Anda di halaman 1dari 6

Menulis Puisi Baru : Distikon, Terzina, Kuatrin, Quint, Sektet, Septima, Stanza dan Soneta

Contohsuratku.net - Pada kesempatan kali ini kembali kami berbagi sebuah artikel
tentang Menulis Puisi Baru : Distikon, Terzina, Kuatrin, Quint, Sektet, Septima,
Stanza dan Soneta yang merupakan salah satu mata pelajaran Bhs. Indonesia Kelas X.

Menulis Puisi Baru


Untuk memahami tentang bagaimana menilis dan memahami tentang Puisi Baru
silahkan ikuti penjelasan kami berikut ini :

Menulis Puisi Baru


Distikon, Terzina, Kuatrin, Quint, Sektet, Septima, Stanza dan Soneta

Pengertian Umum Puisi Baru


Puisi baru adalah suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-
aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir
setelah puisi lama. (Puisi yang bebas baik dari segi suku kata, baris, atau rimanya).
Pengertian Puisi Baru Menurut Para Ahli
Rizal (2010:75). Puisi baru adalah pembaharuan dari puisi lama yang mendapat
pengaruh dari barat. Dalam penyusunan puisi baru mengenai rima dan jumlah baris
setiap bait tidak terlalu dipentingkan. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi
lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Nama pengarang puisi baru
sudah dicantumkan.

Damayanti (2013:78). Mengemukakan bahwa puisi baru adalah puisi yang tidak terikat
seperti puisi lama. Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima. Namun demikian, bentuk puisi lama tetap
mempengaruhi penulisan puisi baru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di
simpulkan bahwa puisi baru adalah bentuk puisi bebas yang tidak begitu terikat seperti
puisi lama.

Ciri-ciri Puisi Baru


Ciri-ciri puisi baru dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bentuknya rapi, simetris.
2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur).
3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang
lain.
4. Sebagian besar puisi empat seuntai.
5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Puisi baru memiliki banyak jenisnya. Jika diklasifiikasikan, aka ada dua jenis puisi baru.
Yang pertama adalah jenis puisi baru berdasarkan jumlah baris yang terkandung tiap
baitnya. Yang kedua adalah jenis puisi baru yang diklasifikasikan berdasarkan isinya.

Berdasarkan Bentuknya
Ada tujuh jenis puisi baru jika diklasifikasikan berdasarkan bentuknya. Bentuk dalam hal
ini adalah untaian puisi tersebut dalam satu bait. Ketujuh puisi baru tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Distikon
Distikon merupakan jenis puisi baru yang biasanya terdiri dari satu atau lebih bait dan
tiap baitnya memiliki dua baris kalimat saja. Ciri kedua distikon adalah pola
persajakannya yakni a-a.
Contoh:
Bulan setengah bayang
Cahayanya termakan kerinduan

2. Terzina
Terzina merupakan jenis puisi baru yang biasanya terdiri dari satu bait atau lebih dan tiap
baitnya memiliki tiga baris kalimat saja. Pola persajakan Terzina tidak terpaku, yakni a-a-
a, a-a-b, a-b-c, atau a-b-b.
Contoh:
Malam-malam ada cahaya
Lebih terang dari lentera
menyorot mata

Apakah itu kamu


Berdiri disana
.menatapku?

3. Kuatrin
Jenis puisi baru ini memiliki empat kalimat dalam satu bait. Kuatrin lebih mirip seperti
syair karena polanya aa-aa. Kadang juga kuatrin memiliki pola ab-ab atau aa-bb.
Contoh:
MENDATANG-DATANG JUA
Mendatang-datang jua
Kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua


Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

4. Quint
Jika quatrain terdiri atas empat baris dalam tiap baitnya, maka quint merupakan jenis
puisi yang memiliki lima baris dalam tiap baitnya. Pola sajak quint ini lebih tetap, yakni a-
a-a-a-a.
Contoh:
Bunga Kematian
Pelan-pelan datang
Duka yang malang
Seketika harum kembang
Ibuku tersayang
Semoga engkau dalam tenang

5. Sektet
Puisi baru yang satu ini memiliki enam baris dalam satu baitnya. Pola persajakan pada
sektet sudah tdiak penting lagi karena tidak beraturan. Sektet inilah yang kemudian
menjadi cikal lahirnya banyak puisi yang lebih variatif dan modern.

Contoh:
HUTAN
Rapuh dahan terpotong-potong
Tapi arah masih belum ditemukan
Sedang malam akan hinggap
Sembunyiku di pohon jati
Auman malam akan menantang
Mencari mangsa daging segar

6. Septima
Septima memiliki karakter yang sama dengan Sektet. Bedanya, septima terdiri atas tujuh
baris dalam satu bait. Tidak ada pola persajakan sehingga septima memang terkesan
bebas.

Contoh:
SOAL PAGI
Soal pagi yang muncul besok
Kau sapa embun di daun
Kau dengar ayam berkokok
Kau panggil gelap dengan ceria
kau sambut dingin dengan semangat
Dan nyalakan api tubuhmu
Memutari beberapa tempat

7. Stanza
Stanza tentu lebih panjang dibandingkan Septima. Stanza terdiri atas delapan baris
dalam satu bait atau disebut juga puisi oktaf dengan persajakan yang tidak berpola.

Contoh:
LANGIT BELUM BIRU
Langit masih belum biru
Ketika kau tanya soal itu
Jawabannya akan buat bingung
Akan ada tanda tanya di kepala
Tanda penasaran dalam hati
Lalu kau ajak temanmu ke bukit
menatap birunya langit
Karena kau tak dapat jawabanku

8. Soneta
Soneta adalah jenis puisi baru yang memiliki syarat-syarat yang cukup banyak untuk
membuatnya disebut sebagai sonata. Adapun istilah sonata merupakan istilah dari
bahasa Italia yang berarti suara.
Syarat-syarat sebuah puisi disebut sonata adalah keterikatannya akan jumlah baris,
pembagian bait, pembagian puisi berdasarkan jenis puisi baru, dan pola persajakan yang
tetap. Aturannya cukup mengikat sehingga Soneta terkesan tidak jauh berbeda dengan
puisi lama.

Contoh:
GEMBALA
Perasaan siapa takan nyala (a)
Melihat anak berlagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)

Beginilah nasib anak gembala (a)


Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)

Jauh sedikit sesayup sampai (a)


Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)

Wahai gembala di segara hijau (c)


Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)

(Muhammad Yamin, SH.)

Berdasarkan Isinya
Puisi baru juga bisa diklasifikasikan berdasarkan isinya. Artinya, jika sebuah puisi banyak
bercerita tentang Tuhan, sebutannya akan berbeda dengan jenis puisi yang bercerita
tentang cinta kasih. Berikut beberapa jenis puisi baru yang diklasifikasikan berdasarkan
isinya.

1. Ode
Ode merupakan puisi baru yang didalamnya berisi puji-pujian terhadap para pahlwan
atau orang tertentu yang dimuliakan. Biasanya dalam puisinya terdapat keterangan
bahwa puisi tersebut untuk pahlawan yang meninggal atau bisa menyebut satu nama
yang dianggap penyair sebagai orang istimewa. Beberapa puisi Chairil Anwar ada yang
masuk jenis puisi ini.

2. Himne
Himne adalah puisi baru yang isinya berupa pujian terhadap Tuhan Yang Mahakuasa.
Sajak-sajak himne bersifat ketuhanan. Contohnya puisi Doa karya Chairil Anwar

3. Elegi
Elegi merupakan jenis puisi yang lebih banyak bicara tentang duka atau kehidupan yang
tidak menyenangkan. Banyak penyair yang membuat karya puisi jenis ini.

4. Epigram
Epigram merupakan puisi wejangan agar hidup senantiasa lebih baik. Jenis puisi ini juga
lebih banyak mengandung nasihat atau pendidikan agama.

5. Satire
Satire adalah puisi baru yang ditujukan untuk menyindir tentang berbagai hal, terutama
tentang keadilan sosial atau berbagai kondisi sosial lainnya. Puisi karya W. S. Rendra dan
Taufiq Ismail banyak yang merupakan jenis satire.

6. Romance
Puisi ini merupakan jenis puisi yang isinya tentang rasa kasih sayang terhadap lawan
jenis, sesama manusia, cinta terhadap bangsa, dan kedamaian. Puisi-puisi Sapardi Djoko
Damono banyak yang bisa disebut sebagai puisi tipe ini.

7. Balada
Perkembangan puisi baru yang lebih bebas membuat puisi dengan gaya penceritaan pun
berkembang. Maka tidak heran jika kemudian dikenal tipe puisi balada yang merupakan
tipe puisi bercerita.

Catatan:
Pembagian jenis puisi baru tersebut pada perkembangannya tidak terlalu berpengaruh
pada pembuatan puisi era modern. Puisi baru tidak lagi terlalu memerhatikan apakah
sebuah puisi ini termasuk septima atau sektet. Pengarangnya juga tidak terlalu
memikirkan akan membuat tipe puisi seperti apa.

Pengarang membuat puisi sesuai yang dirasakan dan dialaminya, apapun bentuk atau isi
dari puisi tersebut. Tidak aneh jika kemudian puisi baru lebih banyak mencerminkan
pengarangnya dalam melihat dunia lewat puisi.

Tips Membuat Puisi


Sudah disebutkan sebelumnya tentang jenis-jenis puisi. Pengenalan jenis-jenis puisi
tersebut tujuannya agar lebih mudah jika ingin membuat sebuah puisi yang ditentukan
berdasarkan temanya ataupun berdasarkan jumlah baris dalam tiap baitnya.

Perlu diingat, membuat puisi tidak semudah menentukan jenis puisinya. Hal yang paling
penting adalah kebebasan dalam membuat puisi. Bebaskan dulu pikiran untuk membuat
puisi tanpa memerhatikan jenis puisi.

Untuk memudahkan dalam membuat puisi, perhatikan tips berikut ini.

1. Puisi hadir karena lingkup persoalan yang terjadi pada diri pengarang baik besar
maupun kecil. Apa pun persoalan tersebut, baik keresahan atau kerinduan,
tuangkan ke dalam puisi. Tuangkan juga segala hal yang menginspirasi.
2. Puisi tidak selalu berangkat dari uangkapan kesadaran dirinya. Pengarang bisa
saja membuat sebuah puisi berdasarkan sudut pandang tertentu. Misalnya
membuat puisi alam dengan sudut pandang sebagai kupu-kupu atau lebah atau
bahkan daun.
3. Puisi berbeda dengan esai, surat cinta, ataupun khutbah di masjid. Karena itu,
untuk menyampaikan protes sosial, kerinduan atau kasih sayang, ataupun puisi
bertema agama tentu akan berbeda jika dikemas dalam bentuk puisi.
4. Pilihan kata-kata harus diperhatikan dalam puisi. Jangan sampai membuat sebuah
puisi malah terlihat sebagai bentuk cerpen atau sebuah catatan harian. Untuk itu
dalam membuat puisi, perhatikan kata-kata yang digunakan. Sebaiknya gunakan
pilihan kata berlarik dan yang memiliki konotasi usahkan juga memakai jumlah
kata yang sedikit tetapi penuh makna tentu leibh baik. Untuk awal-awal, tidak
perlu dipaksakan jumlah kata harus sedikit.
5. Perhatikan juga gaya bahasa dalam membuat puisi. Sebaiknya, gunakan gaya
bahasa majas meskipun menggunakan gaya bahas yang lebih tegas juga tidak
masalah. Pilihan gaya bahasa yang mengandung majas atau metafora tentu akan
membuat puisi tersebut terhindar seperti curhatan sehari-hari. Gaya bahasa juga
bisa membuat kalimat dan kata-kata lebih hidup dan membuat rangsangan
kepada pembaca. Misalnya gaya bahasa yang mengebu-gebu tentu akan sangat
cocok untuk puisi tipe semangat. Khusus awal-awal.
6. Buatlah puisi dengan cara mengalir terlebih dulu baru kemudian lakukan
penyuntingan.

Anda mungkin juga menyukai