Anda di halaman 1dari 17

MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

MATA KULIAH:
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

REVIEW PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN SLEMAN,


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Direview Oleh:
Nurul Faizah
NIM. 25415023

1. Overview Penyusunan RTRW Kabupaten Sleman


Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian paling utara
provinsi dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. RTRW
Kabupaten Sleman pertama kali disusun pada tahun 1992 dan
diformalkan pada tahun 1994 dengan Perda No. 23 Tahun 1994. RTRW
ini telah dilakukan Peninjauan Kembali pada tahun 1997/98 bekerja
sama dengan PT Geocitra Yogyakarta, namun tidak diproses
formalitasnya. Pada tahun 2003, Tim Pelaksana Kerja PSPPR-UGM
sebagai Tim Konsultan Program Swakelola Bappeda Kab. Sleman
membuat Penyusunan Kembali RTRW Kabupaten Sleman, namun
belum juga dapat diformalkan. Pada 2005, Rancangan Rencana
Penyempurnaan RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2006-2015 disusun.
Peraturan yang digunakan sebagai dasar penyusunan RTRW
Kabupaten Sleman adalah UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.
Pemerintah telah menerbitkan UU No. 26/2007 tentang Penataan
Ruang yang baru. Hal ini yang menyebabkan Rancangan Rencana
Penyempurnaan RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2006-2015 belum
dapat diformalkan. Hingga tahun 2011, produk RTRW Kabupaten
Sleman yang disahkan dengan peraturan daerah disusun pada tahun
1992. Dengan mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, maka RTRW Kabupaten Sleman dievaluasi kembali pada tahun
2011 dan telah ditetapkan menjadi peraturan daerah dengan
ditandatanganinya Perda No. 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dievaluasinya RTRW Kabupaten
Sleman sebagai berikut:
a. Faktor Eksternal
1) Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan
dan/atau rujukan sistem penataan ruang, khususnya UU
No.26/2007 tentang Penataan Ruang.
2) Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau
sektoral kawasan perkotaan yang berdampak pada
pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang

berskala besar; khususnya telah direvisinya RTRW Provinsi DIY;


Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY), dan penetapan
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
3) Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah
paradigma sistem pembangunan dan pemerintahan serta
paradigma perencanaan tata ruang;
4) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
cepat dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya
alam meminimalkan kerusakan lingkungan;
5) Adanya bencana alam yang mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, mangakibatkan perlunya relokasi kegiatan
budidaya maupun lindung yang ada demi pembangunan paska
bencana, khususnya bencana gempa bumi tektonik dan letusan
Gunung Merapi.
b. Faktor Internal
1) Rendahnya kualitas rencana tata ruang yang dipergunakan
sebagai acuan untuk penertiban perijinan lokasi pembangunan,
sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan dan
pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis;
2) Tidak diikutinya proses teknis dan prosedur kelembagaan
perencanaan tata ruang;
3) Terbatasnya pengertian dan komitmen aparat terkait dengan
tugas-tugas penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan
rencana tata ruang kawasan dalam pelaksanaan pembangunan;
4) Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan
hidup yang berlaku di dalam masyarakat;
5) Lemahnya aparatur yang berwenang dalam bidang
pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman mengacu
pada arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah yang lebih tinggi,
yaitu RTRW Nasional (RTRWN) dan RTRW Provinsi DI Yogyakarta serta
RTR Pulau Jawa-Bali dan RTR Kawasan Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta (APY). RTRW Kabupaten Sleman juga memperhatikan RTRW
yang telah ditetapkan untuk wilayah kabupaten yang berada

berdampingan, yaitu RTRW Kabupaten Kulon Progo, RTRW Kota


Yogyakarta, RTRW Kabupaten Bantul, RTRW Kabupaten Magelang dan
RTRW Kabupaten Klaten.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Sleman adalah:
mewujudkan ruang Kabupaten yang tanggap terhadap bencana dan
berwawasan lingkungan dalam rangka menciptakan masyarakat yang
sejahtera, demokratis dan berdaya saing.
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang wilayah yang ditetapkan terdiri dari:
a. Pengintegrasian dan pengembangan pusat kegiatan di luar
kawasan bencana;
b. Pengelolaan kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
geologi;
c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. Pengembangan kawasan petanian dalam rangka keamanan dan
ketahanan pangan;
e. Pengembangan kawasan pariwisata terintegrasi;
f. Pengembangan kawasan pendidikan;
g. Pengembangan industri menengah, kecil dan mikro yang ramah
lingkungan;
h. Pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, dan
berwawasan lingkungan;
i. Pemantapan prasarana wilayah; dan
j. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi-strategi yang telah
dimuat dalam RTRW Kabupaten Sleman.

