Anda di halaman 1dari 4

a.

Tanda dan gejala Hipertensi


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit
kepala,jantungberdebar-debar,kelelahan,mual,muntah,sesak
nafas,gelisah,pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.

Berdasarkan berat ringannya Hipertensi (Price,2005)


o Hipertensi Ringan : terjadi sakit kepala, pusing atau migraine, gangguan
penglihatan, rasa berat pada tengkuk, mudah lelah, mudah marah, cemas, dan sulit
tidur.
o Hipertensi Sedang : terjadi rasa sakit pada dada dan menjalar kerahang, lengan,
punggung atau perut bagian atas, menjadi tanda permulaan angina.
o Hipertensi Berat : terjadi kegagalan organ seperti susah bernafas sehingga anda
merasa mudah dengan tidak berbaring datar, gembung pada kaki dan pergelangan
kaki, gagal ginjal, retinophaty, myocardial infark.
o Hipertensi Terisolasi: terjadi kelumpuhan pada anggota badan, terutama salah satu
anggota badan atau salah satu bagian muka, atau salah satu tangan, atau
kemampuan berbicara turun, menjadi tanda peringatan adanya stroke.

Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun


dan berupa (Corwin, 2008) :
Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang mual dan muntah akibat peningkatan
tekanan darah intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

b. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan:
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat HT dg menurunkan TD seoptimal
mungkin
mengontrol faktor resiko lain (faktor komorbid)

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

a) Non Farmakologi
1. Diet
a. Restriksi garam secara moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung).
Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam
dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Sumber
sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG
(Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya
terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta
obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ).
b. Diet tinggi serat, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat
kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah buahan, sedangkan serat
makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan
kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi
karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan
selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan
yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
c. Rendah kalori:Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
d. Menghentikan merokok

2. Latihan Fisik : olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone
noradrenalin dan hormone hormone lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari
olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan
darah.

b. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat
ditentukan dengan rumus 220-umur

c. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan

d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

3. Edukasi Psikologis

a. Teknik Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.

b. Teknik relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

c. Pendidikan Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit


hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
d. Ciptakan keadaan rileks seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem
syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai