PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Stadium general merupakan salah satu mata perkuliahan yang biasa diadakan
di kampus sebagai mata kuliah umum. Namun, jangan meremehkan mata kuliah
yang satu ini karena banyak hal baru yang bisa kita peroleh di sana.
Setelah beberapa kali pertemuan dalam mata kuliah Stadiu General, ada
banyak hal baru yang Penulis dapatkan.
Oleh karena itu dalam makalah ini Penulis membahas materi apa saja yang
didapatkan selama beberapa kali pertemuan tersebut.
B Rumusan Masalah
1 4 kepribadian manusia.
3 Kepemimpinan.
C Tujuan
2 Mereview ulang hal-hal yang telah dibahas saat pertemuan Stadium General.
1
BAB II
4 KEPRIBADIAN MANUSIA
A Pengertian
Kepribadian adalah karakter yang menonjol pada diri sesorang dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, akan berhubungan dengan
4 macam kepribadian manusia yang berbeda-beda. Sehingga setelah
mengetahui perbedaan itu, diharapkan bisa timbul rasa saling memahami antar
sesama.
B 4 Macam Kepribadian
4 kepribadian diatas tidak ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sebab masing-
masing memiliki kekuatan dan kelemahan. Sekarang mari kita ulas kekuatan dan
kelemahan dari 4 kepribadian tersebut.
1 SANGUIN
2
Kekuatan :
Suka bicara.
Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif.
Antusias dan ekspresif.
Ceria dan penuh rasa ingin tahu.
Hidup di masa sekarang.
Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan).
Berhati tulus dan kekanak-kanakan.
Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara).
Umumnya hebat di permukaan.
Mudah berteman dan menyukai orang lain.
Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian.
Menyenangkan dan dicemburui orang lain.
Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam).
Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang
membosankan.
Menyukai hal-hal yang spontan.
Kelemahan :
Suara dan tertawa yang keras (bahkan terlalu keras).
Membesar-besarkan suatu hal / kejadian.
Susah untuk diam.
Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka
ikutan Gank).
Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele.
RKP (Rentang Konsentrasi Pendek) alias pelupa.
Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja
antusias).
Mudah berubah-ubah.
Susah datang tepat waktu jam kantor.
Prioritas kegiatan kacau.
Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan
tuntas.
Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah
masalahnya.
Egoistis alias suka mementingkan diri sendiri.
Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama.
Konsentrasi ke "How to spend money" daripada "How to earn/save money".
2 KOLERIS
3
Kekuatan :
Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif.
Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan.
Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target.
Bebas dan mandiri.
Berani menghadapi tantangan dan masalah.
"Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari
ini".
Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat.
Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas.
Membuat dan menentukan tujuan.
Terdorong oleh tantangan dan tantangan.
Tidak begitu perlu teman.
Mau memimpin dan mengorganisasi.
Biasanya benar dan punya visi ke depan.
Unggul dalam keadaan darurat.
Kelemahan :
Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis).
Senang memerintah.
Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk santai.
Menyukai kontroversi dan pertengkaran.
Terlalu kaku dan kuat/ keras.
Tidak menyukai air mata dan emosi tidak simpatik.
Tidak suka yang sepele dan bertele-tele / terlalu rinci.
Sering membuat keputusan tergesa-gesa.
Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain.
Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.
Workaholics (cinta mati dengan pekerjaan).
Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf.
Mungkin selalu benar tetapi tidak populer.
3 MELANKOLIS
Kekuatan :
Analitis, mendalam, dan penuh pikiran.
Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal.
Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis).
Sensitif.
Mau mengorbankan diri dan idealis.
Standar tinggi dan perfeksionis.
4
Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi).
Hemat.
Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu
kreatif).
Kalau sudah mulai, dituntaskan.
Berteman dengan hati-hati.
Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi.
Sangat memperhatikan orang lain.
Kelemahan :
Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan).
Mengingat yang negatif & pendendam.
Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah.
Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan.
Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah.
Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan.
Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan.
Hidup berdasarkan definisi.
Sulit bersosialisasi (cenderung pilih-pilih).
Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya.
Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang).
Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap pujian).
Memerlukan persetujuan.
4. PLEGMATIS
Kekuatan :
Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh.
Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik.
Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana.
Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi).
Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi.
Penengah masalah yg baik.
Cenderung berusaha menemukan cara termudah.
Baik di bawah tekanan.
Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan.
Rasa humor yg tajam.
Senang melihat dan mengawasi.
Berbelaskasihan dan peduli.
Mudah diajak rukun dan damai.
5
Kelemahan :
Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru.
Takut dan khawatir.
Menghindari konflik dan tanggung jawab.
Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar).
Terlalu pemalu dan pendiam.
Humor kering dan mengejek (Sarkatis).
Kurang berorientasi pada tujuan.
Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri.
Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat.
Tidak senang didesak-desak.
Menunda-nunda / menggantungkan masalah.
Setiap orang bisa saja memiliki 4 kepribadian sekaligus, namun pasti akan
ada 1 kepribadian yang lebih dominan diantara yang lain.
6
BAB III
SEX EDUCATION
A. PENGERTIAN SEKS
Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak
sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, arti seks adalah jenis
kelamin, yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Sementara,
seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain :
Dimensi biologis yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat
kebersihan dan kesehatan.
Dimensi psikologis seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis,
perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai
makhluk seksual.
Dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam
relasi antar-manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam
pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks.
Dimensi kultural menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian
dari budaya yang ada di masyarakat.
7
Dalam beberapa kasus yang terjadi, kejahatan seks justru dilakukan oleh orang-
orang yang dekat dengan kehidupan anak.
Data yang ada mengenai kejahatan seks, selama tahun 1995 terjadi 12 kasus
kejahatan seks yang dilakukan oleh orang tua kandung maupun tiri, 7 kasus
dilakukan oleh saudaranya, 4 kasus oleh guru dan oleh teman atau kenalan
sebanyak 49 kasus. Keadaan seperti itu jelas sangat memprihatinkan.
Kehidupan seks bebas dan kejahatan yang terjadi belakangan ini adalah hal-hal
yang perlu diketahui oleh remaja agar mereka dapat mengantisipasi dan mengatasi
masalah tersebut. Remaja masa kini perlu disadarkan akan perlunya sikap
menghargai dan bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan lingkungannya
demi masa depan yang cerah.
Remaja juga perlu ditumbuhkan kesadaran akan perlunya suatu sikap
menghargai dan tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungan melalui informasi
tentang hakikat seksualitas pada diri mereka dan pada diri manusia pada umumnya
secara benar. Informasi yang benar tersebut dapat diberikan melalui pendidikan
seks. Pendidikan seks ini dapat diberikan oleh orang tua ataupun oleh pihak
sekolah.
8
bisa mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak
perlu ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan ingin
mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.
9
Konseling. Namun hanya mendapat bekal dari sekolah tentu tidak cukup.
Komunikasi dari orang tua dan anak pun juga diperlukan. Dapat dikatakan bahwa
tidak banyak remaja yang berani cerita tentangfirst kiss-nya ke ibu mereka. Kalau
kita tanya di mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex, and Dating, banyak yang
menjawab bahwa mereka memperolehnya dari teman.
Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan
tentang seks dan gaya hidup remaja saat ini. Orangtua pun mesti mendapatkan
pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend
di kalangan remaja, sehingga dapat terjalin komunikasi yang terbuka antara
orangtua dan anak. Karena bukan tidak mungkin, mereka yang tidak dekat atau jauh
dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif.
Berikut ini adalah beberapa POIN-POIN topik/materi penting yang secara
umum perlu diketahui anak, yang perlu disampaikan dalam sex education : (diunduh
dari Edukasi Seks Sejak Dini)
10
yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak
boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
11
Tujuan dari pendidikan seks juga disesuaikan dengan perkembangan usia,
yaitu sebagai berikut : (diunduh dari Mengapa Pendidikan Seks Dianggap Tabu?)
4. Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip say no untuk seks pra nikah serta membangun
penerimaan terhadap diri sendiri.
5. Usia pranikah
12
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat
dan tepat.
13
Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang
berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial.
Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang
tidak bertanggung jawab.
Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan
perilaku sosial.
Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan
perilaku seksual.
Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam
masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan
adalah sebagai berikut :
1. Sekolah Dasar (SD) > Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki
usia remaja)
Keterbukaan pada orang tua.
Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut
mengacu pada jenis kelamin dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu
(hubungan laki-laki dan perempuan; proses membuat anak; dsb.).
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa
ilmiah, seperti Penis, Vagina.
Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
14
Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ
seks/organ reproduksi.
Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
Ciri seksualitas primer dan sekunder.
Proses terjadinya mimpi basah.
Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar
siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.
H. HARAPAN
Amat disayangkan bahwa banyak orangtua yang belum memahami manfaat dan
tujuan dari pendidikan seks. Ada yang menganggap bahwa pendidikan seks tidak
diperlukan, sebab akan memancing anak ke arah negatif.
15
Terkadang orangtua juga sulit untuk terbuka dan memulai dialog mengenai
materi seks pada anak, sehingga akhirnya pendidikan seks dianggap tabu. Jelas hal
ini tidak benar. Sesungguhnya dialog seks perlu dibangun, terutama dalam keluarga.
Mudah-mudahan, setelah membaca tulisan ini, para pembaca dapat memiliki
perspektif yang baru mengenai pendidikan seks (sex education), semakin meningkat
kesadarannya mengenai pentingnya pendidikan seks sejak usia dini, serta memiliki
pemahaman yang benar mengenai cara penyampaian sex education yang tepat.
16
BAB IV
KEPEMIMPINAN
A. PENGERTIAN
Setiap orang mempunyai sekedar pengaruh atas yang lain, dengan praktek.
Pengaruh ini jadi tumbuh, sebagian orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang lain,
dan sebagaian kondisi lebih banyak dapat digunakan untuk mempengaruhi, maka
sangat mungkin untuk mempraktekkan kepemimpinan ini. Kita dapat memandang
kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi
prilaku orang lain menurut keinginan-keinginan dalam suatu keadaan tertentu.
17
Jadi, bukan supervise, melainkan inspeksi,m yaitu mencari kesalahan-kesalahan
dan meneliti orang-orang yang tidak taat dan tidak percaya kepada pribadi
sipemimpin.
Seorang pemimpin yang berkarakter dia mampu menilai dirinya - kelebihan dan
kekurangannya, baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.Dia
menyadari bahwa untuk menjadi pemimpin dibutuhkan akhlak yang mulia yang
18
bermuara pada hati nurani yang memampukan dia berlaku adil,jujur,berani,tegas
dan berintegritas.
Seorang pemimpin yang berkarakter dia mampu menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistis. Dia mau menerima secara wajar
apapun yang terjadi dalam kehidupannya, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu
sebagai sesuatu yang sempurna.Artinya dia tidak gila hormat,'gila uang atau
kedudukan.
Pemimpin yang berkarakter dia dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan
mereaksinya secara rasional. Dia tidak sombong atau mengalami superiority
complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup.
Sebaliknya jika dia mengalami kegagalan, dia pun tidak mereaksinya dengan
frustrasi, tetapi dengan sikap optimistis.
5. Memiliki kemandirian
Dia memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak.Dia mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dia mampu mengendalikan emosi dan hal ini terbukti ketika dia menghadapi
situasi yang membuat frustrasi, depresi atau stres, namun dia melakukan tindakan
positif atau konstruktif .
7. Berorientasi tujuan
19
Pemimpin yang berkarakter mampu merumuskan tujuan dalam setiap aktivitas
dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas
dasar paksaan dari luar. Dia berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan.
Pemimpin yang berkarakter bersikap respek terhadap orang lain, empati terhadap
orang lain dan memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungan.Selain itu dia bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai
orang lain seperti dirinya. Dia merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain. Dia
tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan
mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9. Bertanggungjawab sosial
Pemimpin yang berkarakter dia aktif berpartsipasi dalam kegiatan sosial dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
11.Orientasi kebahagiaan
20
BAB V
MANAGEMENT ROLES
A. Definisi Manajer
21
- Mengambil tindakan korektif selama terjadi krisis- Menyelesaikan konflik
antar
bawahan
- Beradaptasi dengan lingkungan
c. Pembagi sumber daya
- Memutuskan siapa yang memperoleh sumber daya
- Menentukan jadwal dan anggaran
- Menetapkan prioritas
d. Negosiator
- Mewakili departemen selama negosiasi, koontrak kerja, penjualan, pembelian
dan anggaran.
22
BAB VI
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Dokter Kecil, Pendidikan Seks (Sex Education) Sejak Dini ... Kenapa Tidak ???,
http://dokterkecil.wordpress.com/2011/05/30/pendidikan-seks-sex-education-sejak-
dini%E2%80%A6-kenapa-tidak/ (akses 23 Oktober 2014)
24