Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Labu Siam
a. Uraian Tumbuhan
Gambar 2.1 Buah Labu Siam

Tanaman labu tergolong tanaman yang mudah ditanam.


Wilayah tanamnya menyebar di berbagai belahan dunia, dari daerah
beriklim tropis sampai subtropics. Tanaman labu sangat mudah
beradaptasi pada cuaca, sehingga tidak terlalu kekeringan di musim
kemarau dan tidak kelebihan air di musim penghujan. Labu akan tumbuh
optimal pada tanah yang kering, berdrainase, dan aerasi baik, gembur, serta
kaya bahan organik.. Tanah yang cenderung asam dengan pH 5 6,5 justru
disukainya. Dataran tinggi berhawa dingin maupun dataran rendah
berhawa panas cocok ditanami labu. Labu siam dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 200-1000 m (Pratiwi, 2011).
Labu siam merupakan tumbuhan yang mudah ditemukan di
hutan-hutan jati, hutan campuran, tepi-tepi jalan, atau sawah dan kebun.
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 50 meter sampai 500 meter
di atas permukaan laut (Tarziah, 2012).
Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) merupakan tanaman
subtropis dan termasuk ke dalam spesies cucurbitaceus yang sering
digunakan sebagai bahan makanan yang dapat dimakan buah dan pucuk
mudanya. Labu siam dikenal masyarakat sebagai sayuran yang mudah
didapat dan mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat
nabati yangdapat mengurangi penyerapan kolesterol dalamusus
khususnya pectin (Wiadnya dkk, 2014).
b. Nama Daerah
Di beberapa daerah di Indonesia, tanaman ini memiliki
berbagai sebutan. Di Sumatera (Melayu) di kenal dengan Labu Siem, di
daerah Jawa Barat (Sunda) dikenal sebagai gambas atau waluh siam. Di
daerah Jawa Tengah disebut labu jipang atau waluh jipang.Untuk
daerah Manado disebut dnegan ketimun jepang, dan Japan untuk
Minangkabau, serta di Jawa Timur disebut manisah. Untuk nama
internasionalnya adalah chayote atau chajota (Tarziah, 2012).
c.Klasifikasi Tumbuhan
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Sechium
Jenis : Sechium edule ( Jacq.) Sw.
(Tarziah, 2012)
d. Morfologi Buah
Buah labu siam memiliki cirri-ciri menggantung ditangkai,
dengan permukaan berlekuk berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik
putih kekunigan, semakin matang warna bagian luar buah berubah menjadi
hijau pucat sampai putih, bentuk lonjong, dengan ukuran ujung berbeda
(Tarziah, 2012).
e.Kandungan Buah
Buah Sechium edule (Jacq.)Sw., mengandung saponin, alkaloid
dan tanin sedangkan daunnya mengandung saponin, flavonoid dan
polifenol (Pratiwi, 2011).
Kandungan buah labu siam adalah air, karbohidrat, protein,
serat, abu, dan lemak. Labu siam juga mengandung mineral seperti
kalsium, fosfor, kalium, zat besi, natrium, mangan, selenium, tembaga.
Kandungan utama lainnya adalah gula, tiamin, folat, vitamin A, B, C,
E, K, albuminoid, alkaloid, saponin dan tannin (Hermayanti, 2013).
Terdapat sekitar 1,7 gserat per 100 gr pada labu siam. Labu
siam dikenal sebagai sayuran penurun kolesterol, pencegah hipertensi,
bagus sebagai sumber nutrisi ibu hamil dan menyusui, baik untuk
penderita asam urat, diabetes dan penderita sariawan, serta menjaga
kesehatan ginjal (Nugraheni dkk, 2011)
Selengkapnya, kandungan kimia dari buah labu siam
berdasarkan Kusumaningrum (2015), ditunjukkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Labu Siam
Kandungan Gizi Jumlah Kandungan Gizi Jumlah
Kalori 26-31 kkal Kalsium 12-19 mg
Gula larut air 3,30% Fosfor 4-30 mg
Protein 0,9-1,1% Seng 2,77 mg
Lemak 0,1-0,3% Mangan 0,38 mg
Karbohidrat 3,5-7,7% Besi 0,2-0,6 mg
Serat 0,4-1% Tembaga 0,25 mg
Hemiselulosa 7,55 mg Vitamin A 5 mg
Selulosa 16,42 mg Thiamin 0,03 mg
Lignin 0,23 mg Riboflavin 0,04 mg
Natrium 36 mg Niasin 0,4-0,5 mg
Kalium 3378,62 mg Asam askorbat 11-20 mg
Magnesium 147 mg Saponin 1,65%
Alkaloid 1,57 Flavonoid 0,95%
Polifenol 5,93 mg Proantosianin 75,73 mg
(Kusumaningrum, 2015)
f. Manfaat dan Sifat Fungsional
Di Indonesia labu siam belum banyak diusahakan secara
komersil dan kebanyakan hanya sebagai tanaman pekarangan saja.
Kebanyakan orang menduga menanam labu siam kurang
menguntungkan, padahal pada labu siam mengandung senyawa pectin
sebanyak 6,7% yang merupakan asam poligalakturonat yang
mengandung metil ester. Pektin merupakan senyawa fungsional bernilai
tinggi yang diteliti memiliki aktivitas anti kanker dansenyawa bioaktif
lainnya (Daryono, 2012).
Tanaman labu siam (Sechium edule) atau waluh adalah
tanaman keluargayang mudah tumbuh di daerah tropis seperti
Indonesia. Buah dan bijinya kaya akan beberapa asam amino
penting.Senyawa lektin (proteinpengikat karbohidrat) dan delapan
senyawa flavonoid termasuk di dalamnya tiga senyawa Cglikosildan
lima senyawa O-glikosil flavontelah dapat dimurnikan dari buahnya..
Buah labu siam juga dilaporkan telah dapat melindungi hati, mencegah
kerusakan sel hati, menghancurkan radikal bebas dan memiliki aktivitas
antioksidan. Selain itu, perasan ekstrak buah labu siam terbukti dapat
menurunkankonsentrasi glukosa darah sampai 98 mg/dl (Furqon, 2013).
Labu siam memiliki peranan sebagai penurun tekanan darah,
memiliki efek deuretik, meringankan dan menyembuhkan sariawan,
panas dalam, demam pada anak-anak, serta baik dikonsumsi oleh
penderita asam urat dan diabetes mellitus. Selain itu, buah labu siam
juga memiliki efek antioksidan, antimicrobial, anti hipertensi dan efek
hipokolesterol. Dan belakangan diketahui bahwa labu siam memiliki
efek hipoglikemik (Putri, 2012).
Selain untuk menurunkan lemak darah (kolesterol dan
trigliserida), beberapa pakar kesehatan dan gizi juga menyatakan bahwa
labu dapat mengobati tekanan darah tinggi, menurunkan panas, asam
urat, antimikroba, antioksidan, diabetes, diuretik dan memperlancar
proses pencernaan (Hermayanti, 2013).
Dalam bidang pengobatan, labu siam memiliki aktivitas
diuretik, antihiperlipidemia, antiinflamasi, dan penurunan kadar glukosa
darah. Saponin sangat bermanfaat dalam menghambat dan mencegah
penyerapan kolesterol dalam tubuh.Alkaloid mampu meperlancar
peredaran darah sehingga dapat mencegah stroke, sedangkan tanin
memiliki aktivitas antimikroba. Senyawa polifenol, antosianin, dan
flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, menurunkan risiko penyakit
jantung, menurunkan tekanan darah, membantu mencegah kanker, dan
membantu menghentikan proses inflamasi (Kusumaningrum, 2015).
2. Kayu Secang
a. Uraian dan Tumbuhan
Kayu secang (Caesalpinia sappan L) merupakan tumbuhan
perdu menjalar dan merupakan pohon kecil berduri banyak, tingginya 5
sampai 10 meter. Tumbuhan ini umumnya tumbuh pada pegunungan
yang berbatu tetapi beriklim tidak terlalu dingin. Tanaman secang tidak
toleran terhadap kondisi tanah yang basah, lebih menyukai daerah
dengan curah hujan tahunan 700-4300 mm dan dengan suhu 24 -
27.5C, serta pH tanah 5-7.5. Tanaman ini juga mampu tumbuh di
daerah yang sangat kering, oleh karena itu disarankan untuk
dikembangkan di kawasan Indonesia bagian Timur, seperti Nusa
Tenggara Timur. Akar tanaman secang berserabut dan berwarna
gelap.Bagian batangnya dapat mencapai diameter 14 cm berwarna
coklat keabuan, daunnya bertumpu, dan bersirip ganda. Bunganya
berwarna kuning, dan berbuah polong yang merekah setelah matang,
berbentuk lonjong sampai bulat telur sungsang, pipih mendatar,
permukaannya licin serta ujungnya berparuh, berukuran (7-9) cm x (3-
4) cm, masih muda berwarna hijau kekuningan, semakin tua berubah
menjadi berwarna coklat kemerahan, berisi 2-5 butir biji yang
berbentuk jorong, memipih, berwarna coklat. Kayu secang ditanam
sebagai tanaman pagar dan dapat tumbuh pada berbagai macam tanah
pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.Tanaman ini
diperbanyak dengan biji dan tersebar di India, Malaysia dan Indonesia
(Kusumawati, 2008).
b. Nama Daerah
c.Klasifikasi Tumbuhan
Menurut Heyne (Kusumawati, 2008), taksonomi tanaman
secang adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledone
Sub class : Aympetalae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia sappan Linn
d. Kandungan
Kayu secang mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat,
resin,resorsin, brazielin, sappanin, dan asam galat (Lemmens dan
Soetjipto, 1992).
Kayu secang (Caesalpinia sappan L.)merupakan tanaman
famili Caesalpiniaceae yang banyak ditemui di Indonesia. Kayu secang
secara empiris diketahui memiliki banyak khasiat penyembuhan dan
sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai minuman kesehatan.Kayu
secang memiliki kandungan senyawa berupa brazilin (C16H14O5),
sappanin (C12H12O4), brazilein, dan minyak atsiri seperti D--
felandrena, asam galat, osinema, dan damar (Sugiyanto dkk, 2013).
Kayu secang memiliki rasa sedikit manis dan hampir tidak
berbau dansering juga digunakan sebagai obat untuk berbagai macam
penyakit sepertiluka, batuk berdarah (muntah darah), berak darah, darah
kotor, penawar racun,sipilis, penghenti pendarahan, pengobatan pasca
bersalin, demam berdarah,dan katarak mata. Kayu secang mengandung
komponen yang memilikiaktivitas antioksidan dan antimikroba
(Sundari et al., 1998).
e.Manfaat adan Nilai Fungsional
Kayu secang mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat,
resin, resorsin, brazielin, sappanin, dan asam galat.Dari komponen
tersebut yang paling menarik adalah zat warnanya. Kayu secang jika
dilarutkan dalam air akan memberikan warna merah jambu yang
menarik, dan diketahui bahwa brazilin yang dapat menimbulkan warna
tersebut. Sehingga banyak yang menggunakannya sebagai pewarna
tekstil maupun pewarna makanan (Lemmens dan Soetjipto, 1992).
Kayu secang memiliki daya antioksidan yang andal dengan
indeks antioksidatif ekstrak air kayu secang lebih tinggi daripada
antioksidankomersial (BHT dan BHA) sehingga potensial sebagai agen
penangkal radikal bebas.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
bahwa, ekstrak etanolik kayu secang memiliki aktivitas antikanker
dengan menurunkan viabilitas pada beberapa sel kanker payudara
MCF-7, T47D, kanker kolon WiDr, kanker serviks HeLa namun tetap
selektif terhadap sel normal Vero. Selain itu, memiliki sifat
antigenotoksis EKSdiprediksi melalui penghambatan ikatan
antarasiklofosfamid dengan enzim pemetabolismeCYP 3A4 oleh ikatan
dengan brazilin danbrazilein yang merupakan kandungan utamaEKS
(Sugiyanto dkk, 2013).
Pada awal tahun 1900an pewarna merah dari kayu secang yang
disebut brazilin sudah digunakan untuk mewarnai inti sel pada
persiapan jaringan dan juga sebagai indikator pada titrasi asam basa.
Brazilin akan membentuk warna kekuningan pada larutan asam dan
berwarna merah tua pada larutan basa. Brazilin akan cepat membentuk
warna merah jika terkena sinar matahari, dan terjadi perubahan secara
lambat oleh pengaruh cahaya, oleh karena itu brazilin harus disimpan
pada tempat yang gelap. Brazilin yang terdapat dalam kayu secang
dapat digunakan sebagai sumber zat warna alami yang memberi warna
merah dan bersifat mudah larut dalam air panas (Sanusi, 1993).
3. Effervescent
a. Uraian
Tablet effervescent berdasarkan FDA adalah sebuah tablet
yang dimaksudkan agar larut dalam air sebelum dikonsumsi. Biasanya
mengandung zat aktif, campuran asam (asam sitrat, tartarat, malat, atau
asam lain yang sesuai atau asam anhidrat) dan juga karbonat atau
hidroge karbonat (sodium, potassium, atau basa karbonat atau hydrogen
karbonat lain yang sesuai) yang aan menimbulkan karbon dioksida saat
dicampur dengan air (Palanisamy et al, 2011).
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet
yangdibuat dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan
campuranasam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan
natriumbikarbonat. Tablet effervescent merupakanproduk yang praktis
karena mudah dikonsumsi, cepat larut dalam air tanpaharus mengaduk,
memberikan efek sparkle seperti pada minuman soda danmemiliki
umur simpan yang lebih lama (Pribadi dkk, 2014).
Granul effervescent adalah salah satu bentuk sediaan farmasi
yang diolah dari zat aktif, campuran asam-asam organik dan natrium
bikarbonat. Apabila granul ini dimasukan dalam air akan membentuk
reaksi asam dan basa yang akan langsung membebaskan
karbondioksida yang ditandai dengan timbulnya buih, keuntungannya
akan menghasilkan sensasi menyegarkan oleh reaksi karbondioksida,
serta mampu menutupi rasa pahit dari bahan obat. CO2 yangdihasilkan
dapat mempercepat penyerapan bahan obat didalam lambung (Scoville,
1957 dalam Palobo dkk (2013)).
Tablet efervesen juga dapat diterapkan dalam dunia pangan
yaitu sebagai flavored beverage effervescent. Flavored beverage
effervescent didefinisikan sebagai sediaan effervescent yang
digunakan dalam pembuatan minuman ringan yang praktis yaitu
hanya dengan mencampurkan serbuk atau tablet effervescent ke dalam
sejumlah air. Pereaksian bubuk atau tablet effervescent dengan air
akan menghasilkan gas CO2 yang akan memberikan efek rasa
sparkle atau fizzy serta melarutkan komponen-komponen aktif yang
terdapat pada produk effervescent (Segara, 2010).
b. Kelebihan
orang tua dan anak-anak mengeluhkan akan sulitnya menelan
tablet obat atau suplemen mereka. Selain itu, masalah lain seperti
ukuran, tekstur, bentuk, dan off-flavour dari tablet sering menyulitkan
pasien. Maka dari itu, dikembangkanlah sediaan tablet yang mudah
dikonsumsi dan diserap kandungannya oeh tubuh.Effervescent
merupakan sediaan yang dapat hancur dengan cepat dan larut dalam
sejumlah air sehingga membentuk suspensi yang mudah ditelan
yanglebih diminati oleh konsumen pediatric dan orang tua serta
konsumen pada umumnya.Selain itu, tingkat penyerapan kandungan
aktif oleh tubuh semakin meningkat akibat penyerapanoral dan juga
penyerapan pregrastricludah yang mengandung senyawa aktif
effervescent turut tercerna ke lambung dan usus (Bajaj et al, 2014).
Perancangan tablet effervescent biasanya ditujukan untuk
meningkatkan efek bahan aktif yang terdapat dalam susunan
effervescent itu sendiri. Effervescent dapat meningkatkan
bioavailabilitas dan solubilitas dari kandungannya. Hal ini dikarenakan
adanya reaksi dari karbon dioksida yang dilepaskannya yang dapat
meningkatkan permeabilitas zat aktif yang dikandungnya melalui
pelebaran ruang intraseluler antarsel yang mengakibatkan kemampuan
absorbs yang lebih besar terhadap zat-zat aktif. Lebih fleksible
pendistribusiannya karena dalam bentuk tablet, dan hanya akan
dilarutkan sebelum dikonsumsi. Tidak perlu susah menelannya seperti
sediaan lain karena dilarutkan dalam bentuk cairan dengan pH yang
tepat dan sesuai untuk penyerapan dalam saluran gastrointestin. Tidak
menimbulkan efe samping peradangan saluran cerna seperti
kebanyakan obat lainny serta mencegah terjadinya reaksi asam lambung
dengan kandungan effervescent itu sendiri. Selain itu, effervescent
dianggap lebih baik dari segi mouth-feel akibat efek sparkle oleh CO2
yang dihasilkan dan dapat menutupi off-flavour obat.Sehingga, dalam
pembuatannya, standar proses sangat dibutuhkan khususnya kontrol
kelembaban area produksi. Tablet effervescent tidak dapat dibuat pada
area normal yang tidak memaintain suhu dan kelembaban (Palanisamy
et al, 2011).
c.Unsur
1) Effervescent Mix
Komponen utama minuman effervescent ialah asam dan
senyawa karbonat. Asam yang sering digunakan dapat diperoleh
dari tiga macam sumber yaitu asam makanan, asam anhidrat, dan
garam asam. Asam makanan merupakan jenis asam yang paling
sering digunakan karena secara alami terdapat dalam bahan
pangan. Asam-asam yang sering digunakan antara lain asam sitrat
dan asam tartarat, (Lieberman et al., 1992).
Asam sitrat adalah asam makanan yang paling umum
digunakan. Asam sitrat mudah didapat, melimpah, relatif tidak
mahal, sangat mudah larut, tersedia sebagai granul halus mengalir
bebas, tersedia dalam bentuk anhidrat dan bentuk anhidrat
berkualitas makanan (Allen, 2011).
Asam sitrat memiliki rumus molekul C6H8O7 dengan berat
molekul 192,13. Senyawa ini berbentuk bubuk kristal yang tidak
berwarna atau berwarna putih, tidak berbau, memiliki rasa asam yang
kuat. Asam sitrat banyak digunakan dalam industri, terutama industri
makanan dan farmasi, karena memiliki kelarutan tinggi, memberikan
rasa asam yang enak dan tidak bersifat racun. Disamping itu, asam
sitrat bersifat sebagai chelating agent, yaitu senyawa yang dapat
mengikat logam-logam divalen seperti Mn, Mg, dan Fe sehingga
dapat menghambat reaksi katalis oleh logam dalam reaksi-reaksi
biologi (Koswara, 2009)
Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak
ditemukan di alam dan secara alami banyak ditemukan dalam
jeruk. Asam sitrat memiliki ciri tidak berwarna, tidak berbau,
berbentuk kristal jernih dan memiliki rasa asam yang kuat dan
dikomersialkan dalam bentuk anhidrat dan monohidrat. Dalam
dunia pangan digunakan sebagai senyawa pengatur keasaman,
penambah flavor, bahan pengawet, dan sebagainya. Selain itu juga,
asam sitrat ditemukan sebagai senyawa antara dalam proses
metabolism karbohidrat. Oleh karena itu, penggunaan asam
sitrat dinyatakan sebagai GRAS (Generally Recognize as Safe)
oleh FAO/WHO pada tahun 1973 (Branen et al., 1990; Segara,
2010).
Uji waktu dispersi reaksinya selesai dalam waktu tidak
lebih dari 5 menit dengan warna larutankuning jernih, dengan
waktu tersebut maka ujiwaktu dispersi granul effervescent
ekstrakdaun Leilem ini memenuhi persyaratan ujiwaktu dispersi.
Hasil tersebut menandakanbahwa jumlah perbandingan molekul
asamsitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonatserta bahan-bahan
lain memiliki kesetimbangan yang sesuai persyaratan (Palobo dkk,
2013).
Menurut Furia (1981), asam sitrat serta garam natrium dan
kalsium sitrat diklasifikasikan oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai GRAS (Generally Recognised As Safe).
Asam sitrat dan garam-garamnya inidiizinkan penggunannya di
dalam bermacam-macam minuman sari buah danminuman non
alkohol yang dikarbonasi (non alcoholic carbonated beverages).
Konsentrasi asam sitrat yang biasa digunakan dalam
minumanringan adalah 1,28 gram/liter (Brygmesteren, 1963 dalam
Woodroof dan Phillips, 1981).
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat
yang berpengaruh untuk menimbulkan gas CO 2 bila direaksikan
dengan asam. Natrium bikarbonat merupakan bagian terbesar
sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat besar dalam air,
free flowing, dan non higroskopis (Khalidah dkk, 2014).
Natrium bikarbonat merupakan sumber utama penghasil
karbondioksida dalam sistem effervescent. Natrium bikarbonat
larut sempurna dalam air, nonhigroskopis dan harganya murah.
Natrium bikarbonat sering juga digunakan sebagai soda kue atau
baking soda (Lachman et.al., 1986).
2) Pengisi manitol
Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil
diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu percetakkan.
Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa
yang diinginkan. Bahan pengisi ditambahkan untuk membuat
kecocokan masa dan memperbaiki daya kohesi. Bahan pengisi
harus inert dan stabil. Pada proses pembuatan tablet effervescent
diperlukan bahan pengisi yang larut dalam air seperti laktosa,
sukrosa, manitol dan sorbitol. Disamping sifatnya yang harus netral
secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga
dapat dicernakan dengan baik. Yang umum digunakan adalah jenis
pati, laktosa dan manitol (Marja, 2009).
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak
lebih dari 101,5% C6H14O6 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringka,. Merupakan serbuk hablur atau granul, putih, tidak
berbau, rasa manis dan mudah larut 17 dalam air (Anonim, 1995).
Manitol merupakan gula alkohol isomer optic dari sorbitol,
mempunyai sifat alir yang baik, membutuhkan pelicin yang besar
pada proses pengempaan, merupakan gula yang paling mahal yang
digunakan sebagai pengisi tablet, memberi rasa manis dan dingin
bila dihisap, tidak higroskopis dan rendah kalori. (Marja, 2009).
3) Pengikat PVP
Bahan pengikat bertugas sebagai perekat yang mengikat
komponen dalam bentuk serbuk menjadi granul sampai tablet pada
proses pengempaan. Bahan pengikat yang biasa digunakkan antara
lain gula dan jenis pati, gom arab, gelatin dan turunan selulosa
(Marja, 2009).
4) Pemanis
Aspatam ialah pemanis buatan yang merupakan metil ester
dari dua macam asam amino yaitu L-asam aspartat dan L-
fenilalanin (Gambar 4). Aspartam memiliki tingkat kemanisan 160-
220 kali tingkat kemanisan gula. Aspartam memiliki kestabilan
yang kurang baik dalam kondisi berair dan beberapa kondisi
kelembaban, suhu dan pH tertentu karena dapat menyebabkan
ikatan ester aspartam terputus. Selain itu, aspartam juga mudah sekali
kehilangan kemanisanya pada produk pangan yang dipanaskan
pada suhu tinggi. Akan tetapi, aspartam cenderung stabil pada larutan
dengan pH 3-5 sehingga aspartam banyak digunakan pada produk-
produk pangan yang memiliki tingkat keasaman tinggi (Holmer et al.,
1991; Segara, 2010).
Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat,
aspartylphenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil
ester dari dipeptidan dua asam amino yaitu asam amino, asam aspartat
dan asam amino essensial fenilalanin. Aspartam merupakan senyawa
yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna putih, sedikit larut
dalam air, dan berasa manis. Aspartam memiliki tingkat kemanisan
relatif sebesar 60 sampai dengan 220 kali tingkat kemanisan sukrosa
dengan nilai kalori sebesar 0,4 kkal/g. (Marja, 2009).
5) Zat Lain PEG 6000
Bahan pelicin atau bahan pengatur aliran berfungsi untuk
memudahkan pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan
permukaan sisi tablet. (Marja, 2009).
4. Minuman Instan

5. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan suatu teknik di mana suatu bahan
atau campuran bahan dilapisi atau diperangkap dalam bahan atau sistem
lain. Atau dapat juga didefinisikan sebagai teknik pengemasana atau
pelapisan bahan yang berupa cairan, padatan atau gas dengan pelapis tipis
untuk menghambat valotilisasi dan melindungi dari kerusakan kimia.
Mikroenkapsulasi memberikan perlindungan terhadap reaksi degradasi,
mencegah kehilangan flavor dan mempertahankan stabilitas flavor dan zat
atif terhadap panas serta dapat memperpanjang umur simpan (Rahma,
2008).
Proses enkapsulasi senyawa sensitif terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama pembuatan emulsi bahan inti (core) dengan bahan penyalut
seperti polisakarida dan protein, tahap kedua pendinginan atau
pengeringan emulsi. Enkapsulasi dapat mempertahankan aroma produk
makanan selama pengeringan, melindungi flavor dari interaksi yang tidak
diinginkan dengan makanan, meminimalkan interaksi flavor dengan
flavor, menjaga reaksi yang dipicu oleh cahaya dan atau oksidasi,
meningkatkan umur simpan flavor dan dapat berfungsi sebagai pengontrol
pelepasan flavor (Tari dan Singhal 2002; Rahma 2008)
6. Spray-Dryer
Metode pengeringan yang banyak digunakan dalam
pembuatan produk berbentuk bubuk adalah pengeringan semprot.
Proses pengeringan semprot adalah proses yang akan mengubah bahan
fluida menjadi produk kering dalam satu operasi. Alat-alat pengering
semprot yang digunakan pada proses ini mengeringkan larutan, campuran
atau produk cair lain menjadi tepung dengan kadar air yang mendekati
kesetimbangan dengan kondisi udara pada tempat produk keluar
(Wirakartakusumah et al, 1989; Segara, 2010).
Prinsip dari proses pengeringan semprot adalah atomisasi atau
penyemprotan bahan melalui alat penyemprot hingga dihasilkan hasil
semprotan yang halus dimana kontak antara partikel hasil atomisasi
dengan udara pengering, evaporasi air dari bahan, dan pemisahan
partikel kering dengan aliran udara yang membawanya (Cnovas dan
Mercado, 1996; Segara, 2010)
7. Maltodekstrin
Bahan penyalut yang biasa digunakan bervariasi terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, gum dan selulosa (Brazel 1999). Bahan
penyalut untuk enkapsulasi flavor harus memiliki sifat tidak bereaksi
dengan inti, berada dalam bentuk yang mudah ditangani, memiliki
viskositas rendah pada konsentrasi tinggi, memberikan perlindungan
maksimum inti dari faktor eksternal dan dapat menstabilkan emulsi
(Madene et al. 2006). Karakteristik bahan penyalut yang biasa digunakan
untuk enkapsulasi flavor dapat dilihat pada Tabel 3.(Rahma 2008)
Sifat penyalut yang optimal untuk proses spray drying yaitu
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, viskositas rendah pada
konsentrasi tinggi, memiliki sifat emulsifier dan pembentuk film yang baik
dan pengeringan yang efisien (Re-MI 1998). Karbohidrat merupakan
bahan yang banyak digunakan sebagai penyalut di industri pangan. Pati
dan produk turunannya seperti maltodekstrin dan -siklodekstrin banyak
digunakan untuk enkapsulasi flavor (Madene et al. 2006)
Penggunaan maltodektrin sebagai penyalut dapat mengurangi
biaya karena harganya murah, memiliki viskositas yang rendah pada rasio
padatan yang tinggi dan tersedia dalam beberapa berat molekul yang
berbeda (Apintanapong dan Noomhorm 2003). Kekurangan
maltodekstrin sebagai penyalut yaitu memiliki sifat emulsifier yang rendah
dan retensi volatil rendah (Buffo dan Reineccius 2000).
8. Granulasi Kempa Langsung
B.
Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Konsentrasi penambahan maltodekstrin yang berbeda pada sari buah labu
siamberpengaruh pada mutu fisik dan aktivitas antioksidan serbuk sari
buah labu siam.
2. Variasi rasio penambahan ekstrak kering kayu secang memberikan
pengaruh pada kualitis fisik granul, kadar air granul, aktivitas antioksidan
granul, sifat fisik tablet dan juga penerimaan sensoris dari tablet
effervescent sari buah labu siam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Formulasi Teknologi
Sediaan Padat, Departemen Farmasetika, Universitas Gadjah Mada Yogjakarta
dan Laboratorium Indrawi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penelitian in dilaksanakan mulai bulan Februari - Mei 2017.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
a. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan serbuk sari labu siam
adalah labu siam yang didapat dari Pasar Gedhe kota Surakarta, Jawa
Tengah, menggunakan labu siam yang sudah tua dengan warna hijau
muda yang tidak cacat dan tidak busuk, air secukupnya dan
maltodekstrin. Bahan yang digunakan untuk pembuatan granul
effervescent adalah serbuk sari buah labu siam, ekstrak kering kayu
secang, asam sitrat, natrium bikarbonat, polivynilpirolidon (PVP),
aspartam, manitol, dan PEG 6000.
b. Bahan Analisis
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas granul
efervecent adalah paraffin, larutan DPPH, dan methanol.
2. Alat
a. Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah pisau/peeler,
timbangan, baskom, blender, kain saring, thermometer, alat pengering
semprot (spry dryer), ayakan (mesh 16 dan 18), neraca analitik, gelas
ukur, Erlenmeyer, oven, dan alat pentablet.
b. Alat Analisis
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas fisik
serbuk sari labu siam adalah
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas fisik
granul efervecent adalah alat pengukur kecepatan aliran, stop watch,
sudut istirahat granul dan indeks pengetapan, oven, jangka sorong,
timbangan analitik, piknometer 50 ml, gelas ukur 100 ml. Alat yang
digunakan untuk menguji kualitas fisik tablet antara lain adalah,
hardness tester, dan friability tester. Alat untuk uji kadar air adalah,
neraca analitik, cawan kadar air, spatula, oven, desikator, dan penjepit
besi. Alat yang digunakan analisa antioksidan ialah pipet volume,
tabung reaksi, spektrofotometer UV-Visible, kuvet, dan vortex.
C. Tata Laksana Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yaitu