2. Matriks Penyusunan Muatan RTRW Kabupaten Sleman


3.

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

4. NO

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN
17.

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
18.

10.

PEMBAHASAN

11. 12. 13.


I
20. 21. 22.
1

14.
PENDAH
ULUAN
23.Dasar Hukum

15.

16.

19.

24.Analisis
Normatif

25.Dasar hukum penyusunan RTRW Kabupaten


Sleman terdiri dari 92 peraturan perundangundangan terdiri dari peraturan-peraturan
yang terkait dengan perencanaan penataan
ruang serta peraturan mengenai rencana
tata ruang dalam konstelasi di tingkat yang
lebih tinggi yang diadopsi di rencana tata
ruang Kabupaten Sleman

26.-

27.-

29. 30.
1

31.

32.Profil Wilayah
Kabupaten

33.

34.

35.-

36.-

38. 39.

40.
1

41.Gambaran
Umum
Kabupaten

42.Analisis
Deskriptif
Kualitatif

44.-

45.-

46.Gambaran umum wilayah


kabupaten menggambarkan letak
geografis daerah dan kondisi fisik
daerah yang dilengkapi dengan
peta orientasi wilayah, peta
administrasi kabupaten dan peta
penggunaan lahan eksisting

47. 48.

49.
1

50.Kependudukan
dan Sumber
Daya Manusia

51.Analisis
Deskriptif
Kuantitatif

43.Gambaran umum Kabupaten Sleman yang


dibahas pada RTRW adalah letak geografis
Kabupaten Sleman, karakteristik wilayah dan
penggunaan lahan. Kabupaten Sleman
merupakan hulu Kota Yogyakarta. Bagian
utara merupakan Kawasan Gunung Merapi
yang menyebabkan pola penggunaan lahan
Kabupaten Sleman bagian utara lebih
didominasi oleh lahan pertanian dan
semakin mendekati ke selatan didominasi
oleh permukiman, pendidikan, dan kegiatan
perdagangan dan jasa akibat pengaruh
agglomerasi dari Kota Yogyakarta
52.Analisis kependudukan menggunakan data
jumlah penduduk Kabupaten Sleman per
kecamatan pada tahun 1990-2009, yang
dijabarkan menjadi kepadatan penduduk,
komposisi penduduk, dan pertumbuhan
penduduk yang kemudian dianalisis lagi
proyeksi jumlah penduduk. Proyeksi
penduduk merupakan dasar untuk
perencanaan penataan ruang. Proyeksi

53.-

54.-

55.Analisis Kependudukan merupakan


dasar bagi penentuan proyeksi
kebutuhan lahan. Analisis
Kependudukan diatur dalam
Permen PU N. 20 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknik Analisis
Aspek fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang.

28.Muatan RTRW Kabupaten telah


diatur dalam Permen PU Nomor 16
Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten. Dasar hukum
penyusunan RTRW Kabupaten
Sleman terdiri dari 92 peraturan
perundang-undangan terdiri dari
peraturan-peraturan yang terkait
dengan perencanaan penataan
ruang serta peraturan mengenai
rencana tata ruang dalam
konstelasi di tingkat yang lebih
tinggi yang diadopsi di rencana tata
ruang Kabupaten Sleman
37.

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

4. NO

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H

penduduk proyeksi ekonomi proyeksi


kebutuhan fasilitas pelayanan proyeksi
kebutuhan lahan

56. 57.

58.
1

59.Potensi
Bencana Alam

60.Analisis
Deskriptif
Kualitatif

65. 66.

67.
1

68.Potensi Sumber
Daya Alam

69.Analisis
Deskriptif
Kualitatif

74. 75.

76.
1

77.Potensi
Ekonomi
Wilayah

78.Analisis
Deskriptif
Kuantitatif

61.Kabupaten Sleman merupakan kabupaten


dengan potensi bencana alam yang
bermacam-macam. Gunung Merapi yang
merupakan gunungapi teraktif di Indonesia
terletak di kabupaten ini. Selain itu, di
bagian timur merupakan perbukitan
struktural yang dilalui oleh sesar Opak
sehingga wilayah ini rawan gempa dan
rawan longsor
70.Sebagai wilayah yang sebagian besar
didominasi oleh bentuklahan vulkanik,
potensi sumberdaya air Kabupaten Sleman
sangat baik karena batuan pembentuk
akuifer adalah batuan yang kaya akan
mineral sehingga kualitas airtanah juga baik.
Sumberdaya bahan galian Kabupaten
Sleman sebagian bear adalah bahan galian C
yang berupa pasir dan batu yang berasal
dari aktivitas vulkaik Gunung Merapi.
79.Berdasarkan tipologi Kassen, wilayah
Kabupaten Sleman terbagi menjadi 3 kriteria
kawasan yaitu: 1) Kawasan Maju Tertekan
(Pakem, Moyudan, Ngaglik, Sleman); 2)
Kawasan Berkembang Cepat (Turi, Tempel,
Ngemplak, Kalasan, Berbah, Mlati, Gamping,
Godean, dan Sayegan); dan 3) Kawasan
tertinggal (Cangkringan, Depok, dan Minggir)

10.

PEMBAHASAN

Analisis kependudukan dalam


Penyusunan RTRW Kabupaten
Sleman ini telah sesuai dengan
ketentuan pedoman

62.-

63.-

71.-

72.-

80.-

81.-

64.Dengan kondisi Kabupaten Sleman


yang rawwan terhadap bencana,
maka Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah tetap mengakoodasi
pengurangan risiko bencana sesuai
dengan UU No. 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana.
Analisis ini dilengkapi dengan Peta
Kerawanan Bencana
73.Potensi sumberdaya alam
dilengkapi dengan peta kawasan
tambang dan potensi airtanah

82.Analisis Kependudukan diatur


dalam Permen PU N. 20 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknik Analisis
Aspek fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang.

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

4. NO

83. 84.
1

6. METODOLO
GI
ANALISIS

85.

86.Isu-Isu Strategis
Wilayah
Kabupaten

87.Partisipasi
Masyarakat

93. 94. 95.


II

96.
TUJUAN,
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
105.
Tujuan
Penataan
Ruang Wilayah
Kabupaten

97.

102. 103. 104.


2

106.
Analisi
s Normatif
dan
Partisipasi
Masyarakat

7. ANALISIS

88.Isu-isu strategis di Kabupaten Sleman


diperoleh dari survei dan wawancara ke
SKPD terkait, serta penggalian isu strategis
melalui FGD. Isu-isu strategis wilayah
Kabupaten Sleman antara lain: 1. Ancaman
Bencana Alam, berupa gempa bumi,
sebagian wilayah Kabupaten Sleman berada
pada jalur sesar aktif Kali Opak terutama
Kecamatan Berbah dan Bencana tanah
longsor terutama di Kecamatan Berbah dan
Gamping. Ancaman Bencana alam Gunung
Merapi, terutama pada tiga kecamatan, yaitu
Pakem, Cangkringan dan Turi;
2. Pengelolaan Kawasan Lindung;
3. Ketahanan Pangan, terkait dengan
besarnya konversi lahan pertanian produktif
menjadi kawasan permukiman penduduk;
4. Perumahan dan Permukiman;
5. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Wilayah;
6. Pengembangan Investasi, meliputi
komoditas hasil pertanian, peternakan,
perkebunan, perikanan dan pariwisata serta
sektor industri.
92.
98.

107.
Tujuan penataan ruang Kabupaten
Sleman dirumuskan dan disetujui oleh
masyarakat melalui FGD. Penataan ruang
wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan
ruang Kabupaten yang tanggap terhadap
bencana dan berwawasan lingkungan dalam
rangka menciptakan masyarakat yang
sejahtera, demokratis dan berdaya saing.

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN
89.-

99.-

108.

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
90.-

10.

PEMBAHASAN

91.Penggalian Isu-Isu strategis


dilakukan melalui survei instansi,
survei lapangan dan konsultasi
publik yang mengundang aspek
pemerintahan dan masyarakat

100.
-

101.

109.
-

110.
Tujuan penataan ruang
disesuaikan dengan visi dan misi
Daerah

4. NO

111. 112. 113.


2

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

114.
Kebijaka
n dan Strategi
Penataan
Ruang Wilayah

121. 122. 123. 124.


RENCAN
II
A STRUKTUR
RUANG
130. 131. 132. 133.
Pengemb
3
angan Sistem
Pusat Kegiatan
139. 140. 141. 142.
Pengemb
3
angan Sistem
Perkotaan

6. METODOLO
GI
ANALISIS

115.
Analisi
s Normatif
dan
Partisipasi
Masyarakat

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
118.
-

10.

PEMBAHASAN

117.

125.

116.
Dalam mewujudkan tujuan penataan
ruang Kabupaten Sleman, maka dirumuskan
kebijakan penataan ruang wilayah yang
terdiri atas: a. Pengintegrasian dan
pengembangan pusat kegiatan di luar
kawasan bencana;
b. Pengelolaan kawasan rawan bencana
alam dan kawasan lindung geologi;
c. Pemeliharaan kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
d. Pengembangan kawasan petanian dalam
rangka keamanan dan ketahanan pangan;
e. Pengembangan kawasan pariwisata
terintegrasi;
f. Pengembangan kawasan pendidikan;
g. Pengembangan industri menengah, kecil
dan mikro yang ramah lingkungan;
h. Pengembangan kawasan permukiman
yang aman, nyaman, dan berwawasan
lingkungan;
i. Pemantapan prasarana wilayah; dan
j. Peningkatan fungsi kawasan pertahanan
dan keamanan negara.
Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten
Sleman diwujudkan melalui strategi
penataan ruang wilayah
120.
126.

119.
Kebijakan penataan ruang
merupakan kebijakan yang
dirumuskan untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang yang
kemudian dijabarkan melalui
strategi penataan ruang yang
meruakan langkah konkrit dalam
perwujudan penataan ruang

127.

128.
-

129.

134.

135.

136.

137.
-

138.

143.
Analisi
s Skalogram

144.
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten
Sleman tahun 1997 serta 2000 telah
menetapkan hirarki kota-kota di Kabupaten
Sleman. Penentuan hirarki kota ini
merupakan perwujudan kebutuhan
pemerataan pusat pelayanan. Beberapa kota
yang hirarkinya telah direncanakan ternyata
tidak dapat berperan sebagai pusat
pelayanan sesuai dengan perencanaan.
Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan
perhitungan menggunakan skalogram
terhadap kondisi nyata masing-masing kota

145.

146.
-

147.
Analisis skalogram digunakan
untuk menentukan pusat-pusat
perkotaan dan pusat pelayanan di
Kabupaten. Pusat-pusat perkotaan
yang sudah diatur dalam hierarki
rencana tata ruang yang lebih
tinggi harus diadopsi dan
Kabupaten menentukan pusat
pelayanan skala perkotaan dan
skala perdesaan

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H

10.

PEMBAHASAN

yang hasilnya memperlihatkan kondisi


hirarki yang sebenarnya dalam sistem kotakota Kabupaten Sleman.

148. 149. 150.


3

151.
Rencana
Sistem
Perdesaan

152.
Analisi
s Skalogram

157. 158. 159.


3

160.
Rencana
Sistem Jaringan
Prasarana Skala
Kabupaten
169.
Pengemb
angan Sistem
Prasarana
Utama

161.

166. 167. 168.


3

170.
Analisi
s Keruangan
dan Proyeksi
Kebutuhan
Prasarana

153.
Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten
Sleman tahun 1997 serta 2000 telah
menetapkan hirarki kota-kota di Kabupaten
Sleman. Penentuan hirarki kota ini
merupakan perwujudan kebutuhan
pemerataan pusat pelayanan. Beberapa kota
yang hirarkinya telah direncanakan ternyata
tidak dapat berperan sebagai pusat
pelayanan sesuai dengan perencanaan.
Kondisi ini dapat ditunjukkan dengan
perhitungan menggunakan skalogram
terhadap kondisi nyata masing-masing kota
yang hasilnya memperlihatkan kondisi
hirarki yang sebenarnya dalam sistem kotakota Kabupaten Sleman.
162.

