Anda di halaman 1dari 15

ANESTESI UMUM (GENERAL ANESTHESIA = GA)

by dr.Yusmein Uyun,SpAn

Sabtu, 28 Mei 2011

Edited by Anggi Apriansyah p

Assalamualaikum wr.wb.. sebelum mulai baca kuliah tentang General anestesi say bismillah
dulu,.,,, okay cuss liat materinya, cekidot..

PENDAHULUAN
Anestesi Umum :
Menghilangkan nyeri
Tidak sadar
Amnesia
Reversibel
Dapat diprediksi
Sinonim dengan narkose / bius
Note:
Anestesi umum / General anestesi adalah suatu tindakan medis dimana tujuan
utamanya adalah menghilangkan nyeri. Bedanya dengan anestesi regional
adalah pada anestesi umum pasien dalam keadaan tidak sadar sedangkan pada
anestesi regional pasien tidak merasakan nyeri tapi masih sadar. Anestesi umum
juga mempunyai karakteristik menyebabkan amnesia bagi pasien yang bersifat
anterograd yaitu hilang ingatan kedepan maksudnya pasien tidak akan bisa ingat
apa yang telah terjadi saat dia dianestesi / operasi, sehingga saat pasien bangun
dia hanya tau kalo dia tidak pernah menjalani operasi. Kebalikan dari anterograd
adalah retrograde yaitu pasien akan hilang ingatan atas semua yang terjadi pada
pasien tersebut contohnya dia lupa dengan keluarganya, lupa nama sendiri dll.
Karakteristik selanjutnya adalah reversible yang berarti General anestesi akan
menyebabkan pasien bangun kembali tanpa efek samping. General anestesi juga
dapat diprediksi lama durasinya dengan menyesuaikan dosisnya.
Komponen ideal anestesi umum
1. Hipnotik
2. Analgesi
3. Relaksasi otot
( pilar anestesi )
Note:
General anestesi memiliki komponen ideal sperti yang disebutkan diatas, tetapi
tidak semua General anestesi harus memiliki 3 pilar tersebut. Minimal yang harus
ada adalah hipnotik dan analgesi.
Teori anestesi umum
Meyer dan Overton (1889) : korelasi kelarutan lipid dan potensi
Note:
Teori Meyer-Overton menggambarkan hubungan antara kelarutan lipid dan MAC
(monitored anesthesia care). Efek Anestesi akan muncul apabila molekul anestesi
berikatan dengan membrane lipid kemudian akan bisa bereaksi kejaringan dan
berhasil menimbulkan efek anestesi.

Fergusson (1939) ; teori gas inert, potensi analgesi gas berbanding


terbalik dengan tekanan gas, reaksi kimia neg., tergantung molekul
Bebas aktif
Pauling (1961) ; teori kristal mikro hidrat, interaksi dengan molekul
diotak
Trudel (1963) ; interaksi dengan membran lipid (mengganggu
membran)
Note:
Pada teori ini berbeda dengan teori meyer dan overton karena molekul anestesi
disini tidak hanya larut dalam membrane lipid tetapi juga akan mengganggu
membrane dengan cara merusaknya. Seperti kita tahu bahwa membrane sel terdiri
dari 3 lapisan yaitu lipid-protein-lipid, nah molekul anestesi akan menghancurkan
membrane lipid terlebih dahulu kemudian akan bereaksi dengan jaringan sehingga
menimbulkan efek anestesi.

Vaskularisasi Jaringan
- Kaya pembuluh darah ; otak, jantung, ginjal hati dan paru
- Miskin pembuluh darah : jaringan lemak, tulang, tendo, subkutis dsb
Note :
Selain berpengaruh dengan membrane lipid, efek anestesi juga berpengaruh pada
vaskularisasi. Efek anestesi general yang pertama kali muncul biasanya adalah efek
hipnotik karena anestesi tersebut mendepres otak yang kaya akan pembuluh darah.

METODE ANESTESI
1. Parenteral
2. Perektal
3. Perinhalasi
Note :
Obat obat anestesi umum bisa diberikan melalui Perenteral (Intravena,
Intramuscular), perektal (melalui anus) biasanya digunakan pada bayi atau anak-
anak dalam bentuk suppositoria, tablet, semprotan yang dimasukan ke anus.
Perinhalasi melalui isapan, pasien disuruh tarik nafas dalam kemudian berikan
anestesi perinhalasi secara perlahan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Respirasi
2. Sirkulasi
3. Jaringan
4. Sifat fisik
5. Lain lain
Note:
Banyak sekali faktor2 yang mempengarui anestesi yaitu diantaranya (Sama dgn
atas) mari bahas satu persatu. (Respirasi sirkulasi dan jaringan) Respirasi
sebagai jalan masuknya obat anestesi khusunya metode inhalasi. Obat yang
terinhalasi melalui proses inspirasi akan mencapai paru dibagian alveoli. Setelah
dialveoli obat anestesi akan mencapai konsentrasi tertentu hingga cukup kuat untuk
menyebabkan proses difusi kedalam sirkulasi dan disebarkan keseluruh tubuh /
jaringan. Apabila anestesi tersebut masuk ke organ yang kaya pembuluh darah
akan cepat efek yang muncul seperti pada otak yang memiliki vaskularisasi yang
banyak sehingga muncul efek hipnotik/tidur selain itu pada jantung akan
menyebabkan perubahan hemodinamik karena jantung terdepresi oleh obat
anestesi. Kemudian sifat fisik dari obat anestesi berdasarkan masing2 metode
pemberian yang sudah dijelaskan tadi juga berbeda yang disebut koefisien.
Contohnya pada metode inhalasi sifat fisiknya/koefisienya kita sebut koefisien gas
darah karena obat masuk ke alveoli dalam bentuk gas dan kemudian masuk ke
sirkulasi bercampur dgn darah. Untuk yang dari darah ke jaringan kita sebut
koefisien jaringan darah. Untuk factor yang lain seperti ventilasi dan suhu
tubuh. Semakin sering kita memberikan ventilasi/ memberikan pernafasan
melebihi pernafasan normal (menggunakan bag mask) maka efek anestesinya lebih
cepat terjadi. Kemudian suhu tubuh pasien juga berpengaruh, semakin rendah suhu
tubuh maka akan semakin cepat efek anestesi terjadi.

STADIUM ANESTESI
1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)
2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)
3. Stadium III
4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)
Note:
Dalam memberikan anestesi kita perlu mengetahui stadium2 anestesi untuk
memonitoring sejauh mana pasien bisa diberikan intervensi seperti pembedahan.
Untuk lebih jelasnya baca yg dibwah ini.
1. Stadium I
Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat
anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat
mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan
pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan
pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya reflex bulu
mata (untuk mengecek reflek tersebut bisa kita raba bulu mata)
2. Stadium II
Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai
dengan pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+),
pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri
dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata.
3. Stadium III
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya
pernafasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan,
hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan
dengan mudah.
4. Stadium IV
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti
kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Jangan sampai
pasien melewati stadium 4 ini ya teman-teman. Kalo sampe stadium 4 berarti ada
kedalaman anestesi yang berlebihan.

MACAM & TANDA REFLEK PADA MATA


Reflek pupil
Reflek bulu mata
Reflek kelopak mata
Reflek cahaya
Note :
I. Reflek pupil
Pada keadaan teranestesi maka reflek pupil akan miosis apabila anestesinya
dangkal, midriasis ringan menandakan anestesi reaksinya cukup dan baik/ stadium
yang paling baik untuk dilakukan pembedahan, midriasis maksimal menandakan
pasien mati.
II. Reflek bulu mata
Reflek bulu mata sudah disinggung tadi di bagian stadium anestesi. Apa bila saat
dcek reflek bulu mata (-) maka pasien tersebut sudah pada stadium 1.
III. Reflek kelopak mata
Pengecekan reflek kelopak mata jarang dilakukan tetapi bisa digunakan untuk
memastikan efek anestesi sudah bekerja atau belum, caranya adalah kita tarik
palpebra atas ada respon tidak, kalau tidak berarti menandakan pasien sudah
masuk stadium 1 ataupun 2.
IV. Reflek cahaya
Untuk reflek cahaya yang kita lihat adalah pupilnya, ada / respon tidak saat kita
beri rangsangan cahaya.

KONTRA INDIKASI ANESTESI UMUM


1. Mutlak :dekomp.kordis derajat III IV ; AV blok derajat II total (tidak
ada gelombang P)
2. Relatif ; hipertensi berat/tak terkontrol (diastolic >110), DM tak
terkontrol, infeksi akut, sepsis, GNA

Note:
Kontra indikasi mutlak ialah pasien sama sekali tidak boleh diberikan anestesi
umum sebab akan menyebabkan kematian, apakah kematian DOT (death on the
table) meninggal dimeja operasi atau selain itu. Kemudian kontra indikasi relative
ialah pada saat itu tidak bisa dilakukan anestesi umum tetapi melihat perbaikan
kondisi pasien hingga stabil mungkin baru bisa diberikan anestesi umum.

TEHNIK ANESTESI UMUM


I. SUNGKUP MUKA (fask mask) nafas spontan
Indikasi
Tindakan singkat ( - 1 jam )
Keadaan umum baik ( ASA I II )
Lambung harus kosong
Prosedur
1. Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
2. Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
3. Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat
penenang) efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine; analgesia: opioid,
non opioid, dll
4. Induksi
5. Pemeliharaan

Note:

Pada saat pasien tertidur karena efek anestesi parenteral/infuse langsung kita beri
sungkup muka/face mask disesuaikan dengan bentuk wajah/umur. Tambahan
mengenai status fisik berdasarkan American Society of Anesthesiologist (ASA):

ASA I : Pasien normal (sehat)


ASA II : Pasien ada kelainan sistemisk ringan (missal Hb 9, Angka leukosit naik
sedikit, ada infeksi ringan)
ASA III : kelainan sistemik berat + capacitance (pasien DM, hipertensi tapi masih
bisa duduk)
ASA IV : kelainan sistemis berat + incaoacitance (misalnya pasien dengan
decomp cordis derajat 3 dan hanya bisa berbaring di tempat tidur saja
ASA V : dengan atau tanpa operasi diperkirakan meninggal dalam 24 jam
ASA VI : Mati Batang otak untuk donor organ

Salah satu indikasi Sungkup muka adalah Lambung kososng/ pasien disuruh puasa
selama 6-8 jam dengan harapan lambung sudah kosong dalam rentang waktu tsb.
Kenapa lambung harus kosong? Karena ditakutkan terjadi
reflux/regurgitasi,mengapa bisa demikian? Karena terjadi relaksasi semua otot
diakibatkan efek anestesi umum khususnya otot yang bekerja di traktus digestivus
sehingga makanan bisa naik dan bisa terjadi aspirasi.

II. INTUBASI ENDOTRAKEA Dengan NAFAS SPONTAN


Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET=
endotrakheal tube) kedalam trakea via oral atau nasal
Indikasi ; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian
leher dan kepala)
Prosedur :
1. Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil
dgn durasi singkat)
2. Intubasi setelah induksi dan suksinil
3. Pemeliharaan

III. INTUBASI DENGAN NAFAS KENDALI (KONTROL)


Tehnik sama dengan diatas
Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)
Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat diulang pemberiannya

Note:

Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol


pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12-20 x permenit. Setelah operasi
selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa nafas spontan kemudian kita akhiri efek
anestesinya.

Paska Pembedahan
Periode sangat penting
Observasi dan monitor tanda vital (tensi, nadi, Saturasi Gas)
Pengendalian nyeri post pembedahan
Hipoksia Pengembalian keruangan

Note:

Pada paska pembedahan harus dilakukan monitoring yang lebih ketat, karena tidak
jarang pasien saat masih berada dibawah efek anestesi dalam kondisi aman aman
saja ternyata pada saat pasca pembedahan terjadi masalah di Respirasi Ratenya.

SYARAT JALAN NAFAS PADA ANESTESI UMUM


Airway bebas dan nafas harus lancar
Guedel atau ET digunakan apabila nafas dan airway tidak lancar
Hati-hati obstruksi
Tanda-tanda obstruksi parsial
Stridor
Retraksi otot-otot dada
Nafas paradoksal
Kembang kempis balon lemah
Nafas makin berat
Sianosis
Tanda-tanda obstruksi total
1. Retraksi lebih jelas
2. Gerak paradoksal lebih jelas
3. Kerja otot meningkat
4. Sianosis lebih cepat timbul
Sebab-sebab obstruksi
1. Lidah jatuh
2. Lendir yang terdapat dijalan nafas
3. Spasme laring (penutupan epiglottis dan penyempitan plica vocalis)

Langkah-langkah Penanggulangan
Langkah 1
Kepala ekstensi (kasih bantal atau gulungan kain di bahu / head tilt)
Triple airway maneuver ( head tilt, chin lift and jaw thrust)
Langkah 2
Pengisapan lendir
Cegah aspirasi
Tredelenburg
(Dalam posisi Trendelenburg tubuh diletakkan datar pada (posisi terlentang) k
emudian diangkat dengan kaki lebih tinggi dari kepala) tujuanya untuk
mencegah aspirasi. Makanan / cairan yang keluar dari lambung aan keluar
dan untuk mencegah terjadinya aspirasi maka cairan yang keluar kita suction
pada saat sudah sampai mulut.
Langkah 3
Pasang infuse
Posisi tetap ekstensi
Bila langkah 1,2 dan 3 masih obstruksi (+) Kemungkinan ada spasme laring.
Pada anestesi umum menunjukan anestesi dangkal

Tindakan selanjutnya :
a. Ventilasi dibantu dan dalamkan anestesi
b. Berikan obat pelemas otot
Bila cara diatas gagal dipertimbangkan Langkah 4, 5 dan 6

Langkah 4
Intubasi trakea ; sulit dan traumatis, pakai pelemas otot, nafas harus dikendalikan
Langkah 5
Krikotirotomi ; bila alat intubasi (-) atau intubasi tak mungkin dilakukan
Caranya : tusukan jarum besar misalnya No.14 diantara tulang rawan krikoid
tiroid cegah asfiksia
Langkah 6
Trakeostomi bukan tindakan sangat darurat
Indikasi : pasien yang membutuhkan bantuan nafas jangka panjang ; obstruksi
jalan nafas karena tumor, stenosis ; operasi tumor dekat jalan nafas

INTUBASI TRAKEA
Indikasi :
1. Mempermudah anestesi umum
2. Mempertahankan jalan nafas dan kelancaran pernafasan
3. Cegah aspirasi
Pengisapan sekret
Ventilasi mekanik jangka lama
4. Mengatasi obstruksi laring
5. Anestesi umum pada operasi dengan nafas kontrol, operasi posis miring,
tengkurap dll

Persiapan:
1. Persiapan alat-alat yang dibutuhkan seperti laringoskop, ET, stilet dll
2. Masih siap pakai / atau alat bantu nafas
3. Obat-obat induksi seperti ; pentotal, ketalar, diprivan dll
4. Obat-obat pelumpuh otot seperti suksinil kolin, trakrium, pavulon dll
5. Obat darurat seperti ; adrenalin (efinefrin ), SA & mielon dll

Tehnik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin fasikulasi (+)
3. Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1 mnt
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorong
kepala sedikit ekstensi mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit demi
sedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok) atau
angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )
8. Temukan pita suara warnanya putih dan sekitarnya merah
9. Masukan ET melalui rima glottis
10.Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu nafas ( alat
resusitasi )

Airway Cause of
Anatom Airway
y
ion
Note:
Perbanding Gambar anatomi jalan nafas yang normal (kiri) dan yang terjadi
obstruksi (kanan). Pada kasus obstruksi biasanya disebabkan oleh lidah yang jatuh
menutupi jalan nafas pada saat pasien tidak sadar. Sedangkan pada saat pasien
sadar lidah masih bisa dikontrol.

Note:
Apabila ada pasien tidak sadar dan kita curiga ada sumbatan jalan nafas kita bisa
melakukan maneuver emergency Head tilt and Chin lift (non cedera servikal)
apabila pasien suspect cedera servikal maneuver yang dilakukan adalah jaw thrust.

No
cervic
al Note:
Manuver2 untuk menjaga jalan nafas agar tetap

spine
terbuka dengan cara kepala diektensikan dengan
catatan pasien non cervical injury

injury
Note:
untuk pasien
cedera spinal
hanya boleh
dilakukan jaw
thrust
Note:
Macam facemask

Orop
Nasop Orop
Note:

Oropharyngeal airway/gudel

haryng
hary
fungsinya menjaga agar lidah

eal hary tidak jatuh kebelakang dan


pada saat dipasang ET, tube
tidak tergigit. Cara

ngea
tube ngeal
memasukanya adalah
lengkungan gudel diarahkan ke
palatum kamudian diputar

l
inserti
kearah lidah sambil didorong

Orop
on
tube kedalam.

airw
hary Laryng
ay
ngea Note:

Ini adalah alat baru, prinsipnya


eal
l mask
hampir sama dengan ET. Jadi ujung tubenya
hanya sampai didepan trachea.

tube inserti
inser on
tion

Orotr
ache
al Note:

tube
Ini cara pemasangan ET, penjelasan dan tehnik
mengunakan laryngoskop dll bisa dlihat di halaman
sebelumnya tentang prosedur intubasi.

inser
Nasotr Note:

tion Ini melalui nasal

acheal
tube
Anatomic
inserti
relations
on
for
laryngosc
endotrac
heal
intubatio
n

Note:

Ada beberapa macam axis yaitu laryngeal axis, pharyngeal axis, oral axis. Pada
kondisi obstruksi jalan nafas akan terjadi perubahan axis.

Note:

Cara penggunaan laryngoscope yang benar adalah didorong bukan diungkit karena
ditakutkan akan menyebabkan gigi patah, yang dicari adalah epiglotis

Note :

Tehnik
Breathing pemberian support pernafasan
menggunakan ampu bag.

Support
Back
Back
Note:

Ini adalah maneuver yang


blows in digunakan apabila ada

infant & blow


small
children s
sumbatan yang disebabkan benda asing. Dengan memberikan tekanan dari
belakang.

Abdom
inal
thrusts
(Heimli Note:

ch
Tujuan maneuver hemlich sama dengan maneuver back
blows. Akan tetapi prosedurnya berbeda (lihat gambar).
Apabila kita berikan tekanan pada dada/bagian

maneu abdominal maka akan menyebabkan tekanan intra


thoracal/abdominal meningkat sehingga diharapkan
benda asing t\yang menutupi airway bisa keluar.
ver)
Needle
cricothy
roidoto
my
Note:

Untuk melakukan cricothyroidotomi kita perlu tahu letak anatominya.cari thiroidnya


kemudian dibawah thyroid ada sebuah cekungan, nah disitu letak penusukanya
menggunakan jarum. Setelah masuk maka bisa kita lakukan baging dengan syarat
ada kita pasang connectornya dulu, selain baging juga bisa langsung dihubungkan
dengan tabung oksigen.

Note:

Ini semacam alat ventilator. (dokternya


tidak menjelaskan lebih detail

Gas
Note :

Ini gambaran pertukaran udara di paru2.

exchan
a. Terjadi obstruksi di jalan nafas
b. Airway normal
c. Ada sumbatan di sirkulasinya

ge
Mallam Note :

pati
classifi
cation
Untuk menentukan mudah sulinya kita melakukan intubasi adalah berdasarkan
mallampati classification.

Class I lebih mudah / paling mudah


Class II & III hamper menutup
Class IV bentuk yang paling sulit untuk dilakukan intubasi

Alhamdulillah akhirnya selesai juga ada pertanyaan, kritik atau saran bisa
langsung hubungi editor yang bersangkutan. Trimakasih dan wassalam. ^_^

Anda mungkin juga menyukai