pembuatan sari labu siam, diteruskan dengan bagian kedua yaitu pembuatan
serbuk sari labu siam dengan optimasi konsentrasi maltodekstrin terbaik, tahap
ketiga adalah formulasi dan pembuatan granul effervescent sari labu siam
dengan variasi rasio penambahan ekstrak kayu secang, tahapan keempat
adalah pengujian sifat fisik granul, tahapan kelima adalah pembuatan tablet
effervescent, lalu tahapan terakhir adalah pengujian mutu fisik dan sensoris
tablet effervescent sari labu siam dan ekstrak kering kayu secang. Tahapan
secara umum ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapana Penelitian Secara Umum
1.Pembuatan Sari Labu Siam

Labu siam yang sudah disiapkan


dikupas, dicuci, dan dilakukan perendaman selama 5 menit padaair hangat
bersuhu 70C untuk menghilangkan getahnya. Selanjutnya, buah dipotong
dengan pisau dan dihancurkan menggunakan blender hingga didapatkan
sari buah labu siam. Sari buah yang didapatkan kemudian disaring dengan
alat penyaring (kain kasa), lalu ditambahkan dengan zat penyalut yaitu
maltodekstrin dengan 3 taraf konsentrasi yang berbeda (7%; 10%; dan
13%) yang dicampur dengan mixer hingga homogen. Campuran yang
dihasilkan siap untuk dikeringkan sesuai dengan bagan pada Gambar3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapana Pembuatan Sari Buah Labu Siam
2.Pembuatan Serbuk Sari Buah Labu Siam
Pembuatan serbuk sari buah labu siam dilakukan dengan metode
pengeringan menggunakan alat pengering semprot skala lab. Prinsip dasar
Spray drying adalah memperluas permukaan cairan yang akan dikeringkan
dengan cara pembentukan droplet lalu dikontakkan dengan udara
pengering yang panas yang menguapkan dan menyerap uap air yang keluar
dari bahan. Sehingga, droplet bahan akan cepat menguap dan
menghasilkan butiran kecil serbuk yang kering.

Sari buah yang sudah diberi


dengan maltodekstrin dengan variasi konsentrasi, ditimbang terlebih
dahulu lalu campuran sari buah labu siam dikeringkan dengan spray dryer.
Hasil yang berupa serbuk kering lalu ditimbang kembali dan dianalisa sifat
fisiknya khususnya waktu larut. Serbuk dengan waktu larut yang paling
baik yang digunakan pada tahap penelitian selanjutnya. Proses
pengeringan sari labu siam ditunjukkan secara rinci pada Gambar3.3.
Gambar 3.3 Diagram Alir Tahapana Pengeringan Sari Buah Labu Siam
3.Pembuatan Granul Effervescent Sari Labu Siam
Metode granulasi yang digunaan adalah granulasi kering.
Sebelumnya, bahan berbentuk kristal seperti asam sitrat, manitol, natrium
bikarbonat, diserbukkan terlebih (digerus). Selanjutnya masing-masing
bahan diayak terlebih dahului dengan pengayak No.16, kemudian
ditimbang sesuai formulasi. Keringkan dalam oven pada suhu 50C untuk
menghindari penyerapan air yang ada di udara. Setelah campuran kering,
kemudian diayak dengan pengayak No.18 untuk membuat granul. Setelah
menjadi granul dilakukan pengujian kualitas granul effervescent. Proses
granulasi formulasi tablet efervesen ditunjukkan pada Gambar3.4.

Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Granul Effervescent Sari Labu Siam dan
Ekstrak Kering Kayu Secang
Formulasi granul effervescent labu siam dengan penambahan
ekstrak kering kayu secang mengacu pada penelitian Barus (2013) dengan
modifikasi. Formulasi granul effervescent sari buah labu siam dan ekstrak
kering kayu secang ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Formulasi Granul Effervescent Sari Labu Siam-Kayu Secang.
Formulasi %
Konten
Jenis Bahan F1 F2 F3
%
90:10 80:20 70:30
Serbuk sari labu siam 35,1 31,2 27,3
39
Ekstrak kering kayu secang 3,9 7,8 11,7
PVP 5 5 5 5
Manitol 4 4 4 4
Na2CO3 : Asam Sitrat 50 50 50 50
Sukralosa 1,97 1,97 1,97 1,97
PEG 6000 0,03 0,03 0,03 0,03
Total 100 100 100 100
Perbandingan effervescent mix didasarkan pada persenyawaan
antara asam sitrat dan natrium bikarbonat. Dimana 1 molekul asam sitrat
akan dinetralkan oleh 3 molekul natrium bikarbonat.
4.Pengujian Kualitas Granul
Granul effervescent yang dihasilkan diuji kadar air, diuji sifat
fisiknya yaitu sudut diam, kecepatan alir, kerapatan curah dan kerapatan
mampat, indeks kompresibilitas, kerapatan sejati dan porositas, dan waktu
larut, serta diuji aktivitas antioksidannya.
5.Pembuatan Tablet Effervescent
Granul yang telah dihasilkan selanjutnya dibentuk menjadi tablet.
Tablet yang akan dibuat berbentuk bulat dengan berat 2500 mg per tablet.
Mesin pencetak tablet disiapkan selanjutnya massa granul yang telah diuji
dimasukkan ke dalam mesin pencetak tablet. Setelah itu tablet dicetak dan
selanjutnya diuji fisik dan sensorisnya. Skematis pembuatan tablet
ditunjukkan pada Gambar 3.4.
6.Pengujian Mutu Fisik dan Sensoris Tablet Effervescent
Tablet effervescent yang dihasilkan diuji keseragaman bobot dan
ukurannya, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur. Setelah itu
disiapkan uji sensoris minuman effervescent sari labu siam dan kayu
sechang dengan uji kesukaan (hedonik)

D. Metode Analisa
Tabel 3.2 Metode Uji Yang Digunakan
No Analisa Metode
.
1 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Taie et al., 1978)
2 Uji Kadar air Metode Oven (Yohana, 2016)
3 Uji Waktu Larut (Yohana, 2016)
4 Uji Sifat Fisik Granul Effervescent (Dewi dkk, 2014)
Uji Kecepatan Alir dan Sudut Diam (Dewi dkk, 2014)
Uji Indeks Kompresibilitas (Dewi dkk, 2014)
Uji kerapatan sejati dan porositas (Dewi dkk, 2014)
5 Uji pH Granul (Dewi dkk, 2014)
6 Uji Sifat Fisik tablet (Kartika dkk, 2015)
Keseragaman bobot (Kartika dkk, 2015)
Kekerasan (Kartika dkk, 2015)
Uji friabilitas (Kartika dkk, 2015)
Uji waktu hancur (Kartika dkk, 2015)
Uji Sensoris Hedonik (Setyaningsih dkk, 2010).
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor
yaitu tingkat konsentrasi maltodekstrin dan rasio penambahan ekstrak kering
kayu secang. Faktor pertama adalah konsentrasi penambahanbahan pengisi
(maltodekstrin) dengan 3 taraf (7%; 10%; 12%) dengan 2 kali pengulangan (6
satuan percobaan) dan dilanjutkan rasio ekstrak kering sari labu siam dengan
ekstrak kering kayu secang sebanyak 3 taraf (70:30; 80:20; 90:10) dengan 2
pengulangan (6 satuan percobaan). Data dianalisis dengan one way ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95% yang apabila terdapat perbedaan akan
dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan SPSS 16.
F. Estimasi Waktu Penelitian
Tabel 3.3 Estimasi Waktu Pelaksanaan Penelitian
Bulan ke-
No. Tahapan
1 2 3 4 5
1 Penyusunan Proposal
2 Persiapan penelitian
3 Seminar Proposal
4 Pelaksanaan Penelitian
5 Analisis dan Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan
7 Seminar Hasil
8 Ujian
DAFTAR PUSTAKA

Ali,Subahan., Berpal Sing, K.K. Jha, and Arkendu Chatterjee. 2015.Formulation


and Evaluation of Fast Dissolving Metronidazole Tablet. Indo American
Journal of Pharmaceutical Research.Vol.5(7): 2566 2570.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan: Farida
Ibrahim. Edisi keempat.Universitas Indonesia Press. Jakarta.
AOAC. 1995. Official Methode of Analysis. Association of Official
AgriculturalChemist, Washington D. C.
Bajaj, Ganesh M., Ajit Kalyankar, Ashok Bhosale, Sharwaree Hardikar, and
Abijeet Khopade. 2014. A Review: Revisit with Decade of Progrss on
Challenges for Development of Dispersible Tablet. Indo American
Journal of Pharmaceutical Research, Vol. 4 (6): 2672 2681.
Banker GS, NR Anderson. 1986. The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy. Lea and Febinger.Philadelphia.
Banker GS, NR Anderson. 1994. dalam L Lachman, HA Lieberman, JLKanig.
Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan oleh SitiSuyatmi. Jilid
II. Edisi 3. UI Press, Jakarta.
Barus, Citra Regina. 2013. Skripsi: Formulasi Tablet Effervesncent dari Ekstrak
Kunyit (curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) dengan Konsentrasi Effervescent
Mix yang Berbeda. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Bauernfeind, J.C. 1981. Carotenoids as Colorants and Vitamin A
Precursors.Academic Press, New York and London.
Corbo, Maria Rosaria, Antonio Bevilacqua, Leonardo Petruzzi, Francesco Pio
Casanova, and Milena Sinigaglia. 2014. Functional Beverages: The
Emerging Side of Functional Foods, Commercial Trends, Research, and
Health Implications. Comprehensive Reviews in Food Science and Food
Safety, 13: 1192 1206.
Daryono,Elvianto Dwi. 2012. Ekstraksi Pektin dari Labu Siam.Jurnal Teknik
Kimia Vol.7 (1):22 25.
Dewi, Rosmala., Iskandarsyah, dan Devi Octarina. 2014. Tablet Effervescent
Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi Kadar
Pemanis Aspartam. Pharmaceutical Science Research, Vol 1 (2): 116-
133.
Enie, A. B. 1987. Zat Warna dan Pemakaiannya dalam Industri Pangan.
BalaiPenelitian Makanan, Minuman dan Fitokimia. Balai Besar Litbang
IndustriHasil Pertanian (BBIHP), Bogor
Fatdhilah, Nurul R dan C. Anna N. A. 2014.Pengaruhuh Jumlah Maltodekstrin
dan Lama Pengeringan Terhadap Sifat Organoleptik Sup Labu Kuning
Instan.E-Journal Boga, Vol. 3 (3): 76-85
Furqon,Ayi dan M.Biomed. 2013. Efek Hipoglikemik Perasan Buah Labu Siam
(Sechium edule):Analisis Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus)
yang DiinduksiAloksan (2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 5,6-dioxyuracil).
Jurnal Kimia Klinik, Vol. 2 (1): 1 9.
Hermayanti, Yunita, Ahmad Muhtadi, dan Yoppi Iskandar. 2013. Aktivitas
Antihiperkolesterolemia Ekstrak Etanol Buah Labu Siam (Sechium edule
sw.) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology, Vol. 2(2): 22 33.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II, Terjemahan
BadanLitbang Kehutanan Jakarta. Dep-Hut, Jakarta
Jamal, Melisyah P. 2011. Aplikasi Bubuk ekstrak Secang (Caesalpinia sappun
Lisa) Sebagai Pengawet dan Pewarna Alami pada Sosis Sapi. Skripsi:
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta.
Kailaku, Sari Intan,Jayeng Sumangat, dan Hernani. 2012. Formulasi Granul
Efervesen Kaya Antioksidan dari Ekstrak Daun Gambir(Uncaria
gambier Roxb). Jurnal Pascapanen, Vol. 9(1): 27 - 34
Kholidah, Sitti, Yuliet, dan Akhmad Khumaidi. 2014. Formulasi Tablet
Effervescent Jahe (Z Officinale Roscoe) DENGAN Variasi Konsentrasi
Sumber Asam Dan Basa. Online Jurnal of Natural Science, Vol. 3(3):
216 229
Kellar, E. 1999.Brazilin. Kellar@MSX.UPMC.EDU.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh Siti, S., Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Lemmens, R.H.M.J. dan W.N. Soetjipto. 1992. Dye and Tannin Producing
Plants.Di dalam Plant resources of Southeast Asia No.3.
Wageningen.TheNetherlands.Pudoc/Prosea.
Lestari, A. Budi Susiana dan Lisa Natalia.2007. Optimasi Natrium Sitrat Dan
Asam Fumarat Sebagai Sumber Asam Dalam Pembuatan Granul
Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Secara
Granulasi Basah. Majalah Farmasi Indonesia, 18(1): 21 28.
Lestari, Pramulani Mulya., Naniek Setiadi Radjab, dan Amalia Octaviani. 2014.
Formulasi Dan Evaluasi Fisik Granul Effervescent Sari Buah Naga
(Hylocereus undatus. FARMASAINS Vol 2 (4): 182 185.
Marliana, Soerya Dewi, Venty Suryanti, dan Suyono.2005. Skrining Fitokimia dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
(Sechium edule Jacq.Swartz.)dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi Vol. 3
(1): 26-31.
Menkovska, Mirjana. 2013. The Newest Experience with Effervescent
TabletsContaining Royal Jelly as Functional Food on Packing, Dosage
and SynergisticAction in Prevention, Prophylaxis and Healing. Journal
of Food Process Technology, Vol. 4 (10): 1 8.
Monton, Chaowalit., Jirapornchai Suksaeree, and Pathamaporn Pathompak. 2014.
Research Article: Can Makjong (Scaphium macropodum) Powder
Formed Gel In EffervescentBlend?.International Journal of Pharmac
and Pharmaceutical Science, Vol. 6(6): 610-612.
Nguyen, Van Tang and Quang T Pham.2011. Effect of Raw Material and
Processing Factorson the Production of Effervescent Artichoke (Cynara
scolymus L.) Tea Tablets.InternationalJournal of Food Engineering, Vol.
7 (1): 1 16.
Palanisamy P., Rabi Abhishekh, and D. Yoganand Kumar. 2011. Formulation and
Evaluation of Effervescent Tablets of Aceclofenac. International
Research Journal of Pharmacy, Vol. 2 (12): 185 190.
Palobo, Fabiola N., Paulina V. Y. Yamlean, Adithya Yudistira. 2013. Formulasi
Granul Effervescent Ekstrak Daun Leilem (Clerodendrum minahassae
L). Jurnal Farmasi UNSRAT, Vol. 3 (2): 64 71.
Patel H.K., Chauhan P., Patel K.N., Patel B.A., and Patel P.A. 2012. Research
Article: Formulation and Evaluation of Effervescent Tablet of
Paracetamol and Ibuprofen. International Journal for Pharmaceutical
Research Scholars, Vol. 1 (2): 509 520.
Prasetyo, Guntur, Itsna Zaky Zumroh, Mey Etikasari, Robit Farid Wajdi, dan Tri
Dewanti Widyaningsih. 2015.Formulasi Serbuk Effervescent Berbasis
Cincau Hitam. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol. 3 (1):90 95.
Pribadi YS, Sukatiningsih, P Sari. 2014. Formulasi Tablet Effervescent Berbahan
Baku Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dan Buah Salam
(Syzygium polyanthum [wight.] walp). Berkala Ilmiah Pertanian, 1(4):
86-89.
Pujihandayani, Yuni. 2010. Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber Officinale Rosc) dengan Kombinasi Asam Fumarat dan Asam
Sitrat sebagai Sumber Asam dan Natrium Karbonat sebagai Sumber
Basa.Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Putra, Stefanus Dicky Reza. 2013. SKRIPSI: Kualitas Minuman Serbuk Instan
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Dengan Variasi
Maltodekstrin Dan Suhu Pemanasan. E-Journal:
Putri, Olivia Bunga. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam
(Sechium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus
Wistar yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Medika Muda: Karya
Ilmiah, Program Studi Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rona, Desi Putria. 2011. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Terhadap Karakteristik
Nata Dari Labu Siam (Sechium edule).Skripsi. Padang: Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian FTP Pertanian Universitas Andalas.
Sanusi, M. 1993. Isolasi dan Identifikasi Zat Warna dari Caesalpinia
Lignum.Majalah Kimia Balai Industri Ujung Pandang, Ujung Pandang.
Sari, C. I. 2012.Kualitas Minuman Serbuk Kersen (Muntingia calabura L.) dengan
Variasi Maltodekstrin dan Ekstrak Kayu Secang (Caeslpiniasappan
L.).Skripsi. Fakultas Teknobiologi Pangan. UAJY.
Segara, Marcel Priyandi. 2010. Skripsi: Optimasi Proses Pengeringan Semprot
Dan Formulasi Minuman Instan Fungsional Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L) Dengan Teknologi Effervescent. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyaningsih, Dwi., Anton Apriyantono, dan Maya Puspitasari. 2010. Analisis
Sensoris Untuk Industri Pangan dan Agro.IPB press. Bogor.
Sree, V. Hema Suma, S.R.C. Hemanth Kumar, A. Seetha Devi. 2016. Green Tea
Tablets- A Review. Indo American Journal of Pharmaceutical Research ,
Vol. 6 (1): 3949 3953.
Stratford, M., 1999.Traditional Preservatives Organic Acids. Di dalam :Robinson,
R. K., Batt, C. A., dan Patel, P. D. (Eds.), Encyclopedia
Sugiyanto,Raisatun Nisa, Shofy Rahmadani Putri, Ferina Septiani Damanik, dan
Gusti Made Aryandana Sasmita. 2013. Aplikasi Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.) dalam Upaya Prevensi Kerusakan DNA Akibat
Paparan Zat Potensial Karsinogenik Melalui Mnpce Assay.Jurnal
Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Sundari, D., W. Lucie dan M.W. Winarno. 1998. Informasi Khasiat, keamanan
dan Fitokimia Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L).
WartaTumbuhan Obat Indonesia Vol. 4 No. 3.
Susanti, Ratna Frida., Arenst Andreas Arie, dan Garry Christianto Solihin. 2015.
Pengaruh Jenis, Konsentrasi Bahan Pengisi dan Suhu Pengeringan Terhadap
Kualitas Ekstrak Buah Physalis Angulata yang Diperoleh Dengan Ekstraksi
Menggunakan Air Subkritik. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Sutrisno AD. 1987. Pembuatan dan Peningkatan kualitas zat warna merah
alamiyang dihasilkan oleh Monacus purpureus. Jurusan Teknologi
Makanan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan. Bandung.
Taie, H. A. A., El-Mergawi R., and S. Radwan. 2008. Isoflavonoids, Flavonoids,
Phenolic Acids Profiles and Antioxidant Activity Of Soybean Seeds As
Affected By Organic And Bioorganic Fertilization. American Eurasian
journal of Agriculture and Environmental Science, Vol. 4 (2): 207-213.
Ulilalbab, Arya., Anugerah Dany Priyanto, Hafiz Iqbal Maulana, Faurita Resti
Puspitasari, Efi Fitriani, dan Teti Estiasih. 2012. Pemberian Tablet
Effervescent Rosella Ungu Menurunkan Nilai MDA (Malondialdehid)
Tikus Wistar yang Dipapar Minyak Jelantah. The Indonesian Journal of
Public Health, 9 (1): 8186.
Wiadnya, Ida Bagus Rai, Siti Zaetun, Wiwik Lina Sari. 2014. Efektivitas
Pemberian Filtrat Labu Siam (Sechium Edule) terhadap Penurunan Kadar
Kolesterol Total pada Darah Hewan Coba Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Strain Wista R. Media Bina Ilmiah, 8(1).
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G. dan B.S. Laksmi. 1974. Dasar Pengawetan, Sanitasi, dan
Keracunan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian. Fatemeta, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Yohana, Riri. 2016. Skripsi: Karakteristik Fisiko Kimia Dan Organoleptik
Minuman Serbuk Instan Dari Campuran Sari Buah Pepino (Solanum
muricatum, Aiton.) Dan Sari Buah Terung Pirus (Cyphomandra betacea,
Sent.). Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang.
ASIANI DKK 29012
a. Pemeriksaan Sifat dan Kecepatan Alir Granul Efervesen
1) Penentuan Sudut Diam
Menurut Banker dan Anderson (1994) penentuan sudut diam dilakukan
dengan metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas pada
ketinggian H di atas kertas pada bidang horizontal.Granul dituang
perlahan-lahan sampai ke ujung corong dan R adalah jari-jari dari alas
tumpukan yang berbentuk kerucut.
2) pengukuran Kecepatan Alir Pengukuran kecepatan alir dilakukan dengan
menuangkan granul secara perlahan-lahan melalui tepi corong yang
ujungnya tertutup. Dicatat waktu yang diperlukan sampai semua granul
habis keluar.
b. Pembuatan Tablet Efervesen
Ruangan pengempaan tablet dikondisikan selama 30 menit dengan mengatur
suhu ruangan di bawah suhu 25C dan kelembaban ruangan terjaga. Tablet
dibuat dengan mengalirkan sejumlah massa granul kedalam mesin pengempa
tablet dan mengempanya dengan mesin pengempa tablet. Pengempaan
berlangsung dengan mengalirkan sejumlah massa granul dari hopper ke dalam
lubang die dengan ukuran tertentu, kemudian massa yang telah masuk akan
dikempa dengan tekanan yang dihasilkan dari pertemuan antara punch atas dan
punch bawah. Pengaturan punch atas dan bawah harus sama untuk setiap
formula supaya tidak mempengaruhi kekerasan dan bobot tablet.
c. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Efervesen
1) Penampilan Tablet
Pengontrolan penampilan umum tablet melibatkan pengukuran sejumlah
kelengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa,
bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik, serta kemudian untuk
membaca tanda-tanda pengenal (Banker dan Anderson, 1994).
2) Keseragaman Ukuran
Tablet diukur menggunakan jangka sorong untuk mengukur tebal dan
diameter tablet. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari satu sepertiga kali tebal tablet, kecuali dinyatakan lain (Anonim,
1979).
3) Keseragaman Bobot
Tablet sebanyak 20 ditimbang satu per satu dan dihitung bobot rata-rata
setiap tablet. Menurut Farmakope Indonesia III (1979), tidak boleh lebih
dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari kolom A,
dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
Analisa Waktu Larut (Yohana, 2016).
Timbang 5 g sampel kemudian larutkan dalam 100 ml air kemudian hitung
kecepatan larut serbuk dengan menggunakan stopwatch dan dicatat berapa lama
waktu sampai sampel benar-benar terlarut penuh dalam air.
Keterangan:
W1 = berat kertas saring kosong
W2 = berat kertas saring berisi bagian tidak larut air
W = berat sampel

Yohana, Riri. 2016. Skripsi: Karakteristik Fisiko Kimia Dan Organoleptik


Minuman Serbuk Instan Dari Campuran Sari Buah Pepino (Solanum
muricatum, Aiton.) Dan Sari Buah Terung Pirus (Cyphomandra
betacea, Sent.). Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas,
Padang.
BURHAN DKK 2012] Vol 1, No 2 (2012) > Burhan e journal.unsrat
1. Kecepatan alir dan sudut diam
Prosedur kerja untuk memperoleh granul dengan kualitas yang baik yaitu
sejumlah granul dimasukkan ke dalam corong yang tertutup bagian awahnya.Buka
secara perlahan sampai semua granul keluar dari corong dan membentuk
timbunan di atas kertas grafik. Aliran granul yang baik jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 100 gram 10 detik (Anshory, dkk. 2008)
Sudut diam diperoleh dengan mengukur tinggi dan diameter tumpukan granul
yang terbentuk.Bila sudut diam yang terbentuk 30omenyatakan bahwa sediaan
dapat mengalir bebas, dan bila sudut yang terbentuk 40o menyatakan bahwa
sediaan memiliki daya alir yang kurang baik. Dari nilai sudut diam dapat
menunjukkan suatu nilai indikasi bias diterimanaya sifat aliran yang dimiliki oleh
suatu bahan (Banker dan Anderson, 1989).
Sayuran setelah dibersihkan lalu dikukus selama 2-5 menit pada suhu 80 oC. Ini
bertujuan untuk mengnonaktifkan enzim terutama enzim pencokelatan dan
mikroorganisme patogen yang tidak baik bagi kesehatan. Blansing membersihkan
permukaan dari kotoran dan organisme, mencerahkan warna dan membantu
menghambat penurunan vitamin. Hal ini juga untuk melayukan atau melembutkan
sayuran (National Center for Home Food Preservation, 2013).
National Center for Home Food Preservation. 2013. Freezing. National
Center for Home Food Preservation. Georgia. http://nchfp.uga.edu. (6 Juni
2014).
Peraturan Kepala BPOM RI, 2003. Batas Maksimum Penggunaan
Tambahan Bahan Pangan Antikempal. (7 Juli 2014).
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Penentuan Daya Larut. SNI
7612-2011
kempa langsung
Kempa langsung didefinisikan sebagai proses pembuatan tablet
dengan
langsung mengempa campuran serbuk (zat aktif dan eksipien),
dan tidak ada
proses sebelumnya kecuali penimbangan dan pencampuran.
Material yang dapat dikempa langsung hanya material yang
mempunyai
sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Tahapan proses untuk
kempa langsung
hanya terdiri dari beberapa langkah (sangat singkat) yaitu
penimbangan bahan (zat
aktif dan eksipien), pencampuran zat aktif dengan semua
eksipien dan
pengempaan tablet (

Anda mungkin juga menyukai