SINOPSIS
Abu Wasir, kakek angkatnya meminta agar Zul tidak mengikuti mimpi
itu. Bahkan ia mau memberikan perusahaanya, biro travel haji, sebagai
pengganti agar Zul melupakan mimpi itu. Alasannya, karena sang Kakek tak
mempunyai keturunan dan ingin Zul melanjutkan usahanya. Namun Zul tidak
mau dibangunkan dari mimpinya. Hanya dengan mimpi aku memiliki gairah
hidup. Bila mimpi sudah kugadaikan, maka untuk apa aku hidup katanya.
Suatu ketika, Zul mendapat rezeki tak terduga menjadi petugas haji. Di
Saudi, Zul berkenalan dengan dokter haji bernama Zalwa. Dokter muda itu
menaruh harapan padanya, namun Zul percaya Zalwa bukan Gadis yang ada
dalam mimpinya. Padahal banyak pemuda yang menaruh hati pada sang
dokter. Bidan Gayatri menasihati agar Zul mempertahankan mimpinya dan
Zul melupakan Zalwa. Ternyata keponakan sang Bidan, seorang mahasiswa
yang kuliah Mesir, Faizal kepincut dokter muda itu. Kamu tidak bisa
membuat besi menjadi berlian. Tapi kamu bisa membuat mimpimu menjadi
kenyataan. nasehat Bidan. Akhirnya Zul difitnah Faizal, sehingga diasingkan
ke masjid terapung di pinggir laut Merah. Di sana ia bertemu dengan Abu
Senja.
Di tanah suci, Zul bertemu lagi dengan Abu Wazir bersama jamaah
travelnya. Ia meminta Zul tidak melanjutkan mimpinya dan mau menikah
dengan Zalwa. Namun Zul tak bergeming. Abu Senja tidak suka dengan Zul,
karena kakaknya akan memberikan perusahaannya pada anak muda itu
Syaiful melaporkan Abu Senja pada Abu Wazir, karena ingkar memberi
upah. Mengetahui Zul dijebak adiknya, Abu Wazir kemudian melakukan hal
yang setimpal pada adiknya. Abu Senja dijebak dengan seorang wanita Badui,
akhirnya mereka tidak dihukum tapi dinikahkan oleh Abu Wazir. Setelah
ketahuan memfitnah Zul, Faizal dipulangkan ke Mesir oleh Kadaker.
Sedangkan Zulaeha terpaksa menerima Faruk sebagai suaminya, daripada
menghadapi hukuman.
Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas karunianya, maka
novel bertajuk Senandung Bukit Cinta berhasil dituntaskan. Salawat dan
salam tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, semoga kelak di
hari Hisab, kita mendapat syafaat beliau.
Dudun Hamdalah
Musim sekarang sudah tak dapat dipastikan lagi. Padahal dulu sebelum
reformasi, Indonesia mengenal musim hujan dari bulan September hingga
Maret, lalu musim kemarau mulai bulan April hingga Agustus. Maka ada
singkatan bulan Januari yakni hujan sehari-hari hehehe. Namun sejak 1998,
tak hanya sistem pemerintah yang direformasi, bahkan sistem pembagian
musim pun ikut dirombak total. Memang hebat mahasiswa kita ya.
Sekarang bulan Januari bisa menjadi kemarau sehari-hari, atau bulan April
yang mestinya panas malah hujan tiada henti. Hmm.
Ada adigum mengatakan di dunia kini sudah tak ada yang pasti. Yang
pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Karena manusia yang dituntut sebagai
Anak muda itu tidak mau terbawa emosi memikirkan nasib negeri ini.
Bagaimana mau memikirkan, sedangkan untuk makan sehari-hari saja, dia
masih bingung. Ah biarlah khalifah itu menjadi tugas para pemimpin negeri
yang sudah dibaptis untuk menjadi pengelola bangsa ini.
Saya mah apa atuh bisik hati kecilnya, teringat sebuah tembang
dangdut.
****
Jam dinding menunjukkan angka tiga lewat lima menit. Sore itu, Zul
masih berada di kantor Departemen Agama, kawasan Lapangan Banteng,
Jakarta. Zul baru saja usai melakukan wawancara seputar haji dengan
seorang pejabat eselon dua. Hasil wawancara ini sebagai bahan tulisannya
Zul diluar masih hujan lebat, sebaiknya tunggu disini saja, apalagi
banjir dimana-mana, cegah mas Imam.
Sudah mas, kata beliau banyak perbaikan yang akan dilakukan pada musim
haji tahun ini, jawab Zul.
Rupanya Mas Imam mau mencatat. Biasanya dia akan menulis berita
untuk dipublikasikan ke situs informasi haji yang dikelolanya. Zul pun
menjelaskan melalui coretan wawancara di buku kerjanya. Selesai mencatat,
Mas Imam mengalihkan matanya pada pak Tua yang duduk di pojok ruangan.
Wah Leman, sedang sibuk berbenah kamera, mau berangkat haji, ujar mas
Imam.
Dia wartawan foto yang mangkal di Kemenag sudah 10 tahun, belum pernah
pergi haji. Tadi pak Mahmud sudah memasukkan namanya menjadi salah satu
petugas media center haji tahun ini, jelas mas Imam.
Meski lama tugas di sini, Soleman orangnya nggak aktif, nggak berangkat
tugas pun diam saja, padahal teman-temannya di sini sudah mondar-mandir
ke Mekah. Pak Mahmud kasihan melihatnya lalu mengajaknya berangkat
menjadi petugas, ujar mas Imam trenyuh.
Kalau belum bisa tahun ini, mudah-mudahan tahun depan bisa berangkat,
mas Imam menepuk bahu Zul sambil keluar ke kamar kecil.
Mas, kalau mau jadi petugas, minta rekomendasi saja dari pak Dirjen atau
pak Menteri, saran Soleman.
Zul mengangguk.
Pantas, banyak wartawan yang sudah senior betah di Kemenag, batin Zul.
Mereka bisa mendapatkan jatah naik haji plus duit segepok. Tak heran
bila pak Abdul, yang usianya jelang 60 tahun lebih, sudah haji 10 kali. Rata-
rata wartawan yang sudah diatas 2 tahun mangkal di komisariat wartawan
Kemenag sudah mendapat jatah berangkat haji. Tak ubahnya bak jadwal kerja
shift yang bergantian tiap musim haji. Hanya Soleman saja yang baru
mendapat kesempatan, karena orangnya yang terlalu nrimo.
Asal ada rekomendasi dari pejabat ditanggung beres. Biasanya kalau ada
wartawan yang lewat jalur khusus tersebut akan mengurangi jatah wartawan
Kemenag. Jadi bisa menimbulkan gap di lapangan, jelas mas Imam.
Menurut mas Imam jalur khusus itu menjadi hak prerogratif Menteri.
Kalau jalur umum hak wartawan Kemenag. Zul masih terdiam, diaa belum
ada pikiran pergi haji tahun ini. Belum ada persiapan untuk
menyempurnakan rukun Islamnya. Setelah hujan reda, Zul pun pamitan
pulang.
****
Anak muda itu tiba di kantor ketika lewat Maghrib, suasana sudah sepi.
Tiga kawannya sudah pulang. Biasanya jika tidak ada deadline, wartawan
sudah pulang jam lima sore. Tinggal Harun, seorang desain grafis yang masih
mengerjakan sesuatu. Zul tahu, Harun mempunyai pekerjaan sampingan
menerima order desain dari luar. Biasanya dia kerjakan proyeknya selepas
jam kantor.
Gaji saya kecil, nggak cukup untuk makan... ujar pak Somad, sopir
kantor ketika Zul menegur suatu saat.
Zul ingin mengingatkan lagi, tapi dia tidak tega melihat kondisi
keluarganya yang tidak mampu. Namun Zul berjanji suatu saat tidak hanya
mengingatkan tapi juga memberi solusi bagi pak Somad. Bagi sang anak
muda lebih baik kelaparan daripada makan uang yang bukan haknya. Itu
prinsipnya.
Anak muda itu pernah mendengar dalam sebuah Hadits Nabi bahwa jika
seseorang makan harta haram, maka doanya akan tertolak selama 40 hari.
Dia merasa kasihan dengan pak Somad, setahun bekerja kondisinya tidak ada
perubahan.
Tidak ada mas, nanti saya ke rental saja, katanya tanpa menoleh.
Maaf Harun, Aku hanya mengingatkan, jangan tersinggung ya, ujar Zul.
2. Persekongkolan Jahat
Anak muda itu gembira, karena hari ini adalah hari yang selalu ditunggunya
dan juga dinanti kebanyakan karyawan yakni gajian. Meski gajinya tidak
sebesar pegawai di perusahaan multi nasional, bagi Zul berapapun nikmat
yang diberikan Tuhan harus disyukuri dulu.
Senandung Bukit Cinta 13 |
DudunHamdalah
Zul yakin, kegembiraan bagi seorang buruh, sama dengan kegembiraan
seorang Pimpinan perusahaan multinasional ketika menerima bayaran.
Bedanya hanya ketika membuka isinya saja dan membelanjakannya. Tapi
itulah warna hidup, ada yang diatas ada yang dibawah, yang penting baginya
dinikmati saja.
Namun Zul heran ketika amplop yang diberikan begitu tipis. Anak muda
itu berharap meski tipis, tapi jumlahnya sesuai dengan perkiraannya. Ia pun
segera membuka isinya. Anak muda tu kaget, ternyata jumlahnya sangat
kecil, jauh dari apa yang ada di pikirannya. Padahal tulisannya paling banyak
jumlah halamannya dibanding 3 temannya yang lain. Anak muda itu sudah
menghitung bakal menerima uang yang banyak. Pada majalah edisi terakhir
separuh halaman merupakan tulisannya.
Iya kenapa jadi begini ya Run..... ujar Zul tak bisa memendam
kecewanya.
Harun sebagai desain grafis sudah tahu tulisan Zul edisi lalu cukup
dominan.
Gusti Allah tidak tidur .......mas temui pak As saja saran Harun
melangkah pergi.
Zul pun bangkit berjalan lunglai menuju ruangan Pak Asnawi, sang
Pimred untuk meminta penjelasan. Anak muda itu menemui pria setengah
baya itu di ruangannya. Tak lama kemudian, Pak As pun memanggil bagian
keuangan untuk melihat rekap gaji karyawan. Pak As menggelengkan
kepalanya melihat gaji Zul ternyata dibawah 3 koleganya.
Rona muka sang Anak muda berubah memerah mendengar kabar dari
bagian keuangan bahwa teman-temannya mendapat honor lebih banyak. Zul
merasa diberlakukan tidak adil. Pak Asnawi juga merasa heran, laki-laki
berambut tipis itu, berjanji akan membicarakan masalah ini dengan pak
Waluyo pemilik Majalah Mabrur.
****
Kamu sih terlalu rajin, kerjakan saja jatahmu 6 halaman, kalau kurang ya
majalahnya yang ditipisan celutuk Fadoli sinis.
Iya kayak kita, mau nulis berapa halaman pun honornya sama, ngapain nulis
banyak, tambah Bondi.
Zul diam. Malas dia meladeni tiga temannya, karena hanya debat
kosong yang tak berujung. Hanya membuang waktu tanpa hasil yang jelas,
apalagi mereka bertiga sepertinya sudah kompak.
****
Sore itu, Zul masih di kantor, sementara teman-teman yang lain sudah
pulang. Ruangan Harun juga kosong. Tumben biasanya Harun paling akhir
pulangnya. Tiba-tiba pak As muncul dan memanggil anak muda itu ke
ruangannya. Pak As melepas kaca mata minusnya sebelum berbicara. Dia
baru saja menemui pak Wal.
Ha, Zul terkejut tidak mengira teman-temannya setega itu. Anak muda
itu sama sekali tidak dimintai pendapat teman-teman tentang uang
transport. Apalagi jika uang itu menggunakan haknya, pasti ia akan menolak.
Nanti kita jelaskan semua ke pak Wal, Saya akan membantumu, kata pak
As.
Tidak usah pak, biarkan saja. Doakan saja saya mendapat ganti dari tempat
yang lain. Saya ikhlas, pak ujar Zul.
***
-o-
Ayat tentang panggilan haji yang tak sengaja dibaca Zul di musola mengusik
hatinya. Karena dia meyakini dalam setiap peristiwa ada pertanda, tapi
pertanda apa? Masih teka-teki di benaknya. Setiap malam menjelang tidur,
pikiran anak muda itu berkecamuk ingin menerka tapi tak sanggup karena
takut kecewa. Sebab baginyal semua kejadian di bumi ini tak ada yang
kebetulan. Setipa peristiowa tidak ada yang berdiri sendiri, tapi berkaitan satu
sama lain. Semua menyimpan pertanda dan makna. Sayang anak muda itu
tak bisa menakwilkan, namun dia hanya sedikit memahami tentang pertanda.
Senandung Bukit Cinta 18 |
DudunHamdalah
Zul memang berniat berangkat haji ke tanah suci di usia sekitar 40
tahun. Pertimbangannya, dalam usia tersebut seseorang sudah matang
pikirannya dan pada usia serupa Nabi Muhammad Saw menerima wahyu
pertama untuk mengemban tugas sebagai Rasul. Umur yang cukup pantas
untuk bergelut mendalami agama dan mulai mengurangi aktifitas duniawi.
Saat ini, dari segi materi, Zul tidak memiliki kemampuan berangkat ke
tanah suci. Bahkan tidak terlintas sama sekali dalam pikirannya. Langkah
menuju Baitullah yang paling memungkinkan hanya satu, menjadi petugas
haji. Apalagi musim haji masih beberapa bulan lagi. Masih cukup waktu untuk
persiapan jika memang Allah mengijinkan.
Malam itu, Zul tertidur pulas karena kecapekan dan pikirannya suntuk.
Dalam tidtnya, Zul bermimpi mengikat janji pada sebuah bukit kecil di
hamparan padang yang maha luas. Dalam mimpi itu Zul bertemu dengan
seorang gadis bercadar yang cantik dan bermata jeli. Anak muda itu merasa
bahagia sekali. Mungkin hanya bidadari yang bisa mengalahkan paras
jelitanya. Di situ pula ia menemukan kedamaian hatinya. Dan ia merasakan
ketenangan dalam dekapan Ilahi Rabbi.
Mimpi indah anak muda itu tetiba buyar, ketika om Maman pemilik kos
membangunkannya untuk sholat Subuh. Zul terbangun, dan merasa kesal
dibangunkan dari bunga tidurnya. Pakaiannya basah. Ia menggigil kedinginan
padahal udara malam itu amat gerah. Ia tak pernah bermimpi seperti itu.
Mimpi yang menyebabkan badannya gemetar dan kedinginan.
Tapi mimpi ini bukan mimpi biasa Om, badanya saya gemetar dan baju
saya basah .
Hehehe itu sugesti, kalau kita meyakini mimpi itu biasa saja, maka
tidak terjadi apa-apa. Namun kalau kita yakin mimpi itu akan menjadi
****
Jangan kuatir, dia itu Hajah dan petunjuk yang digunakan sesuai
agama rayu Bondi.
Tidak ada makan siang yang gratis, yang jelas mimpimu ini pertanda
baik. Kalau mau dilanjutkan penakwilannya besok malam kamu kemari
membawa uang mahar Rp. 3 juta ujar sang Peramal.
Ya itu terserah kamu, mau ditakwilkan atau tidak mimpimu, kalau mau
ya harus bayar maharnya, kalau tidak nggak apa-apa kita pulang saja,
Zul diam, memikirkan dengan apa dia akan membayar tukang ramal itu.
Gini saja, kamu kan punya motor, ditinggal saja di rumah Nyai Sukesi
besok. Bilang saja kalau dananya sudah ada nanti motornya akan ditebus,
saran Bondi.
Saran yang berat bagi Anak muda itu, karena motor itulah sarana dia
beraktifitas di Jakarta. Apalagi mobilitas Zul sebagai pemburu berita sangat
tinggi, sehingga jika tidak mengendarai motor akan memakan banyak waktu
dan biaya.
Lalu mereka pun masuk kembali menemui Nyai Sukesi. Perempuan itu
mengangguk setuju dengan rencana Zul. Dia meminta agar kedua anak muda
itu besok kembali sambil membawa emas untuk mahar jasanya.
****
Mereka berdua pun duduk bersila di tikar ruang tamu. Suasana lengang
hanya ada seorang asisten yang berjaga di pintu depan, tugasnya mendaftar
tamu yang datang. Selangkah kemudian Nyai Sukesi menemui mereka. Nyai
Sukesi pun meminta mahar yang dijanjikan. Zul menyodorkan amplop putih,
Nyi Sukesi memeriksanya. Setelah itu dia memasukan amplop yang ada
emasnya itu dalam selipan ikat pinggangnya. Tak lama kemudian ia
membelah kelapa hijau. Dituangkan airnya ke dalam baskom. Lalu semua
lampu dimatikan. 5 menit Nyai Sukesi, menyentuh al Quran. Mulutnya komat
kamit.Doa-doa yang biasa didengarkan Zul ketika sehabis sholat di masjid.
Setelah itu lampu dinyalakan.
Hmmm begini, mimpi itu bukan mimpi biasa. Mimpi itu adalah masa
depanmu yang bila kamu mampu melewatinya semua cobaan hidupmu maka
akan bahagia. Tugu itu adalah pertanda sebagai saksi sebuah janji suci. Gadis
pendampingmu itu sudah ada, tinggal kamu menjemputnya dan hamparan
pasir itu menunjukkan sebuah padang yang luas, dan tentu saja bukan di
sini, ujar Nyai Sukesi.
Zul mengangguk.
Kalau hanya menafsirkan mimpi seperti itu, aku juga bisa.. ujar Zul.
Iya, tapi dengan ketemu orang yang punya ilmu akan semakin kuat
keyakinanmu. Tapi kalau sudah sukses jangan lupa saya yaa, ledek Bondi.
-0-
Zul bersama pak Waluyo, pak Asnawi, dan pak Sinaga, kepala bagian
Marketing akan menemui Menteri Agama. Pak Wal sejak awal ingin tim
pengelola Majalah yang dia dirikan bisa bertatap muka dan bertukar pikiran
dengan Menteri. Keinginan pak Wal menjadi kenyataan. Pertemuan ini sangat
penting sebagai sarana menjalin silaturahmi dan kerjasama karena Kemenag
adalah mitra utama dan strategis majalah itu.
Iya pak, mungkin bisa dibantu untuk peliputan reporter kita disana, pak As
menimpali.
Iya ya, masak majalah umum bisa berangkat, kok majalah yang nulis haji
tidak, Pak Dirjen mohon dibantu, jawab pak Menteri.
Baik nanti kita daftarkan ke MCH. silakan dimasukkan saja berkasnya, jawab
Dirjen Haji.
***
Ada beberapa nama yang ia kenal dalam deretan petugas MCH tahun
ini, seperti Mas Imam, Soleman, Kohar dan langganan haji pak Abdul. Kalau
nggak salah ini hajinya ke -12. Pak Abdul. Kayak haji Ali, saudagar kaya di
Tanah Abang yang sudah belasan kali naik haji. Bedanya pak Abdul berangkat
dengan gelar haji Abidin (atas biaya dinas), sedangkan haji Ali bergelar haji
Basri (bayar sendiri).
Zul, aku mau buka rahasia nih, karena kamu mau mentraktir aku heheh,
kemarin waktu pembahasan nama wartawan yang berangkat bertuga, ramai
banget, katanya mulai cerita.
Jatah 12 orang itu menjadi rebutan karena tidak ada yang mau
mengalah. Apalagi wartawan senior pada sentimen, khususnya padamu.
Mereka bilang wartawan baru kok sudah dapat jatah,
***
-0-
Siang yang panas menyerika tubuh. Zul sedikit lega, emas yang diberikan
pada sang peramal sedikit terlupakansemenjak ia mendapatkan kesempatan
untuk bertugas ke tanah suci beberapa waktu lagi. Sebulan lagi Anak muda
itu akan berangkat ke negeri para Nabi.
Pria tua itu lalu mengajak Zul ke ruanganya di sambing masjid, dia
menyodorkan segelas air putih. Zul meminumnya rasanya memang berbeda
sangat menyegarkan.
Itu air zam-zam diambil dari sumur Zam-zam di Mekah, ucap lelaki
tua brejanggut putih,
Saya insyallah akan ke Mekah musim haji ini... Zul bicara lepas.
Itu namanya rezeki yang terduga dan itu bukan kebetulan, ujar sang kakek.
Zul juga percaya bahwa di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan.
Sepertinya kakek ini mempunyai pemikiran yang sejalan dengannya.
Ya, ada pepatah kuno mengatakan malam yang paling gelap itu
menjelang fajar, dan kamu sudah memasuki fajar itu. Kamu pun bisa
mendapatkanfajar dengan lebi cepat
Kalau mikir kebutuhan maka kita tak pernah cukup, maka lunasi dulu
kalau ada hutang..:
****
Pelatihan Petugas haji tiba. Zul bersama sekitar 400-an orang dari
seluruh Indonesia mengikuti pelatihan petugas di Asrama Haji Pondok Gede,
Jakarta. Petugas media center masuk dalam petugas haji non kloter yang
akan bertugas selama dua bulan di Arab Saudi. Disamping petugas non
kloter, ada petugas kloter, yakni petugas yang mendampingi kloter
(kelompok terbang). Mereka berangkat dan kembali bersama jamaah
kloternya.
Atas usulan dari mereka yang sering bertugas, maka petugas yang
berusia muda akan ditempatkan di wilayah yang mempunyai mobilitas tinggi
yakni Jeddah. Sedangkan yang berusia tua ditugaskan di daerah kerja (daker)
Mekah dan Madinah.
Abis itu, ditaruh di dekat Aqobah, untuk latihan lempar jumroh, sindir
Junaedi.
Terdengar suara riuh tawa, kecuali Zul, mas Imam dan Kohar.
Jangan begitulah, di tanah suci kita semua sama... ujar mas Imam.
Yang lain pada nyengir. Untung Zul tidak sendiri, ada satu teman yang
senasib dengannya.
***
Begini saja, saya punya solusi, bagaimana kalau saya ganti saja Rp 5
juta, nanti saya yang berangkat ? katanya membujuk.
Setelah mengucapkan terima kasih Zul pamitan. Baginya tawaran itu sangat
tidak menarik.
***
Di kamar kosnya yang sempit, sore itu, Zul kembali memikirkan kepada siapa
ia akan meminjam uang. Pak Wal, bosnya di kantor adalah orang yang tepat
dipinjami, selain baik, Pak Wal juga bisa memotong gajinya jika sulit
mengembalikan. Tapi zul menemukan satu nama yang membuatnya
tersenyum, siapa lagi kalau bukan Abu wazir, kakek angkatnya.
Dengan Zulfikar,
***
Esok hari sebelum berangkat ke kantor Zul singgah ke kantor harian Daulat.
Kebetulan kantornya tidak jauh dari tempat tinggalnya. Seorang karyawan
mempersilakannya untuk menemui bagian dokumentasi. Zul pun menunggu
beberapa saat di perpustakaan, karena pegawai bagian dokumentasi tak
kunjung datang.
Mas, ketemu bagian iklan saja. Biasanya mereka punya stok untuk
bukti iklan ke pemasang, saran seorang pegawai berjilbab yang
menyapanya.
Ini koran sudah saya potong gambar iklannya, masak koran bolong-
bolong dibayar heheheh.. ujarnya
Sepertinya roda nasib Zul yang kemarin dibawah kini sedang beranjak
ke atas. Selain mendapat kesempatan berangkat ke tanah suci secara cuma-
Cuma, kini ia menjadi juara lomba. Hadiahnya cukup lumayan, yakni sepuluh
juta rupiah. Uang itu lebih dari cukup untuk bekal Zul ke tanah suci.
Bagi Zul apa yang ia dapatkan merupakan anugerah yang tiada terkira,
sebuah rezeki Nomplok. Bahkan ia pernah membaca Buku Rezeki Nomplok
yang ditulis oleh Dudun Hamdalah, bahwa sabar dan syukur adalah satu
Senandung Bukit Cinta 35 |
DudunHamdalah
diantara kunci mendapat rezeki yang tak terduga. Sebuah titik balik yang tak
pernah ia bayangkan sebelumnya. Padahal beberapa bulan sebelumnya Zul
sempat mengeluh tentang kondisi pekerjaan, ditelikung teman kantor
danditipu paranormal.
Dalam hatinya tumbuh keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan
selalu mendengar keluh kesah hambaNya. Tiap malam ia menangis
mengadukan masalahnya dalam gelaran sajadah kusutnya. Ketika semua
orang terlena di alam mimpi, anak muda itu bercucuran air mata sambil
meminta agar diberi kekuatan untuk menghadapi semua takdir Tuhan. Bukan
doa agar dimudahkan urusannya, seperti yang sering diucapkan orang
banyak. Dan janji Allah benar adanya, Berdoalah kepadaKu pasti akan Aku
kabulkan.
Namun sifat dasar manusia yakni gampang mengeluh dan tidak sabar.
Padahal dalam surat Al Baqaroh ayat 153 dikatakan Hai orang-orang yang
beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. Zul ingat surat Alam Nasyrah ayat 5
yang berbunyi Bahwa sesungguhnya dibalik kesulitan itu ada kemudahan.
Juga surat At Thalaq ayat 3 yang artinya : Dia memberi rezki dari arah yang
tiada disangka-sangka.
Di buku motivasi pun Zul membaca bahwa di alam ini berlaku hukum
keseimbangan. Seseorang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan,
begitu pula sebaliknya. Timbangan manusia seringkali berbeda, namun
timbangan Tuhan selalu sama. Bahkan Tuhan melipatgandakan pahala
umatnya. Itulah jawaban kenapa orang yang didzolimi, pasti dikabulkan
doanya.
Dalam keheningan malam, Zul menangis lagi, kali ini bukan untuk
mengadukan nasibnya, tapi untuk mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan.
-0-
Sepuluh juta rupiah, uang hadiah yang didapat Zul dari lomba penulisan
novel anak. Ia merasa senang dan tenang. Senang karena ini adalah lomba
yang pertama kali ia menangkan di penulisan novel. Tenang karena dia
mempunyai sangu menjelang berangkat haji.
Anak muda itu tak mau terbawa emosi mereka, ia berusaha bersikap
wajar dan tidak terbebani masalah. Namun senyumannya ketika akan pulang
kepada dua wartawan senior itu tak mendapat jawaban yang ramah. Muka
mereka malah melengos dan cuek untuk menghindar tegur sapa. Aneh
memang dunia.
Yaaa katanya akan tirakat padahal dia tidak melakukan apa-apa. Kalau
ada yang sama dengan ramalannya itu sebanarnya hanya kebetulan saja,
jelas Bondi.
Aku lagi membutuhkan uang, aku dapat fee Rp 500 ribu jika mengajak
orang ke sini..
***
Namun setelah Zul merenung , dia teringat sebuah ayat dalam kita suci
La in syakratum la azi danakumm wa lain kafarkum inna azabii lasysdid
yang artinya Barang siapa bersyukur pada Ku maka akan Aku tambah nikma
Ku dan barang sapiapa kufur, maka sesuangguhnya azabKu amat pedih Zul
sadar, dengan mensyukuri nikmat yang ada maka Tuhan akan menambah
kenikmatan, termasuk dalam hal rezeki. Namun sesampainya di Mekah, dia
tetap akan menambahkan doa agar dipercepat rezeki kakaknya.
Malam itu mungkin menjadi malam terakhir Zul berada di tanah air
karena besok siang para petugas haji sudah berangkat ke bandara Soekarno
Hatta. Setelah sholat Isya, anak muda itu masih terbuai dengan dzikir dan
doa di masjid Pondok Gede. Sampai jam 9 malam, masih ada orang yang lalu
lalang untuk sholat dan berdzikir. Namun jam 10 malam suasana mulai sepi
dan Zul masih larut dalam menyebut nama-nama suci Tuhan. Dalam
keheningan temaram bulan Purnama itu Zul teringat ibunya yang telah
Assalamualaikum sapanya.
Saya sudah mengorbankan sebagian hartaku untuk itu, dan saya ingin
terus berusaha meraihnya
Kenapa Kek?
Saya sudah membayar mahal untuk mimpi ini pada seorang peramal,
dan saya yakin akan mimpiku
Aku hidup dari berbagai generasi dan aku belajar bermacam pertanda
Saya tidak percaya orang bisa membaca hati orang lain. Al Quran
mengatakan hanya Tuhan yang tahu hati seseorang...
Zul tersenyum, dia mengakui apa yang dibaca laki-laki tua itu
mendekati kebenaran. Misalnya ketika Zul pernah diejek sang kakek bahwa ia
tak punya uang. Tapi kali ini ia agak berbesar diri karena uangnya cukup
untuk sangu ke tanah suci.
Zul agak kesal dengan nasehat sang kakek, dia keukeh akan mengejar
mimpinya. Namun pria tua di depannya bukannya memotivasi seperti si
peramal, namun malah ingin mengendorkan semangatnya.
Hehehe aku bukan peramal, bukan juga motivator, aku seorang kakek
tua yang sebentar lagi akan habis ceritanya ditelan bumi......
Anak muda itu tertawa, hukum karma telah berlaku. Dan ia senang
emas itu kini kembali di tangannya.
Begini, kamu tahu kan aku hidup sendiri, dan aku menganggap kamu
sebagai cucuku. Bagaimana jika Aku akan membayar mimpimu dengan surat
wasiat, aku akan memberikan usaha travelku untukmu?
Zul diam tak bergeming. Abu Wazir lalu mengambil kertas surat wasiat
yang bermeterai dan berkop Notaris ia lalu membubuhkan tanda tangannya.
Tinggal anak muda itu mau tidak untuk tanda tangan.
Zul sadar, dia bukan anak orang kaya. Namun dia tidak mau menjual
mimpinya semahal apapun. Jika cita-citanya tercapai, perusahaan itu baginya
tak ada apa-apanya. Sebenarnya bisa saja, ia menipu pria tua itu dengan
menandatanagi surat itu dan terus melanjutkan mimpinya. Tapi Zul tahu
perbuatan tersebut tidak amanat atau berkhianat. Dan satu hal yang tak
boleh dilupakannya, orang yang dihadapannya bukan orang sembarangan.
Senandung Bukit Cinta 42 |
DudunHamdalah
Kenapa kakek mau membeli mimpiku dengan perusahaan kakek.
Karena aku ingin kamu melupakan mimpi itu dan tetap tinggal di
negeri ini. Aku akan memberimu amanah mengelolanya
Apakah kalau aku mengikuti mimpi itu, aku tidak berada di negeri ini..
tanya Zul.
Zul heran dan bingung dengan ucapan si kakek. Anak muda itu teringat
apa yang ditawarkan orang tua itu seperti tayangan sebuah kuis di teve.
Keyakinan ditukar dengan materi.
Maaf kek, ini keyakinan bukan untuk jual beli, hanya dengan keyakinan
dan cita cita membuat saya bersemangat untuk hidup. Jika keyakinan saya
sudah jual maka saya tidak punya semangat untuk hidup lagi.
Sang kakek tak bisa membujuk Zul. Zul diam, sang kakek melihat
pertanda di muka anak muda itu. Kemudian dia memasukkan kembali surat
wasiat itu ke sakunya.
Saya tidak tahu Kek, mungkin akan ada cita-cita lain yang akan
diraih...
Betul, tapi cara membalas Allah bukan harus berupa materi, karena
dengan diberi kesehatan, dijauhkan dari musibah dan diberikan hidayah
adalah balasan yang tidak bisa dinilai dengan uang
***
Maaf saya baru bisa ke sini sekarang, keluar kota kemarin, kata pak
Wal.
Begini, saya mau memberi sedikit uang saku untuk kebutuhanmu di sana, ini
sudah saya tukar dengan riyal, semua ada 1000 riyal, katanya sambil
menyerahkan uang itu.
Zul merasa trenyuh tak menyangka sama sekali akan mendapat sangu
dari bosnya. Kemarin Zul sempat berharap sesuatu dari kantornya tapi karena
tak kunjung tiba, harapan itu pun pudar ditelan waktu. Setelah Zul mendapat
hadiah lomba, harapan itu sudah dikuburnya dalam-dalam. Tapi karena
kebesaran Tuhan, setelah Zul mengikhlaskan, malah harapan itu datang
menjadi sebuah kenyataan. Zul senang menerimanya.
Zul menerima uang kertas dan recehan mulai dari 1 hingga 100 riyal.
Sebelum berpisah, Pak Wal menitipkan sepucuk surat dari Harun yang
belum sempat bertemu Zul.
Zul, ayo berangkat, teriak khas suara mas Imam yang serak basah.
Zul pun pamitan kepada bosnya. Zul lalu mengangkat koper dan
perlengkapan lainnya. Sebuah bis milik asarama Haji menjemput mereka.
Pasukan biru muda, warna seragam petugas haji Indonesia pun memasuki
bus. Di dalam bus, seorang pegawai Kemenag, berjenggot panjang membaca
Untung mas ngingetin saya tentang kisah Umar bin Abdul Azis. Sejak saya
kerjakan di rental, order saya malah makin bertambah banyak. Jadi sekarang
bisa membeli komputer sendiri dan mengerjakan pekerjaan di rumah.
Terimakasih mas, semoga dapat menjalankan tugas dengan baik dan pulang
sebagai haji yang mabrur,
Mata Zul berkaca-kaca tak kuasa membacanya. Anak muda itu terharu
padanya. Harun menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya meninggal
beberapa waktu silam. Zul senang ternyata laki laki yang dikantor dijuluki
kutilang kurus tinggi langsing itu ternyata tidak tersinggung dan mau
mengerti nasihatnya.
-0-
Dari informasi di situs haji, pemerintah Arab Saudi setiap musim haji
mendatangkan tenaga angkut barang dari Syiria, Mesir atau Irak. Umumnya
mereka para pemuda dengan postur tinggi tegap dan tenaga yang kuat.
Sedangkan petugas kebersihan berasal dari negara-negara miskin di
semenanjung Teluk seperti Yaman dan Oman. Kebanyakan sudah berumur
berseragam wearpack biru.
Bandara King Abdul Azis merupakan pintu masuk terbesar setiap musim
haji. Mayoritas jamaah haji masuk melalui bandara yang luasnya 51 hektar
ini. Selebihnya, lewat Bandara Madinah, Riyad dan Dammam. Disamping itu
ada pula yang masuk lewat pelabuhan yakni Pelabuhan Jeddah, Yanbu dan
Dammam.
Yang menarik, airport haji ini dibangun dengan bentuk kemah dari
bahan Fiber Glass. Jumlahnya ada 210 kemah yang mampu menahan panas
Senandung Bukit Cinta 48 |
DudunHamdalah
dan hujan serta perubahan udara dan dibuka bila diperlukan. Fasilitas yang
disediakan cukup lengkap. Mulai kamar mandi, tempat wudlu yang terpisah
antara pria dan wanita, money changer, toko makanan, tempat istirahat ,
posko kesehatan dan sebagainya.
Meski tampak besar, namun bandara ini terbuka sehingga angin malam
berhembus menusuk tajam sampai ke tulang. Dingin sekali laksana badai
padang pasir. Tak hayal, orang-orang pun menggunakan jaket tebal untuk
mengantisipasi cuaca yang cepat berubah. Khusus jamaah haji Indonesia,
dibangun posko kesehatan bagi jamaah yang sakit di bandara. Tidak ada
negara lain yang memiliki fasilitas sepeerti ini.
***
Lima ribu perak. Mahal ya, di tempat kita cuma tiga ribu rupiah, ujar
Zul.
Kata kakekku yang sudah haji 10 tahun lalu harganya dari dulu juga 2
riyal, sahut Badrun.
Memang, 10 tahun lalu 1 riyal cuma enam ratus perak, sekarang dua
ribu lima ratus rupiah, ujar mas Imam.
Kalau gitu, mata uang kita yang terdepresiasi, mata uang riyal stabil,
Zul menyimpulkan.
***
-0-
Sesuai jadwal, hari ini kloter pertama jamaah haji Indonesia tiba.
Saatnya petugas haji menunaikan tugasnya melayani jamaah. Konsentrasi
petugas Daker Jeddah saat keberangkatan jamaah haji adalah di bandara
King Abdul Azis. Para petugas menggunakan sistem shift untuk menjaga
kondisi tubuh. Apalagi di Arab Saudi perubahan iklimnya sangat ekstrim.
Hari itu, Zul, Kohar dan Bang Badrun mendapat giliran shift pertama
dari pagi sampai sore. Tugas utama media center melakukan peliputan berita
selama di Arab Saudi untuk dipublikasikan di situs informasi haji milik
Kementerian Agama dan di media masing-masing. Untuk peliputan, mereka
disediakan sebuah mobil dengan seorang driver bernama Syaifu, seorang
mukimin, yakni orang Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. Pria asli Madura
ini tinggal bersama istrinya di Jeddah selama 5 tahun. Selain fasih bahasa
Arab, Syaiful juga hafal jalan-jalan di Jeddah.
Ya fulus (uang), kalau kita bertugas di musim haji digaji tujuh puluh
riyal perhari, kalau ada perjalanan dinas ke luar kota ada tambahan, ya
minimal sebulan dapat 2500 riyal. Kalau sopir pribadi, gaji kita hanya seribu
riyal. Sementara biaya hidup di sini tinggi. Untuk kontrak rumah saya saja
sebulan empat ratus riyal, kata Syaiful.
Mobil terus meluncur. Beberapa meter lagi pos pemeriksaan. Dua askar
ceking, satu petugas bersorban putih dan dua tentara berbadan kekar dengan
kumis tebal menghentikan mobil mereka. Ini negeri orang, nyali mereka tidak
sebesar di negeri sendiri. Apalagi nyali si Kohar, dia mulai gelisah. Mobil
berhenti dan kaca dibuka. Mereka pun menunjukkan identitas. Giliran si
Kohar, tentara Arab memintanya turun. Kohar masih diam, dia tidak paham
bahasa Arab.
Kohar turun dulu ya, nanti ada petugas Daker yang menjemput, ujar
Syaiful.
Mobil mereka berjalan pun masuk bandara. Kohar digiring dua orang
tentara masuk ke pos jaga.
Tentara itu akan menghukum Kohar dijemur matahari, tapi saya minta
keringanan ke petugas bandara, akhirnya Kohar hanya disuruh berdiri
mematung di gardu sampai petugas Daker datang menjemput, jelasnya.
Awalnya saya bilang begitu, tapi mereka nggak mau tahu, polisi di sini
tidak bisa disuap, jelas Syaiful.
Iya, jaman orde lama, korupsinya diatas meja. Jaman orde baru,
korupsinya diatas meja, jaman reformasi sekarang, meja nya ikut
dikorupsi...canda Badrun.
Semua tertawa.
***
Wah, nasib Kohar hari ini lagi apes, disandera orang Arab, celutuk
Badrun.
Tapi ini akan jadi berita yang menarik untuk ditulis, sahut Zul.
Akhirnya tinggal Anak muda itu dan Badrun bertugas di bandara. Kloter
pertama dari Jakarta telah tiba. Mereka berkumpul duduk di karpet dan
terlihat kelelahan. Zul menghampiri kepala rombongan untuk mengetahui
kondisi jamaah. Sementara Badrun melakukan wawancara dengan seorang
jamaah cilik. Petugas lain pun memberikan pelayanan sesuai bidang masing-
masing.
Jelang siang, Zul duduk rebahan di kursi kosong. Seorang pria tua Arab
bagian kebersihan bandara menghampirinya. Pria tua dari Yaman ini nampak
lapar. Zul mencari makanan yang tersisa di balai kesehatan. Petugas
kesehatan, bernama bidan Gayatri menyapanya.
Oh sebentar, ini masih ada satu. Jatah kita sisa satu, karena ada satu
dokter yang belum tiba., ujar Bidan Gayatri sambil menyodorkan nasi kotak.
Terimakasih, salam untuk pak Dokter nanti, kata Zul sambil ngeloyor.
***
Lalu Zul dan Badrun duduk manis siap mendengarkan. Kohar masih membisu.
Gue diomelin apa didoain ame tentara itu, nggak tahu. Pokoknye asal
dia ngomong gue bilang amiin. Semakin gue bilang amiin semakin kencang
ngomongnya, ujar Kohar dengan logat betawinya yang kental. Mereka
tertawa terbahak-bahak. .
Tak jauh dari mereka, seorang petugas haji berpakaian biru-biru mendekat,
tertulis nama Faisal.
Kohar pun mengucap beberapa kata yang masih ia ingat. Faisal malah
tertawa.
Ya jelas, dia tambah jengkel. Pertama dia menasehati, tapi anda malah
mengaminkan. Kedua, dia mengomeli, anda masih mengaminkan. Dan ketiga,
dia memaki-maki, harusnya anda diam saja nggak usah diaminkan kalau
nggak tahu artinya. Itu bukan doa, hahaha katanya tertawa sambil pergi.
Dia petugas haji dari rekrutmen kedutaan besar, para mahasiwa yang
belajar di luar negeri terutama di Timur Tengah. Sepertinya mahasiswa di
Mesir, ujar Badrun.
Bahasa Arabnya sih boleh, tapi sok nya itu yang gue tak suka, sahut
Kohar jengkel.
Sabar deh, ini kan dekat Mekah, ntar juga kena batunya, Zul
menghibur.
****
Zul masih duduk sambil membaca buku di sebuah toko roti di bandara. Ia
menunggu Badrun yang sedang ke kamar kecil. Tiba-tiba mata Zul tertuju
pada beberapa sosok berpakaian hitam dan bercadar yang memesan roti. Dia
memperhatikan seorang gadis yang berbeda, memakai cadar hitam alisnya
tebal dan matanya jeli. Beberapa saat Zul terpaku memandang gadis yang
dari parasnya keturunan Arab. Dia datang bersama 3 kawan perempuannya
dengan membawa koper kecil tertulis Saudi Airlines.
Gadis itu sempat melihat Zul sebentar dan Zul merasa kikuk. Tak lama
kemudian para gadis berbaju hitam itu meninggalkan toko roti. Anak muda itu
memperhatikan hingga rombongan itu hilang di sudut bandara. Ada perasaan
berbeda yang menggoncang hatinya. Wajah gadis itu seperti apa yang ada di
mimpinya. Dia pun menanyakan pada tukang roti siapa rombongan tadi.
-0-
Sebagai petugas media center haji, Zul mendapat tugas melakukan liputan di
tanah suci. Karena masih masa kedatangan jamaah, maka yang menjadi
fokus tim media center adalah bandara King Abdul Aziz.
Seperti biasa pagi itu Zul dan Kohar sudah memakai baju dinas dan
berkeliling mencari berita di bandara. Sebenarnya Anak muda itu ingin
berjumpa lagi dengan pramugari yang dilihatnya tempo hari. Ia pun mencoba
bertanya kepada toko roti di sudut bandara tentang gadis itu. Tukang roti
mengatakan rombongan pramugari dari Mesir itu biasa mendarat setiap tiga
hari sekali di Jeddah. Biasanya mereka mampir membeli roti. Zul puas dan
senang dengan jawaban si tukang roti, tiga hari lagi dia bisa melihat gadis
bermata jeli itu. Zul ingin memastikan sekali lagi, benarkah gadis itu yang ada
dalam mimpinya. Setelah itu, dia pun melanjutkan pekerjaannya.
Di musim haji bandara Jeddah sangat sibuk. Jamaah yang datang silih
berganti dari berbagai negara. Jamaah haji Indonesia jumlahnya termasuk
besar dan mudah dikenali dari bentuk fisik dan warna kulitnya. Sesuai dengan
kuota Organisasi Konferensi Islam atau OKI, Indonesia mendapat jatah seper
seribu dari jumlah penduduk muslim untuk menunaikan haji setiap tahun.
Misalnya jika jumlah penduduk muslimnya 200 juta berarti mendapat kuota
200 ribu, angka yang sangat besar.
Nah sore itu, Zul dan Kohar selesai melakukan tugas peliputan, mereka
duduk menunggu di gate kedatangan. Di sana para petugas bisa membantu
jamaah yang membawa barang bawaan banyak. Maklum jamaah haji
Indonesia disamping posturnya kecil rata-rata berangkat haji di usia yang
menapak senja. Mayoritas jamaah berusia di atas 50 tahun.
Abu Wazir duduk di kursi pasien. Seorang bidan yang sudah dikenalnya
menyapa dan mempersikahan masuk. Bidan itu meminta mereka menunggu
sang dokter. Abu Wazir lalu diperiksa tensi dan suhu badannya oleh bidan.
Tak lama kemudian datang seorang gadis muda berpakaian putih datang
mengucap salam. Dokter muda itu langsung memeriksa pasien kemudian
membuatkan resep. Dengan sigap sang bidan sudah memberi obat-obatan.
Zul masih melihat dokter yang ada di depannya. Seorang dokter muda
yang cukup cantik. Tertulis namanya Zalwa. Wajahnya hampir sama dengan
pramugari Mesir yang dilihatnya. Zul melihat alis mata dokter ketika menulis
resep, namun si dokter sepertinya kurang suka diperhatikan seperti itu. Anak
Senandung Bukit Cinta 60 |
DudunHamdalah
muda itu hanya ingin memastikan apakah dokter itu gadis yang ada dalam
mimpinya.
Terima kasih Zul, apakah dokter muda itu yang ada dalam mimpimu,
dia gadis yang pintar dan cantik.. ujar kakek.
****
Mereka pun kembali ke tempat duduk. Setelah situasi agak reda, pak
Kadaker memperlunak bicaranya.
-0-
Insiden di aula wisma haji itu masih membekas diantara para petugas haji.
Meski sudah didamaikan namun antara Kohar dan Faizal masih diselubungi
akar konflik yang belum tuntas. Untuk menenangkan tim, mas Imam
mengajak petugas MCH yang lagi off untuk jalan-jalan sambil liputan di luar.
Kebetulan MHC mendapat jatah satu buah mobil Van yang dikemudikan
Syaiful. Mereka lalu berangkat ke sebuah pusat perbelanjaan Al Manar di
barat daya Jeddah. Konon tempat ini dikenal sebagai pusat belanja yang
murah, sekelas tanah Abang di tanah air. Beberapa petugas MCH dari Mekah
dan Madinah pun diajak keliling Jeddah.
Selain tim MCH Jeddah, cak Kandar turut menumpang mobil mereka.
Cak Kandar adalah sosok yang paling sentimen pada Zul sejak di Jakarta.
Namun di mobil dia tidak banyak bicara. Anak muda berharap cak Kandar
yang usianya sudah kepala empat, bisa bersikap dewasa dan tidak
mengungkit-ungkit hal-hal yang sudah lewat.
Jadi ini kayak bom waktu, suatu waktu bisa meledak, celutuk Kohar.
Zul, kalau saya masih muda dan gagah seperti kamu, sudah kupukul
mulut si Faisal, ucap cak Kandar.
Kami sholat di toko bang Maman, kalau ke masjid tidak keburu. Nanti
malah ditangkap Mutawin, ujar Syaiful.
Akhirnya semua paham sabil bilang hmmm. Lalu Badrun pun mengajak
mereka makan di nasi kebuli, setelah itu baru mencari cak Kandar. Namun Zul
tidak tega kalau ada teman yang belum ketemu sementara yang lain malah
enak makan-makan.
Udah biarin aja, cak Kandar memang suka menghilang nanti juga ke
sini, ujar Kohar kesal.
Kohar heran buat apa anak muda itu mencari Cak Kandar, orang yang
sinis pada Zul. Badrun membiarkan Zul mencari cak Kandar. Dia dan teman-
teman menunggu di kedai nasi kebuli sampai kumandang adzan Isya. Zul
menelusuri lorong-lorong toko yang padat. Bangunan di Jeddah nyaris sama
bentuknya satu dengan yang lain. Tiba-tiba anak muda itu mendengar suara
yang sudah ia kenal.
Iya Cak nggak apa-apa, jawab Zul sambil mengajaknya ke warung nasi
Kebuli.
-0-
Sore itu Zul tugas di bandara pada shift malam. Kali ini dia ditemani Leman,
sementara Kohar dan Badrun sudah masuk shift pagi. Menjelang malam, Zul
kedinginan, sebenarnya dia masuk angin apalagi dia lupa membawa jaket
tebal, karena angin bandara yang begitu kencang. Malam itu, Zul mendapat
tugas membuat profil petugas, mas Imam memintanya membuat profil Zalwa,
si dokter muda. Mas Imam tentu punya pertimbangan matang kenapa gadis
itu yang dipilih. Zalwa, satu-satunya dokter yang masih gadis dan mendapat
sorotan dari banyak pemuda.
Bidan itu heran tapi tertarik ingin tahu lebih banyak tentang mimpinya,
terpaksa Zul menceritakan mimpinya.
Tetapi kamu harus banyak berkorban untuk meraih mimpi itu, karena
itu mimpi yang sulit, butuh kesabaran karena menghadapi tantangan yang
besar.... ujar Bidan.
****
Apalagi media sekarang kan sudah tidak ada yang obyektif, semua
punya kepentingan termasuk media di tanah air, baik elektronik, cetak mapun
sosial media. Mereka ada skenario dan kepentingaan dari pemiliknya, jadi
media itu sekarang susah dipercaya. Tak hanya media yang abal-abal yang
Senandung Bukit Cinta 70 |
DudunHamdalah
banyak bertebaran di internet, media mainstream pun sudah makin kentara
keberpihakannya, ujar Farid menegaskan.
Tapi saya yakin masih ada media yang obyektif, idealis dan memegang
prinsip kode etik jurnalistik...
Kalau pun ada jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Coba lihat di
internet sekarang banyak media yang tidak jelas dengan berita yang judulnya
bombastis ....lalu ujungnya minta disebarkan hehehe
Farid diam sebentar dia mulai berpikir. Lalu dia membisikan sesuatu ke
telinga Faizal. Pemuda kurus dan tinggi itu mengangguk-angguk sejenak.
Ghibran tidak tahu apa saran yang diberikan Farid kepada temannya itu.
-0-
Anak muda itu pun kembali ke wisma haji. Beberapa petugas yang
dijumpai Zul menunjukkan sikap yang berbeda. Sewaktu di dalam lift Zul
berpas-pasan dengan tiga orang ibu-ibu petugas kesehatan. Mereka
menyindirnya.
Iya nih, anak Qori pantang berduaan dengan orang yang bukan
muhrim, sahut temannya.
Zul diam saja. Ia rasakan sebuah aroma yang tidak sedap. Separah
itukah kondisinya? Zul melangkahkan kaki ke ruangan media center di lantai
dua, Mas Imam menunggu kedatangannya dan menyerahkan sebuah foto. Zul
mengamatinya, foto ini diambil dari jarak yang jauh menggunakan lensa
zoom. Diambil dari samping agak membelakang Zul. Kalau diamati tangan
Zul seperti memegang rambut Zalwa. Tapi karena malam, gambarnya tidak
begitu jelas. Wajah Zul kelihatan dari samping sedangkan Zalwa lebih jelas
mukanya.
Zul diam nggak tahu mau ngomong apa. Sebenarnya mereka tidak
berduaan. Ada Bidan Gayatri yang tidak jauh dari mereka, tapi kenapa Bidan
itu menghilang di foto itu. Jadi kesannya seolah mereka hanya berdua.
Disamping itu, Soleman berada tidak jauh dari mereka. Zul yakin ada orang
yang mengedit foto dan menyebarkan gosip yang tak jelas.
Sudahlah, ayo kita temui pak Mahmud, kamu jelaskan bahwa kamu
sedang bertugas wawancara. Kalau ada yang tidak sesuai silakan klarifikasi,
mas Imam menepuk pundak Zul yang masih terdiam.
Di ruangan pak Mahmud, Zul masuk bersama mas Imam. Pak Mahmud
keluar memanggil seseorang. Pak Batubara, dokter kepala kesehatan daker
Jeddah. Zul lalu menjelaskan semua peristiwa mulai dari kedatangannya
melakukan wawancara. Zul mengatakan waktu itu tidak berdua tetapi bertiga
dengan bidan cuma dia tidak ada di dalam foto tersebut.
Bagus anda mau mengakui foto itu. Tapi anda harus tahu ini bukan
Indonesia. Ini Saudi Arabia, negara Islam. Seorang wanita dilarang berduaan
tanpa ada muhrim atau orang ketiga. Di foto itu tidak kelihatan orang ketiga
sehingga bisa menimbulkan fitnah. Dan tersebarnya foto ini sudah merusak
citra media center, kata pak Mahmud.
Tidak hanya citra media center pak, tapi citra petugas kesehatan juga.
Mereka sangat malu dengan kejadian ini, kata pak Batubara.
Senandung Bukit Cinta 74 |
DudunHamdalah
Maafkan saya pak, saya tidak merusak citra siapapun saya hanya
menjalankan tugas sebagai wartawan, jawab Zul
Sebaiknya kita bentuk tim untuk mencari penyebar foto itu pak, sahut
mas Imam.
Waktu kita mepet, tiga hari lagi kita sudah ke Mina. Banyak pekerjaan
kita dan tidak ada waktu untuk urusan begitu, jawab Mahmud.
Itu nggak perlu pak, justru kita harus berterimakasih ada yang mau
menyebarkan foto itu. Dengan begitu kita tahu kinerja petugas haji kita,
ketus pak Batubara.
Satu lagi pak, saya ingin Zul dihukum. Dia tidak boleh mendekati
Zalwa lagi. Lagian hanya dokter bodoh yang mau sama wartawan, kata
Batubara menusuk perasaan.
Itu tidak adil pak, Zul belum bisa dinyatakan bersalah sebelum diusut
penyebar foto itu. Karena saya melihat foto iturekayasa , ujar mas Imam.
-0-
Hari itu, Zul diantar Kohar dan Syaiful untuk menjalani hukuman dari
Kadaker Jeddah. Mereka pun masuk ke dalam masjid, bentuk kubah di
dalamnya dilingkari kaligrafi ayat-ayat suci Al-Quran serta dihiasi lampu-
lampu kristal yang sangat cantik. Masjid Terapung berlantaikan marmer,
sedangkan di dalam masjidnya sendiri dilapisi permadani yang sangat indah
luar biasa, dilengkapi rak-rak al-Quran.
Baik Syech.....?
Saya sudah membaca surat Kadaker, dia ingin kamu 2 hari disini
membantu mengurus masjid.
Setelah itu Abu Senja bercakap sejenak dengan Syaiful sebelum, ia kembali
ke wisma di Jeddah. Setelah Syaiful pamitan abu sneja menghampiri si Anak
muda .
Saya Haji Abu Senja, panggil saja Syech. Sebenarnya yang menjadi
imam di sini kakak saya, namanya Abu wazir, tapi dia sedang do Indonesia,
dan sekarang sibuk mengurus jemaah hajinya
Zulfikar.....
Selain itu, Abu Senja ternyata kurang suka dengan Zul, karena
kakaknya Abu Wazir pernah menceritkan akan memerikan usahanya pada
anak muda itu. Selama 2 hari, Abu Senja juga menyelipkan nasehat antara
lain, agar Zul menolak tawraan Abu wazir untuk meneruskan bro haji
miliknya.
Anak muda itu pun menceritakan tentang mimpinya dan ia yakin gadis
Mesir yang dilihatnya itu yang dimaksud dalam mimpi. Hal tu membuat Abu
Senja sedikit tenang.
***
Esok hari pun tiba. Udara bandara cukup panas. Zalwa bertugas kembali di
bandara. Kali ini, pasiennya banyak sekali. Baru pada siang hari pasiennya
Senandung Bukit Cinta 78 |
DudunHamdalah
mulai berkurang. Setelah pasien sepi, Zalwa berjalan keliling bandara. Dia
melihat rombongan dari Malaysia sedang berkumpul. Itu mengingatkannya
pada Badawi. Zalwa berjalan mengamati satu per satu. Dia ingin tahu apakah
Badawi ada diantara mereka. Namun, ia tidak melihat keberadaannya. Zalwa
duduk di kursi kosong, diantara rombongan itu. Seorang tua paruh baya
mendekatinya.
Siape namanya,
Ahmad Badawi,
Darimane,
Selangor,
Oh kenalkan saya Atok Ramlan, panggil aja Pak Cik. Saya pimpinan
rombongan haji Malaysia, katanya.
Oh ya, dokter kalian, nanti Pakcik nak bantu carikan kontak Badawi
ya.
Sebelum pergi Zalwa sempat bertukar nomor hape dengan pak Cik.
-0-
Musim haji telah tiba, sehari sebelumnya Zul sudah kembali ke wisma haji
Jeddah. Setelah 2 hari di masjid Terapung dan badan pegal linu, Syaiful
menjemputnya karena besoknya para petugas haji sudah bergerak ke Mina.
Jamaah akan memulai serangkaian ibadah haji. Persiapan demi persiapan
Senandung Bukit Cinta 80 |
DudunHamdalah
telah dilakukan. Untuk pemberitaan, dibentuk dua posko yakni satu di Arafah
dan satu lagi di Mina. Bagi petugas, musim haji ibarat pepatah sambil
menyelam minum air. Sambil ibadah haji , Zul ingin tugas liputan berita juga
berjalan dengan baik.
Meski melihat keganjilan Zul tidak boleh menggunjing. Zul ingat pesan
haji agar wala rafatsa, wala fusuqa, wala jidala. Artinya jangan ngrasani
/membicarakan orang lain, jangan menjelek-jelekan, dan jangan pula
berdebat untuk hal-hal yang tidak perlu.
Dari Mina tiba di Arafah sekitar jam 5 pagi, Zul sempat melaksanakan
sholat subuh berjamaah. Tenda-tenda jamaah haji di Arafah sebagian besar
sudah dihuni jamaah dari berbagai negara. Hampir dua juta manusia serba
putih memadati padang pasir yang membentang luas. Udara panas
Senandung Bukit Cinta 81 |
DudunHamdalah
memanggang mereka di Arafah meski ada beberapa pohon yang terpelihara.
Panasnya mengingatkan Zul akan cerita tentang padang Mashyar dimana
setelah kiamat semua manusia akan dikumpulkan untuk menghadapi
penghisaban Tuhan. Gambaran ini membuat Zul merinding.
Ya Allah, kabulkanlah semua doa yang ada dalam buku ini... aminnn?
Tuhan Maha Tahu Zul, Tuhan sudah tahu isi buku ini kok.. Kohar
menjawab sendiri.
Anak muda itu pun sambil berjalan mengikuti mas Imam. Jabal Rahmah
sangat padat di musim haji. Banyak orang yang bergerak ke sana, mayoritas
adalah para jomblo. Saking ramainya Zul terpisah dengan Mas Imam.
Ada sebuah tugu yang berada di puncak bukit. Banyak orang yang
meyakini bahwa itu adalah tugu cinta, dimana doa kita bisa diijabah. Tiba-
tiba sebuah suara yang tak asing ditelingannya.
Zul, tempat ini adalah penyatuan hati Adam dan Hawa, jika kamu
memang mencintai seseorang, berdoalah di tempat ini dan sebutlah
namanya. ujar Zalwa,
Zul bingung siapa yang akan ia sebut, karena ia tak tahu nama
pramugari Mesir itu. Tangannya sudah menyentuh tugu itu. Ia melihat Zalwa
sudah berdoa dan meninggalkan tugu berwarna putih itu. Gadis itu masih
melihatnya sambil berjalan pulang. Tiba-tiba Zalwa terpeleset, jatuh.
-0-
Ini masjid Qhisas, dan tiang pancang itu adalah tempat hukuman
untuk pelanggar syariat Islam. Alun-alun didepannya tempat berkumpul
orang-orang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman.
Sebuah batu besar dibawah pohon yang rindang, menjadi tempat duduk
mereka. Syaiful melanjutnya ceritanya.
Biasanya setiap hari Jumat diawal bulan, masjid ini ramai. Banyak yang
ingin menyaksikan prosesi Qishas.
Syaiful tertawa.
Sementara itu, Zul masih diam memegangi tiang dan arena hukuman. Ia
membayangkan sesuatu. Tiba-tiba badannya gemeter seolah dia yang
mengalami hukuman cambuk. Kohar segera menghampiri.
Senandung Bukit Cinta 85 |
DudunHamdalah
Sakit nggak ya dicambuk, saya penasaran... tanya Zul.
Syaiful tersenyum.
***
Siapa...?
Dia pemuda tidak sehat, katanya dia bermimpi akan menikah dengan
seorang putri.....hahaha bidan tertawa.
Dia juga bilang gadis yang dia kejar itu bukan kamu....
Nah itu dia, tanteku bidan Gayatri yang akan meyakinkan dia dulu.
Namun ada satu yang aku tak suka? Zul menolong zalwa waktu terjatuh di
jabal Rahmah .. ujar Faizal.
Wah gawat, jabal rahmah itu kan tempat keramat, disana Nabi Adam
dan siti hawa bertemu. Kenapa sampai kecolongan begitu...
Ya aku sudah tanya Bidan, katanya Zalwa tersesat dan seolah ada
seorang tua yang mengajaknya ke sana sehingga terpisah dari rombongan..
Gimana caranya? Kan belum tahu Zalwa mau atau enggak? tanya
faizal.
Sementara itu Cak kandar yang diam memperhatikan seksama apa yang
dibicarakan dua mahasiswa dari Kairo itu. Ternyata mereka merencanakan
persekongkolan jahat yang mengakibatkan Zul dihukum oleh kadaker. Cak
kandar geleng-geleng kepala.
-0-
Matahari terbit menyinari bumi Arab di pagi yang cerah. Di Jeddah, siang hari
lebih panjang ketimbang malam. Kumandang Subuh jam 06.30, dan Magrib
jam 19.30 malam. Namun, awalnya kebanyakan petugas Indonesia tidak
tahu. Itulah kenapa waktu petugas tiba di Arab Saudi banyak yang jam empat
sudah bangun menunggu Adzan Subuh. Bahkan ada yang belum adzan sudah
sholat, macam Soleman yang sholat subuh jam lima pagi.
Hari ini Zul dan Kohar of. Tiba-tiba Zul teringat titipan bu Wal untuk
Faridah. Segera dicarinya paket itu kemudian ditelponlah gadis keponakan
bosnya.
Balad,jawabnya.
Bangladesh, jawabnya.
Oh I think Pakistan,
Di Arab, taksi tidak memakai argo. Tapi tarifnya jelas, seperti ada aturan.
Wah dasar Bangladesh bisanya bahasa Indonesia cuma apa kabar dan
terimakasih. Kalau lancar, saya mau tanya Sah Ruk Khan? ujar Kohar.
Sah Ruk Khan... itu dari India,
Memang benar, kota Jeddah yang berada di tepi Laut Merah sangat
strategis untuk jalur perdagangan dari benua Eropa dan Afrika menuju
semenanjung Arab. Lalu lintas perdagangan cukup ramai di sini. Akibatnya
dapat kita tebak, tempat ini adalah surga belanja produk-produk impor
Jeddah bukan termasuk kota suci seperti Madinah dan Makkah. Karena
itu, orang-orang asing nonmuslim diperbolehkan masuk ke kota ini. Jeddah,
kota internasional, menjadi kota yang lebih bebas daripada Makkah dan
Madinah. Sangat gampang menjumpai perempuan-perempuan yang
membuka jilbabnya di sini.
Suara seorang wanita menyapa Zul dari belakang. Anak muda itu
menoleh, tampak dua orang gadis menghampiri. Dua-duanya berpakaian
serba hitam memakai jilbab. Seorang berkulit putih dan seorang lagi
bercadar.
Zul, lu kenapa nggak bilang kita mau ketemu bidadari, tanya Kohar.
Emang kenapa,
Gue kan persiapan dulu, pakai baju bagus, parfum. Lihat nih baju gue
kusut gini,
Maaf ya saya memakai cadar. Ini temanku Zulaeha, dia dari Mesir,
kami sama-sama pramugari di Saudi Airline. Okay kalian mau pesan apa?
tanyanya sopan.
Insya Allah aman. saya mengajak kalian ke restoran Filipina, tempat ini
multi agama. Orang Islam, Kristen, bisa masuk, dan kita kan tidak berduaan
kan jelas Faridah.
Di apartemen itu kami tinggal, untuk pergi ke sini kami harus naik
taksi, tambahnya.
Berarti Zul nanti harus ganti ongkos taksinya nih, Kohar meledek.
Ah nggak usah, tadi kami ketinggalan bis kok, jadi terpaksa pakai
taksi,
Senandung Bukit Cinta 92 |
DudunHamdalah
Zulaeha, di mana Mesirnya tanya Zul.
Dari balik cadar Zulaeha, Zul melihat sesuatu yang menarik darinya,
bulu matanya lentik. Zul penasaran seperti apa wajahnya. Tiba-tiba saat Zul
memandangnya mata Zul berpas-pasan dengannya. Zul segera mengalihkan
pandangan. Zulaeha tersipu malu. Sementara Faridah heran melihat Kohar
makan bak orang kelaparan.
Sehat, ada salam dari pak Wal. ini ada tiitpan dari bu Waluyo
Wah, jangan ditanya. Zul baru saja menjadi juara pertama novel anak
Nasional, sahut Kohar.
Wah selamat ya, saya bisa belajar menulis nih, tutur Zulaeha.
Oh harus ya.
Kalau belajar teori tidak terlalu sulit, praktek itu yang lebih penting,
Okay, saya harus segera ke halte, sudah jam delapan malam berarti bus
jemputan telah tiba.
Faridah mengangguk lirih. Zul pun meminta gadis Mesir itu menuliskan
nomor hapenya. Setelah mengucapkan salam mereka berdua pergi. Mereka
pun meninggalkan restoran itu. Faridah berjalan ke utara, Zul ke timur
mencari taksi.
Malam itu Zul benar-benar tidak bisa tidur. Gadis mesir yang ada di
dalamnya telah ia temukan. Gadis Arab yang sangat cantik dengan mata
yang lentik. Zul semakian bergairah dan yakin akan mimpinya. Zulaeha
seorang pramugari bermata jeli yang bertugas di maskapai mlik pemerintah
Saudi. Zul sudah mendapatkan nomor hape parmugari dari Mesir itu. Anak
muda itu tak mengira, ternyata begitu mudah berkenalan dengan gadis Mesir
itu. Dia berharap gadis itulah yang dia cari selama ini.
-0-
Sejak perkenalan dengan gadis Mesir itu, Zul menjaga jarak dengan Zalwa.
Apalagi banyak pihak yang tidak suka ia dekat dengan dokter muda itu.
Zalwa sendiri juga masih menunggu seseorang, daan percaya apa yang
dikatakan sang bidan bahwa Zul tak mencintainya.
Maksudmu...
Siapa?
Faridah?
Zul menggeleng.
Zulaeha...
Zul mengangguk.
***
Mas Imam berterima kasih atas info dar Cak Kandar dan akan
menyampaikannya kepada Zul. Namun untuk kasus editing foto mas Imam
berjanji akan menyampaikan pada pak Mahmud. Pak Mahmud yang
mendengar berita itu merasa kaget. Dia akan menyampaikan hal itu pada pak
Saya sudah yakin foto itu hasil editan dan sengaja untuk menyudutkan
Zalwa dan saya ujar Zul ketika mas imam memberi tahu.
***
Malam itu Zul menelpon Faridah, dia ingin tahu tentang Zulaeha.
Baiklah aku kasih tahu, tapi kamu jangan patah hati ya. Zulaeha sudah
dilamar orang. Dia seorang bangsawan di Saudi...
***
Kak, beberapa hari yang lalu ada petugas haji bernama Zul, dia ke sini
karena dihukum oleh Kadaker lantaran berdua dengan seorang dokter di
bandara... ujar Abu Senja.
Abu Wazir sudah tahu dokter yang mana satu yang berdua dengan Zul.
Bagus dong, kalau dia dekat dengan dokter itu, artinya dia nanti akan
pulang ke Indonesia,
Terus apa yang kamu lakukan sewaktu dia di sini..tanya Abu wazir.
Aku kurang tahu dengan pramugari Mesir itu, kalau dia masih mau
mengejar mimpi itu, berarti ia tidak akan mendapatkan usaha itu... kata Abu
wazir.
Abu Senja tersenyum, sementara kakaknya diam, tahu apa yang dimaksud
oleh adiknya.
-0-
Bunyi adzan menandakan waktu sholat subuh tiba. Telepon genggam Zalwa
berdering nyaring. Ia bangun dari tidurnya.
Tapi sekarang dia sudah tidak di Penang lagi. Dia sekarang dicari-cari
polisi karena ikut aliran yang dilarang pemerintah.
Badawi yang dulu aktifis kini menjadi buronan pemerintah. Zalwa merasa
dikhianati. Tapi Badawi memang tidak pernah punya komitmen apapun.
Badawilah satu-satunya pria yang pernah merebut hatinya. Zalwa tidak bisa
melupakan. Perasaan Zalwa pun macam-macam, ada rindu, benci, marah,
kasihan. Semua jadi satu.
Meski sedih dan benci setidaknya kabar itu telah membuat lembaran
baru untuk Zalwa. Dia akan mengisi hari-harinya dengan membuang asa
bersama Badawi.
***
Pagi yang cerah menyinari Jeddah. Zalwa sedang makan di wisma haji
Jeddah. Makanan yang disajikan di wisma haji setiap pagi sampai malam hari.
Makanan disajikan secara prasmanan dengan lauk yang cukup bergisi.
Senandung Bukit Cinta 100 |
DudunHamdalah
Sore itu, Faisal dengan baju koko buatan Mesir menemui Zalwa. Seperti biasa,
Faisal selalu menyempatkan diri untuk menghampiri Zalwa. Dia sudah tahu
bahwa Zalwa ada yang melamar. Ruang makan sudah sepi.
Barakallahu ya humairah,
Sukron ya ustads,
Siapa yang bercanda. Siapa sih yang nggak mau sama bunga daker
jeddah, hehehe.
Jangan kuatir, ini pakai bahasa Indonesia kok. Syaratnya satu, dijawab
dengan jujur,
Ada sih... udah ya Zalwa, abang mau tugas lagi, Intabih (hati-hati)
wassalamualaikum,
Waalaikumsalam.
Zalwa penasaran ingin membuka amplop itu. Hari itu dia dinas malam
sehingga bisa istirahat di kamar. Amplop warna hijau dengan gambar Piramid
Mesir. Isinya sebuah kertas putih polos dengan logo al Ashar di pojok kanan.
Zalwa membaca dengan saksama.
Ternyata surat ungkapan hati seorang mahasiswa S-2 dari Mesir. Zalwa
terdiam. Gadis itu termenung seolah menanggung beban.
***
Sore itu Abu Senja mengajak Syaiful untuk makan malam di restoran Filipina.
Jadi aku mau minta tolong sama kamu, nanti aku kasih upah 2000
riyal, ?
Begini, tentang Zul, kamu kan sopirnya wartawan, tolong awasi gerak-
gerik Zul, katamu dia sedang jatuh cinta dengan seorang pramugari dari
Mesir. Kamu terus ikutin dia dan bantu dia supaya bisa menikahi gadis Mesir
itu...
Caranya?
Tepat, aku ingin mereka dinikahkan di sini.. ujar Syech Abu Senja.
Bukankah itu sesuatu yang baik Syech, kenapa harus bayar saya...
Ya aku ingin Zul bahagia, dia sangat mencintai gadis itu, kamu hanya
membantu agar bisa mempercepat perniahan itu...
Tapi, biasanya kan akan dihukum dulu, bila berduaan... tidak langsung
dinikahkan ujar Syaiful.
Kalau untuk kebaikan saya tidak masalah, tapi bagaimana kalau Zul
dihukum cambuk?
Nanti aku yang akan menebus dendanya, dan meminta agar mereka
dinikahkan.... ujar Abu Senja. Kamu mau bantu nggak?
-0-
Malam itu, hape anak muda itu ketinggalan di kamar ketika dia buru-buru
pergi menemui Zulaeha. Gadis itu menelpon si anak muda karena dia sedang
mendapat masalah. Seorang Mutawin menangkapnya di Al Manar karena dia
ketahuan pergi sendiri di sore hari. Mutawin itu membawa Zulaeha ke sebuah
tempat.
Hai anak muda, ada urusan apa kamu kemari... ujar Faruk.
Bantuan? Hahaha, kamu bisa membantu apa? Dia calon istriku dan aku
sedang merayunya supaya dia mau menerima lamaranku...
Negeriku atau negerimu sama saja milik Tuhan.... aku tidak takut
meski di negeri orang
Faruk marah, dia menyuruh anak buahnya menghajar Zul. Tiga orang
pria hitam mulai maju, Zul berusaha melawan namun tak kuasa karena badan
mereka lebih besar. Zulaeha berteriak agar dihentikan. Tapi faruk
membiarkannya. Tak lama kemudian datanglah Abu Wazir, ia pun
menghentikan perkelahian yang tidak seimbang.
Faruk minta tiga anak buahnya mudur. Sementara anak muda itu sedikit
lebam. Faruk malu dan mengajak anak buahnya pergi. Zul lalu menceritakan
kejadian yang menimpa Zulaeha.
Nanti, Faruk akan mengincar kamu. Dia pasti malu dan saya kuatir dia
akan membalas dendam kepadamu,
Saya sudah berbuat dan akan menghadapinya, kata Anak muda itu
***
Cak kandar merasa berhutang budi dengan Zul pada peristiwa di al Manar.
Maka mengetahui rencana jahat Faizal dan Farid, Cak kandar bertekad
mengungkap kejahatan mereka terhadap Zul, khsusunya pada foto editan di
bandara.
Suatu hari cak Kandar rapat antara kepala regu MCH dengan pak Mahmud.
Malam harinya Cak Kandar mendengar pembicaraan antara Ghibran, dan
Farid di ruang tamu wisma Jeddah, di ruang tamu. Mereka tidak tahu, Cak
kandar adalah petugas MCH di Madinah.
Senandung Bukit Cinta 106 |
DudunHamdalah
Rid, apa kamu yang mengedit foto Zul dan Zalwa. Saya melihat ada
photoshop di laptop petugas temus... ujar Ghibran.
Tidak seharusnya kamu berbuat seperti itu, fitnah perbuatan yang lebih
kejam daripada pembunuhan. Percuma kita belajar agama di Kairo, menjadi
petugas haji kalau masih suka mendolimi orang, ujar Ghibran.
Ya, hanya sekali saja. Besok juga tidak diulangi, kasihan lihat Faizal
kasmaran sama Zalwa....
-0-
Pertandingan volley persahabatan digelar. Anak muda itu bermain untuk tim
petugas haji Indonesia melawan tim petugas yang bekerja di Madinatul Hujaj
yang berasal dari orang Saudi, Yaman, Mesir dan sebagainya. Pertandingan ini
merupakan upaya menjalin persahabatan antar umat Islam dan penyegaran
untuk mereka ditengah kepenatan bertugas. Dari petugas MCH Zul, Mas
Bagi si anak muda, ucapan yang keluar dari bibir kecil itu sebuah
lecutan yang mengandung energi besar. Faisal masih di barisan cadangan, dia
menghampiri Zalwa. Tiupan peluit pak Mahmud membuat anak muda itu
tidak memperhatikan apa yang mereka bicarakan. Anak muda itu ingin
bermain sebaik mungkin.
Sebuah umpan lambung Batubara, berhasil di smash anak muda itu dan
masuk. Tepuk tangan bergema. Zul melihat Zalwa, dia mengangkat
Senandung Bukit Cinta 109 |
DudunHamdalah
tangannya sambil tersenyum lebar. Belum pernah anak muda itu melihat
tertawanya selebar itu. Faisal di pinggir lapangan sudah gatal untuk bermain.
Ia merasa permainan Zul masih kalah dengannya. Ia memberi kode pada
Batubara agar diberi kesempatan masuk. Namun Batubara yang ikut bermain
kurang menghiraukan, nampaknya dia masih asyik menikmati permainan itu.
Pertandingan makin panas, skor berjalan imbang. Giliran anak muda itu
menservis bola. Service smashnya mengarah ke pojok kiri. Anak muda itu
sengaja mengarahkan ke si Arab bertempang brewok karena dia menjadi
tumpu kelemahan lawan. Servisnya tajam berhasil masuk dan tak dapat
dikembalikan oleh si Brewok. Skor pun berubah menjadi 14-13 untuk tim
Indonesia. Kini Anak muda itu servis lagi. Namun, tim Arab mengambil time
out dan mengganti si Brewok.
Kali ini servis si anak muda bisa mereka kembalikan dengan baik.
Kemudian terjadi kesalahpahaman antara Batubara dan Badrun sehingga bola
menerjang deras ke pertahanan mereka. Skor sama 14-14. Mereka servis.
Sebuah smash keras tim Saudi berhasil di blok, lalu Badrun mengirim umpan
dan Anak muda itu menyikatnya keras. Masuk, petugas Indonesia pun
menang tipis 15-14.
Semua terdiam. Anak muda itu mencari arah suara itu. Wanita berjilbab
serba hitam di sisi kiri lapangan. Semua orang memperhatikannya, termasuk
Zalwa. Ternyata Faridah datang tak diundang.
Aku tidak tahu, yang jelas mata-mata Faruk di Jeddah ini sangat
banyak, sehingga kamu harus waspada. Lebih baik kamu jauhi Zulaeha,
karena ini tanah mereka.. ujar Faridah.
Senandung Bukit Cinta 111 |
DudunHamdalah
Zul diam menyimak. Tiba-tiba Kohar masuk.
Zul, lu harus turun. Faisal tidak bisa main Volley, tim kita hampir
kalah.
Sebentar Har, saya lagi ada urusan yang tak kalah penting, kata Anak
muda itu.
Kohar pun pergi. Faridah tertawa geli. Ternyata Faridah seorang lawan
bicara yang enak sehingga tidak ada perasaan rendah diri.
Faridah aku bisa minta tolong, kalau ada kirimkan foto Zulaeha ya
yang tidak bercadar..
Zul, tolong bela tim kita. Kita jadi bulan-bulanan lawan, sekarang
skornya sudah 13-2. Dokter Batubara meminta gue supaya ngajak lu
bermain.
Anak muda itu masih diam. Dalam hati dia masih jengkel saat diganti.
Baru saja anak muda itu bangkit, tiba-tiba, kini dokter Batubara masuk
dengan badannya yang loyo.
Anak muda itu bangkit. Faridah pun pamitan karena harus segera
kembali ke apartemen. Padahal Zul masih ingin bicara banyak dengan
Faridah, tentang Zulaeha.
Ketika peluit babak ketiga dibunyikan Kali ini tim Indonesia bermain
takstis. Pertandingan terus berlangsung ketat. Mereka minta time ou saat
skor 12-12. Pertandingan mulai lagi. Kali ini Tim Indonesia tertinggal 12-14.
Batubara minta lagi time out. Ia menyuruh bidan Dedeh memanggil Zalwa.
Zalwa datang. Dia tidak bisa menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
Zalwa mendekati, dan berbisik pada Anak muda itu. Ada ras cembur u ketika
Zul di kantin bersama pramugari muda.
Zul, tim ini sangat bergantung padamu, beri kami kebanggaan untuk oleh-
oleh di tanah air, katanya.
***
Anak muda itu baru sadar setelah terbaring di bangsal kesehatan. Rupanya
Anak muda itu pingsan. Tampak beberapa orang mengerumuninya. Ada
Kohar, pak Mahmud, pak Batubara dan Zalwa.
Zul selamat ya. Kamu adalah pahlawan tim kami. Tanpamu kami sudah
dibuat malu lawan. Kami bangga padamu, ucap pak Mahmud tersenyum
lebar.
Iya, dia bahkan sampai pingsan demi kemenangan tim kita. Separuh
lebih angka yang kita dapat berasal dari bolanya di babak ketiga, ujar Kohar.
Eh dulu kan bapak yang minta Anak muda itu tidak mendekati Zalwa,
canda pak Mahmud.
Pak Batubara pun malu dan menggandeng keluar tangan pak Mahmud
dan Kohar. Kini tinggal Zul dan Zalwa. Rahang anak muda itu masih sakit
kena smash yang telak semalam. Zalwa duduk disampingnya.
Zalwa menangis. Andaikan agama ini tak melarang Anak muda itu ingin
mengusap air matanya. Anak muda itu ingin mendekapnya supaya gadis
cantik itu tidak sedih. Tiba-tiba Kohar datang membawakannya makanan dan
mengajak anak muda itu makan. Zalwa pun permisi karena ada pasien yang
harus dia tangani.
-0-
Setelah menjadi pahlawan kemenangan tim Volley, para petugas haji mulai
respek kembali kepada Zul. Apalagi sayup sayup mereka mendengar
selentingan tentang foto editan yang menyudutkan anak muda itu.
Kali ini Zul datang sendiri, karena Kohar dinas malam di bandara.
Suasana restoran selepas Maghrib cukup sepi. Seorang pelayan menghampiri
dan menanyakan namanya. Lalu dia mempersilakan Zul masuk sebuah ruang
makan di pinggir laut. Zul tak menyangka tempat ini lebih indah
pemandangannya. Gemericik ombak pantai mengiringi malam yang cerah itu.
Sebuah kapal berlabuh di pinggir pantai.
Im fine. Zulaeha had tell about you, you are a journalist, jawab Magdalena.
Menulis itu sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal yang kecil. Untuk
pemula bisa mulai dari pengalaman hidup, catatan perjalanan dan
sebagainya. Misalnya Zulaeha bisa menulis tentang pengalaman menjadi
pramugari di Saudi Airlines. Pasti dua tahun sebagai pramugari memiliki
banyak cerita yang menarik.
Seperti apa cerita yang bisa ditulis, apa setiap hari kita tulis apa saja
yang kita alami. tanya Zulaeha.
Senandung Bukit Cinta 118 |
DudunHamdalah
Bisa, tergantung untuk kepentingan apa? Kalau kita mau membuat
catatan perjalanan atau biografi buat kita sendiri sekecil apa pun harus
ditulis. Tapi kalau kita ingin membuat tulisan untuk konsumsi umum misalnya
Novel, sebisa mungkin yang kita tulis hal-hal yang menarik.
Seperti apa menarik itu? Apa yang kita anggap menarik kan belum
tentu menurut orang lain. ujar Zulaeha.
Ya aku akan bercerita tentang Faruk.... dia ingin menikahiku, tapi aku
tidak mau karena dia sudah beristri. Keberadaannya selalu membayangiku
Senandung Bukit Cinta 119 |
DudunHamdalah
jika bepergian seperti kejaidan semaam di al Manar. Dia seorang Mutawin dan
memiliki banyak anak buah. Kemana pun Aku pergi seolah-olah aku diawasi,
ujar Zulaeha.
Zul diam.
Iya, makanya setiap saya keluar selalu memakai cadar dan pakaian
hitam. Teman-teman pramugari dari Indonesia selalu menolong. Rata-rata
mereka memakai cadar dan berbaju hitam jika bepergian. Sehingga orang-
orang Faruk sulit mengenali.
Pernah. Selain memakai cadar dan berbaju hitam, Kami selalu pergi
berdua keluar supaya mereka tidak punya alasan untuk menangkap. Pernah
teman saya berjalan sendirian tertangkap Mutawin. Dia kira itu saya ,
makanya hanya diberi peringatan saja,
Ya, kamu menyukai aku karena aku mirip dengan gadis dalam
mimpimu kan, kalau tidak bagaimana? jawab Zulaeha.
Senandung Bukit Cinta 120 |
DudunHamdalah
Zul tersentak. Berpikir apa yang akan dia katakan.
Begini Zul, aku menyukai kamu, tapi bukan berarti kita menikah. Kultur
kita jauh berbeda. Kedua, ada Faruk, dialah yang menyelamatkan aku ketika
aku akan diperkosa penjahat di Jeddah. Aku merasa berhutang budi padanya.
Lalu dia melamarku, namun aku belum bisa menerima lamarannya, karena
dia sudah beristri.
Zul mulai paham, namun dia akan berusaha mendapatkan Zulaeha sebelum
janur melengkung.
***
Beres Syech baru saja Zul diamankan saat berduaan dengan gadis
Mesir itu di Chroniche. ujar Syaiful.
Oke, terima kasih Ful, semoga kamu mendapat pahala yang berlipat
ganda...
-0-
Peristiwa yang dialami Zul kali ini lebih luas skalanya ketimbang gosip
ketika dia berduaan dengan Zalwa di bandara. Pertama mereka berdua
ditangkap oleh Mutawin dan harus menjalani prosedur hukum yang berlaku di
Arab saudi. Kedua, Zul ditangkap berduaan dengan gadis Mesir dimana
melibatkan hubungan dengan negara lain. Biasanya Mesir akan menyalahkan
pihak laki-laki dari Indonesia dalam kasus seperti ini.
Karena berita sudah menyebar ke tanah air dan menjadi trending topik
di media sosial yang intinya mengecam kinerja petugas haji membuat gerah
berbagai pihak. Kementerian luar negeri meminta anak muda itu
diselamatkan dari hukuman, sementara kementerian Agama di Jakarta malah
akan menjatuhkan hukuman pada Anak muda itu. Para petinggi Konjen Ri di
Jeddah pun terpaksa rapat untuk membahas kasus ini. Pak Konjen mengajak
para pemimpin Daker Jeddah untuk diskusi menyikapi peangkapan tersebut.
Dia minta dibuktikan, bahwa dia yang mengedit dan menyebarkan foto
itu, ujar Kadaker.
Ya dan dengan pelaku yang sama. Menurut saya kita ikuti saja proses
hukum yang berlaku di sini untuk memberikan efek jera jelas Batubara
geleng-geleng.
Kalau saya, jika itu sudah menyangkut nasib anak bangsa harus kita
bantu, meskipun kita tahu itu salah... ujar pak Mahmud.
Pak Daker, hukuman cambuk di sini 50 kali itu membuat luka yang
menyayat dan sangat sakit tidak seperti di tanah air. Di sini hukuman tidak
main-main. ujar pak Konjen.
Hmmm kalau Zul tak membantu tim volly kita, malas kali aku
membantunya...padahal kita sudah pernah memberi pelajaran tapi tak jera-
jera itu anak, ujar Batubara.
***
Hukuman itu terlalu berat ya akhi, kita kan negara telah lama menjalin
silaturaami dalam ukhuwah Islamiyah. Rasanya hukuman 100 cambuk itu
tidak adil dan akan melukai persahabatan kita, ujar Kadaker.
***
Zalwa pun tersenyum. Bidan gayatri dan beberapa dokter lainnya akhirnya
mengangkat tangan. Namun tidak semua diajak karena tenaga medis masih
dibutuhkan untuk kepulangan jamaah haji.
-0-
Mas Imam dan tim MCH pun menyampaikan bukti-bukti ke Kadaker mengenai
fitnah yang dilancarkan oleh Faizal, antara lain editing Foto saat Zul dan
Zalwa. Cak Kandar membawa rekaman pembicaran Farid dan Faizal. AKhirnya
Kadaker memanggil Farid dan faizal didamping pak Mahmud dan Batubara.
Apa betul kalian yang memfitnah Zul dengan mengedit foto itu? ujar
Kadaker sambil menaruh di meja bukti-buktinya.
Nah terus apa hukumannya pak Kadaker, ini kan fitnah dan akibat
fitnah ini Zul sudah dihukum lho..ujar pak Mahmud.
Sebenarnya seminggu lagi kita sudah selesai bertugas dan kita akan
kembali ke tanah air. Kebetulan saya mempunyai tiket pesawat ke Mesir
besok, barangkali bisa dipakai Faizal
Lho kenapa nggak dibawa ke laut Merah saja 2 hari pakFaizal ini kan
lagi melamar Zalwa, kenapa nggak menunggu saja, nanti kalau diterima
Zalwa macam mana? ujar Batubara.
Pak Mahmud tersenyum, seolah tak percaya Zalwa mau menerima Faizal.
Kan dulu saya sudah bilang tidak ada urusan asmara di sini, kalau
masih ada maka saya akan pulangkan. Saya tidak mengijinkan ada petugas
lamar melamar apalagi pada saat bertugas
Menunggu jawaban kan tidak harus disini Zal.., sekarang kan bisa
komunikasi lewat telepon, sosial media dan sebagainya ujar pak Mahmud.
Senandung Bukit Cinta 129 |
DudunHamdalah
Pak Kadaker mengangguk. Tiba-tiba Farid berbicara.
Oh ternyata, itu ulah kalian juga ya. Ini lah yang membuat heboh
tanah air, ujar Pak Mahmud.
Saya menyesalkan apa yang kalian lakukan, ini sebenarnya lebih berat
dari yang pertama tadi sanksinya. Tapi saya bingung sanksi apa lagi yang
akan aku berikan, karena dikembalikan ke tempat sala itu sudah yang paling
berat.. ujar Kadaker.
***
Di tahanan Zul. Kohar dan Mas Imam datang untuk menjenguk sekaligus
menyampaikan perkembangan berita tentang Faizal yang akan dipulangkan.
Zul lalu bercerita dia diminta membuat pengakuan bersalah oleh polisi
syareat agama. Awalnya dia menolak, karena dia merasa menemui Zalwa
bersama dengan Syaiful dan ada Magdalena. Cuma pada saat mereka pergi
dan tinggal berdua tiba-tiba ada Mutawin datang. Namun jika proses ini
dilanjutkan ke persidangan, maka akan memakan waktu yang lama
sedangkan petugas haji harus pulang ke tanah suci minggu depan. Akhirnya
Zul memberitahu dirinya sudah mengakui kesalahan, dan pilihannya dua,
yakni membayar denda Rp 200 juta atau dihukum cambuk 50 kali. Zul pun
memilih dihukum cambuk karena tidak punya uang.
Saya akan bantu penggalangan dana dan minta bantuan Konjen dan Kadaker
untuk menebus .. ujar Mas Imam.
Zul mengucapkan terima kasih dan setelah itu mas Imam dan Kohar pamitan
***
Karena uang yang dijanjikan tidak segera dibayar, maka Syaiful mengadukan
Abu Senja kepada kakaknya, Abu Wazir yang menjadi Imam di Masjid
Terapung. Abu Wazir sangat murka mendengar pengakuan Syaiful.
Pertama kamu harus minta maaf sama Zul, lalu minta maaf ke Kadaker
Jeddah, nanti setelah itu kamu ke sini lagi ada satu tugas dari saya, baru saya
maafkan
***
Pusat sedang disorot tajam oleh DPR dan KPK mengenai dana haji.
Mereka tidak bisa mengeluarkan dan sembarangan. Apalagi seolah ini
kesannya membela orang yang bersalah. Bahkan muncul petisi di sosial
media menolak membantu membayar uang tebusan untuk Zul yang sudah
difollow ribuan orang. Kemarin pak Direktur sudah memberitahu saya agar
tidak ada penebusan untuk Zul...
-0-
Setelah melihat uang tebusan, dan surat dari gubernur Jeddah maka
hukuman bagi Zul hanya diberikan sebanyak 20 cambukan. Akhirnya Pak
Zul pun ikhlas menerima hukuman 20 cambukan yang akan dia jalani
besok pagi. Pak Konjen didampingi Mas Imam meminta agar Zul sabar dan
kuat menjalani hukuman ini.
***
Hukuman Qishas atas Zul dilaksanakan setelah sholat Jumat. Beberapa orang
memadati lapangan masjid. Sebagian besar petugas asal Indonesia. Tampak
di antara mereka Pak Mahmud, mas Imam dan petugas medis seperti Dr
Batubara dan dokter zalwa yang sudah menyiapkan obat-obatan.
Dulu Zul pernah berkata ingin mecoba Qihos seperti apa, sekarang
terbukti.. ujar kohar.
Ya makanya hati-hati bicara di sini, bisa jadi doa yang dikabulkan ujar
mas Imam.
Tak lama kemudian, Zul digiring sekitar enam orang askar berjalan
menuju tiang Qishas. Beberapa keluarga orang Arab mencemoohnya.
Soleman menenteng kamera. Seorang petugas bersurban membacakan
kesalahan Zul. Dia didakwa melakukan pelanggaran karena di ruang umum
berduaan dengan orang yang bukan muhrimnya dengan hukuman cambuk
20 kali.
Senandung Bukit Cinta 135 |
DudunHamdalah
Zul berdiri dengan tangan diikat di tiang Qishas. Kepalanya menunduk.
Tak lama kemudian sebuah mobil datang. Tampak keluar seorang berbadan
besar dengan pakaian hitam-hitam memegang cambuk. Dia dikawal tiga
askar. Pria itu memakai penutup kepala. Dari jarak sekitar dua meter dari Zul
sang algojo itu siap mencambuk.
Para penonton khidmat mengikuti prosesi itu. Zul maju dua langkah. Dia
menundukkan badannya, bertumpu pada telapak tangan dan dengkul.
Biasanya hukuman cambuk itu dilakukan di punggung terdakwa. Sesaat
kemudian sang algojo memutar cemeti. Seorang petugas dari Saudi memberi
aba-aba.
Kami menghormati Syech, tapi kami mohon maaf hukum Tuhan sedang
dilaksanakan dan tak ada yang bisa menghalangi.
Dengar wahai akhi, dia bukan penjahat, bukan teroris, nabi pun tidak
menghukum seperti yang kamu lakukan. Apakah sudah kamu adili di depan
majelis, apa udah ada bukti-bukti yang mengarah kepada perzinaan. Jangan
bermain-main dengan hukum akhi. Kelak kamu yang akan kena hukum itu.
Masih ingat apa yang kamu lakukan pada Zulaeha di al manar? Apakah aku
boleh ceritakan di depan publik..kata Syech.
Tanpa pikir panjang dia minta agar semuanya bubar. Beberapa petugas
MCH segera menggotong tubuh anak muda yang berlumuran darah, mereka
***
Zul dirawat di pengobatan haji wisma haji Jeddah. Zalwa dan beberapa
bidan membantu membersihkan dan mengobati lukanya. Setelah mulai pulih,
Zul mengisahkan pertemuannya dengan Zualeha sehingga kedatangan para
Mutawin. Anak itu menceritakan tentang Zulaeha seorang gadis yang ada di
mimpinya.
Jadi kamu masih yakin, Zulaeha adalah gadis yang ada dalam
mimpimu..
Ya, maafkan aku Zalwa, kalau mimpi itu tidak ada tentu aku akan
memilihmu. Tapi gadis dalam mimpi itu benar-benar ada.
Ya keyakinan Itu sebenarnya sugesti sih, tapi nanti kita lihat apakah
mimpi kamu atau keyakinanku yang bisa menjadi kenyataan.... tutur Zalwa.
Syaiful mempunyai kenalan seorang Arab Badui, dia sudah ia bayar 200
riyal untuk menemui Abu Senja dan menjebaknya. Abu Wazir kemudian
menghubungi adiknya, untuk menemui Syaiful menjemput seorang Badui di
Balad. Awalnya Abu Senja tidak mau, karena dia masih berhutang pada
Syaiful. Namun ia tidak bercerita kalau mempunyai hutang dengan Syaiful
kepada kakaknya. Namun Abu wazir memaksanya karena orang Badui itu
untuk membantu sementara di masjid Terapung.
Akhirnya Abu Senja pun datang menemui perempuan badui yang legam
kulitnya di sebuah tempat di Balad. Abu Senja kuatir dijebak oleh Syaiful.
Lama ditunggu perempuan itu belum muncul. Kemudian Syaiful sms agar
menemuinya di kios Maliki, pinggiran Balad.
Nah di kios Maliki itu, perempuan Badui itu berteriak dari dalam minta
tolong, sementara Syaiful bersembunyi dari jauh memperhatikan. Abu Senja
sebenarnya malas menolong, namun akhirnya dia masuk ke dalam. Kemudian
Syaiful menutup pintu itu. Perempuan Badui itu mengatakan ada ular di
dalam kios. Abu senja memcari tapi tidak ketemu. Lalu Syaiful melaporkan
pada Mutawin ada dua orang bukan muhrim di dalam kios itu. Akhirnya Abu
Seja dan perempuan Badui itu ditangkap. Abu Senja merasa dijebak oleh
Syaiful. Dari jauh Syaiful melihat Abu senja dan perempuan Badui itu dibawa
oleh Mutawin. Abu wazir sudah berjanji tak akan menebus adiknya tapi akan
menikahkannya.
Zul duduk ,bersama Kohar, Badrun dan Mas Imam. Tiba-tiba melalui
WA, Faridah mengirim foto Zulaeha tanpa mengenakan cadar.
Pada malam itu, atas saran Abu Wazir, Zalwa mengenakan cadar
berwarna hitam. Banyak orang yang tidak tahu bahwa gadis itu Zalwa. Dia
terlihat cantik seperti seorang Arab dengan celak mata memikat. Bahkan Zul
terkejut melihatnya gadis itu. Zul sangat yakin gadis bercadar itu mirip sekali
dengan gadis yang ada dalam mimpinya.
Zul kemudian menghampiri gadis itu. Semua orang pun diam, termasuk
Kohar yang melihat ulah aneh anak muda itu berjalan mendekati gadis
bercadar. Zul bahkan tak mengenali bahwa gadis itu.
Zalwa mengangguk.
Zalwa mengangguk.
Ternyata di tanah suci, tak sengaja pun dikabulkan doanya ya.. apalagi
yang sengaja kata anaka muda itu.
Besok kita ke Jabal rahmah ya, Aku ingin berteriak menyebut namamu
kuat-kuat ujar Zul.
Dari jauh seorang laki-laki tua tersenyum cerah. Dia sudah membawa
surat wasiat dan akan meminta anak muda itu untuk tanda tangan, karena
setelah itu kakek tua tidak akan kembali lagi ke tanah air. Dia akan
mengabdikan sisa hidupnya untuk melayani umat di masjid Terapung, Laut
Merah.
Selesai
Mulai Tahun 2011, Dudun aktif menjadi penulis dan trainer penulisan.
Sebagai penulis dapat dikunjungi di web
http://jasapenulisanbuku.blogspot.co.id dan hingga saat ini sudah
menghasilkan 30 buku, antara lain Buku Biografi, H. Surasa, Mantan Dirut
Bank Bumi Daya, Buku Biografi Ahli Listrik di PLN P3 B Jawa Bali, Buku
Gunung Padang, Buku PT Pembangunan Perumahan, Buku Profil Profesi ITB
Angkatan 1986 dan Buku Rezeki Nomplok sebagainya. Novel yang sudah
ditulisnya yakni; Novel Anak Anak muda Kuat dan Novel Sacred Promise.