Epidemiologi
Menurut pengertian umum yang kita ketahui selama ini, Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan
penyakit pada populasi. Termasuk dalam pengertian ini Distribusi
berdaasarkan Orang, tempat, waktu. Sedangkan pengertian Frekuensi,
merupakan ukuran frekuensi termasuk Insiden dan atau prevalen. Pengertian
Determinan merupakan faktor risiko, merupakan faktor yang mempengaruhi
atau faktor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan. Berdasarkan pengertian ini dapat kita berikan pemahaman
serupa, bahwa Epidemiologi mengukur suatu kejadian dan distribusi kejadian
tersebut menurut variabel orang, tempat, dan waktu, dan berupaya
menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian itu di kelompok
populasi.
b). Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang epidemiologi/Kesehatan yang dipublikasikan
c). Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri
dalam bidang epidemiologi/Kesehatan yang tidak dipublikasikan 1) dalam
bentuk buku 2) dalam bentuk makalah d) Tulisan ilmiah populer di bidang
epidemiologi yang disebarluaskan melalui media massa e). Menyampaikan
prasaran berupa tinjauan gagasan dan atau ulasan ilmiah alam pertemuan
ilmiah 2. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya di bidang
epidemiologi / kesehatan a) Terjemahan/saduran dalam bidang epidemiologi
yang dipublikasikan
2. Makalah
SUMBER : http://www.indonesian-publichealth.com/jabatan-fungsional-
epidemiologi/
b. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data)
yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data
yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun
bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat
memberikan keterangan yang berarti.
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang
cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya
dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar
informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.
e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan
untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya,
untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan
perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
Khusus:
1. Memperkirakan kuantitas masalah
2. Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
3. Mendeteksi wabah/KLB
4. Menggambarkan distribusi masalah kes
5. Memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris
6. Membuktikan hipotesis
7. Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan
8. Memonitor perubahan agen infeksius
9. Memonitor upaya isolasi
10. Mendeteksi perubahan kegiatan
11. Merencanakan kegiatan
v KOMPONEN SISTEM SURVEILANS
Komponen surveilans epidemiologi terdiri dari:
1. Pengumpulan data; dapat dilakukan secara aktif (data primer) dan pasif
(data sekunder). Tapi sebaiknya data yang dikumpulkan bersumber dari
system pencatatan dan pelaporan yang sudah berjalan (surveilans pasif).
Jika data yang diperlukan kurang lengkap dan tidak bisa diperoleh dari
system pencatatan dan pelaporan rutin maka dapat dilakukan survey, survey
cepat atau investigasi.
2. Kompilasi (pengelompokan data yang sudah dikumpulkan, dapat dilakukan
secara manual atau dengan bantuan computer), analisis dan interpretasi
data (analisis dapat dilakukan dengan cara univariat atau bivariat)
3. Diseminasi informasi (pelaporan, umpan balik, tindakan investigasi)
v DEFINISI STP
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1479/Menkes/Sk/X/2003, Surveilans Terpadu
Penyakit (STP) adalah pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular
dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode
pelaksanaan surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang
bersumber data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan pengertian dari surveilans
epidemiologi rutin terpadu sendiri adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor
risiko kesehatan.
Secara operasional penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit meliputi :
1. Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data Puskesmas
Jenis penyakit yang diamati puskesmas sbb:
a. Kolera
b. Diare
c. Malaria Klinis
d. Malaria Vivax
e. Demam Berdarah
f. Malaria Falsifar
g. Tifus Perut Klinis
h. Malaria Mix
i. Tb Paru BTA +
j. Demam Berdarah Dengue
k. Tb Paru Klinis
l. Demam Dengue
m. Pneumonia
a. Kolera
b. Tifus Perut Widal /Kultur(+)
c. Difteri
d. Hepatitis HBsAg(+)
e. Malaria Vivax
f. Malaria Falsifarum
g. Malaria Mix
h. Enterovirus
i. Resistensi Dan Tes Sensitivitas
a. Angina pectoris
b. Infark miokard subsekuen
c. Hipertensi primer
d. Jantung hipertensi
e. Ginjal hipertensi
f. Jantung dan ginjal hipertensi
g. Hipertensi sekunder
h. DM bergantung insulin
i. DM tdk bergantung insulin
j. DM berhubungan malnutrisi
k. Neoplasma ganas serviks uteri
l. Neoplasma ganas payudara
m. Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intraherpatik
n. Neoplasma ganas bronkus dan paru
o. Paru obstruksi menahun
p. Lakalantas
q. psikokis
v TUJUAN
Tujuan dari STP sendiri menurut Dr. I Nyoman Kandun adalah Memperoleh
informasi epidemiologi penyakit menular & PTM tertentu dan terdistribusinya
informasi tersebut kepada program terkait, pusat-pusat kajian dan pusat
penelitian serta unit surveilans lain.
v SURVEILANS SENTINEL
Adalah suatu system yang dapat memperkirakan insiden penyakit pada
suatu Negara yang tidak memiliki system surveilans yang baik berbasis
populasi tanpa melakukan survey yang mahal. Tujuan dari surveilans sentinel
ini adalah untuk mendapatkan informasi (insidendan CFR) yang tepat waktu
dengan cara yang relative murah. Jenis-jenis sentinel yang dikenal adalah
sbb:
1. Health event sentinel (sentinel kejadian kesehatan)
2. Site sentinel (sentinel tempat, biasanya adalah klinik atau pusat
pelayanan lain yang memonitor kejadian-kejadian kesehatan.
3. Provider sentinel (sentinel kerjasama antar para penyelenggara pelayanan
kesehatan perorangan)
v SURVEI SURVEILANS PERILAKU (SSP)
Survei Surveilans Perilaku (selanjutnya disingkat SSP) adalah suatu proses
sistematik dan kontinyu dalam pengumpulan, analisis, interpretasi, dan
diseminasi informasi untuk memantau perilaku berisiko pada sub populasi
tertentu terhadap penyakit tertentu.
Surveilans perilaku dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu
1. Membangun kerja sama membuat persetujuan pada proses surveilans
2. Memilih sub-populasi untuk surveilans perilaku
3. Menentukan tujuan pengukuran
4. Menentukan definisi operasional dari populasi sasaran
5. Pemilihan daerah membuat kerangka sampel
6. Pengembangan dessain sampel
Pendahuluan
Suatu wilayah tertentu dinyatakan KLB apabila memenuhi kriteria sbb : (a)
Angka kesakitan dan atau angka kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan,
Kecamatan) menunjukkan kenaikan yang mencolok (bermakna) selama 3 kali
masa observasi berturut-turut (Harian atau Mingguan), (b) Jumlah penderita
dan atau jumlah kematian di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan)
menunjukkan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (Harian,
MIngguan, Bulanan) dibandingkan dengan rata-rata dalam satu tahun
terakhir, (c) Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu wilayah
(Desa/Kelurahan, Kecamatan) dalam waktu satu bulan dibandingkan CFR
bulan lalu, (d) Peningkatan jumlah kesakitan atau kematian dalam periode
waktu (Mingguan, Bulanan) di suatu wilayah (Desa/Kelurahan, Kecamatan)
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.
Deteksi dini kondisi rentan KLB. Deteksi dini kondisi rentan KLB
merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya kerentanan masyarakat,
kerentanan lingkungan, perilaku dan kerentanan pelayanan kesehatan
terhadap KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau
PWS kondisi rentan. Dalam penerapan cara surveilans epidemiologi terhadap
KLB, dapat dilakukan dengan : (1) Identifikasi kondisi rentan KLB, (2)
Mengidentifikasi secara terus-menerus perubahan kondisi lingkungan,
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, kondisi status kesehatan
masyarakat yang berpotensi menimbulkan KLB di daerah, (3) Pemantauan
wilayah setempat kondisi rentan KLB. Setiap sarana pelayanan kesehatan
merekam data perubahan kondisi rentan KLBmenurut desa/kelurahan atau
lokasi tertentu lainnya, menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB.
Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus-menerus dan secara sistematis
untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB, (4) Penyelidikan dugaan
kondisi rentan KLB. Penyelidikan tersebut dapat dilakukan : Di Sarkes secara
aktif mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB dari berbagai sumber
termasuk laporan perubahan kondisi rentan oleh masyarakat,perorangan
atau kelompok; Di Sarkes petugas meneliti dan mengkaji data kondisi rentan
KLB, data kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat, status
kesehatan masyarakat,status pelayanan kesehatan; Petugas kesehatan
mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga mengetahui adanya
perubahan kondisi rentan KLB; Mengunjungi daerah yangdicurigai terdapat
perubahan kondisi rentan.
Deteksi dini KLB dapat dilakukan melalui : pelaporan kewaspadaan KLB oleh
masyarakat, Perorangan dan organisasi yang wajib membuat laporan
kewaspadaan KLB antara lain : Orang yang mengetahui adanya penderita
atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB; Petugas kesehatan yang
memeriksa penderita yangberpotensi KLB; Kepala instansi yangterkait
seperti kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta api, kepala bandara udara dll
serta UPK lainnya; Nahkoda kapal, pilot dan sopir.
Peran Unit SKD KLB dan Mekanisme Kerja. Masing masing unit yang
ada dijajaran kesehatan dapat berperan sebagai berikut : (1)Peran Dinas
Kesehatan Provinsi : Kajian Epidemiologi Ancaman KLB; Peringatan
Kewaspadaan Dini KLB; Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan
Terhadap KLB; Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD KLB,(2) Peran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota: Kajian Epidemiologi Ancaman KLB,
Peringatan Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan Kewaspadaan dan
Kesiapsiagaan Terhadap KLB, Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD
KLB, Pengembangan SKD KLB Darurat; (3) Peran Puskesmas : Kajian
Epidemiologi Ancaman KLB, Peringatan Kewaspadaan Dini KLB, Peningkatan
Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Terhadap KLB, (4) Peran Masyarakat
(perorangan, kelompok dan masyarakat): Peningkatan kegiatan pemantauan
perubahan kondisi rentan; Peningkatan kegiatan pemantauan perkembangan
penyakit dengan melapor kepada puskesmas, dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagai laporan kewaspadan dini; Melaksanakan penyuluhan
serta mendorong kewaspadaan KLB di tengah masyarakat; Melakukan
identifikasi penderita, pengenalan tatalaksana kasus dan rujukan serta
upaya pencegehan dan pemberantasan tingkat awal
Indikator Kinerja : Indikator kinerja SKD KLB adalah : (1) Kajian dan
peringatan kewaspadaan dini KLB secara teratur setidak-tidanya setiap bulan
dilaksanakan oleh Dikes Kabupaten/Kota, Provinsi dan Depkes RI; (2)
Terselenggaranya deteksi dini KLB penyakit berpotensi KLB prioritas di
puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium, (3) Kegiatan penyelidikan dan
penanggulangan KLB yangcepat dan tepat terlaksana kurang dari 24 jam
sejak teridentifikasi adanya KLB atau dugaan KLB, (4) Tidak terjadi KLB yang
besar dan berkepanjangan