya, wisata bangunan bersejarah, wisata
pendidikan, wisata konvensi dan wisata belanja

Visi pembangunan dilaksanakan melalui 4 misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

Memperkuat tata kelola pemerintahan Kota Yogyakarta yang baik, bersih,


berkeadilan, demokratis, dan berlandaskan hukum

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-7


2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas

Mewujudkan pendidikan untuk semua (inklusif)

Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat

Memperkuat pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas dan


aksesibel bagi seluruh warga Yogyakarta termasuk warga yang mempunyai
perbedaan kemampuan (difabel)

3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto

Mengembangkan ekonomi kerakyatan

Memperkuat masyarakat Kota Yogyakarta yang toleran, inklusif, bermoral,


beretika, beradab dan berbudaya

Memasyarakatkan dan membudayakan gerakan Segoro Amarto

4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat

Memperkuat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang berkualitas,


berkarakter, dan inklusif

Memperkuat dan mengembangkan keterpaduan Kota Yogyakarta sebagai Kota


Pariwisata, Kota Budaya dan Kota Perjuangan

Memperkuat daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan jasa

Memperkuat Kota Yogyakarta yang nyaman dan ramah lingkungan

Memperkuat Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-8


Tabel 6.1. Matriks Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran RPJMD terkait dengan Kota Pusaka

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan


Misi : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas
Meningkatkan Terwujudnya sarana Peningkatan ruang Meningkatkan cakupan
kualitas pelayanan dan prasarana yang sesuai dengan rencana rinci tata ruang
publik perkotaan yang peraturan yang dan kawasan strategis
memadai berlaku kota
Mengembangkan
kawasan citra kota
Mengoptimalkan
penataan kawasan
sungai
Misi : Mewujudkan Daya Saing Usaha yang Kuat
Menguatkan daya Terwujudnya Pengembangan Meningkatkan promosi
saing daerah untuk perekonomian pariwisata berbasis dan kerjasama
memajukan Kota daerah yang kuat budaya pariwisata
Yogyakarta Mengembangkan ODTW
dan wisata MICE
Mengembangkan
gerakan sadar wisata
berbasis komunitas
Melestarikan nilai-nilai
budaya kraton
Yogyakarta sebagai
modal sosial masyarakat

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6-9


Tabel 6.2. Matriks Sasaran, Strategi dan Program Pembangunan pada Misi Mewujudkan Daya Saing Daerah yang Kuat

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja Capaian Kinerja Program Bidang SKPD
Pembangunan Urusan Penanggung
Kondisi Kondisi
Jawab
Awal Akhir
Menguatkan Terwujudnya Pengembangan Meningkatkan Meningkatya 2,5 juta 3,041 Program Pariwisata SKPD
daya saing perekonomian pariwisata promosi dan jumlah orang juta Pengembangan Pengampu
daerah untuk daerah yang berbasis kerjasama kunjungan orang Promosi dan Pariwisata
memajukan kuat budaya pariwisata wisatawan Kerjasama
Kota Pariwisata
Yogyakarta
Mengembangkan Program Pariwisata SKPD
ODTW dan wisata Pengembangan Pengampu
Meningkatnya 2,5 2,75
MICE Destinasi Pariwisata
lama tinggal hari hari
Pariwisata
wisatawan
Melestarikan Meningkatnya 437 600 Program Kebudayaan SKPD
nilai-nilai budaya jumlah nilai BCB BCB / Pembinaan, Pengampu
Kraton budaya yang /BWB BWB Pelestarian dan Kebudayaan
Yogyakarta dikelola dan Pengembangan
sebagai modal dilestarikan Nilai-nilai, Seni
sosial masyarakat dan Cagar
Budaya
Mengembangkan
gerakan sadar
wisata berbasis
komunitas

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6 - 10


Tabel 6.3.

Penataan Ruang
Program Pengembangan Rencana Peningkatan cakupan rencana rinci tata ruang dan SKPD Pengampu
Rinci dan Infrastruktur Kawasan kawasan strategis kota penataan ruang
Kebudayaan
Program Pembinaan, Pelestarian Pengelolaan keragaman budaya pada SKPD pengampu
dan Pengembangan Nilai-nilai, Seni kelompok/organisasi seni dan budaya kebudayaan
dan Cagar Budaya
Cakupan kajian seni
Cakupan fasilitasi seni
Cakupan gelar seni
Cakupan misi kesenian
Cakupan SDM kesenian
Cakupan tempat kesenian
Tersosialisasinya dan teraktualisasinya nilai-nilai
budaya di masyarakat
Jumlah kekayaan budaya yag ditetapkan menjadi
Benda Cagar Budaya/Benda Warisan Budaya
menjadi 600 BCB/BWB

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6 - 11


6.2.2. Matriks Rencana Aksi Kota Pusaka

Berdasarkan rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka, direkapitulasi
dalam matriks sebagai berikut :

Tabel 6.4. Matriks Rekapitulasi Rencana Aksi Kota Pusaka

Tahun Pelaksanaan
No. Program/Kegiatan Lokasi SKPD Sumber Dana Keterangan
2013 2014 2015
1. Pembentukan BKPKP Kota Waliktoa
Yogyakarta
2. Penetapan 2 KCB baru Kec. Jetis & Gubernur DIY/ APBD I/APBD II
Gondokusuman Walikota Yogyakarta
3. Inventarisasi , Pemetaan & Kota DisParbud Yk APBD I/APBD II
Dokumentasi Aset Pusaka se Kota Yogyakarta /Disbud DIY/ BPCB
Yogyakarta
4. Sosialisasi Program Kota Pusaka Kota DisParbud Yk APBD I/APBD II
Yogyakarta /Disbud DIY
5. Pembentukan OPKP pada 8 KCB DisParbud Yk APBD I/APBD II
masing-masing KCB /Disbud DIY &
Bappeda Yk/DIY
6. Peningkatan kapasitas & 8 KCB DisParbud Yk APBD I/APBD II
Pemberdayaan OPKP /Disbud DIY
7. Pembuatan Rencana Rinci Tata DisKimpraswil Yk APBN/APBD I/II
Ruang untuk masing-masing KCB /Dis PUP ESDM DIY
1) Kotagede
2) Malioboro
3) Kraton
4) Kotabaru
5) Pakualaman
6) Jetis
7) Pengok

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6 - 12


8. Penyelenggaraan festival tematis 8 KCB DisParbud Yk
pada masing-masing KCB /Disbud DIY
9. Revitalisasi/pengembangan fisik DisKimpraswil Yk APBN/APBD I/II
masing-masing KCB /Dis PUP ESDM DIY
1) Kotagede
2) Malioboro
3) Kraton
4) Kotabaru
5) Pakualaman
6) Jetis
7) Pengok

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6 - 13


6.3. Perancangan/Olah Disain Kota Pusaka

Dimulai tahun 2013

6.3.1. Pengembangan karakter dan kehidupan

6.3.2. Pengembangan ekonomi pusaka

6.3.3. Olah Disain Bangunan dan Ruang Terbuka

6.3.4. Rencana Tata Ruang dan Lingkungan Alam

- Rencana Perlindungan

- Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan

- Rencana Tata Ruang

- Rencana Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan

Rencana Aksi Kota Pusaka Yogyakarta | RENCANA AKSI 6 - 14

Anda mungkin juga menyukai