Klasifikasi ASA
Klasifikasi ASA
Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah
yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ASA antara
lain :
ASA I : pasien dalam kondisi sehat
ASA II : pasien dengan kelainan sistemik ringan sedang yang tidak berhubungan dengan
pembedahan, dan pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
ASA III : pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA IV : pasien dengan kelainan sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat (mengancam jiwa dengan atau
tanpa pembedahan).
ASA V : pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak.
ASA VI : brain-dead
Jika akan dilakukan operasi darurat dapat mencantumkan tanda darurat E.
Skor
E
Respon membuka mata terbaik mata terbuka spontan 4
mata terbuka oleh seruan/panggilan 3
mata terbuka oleh rasa sakit 2
tidak ada respon membuka mata 1
M
Respon motorik terbaik mematuhi perintah verbal 6
gerakan terarah untuk merespon rasa nyeri 5
menarik anggota badan dari rangsang nyeri 4
fleksi kejang/abnormal 3
postur ekstensor (kaku) thd nyeri 2
tidak ada respon 1
Skor GCS Total (E + M + V) = 3 sampai 15. Intrepretasi atas skor total GCS pada umumnya
adalah sebagai berikut:
* 15 = normal
* 13-15 = cedera kepala ringan
* 9-12 = cedera kepala sedang
* 3 8 = cedera kepala berat
* < 7 = koma
* 3 = koma dengan kematian otak
Manfaat GCS
Manfaat utama GCS adalah sebagai sistem klasifikasi universal untuk derajat keparahan
cedera otak. Hal ini memungkinkan para spesialis saling berkomunikasi lebih mudah karena
mereka mengacu pada patokan yang sama. Namun, validitas skor GCS tergantung pada
beberapa faktor. Skor GCS pada pasien di bawah pengaruh obat/narkoba, memiliki gangguan
wicara atau fungsi mata mungkin perlu interpretasi khusus.
Sumber http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2132379-
apakah-skala-koma-glasgow/#ixzz2McVCbe1a
Definisi :
Peristiwa ilangnya sensasi, perasaan ( panas, raba, posture ) dan nyeri bahkan hilangnya
kesadaran, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan
Trias Anestesi :
1. Analgesia ( Hilangnya nyeri )
2. Hipnotik ( Hilang kesadaran )
3. Relaksasi otot ( Muscle Relaxan )
Persiapan Anestesi :
Tujuan :
1. Mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal
2. Merencanakan & memilih tehnik & obat-obat anestesi yang sesuai
3. Mengurangi angka kesakitan
4. Mengurangi angka mortalitas
Tahap :
1. Informed consent
2. Periksa keadan ummum pasien :
- Anamnesis
- Fisik diagnostik
- Pemeriksaan Lab
- Kelas / status penyakit
3. ASA Menentukan grade operasi
4. Masukan oral dibatasi ( Puasa )
5. Tehnik operasi
6. Resiko operasi
7. Premedikasi
Tujuan Premedikasi :
1. Menenangkan penderita
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memudahkan induksi
4. Mengurangi dosis obat- obat anestesi
5. Menngurangi refleks yang tidak diinginkan
6. Mengurangi sekresi kelainan mulut & saluran nafas
7. Mencegah mual dan muntah pasca bedah
8. Mencegah penderita ingat situasi selama operasi ( menciptakan amnesia )
Tehnik Anestesi :
1. Umum ( Narkose Umum )
2. Lokal / Regional Anestesi
Yang membedakan : Kesadaran
Anestesi Umum
Tehnik :
1. Inhalasi
2. Intravena
3. Intra Muscular
- Pada operasi anak anak
- Operasi yang sebentar
Komplikasi Intubasi :
a. Pada saat intubasi
Sudah terjadi kompilkasi
b. Selama Intubasi
- Aspirasi
- Trauma ggigi geligi
- Laserasi bibir, gusi, laring
- Hipertensi, takikardi
- Spasme Bronchus
c. Setelah Intubasi :
- Spasme laring
- Aspirasi
- Gangguan fonasi
- Edema glotis sunglotis
- Infeksi larinng, faring, trakhea
Anestesi Lokal :
Tehnik :
1. Topikal ( Anestesi permukaan )
2. Infiltrasi lokal
3. Field Block ( Anestesi / lapaangan )
4. Nerve Block ( Block Syaraf )
5. Spinal Block ( LCS )
6. Epidural Block
7. Intravenous local anestesi
Selama operasi harus ada pemantauan ( Tanda tanda vital : yaitu : Tensi, suhu, respirasi,
nadi ). Tujuannya adalah untuk mengurangi terjadinya komplikasi anestesi operasi.
Setelah operasi dilakukan :
Ekstubasi :
RR ( Recovery Room ) Bisa terjadi komplikasi juga. EX : Muntah, tensi tinggi, dll
Di RR : Setelah 2 jam atau kurang dihitung ALDRENE SCORE ( Sadar, tensi stabil, nafas
lagi )
Jika ALDRENE SCORE :
- > 8 Masuk ruang perawatan
- < 7 ICU
Perioperatif :
1. Therapi cairan :
- Maintenance ( Pemeliharaan )
- Resusitasi ( Pasien shock, perdarahan )
2. Therapi darah :
Obat Premedikasi :
1. Golongan antikolinergik
- Atropin
- Scopolamin ( Hyoscine )
- Glycopyrolat
2. Golongan hipnotik sedative
- barbiturat : Phenobarbital ( Luminal )
- Benzodizepine , diazepam
3. Golongan Analgetik narkotik
- Morphin
- Petidin
4. Golongan Transquilizer ( Anti Histamin )
- Phenotiazine : Phenergen
- Chlorpomazine : Largactil
5. Golongan Nevroleptik
- Deperidol
- Dehydrobenzoperidol
Enteral :
Masuk Usus melalui NGT :
- Gastrostomi
- Yeyenostomi
- Illeustomi
TBW :
- Cairan intrasel (40%)
a. Terdiri dari : kalium, Mg, fosfat (kalium paling banyak)
b. Otak, Hb, eritrosit
- Cairan Ekstrasel (20%)
a. Cairan interstisial (antar sel) : 15%
b. Plasma (cairan intravaskular) : 5%
c. Terdiri dari : Na, Cl (Na paling banyak)
Indikasi RJPO :
- Henti jantung
- Henti nafas
Indikasi :
- Post operasi ada gangguan nafas (dekomp kordis)
- Depresi nafas
teknik pemberian
1. Nasal kateter
2. Nasal kanul
3. Fis mas (sungkup) :
- non rebiliting (tanpa balon)
- rebiliting (dengan balon)
Tidal volume : 8 15
Minute volume (MV) = tidal volume x RR
Cardiac output (CO) = stroke volume x RR (5 8 liter)
Spinal
Indikasi :
Untuk pembedahan, daerah tubuh yang dipersyarafi cabang T 4 Kebawah
Kontra Indikasi ;
Kelainan pembekuan darah, syok hypopolemia, septocemia, Peningkatan tekanan
intrakranial, infeksi klulit pada daerah fungsi
Komplikasi :
- Dini : Gangguan pada sirkulasi, respirasi, GIT
- Terjadi kemudian ( Delayed )
Kasus :
- Bedah Illeus, hernia incarcerata
- Kebidanan Plasenta previa, solutio plasenta
- Syaraf Perdarahan intra cranii, fraktur basis cranii
- Mata Trauma Bulbi
Penyakit :
- lambung penuh
- Syok
- Gangguan alektrolit & asam basa
- Kadar gula darah naik
EX : - Insisi Abses
- Sirkumsisi
- Kuretase
- Hernia Inguinalis ( Pada anak )
- Reposisi fraktur
Syarat TM
1. Induksi cepat & lancar
2. Analgesi cukup baik
3. Cukup dalam untuk pembedahan
4. Masa pulih sadar cepat
5. Komplikasi anestesi pasaca bedah luminal
Tehnik Anestesi
- Lokal
- Prokain 1% 2,5%
- Lidokain 0,5% 1%
- Regional
- Intra vena - Block Subarachnoid
- Block regional - Umum
Anestesi Obstetrik :
- Analgesi lokal
1. Spinal
2. Epidural
3. Caudal
4. Paraservcikal
- Komplikasi
1. Aspirasi paru
2. Gangguan respirasi
3. Gangguan kardiovasculer
Anestesi Pediatrik :
Permasalahan :
- Pernafasan - Suhu tubuh
- Kardio sirkulasi - Cairan tubuh
Massa anestesi :
- Intubasi
- Induksi inhalasi
- Induksi intravena
SEJARAH ILMU ANESTESI
Latar Belakang
Pada abad ke 11, efek anestesi dari air dingin dan es mulai
ditemukan. Pada pertengahan abad ke 17, Marco Aurelio Severino
medeskripsikan anestesi kulkas meletakan salju dalam garis
paralel melintasi lapangan insisi, dia dapat membuat tempat
operasi menjadi tidak bersensasi dalam beberapa menit. Teknik
ini tidak pernah menjadi terkenal, mungkin karena tantangan dari
penyimpanan salju tahunan yang tidak cukup.