154.

155.
-

163.

164.
-

165.

171.
Terbentuknya hirarki perkotaan yang
juga berfungsi sebagai pusat pelayanan ini
juga dipengaruhi oleh aksesibilitas serta
kondisi geografis di Kabupaten Sleman.
Adanya hambatan fisik berupa sungai-sungai
yang mengalir dari utara (Merapi) ke arah
selatan, jaringan jalan di Kabupaten Sleman
didominasi oleh arah utara selatan.
Pengembangan jaringan jalan arah timurbarat membutuhkan rekayasa teknologi
berupa jembatan, sehingga
pengembangannya sangat terbatas.

172.

173.
-

174.
Penentuan rencana jaringan
baik jaringan prasarana utama
maupun jaringan prasarana lainnya
mengacu pada peraturan-peraturan
mengenai masing-masing fungsi
jaringan. Jaringan prasarana yang
telah direncanakan pada hierarki
rencana tata ruang yang lebih
tinggi diakomodasi dan kabupaten
menentukan jaringan prasarana
dalam skala mikro yang tidak
terakomodasi dalam rencana tata

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

175. 176. 177.


3

178.
Pengemb
angan Sistem
Prasarana
Lainnya

179.
Analisi
s Keruangan
dan Proyeksi
Kebutuhan
Prasarana

184. 185. 186.

187.

188.

180.
Proyeksi penduduk dapat digunanakan
pula sebagai dasar proyeksi kebutuhan
prasarana wilayah. Prasarana wilayah
direncanakan menurut kebutuhan meliputi
kebutuhan prasarana telekomunikasi, energi,
drainase, air bersih, persampahan, air
limbah, dan irigasi
189.

181.

193. 194. 195. 196.


RENCAN
I
A POLA
RUANG
202. 203. 204. 205.
Kawasan
4
Lindung

197.

198.

199.

206.

207.

211. 212. 213.


4

214.
Kawasan
yang
Memberikan
Perlindungan
Terhadap
Kawasan
Bawahannya

215.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

220. 221. 222.


4

223.
Kawasan
Perlindungan
Setempat

224.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

216.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya di Kabupaten Sleman hanya
terdiri dari Kawasan resapan air seluas
kurang lebih 23.683 hektar yang berada di:
Kecamatan Turi; Kecamatan Pakem;
Kecamatan Cangkringan; Kecamatan
Seyegan; Kecamatan Mlati; Kecamatan
Ngemplak; Kecamatan Ngaglik; Kecamatan
Sleman; dan Kecamatan Tempel
225.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan perlindungan
setempat di Kabupaten Sleman meliputi
sempadan sungai, kawasan sekitar mataair,
kawasan sekitar embung dan ruang terbuka
hijau (RTH) perkotaan.

190.

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
182.
-

10.

PEMBAHASAN

ruang yang lebih tinggi.

191.

192.

200.
-

201.

208.

209.
-

210.

217.

218.
-

226.

227.
-

219.
Analisis yang digunakan
dalam penentuan rencana pola
ruang diatur dalam Permen PU N.
20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknik Analisis Aspek fisik dan
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya Dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang dan
disesuaikan dengan Penetapan
Kawasan Hutan dari Kementerian
Kehutanan. Penyusunan rencana
pola ruang dimulai dengan analisis
SKL (Satuan Kemampuan Lahan)
yang menghasilkan kelas
kemampuan lahan, kemudian
dianalisis dengan daya dukung dan
daya tampung lahan untuk
dijadikan sebagai rekomendasi
arahan pemanfaatan ruang. Dalam
penyusunan RTRW Kabupaten
Sleman, Penentuan rencana pola
ruang dilakukan dengan
mengadopsi pola ruang

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

229. 230. 231.


4

232.
Kawasan
Suaka Alam,
Pelestarian
Alam, dan
Cagar Budaya

233.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

238. 239. 240.


4

241.
Kawasan
Rawan Bencana
Alam

242.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

7. ANALISIS

234.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan pelestaria alam
terdapat di kecamatan Gamping dan di
Taman Nasional Gunungapi Merapi yang
yang meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan
Cangkringan. Kawasan cagar budaya berada
di situs Kraton Ambarketawang di
Kecamatan Gamping, serta peninggalan
arkeologis berupa candi meliputi: Kecamatan
Prambanan; Kecamatan Kalasan; Kecamatan
Ngemplak; dan Kecamatan Sleman.
243.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan rawan longsor
banyak diketemukan pada daerah dengan
kelerengan tinggi (>40%), materialnya
lepas-lepas, mempunyai bidang gelincir,
yang dipicu oleh curah hujan yang tinggi.
Kawasan rawan longsor di Kabupaten
Sleman banyak ditemui terjadi pada daerah
pegunungan, yang memiliki kelerengan 45%.
Kawasan yang rawan longsor terutama
ditemukan di Desa Madurejo, Bokoharjo,
Sambirejo, Wukirharjo dan Desa
Sumberharjo di Kecamatan Prambanan.
Kawasan rawan bencana kekeringan seluas
kurang lebih 1.969 hektar di Kecamatan
Prambanan. Kawasan rawan kekeringan
banyak diketemukan pada daerah dengan
jenis tanah kapur.

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN
235.

244.

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
236.
-

245.
-

10.

PEMBAHASAN

sebelumnya dan dimodifikasi


dengan analisis kebutuhan ruang
yang diperoleh dari proyeksi
penduduk, sehingga tidak
mengikuti kaidah yang telah
ditentukan.

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

247. 248. 249.


4

250.
Kawasan
Lindung
Geologi

251.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

256. 257. 258.


4

259.
Kawasan
Budidaya

260.

265. 266. 267.


4

268.
Kawasan
Hutan Rakyat

269.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

274. 275. 276.


4

277.
Kawasan
Peruntukan
Pertanian

278.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
254.
-

252.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan rawan bencana
gunungapi meliputi Kawasan rawan
bencana gunungapi Merapi di Kecamatan
Turi, Pakem, Ngaglik, Mlati, Berbah,
Ngemplak, Tempel, Kalasan, Depok, dan
Cangkringan yang tergolong sebagai daerah
bahaya gunungapi Merapi. Sedang yang
rawan bahaya hidrometeorologi berupa
banjir lahar di Kecamatan Turi, Pakem dan
Kecamatan Cangkringan. Kawasan rawan
gempa bumi di Kabupaten Sleman terletak
pada kawasan yang dilalui oleh sesar-sesar
mayor maupun minor. Sesar mayor yang
sangat berpengaruh terhadap kerentanan
gempa bumi adalah Sesar Opak, sehingga
daerah yang rawan adalah Kecamatan
Prambanan dan Kecamatan Berbah.
261.

253.

262.

263.
-

270.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan hutan rakyat
yang terdapat di Kabupaten Sleman seluas
kurang lebih 3.171 hektar berada di:
Kecamatan Gamping; Kecamatan Seyegan;
Kecamatan Berbah; Kecamatan Moyudan;
Kecamatan Minggir; Kecamatan Prambanan;
Kecamatan Tempel; Kecamatan Turi;
Kecamatan Pakem; dan Kecamatan
Cangkringan.
279.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
pertanian terdiri dari peruntukan pertanian
lahan basah (pertanian tanaman pangan),
peruntukan pertanian lahan kering

271.

272.
-

280.

281.
-

10.

PEMBAHASAN

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H

(peruntukan hortikultura) dan peruntukan


peternakan.

283. 284. 285.


4

286.
Kawasan
Peruntukan
Perikanan

287.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

292. 293. 294.


4

295.
Kawasan
Peruntukan
Pertambangan

296.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

288.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
perikanan, di wilayah Kabupaten Sleman
meliputi budi daya perikanan darat dan
pengembangan perikanan dengan konsep
minapolitan.
297.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
pertambangan, di Kabupaten Sleman berupa
kawasan peruntukan pertambangan mineral
bukan logam dan batuan terdiri dari: 1. Batu
kapur di Kecamatan Gamping, 2. Breksi
batuapung di Kecamatan Berbah dan
Prambanan, 3. Andesit berada di: Kecamatan
Sayegan; Kecamatan Prambanan;
Kecamatan Tempel; Kecamatan Turi;
Kecamatan Pakem; Kecamatan Cangkringan;
dan Kecamatan Godean. 4. Tanah liat berada
di: Kecamatan Gamping; Kecamatan
Godean; Kecamatan Seyegan; Kecamatan
Sleman; Kecamatan Prambanan; Kecamatan
Berbah; dan Kecamatan Tempel. 5. Pasir,
kerikil, dan batu kali di seluruh kecamatan.

