Hukum Bisnis Materi CV
Hukum Bisnis Materi CV
PERBEDAAN CV dengan PT
CV berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar
sebesar Rp. 50.000.000,- dan harus di setor ke kas Perseroan minimal
25%, sedangkan untuk CV tidak ditentukan jumlah modal minimal. Jika
modal awal tidak terlalu besar, saya sarankan dapat memilih CV
sebagai alternatif badan usaha yang memadai.
Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah PT ber-Badan
Hukum, yang dipersamakan kedudukannya dengan orang dan
mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya.
PT dapat bertindak keluar baik di dalam maupun di muka pengadilan
sebagaimana halnya dengan orang, serta dapat memiliki harta
kekayaan sendiri. Sedangkan CV tidak ber-Badan Hukum, dan
kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Karakteristik CV yang tidak dimiliki Badan Usaha lainnya adalah: CV
didirikan minimal oleh dua orang, dimana salah satunya akan
bertindak selaku persero aktif (persero pengurus) yang nantinya
sebagai Direktur, sedangkan yang lain akan bertindak selaku Persero
Komanditer (Persero diam). Seorang persero aktif akan bertindak
melakukan segala tindakan pengelolaan atas Perseroan dengan
demikian dalam hal terjadi kerugian maka Persero Aktif akan
bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh harta pribadinya
untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga. Sedangkan
untuk Persero Komanditer, karena dia hanya bertindak selaku sleeping
partner, maka dia hanya bertanggung jawab sebesar modal yang
disetorkannya ke dalam CV.
Perbedaan lain yang cukup penting adalah dalam melakukan
penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak
disebutkan pembagiannya seperti halnya PT. Sehingga, para persero
harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, atau
membuat catatan yang terpisah.
PROSEDUR MENDIRIKAN CV
CV dapat didirikan dengan syarat pendirian oleh 2 orang,
menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia. Walaupun
dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa
pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris.
Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat
datang ke kantor Notaris dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV,
tidak diperukan adanya pengecekan nama CV terlebih dahulu. Oleh
karena itu prosesnya akan lebih cepat dan mudah.
Beberapa syarat yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris
adalah:
Nama CV
Tempat kedudukan CV
Orang yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan orang yang akan
bertindak selaku persero diam/pasif.
Maksud dan tujuan yang spesifik CV
Untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di
daftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dengan membawa
kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama CV yang bersangkutan.
Apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan
untuk keperluan tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat
lainnya yaitu:
Sumber: http://www.ekonomi-holic.com/2012/04/bagaimana-cara-
mendirikan-cv.html#ixzz2hzMTzLyW
FIRMA
Posted on Oktober 27, 2010 by agrma
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah:
perserikatan dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga
disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan
usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama.
Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-
masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai
yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perseroan Komanditer yang biasa disingkat CV (Comanditaire Vennootschap) ini adalah
suatu Bentuk Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para Pengusaha Kecil dan
Menengah (UKM) sebagai bentuk identitas organisasi Badan Usaha di Indonesia.
Rancangan Undang-Undang (RUU) Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan
Hukum juga mengatur persekutuan komanditer, atau yang lazim dikenal dengan CV.
Menurut Pasal 1 butir 5 RUU, CV adalah badan usaha bukan badan hukum yang
mempunyai satu atau lebih sekutu komplementer dan sekutu komanditer. Sekutu
komplementer berhak bertindak untuk dan atas nama bersama semua sekutu serta
bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng. Namun sekutu ini
bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi. Hal ini terjadi jika harta CV tidak
cukup untuk membayar hutang saat CV bubar.
Jika CV bubar maka sekutu komplementer yang berwenang melakukan likuidasi, kecuali
ditentukan lain dalam perjanjian atau rapat sekutu komplementer. Jika setelah dilikuidasi
masih terdapat sisa harta CV, maka dibagikan kepada semua sekutu sesuai dengan
pemasukan masing-masing.
Sementara sekutu komanditer yang tidak boleh bertindak atas nama bersama semua
sekutu dan tidak bertanggungjawab terhadap pihak ketiga melebihi pemasukannya. Jadi
harta kekayaan pribadinya terpisah dari harta CV. Itulah sebagian aturan baru dalam RUU
menyangkut CV. Selama ini, yang banyak dipakai sebagai rujukan adalah KUHD (Kitab
Undang-undang Hukum Dagang).
Pengertian CV dijelaskan dalam Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD). Dalam pasal itu disebutkan bahwa CV adalah perseroan yang terbentuk dengan
cara meminjamkan uang, yang didirikan oleh seseorang atau beberapa orang persero yang
bertanggung jawab secara tanggung renteng dan satu orang pesero atau lebih yang
bertindak sebagai pemberi pinjaman uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian
pinjaman modal atau biasa disebut inbreng, dapat berbentuk selain uang, misalnya benda
atau yang lainnya.
Dari ketentuan pasal itu terlihat bahwa di dalam CV terdapat dua alat kelengkapan, yaitu
pesero yang bertanggung jawab secara tanggung renteng (pesero aktif, pesero
komplementer) dan pesero yang memberikan pinjaman uang (pesero pasif, pesero
komanditer), Persero Aktif ; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk
mengelola perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur. Sedangkan Pesero Pasif ; adalah
orang yang mempunyai tanggung jawab sebatas modal yang ditempatkan dalam
perusahaan, yaitu sebagai Pesero Komanditer.
Perbedaan pandangan mulai muncul ketika membicarakan mengenai tata cara pendirian
CV. Tidak seperti badan usaha Firma, yang cara pendaftarannya dijelaskan di dalam
KUHD, tata cara pendaftaran CV justru tidak diatur di dalam KUHD.
Sebagian akademisi dan praktisi hukum berpendapat, persekutuan komanditer dapat
didirikan hanya berdasarkan perjanjian di bawah tangan. Artinya, perjanjian cukup
dilakukan di antara para pesero komplementer dan pesero komanditer. Sementara
sebagian yang lain berpendapat sebaliknya, dimana pendirian sebuah CV haruslah
melalui akta otentik di hadapan notaris. Setelah itu, akta pendirian harus didaftarkan ke
Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan di dalam Tambahan
Berita Negara RI. Pada praktiknya di Indonesia, pandangan yang terakhir disebutkan
yang lazim dipraktikkan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian persekutuan komanditer
2. Dasar hukum CV
3. Tata Cara Pendirian
4. Hak kewajiban dan tanggung jawab
5. Berakhirnya persekutuan komanditer
6. Contoh Akta CV
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini tidak lain untuk menunjang proses belajar bagi Mahasiswa
pada mata kuliah hukum Perusahaan.
D. Manfaat Penulisan
Harapan penulis setelah disusunnya makalah ini ialah mahasiswa lebih memahami
tentang apa Persekutuan komanditer dan hal-hal yang berkaitan mulai dari pendirian
hingga berakhirnya persekutuan tersebut. Dan penulis sangat berharap makalah ini dapat
berkontribusi khususnya dalam perkuliahan hukum Perusahaan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Dasar Hukum
Persekutuan firma diatur dalam pasal 16 s/d 35 KUHD. Tiga diantara pasal-pasal itu,
yakni pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 ayat (1)
KUHD berbunyi: De vennootschap bij wijze van geldschieting, anders an comanndite
genamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk vor het
geheel aansprakelijke vennoten, en eene of meer andere personen als geldschieters.
(persekutuan secara melepas uang, yang juga disebut persekutuan komanditer, didirikan
atas satua atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan
dengan satu atau beberapa orang pelepas uang).
Letak aturan persekutuan komanditer yang ada di tengah-tengah aturan mengenai
persekutuan firma, yaitu pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan
komanditer di tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah
sepatutnya, karena persekutuan komanditer itu juga persekutuan firma dengan bentuk
khusus. Kekhususannya itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada
persekutuan firma tidak ada. Pada persekutuan firma hanya ada sekutu sekutu kerja
firmant, sedangkan dalam persekutuan komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada
sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan
pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.
B. Pengertian Perseroan Komanditer
Menurut pasal 19 KUHD menyebutkan, bahwa perseroan komanditer adalah suatu
perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang atau beberapa
orang pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung-jawab untuk seluruhnya
(tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang
(geldscheiter) pada pihak yang lain.
Pada dasarnya persekutuan komanditer (Commanditaire Vennotschap) adalah
persekutuan firma yang mempunyai satu atau lebih sekutu komanditer. Sekutu
komanditer sendiri adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau barang sebagai
pemasukan (inbreng) pada persekutuan dan ia tidak turut serta dalam pengurusan atau
penguasaan dalam persekutuan.
Status seorang sekutu komanditer itu dapat disamakan dengan seseorang yang menitipkan
modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari uang, benda
atau tenaga pemasukannya itu saja, sedangkan Ia sama sekali lepas tangan dari
pengurusan perusahaan. Dalam undang-undang sekutu komanditer itu diseut juga
geldschieter (pelepas uang).
Pada pelepasan uang (geldschieter) uang atau benda yang telah diserahkan kepada orang
lain (debitur) masih dapat dituntut kembali bila si debitur jatuh pailit, tetapi pada uang
atau benda yang telah diserahkan oleh sekutu komanditer kepada persekutuan, bila
persekutuan itu pailit, tidak dapat dituntut kembalinya.
Persekutuan komanditer memiliki dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu tidak
kerja (stille vennot). Sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah sekutu yang menjadi
pengurus persekutuan, sedangkan sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak
mengurus persekutuan. Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja masing-masing
memberikan pemasukannya, yang berwujud uang, barang atau tenaga (fisik atau fikiran)
atas dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul bersama antara sekutu kerja
dengan sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada
modal yang disanggupkan untuk dimasukkan.
Pasal 19 KUHD menyebutkan sebagai persekutuan dengan jalan peminjaman uang
(geldscheiter) atau disebut juga persekutuan komanditer yang diadakan antara seorang
sekutu atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya dan seorang
atau lebih sebagai sekutu yang meminjam uang.
H.M.N Purwosudjipto tidak menyetujui penggunaan istilah orang yang meminjamkan
uang atau pelepas uang (geldscheiter) untuk menyebut sekutu komanditer. Sekutu
komanditer tidak sama dengan pelepas uang.
C. Jenis Persekutuan Komanditer
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa bentuk persekutuan komanditer. Pertama
adalah persekutuan komanditer murni. Dalam bentuk yang paling sederhana ini, hanya
terdapat satu pesero komplementer dan beberapa pesero komanditer.
Bentuk yang kedua adalah persekutuan komanditer campuran. Bentuk ini biasanya terjadi
pada persekutuan firma yang sedang membutuhkan tambahan modal. Pihak yang mau
memberikan tambahan modal itu bertindak sebagai pesero komanditer. Sementara pesero
firma secara otomatis akan menjadi pesero komplementer.
Sedangkan bentuk ketiga dari CV adalah persekutuan komanditer bersaham. Dalam
bentuk ini, perseroan menerbitkan saham dengan tujuan untuk memudahkan penarikan
kembali modal yang telah disetorkan. Tiap pesero komplementer dan komanditer
memegang saham yang tidak dapat diperjualbelikan ini.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pertanggungjawaban Hukum
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh para pesero
aktifnya. Mereka-lah yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan pengurusan atau
bekerja di dalam perseroan tersebut. Bahkan jika ditarik lebih jauh, para pesero
komplementer ini juga dapat dimintakan tanggung jawab secara tanggung renteng atas
perikatan-perikatan perseroanya.
Di sisi lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20
KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh melakukan tindakan
pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada pemberian
kuasa sekalipun.
Implikasinya, pesero komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian yang
jumlahnya lebih besar dari modal yang disetorkannya ke perusahaan. Namun jika pesero
komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan pesero
komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21
KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap
semua utang dan perikatan perseroan tersebut.
B. Prosedur Pendirian Perseroan Komanditer (CV)
Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang sebagai
Pendiri Perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai Pemilik Perseroan yang terdiri
dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif. Para Pendiri CV haruslah Warga Negara Indonesia
dan kepemilikan perseroan 100% dimiliki oleh pengusaha lokal artinya keikutsertaan
Warga Negara Asing tidak diperbolehkan.
Setiap Pendirian CV harus dibuat dengan AKTA OTENTIK sebagai AKTA PENDIRAN
dan dilakukan oleh Notaris yang berwenang di wilayah Republik Indonesia. Yang harus
di lakukan pertama kali untuk mendirikan Perseroan Komanditer (CV) adalah
menetapkan Kerangka Anggaran Dasar Perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan AKTA
OTENTIK sebagai AKTA PENDIRIAN oleh Notaris yang berwenang.
Kerangka Anggaran Dasar Perseroan Meliputi;
1. Pendiri Perseroan
Harus menetapkan Nama Para Pendiri Perseroan dengan ketentuan seperti dibawah ini;
a. Jumlah Pendiri minimal 2 (dua) orang dan Warga Negara Indonesia.
b. Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai Direktur
atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka
salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama.
2. Nama Perseroan
Harus menetapkan Nama dan Tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usaha;
a. Pemakaian nama Perseroan Komanditer tidak diatur oleh secara khusus oleh
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah artinya Kesamaan atau Kemiripan nama
perseroan di perbolehkan.
b. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan
menyebutkan nama Kota/Kabupaten sebagai tempat Perseroan melakukan kegiatan
usahadan sebagai kantor pusat perseroan.
3. Maksud & Tujuan serta Kegiatan Usaha
Harus menetapkan Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha seperti dibawah ini;
a. Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan
perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para
pendiri perseroan. Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan
dengan ketentuan harus berbadan hukum PT.
b. Untuk memudahkan anda kami menyediakan informasi mengenai Maksud dan
Tujuan serta Kegiata Usaha Perseroan.
4. Modal Perseroan
Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (AKTA PENDIRIAN) tidak disebutkan
besarnya jumlah Modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor. Penyebutan
besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) atau Izin Operasional lainnya.
5. Pengurus Perseroan
Anda harus menetapkan siapa saja yang akan menjadi Pengurus Perseroan yaitu ; Pesero
Aktif dan Pesero Pasif.
a. Persero Aktif; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk
mengelola perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur.
b. Persero Pasif; Adalah orang yang mempunyai tanggung jawab sebatas modal yang
ditempatkan dalam perusahaan, yaitu sebagai Pesero Komanditer.
Setelah langkah No. 1 s.d 5 telah anda tentukan maka anda sudah siap untuk mengajukan
permohonan AKTA PENDIRIAN sebagai langkah awal atau berdirinya Perusahaan anda.
Setelah Akta Pendirian selesai dibuat maka yang harus dilakukan adalah melengkapi
pendaftaran dan perizinan yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan usaha
seperti; Domisili Perusahaan, NPWP, SP-PKP, Pendaftarn ke Pengadilan Negeri
setempat, SIUP atau Izin Usaha Lainnya dan TDP.
C. Kewajiban Pajak
Merujuk pada UU tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang menyebutkan bahwa
Badan sebagai subjek pajak adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara
atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
Dari definisi Badan di atas jelas bahwa persekutuan komanditer termasuk ke dalam
subjek pajak. Sehingga secara umum CV juga berkewajiban mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana perseroan terbatas.
D. Kelebihan dan Kelemahan Persekutuan Komanditer
Kelebihan CV antara lain :
Prosedur pendiriannya relatif mudah;
Modal yang dapat dikumpulkan lebih banyak, karena didirikan banyak pihak (modal
gabungan);
Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar;
Kemampuan manajemen lebih luas;
Manajemen dapat didiversifikasikan;
Struktur organisasi yang tidak terlau rumit;
Kemampuan untuk berkembang lebih besar.
Kelemahan CV antara lain :
Sebagian anggota memiliki tanggung jawab tidak terbatas;
Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin;
Sulit untuk menarik kembali investasinya;
Apabila perusahaan berutang/merugi, maka semua sekutu bertanggung jawab secara
bersama-sama.
E. Berakhirnya Persekutuan Komanditer
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur
dalam Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata.
Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan
persekutuan berakhir yaitu, lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan, musnahnya
barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan, kehendak dari
sekutu, dan jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
F. Contoh Akta Perseroan Komanditer
PERSEROAN KOMANDITER
C.V. .............
Nomor :....
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perusahaan perorangan ialah suatu bentuk badan usaha pribadi yang memikul risiko
secara pribadi pula atau perorangan. Perusahaan perorangan/Perusahaan dagang
merupakan bentuk peralihan antara bentuk partnership dan dapat pula dimungkinkan
sebagai one man corporation atau een manszaak. Dalam hubungan ini dapat pula
diberlakukan pasal 6 dan pasal 18 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.
Pada perusahaan perorangan/Perusahaan dagang tidak terdapat pemisahan antara
kekayaan pribadi pemilik dengan kekayaan perusahaan sehingga utang perusahaan berarti
pula utang pemiliknya, dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa seluruh harta
kekayaan pemilik menjadi jaminan bagi semua utang perusahaannya. Oleh karena itu,
pemilik Perusahaan perorangan/ Perusahaan dagang memiliki tanggung jawab yang tidak
terbatas. Maka dari itu, kelebihan Perusahaan perorangan/Perusahaan dagang:
Aktivitasnya relatif sedikit dan sederhana sehingga organisasinya relatif mudah, Biaya
organisasinya rendah, Pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan
formalitas, Seluruh keuntungan yang diperoleh menjadi hak milik, dan Manajemen-nya
relatif fleksibel.
B. Saran
Tidak hanya kemudahan dalam permodalan dalam pemulaian persekutuan komanditer
karena dilakukan oleh dua orang atau lebih namun juga kepastian hukum yang diperoleh.
Saran saya sebelum memulai suatu CV, perhatikan terlebih dahulu prosedur dan
prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abd. Kodir Muhamad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Adytia Bakti,
Bandung 1992.
B. Internet
http://ahmadsyariefudinibntasyr.blogspot.com/2012/06/hukum-perdata-persekutuan.html
- diunduh tanggal 6 November 2012.
http://andiayu.wordpress.com/2010/04/25/komanditer-cv-comanditaire-vennootschap/ -
diunduh tanggal 6 November 2012.
http://birotiket-travel-murah.blogspot.com/2012/05/contoh-akta-perseroan
komanditer.html diunduh tanggal 6 November 2012.
Diposkan oleh Elga nur fazrin di 04.38