289.

290.
-

298.

299.
-

10.

PEMBAHASAN

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

301. 302. 303.


4

304.
Kawasan
Peruntukan
Industri

305.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

310. 311. 312.


4

313.
Kawasan
Peruntukan
Pariwisata

314.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

319. 320. 321.


4

322.
Kawasan
Peruntukan
Permukiman

323.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

328. 329. 330.


4

331.
Kawasan
Peruntukan
Lainnya

332.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan dan
Proyeksi
Kebutuhan
Lahan

7. ANALISIS

306.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
industri, di Kabupaten Sleman meliputi
kawasan peruntukan industri sedang dan
peruntukan industri rumah tangga. Secara
umum, alokasi kawasan peruntukan industri
di Kabupaten Sleman secara kemampuan
lahan berada di sekitar Desa Balecatur,
Kecamatan Gamping.
315.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
pariwisata, di Kabupaten Sleman meliputi
kawasan peruntukan wisata alam, pariwisata
budaya, wisata perkotaan dan wisata
perdesaan.
324.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
permukiman, di wilayah Kabupaten Sleman
meliputi kawasan peruntukan permukiman
perkotaan, peruntukan permukiman
perdesaan dan pengembangan hunian
sementara (huntara) dan hunian tetap
(hutap). a. Kawasan permukiman perkotaan
meliputi lahan seluas kurang lebih 12.590
hektar. b. Kawasan permukiman perdesaan
meliputi lahan seluas kurang lebih 10.232
hektar.
333.
Penentuan rencana pola ruang
dilakukan dengan mengadopsi pola ruang
sebelumnya dan dimodifikasi dengan analisis
kebutuhan ruang yang diperoleh dari
proyeksi penduduk. Kawasan peruntukan
lainnya di Wilayah Kabupaten Sleman
berupa kawasan pertahanan dan keamanan
dan kawasan pendidikan tinggi.
337.

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
308.
-

307.

316.

317.
-

325.

326.
-

334.

335.
-

10.

PEMBAHASAN

4. NO

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

6. METODOLO
GI
ANALISIS

7. ANALISIS

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
345.
-

338. 339. 340. 341.


PENETA
V
PAN
KAWASAN
STRATEGIS
KABUPATEN
347. 348. 349. 350.
Kawasan
5
Strategis Fungsi
dan Daya
Dukung
Lingkungan
Hidup

342.

343.

344.

351.
Analisi
s Daya
Dukung
Lahan

353.

354.
-

356. 357. 358.


5

360.
Analisi
s SWOT

352.
Kawasan strategis kabupaten dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
1. merupakan tempat perlindungan
keanekaragaman hayati; 2. merupakan aset
kabupaten berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem,
flora dan/atau fauna yang hampir punah
atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan; 3.
memberikan perlindungan keseimbangan
tata guna air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian kabupaten; 4.
memberikan perlindungan terhadap
keseimbangan iklim makro; 5. menuntut
prioritas tinggi peningkatan kualitas
lingkungan hidup; 6. rawan bencana alam;
atau 7. sangat menentukan dalam
perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan
kehidupan.
361.
Kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria: 1. memiliki
potensi ekonomi cepat tumbuh; 2. memiliki
sektor unggulan yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi kabupaten; 3.
memiliki potensi ekspor; 4. didukung
jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi; 5. memiliki kegiatan
ekonomi yang memanfaatkan teknologi
tinggi; 6. berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan
kabupaten; 7. berfungsi untuk
mempertahankan tingkat produksi sumber
energi dalam rangka mewujudkan ketahanan
energi kabupaten; atau 8. ditetapkan untuk
mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal.

362.

363.
-

359.
Kawasan
Strategis
Pertumbuhan
Ekonomi

10.

PEMBAHASAN

346.

355.
penentuan kawasan strategis
kabupaten dilakukan dengan
analisis komprehensif sesuai
dengan kepentingan sektor. Analisis
yang dilakukan dalam penentuan
kawasan startegis Kabupaten
Sleman sudah sesuai dengan
pedoman, yaitu Kawasan Strategis
Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dengan analisis
daya dukung lahan dan kawasan
strategis Pertumbuhan Ekonomi
dengan analisis SWOT.

4. NO

366.

5. OUTPUT
RTRW
KABUPATEN
SLEMAN

ALBUM PETA

6. METODOLO
GI
ANALISIS

367.

7. ANALISIS

365.
368.
Rencana pola ruang, struktur ruang
dan kawasan strategis secara spasial
disajikan dalam bentuk peta. Album peta
terdiri dari: 1) Peta Orientasi Wilayah, 2) Peta
Administrasi Kabupaten, 3) Peta Penggunaan
Lahan, 4) Peta Rawan Bencana, 5) Peta
Kepadatan Penduduk, 6) Peta Rencana
Struktur Ruang Kabupaten, 7) Peta Rencana
Sistem Perkotaan, 8) Peta Sistem Jaringan
Transportasi, 9) Peta Sistem Jaringan
Prasarana Lainnya, 10) Peta Rencana
Kawasan Lindung Kabupaten, 11) Peta
Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten, 12)
Peta Kawasan Hutan, 13) Peta Kawasan
Pertanan, dan 14) Peta Rencana Kawasan
Strategis Kabupaten

8. ALTERN
ATIF
PENGE
MBANG
AN

369.

9. AL
TE
RN
ATI
F
TE
RP
ILI
H
370.
-

10.

PEMBAHASAN

371.
Penyusunan rencana tata
ruang tidak bisa terlepas dari aspek
keruangan (spasial) yaitu peta. Peta
yang harus ada dalam album peta
rencana tata ruang kabupaten
meliputi peta gambaran umum
wilayah, peta rencana struktur
ruang, peta rencana pola ruang dan
rencana kawasan strategis
kabupaten yang dirinci sesuai
dengan kepentingan. dalam album
peta rencana tata ruang Kabupaten
Sleman, peta rencana sudah
diakomodasi secara lengkap,
namun untuk peta pola ruang perlu
adanya peta pola ruang
keselluruhan tidak hanya pola
ruang yang sudah diklasifikasikan
menjadi peta kawasan lindung dan
peta kawasan budidaya

372.
373. Kekhasan Penyusunan RTRW Kabupaten Sleman
374.
Penyusunan RTRW Kabupaten Sleman dilakukan pada tahun
2011 setelah peristiwa gempa Yogyakarta tahun 2006 dan erupsi
merapi tahun 2010 yang memakan banyak korban penduduk Sleman,
sehingga perencanaan tata ruang Kabupaten Sleman tidak bisa
terlepas dari perencanaan pengurangan risiko bencana. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana lebih
diperketat dengan komitmen pemerintah dalam menyediakan tempat
tinggal bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana.
Perencanaan penataan ruang kawasan rawan bencana Gunung Merapi
dibuat khusus merupakan rencana tata ruang berbasis bencana yang
pertama di Indonesia menunjukkan keseriusan pemerintah dalam
pengurangan risiko bencana gunungapi Merapi.
375.
376. Kesimpulan
377.
Penyusunan RTRW Kabupaten Sleman secara keseluruhan
sudah memenuhi dan mengikuti pedoman penyusunan rencana tata
ruang wilayah kabupaten (Permen Pu No. 16 Tahun 2009). Proses
penyusunan rencana tata ruang dan analisis yag dilakukan sudah
sesuai dengan pedoman kecuali analisis penentuan rencana pola
ruang karena mengadopsi rencana tata ruang sebelumnya dan
dimodifikasi dengan proyeksi kebutuhan prasarana yang seharusnya
menggunakan Permen PU N. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik
Analisis Aspek fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dan disesuaikan dengan
Penetapan Kawasan Hutan dari Kementerian Kehutanan. Produk
rencana tata ruang Kabupaten Sleman terdiri dari Fakta Analisa, Materi
Teknis, Perda, Album Peta dan sudah dilengkapi dengan KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategis) sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai