Anda di halaman 1dari 85

Kajian

Hasil Inventarisasi LP2B


Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun,
Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

Sub Direktorat Basis Data Lahan


Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
2013
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Sasaran 2
1.4 Metodologi 2
1.5 Ruang Lingkup Wilayah 2

BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 3


2.1 Kabupaten Majalengka 3
2.1.1 Gambaran Umum Wilayah 3
2.1.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 3
2.1.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 4
2.1.1.3 Kependudukan 4
2.1.1.4 Sektor Pertanian 5
2.1.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 7
2.1.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 8
2.1.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 8
2.1.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 10
2.1.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 10

2.2 Kabupaten Purbalingga 10


2.2.1 Gambaran Umum Wilayah 10
2.2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 10
2.2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 12
2.2.1.3 Kependudukan 12
2.2.1.4 Sektor Pertanian 13
2.2.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 13
2.2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 14
2.2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 14
2.2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 17
2.2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 17

2.3 Kabupaten Gunung Kidul 18


2.3.1 Gambaran Umum Wilayah 18
2.3.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 18
2.3.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 19
2.3.1.3 Kependudukan 20
2.3.1.4 Sektor Pertanian 21
2.3.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 22
2.3.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 22
2.3.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 22
2.3.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 25
2.3.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 25

2.4 Kabupaten Madiun 25


2.4.1 Gambaran Umum Wilayah 25
2.4.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 25
2.4.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 27
2.4.1.3 Kependudukan 27
2.4.1.4 Sektor Pertanian 28
2.4.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 29
2.4.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 30
2.4.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 30
2.4.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 33
2.4.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 33

2.5 Kabupaten Gowa 34


2.5.1 Gambaran Umum Wilayah 34
2.5.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 34
2.5.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 35
2.5.1.3 Kependudukan 35
2.5.1.4 Sektor Pertanian 36
2.5.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 37
2.5.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 38
2.5.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 38
2.5.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 40
2.5.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 40
i
2.6 Kabupaten Aceh Tamiang 41
2.6.1 Gambaran Umum Wilayah 41
2.6.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 41
2.6.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting 42
2.6.1.3 Kependudukan 43
2.6.1.4 Sektor Pertanian 44
2.6.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 44
2.6.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 45
2.6.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 45
2.6.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 46
2.6.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 47

2.7 Kabupaten Ngawi 48


2.7.1 Gambaran Umum Wilayah 48
2.7.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 48
2.7.1.2 Kependudukan 49
2.7.1.3 Sektor Pertanian 50
2.7.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 51
2.7.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 52
2.7.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 52
2.7.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 53
2.7.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 53

2.8 Kabupaten Donggala 54


2.8.1 Gambaran Umum Wilayah 54
2.8.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah 54
2.8.1.2 Kependudukan 54
2.8.1.3 Sektor Pertanian 54
2.8.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 55
2.8.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 56
2.8.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah 56
2.8.3.2 Penetapan Kawasan LP2B 60
2.8.3.3 Rencana Penggunaan Lahan 60

BAB III Kajian Lahan Sawah Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 61
3.1 Kabupaten Majalengka 61
3.2 Kabupaten Purbalingga 64
3.3 Kabupaten Gunung Kidul 66
3.4 Kabupaten Madiun 68
3.5 Kabupaten Gowa 70
3.6 Kabupaten Aceh Tamiang 72
3.7 Kabupaten Ngawi 74
3.8 Kabupaten Donggala 76

BAB IV Kesimpulan dan Saran 78

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2011 4


Tabel 2.2 Luas Daerah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka 5
Tahun 2011
Tabel 2.3 Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun 2007 2011 6
Tabel 2.4 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah 6
Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Tabel 2.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang 7
Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Tahun 2010 7
Tabel 2.7 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka 10
Tabel 2.8 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 12
Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun 12
2011
Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten 13
Purbalingga Tahun 2011
Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Tahun 2010 13
Tabel 2.12 Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan 16
berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW
Tabel 2.13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun 2011 2031 17
Tabel 2.14 Jenis Penggunaan Lahan Eksisting 19
Tabel 2.15 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan 20
Tabel 2.16 Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2011 21
Tabel 2.17 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun 2011 21
Tabel 2.18 Luas Sawah Kabupaten Gunung Kidul 22
Tabel 2.19 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul 25
Tabel 2.20 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun 2009 27
Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 1996-2008 28
Tabel 2.22 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun 29
Tahun 2008
Tabel 2.23 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun 29
Tahun 2004 2007
Tabel 2.24 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan 30
Tahun 2010
Tabel 2.25 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun 33
Tabel 2.26 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa Tahun 2007 35
Tabel 2.27 Indikator Kependudukan Kabupaten Gowa Tahun 2007 2009 36
Tabel 2.28 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun 2012 37
Tabel 2.29 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa 40
Tabel 2.30 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2002 41
Tabel 2.31 Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010 42
Tabel 2.32 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007-2012 43
Tabel 2.33 Luas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010 44
Tabel 2.34 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 2011 Kabupaten Ngawi 49
Tabel 2.35 Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Akhir Tahun 2011 50
Tabel 2.36 Luas Lahan Sawah dan Bukan Lahan Sawah Kabupaten Ngawi 50
Tabel 2.37 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Ngawi 51
Tabel 2.38 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Ngawi Hasil Audit Lahan Tahun 2010 51
Tabel 2.39 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 2008 - 2018 53
Tabel 2.40 Produksi dan Produktifitas Padi Kabupaten Donggala Tahun 2011 55
iii
Tabel 2.41 Rencana Penggunaan Lahan dalam Pola Ruang Kabupaten Donggala Th 2011-2031 60
Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan 62
dalam RTRW Kabupaten Majalengka
Tabel 3.2 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 64
RTRW Kabupaten Purbalingga
Tabel 3.3 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 66
RTRW Kabupaten Gunung Kidul
Tabel 3.4 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 68
dalam RTRW Kabupaten Madiun
Tabel 3.5 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 70
dalam RTRW Kabupaten Gowa
Tabel 3.6 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 72
dalam RTRW Kabupaten Aceh Tamiang
Tabel 3.7 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 74
dalam RTRW Kabupaten Ngawi
Tabel 3.8 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 76
dalam RTRW Kabupaten Donggala

iv
DAFTAR PETA

Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka 4


Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka 8
Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2031 9
Peta 2.4 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga 11
Peta 2.5 Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga 14
Peta 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 - 17
2031
Peta 2.7 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 19
Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul 20
Peta 2.9 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul 22
Peta 2.10 Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 24
Tahun 20 10 - 2030
Peta 2.11 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun 27
Peta 2.12 Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun 30
Peta 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun 2010 - 2030 33
Peta 2.14 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa 34
Peta 2.15 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa 37
Peta 2.16 Peta rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun 2012 - 2032 40
Peta 2.17 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang 42
Peta 2.18 Peta Lahan Sawah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 45
Peta 2.19 Peta Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang 46
Peta 2.20 Peta Rencana PLP2B Kabupaten Aceh Tamiang 47
Peta 2.21 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang 47
Peta 2.22 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi 49
Peta 2.23 Peta Lahan Sawah Kabupaten Ngawi 51
Peta 2.24 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi 54
Peta 2.25 Peta Lahan Sawah Kabupaten Donggala 55
Peta 2.26 Peta Citra Lahan Sawah Kabupaten Donggala 55
Peta 2.27 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Donggala 58
Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 63
Majalengka
Peta 3.2 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 65
Purbalingga
Peta 3.3 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 67
Gunung Kidul
Peta 3.4 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun 69
Peta 3.5 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa 71
Peta 3.6 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh 73
Tamiang

Peta 3.7 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 75
Peta 3.8 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 77
Donggala

v
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius terhadap ketahanan dan
keamanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun
mutunya aman merata dan terjangkau. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin
hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk
menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya
terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan marginal. Di sisi
lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan
lahan sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu,
diperlukan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan
lahan pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan, kamandirian dan kedaulatan
pangan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada
umumnya.

Berdasarkan UU No 41 tahun 2009, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan


Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan.
Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau
pertanian pangan lainnya sangat cepat. penyelamatan lahan pertanian pangan dari
lahan pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria
yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan,
potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan (Pasal 9). Amanat undang-
undang tersebut perlu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi lahan pertanian yang
ada saat ini baik yang beririgasi dan tidak beririgasi. Untuk menghambat laju konversi
maka UU ini memerlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),
Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (KP2B).

Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang


akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini
bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk
menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi
bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan
LC2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Dalam perundangan ini juga
dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi bisa menjadi bagian
kawasan maupun membentang di luar kawasan. Dalam perundangan ini juga
dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi dapat terdapat di dalam

1
kawasan maupun di luar kawasan. Saat ini pemerintah kabupaten/kota menjadi
perintis upaya penyelamatan sawah. Hingga Nopember 2013 dokumen RTRW
Kabupaten/kota yang telah diperdakan mencapai 310 Kab/ Kota (63,14 %) yang
belum 181 Kab/ Kota (36,86%) dan 107 Kab/ Kota diantaranya telah menetapkan luas
LP2B di dalam Perda Tata Ruangnya. Luasan lahan LP2B yang sudah ditetap dalam
RTRW seluas 3.089.872 ha, sedangkan luas lahan sawah hasil audit Kementerian
Pertanian seluas 8.132.642 ha.

Didasari hal tersebut diatas perlu dilakukan kajian berdasarkan data lahan pertanian
serta kesesuaian penetapan lahan pangan pertanian berkelanjutan (hasil inventarisasi)
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kajian inventarisasi data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
adalah melihat kesesuaian data Hasil Pemetaan Lahan Sawah dengan penetapan
LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah dan memberikan masukan/saran kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten mengenai luas dan lokasi penetapan LP2B.

1.3 Sasaran
Sasaran pelaksanaan kajian terhadap hasil inventarisasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah:
a. Teridentifikasinya area LP2B di wilayah kabupaten
b. Teridentifikasinya pola ruang wilayah kabupaten
c. Teridentifikasinya lahan sawah hasil pemetaan audit lahan yang terakomodir dalam
area LP2B dan kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah kabupaten

1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu melakukan analisis spasial dengan meng-
overlay peta lahan sawah hasil kegiatan audit lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
dengan peta rencana pola ruang wilayah yang didalamnya terdapat area yang ditetapkan
sebagai LP2B atau lahan pertanian.

1.5 Ruang Lingkup Wilayah


Lingkup wilayah yang dikaji adalah Kabupaten/ Kota yang memiliki data RTRW berikut
data spasial hasil inventarisasi.

2
BAB II
Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Secara umum untuk melaksanakan kajian terhadap penetapan lahan pertanian pangan
terlebih dahulu dilakukan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam
pelaksanaan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan pada
beberapa Kabupaten sebagai berikut :

2.1 Kabupaten Majalengka (Provinsi Jawa Barat)


2.1.1 Gambaran Umum Wilayah
2.1.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Majalengka terletak antara 60 3216,39 Lintang Selatan sampai
dengan 70 4 24,75 Lintang Selatan dan 1080 2 30,87 Bujur Timur sampai
dengan 1080 24 32,84 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Barat Kabupaten Sumedang
Sebelah Timur Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon
Sebelah Utara Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya

Luas wilayah Kabupaten Majalengka : 1.204,24 Km (120,424 ha) atau 2,71%


dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Wilayah Administrasi Kabupaten
Majalengka terdiri atas 23 Kecamatan yang terbagi dalam 13 Kelurahan dan
317 Desa.
Kondisi Geografis Majalengka terbagi dalam 3 zona daerah yaitu : daerah
pegunungan dengan ketinggian 500 - 857 m di atas permukaan laut dengan
luas 482,02 Km atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka;
daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m diatas permukaan
laut dengan luas 376,53 Km atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Majalengka dan daerah daratan rendah dengan ketinggian 19-50 m diatas
permukaan laut dengan luas 345,69 Km atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Majalengka. Kondisi ini memungkinkan tumbuh suburnya potensi
sumber daya alam yang melimpah seperti sayuran, buah buahan, pangan juga
pariwisata
Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Majalengka secara spasial disajikan
pada Peta 2.1.

3
Peta 2.1
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka

2.1.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Kabupaten Majalengka merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan
dengan besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah, yaitu sekitar
39,59 % dari seluruh luas lahan yang ada di Kabupaten Majalengka. Luas lahan
sawah pada tahun 2011 sebesar 55.907 Ha, dan yang menggunakan irigasi
mencapai 70,95 %, untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1
Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Luas
No. Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) %
1 Belukar 19.365 13,71
2 Hutan 6.303 4,46
3 Kolam 254 0,18
4 Ladang 18.459 13,07
5 Padang Rumput 566 0,40
6 Pemukiman 12.248 8,67
7 Perkebunan 26.798 18,98
8 Sawah Irigasi 39.668 28,09
9 Sawah Tadah Hujan 16.239 11,50
10 Tanah Berbatu 29 0,02
11 Tubuh Air 1.200 0,85
12 Water Fiil 70 0,05
Total 141.201 100,00

2.1.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 berdasarkan hasil
Estimasi Penduduk 2011 adalah 1.171.478 jiwa terdiri atas 585.393 jiwa laki-
laki dan 586.085 jiwa perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten
Majalengka pada tahun 2011 adalah 973 Jiwa/Km2, kepadatan penduduk
tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan 2.071 Jiwa/Km2
dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan kepadatan 305
Jiwa/Km2, secara rinci sebagaimana pada Tabel 2.2.

4
Tabel 2.2
Luas Daerah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Penduduk (Jiwa) Kepadatan
No. Kecamatan Jumlah Penduduk per
Luas daerah (km2) km2
Penduduk

1 Lemahsugih 78,64 57.472 731

2 Bantarujeg 66.52 42.851 644

3 Malausma 45.04 41.037 911

4 Cikijing 43,54 60.096 1.380

5 Cingambul 37,03 35.954 971

6 Talaga 43,5 43.442 999

7 Banjaran 41,98 23.972 571

8 Argapura 60,56 33.560 554

9 Maja 65,21 48.720 747

10 Majalengka 57 69.395 1.217

11 Cigasong 24,17 34.341 1.421

12 Sukahaji 32.52 39.812 1.224

13 Sindang 23.97 14.393 600

14 Rajagaluh 34,37 41.469 1.207

15 Sindangwangi 31,76 30.387 957

16 Leuwimunding 32,46 55.458 1.709

17 Palasah 38,69 45.730 1.182

18 Jatiwangi 40,03 82.883 2.071

19 Dawuan 23.80 44.859 1.885

20 Kasokandel 31.61 46.275 1.464

21 Panyingkiran 22,98 29.732 1.294

22 Kadipaten 21,86 43.531 1.991

23 Kertajati 138,36 42.196 305

24 Jatitujuh 73,66 50.817 690

25 Ligung 62,25 56.186 903

26 Sumberjaya 32,73 56.902 1.739

Jumlah 981 1.171.470 29.367

Sumber : BPS Kab. Majalengka, Estimasi Penduduk 2011

2.1.1.4 Sektor Pertanian


Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang besar
dan variatif dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk
pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan,
kebun dan hutan). Kontribusi terbesar dari pertanian adalah dari sub tanaman
pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB
Kabupaten Majalengka, dimana produksi terbesar di Kabupaten Majalengka
berasal dari usaha budidaya tanaman pangan dan hortikultura.

Selama perkembangan 4 (empat) tahun luas lahan pertanian di Kabupaten


Majalengka dengan irigasi teknis mengalami kenaikan sebesar 520 ha, dari
17.462 ha pada tahun 2007 menjadi 17.982 ha pada tahun 2011, pada Irigasi
Non PU juga mengalami kenaikan sebesar 871 ha, dari 7.118 ha pada tahun
2007 menjadi 7.989 ha pada tahun 2011, demikian juga dengan tadah hujan
mengalami kenaikan sebesar 10 ha, dari 12.412 pada tahun 2007 menjadi
12.422 ha, pada irigasi setengah teknis mengalami penurunan sebesar 38 ha,
dari 8.008 ha pada tahun 2007 menjadi 7.970 ha tahun 2011, demikian juga
dengan irigasi sederhana mengalami penurunan 499 ha, dari 6.032 ha pada
tahun 2007 menjadi 5.533 ha pada tahun 2011, sebagaimana pada Tabel 2.3.

Produksi padi sawah mengalami peningkatan yaitu dari 605.880 ton pada tahun
2010 menjadi 615.158 ton pada tahun 2011 atau sekitar 1,53 %. Sedangkan

5
jika dilihat dari luas panen mengalami penurunan yaitu dari 101.112 Ha
pada tahun 2010 menjadi 96.767 Ha pada tahun 2011 atau turun sekitar 4,3
%. Penurunan luas panen ini tidak sejalan dengan meningkatnya luas
tanam, yaitu meningkat sebesar 3.86 % yaitu 101.081 Ha menjadi 104.980 Ha.
Di lain pihak produksi padi embil mengalami penurunan sebesar 27.87 %, hal
ini sejalan dengan menurunnya luas panen sebesar 33,84 %. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan tabel 2.5 sebagai berikut :

Tabel 2.3
Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun 2007 2011
Jenis Lahan Sawah Luas Lahan Sawah (Ha)
No.
2007 2008 2009 2010 2011
1 Irigasi Teknis 17.462 17.441 17.982 17.982 17.982
2 Irigasi Setengah Teknis 8.008 7.935 7.970 7.970 7.970
3 Irigasi Sederhana Milik PU 6.032 6.224 5.534 5.534 5.533
4 Irigasi Non PU 7.118 6.738 7.901 7.901 7.989
5 Tadah Hujan 12.412 12.660 12.512 12.512 12.422
6 Sementara Tidak Diusahakan - - - - -
7 Lain-lain 20 139 - - -
Jumlah 50.905 51.052 51.137 51.899 51.896

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, 2011

Tabel 2.4
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah
Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Luas Luas
Produksi Produktivitas
No Kecamatan Tanam Panen
(Ku/Ha)
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Lemahsugih 6.332 5.008 31.935 63,77
2 Bantarujeg 3.377 3.235 20.288 62,71
3 Malausma 3.854 2.277 14.426 63,36
4 Cikijing 3.979 3.605 22.591 62,67
5 Cingambul 1.515 1.774 11.031 62,18
6 Talaga 3.364 2.829 18.004 63,64
7 Banjaran 2.544 2.546 16.041 63
8 Argapura 2.119 1.973 12.549 63,6
9 Maja 6.201 5.325 34.315 64,44
10 Majalengka 3.756 3.397 22.151 65,21
11 Cigasong 2.356 2.148 13.460 62,66
12 Sukahaji 3.324 3.291 20.628 62,68
13 Sindang 1.761 1.510 9.439 62,51
14 Rajagaluh 2.952 2.642 16.417 62,14
15 Sindangwangi 2.054 1.823 11.538 63,29
16 Leuwimunding 3.545 3.410 22.014 64,56
17 Palasah 4.677 4.461 28.858 64,69
18 Jatiwangi 5.560 5.278 33.921 64,27
19 Dawuan 4.313 4.148 26.464 63,8
20 Kasokandel 2.847 2.689 16.898 63,84
21 Panyingkiran 1.763 1.588 10.138 63,84
22 Kadipaten 2.219 2.091 13.257 63,4
23 Kertajati 10.059 10.132 63.889 63,06
24 Jatitujuh 7.488 7.112 45.043 63,33
25 Ligung 8.327 7.972 50.960 63,92
26 Sumberjaya 4.694 4.503 28.903 64,19
Kab. Majalengka 2011 104.980 96.767 615.158 63,57
2010 101 081 101 112 605 880 59,92

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, 2011

6
Tabel 2.5
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang
Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Luas Tanam Luas Panen Produksi Produktivitas
No Kecamatan
(Ku/Ha)
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Lemahsugih 308 308 1.170 38

2 Bantarujeg - - - -

3 Malausma 5 - - -

4 Cikijing 10 - - -

5 Cingambul - - - -

6 Talaga 2 7 25 35,71

7 Banjaran - - - -

8 Argapura - - - -

9 Maja - - - -

10 Majalengka 278 271 1.040 38,39

11 Cigasong - - - -

12 Sukahaji - - - -

13 Sindang 5 3 11 36,68

14 Rajagaluh - - - -

15 Sindangwangi - - - -

16 Leuwimunding - - - -

17 Palasah - - - -

18 Jatiwangi - - - -

19 Dawuan - 22 76 34,55

20 Kasokandel - 26 100 38,34

21 Panyingkiran - - - -

22 Kadipaten - - - -

23 Kertajati 1.150 823 3.429 41,66

24 Jatitujuh 74 74 287 38,78

25 Ligung - - - -

26 Sumberjaya - - - -

Kab. Majalengka 2011 1.832 1.534 6.138 40,01

2010 1.515 2.284 8.510 37,26

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, 2011

2.1.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012


Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun
2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan
data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Majalengka
dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta
2.2.

Tabel 2.6
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012

Luas Jenis Sawah Pusdatin


No Kecamatan Irigasi Non Irigasi
(ha) % (ha) %
1 ARGAPURA 109 0,21 787 1,54
2 BANTARUJEG 2.987 5,86 1.736 3,41
3 CIKIJING 1.212 2,38 98 0,19
4 DAWUAN 4.012 7,87 0 -
5 JATITUJUH 3.263 6,40 69 0,14
6 JATIWANGI 2.593 5,09 0 -
7 KADIPATEN 1.091 2,14 0 -
8 KERTAJATI 2.178 4,27 4.115 8,07
9 LEMAHSUGIH 1.332 2,61 1.034 2,03
10 LEUWIMUNDING 827 1,62 330 0,65
11 LIGUNG 5.184 10,17 0 -
12 MAJA 84 0,16 2.333 4,58
13 MAJALENGKA 1.129 2,22 731 1,43
14 PALASAH 1.971 3,87 12 0,02
15 PANYINGKIRAN 746 1,46 27 0,05
16 PEMBANTU BANJARAN 439 0,86 442 0,87
17 PEMBANTU CIGASONG 928 1,82 313 0,61
18 PEMBANTU CINGAMBUL 1.501 2,95 166 0,32
19 PEMBANTU SINDANGWANGI 91 0,18 426 0,84
20 RAJAGALUH 0 - 812 1,59
21 SUKAHAJI 776 1,52 945 1,85
22 SUMBERJAYA 2.522 4,95 0 -
23 TALAGA 1.535 3,01 74 0,14
Jumlah 36.513 71,65 14.449 28,35
Jumlah Total 50.962

7
Peta 2.2
Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun 2012

2.1.3. Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

2.1.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah


Sesuai dengan Perda nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011 2031 yang s a l a h s a t u
Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Majalengka dalam
pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah
dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 18 dalam Perda No.
11/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Majalengka
meliputi :
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 27
yang terdiri dari :
a. kawasan peruntukkan hutan produksi;
b. kawasan peruntukkan pertanian;
c. kawasan peruntukkan perikanan;
d. kawasan peruntukkan pertambangan;
e. kawasan peruntukkan industri;
f. kawasan peruntukkan pariwisata;
g. kawasan peruntukkan permukiman; dan
h. kawasan peruntukkan lainnya.
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point b,
dijabarkan dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut :
(1) Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf b terdiri atas:
a. kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan peruntukkan hortikultura;
c. kawasan peruntukkan perkebunan;dan
d. kawasan peruntukkan peternakan.

8
(2) Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kawasan peruntukkan pertanian lahan basah;dan
b. kawasan peruntukkan pertanian lahan kering.
(3) Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a seluas kurang lebih 39.190 (tiga puluh sembilan ribu
seratus sembilan puluh) hektar berupa lahan pertanian pangan
berkelanjutan terdiri atas:
a. sawah irigasi teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung,
Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Kadipaten,
Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Sindang,
Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Bantarujeg, dan Lemahsugih.
b. sawah irigasi setengah teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh,
Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel,
Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji,
Malausma, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Lemahsugih,
Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura dan Bantarujeg.
c. sawah tadah hujan terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung,
Sumberjaya, Jatiwangi, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran,
Majalengka, Cigasong, Malausma, Sindangwangi, Leuwimunding,
Lemahsugih, Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura, Bantarujeg,
Cingambul.
(4) Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b seluas kurang lebih 626 (enam ratus dua puluh
enam) hektar berada di seluruh kecamatan.
Penetapan Kawasan Peruntukkan Pertanian mengenai teknis pelaksanaannya
dan pengaturannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati, ini diatur dalam
Perda RTRW nomor 11 Tahun 2011 pada pasal 29 ayat 8.

Peta 2.3
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2031

Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011 - 2031

9
2.1.3.2 Penetapan Kawasan LP2B
Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka melalui Perda No. 11 Tahun 2011
ini juga telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian
tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih
39.190 hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten
Majalengka, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan
pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya.

2.1.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah
Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2011 2031 disampaikan pula rencana
luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka
Luas
No Kawasan dalam RTRW (ha) %
Kawasan Lindung 27.454 22,20
1 Kawasan Hutan Lindung 2.588 2,09
2 Kawasan Hutan Produksi 4.319 3,49
3 Kawasan Industri 482 0,39
4 Kawasan Lindung Geologi 1.457 1,18
5 Kawasan Lindung Lainnya 1.813 1,47
6 Kawasan Perlindungan Setempat 1.196 0,97
7 Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya 8.910 7,21
8 Kawasan Rawan Bencana Alam 5.848 4,73
9 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 78 0,06
10 Minyak Gas 762 0,62
Kawasan Budidaya 96.190 77,80
11 Kawasan Pertambangan 1.023 0,83
12 Kawasan Peruntukan Lainnya 4.932 3,99
13 Kawasan Peruntukan Pariwisata 111 0,09
14 Kawasan Peruntukan Perikanan 2.681 2,17
15 Kawasan Peruntukan Permukiman 29.876 24,16
16 Kawasan Peruntukan Pertanian 49.240 39,82
17 (blank) 8.327 6,73
Total 123.644 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka

2.2 Kabupaten Purbalingga (Provinsi Jawa Tengah)

2.2.1 Gambaran Umum Wilayah


2.2.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
dengan Ibukotanya adalah Purbalingga. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Pemalang di utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan,
serta Kabupaten Banyumas di barat dan selatan. Terletak pada 101 11" BT -
10935" BT dan 710" LS - 729 LS" dan terbentang pada altitude 40 1.500
meter diatas permukaan laut dengan dua musim yaitu musim Hujan antara April
September dan musim Kemarau antara OktoberMaret. Secara umum
Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm
4,789 mm per tahun. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764,122
kilometer persegi. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara 23.20
C 32.88 C dengan rata-rata 24.49 C.

10
Kabupaten Purbalingga berada di cekungan yang diapit beberapa rangkaian
pegunungan. Di sebelah utara merupakan rangkaian pegunungan (Gunung
Slamet dan Dataran Tinggi Dieng). Bagian selatan merupakan Depresi Serayu,
yang dialiri dua sungai besar Kali Serayu dan anak sungainya, Kali Pekacangan.
Anak sungai lainnya yaitu seperti Kali Klawing, Kali Gintung, dan anak sungai
lainnya.
Kabupaten Purbalingga terdiri atas 18 kecamatan, yaitu Kemangkon, Bukateja,
Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Padamara,
Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja, Karangjambu, Karanganyar,
Kertanegara, Karangmoncol dan Rembang. Sebanyak 18 kecamatan itu dibagi
lagi atas 224 desa dan 15 kelurahan.

Jenis tanah di Kabupaten Purbalingga sebagian besar di dominasi oleh tanah


latosol coklat dan regosol, tanah aluvial dan grumusol kelabu berdasarkan data
dari Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1969. Persentase Jenis tanah dan
luasannya adalah Latosol Coklat dan Regosol 19,22 %, Aluvial Coklat Tua 17,79
%, Latosol Coklat dari Bahan Induk Vulkanik 10,92 %, Latosol Merah Kuning
5,78 %, Latosol Coklat Tua 8,02 %, Andosol Coklat 7,28 %, Litosol 0,74 %,
Padmolik Merah-Kuning 12,92 %, Grumusol Kelabu 17,33 %.

Menurut Klasifikasi ketinggian, Kabupaten Purbalingga terdiri dari lima kelas


dengan klasifikasi sebagai berikut : 1525 m (0,56 %), 25100 m (27,02 %),
100500 (44,13 %), 5001000 m (23,05 %), di atas 1000 m (5,24 %).
Karateristik kelas kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Purbalingga berkisar
antara 0% hingga 51%.

Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Purbalingga secara spasial


sebagaimana pada Peta 2.4.

Peta 2.4
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2010

11
2.2.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting
Penggunaan lahan di Kabupaten Purbalingga didominasi oleh penggunaan lahan
sawah seluas 21.209 Ha (irigasi seluas 16.872 ha, tadah hujan 4.240 ha dan
tanah sawah lebak, folder, dll seluas 97 ha), atau sekitar 27,27%, Tegalan 16.654
Ha (21,44%) dan Perkampungan 16.470 Ha (21,18%). Untuk rincinya dapat dilihat
pada Tabel 2.8 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Purbalingga.

Tabel 2.8
Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
No. Penggunaan Lahan Luas (ha) %
1 Lahan Pertanian
1.1. Lahan Sawah 21.209 27,27
1. Pengairan Teknis 5.194 6,68
2. Pengairan Setengah Teknis 7.509 9,66
3. Pengairan Sederhana 3.876 4,98
4. Pengairan Non PU 293 0,38
5. Tadah Hujan 4.240 5,45
6. Pasang Surut - -
7. Tanah Sawah Lebak, Polder dll 97 0,12

1.2. Bukan Lahan Sawah 27.370 35,20


1. Tegal Kebun 16.654 21,42
2. Ladang Huma - -
3. Perkebunan 820 1,05
4. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 5.075 6,53
5. Tambak - -
6. Kolam/Tebat/Empang 219 0,28
7. Padang Pengembalaan/Padang Rumput - -
8. Sementara Tidak Diusahakan - -
9. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll) 4.602 5,92

2. Lahan Bukan Pertanian 29.185 37,54


1. Rumah, Bangunan, dan Halaman Sekitarnya 16.470 21,18
2. Hutan Negara 9.647 12,41
3. Rawa-rawa (tidak ditanami) - -
4. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll 3.068 3,95

Jumlah/Total 77.764 100

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Purbalingga

2.2.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2011 diperkirakan mendekati
863.391 jiwa (lihat Tabel 2.9), dengan rata-rata kepadatan 1.050 jiwa/km2. Kota
Purbalingga sebagai Ibukota Kabupaten berpenduduk sekitar 40.000 jiwa dan
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga
Tahun 2011 sebagaimana pada Tabel 2.10.

Tabel 2.9
Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun 2011
Luas Daerah Jumlah Kepadatan
No. Kecamatan
(Km2) Penduduk Penduduk per Km2
1. Kemangkon 45.13 53,077 1176
2. Bukateja 42.4 66,431 1567
3. Kejobong 39.98 42,831 1071
4. Pengadegan 41.74 35,698 855
5. Kaligondang 50.54 56,256 1113
6. Purbalingga 14.73 56,384 3828
7. Kalimanah 22.5 50,611 2249
8. Padamara 18.12 39,994 2207
9. Kutasari 38.07 55,679 1463
10. Bojongsari 29.24 56,166 1921
11. Mrebet 44.5 66,327 1490
12. Bobotsari 26.05 47,279 1815
13. Karangreja 49.16 39,854 811
14. Karangjambu 36.82 23,721 644
15. Karanganyar 29.95 34,503 1152
16. Kertanegara 26.74 30,380 1136
17. Karangnoncol 45.63 50,339 1103
18. Rembang 61.88 57,861 935
Jumlah/Total 663.18 863,391 1,302
2010 663.18 851,963 1,285
2009 663.18 844,252 *) 1,273
2008 663.18 837,267 *) 1,263
2007 663.18 830,328 *) 1,252

Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk


*) Angka Perbaikan

12
Tabel 2.10
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
Banyak Penduduk Laju
No. Kecamatan
2010 2011 Pertumbuhan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kemangkon 52,343 53,077 1.40
2. Bukateja 65,686 66,431 1.13
3. Kejobong 42,346 42,831 1.15
4. Pengadegan 35,437 35,698 0.74
5. Kaligondang 55,477 56,256 1.40
6. Purbalingga 55,565 56,384 1.47
7. Kalimanah 49,547 50,611 2.15
8. Padamara 38,867 39,994 2.90
9. Kutasari 54,632 55,679 1.92
10. Bojongsari 54,998 56,166 2.12
11. Mrebet 65,387 66,327 1.44
12. Bobotsari 46,849 47,279 0.92
13. Karangreja 39,447 39,854 1.03
14. Karangjambu 23,496 23,721 0.96
15. Karanganyar 34,275 34,503 0.67
16. Kertanegara 30,297 30,380 0.27
17. Karangnoncol 49,941 50,339 0.80
18. Rembang 57,373 57,861 0.85
Jumlah/Total 851,963 863,391 1.01

Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk

2.2.1.4 Sektor Pertanian


Sub sektor Tanaman Pangan merupakan salah satu sub sektor pertanian. Sub
sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi gogo), jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai. Menurut luas panen tanaman padi
sawah dalam tahun 2011 menurun sebesar 0.02 %, bila dibandingkan dengan
tahun 2010, produksi padi sawah tahun 2011 yang sebesar 207.132 ton (GKG)
turun bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 216.980 ton (GKG),
produktivitasnya yaitu 55,82 kw/ha. Luas panen padi gogo tahun 2011 juga
menurun, sebesar 40,89 % (dari 863 ha tahun 2010 menjadi 513 ha). Luas
panen tersebut juga mempengaruhi jumlah produksi. Pada tahun 2010 yaitu
mencapai 3.716 ton (GKG) turun menjadi 2.107 ton (GKG) tahun 2011.

2.2.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Tahun 2012


Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun
2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan
data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Purbalingga
dapat dilihat pada tabel 2.11 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta
2.5 sebagai berikut.

Tabel 2.11
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012
Luas Jenis Sawah Pusdatin
No Kecamatan Irigasi Non Irigasi
(ha) % (ha) %
1 BOBOTSARI 996 5,45 9 0,05
2 BOJONGSARI 952 5,21 34 0,19
3 BUKATEJA 2.543 13,92 0 -
4 KALIGONDANG 999 5,47 2 0,01
5 KALIMANAH 1.317 7,21 0 -
6 KARANGANYAR 1.967 10,76 0 -
7 KARANGMONCOL 873 4,78 438 2,39
8 KARANGREJA 12 0,07 931 5,09
9 KEJABONG 4 0,02 6 0,03
10 KEJOBONG 230 1,26 19 0,10
11 KEMANGKON 2.365 12,94 0 -
12 KUTASARI 785 4,29 10 0,05
13 MREBET 743 4,07 338 1,85
14 PADAMARA 1.253 6,85 0 -
15 PENGADEGAN 23 0,13 32 0,18
16 PURBALINGGA 607 3,32 0 -
17 REMBANG 387 2,12 401 2,19
Jumlah 16.056 87,86 2.218 12,14
Jumlah Total 18.274

13
Peta 2.5
Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun 2012

2.2.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.2.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Sesuai dengan Perda nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Purbalingga tahun 2011 2031 yang s a l a h s a t u
Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Purbalingga dalam
pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan
pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 17 dalam Perda No. 5/2011
telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Purbalingga meliputi :
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 26 yang
terdiri dari :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 26 point c diatas,
diatur dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut :
(1) Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas: a). pertanian tanaman pangan;
b). pertanian hortikultura; c). perkebunan; dan d). peternakan.
(2) Pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 25.207 (dua puluh lima ribu dua ratus tujuh) hektar terdiri
dari lahan basah seluas kurang lebih 16.030 (enam belas ribu tiga puluh)
hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 9.177 (sembilan ribu seratus
tujuh puluh tujuh) hektar yang terdiri dari :

14
a. Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih 1.437 (seribu empat ratus tiga
puluh tujuh) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 910
(sembilan ratus sepuluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 527
(lima ratus dua puluh tujuh) hektar;
b. Kecamatan Bojongsari seluas kurang lebih 1.352 (seribu tiga ratus lima
puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 1.086 (seribu
delapan puluh enam) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 266 (dua
ratus enam puluh enam) hektar;
c. Kecamatan Bukateja seluas kurang lebih 2.591 (dua ribu lima ratus
sembilan puluh satu) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih
1.740 (seribu tujuh ratus empat puluh) hektar dan lahan kering seluas
kurang lebih 851 (delapan ratus lima puluh satu) hektar;
d. Kecamatan Kaligondang seluas kurang lebih 1.732 (seribu tujuh ratus tiga
puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 868 (delapan
ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih
864 (delapan ratus enam puluh empat) hektar;
e. Kecamatan Kalimanah seluas kurang lebih 1.314 (seribu tiga ratus empat
belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 679 (enam ratus
tujuh puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 635
(enam ratus tiga puluh lima) hektar;
f. Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih 1.539 (seribu lima ratus tiga
puluh sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 268
(dua ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang
lebih 1.271 (seribu dua ratus tujuh puluh satu) hektar;
g. Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih 794 (tujuh ratus sembilan
puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 319 (tiga
ratus Sembilan belas) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 475
(empat ratus tujuh puluh lima) hektar;
h. Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih 1.909 (seribu sembilan
ratus sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 1.235
(seribu dua ratus tiga puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang
lebih 674 (enam ratus tujuh puluh empat) hektar;
i. Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih 202 (dua ratus dua) hektar
terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 85 (delapan puluh lima) hektar
dan lahan kering seluas kurang lebih117 (seratus tujuh belas) hektar;
j. Kecamatan Kejobong seluas kurang lebih 474 (empat ratus tujuh puluh
empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 382 (tiga ratus
delapan puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 93
(sembilan puluh tiga) hektar;
k. Kecamatan Kemangkon seluas kurang lebih 2.883 (dua ribu delapan ratus
delapan puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih
1.938 (seribu sembilan ratus tiga puluh delapan) hektar dan lahan kering
seluas kurang lebih 945 (semblian ratus empat puluh lima) hektar;
l. Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih 1.215 (seribu dua ratus lima
belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 1.122 (seribu
seratus dua puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 92
(sembilan puluh dua) hektar;

15
m. Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih 1.164 (seribu seratus enam puluh
empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 1.025 (seribu
dua puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 139 (seratus
tiga puluh sembilan) hektar;
n. Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih 2.032 (dua ribu tiga puluh dua)
hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 1.997 (seribu sembilan
ratus Sembilan puluh tujuh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 35
(tiga puluh lima) hektar;
o. Kecamaan Padamara seluas kurang lebih 1.233 (seribu dua ratus tiga
puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 720 (tujuh
ratus dua puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 514 (lima
ratus empat belas) hektar;
p. Kecamatan Pengadegan seluas kurang lebih 154 (seratus lima puluh
empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 55 (lima puluh
lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 99 (sembilan puluh
sembilan) hektar;
q. Kecamatan Purbalingga seluas kurang lebih 714 (tujuh ratus empat belas)
hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 259 (dua ratus lima
puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 455 (empat
ratus lima puluh lima) hektar; dan
r. Kecamatan Rembang seluas kurang lebih 2.468 (dua ribu empat ratus
enam puluh delapan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih
832 (delapan ratus tiga puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang
lebih 1.634 (seribu enam ratus tiga puluh empat) hektar
(3) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) seluas kurang lebih 22.616 (dua puluh dua ribu enam ratus enam
belas) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan.
Luas lahan eksisting dan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan
berdasarkan pada RTRW Kabupaten Purbalingga secara rinci sebagaimana pada
Tabel 2.12 dan Peta 2.6 berikut:

Tabel 2.12
Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan
berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW
Luas Lahan Sawah
Lahan Eksisting LP2B
No. Kecamatan
L. Basah L. Kering Total L. Basah L. Kering Total
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Kemangkon 1.938 945 2.883 1.938 657 2.595
2 Bukateja 1.740 851 2.591 1.740 592 2.332
3 Kejobong 382 93 475 382 46 428
4 Pengadegan 55 99 154 55 84 139
5 Kaligondang 868 864 1.732 868 633 1.501
6 Purbalingga 259 455 714 259 143 402
7 Kalimanah 679 635 1.314 679 504 1.183
8 Padamara 720 514 1.234 720 391 1.111
9 Kutasari 1.025 139 1.164 1.025 23 1.048
10 Bojongsari 1.086 266 1.352 1.086 131 1.217
11 Mrebet 1.997 35 2.032 1.997 35 2.032
12 Bobotsari 910 527 1.437 910 287 1.197
13 Karangrejo 85 117 202 85 97 182
14 Karangjambu 319 475 794 319 396 715
15 Karanganyar 268 1.271 1.539 268 1.117 1.385
16 Kertanegara 1.122 92 1.214 1.122 92 1.214
17 Karang Moncol 1.235 674 1.909 1.235 483 1.718
18 Rembang 832 1.635 2.467 832 1.387 2.219
Jumlah 15.520 9.687 25.207 15.520 7.096 22.616

16
Peta 2.6
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 - 2031

Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 2031

2.2.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sudah menetapkan lahan pertanian
tanaman pangan berkelanjutan pada kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan di kawasan budidaya yang telah dituangkan dalam Perda No 5 Tahun
2011 pasal 29 dengan luas lahan kurang lebih 22.616 (dua puluh dua ribu enam
ratus enam belas) hektar yang tersebar di 18 Kecamatan. Berdasarkan data
spasial yang diperoleh dari data RTRW untuk lahan pangan pertanian
berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasi persis lokasinya dan hanya
mencantumkan luas eksisting yang luasannya lebih besar dari luas lahan yang
direncanakan untuk LP2B yaitu seluas 25.207 ha. Berdasarkan data tabuler yang
diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga diperoleh
rencana luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana pada tabel
2.12 diatas.

2.2.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten
Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 2031 disampaikan pula rencana luas
penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun 2011 2031
No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
1 Kawasan Lindung
a) Kawasan hutan lindung 9.236
b) kawasan resapan air 34.869
c) sempadan sungai besar 959
d) Sempadan bendung 85
e) RTH 4.994
f) Kawasan rawan bencana 107.346
2 Kawasan Budidaya
a) Hutan produksi 629
b) Hutan produksi terbatas 4.727
c) Kawasan hutan rakyat 30.536
d) Pertanian tanaman pangan 25.207
e) Pertanian hortikultura 172.887
f) Kawasan budidaya perikanan darat 300
g) Kawasan peruntukan industri 298

Sumber Data : Perda Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011

17
2.3 Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
2.3.1 Gambaran Umum Wilayah
2.3.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Gunung Kidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
Gunung Kidul 1.485,36 Km 2 atau sekitar 46,63% dari luas wilayah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota
Yogyakarta dengan jarak 39 km. Kabupaten Gunung Kidul memiliki letak
geografis 110 21' sampai 110 50' BT; 7 46' sampai 8 09' LS. Batas wilayah
kabupaten Gunung Kidul di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul
dan Kabupaten Sleman. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten
dan Sukoharjo. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan di
sebalah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunung Kidul dibagi menjadi 3 (tiga)
zona pengembangan, yaitu :
1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di
atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air
tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi
latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi
Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan
Ponjong bagian utara.
2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan
ketinggian 150 m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran
merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga
meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu
bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering.
Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m dibawah permukaan
tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo,
Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.
3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon
gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300 mdpl. Batuan
dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut
(Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak
dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari,
Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang,
Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.
Kondisi klimatologi Kabupaten Gunung Kidul secara umum menunjukkan kondisi
sebagai berikut:
a. Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan
bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara
merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah
tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal
hujan paling akhir.
b. Suhu udara rata-rata harian 27,7 C, suhu minimum 23,2C dan suhu
maksimum 32,4C.
c. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh
tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim.
Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gunung Kidul secara spasial disajikan
pada Peta 2.7.

18
Peta 2.7
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul

2.3.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Penggunaan lahan di Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh penggunaan
lahan Tegalan/ladang seluas 84.394,59 Ha (56,84%), sedangkan untuk lahan
sawah (baik sawah irigasi maupun tadah hujan) seluas 6.273,69 Ha (4,23%).
Untuk rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.14 Penggunaan Lahan Eksisting
Kabupaten Gunung Kidul dan Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting
Kabupaten Gunung Kidul.

Tabel 2.14
Jenis Penggunaan Lahan Eksisting
Luas
No Jenis Penggunaan Lahan
(ha) %
1 Danau/situ/telaga 133,22 0,09
Emplasement 36,99 0,02
3 Hutan sejenis 15.376,23 10,36
4 Industri non pertanian 9,29 0,01
5 Kampung 38.023,50 25,61
6 Kebun campuran 84,94 0,06
7 Kuburan/pemakaman 2,27 0,00
8 Perairan darat 770,77 0,52
9 Perkebunan rakyat: Coklat-sudah menghas. 2,31 0,00
10 Persawahan irigasi: 1x padi 1.485,73 1,00
11 Persawahan irigasi: 1x padi + palawija 2.892,81 1,95
12 Persawahan irigasi: 2x padi/tahun-lebih 454,12 0,31
13 Persawahan: Tadah hujan 1.441,04 0,97
14 Perumahan 5,45 0,00
15 Semak 3.182,99 2,14
16 Tanah rusak 156,71 0,11
17 Tanah tandus 29,08 0,02
18 Tegalan/ladang 84.394,59 56,84
19 (blank) 0,01 0,00
Jumlah 148.482,03 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gunung Kidul

19
Peta 2.8
Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul

2.3.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2010 berdasarkan sensus
penduduk 2010 berjumlah 675.382 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144
desa, dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari sejumlah
78.747 jiwa. Rincian jumlah dan kepadatan penduduk per Kecamatan di
Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana Tabel 2.15.

Tabel 2.15
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan
Jumlah
Kepadatan
No Nama Kecamatan Luas (km2) Penduduk
(jiwa/km2)
(jiwa)
1 Panggang 99,8 26.506 265
2 Purwosari 71,76 19.361 269
3 Paliyan 58,07 29.083 500
4 Saptosari 87,83 34.270 390
5 Tepus 104,91 31.889 303
6 Tanjungsari 71,63 25.698 358
7 Rongkop 83,46 26.901 322
8 Girisubo 94,57 22.188 234
9 Semanu 108,39 51.737 477
10 Ponjong 104,49 49.803 476
11 Karangmojo 80,12 48.768 608
12 Wonosari 75,51 78.747 1042
13 Playen 105,26 54.492 517
14 Patuk 72,04 30.336 421
15 Gedangsari 68,14 35.265 517
16 Nglipar 73,87 29.687 401
17 Ngawen 46,59 31.622 678
18 Semin 78,92 49.062 621
Jumlah 1.485,36 675.415 455
Sumber : BPS Gunungkidul *) Sensus Penduduk 2010

20
2.3.1.4 Sektor Pertanian
Pada Tahun 2011, sebagian besar produksi padi di Kabupaten Gunung Kidul
dihasilkan dari jenis padi ladang. Jenis padi ini menyumbang sebesar 67% dari
seluruh produksi padi yang tercatat sebesar 277.811 ton atau sekitar 186.145 ton.
sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi sawah. Luas lahan sawah dan non
sawah berdasarkan perkecamatan di Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana
pada Tabel 2.16 dan 2.17 sebagai berikut :

Tabel 2.16
Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2011
Jenis Lahan
Nama
No Bukan Jumlah
Kecamatan Sawah
Sawah
1 Panggang 22 9.958 9.980
2 Purwosari 170 7.006 7.176
3 Paliyan 31 5.777 5.808
4 Saptosari 8.782 8782
5 Tepus 10.493 10.493
6 Tanjungsari 7.161 7.161
7 Rongkop 8.347 8.347
8 Girisubo 9.456 9.456
9 Semanu 195 10.644 10.839
10 Ponjong 690 9.759 10.449
11 Karangmojo 610 7.402 8.012
12 Wonosari 82 7.469 7.551
13 Playen 276 10.250 10.526
14 Patuk 1.161 6.043 7.204
15 Gedangsari 1.304 5.510 6.814
16 Nglipar 28 7.107 7.387
17 Ngawen 1.101 3.558 4.659
18 Semin 1.943 5.949 7.892
Jumlah 7.613 140.671 148.536
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul

Tabel 2.17
Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun 2011
Irigasi (Ha) Tadah
No Kecamatan Lebak Jumlah
Teknis 1/2 Teknis Sederhana Non PU Hujan
1 Panggang 22 22
2 Purwosari 70 100 170
3 Paliyan 31 31
4 Saptosari
5 Tepus
6 Tanjungsari
7 Rongkop
8 Girisubo
9 Semanu 195 195
10 Ponjong 130 194 42 324 690
11 Karangmojo 382 168 24 36 610
12 Wonosari 44 32 82
13 Playen 125 151 276
14 Patuk 149 185 827 1.161
15 Gedangsari 30 27 1.247 1.304
16 Nglipar 31 119 30 100 280
17 Ngawen 13 8 1.080 1.101
18 Semin 275 76 1.592 1.943
Jumlah 130 1.118 1.047 54 5.510 - 7.865
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul

21
2.3.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012
Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun
2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan
data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Gunung Kidul
dapat dilihat pada Tabel 2.18 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta
2.9 berikut:

Tabel 2.18
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gunung Kidul Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012
Luas Jenis Sawah Pusdatin
No Kecamatan Irigasi Non Irigasi
(ha) % (ha) %
1 GEDANGSARI 23 0,08 1.288 4,59
2 KARANGMOJO 0 - 1.888 6,73
3 NGAWEN 30 0,11 1.186 4,22
4 NGLIPAR 0 - 790 2,82
5 PALIYAN 210 0,75 2.340 8,34
6 PANGGANG 0 - 1.513 5,39
7 PATUK 67 0,24 959 3,41
8 PLAYEN 5 0,02 1.772 6,31
9 PONJONG 429 1,53 1.795 6,39
10 RONGKOP 85 0,30 3.876 13,81
11 SEMANU 2 0,01 2.751 9,80
12 SEMIN 218 0,78 1.578 5,62
13 TEPUS 0 - 3.694 13,16
14 WONOSARI 121 0,43 1.450 5,16
Jumlah 1.190 4,24 26.881 95,76
Jumlah Total 28.071

Peta 2.9
Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun 2012

2.3.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.3.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Sesuai dengan Perda nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Gunung Kidul tahun 2010 2030 yang s a l a h s a t u
Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gunung Kidul dalam
pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan
pengembangan kawasan budi daya.

22
Sesuai dengan pasal 27 dalam Perda No. 6 tahun 2011 telah ditetapkan rencana
pola ruang wilayah Kabupaten Gunung Kidul meliputi :
a. Penetapan kawasan lindung; dan
b. Penetapan kawasan budi daya
Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point c diatas,
dijabarkan lagi dalam pasal 37 antara lain sebagai berikut :
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf c meliputi :
a. tanaman pangan;
b. hortikultura;
c. perkebunan; dan
d. peternakan.
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. lahan pertanian pangan pada lahan beririgasi seluas kurang lebih 7.865
(tujuh ribu delapan ratus enam puluh lima) hektar meliputi:
1. Sawah beririgasi teknis seluas 2.355 (dua ribu tiga ratus lima puluh
lima) hektar
2. Sawah beririgasi non teknis (setengah teknis, sederhana dan/atau
air permukaan tadah hujan) seluas kurang lebih 5.510 (lima ribu lima
ratus sepuluh) hektar
b. lahan pertanian pangan pada lahan tidak beririgasi seluas kurang lebih
36.065 (tiga puluh enam ribu enam puluh lima) hektar terletak pada
lahan kering di semua kecamatan.
c. lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih 5.500 (lima
ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi
dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi.
Luasan lahan pertanian tanaman pangan dengan sebaran perkecamatan
berdasarkan lahan basah dan lahan kering sebagai berikut :
(1) Kecamatan Gedangsari seluas kurang lebih 748 hektar terdiri dari lahan
basah seluas kurang lebih 245 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih
503 hektar;
(2) Kecamatan Karangmojo seluas kurang lebih 908 hektar terdiri dari lahan
basah seluas kurang lebih 143 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih
765 hektar;
(3) Kecamatan Ngawen seluas kurang lebih 871 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 492 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 378
hektar;

23
(4) Kecamatan Ngilapar seluas kurang lebih 321 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 100 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 221
hektar;
(5) Kecamatan Paliyan seluas kurang lebih 1.182 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 69 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 1.113
hektar;
(6) Kecamatan Panggang seluas kurang lebih 328 hektar terdiri dari lahan
basah seluas kurang lebih 113 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih
215 hektar;
(7) Kecamatan Patuk seluas kurang lebih 624 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 165 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 459
hektar;
(8) Kecamatan Playen seluas kurang lebih 821 hektar. Kecamatan Playen
hanya memiliki lahan kering seluas kurang lebih 821 hektar;
(9) Kecamatan Ponjong seluas kurang lebih 999 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 172 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 827
hektar;
(10) Kecamatan Rongkop seluas kurang lebih 1.161 hektar lahan kering
(11) Kecamatan Semanu seluas kurang lebih 1.315 hektar lahan kering;
(12) Kecamatan Semin seluas kurang lebih 950 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 320 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 630
hektar;
(13) Kecamatan Tepus seluas kurang lebih 1.748 hektar lahan kering;
(14) Kecamatan Wonosari seluas kurang lebih 848 hektar terdiri dari lahan basah
seluas kurang lebih 0,1 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 848
hektar;

Peta 2.10
Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul
Tahun 20 10 - 2030

Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul

24
2.3.3.2 Penetapan Kawasan LP2B
Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul secara khusus juga telah
menetapkan tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
melalui Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Gunung Kidul Tahun 2010 2030 sebagaimana pada pasal 37 ayat 2 point c
yang berbunyi lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih 5.505
(lima ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan
lahan pertanian pangan tidak beririgasi. Luas lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Panggang dengan luas
15,40 Ha, Kecamatan Purwosari dengan luas 119,00 Ha, Kecamatan Paliyan
dengan luas 21,70 Ha, Kecamatan Semanu dengan luas 136,50 Ha, Kecamatan
Ponjong dengan luas 483 Ha, Kecamatan Karangmojo dengan luas 427 Ha,
Kecamatan Wonosari dengan luas 57,40 Ha Kecamatan Playen dengan luas
193,20 Ha, Kecamatan Patuk dengan luas 812,70, Kecamatan Gedangsari
dengan luas 912,80 Ha, Kecamatan Nglipar dengan luas 196 Ha, Kecamatan
Ngawen 770,70 Ha, dan Kecamatan Semin 1.360,10 Ha. Sedangkan data spasial
kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan
belum ada datanya.

2.3.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten
Gunung Kidul Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2010 2030 disampaikan pula rencana luas
penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.19.

Tabel 2.19
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul
No Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
Kawasan Konservasi
1 Goa 13
2 Hutan Konservasi (TAHURA) 699
3 Hutan Lindung 803
4 Hutan Penelitian 34
5 Hutan Produksi 7.172
6 Hutan Rakyat 29.081
7 Mataair 151
Kawasan Budidaya
1 Kawasan Industri 73
2 Kawasan Militer 143
3 Pantai 17
4 Perkebunan 188
5 Permukiman Perdesaan 15.409
6 Permukiman Perkotaan 19.056
7 Pertanian Lahan Basah 4.763
8 Pertanian Lahan Kering 44.310
9 Plasma Nutfah 624
10 Suaka Alam 21
11 Suaka Margasatwa 104
12 Sungai 186
13 Telaga 84
14 Telaga/Sungai 511
15 (blank) 26.022
Jumlah 149.466

Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul 2010 2030

2.4 Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur)


2.4.1 Gambaran Umum Wilayah
2.4.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi
Jawa Timur. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di
Kota Madiun, sekalipun kini perkembangan wilayah yang paling progresif

25
berlangsung di Kecamatan Mejayan. Secara geografis, Kabupaten Madiun
terletak di sekitar 70 12 sampai dengan 7 0 48 30 Lintang Selatan dan 111 0
25 45 sampai dengan 111 0 51 Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah
1.010,86 Km 2, terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dan 206 wilayah
administrasi desa/kelurahan. Adapun batas administrasi Kabupaten Madiun
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro
Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk
Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
Secara Topografi Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi
terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat
Kota Madiun dengan ketinggian antara 21 100 mdpl. Kemudian berturut-turut ke
arah selatan yang semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 mdpl.
Keadaan iklim di Kabupaten Madiun ditandai dengan keadaan curah hujan dan
intensitas hujan, sedangkan kondisi iklim sendiri ditandai dengan keadaan dimana
suatu wilayah mempunyai keadaan bulan basah dan bulan kering. Dengan tipe
iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson,
wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan
daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim
laut dan iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara 20 0 350 C. Curah
hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656
mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas
hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 19,48 mm/bulan. Artinya
intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah.
Berdasarkan jenis tanah di Kabupaten Madiun didominasi oleh jenis tanah aluvial
dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun
dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Gemarang,
disusul kemudian jenis tanah mediteran dengan prosentase sebesar 26 % dengan
penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Pilangkenceng, Jiwan dan
Sawahan. Jenis tanah grumosol dengan prosentase sebesar 21 % dengan
penyebaran hanya beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Saradan,
Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Madiun dan Sawahan. Sedangkan jenis tanah
latosol dengan prosentase sebesar 13 % penyebarannya meliputi Kecamatan
Dolopo, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun. Untuk jenis
tanah dengan luasan terkecil yaitu jenis tanah litosol dengan prosentase sebesar
4 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dagangan, Kare dan Saradan.
Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Madiun secara spasial sebagaimana
pada Peta 2.8.

26
Peta 2.11
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun

Sumber : Data Spasial Pemetaan RTRW Kabupaten Madiun

2.4.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Penggunaan lahan di Kabupaten Madiun didominasi oleh
pemukiman/pekarangan seluas 15.322,26 Ha (15,16%), sawah seluas 30.951 Ha
(30,62%), tegal seluas 7.091,54 Ha (7,02%), perkebunan seluas 2.472 Ha
(2,45%), hutan ading seluas 40.511 Ha (40,08%), perairan (kolam/waduk)
seluas 836 Ha (0,83%), dan lain-lain (jalan, sungai, makam) seluas 3.902,2 Ha
(3,86%) (RPJMD Kabupaten Madiun 2009 2013). Menurut RTRW Kabupaten Madiun
2009 2029, luas sawah yang ada di Kabupaten Madiun kurang lebih 31.594 Ha
yang berpotensi besar untuk pengembangan ading pertanian. Berdasarkan
penggunaan lahan Kabupaten Madiun tahun 2009 sebagaimana pada rincian
tabel 2.20

Tabel 2.20
Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun 2009
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
1. Lahan Pertanian
1.1. Lahan Sawah
1. Irigasi Teknis 26,530.20 26.25
2. Irigasi Setengah Teknis 1,735.00 1.72
3. Irigasi Sederhana 1,882.39 1.86
4. Irigasi Desa/ Non PU 56.50 0.06
5. Tadah Hujan 1,870.86 1.85
1.2. Bukan Lahan Sawah
1. Kolam/ Empang/ Waduk 195.72 0.19
2. Ladang/ Kebun Campur 3,558.06 3.52
3. Semak Belukar 237.16 0.23
4. Perkebunan 1,043.44 1.03
5. Peternakan 33.36 0.03
2. Lahan Bukan Pertanian
1. Hutan Lindung 5,314.00 5.26
2. Hutan Rakyat 5,641.78 5.58
3. Hutan Produksi 40,631.92 40.20
4. Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan 10,240.72 10.13
5. Industri 64.90 0.06
6. Kawasan Meliter 87.26 0.09
7. PLTA 33.98 0.03
8 TPA 6.00 0.01
9 Lain - lain 1,922.74 1.90
Jumlah Total 101,085.99 100.00

Sumber: RTRW Kabupaten Madiun

2.4.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Madiun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir
selalu mengalami pertambahan setiap tahunnya. Data jumlah penduduk
menggunakan tahun 1996 hingga tahun 2008 sebagaimana tabel 2.21. Pada

27
tahun 1996 jumlah penduduk sebesar 647.787 jiwa sedangkan pada tahun 2008
sebesar 769.613 jiwa.
Dari tahun 1996-2008, jumlah penduduk di Kabupaten Madiun mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 0,57 %. Sedangkan rata-rata pertambahan
penduduk Kabupaten Madiun pada tahun 2003 hingga tahun 2007 adalah 2.989
jiwa tiap tahunnya.

Tabel 2.21
Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 1996-2008
No Kecamatan Tahun
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kebonsari 50.748 50.869 51.025 51.196 53.079 53.235 53.402 53.554 53.487 53.565 53.688 53.688 61.016
2 Geger 55.921 56.124 56.285 56.496 56.733 56.944 57.206 57.836 58.887 58.531 59.312 59.769 67.528
3 Dolopo 50.604 50.639 50.696 50.811 51.566 51.653 51.809 52.021 52.060 52.273 52.448 52.847 62.787
4 Dagangan 45.586 45.697 45.982 47.244 48.377 48.431 48.669 53.415 47.894 48.307 49.235 49.511 53.657
5 Wungu 47.939 48.058 48.316 48.747 49.176 49.599 49.950 50.727 51.094 51.488 51.716 52.005 62.596
6 Karee 29.096 29.102 29.086 29.114 29.186 29.266 30.062 30.179 30.228 30.222 31.964 33.046 34.940
7 Gemarang 28.777 28.803 28.873 28.958 28.988 29.093 29.308 30.147 31.503 32.200 32.422 32.486 35.696
8 Saradan 59.975 60.042 60.172 60.296 60.510 60.435 60.629 61.147 61.965 61.984 62.345 62.304 75.218
9 Pilangkenceng 50.674 50.805 50.939 51.047 51.345 51.450 51.520 53.006 54.578 54.564 54.464 54.290 58.711
10 Mejayan 39.717 39.841 40.014 40.458 40.682 41.126 41.285 41.987 42.146 42.231 42.980 43.250 50.810
11 Wonoasri 31.058 31.103 31.153 31.212 31.676 31.731 31.856 32.356 32.563 32.622 32.681 32.750 35.034
12 Balerejo 43.461 43.603 43.814 43.993 44.185 44.263 44.298 44.220 44.433 44.491 44.578 44.480 45.184
13 Madiun 37.231 37.197 37.207 37.288 37.408 37.637 37.860 37.924 38.013 38.023 37.965 38.041 39.696
14 Sawahan 24.479 24.575 24.684 24.827 25.022 25.105 25.238 25.271 25.793 25.873 25.867 25.845 26.487
15 Jiwan 52.521 52.619 52.803 52.978 53.230 53.393 53.456 53.788 55.197 55.200 55.210 55.222 60.253
Jumlah 647.787 649.077 651.049 654.665 661.163 663.361 666.548 677.578 679.841 681.574 686.875 689.534 769.613
Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 1996-2008

2.4.1.4 Sektor Pertanian


Sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Madiun. Adapun jenis
komoditi tanaman pangan yang cukup menonjol di Kabupaten Madiun adalah padi,
ubi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di
Kabupaten Madiun merata untuk seluruh Kecamatan meliputi jenis padi sawah dan
padi ading. Produksi tanaman padi pada tahun 2008 untuk jenis padi sawah
sebesar 377.839,40 Ton dari luas panen 60.505,00 Ha, sedangkan untuk padi
ading sebesar 13.719,72 Ton dari luas panen 2.477,00 Ha, seperti pada Tabel
2.22.
Dari Tabel 2.23 dapat dilihat bahwa produksi padi sawah mengalami peningkatan dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2004 produksi padi sawah
sebesar 365.243,56 ton per tahun dan tahun 2005 mengalami peningkatan produksi
sebesar 368.481,19 ton per tahun. Peningkatan produksi terus terjadi pada tahun 2006
yaitu sebesar 62.298 ton pertahun dan tahun 2007 sebesar 373.052,90 ton per tahun.
Peningkatan ini disebabkan terutama karena adanya peningkatan luas panen yang
terjadi tiap tahunnya. Pada tahun 2004 luas panen padi sawah seluas 61.870 Ha dan
mengalami peningkatan menjadi 62.310 Ha pada tahun 2005. Pada tahun 2006 luas
panen mengalami sedikit penurunan menjadi 62.298 Ha dan pada tahun 2007
mengalami peningkatan menjadi 62.344 Ha.
Produktivitas tanaman padi sawah dan padi ladang mengalami peningkatan terus
menerus dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh penggunaan mesin-mesin
pertanian secara efektif di tiap-tiap kecamatan diantaranya adalah : pompa air dangkal
dan dalam, traktor roda dua, hand sprayer, emposan tikus, aplikator urea tablet, sabit

28
bergerigi, pedal tresher maupun power tresher. Akan tetapi terjadi penurunan produksi
pada padi ladang dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Tahun 2004 produksi
tanaman padi ladang sebesar 5.435,50 ton per tahun dan pada tahun 2005 mengalami
penurunan yang cukup besar menjadi 3.222,84 ton per tahun. Pada tahun 2006
produksi tanaman padi ladang mengalami sedikit peningkatan menjadi 3.236,13 ton
per tahun akan tetapi pada tahun 2007 produksi mengalami penurunan kembali
menjadi sebesar 3.193,54 ton per tahun. Penurunan ini lebih disebabkan oleh semakin
menurunnya luas panen dari tahun 2004 sampai tahun 2007.

Tabel 2.22
Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi
Kabupaten Madiun Tahun 2008
Tanaman Padi
Padi Sawah Padi Ladang
No. Kecamatan
Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Kebonsari 4.665,00 29.950,70 6,42 - - -
2 Geger 3.452,00 21.852,20 6,33 - - -
3 Dolopo 2.992,00 19.158,30 6,4 9,00 48,96 5,44
4 Dagangan 4.130,00 25.813,70 6,25 - - -
5 Wungu 4.542,00 28.615,90 6,3 - - -
6 Kare 2.538,00 14.475,30 5,7 18,00 94,70 5,26
7 Gemarang 1.759,00 10.858,60 6,17 1.250,00 6.775,00 5,42
8 Saradan 4.853,00 27.583,10 5,68 283,00 1.539,52 5,44
9 Pilangkenceng 5.511,00 34.774,80 6,31 193,00 1.047,99 5,43
10 Mejayan 3.704,00 22.632,60 6,11 - - -
11 Wonoasri 3.388,00 21.040,50 6,21 - - -
12 Balerejo 8.332,00 54.190,70 6,5 404,00 2.383,60 5,9
13 Madiun 4.551,00 28.528,00 6,27 273,00 1.575,21 5,77
14 Sawahan 2.741,00 17.406,20 6,35 - - -
15 Jiwan 3.347,00 20.958,80 6,26 47,00 254,74 5,42
Jumlah 60.505,00 377.839,40 6,24 2.477,00 13.719,72 6

Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2009

Tabel 2.23
Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi
Kabupaten Madiun Tahun 2004 2007
Tanaman Padi
Padi Sawah Padi Ladang
No. Tahun Luas
Luas Produksi Produktivitas Produksi Produktivitas
Panen
Panen (Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
1 2004 61.870 365.243,56 5,90 1.085 5.435,50 5,01
2 2005 62.310 368.481,19 5,91 642 3.222,84 5,02
3 2006 62.298 369.500,89 5,93 644 3.236,13 5,03
4 2007 62.344 373.052,90 5,98 631 3.193,54 5,06
Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2009

2.4.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012


Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010
hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra
satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel
2.24 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada peta 2.9 berikut:

29
Tabel 2.24
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012
Luas Jenis Sawah Pusdatin
No Kecamatan Irigasi Non Irigasi
(ha) % (ha) %
1 BALEREJO 3.558 11,72 0 -
2 DAGANGAN 2.096 6,90 27 0,09
3 DOLOPO 1.203 3,96 0 -
4 GEGER 1.521 5,01 0 -
5 GEMARANG 1.149 3,78 350 1,15
6 JIWAN 1.217 4,01 0 -
7 KARE 9 0,03 584 1,92
8 KEBONSARI 993 3,27 0 -
9 MADIUN 1.611 5,30 0 -
10 MEJAYAN 1.767 5,82 3 0,01
11 PILANGKENCENG 3.787 12,47 26 0,08
12 SARADAN 5.017 16,52 248 0,82
13 SAWAHAN 1.280 4,22 0 -
14 WONOASRI 1.798 5,92 20 0,07
15 WUNGU 2.106 6,93 0 -
Jumlah 29.112 95,86 1.257 4,14
Jumlah Total 30.370

Peta 2.12
Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun 2012

2.4.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.4.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang dalam Perda nomor 9 Tahun 2011
pasal 20 dalam RTRW Kabupaten Madiun meliputi :
a. kebijakan dan strategi kawasan lindung; dan
b. kebijakan dan strategi kawasan budidaya.
Sedangkan kebijakan dan strategi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 20 di jabarkan lagi dalam pasal 28 meliputi :
a. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kebijakan dan strategi kawasan hutan rakyat;
c. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian;
d. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perkebunan;
e. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perikanan;
f. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertambangan;

30
g. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan industri;
h. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pariwisata;
i. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan permukiman; dan
j. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan lainnya;
Sedangkan untuk mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten
Madium telah mencantumkan dalam kebijakan dan strategi kawasan peruntukan
pertanian yang dijabarkan pada pasal 31 meliputi :
(1) Kebijakan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal
28 huruf c, meliputi :
a. pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan
Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur;
b. peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan
pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan
c. pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem
agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan
kesejahteraan masyarakat.
(2) Strategi pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan
Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. menetapkan peraturan daerah yang mengatur ketentuan alih fungsi lahan
sawah beririgasi teknis;
b. memberikan insentif pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain;
c. meningkatkan sawah setengah teknis atau sederhana menjadi lahan sawah
irigasi teknis pada kawasan lain sebagai pengganti lahan yang beralih
fungsi di kawasan perkotaan, sehingga sehingga secara keseluruhan luas
sawah beririgasi teknis tidak berkurang; dan
d. memisahkan fungsi saluran irigasi dengan drainase dan menghindari
penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi.
(3) Strategi peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan
pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. mengelola dan membangun jaringan sarana dan prasarana sumber daya
air;
b. mengelola daerah aliran sungai untuk mempertahankan vegetasi dan
mencegah sedimentasi sungai, jaringan sarana dan prasarana sumber daya
air; dan
c. mempertahankan dan mengendalikan kawasan resapan air sebagai
kawasan penyimpan cadangan air tanah.
(4) Strategi pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem
agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan
kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi :
a. meningkatan fungsi sawah beririgasi setengah teknis atau sederhana
secara bertahap menjadi sawah beririgasi teknis;

31
b. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertanian melalui
diversifikasi pertanian;
c. mengembangkan lumbung desa; dan
d. mengembangkan sistem pemasaran sampai ekspor hasil produk pertanian.

Dalam Perda nomor 9 Tahun 2011 juga diatur rencana pengembangan pola ruang
wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan
budidaya sesuai dengan pasal 59. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan
budi daya dijabarkan lagi pada pasal 67, meliputi :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perkebunan;
e. kawasan peruntukan perikanan;
f. kawasan peruntukan pertambangan;
g. kawasan peruntukan industri;
h. kawasan peruntukan pariwisata;
i. kawasan peruntukan permukiman; dan
j. kawasan peruntukan lainnya.

Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan peruntukan pertanian dalam


pengembangan pertanian di Kabupaten Madiun dijabarkan lagi dalam pasal 70
meliputi :
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 huruf c
meliputi pertanian lahan beririgasi, pertanian lahan tidak beririgasi, dan
hortikultura.
(2) Kawasan pertanian lahan beririgasi seluas kurang lebih 31.594 ha meliputi
sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana,
dan sawah irigasi desa (irigasi non PU) yang terdapat di seluruh kecamatan,
serta sawah tadah hujan yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu,
Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo dan
Madiun.
(3) Kawasan pertanian tidak beririgasi berupa tegal/kebun/ladang tersebar di seluruh
kecamatan, dengan luas keseluruhan kurang lebih 2.643 ha.
(4) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang
ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas kurang
lebih 21.587,4 ha.
(5) Kawasan hortikultura merupakan kawasan komoditi buah-buahan dan sayuran.
Kawasan hortikultura tersebar di seluruh kecamatan. Luas keseluruhan
kawasan hortikultura kurang lebih 2.321 ha.

32
Peta 2.13
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun 2010 - 2030

Sumber RTRW Kabupaten Madiun Tahun 2010 - 2030

2.4.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun melalui Perda No 9 Tahun 2011 ini telah
menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan
sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih 21.587,4 (dua puluh satu
ribu lima ratus delapan puluh tujuh) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian
tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW
Kabupaten Madiun, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan
pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya.

2.4.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten
Madiun Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Madiun Tahun 2009 20329 disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan
sebagaimana pada Tabel 2.25.

Tabel 2.25
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun
No Kawasan dalam RTW Luas (ha)
1 Kawasan Lindung
a Hutan Lindung 5.314,00
2 Kawasan Budidaya
b Hutan Rakyat 5.641,78
c Hutan Produksi 40.631,92
d Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan 10.240,72
e Industri 64,90
f Kawasan Meliter 87,26
g PLTA 33,98
h TPA 6,00
i Kolam/ Empang/ Waduk 195,72
j Ladang/ Kebun Campur 3.558,06
k Semak Belukar 237,16
l Perkebunan 1.043,44
m Peternakan 33,36
n Sawah Irigasi 30.204,09
o Sawah Tadah Hujan 1.870,86
p Lain - lain 1.922,74

Sumber Data : Perda Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011

33
2.5 Kabupaten Gowa (Provinsi Sulawesi Selatan)
2.5.1 Gambaran Umum Wilayah
2.5.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05 34 49 sampai 05 04 47 Lintang
Selatan dan 119 21 12 sampai 120 01 26 Bujur Timur. Berdasarkan
perhitungan dari data citra landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah
sekitar 1.809,7 km 2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat,
Barombong, Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo,
Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi,
Pattallassang, Sombaopu, Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu).
Perhitungan dari data citra landsat, Kabupaten Gowa berada pada bagian
selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain
dengan batas wilayahnya sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan
Bantaeng.
Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto
sedangkan
Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.
Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gowa secara spasial disajikan
pada Peta 2.14.
Peta 2.14
Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa

Lereng dan topografi merupakan salah satu faktor penentu utama penggunaan
lahan, termasuk untuk pengembangan komoditi pertanian. Dari total luas
Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat,
yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya,
Bontolempangan dan Tompobulu.
Kabupaten Gowa memiliki iklim yang cukup bervariasi, terutama dilihat dari
suhu. Ini dimungkinkan karena variasi ketinggian tempat wilayah kabupaten ini,
berkisar dari 0 sampai 2.853 m dari permukaan laut. Tipe iklim (Oldeman dan
Sjarifuddin, 1977) diwilayah Kabupaten Gowa termasuk C2, C3, D3 dan D4.
Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125C.

34
Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan
terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan
curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir
tidak ada hujan.

2.5.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Kabupaten Gowa merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan
besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah, yaitu sekitar 21,02 % dari
seluruh luas lahan yang ada di Kabupaten Gowa. Luas lahan sawah pada tahun
2007 sebesar 38.074 Ha, dan yang menggunakan irigasi mencapai 27,37 %,
untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.26 berikut:

Tabel 2.26
Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa Tahun 2007
Luas
No. Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) %
1 Hutan Sekunder 15,795 8.72
2 Hutan Tanaman 7,331 4.05
3 Semak Belukar 15,218 8.40
4 Perkebunan 174 0.10
5 Kebun Campuran 98,487 54.37
6 Pertanian Lahan Kering 2,600 1.44
7 Sawah 38,074 21.02
8 Padang Rumput 303 0.17
9 Pemukiman 1,116 0.62
10 Tubuh Air 1,773 0.98
11 Tambak 9 0.005
12 Blank 272 0.15
Total 181,152 100.00
Sumber: Sistim Informasi Lahan 2007 Kab. Gowa

2.5.1.3 Kependudukan
Dilihat dari jumlah penduduk, Kabupaten Gowa termasuk kabupaten terbesar
ketiga di Provinsi Sulawesi Selatan setelah Kota Makassar dan Kabupaten
Bone. Berdasarkan hasil Susenas 2007, penduduk Kabupaten Gowa tercatat
sebesar 594.423 jiwa. Pada Tahun 2006 jumlah penduduk mencapai 586.069
jiwa, sehingga penduduk pada Tahun 2007 bertambah sebesar 1,43%.
Persebaran penduduk di Kabupaten Gowa pada 18 kecamatan bervariasi. Hal
ini terlihat dari kepadatan penduduk per kecamatan yang masih sangat
timpang. Untuk wilayah Somba Opu, Pallangga, Bontonompo, Bontonompo
Selatan , Bajeng dan Bajeng Barat, yang wilayahnya hanya 11,42% dari
seluruh wilayah Kabupaten Gowa, dihuni oleh sekitar 54,45% penduduk Gowa.
Sedangkan wilayah Kecamatan Bontomarannu, Pattallassang, Parangloe,
Manuju, Barombong, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,
Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu, yang meliputi sekitar 88,58%
wilayah Gowa hanya dihuni oleh sekitar 45,55% penduduk Gowa. Keadaan ini
tampaknya sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan geografis daerah tersebut.
Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anak-anak (usia 0-14 tahun)
jumlahnya mencapai 31,12%, sedangkan penduduk usia produktif mencapai

35
63,18% dan penduduk usia lanjut terdapat 5,70% dari jumlah penduduk di
Kabupaten Gowa. Dilihat dari jenis kelamin, maka dari total jumlah penduduk
Kabupaten Gowa, terdapat 293.956 atau 49,45% laki-laki dan 300.467 atau
50,55% perempuan. Dengan demikian, secara keseluruhan penduduk laki-laki
di Kabupaten Gowa jumlahnya lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan
seperti yang tampak pada rasio jenis kelamin penduduk yang mencapai 98
artinya ada sejumlah 98 penduduk laki-laki di antara 100 penduduk
perempuan. Indikator kependudukan Kabupaten Gowa tahun 2007 2009
sebagaimana pada tabel 2.27.

Tabel 2.27
Indikator Kependudukan Kabupaten Gowa Tahun 2007 2009
Indikator 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk (000 Jiwa)
594,423 617,317
Pertumbuhan Penduduk (%)
1.43 1.88
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 316 328
Sex Ratio (%) 98 98
Jumlah Rumah Tangga (000 ruta)
136,032 144,704
Rata-rata ART (Jiwa/ruta) 4 4
Sumber: Gowa Dalam Angka, 2007-2009

2.5.1.4 Sektor Pertanian


Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor pertanian.
Pekerjaan utama penduduk Kabupaten Gowa adalah bercocok tanam dengan
sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai andalan. Pada tahun 2009,
Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub
sektor di dalamnya seperti Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,29 persen, hal ini disebabkan produksi tanaman padi,
jagung, ubi jalar, ubi kayu dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami
kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi padi (padi sawah dan padi ladang)
mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen dibandingkan dengan Tahun 2008,
yaitu dari 217.991 ton menjadi 248.912 ton, walaupun luas panen menurun
1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis padinya, produktivitas padi
sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan produktivitas padi ladang 39,77
kwintal/ha. Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi seperti
Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan sentra
penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah
kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen
sayur-sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu
memenuhi pasar Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau
Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju.

36
2.5.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012
Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah
melaksanakan Audit Lahan yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di luar
Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Untuk luas
lahan sawah di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 2.28 dan
berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.15.

Tabel 2.28
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun 2012
Jenis Sawah
No Kecamatan Total
Irigasi Tadah Hujan
1 BAJENG 253 2.643 2.896
2 BAJENG BARAT 1.429 1.429
3 BANGKALA 1 1
4 BAROMBONG 1.255 563 1.819
5 BIRINGBULU 44 2.007 2.051
6 BONTOLEMPANGAN 182 1.718 1.900
7 BONTOMARANNU 212 910 1.122
8 BONTONOMPO 202 2.411 2.613
9 BONTONOMPO SELATAN 1.487 533 2.019
10 BONTORAMBA 0 0
11 BUNGAYA 808 1.325 2.132
12 GALESONG 9 9
13 GALESONG SELATAN 5 5
14 GALESONG UTARA 0 5 6
15 KELARA 1 1
16 MANGGALA 12 12
17 MANUJU 1.234 241 1.475
18 MAPPAKASUNGGU 80 80
19 MONCONGLOE 0 0
20 PALLANGGA 2.405 559 2.964
21 PARANGLOE 192 901 1.093
22 PARIGI 31 1.682 1.713
23 PATTALLASSANG 66 2.443 2.509
24 POLOMBANGKENG UTARA 0 4 4
25 RUMBIA 0 0
26 SANROBONE 10 7 17
27 SINJAI BARAT 1 6 7
28 SOMBA OPU 502 588 1.090
29 TAMALATE 0 0
30 TINGGIMONCONG 1.345 1.464 2.808
31 TOMBOLO PAO 410 1.941 2.350
32 TOMPOBULU 54 2.003 2.057
33 TURATEA 1 1
Jumlah 10.773 25.410 36.183

Peta 2.15
Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa

Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Tahun 2012

37
2.5.3. Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

2.5.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah


Sesuai dengan Perda nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Gowa tahun 2012 2032 yang s a l a h s a t u Kebijakan
dan strategi penataan ruang Kabupaten Gowa dalam pengembangan
infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat
dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan
pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 31 dalam Perda No. 15/2012
telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gowa meliputi :
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 46
yang terdiri dari :
a. kawasan peruntukkan hutan produksi;
b. kawasan peruntukkan pertanian;
c. kawasan peruntukkan perikanan;
d. kawasan peruntukkan pertambangan;
e. kawasan peruntukkan industri;
f. kawasan peruntukkan pariwisata;
g. kawasan peruntukkan permukiman; dan
h. kawasan peruntukkan lainnya.
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 46 point b,
dijabarkan dalam pasal 48 antara lain sebagai berikut :
(1) Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Gowa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 huruf b, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;
b. Kawasan peruntukan pertanian holtikultura;
c. Kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. Kawasan peruntukan peternakan.
(2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah dengan
luas 33.201Ha (tiga puluh tiga ribu dua ratus lima puluh satu hektar)
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah
Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong,
sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan
Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu,
sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo, sebagian wilayah
Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan
Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah
Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe,
sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan
Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu, sebagian
wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan
Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; dan

38
b. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan kering
dengan luas 16.409 Ha (enam belas ribu empat ratus sembilan hektar)
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah
Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong,
sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah
Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan
Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan,
sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan
Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah
Kecamatan Parangloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang.
(3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dengan luas 12.386 Ha (dua belas ribu tiga ratus delapan
puluh enam hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Parigi,
sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah
Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu;
(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dengan luas 11.029 Ha (sebelas ribu dua puluh sembilan hektar)
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah
Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo,
sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah
Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian
wilayah Kecamatan Parangloe, sebagian wilayah Kecamatan Parigi,
sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan
Somba Opu, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian
wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan
Tompobulu;
(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, merupakan kawasan peruntukan pengembangan ternak besar
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian
wilayah Kecamatan Tombolo Pao, sebagian wilayah Kecamatan
Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian
wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, dan
sebagian wilayah Kecamatan Manuju;
(6) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten
Gowa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a yang beririgasi
teknis ditetapkan sebagian sebagai kawasan pertanian tanaman pangan
berkelanjutan; dan
(7) Kawasan peruntukan pertanian dan perkebunan tercantum pada Lampiran
Tabel III.13 dan Lampiran III.14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

39
Peta 2.16
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun 2012 - 2032

Sumber : RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2012 - 2032

2.5.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa melalui Perda No. 15 Tahun 2012 ini juga
telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu sebagian dari peruntukan
pertanian tanaman pangan lahan basah (33.201 Ha) yang beririgasi teknis
ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data
spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Gowa, mengenai kawasan
mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak
didapat keterangan atau informasinya.

2.5.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah
Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Gowa Tahun 2012 2032 disampaikan pula rencana luas
penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.29.

Tabel 2.29
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa
N0. Rincian Kawasan Luas (ha) %
1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44
2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12.073,23 6,69
3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00
4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14.363,01 7,96
5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39.357,17 21,81
6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17.756,36 9,84
7 Kaw. Hutan Lindung 23.602,76 13,12
8 Kaw. Hutan Produksi 23.102,04 12,80
9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17
10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20.287,22 11,38
11 Kaw. Konservasi 3.983,77 2,21
12 Kaw. Lindung lainnya 1.783,23 0,99
13 Kaw. Perairan 4.046,54 2,24
14 Kaw. Permukiman 6.054,69 3,36
Total 180.467,30 100,00

40
2.6 Kabupaten Aceh Tamiang (Provinsi Aceh)
2.6.1 Gambaran Umum Wilayah
2.6.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Aceh Tamiang salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh
dengan letak geografis pada posisi 030 53 18,81 - 040 32 56,76 Lintang
Utara, 970 43 41,51 - 980 14 45,41 Bujur Timur.
Kabupaten Aceh Tamiang berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi
Aceh, memiliki 12 Kecamatan dan 213 Kampung. Secara geografis batas-
batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara, Kabupaten Gayo Lues dan Selat Malaka;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten
Gayo Lues;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Langsa dan Selat Malaka dan
Kabupaten Aceh Timur; dan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara.
Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia No.4 Tahun 2002 sebagai pembentukan wilayah Kabupaten Aceh
Tamiang yaitu seluas 1.957,02 Km 2, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan
pada penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang
yaitu seluas 2.215,31 Km2 mengalami perbedaan luas sebesar 258,26 Km 2.
Untuk Lebih jelasnya mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Tamiang
dan perbedaan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Peta 2.1.

Tabel 2.1
Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang
Berdasarkan UU RI No. 4 Tahun 2002
Jumlah
No. Kecamatan Ibu Kota Luas (Km2)
Kampung
1. Banda Mulia Telaga Meuku 10 48,27
2. Bandar Pusaka Babo 15 252,37
3. Kejuruan Muda Sungai Liput 15 124,48
4. Kota Kualasimpang Kualasimpang 5 4,48
5. Rantau Alur Cucur 16 51,71
6. Sekerak Sekerak Kanan 15 257,95
7. Seruway Tangsi Lama 24 188,49
8. Tamiang Hulu Pulau Tiga 9 194,63
9. Tenggulun Simpang Kiri 5 295,55
10. Manyak Payed Tualang Cut 36 267,11
11. Bendahara Sungai Iyu 33 132,53
12. Karang Baru Karang Baru 31 139,45
Total Menurut UU RI No. 4 Tahun 2002 213 1.957,02
Sumber: RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

41
Peta 2.1
Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

Sumber: RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

2.6.1.2 Penggunaan Lahan Eksisting


Kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang berupa hutan, hutan
mangrove, perkebunan, perkebunan rakyat, permukiman, pertanian lahan
kering, sawah, semak/belukar, sungai, tambak, tanah terbuka/kosong.
Berdasarkan penggunaan lahan tersebut didominasi oleh hutan seluas
70.588,60 Ha atau 31,86% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.
Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan dan kawasan hutan
berdasarkan SK Menhut No. 170 Tahun 2000 di Kabupaten Aceh Tamiang
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2.
Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010
No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Hutan 70.588,60 31,86
2. Hutan Mangrove 4.504,09 2,03
3. Perkebunan 25.469,67 11,50
4. Perkebunan Rakyat 877,61 0,40
5. Permukiman 8.786,66 3,97
6. Pertanian Lahan Kering 65.773,63 29,69
7. Sawah 7.485,03 3,38
8. Semak/Belukar 23.063,24 10,41
9. Sungai 5.300,84 2,39
10. Tambak 9.502,69 4,29
11. Tanah Terbuka/kosong 177,03 0,08
Jumlah 220.644,83 100,00
Sumber: Bappeda Kabupaten Aceh Tamiang, 2010

42
2.6.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2012 mengalami pertambahan sebanyak 286.226 jiwa, walaupun pada
tahun 2009 sampai 2010 mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan
penduduk Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2007 hingga 2012 sebesar
2.32%. Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan Kecamatan dengan
pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 5.14%, dan Kecamatan Tenggulun
merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terrendah hanya
mencapai 0.39%, sedangkan untuk kecamatan lainya seperti Kecamatan
Manyak Payed sebesar 1.83%, Kecamatan Bendahara sebesar 1.94%,
Kecamatan Karang Baru sebesar 2.73%, Kecamatan Seruway sebesar 1.87%,
Kecamatan Kejuruan Muda 2.43%, Kecamatan Tamiang Hulu 2.35%,
Kecamatan Rantau sebesar 2.52%, Kecamatan Banda Mulia sebesar 2.59%,
Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 2.82%, dan Kecamatan Sekerak 1.26%.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang
dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007-2012
Jumlah Penduduk (Tahun)
NO Kecamatan
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Manyak Payed 29.291 29.378 28.984 28.928 31.407 31.982
2 Bendahara 19.760 19.882 18.307 18.551 21.237 21.488
3 Karang Baru 35.590 35.878 35.978 36.226 39.808 40.599
4 Seruway 24.746 24.225 23.553 23.627 26.517 26.963
5 Kota Kualasimpang 18.130 24.291 17.989 18.030 21.450 21.117
6 Kejuruan Muda 32.819 33.990 31.491 31.763 35.418 36.681
7 Tamiang Hulu 18.481 18.742 17.113 17.353 20.217 20.441
8 Rantau 32.949 32.771 32.878 32.850 36.840 37.118
9 Banda Mulia 10.795 11.206 10.607 10.644 12.001 12.167
10 Bandar Pusaka 11.697 12.453 11.476 11.598 13.195 13.282
11 Tenggulun 17.626 16.885 16.184 16.315 18.480 17.780
12 Sekerak 6.251 6.287 5.769 6.029 6.506 6.608
JUMLAH 258.135 265.991 250.329 251.914 283.076 286.226
Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKabupaten Aceh Tamiang, 2012.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan luas batas


administratif rata-rata hanya mencapai 1 Jiwa/Ha, sedangkan berdasarkan luas
kawasan permukiman kepadatan penduduknya mencapai 33 jiwa/Ha. Pada
tahun 2012 kepadatan penduduk berdasarkan luas administratif terdapat di
Kecamatan Kota Kualasimpang dengan kepadatan mencapai 82 Jiwa/Ha
dikarenakan luas Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan luas terkecil di
Kabupaten Aceh Tamiang. Dan untuk kepadatan penduduk berdasarkan luas
kawasan permukiman pada tahun 2012 Kecamatan Kota Kualasimpang masih
merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan mencapai 103 Jiwa/Ha
walaupun luas kawasan permukimannya terkecil kedua dari luas kawasan

43
permukiman Kecamatan Sekerak yang hanya mencapai 167 Hektar. Dengan
dasar hal tersebut di atas untuk Kecamatan Kota Kualasimpang dimungkinkan
untuk mengalami perluasan wilayah dengan asumsi kepadatan yang tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainya yang terdapat di
Kabupaten Aceh Tamiang.

2.6.1.4 Sektor Pertanian


Pembangunan ekonomi sektor pertanian adalah untuk meningkatkan produksi
pertanian dan bertujuan meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besar
berada di daerah pedesaan. Pertumbuhan dan perkembangan padi sawah di
Kabupaten Aceh Tamiang menurut hasil pantauan tim survei memang sangat
memprihatinkan terutama pada musim kemarau yang menyebabkan tanah
sangat keras dan pecah-pecah. Subsektor tanaman pertanian yang mengalami
perkembangan justru terjadi pada tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang
hijau. Namun dengan demikian produksi padi sawah di Kabupaten Aceh
Tamiang berdasarkan data BPS tahun 2011 hampir mencapai target
produktivitas nasional sebesar 6 (enam) ton per hektar bahkan untuk
Kecamatan Karang Baru produktifitas padi sawah mencapai 8 (delapan)
ton/hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi padi di Kabupaten Aceh
Tamiang dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4
Luas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010
Luas Luas
Produksi Produktivitas
No Nama Kecamatan Tanaman Panen
(Ton) (Ton/Ha)
(Ha) (Ha)
1. Tamiang Hulu 1.058 933 4.665,0 5,00
2. Bandar Pusaka 1.368 1.031 5.155,0 5,00
3. Kejuruan Muda 2.079 1.991 11.348,7 5,70
4. Tenggulun 2.522 2.155 12,930,0 6,00
5. Rantau 2.931 2.410 13.014,0 5,40
6. Kota Kuala Simpang - - - -
7. Seuruway 3.600 3.290 16.779,0 5,10
8. Bendahara 3.037 2.874 14.657,4 5,10
9. Banda Mulia 2.505 2.487 13.927,2 5,60
10. Karang Baru 3.240 3.020 26.274,0 8,70
11. Sekerak 40 20 52,0 2,60
12. Manyak Payed 7.020 6.920 47.056,0 6,80
Jumlah 29.400 27.131 165.858,3 6,11
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, 2012.

2.6.2 Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2012


Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah
melaksanakan Audit Lahan Tahun 2012 yaitu melakukan Pemetaan Lahan
Sawah di Luar Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi
tinggi dan menengah. Luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Tamiang dapat
dilihat pada Peta 2.2 berikut:

44
Peta 2.2
Peta Lahan Sawah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012

2.6.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.6.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Sesuai dengan Perda nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2012 2032 yang salah satu
Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Aceh Tamiang dalam
pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah
dengan pengembangan kawasan budidaya. Dalam pasal 22 ayat 1 ditetapkan
rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Tamiang terdiri atas:
a. Kawasan lindung;
b. Kawasan budidaya; dan
c. Pola ruang laut
Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perikanan;
e. Kawasan peruntukan pertambangan;
f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan
i. Kawasan peruntukan lainnya.
Dalam Pasal 34 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kawasan peruntukan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c terdiri atas tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Adapun tanaman pangan
sebagaimana dimaksud meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering;
dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B).
Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud, meliputi area seluas kurang
lebih 6.093,41 Ha, terdapat di Kecamatan Banda Mulia, seluas 1.119,00 Ha;

45
Kecamatan Bandar Pusaka, seluas 69,07 Ha; Kecamatan Bendahara, seluas
901,39 Ha; Kecamatan Karang Baru, seluas 214,25 Ha; Kecamatan Kejuruan
Muda, seluas 223,61 Ha; Kecamatan Manyak Payed, seluas 1.242,09 Ha;
Kecamatan Rantau, seluas 639,48 Ha; Kecamatan Sekerak, seluas 10,79 Ha,
Kecamatan Seruway seluas 696,52 Ha, Kecamatan Tamiang Hulu, seluas
129,26 Ha, Kecamatan Tenggulun, seluas 261,18 Ha dan`Kecamatan Kota
Kualasimpang, seluas 2,97 Ha.
Sedangkan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud, meliputi area seluas
kurang lebih 59.742,23 Ha, terdapat di Kecamatan Banda Mulia seluas 399,88
Ha, Kecamatan Bandar Pusaka seluas 9.780,74 Ha, Kecamatan Bendahara
seluas 1.209,65 Ha, Kecamatan Karang Baru seluas 3.105,47 Ha, Kecamatan
Kejuruan Muda, seluas 7.728,77 Ha, Kecamatan Kota Kualasimpang seluas
382,52 Ha, Kecamatan Manyak Payed seluas 5.451,37 Ha, Kecamatan Rantau
seluas 4.095,71 Ha, Kecamatan Sekerak seluas 6.539,54 Ha, Kecamatan
Seruway seluas 2.287,83 Ha, Kecamatan Tamiang Hulu seluas 10.490,94 Ha,
dan Kecamatan Tenggulun seluas 8.269,81 Ha. Rencana kawasan budidaya
Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana pada peta 2.3.

Peta 2.3
Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang

2.6.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam Perda Rencana Tata
Ruang Wilayah nya pada Pasal 34 Ayat 5 secara khusus juga telah menetapkan
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas 885,31 Ha, meliputi:
a. Kecamatan Manyak Payed meliputi Kampung Pahlawan, Kampung Kasih
Sayang, Kampung Meurandeh, Kampung Meunasah Paya, Kampung Mesjid
seluas 476,43 Ha;
b. Kecamatan Manyak Payed meliputi Kampung Lueng Manyo, Kampung
Matang Cincin seluas 211,12 Ha; dan
c. Kecamatan Bendahara meliputi Kampung Rantau Pakam seluas 196,83 Ha.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada peta 2.4 sebagaiberikut :

46
Peta 2.4
Rencana PLP2B Kabupaten Aceh Tamiang

2.6.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Dalam rencana pola ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Perda
nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh
Tamiang tahun 2012 2032 disampaikan pula rencana penggunaan lahan
sebagaimana pada peta berikut :

Peta 2.5
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang

47
2.7 Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)
2.7.1 Gambaran Umum Wilayah
2.7.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten
Ngawi adalah 1.298,58 kilometer persegi, sebesar 40 persen atau 506,6
kilometer persegi adalah lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi
ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa (empat diantaranya adalah kelurahan).
Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7021 - 7031 Lintang
Selatan dan 11010 11140 bujur timur. Topografi wilayah ini merupakan
dataran tinggi dan dataran rendah. Tercatat empat kecamatan terletak pada
dataran tinggi, yaitu Ngrambe, Sine, Jogorogo, Kendal yang terletak di kaki
Gunung Lawu. Adapun batas administratif Kabupaten Ngawi adalah sebagai
berikut.
Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora (Provinsi Jawa
Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro.
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun.
Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Jawa
Tengah).
Melihat dari letaknya, Kabupaten Ngawi merupakan salah satu pintu gerbang
antara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur, sehingga
perkembangan wilayah ini dipengaruhi oleh kedua provinsi itu. Dilihat dari
lokasi, Kabupaten Ngawi memiliki potensi yang sangat strategis. Wilayah
Kabupaten Ngawi terbagi menjadi dua dataran seperti uraian di bawah ini.
a. Dataran rendah, adapun wilayah di Kabupeten Ngawi yang terletak di
dataran rendah adalah Kecamatan Geneng, Kecamatan Gerih, Kecamatan
Kwadungan, Kecamatan Pangkur, Kecamatan Karangjati, Kecamatan
Beringin, Kecamatan Padas, Kecamatan Kasreman, Kecamatan Ngawi,
Kecamatan Paron, Kecamatan Kedunggalar, Kecamatan Pitu, Kecamatan
Widodaren, Kecamatan Mantingan, Kecamatan Karanganyar.
b. Dataran tinggi, adapun wilayah di Kabupeten Ngawi yang terletak di dataran
tinggi adalah Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo,
Kecamatan Kendal.
Melihat keadaan alam yang sebagian besar adalah dataran rendah dan
didukung dengan daerah tersebut sebagai salah satu jalur pintu masuk ke
wilayah Provinsi Jawa Timur dari Provinsi Jawa Tengah ataupun juga
sebaliknya. Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai daerah transit dan juga
sebagai daerah pintu gerbang di Provinsi Jawa Timur ke Jawa Tengah ataupun
juga sebaliknya. Dengan posisi Kabupaten Ngawi yang banyak terdapat pada
daerah dataran rendah, maka Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai
penyaring barang dan jasa yang akan memasuki wilayah Jawa Timur dan
daerah Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai daerah transit.

48
Peta 2.9
Peta Administrasi Kabupaten Ngawi

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun 2010

2.7.1.2 Kependudukan
Demografi atau kependudukan merupakan ilmu yang melukiskan proses
perubahan penduduk satu negara atau wilayah dalam suatu jangka waktu
tertentu. Demografi ini menjadi faktor utama dalam sebuah perencanaan.
Untuk mendapatkan perkembangan jumlah penduduk membutuhkan
pencatatan dari waktu ke waktu yang dilakukan secara periodik. Jumlah
penduduk Kabupaten Ngawi setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun
2011 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi sebesar 911.911 jiwa. untuk lebih
jelasnya tentang jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi dapat dilihat di Tabel
dibawah ini.

Tabel 2.9
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 2011
No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
1 Si ne 23.176 26.204 49.380 88,44
2 Ngrambe 21.936 22.171 44.107 98,94
3 Jogorogo 24.098 24.489 48.587 98,4
4 Kendal 28.813 29.200 58.013 98,67
5 Geneng 27.876 28.238 56.114 98,72
6 Geri h 18.294 19.358 37.652 94,5
7 Kwadungan 14.180 14.528 28.708 97,6
8 Pangkur 14.243 14.829 29.072 96,05
9 Karangj ati 23.239 25.181 48.420 92,29
10 Bri ngi n 15.978 16.458 32.436 97,08
11 Padas 17.152 17.308 34.460 99,1
12 Kas reman 12.288 12.257 24.545 100,25
13 Ngawi 42.030 42.550 84.580 98,78
14 Paron 43.626 44.884 88.510 97,2
15 Kedunggal ar 36.731 37.070 73.801 99,09
16 Pi tu 14.082 14.215 28.297 99,06
17 Wi dodaren 34.860 36.648 71.508 95,12
18 Manti ngan 19.877 22.042 41.919 90,18
19 Karanganyar 15.945 15.857 31.802 100,55
Juml ah Total 448.424 463.487 911.911 96,75
Tahun 2010 439.536 455.139 894675 96,57
Tahun 2009 438.223 453.828 892051 96,99
Tahun 2008 437.808 451.416 889224 96,99
Tahun 2007 431.354 450.867 882221 95,67
Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2012

49
Tabel 2.10
Kepadatan Penduduk Akhir Tahun 2011
Kepadatan
No. Kecamatan Luas Daerah Jumlah Penduduk
(Km) Penduduk (Jiwa) (Jiwa/Km)
1 Si ne 80,22 49.380 616
2 Ngrambe 57,49 44.107 767
3 Jogorogo 65,84 48.587 738
4 Kendal 84,56 58.013 686
5 Geneng 52,52 56.114 1.068
6 Geri h 34,52 37.652 1.091
7 Kwadungan 30,30 28.708 947
8 Pangkur 29,41 29.072 989
9 Karangjati 66,67 48.420 726
10 Bri ngi n 62,62 32.436 518
11 Padas 50,22 34.460 686
12 Kasreman 31,49 24.545 779
13 Ngawi 70,56 84.580 1.199
14 Paron 101,14 88.510 875
15 Kedunggal ar 129,65 73.801 569
16 Pi tu 56,01 28.297 505
17 Wi dodaren 92,26 71.508 775
18 Manti ngan 62,21 41.919 674
19 Karanganyar 138,29 31.802 230
Juml ah 1295,98 911.911 704
Tahun 2010 1295,98 894.675 690
Tahun 2009 1295,98 892.051 688
Tahun 2008 1295,98 889.224 686
Tahun 2007 1295,98 882.221 681

Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2012

2.7.1.3 Sektor Pertanian


Luas lahan pertanian tahun 2011 mencapai 56 persen dari luas wilayah
Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor
andalan bagi penduduk Ngawi. Produksi padi mengalami penurunan dari
697.501 ton tahun 2010 menjadi 572.984 ton tahun 2011 yang berarti
mengalami penurunan 17,85 persen, data sebagaimana tabel dibawah ini.
Penurunan produksi padi terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Tabel 2.11
Luas Lahan Sawah dan Bukan Lahan Sawah
Lahan Bukan Lahan
No. Kecamatan
Sawah Sawah Jumlah
1 Si ne 2.158 5.864 8.022
2 Ngra mbe 2.375 3.374 5.749
3 Jogorogo 2.315 4.269 6.584
4 Kenda l 2.643 5.813 8.456
5 Geneng 3.780 1.472 5.252
6 Geri h 1.796 1.656 3.452
7 Kwa dunga n 2.177 853 3.030
8 Pa ngkur 1.731 1.210 2.941
9 Ka ra ngj a ti 2.647 4.020 6.667
10 Bri ngi n 1.330 4.932 6.262
11 Pa da s 2.669 2.353 5.022
12 Ka s rema n 1.309 1.840 3.149
13 Nga wi 3.554 3.502 7.056
14 Pa ron 5.943 4.171 10.114
15 Kedungga l a r 5.063 7.902 12.965
16 Pi tu 1.056 4.545 5.601
17 Wi doda ren 4.558 4.668 9.226
18 Ma nti nga n 2.478 3.743 6.221
19 Ka ra nga nya r 894 12.935 13.829
Juml a h 50.476 79.122 129.598
Ta hun 2010 50.476 79.122 129.598
Ta hun 2009 50.476 79.122 129.598
Ta hun 2008 50.476 79.122 129.598
Ta hun 2007 50.476 79.122 129.598

Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, 2012

50
Tabel 2.12
Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
Pa di Ja gung
No. Keca ma ta n Lua s Pa nen Produks i Lua s Pa nen Produks i
(Ha ) (Ton) (Ha ) (Ton)
1 Si ne 4.668 18.785 343 1.901
2 Ngra mbe 5.765 31.302 917 5.390
3 Jogorogo 4.026 17.199 736 4.204
4 Kenda l 4.438 24.733 4.209 23.853
5 Geneng 8.562 48.629 - -
6 Geri h 4.222 24.023 323 2.228
7 Kwa dunga n 5.041 26.170 - -
8 Pa ngkur 4.052 20.597 10 51
9 Ka ra ngj a ti 6.086 30.693 198 1.082
10 Bri ngi n 2.569 15.884 1.013 5.011
11 Pa da s 6.811 44.138 185 1.028
12 Ka s rema n 2.326 13.131 627 3.267
13 Nga wi 5.273 20.344 530 2.469
14 Pa ron 13.873 78.691 256 1.460
15 Kedungga l a r 9.803 57.946 2.447 12.624
16 Pi tu 1.865 8.283 2.141 12.170
17 Wi doda ren 7.703 45.585 444 2.248
18 Ma nti nga n 6.440 36.431 1.038 5.246
19 Ka ra nga nya r 2.351 10.420 3.679 19.081
Juml a h 105.874 572.984 19.096 103.313
Ta hun 2010 114.387 697.501 18.761 94.214
Ta hun 2009 109.650 719.385 20.141 99.680
Ta hun 2008 105.232 673.869 11.609 69.469
Ta hun 2007 104.377 638.655 11.816 77.489

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi

2.7.2 Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2010


Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu
melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data
citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Ngawi dapat dilihat
pada Tabel 2.13 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.10
sebagai berikut :

Tabel 2.13
Luas Lahan Sawah di Kabupaten Ngawi Hasil Audit Lahan Tahun 2010
LUAS JENIS SAWAH PUSDATIN
NO KECAMATAN Irigasi Non Irigasi
(ha) % (ha) %
1 Sine 1.902 4,13 - -
2 Ngrambe 1.772 3,85 - -
3 Jogorogo 1.626 3,53 - -
4 Kendal 1.731 3,76 - -
5 Geneng 5.199 11,30 - -
6 Gerih - - - -
7 Kwadungan 1.868 4,06 - -
8 Pangkur 1.744 3,79 - -
9 Karangjati 2.535 5,51 - -
10 Bringin 1.251 2,71 - -
11 Padas 4.043 8,78 - -
12 Kasreman - - - -
13 Ngawi 3.404 7,40 - -
14 Paron 5.212 11,32 109 0,23
15 Kedunggalar 4.366 9,49 375 0,81
16 Pitu 414 0,90 194 0,42
17 Widodaren 4.165 9,05 685 1,49
18 Mantingan 2.600 5,65 835 1,81
19 Karanganyar - - - -
Jumlah 43.832 95 2.198 5
Jumlah Total 46.030
Sumber : Pusdatin 2010

51
Peta 2.10
Peta Lahan Sawah Kabupaten Ngawi

Sumber : Pusdatin 2010

2.7.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.7.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Kebijakan pola ruang wilayah dalam Perda nomor 10 Tahun 2011 pasal 26
dalam RTRW Kabupaten Ngawi meliputi :
a. Pola ruang untuk kawasan lindung
b. Pola ruang untuk kawasan budidaya
Kebijakan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dijabarkan
lagi dalam pasal 27 meliputi :
a. Kawasan hutan lindung
b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya
c. Kawasan perlindungan setempat
d. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya
e. Kawasan rawan bencana alam, dan
f. Kawasan lindung geologi
Sedangkan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 26
dijabarkan lagi dalam pasal 35 meliputi :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
b. Kawasan peruntukan pertanian
c. Kawasan peruntukan perkebunan
d. Kawasan peruntukan perikanan
e. Kawasan peruntukan pertambangan
f. Kawasan peruntukan industri
g. Kawasan peruntukan pariwisata
h. Kawasan peruntukan permukiman
i. Kawasan peruntukan lainnya, dan
j. Kawasan pertahanan dan keamanan

52
Sedangkan untuk mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten
Ngawi telah mencantumkan dalam kebijakan dan strategi kawasan peruntukan
pertanian yang dijabarkan pada pasal 37 meliputi :
a. Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf
b meliputi: kawasan pertanian pangan berkelanjutan, tegalan (tanah ladang),
lahan kering, dan hortikultura.
b. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terletak pada bagian Selatan, Tengah, Timur dan barat dengan luas
kurang lebih 41.523 ha.
c. Kawasan tegalan (tanah ladang) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terletak di seluruh kecamatan terutama pada daerah yang kurang
mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah hujan).
d. Kawasan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak pada
beberapa kecamatan di wilayah bagian Timur dan Utara dengan luas kurang
lebih 9.188 ha.
e. Kawasan holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak di
Kecamatan Kendal, Sine, Ngrambe dan Jogorogo.

2.7.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Perda No. 11 tahun 2012 ini telah
menetapkan Undang-Undang mengenai Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat 4 telah menetapkan seluas 41.523 Ha dan tersebar
dalam 19 (sembilan belas) wilayah Kecamatan. Dari data spasial yang diperoleh
pada RTRW Kabupaten Ngawi, mengenai kawasan mana yang ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak didapatkan keterangan atau
informasinya.

2.7.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten
Ngawi No. 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupten
Ngawi Tahun 2010 2030. Disamping itu disampaikan pula rencana luas
penggunaan lahan tahun 2008 2018 sebagaimana pada tabel 2.14

Tabel 2.14
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun 2008 - 2018
I Kawasan Lindung 13.552
Arca Banteng 277
Benteng Van Den Bosch 56
Bumi Perkemahan Selondo 490
Candi Pendem 1.237
Hutan Lindung 7.112
Museum Trinil 271
Sempadan Sungai Besar 1.480
Sempadan Sungai Kecil 557
Sempadan Waduk 573
Sungai 840
Waduk Dero 119
Waduk Kedung Bendo 32
Waduk Pondok 509
II Kawasan Budidaya 290.347
Kawasan Industri 12.362
Perkebunan 167.959
Permukiman 58.695
Sawah Irigasi 29.387
Sawah Tadah Hujan 21.945

53
Peta 2.11
Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi

2.8 Kabupaten Donggala


2.8.1 Gambaran Umum Wilayah
2.8.1.1 Letak dan Administrasi Wilayah
Secara geografis Kabupaten Donggala terletak di antara 0 30 LU dan 2 20
LS, dan 119 45 -121 45 BT. Perbatasan wilayah kabupaten Donggala adalah:
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, dan
Kota Palu.
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah Provinsi
Sulawesi Barat,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toli-Toli, dan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Barat, Kabupaten
Sigi dan Kota Palu,
Secara administratif, Kabupaten Donggala terbagi atas 16 kecamatan, 141
desa dan 9 kelurahan dengan luas wilayah 5.275,69 Km 2. Kondisi topografis
Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam.
Puncak tertinggi pada kawasan tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas
700 m dari permukaan laut.

2.8.1.2 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Donggala Tahun 2011 mencapai 282.752 jiwa, yang
terdiri dari 145.128 jiwa penduduk laki-laki dan 137.624 jiwa penduduk
perempuan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kepadatan
penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir Tahun 2011 kepadatan
penduduk rata-rata mencapai 54 jiwa/km2.

2.8.1.3 Sektor Pertanian


Pembangunan di bidang ekonomi yang dilakukan pemerintah dalam tahapan
pembangunan yang dilaksanakan diarahkan pada sektor industri dengan

54
didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Perkembangan di sektor
pertanian menjadi lebih penting
Lagi disebabkan jumlah penduduk yang berusaha di bidang pertanian masih
sangat besar. Gambaran mengenai keadaan pertanian di Kabupaten Donggala
yang menyangkut luas lahan yang digunakan, luas panen serta produksinya
disajikan pada bab ini. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu :
a. Subsektor pertanian tanarnan pangan.
b. Subsektor perkebunan
c. Subsektor kehutanan
d. Subsektor peternakan
e. Subsektor perikanan
Luas tanam padi pada tahun 2011 mencapai 22.930 ha yang terdiri dari
22.384 ha padi sawah dan 546 ha padi ladang. Sementara itu pada
periode yang sama terjadi panen seluas 23.881 ha yang terdiri dari padi
sawah seluas 23.349 ha dan padi ladang mencapai 532 ha. Produktivitas
tanaman padi pada tahun 2011 sebesar 46,55 kuintal/ha dengan produksi
sebesar 111.163 ton. Bila dilihat menurut bulan diketahui bahwa luas panen
padi sawah terluas pada bulan Mei yang mencapai 4.864 ha, sedangkan
produksi terbesar pada bulan yang sama yakni sebesar 22.895 ton. Jumlah
produksi pada Tahun 2011 sebanyak 109.585 ton. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15
Produksi dan Produktifitas Padi Kabupaten Donggala Tahun 2011

2.8.2 Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2012


Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah
melaksanakan Audit Lahan yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di luar
Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Untuk luas
lahan sawah di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada peta berikut.

55
Peta 2.12
Lahan Sawah Kabupaten Donggala

Peta 2.13
Citra Lahan Sawah Kabupaten Donggala

2.8.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
2.8.3.1 Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah
Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031, menetapkan
pada Pasal 17 bahwa Kawasan Budidaya di Kabupaten Donggala terdiri dari:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.

56
Dalam Pasal 28 dijelaskan bahwa Kawasan Peruntukan Pertanian terdiri atas:
a. kawasan peruntukan tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
Selanjutnya kawasan peruntukan tanaman pangan meliputi:
a. lahan sawah yang ditetapkan juga sebagai lahan pangan pertanian
berkelanjutan dengan luas kurang lebih 14.216 ha meliputi : Kecamatan
Tanantovea 105 ha, Kecamatan Sojol Utara 1.341 ha, Kecamatan Sojol 3.589
ha, Kecamatan Sirenja 1.248 ha, Kecamatan Sindue Tobata 153 ha,
Kecamatan Sindue Tombusabora 45 ha, Kecamatan Sindue 715 ha,
Kecamatan Rio Pakava 471 ha, Kecamatan Pinembani 66 ha Kecamatan
Labuan 261 ha, Kecamatan Damsol 3.235 ha, Kecamatan Banawa Tengah
55 ha, Kecamatan Banawa Selatan 900 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung
53 ha, Kecamatan Balaesang 1.979 ha;
b. tegalan (pertanian lahan kering) luas kurang lebih 78.931 ha, meliputi
Kecamatan Balaesang 4.336 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 2.429 ha,
Kecamatan Banawa 2.845 ha, Kecamatan Banawa Selatan 7.300 ha,
Kecamatan Banawa Tengah 3.018 ha, Kecamatan Damsol 11.240 ha,
Kecamatan Labuan 499 ha, Kecamatan Pinembani 9.655 ha, Kecamatan Rio
Pakava 17.188 ha, Kecamatan Sindue 1.205 ha, Kecamatan Sindue Tobata
2.076 ha, Kecamatan Sirenja 2.303 ha, Kecamatan Sojol 9.973 ha,
Kecamatan Sojol Utara 2.269 ha, Kecamatan Tanantovea 869 ha, Kecamatan
Sindue Tombusabora 1.726 ha.
c. rencana pengembangan lahan sawah di Kabupaten Donggala dengan luas
kurang lebih 9.068 ha meliputi Kecamatan Kecamatan Tanantovea 261 ha,
Kecamatan Sojol Utara 290 ha, Kecamatan Sojol 2.323 ha, Kecamatan
Sirenja 1.168 ha, Kecamatan Sindue Tobata 23 ha, Kecamatan Sindue 284
ha, Kecamatan Rio Pakava 764 ha, Kecamatan Labuan 290 ha, Kecamatan
Damsol 1.680 ha, Kecamatan Banawa Tengah 42 ha, Kecamatan Banawa
Selatan 362 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 71 ha dan Kecamatan
Balaesang 1.510 ha.
d. Rencana pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Donggala
dengan luas kurang lebih 78.931 ha, meliputi Kecamatan Balaesang 4.336
ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 2.429 ha, Kecamatan Banawa 2.845 ha,
Kecamatan Banawa Selatan 7.300 ha, Kecamatan Banawa Tengah 3.018 ha,
Kecamatan Damsol 11.240 ha, Kecamatan Labuan 499 ha, Kecamatan
Pinembani 9.655 ha, Kecamatan Rio Pakava 17.188 ha, Kecamatan Sindue
1.205 ha, Kecamatan Sindue Tobata 2.076 ha, Kecamatan Sirenja 2.303 ha,
Kecamatan Sojol 9.973 ha, Kecamatan Sojol Utara 2.269 ha, Kecamatan
Tanantovea 869 ha dan Kecamatan Sindue Tombusabora 1.726 ha.

57
Peta 2.14
Rencana Pola Ruang Kabupaten Donggala

Rencana pengembangan kawasan pertanian, meliputi:


a. Pemantapan fungsi kawasan peruntukan pertanian irigasi teknis;
b. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
c. Peningkatan produktivitas kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi
teknis melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai
dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; dan
d. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin
ketersediaan air.
Kegiatan pendukung untuk pertanian di Kabupaten Donggala di arahkan sebagai
kawasan agropolitan yang meliputi pengembangan kawasan agropolitan di
Kecamatan Damsol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue dan Kecamatan
Rio Pakava. Kegiatan agropolitan merupakan penyediaan sentra untuk
agropolitan dan pengembangannya dengan menyediakan lahan pertanian
pangan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan dan dari hasil
studi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan.
Pertanian di Kabupaten Donggala diarahkan pada pengembangan pertanian
perkotaan dan pedesaan. Adapun kebijaksanaan penataan ruang untuk
kawasan pertanian ini meliputi :
a. Kawasan Pertanian Pedesaan
Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi lahan.
Perluasan area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non
produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal.
Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak bisa dialihfungsikan
menjadi penggunaan kegaiatan lain.
Meningkatkan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi pertanian.
Memperbaiki saluran irigasi.

58
b. Kawasan Pertanian Perkotaan
Pengoptimalan lahan pertanian yang ada melalui kegiatan intensifikasi
lahan.
Pengembangan kawasan pertanian dengan mempertimbangkan penataan
ruang terbuka hijau yang ada.
Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak bisa dialihfungsikan
menjadi penggunaan kegaiatan lain.
Produksi padi sawah di Kabupaten Donggala pada tahun 2009 meningkat
sebesar 4.34 % jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 109.733
ton pada tahun 2008 menjadi 114.500 ton pada tahun 2009. Untuk luas panen,
terjadi peningkatan sebesar 4.85% dimana pada tahun 2008 luas panen
mencapai 22.311 kektar dan pada tahun 2009 menjadi 23.394 hektar.
Produktivitas padi juga mengalami penurunan dari 49.18 Kw/Ha pada tahun
2008 menjadi 48.94 Kw/Ha pada tahun 2009 atau turun sebesar 0.49 %.
Sedangkan produksi padi ladang mencapai 1.562 ton GKG, dari luas panen 598
Ha dengan produktivitas 27.03 Kw/Ha. Dengan demikian Produksi padi di
Kabupaten Donggala tahun 2009 mencapai 116.092 GKG, dari luas panen
23.983 Ha dan Produktivitas 48.41 Kw/Ha.
Untuk komoditas jagung terjadi kenaikan produksi yang cukup signifikan, yakni
mencapai 100.46 % dari 6.300 ton pada tahun 2008 menjadi 12.629 ton pada
tahun 2009 dengan produktivitas mencapai 35.95 Ku/Ha. Demikian pula dengan
kedelai yang mengalami kenaikan mencapai 358.85 % yakni dari 100 ton pada
tahun 2008 menjadi 459 ton pada tahun 2009 dengan luas panen mencapai 342
ha dan produktivitas 13.41 Ku/Ha. Rencana pengelolaan sawah di Kabupaten
Donggala diarahkan sebagai berikut :
a. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya.
b. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan
perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih
fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan
dalam pelayanan daerah irigasi yang sama.
c. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang
jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan
maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan
peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis,
setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah
irigasi yang sama;
d. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian
tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi.
e. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan
peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta
f. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan
kawasan cooperative farming dan holtikultura dengan mengembangkan
kawasan good agriculture practices;

59
g. Perubahan sawah irigasi teknis menjadi kegiatan budidaya terbangun pada
jaringan jalan yang memliki perkembangan sangat tinggi (misalnya jalan arteri
dan jalan kolektor), maka peralihan fungsi dibatasi maksimal adalah 100
meter dari as jalan.

2.8.3.2 Penetapan Kawasan LP2B


Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala Tahun 2011 2031, sebagaimana pada pasal 28 pada
ayat (5), kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Donggala akan
ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan
daya dukung lingkungan dan hasil studi .

2.8.3.3 Rencana Penggunaan Lahan


Rencana penggunaan lahan Kabupaten Donggala berdasarkan rencana
penggunaan lahan dalam pola ruang Kabupaten Donggala tahun 2011 2031
sebagaimana pada tabel 2.16 berikut :

Tabel 2.16
Rencana Penggunaan Lahan dalam Pola Ruang Kabupaten Donggala
Tahun 2011 2031
Rencana Fungsi Kawasan Luas %
HSAW, TN, TB, TWL, TAHURA, CA, SM, dll 22.621,00 4,29
Hutan Lindung 83.092,98 15,75
Kawasan Lindung Setempat 31.237,32 5,92
Hutan Produksi Terbatas 158.216,35 29,99
Hutan Produksi Tetap 12.421,91 2,35
Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 24.901,39 4,72
Perikanan 14.082,00 2,67
Perkebunan 70.944,00 13,45
Permukiman 14.631,00 2,77
Pertambangan 0 0,00
Pertanian Lahan Basah 14.216,00 2,69
Pertanian Lahan Kering 78.931,00 14,96
Tubuh Air 2.274,05 0,43
Jumlah 527.569,00 100
Sumber : hasil analisi kebutuhan Pola Ruang tahun 2011-2031

60
BAB III
Kajian Lahan Sawah Pulau Jawa
Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kajian terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan di beberapa
Kabupaten. Kajian ini difokuskan pada lahan pertanian pangan berkelanjutan. Dalam
melaksanakan kajian tersebut dilihat pengakomodiran lahan sawah dalam rencana tata
ruang wilayah maka dilakukan overlay peta lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian
Pertanian tahun 2012 dengan rencana pola ruang wilayah pada RTRW Kabupaten yang di
dalamnya mencakup lahan yang ditetapkan sebagai LP2B. Kajian yang menggunakan
metode analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan
tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah terdapat kelemahan mengenai
perbedaan skala.

Berdasarkan hasil overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan
peta rencana pola ruang wilayah kabupaten dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut :

3.1 Kabupaten Majalengka

a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas 50.962 ha,
yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat
area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas 23.609 ha (46,33 %) (terdiri
dari dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas 18.249 ha
(35,81 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas
18.249 ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas 11.983 ha, Hutan
Produksi seluas 1.642 Ha, Kawasan Peruntukkan lainnya seluas 3.466 ha,
Kawasan Peruntukan Perikanan seluas, 601 ha, Kawasan industri 292 ha,
Kawasan Pertambangan seluas 200 ha, dan Kawasan Pariwisata seluas 65 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 18.249 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 13.217 ha dan sawah non irigasi seluas
5.032 ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun
2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas 9.015 Ha (17,69 %) yang Terdiri
Dari Kawasan Hutan Lindung 1.324 Ha, Kawasan Lindung Geologi 625 Ha,
Kawasan Lindung Lainnya 792 Ha, Kawasan Perlindungan Setempat 296 Ha,
Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya 3.128 Ha, Kawasan Rawan
Bencana Alam 2.816 Ha, Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya 34 Ha.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan secara spasial sebagaimana pada
Peta 3.1 berikut :

61
Tabel 3.1
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Majalengka
Irigasi Sederhana Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah
No. Kawasan
(ha) (ha) (ha) (ha) (ha) %
I Kawasan Lindung 26 4.193 51 4.744 9.015 17,69
Kawasan Hutan Lindung 4 217 1.103 1.324 2,60
Kawasan Lindung Geologi 238 387 625 1,23
Kawasan Lindung Lainnya 792 792 1,55
Kawasan Perlindungan Setempat 94 203 296 0,58
Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya 1.417 39 1.671 3.128 6,14
Kawasan Rawan Bencana Alam 22 1.435 12 1.348 2.816 5,53
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 34 34 0,07
Minyak Gas - 0,00
II Kawasan Budidaya 171 23.620 8.395 9.672 41.858 82,14
Kawasan Hutan Produksi 670 259 713 1.642 3,22
Kawasan Industri 100 193 292 0,57
Kawasan Pertambangan 187 13 200 0,39
Kawasan Peruntukan Lainnya 653 - 2.813 3.466 6,80
Kawasan Peruntukan Pariwisata 65 65 0,13
Kawasan Peruntukan Perikanan 386 32 183 601 1,18
Kawasan Peruntukan Permukiman 38 7.875 2.951 1.119 11.983 23,51
Kawasan Peruntukan Pertanian 133 13.848 4.988 4.640 23.609 46,33
(blank) 0 31 25 33 89 0,17
Jumlah 197 27.845 8.471 14.449 50.962 100,00

62
Peta 3.1
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka
3.2 Kabupaten Purbalingga

a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas 18.274 ha, yang
terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan
Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas 15.772 ha (86,31 %) (terdiri dari Sawah
Lahan Basah 6.011 ha dan Sawah Lahan Kering 9762 ha) dan tidak masuk dalam
kawasan peruntukkan pertanian seluas 2.242 ha (12,27 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas 2.242 ha
yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan permukiman seluas 1.257 ha, perkebunan
seluas 953 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 17 Ha, Industri seluas 13 ha, dan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 2 Ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 2.242 ha
tersebut, terdiri dari sawah irigasi seluas 1.558 ha dan sawah non irigasi seluas 684
ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 254 Ha (1,39 %) yang merupakan
Kawasan Hutan Lindung dan sungai.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan secara spasial sebagaimana pada Peta
3.2 berikut :

Tabel 3.2
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Purbalingga
Irigasi Semi Teknis Tadah Hujan Jumlah
No. Kawasan
(ha) (ha) (ha) %
I Kawasan Lindung 196 58 254 1,39
Hutan Lindung 55 55 0,30
Sungai 196 3 199 1,09
II Kawasan Budidaya 15.857 2.157 18.014 98,58
Hutan Produksi Terbatas 17 17 0,09
Industri 13 13 0,07
Perkebunan 377 576 953 5,21
Permukiman 1.166 91 1.257 6,88
Pertambangan - 0,00
RTH 2 0 2 0,01
Sawah Lahan Basah 5.994 17 6.011 32,89
Sawah Lahan Kering 8.305 1.456 9.762 53,42
(blank) 3 3 6 0,03
Jumlah 16.056 2.218 18.274 100,00

64
Peta 3.2
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga
3.3 Kabupaten Gunung Kidul

a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas 28.071 ha, yang
terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan
Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas 12.807 ha (atau sekitar 45,62 % terdiri dari
pertanian lahan basah seluas 1.855 ha (6,61%) dan pertanian lahan kering 10.952 ha
(39,02%) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas 10.385 ha
(37%).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas 10.385
ha yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan Kawasan Industri 8 ha, Kawasan Militer
seluas 21 ha, Perkebunan seluas 12 ha, Permukiman seluas 4.563 ha, Hutan produksi
358 ha dan Hutan Rakyat seluas 5.423 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 10.385 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 518 ha dan sawah non irigasi seluas 12.288 ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 216 Ha (0,77%) yang merupakan Hutan
Lindung 18 ha, Hutan Konservasi 26 ha, Hutan Penelitian seluas 6 ha, Hutan
Konservasi seluas 26 ha, Mata Air seluas 17 ha, Plasma Nutfah seluas 1 ha, Suaka
Alam seluas 8 ha, Suaka Margasatwa seluas 27 ha, Sungai/Telaga/Pantai seluas 112
ha, dan Goa seluas 1 ha.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan secara spasial sebagaimana pada Peta
3.3 berikut :

Tabel 3.3
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Gunung Kidul
Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah
No Kawasan
(ha) (ha) (ha) (ha) %
I Kawasan Lindung 7 5 204 216 0,77
Goa 1 1 0,00
Hutan Konservasi (TAHURA) 26 26 0,09
Hutan Lindung 18 18 0,06
Plasma Nutfah 1 1 0,01
Suaka Alam 8 8 0,03
Suaka Margasatwa 7 20 27 0,10
Sungai 10 10 0,03
Telaga 11 11 0,04
Telaga/Sungai 5 85 90 0,32
Mataair 17 17 0,06
Pantai 1 1 0,00
Hutan Penelitian 6 6 0,02
II Kawasan Budidaya 617 296 22.279 23.192 82,62
Hutan Produksi 23 335 358 1,28
Hutan Rakyat 196 11 5.216 5.423 19,32
Kawasan Industri 1 5 2 8 0,03
Kawasan Militer 21 21 0,07
Perkebunan 12 12 0,04
Permukiman Perdesaan 70 81 1.590 1.741 6,20
Permukiman Perkotaan 8 2.814 2.822 10,05
Pertanian Lahan Basah 13 83 1.758 1.855 6,61
Pertanian Lahan Kering 314 109 10.530 10.952 39,02
(blank) 224 42 4.397 4.663 16,61
Total 847 343 26.881 28.071 100,00

66
Peta 3.3
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul
3.4 Kabupaten Madiun
a. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 886 Ha (2,92 %) yang merupakan Hutan
Lindung 78 ha, Resapan Air 618 ha, dan Kawasan Perlindungan Setempat seluas 190
ha.
b. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas 30.370 ha, yang
terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan
Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas 21.880 ha (72,04 %) (terdiri dari Sawah Irigasi
16.241 ha, Sawah Tadah Hujan 3.749 ha dan pertanian lahan kering 1.890 ha) dan
tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian 7.436 ha (24,48 %).
c. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas 7.436 ha
(24,48 %) yaitu berpotensi alih fungsi menjadi Kawasan hutan produksi 4.431 ha,
peternakan 10 ha, pariwisata 18 ha, pemukiman seluas 2.642 ha, kawasan militer
seluas 2 ha, kawasan industri seluas 330 ha, Peternakan 10 ha, kawasan TPA seluas
1 ha, kawasan PLTA seluas 2 ha.
d. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 7.436 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 21.635 ha dan sawah non irigasi seluas 245 ha.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan secara spasial sebagaimana pada Peta
3.4 berikut :

Tabel 3.4
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Madiun
Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah
No Kawasan
(ha) (ha) (ha) (ha) %
I Kawasan Lindung 0 267 619 886 2,92
Hutan Lindung 77 1 78 0,26
Kawasan Perlindungan Setempat 0 190 0 190 0,63
Resapan Air 618 618 2,04
II Kawasan Budidaya 1.899 26.781 636 29.316 96,53
Kawasan Hutan Produksi 95 3.986 350 4.431 14,59
Kawasan Industri 0 330 330 1,09
Kawasan Militer 2 2 0,01
Kawasan Pariwisata 18 0 18 0,06
Kawasan Peternakan 10 10 0,03
Kawasan PLTA 2 2 0,01
Kawasan TPA 1 1 0,00
Pemukiman Kota 7 1.698 2 1.706 5,62
Pemukiman Pedesaan 82 818 36 936 3,08
Pertanian Lahan Kering 205 1.679 5 1.890 6,22
Sawah Irigasi 879 15.323 39 16.241 53,48
Sawah Tadah Hujan 632 2.916 202 3.749 12,35
(blank) 26 140 3 168 0,55
Total 1.925 27.188 1.257 30.370 100,00

68
Peta 3.4
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun
3.5 Kabupaten Gowa
a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 di Kabupaten Gowa
seluas 36.183 ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas
26.618 ha (73,57 %) yang terdiri dari sawah irigasi 8.003 ha dan sawah tadah hujan
18.615 ha. Untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan luasannya adalah sebagian
dari sawah irigasi teknis yang ada lebih kurang 22 %. Untuk lahan sawah yang tidak
termasuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas 9.565 ha (26,43 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas 8.022
ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas 2.871 ha, Budidaya Hutan
seluas 2.998 Ha, Kawasan Peruntukkan lainnya seluas 43 ha, Kawasan Peruntukan
Perkebunan seluas, 1.923 ha, dan Kawasan perairan seluas 187 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 8.022 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 2.144 ha dan sawah non irigasi seluas 5.878
ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012
yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas 1.543 Ha (4,26 %) dari total lahan sawah
seluas 36.183 Ha.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan secara spasial sebagaimana pada Peta
3.5 berikut :

Tabel 3.5
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Gowa

Irigasi Tadah Hujan Jumlah


No. Kawasan
(ha) (ha) (ha) %
I Kawasan Lindung 626 917 1,543 4.26
Kawasan Lindung 626 917 1,543 4.26
II Kawasan Budidaya 10,146 24,494 34,640 95.74
Kawasan Budidaya Hutan 723 2,275 2,998 8.29
Kawasan Budidaya Perikanan - - - 0.00
Kawasan Budidaya Perkebunan 271 1,652 1,923 5.31
Kawasan Budidaya Pertanian 8,003 18,615 26,618 73.56
Kawasan Perairan 54 133 187 0.52
Kawasan Peruntukan Permukiman 1,061 1,810 2,871 7.93
(blank) 34 9 43 0.12
Jumlah 10,772 25,411 36,183 100.00

70
Peta 3.5
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa
3.6 Kabupaten Aceh Tamiang

a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 di Kabupaten Aceh
Tamiang seluas 17.134,70 ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan
Pertanian seluas 14.070 ha (82,12 %) yang terdiri dari sawah irigasi 1.106, 86 ha
(6,46 %) dan sawah tadah hujan 12.963,85 ha (75,66 %). Untuk lahan pertanian
pangan berkelanjutan luasannya adalah 819,38 ha atau sekitar 4,78 %. Untuk
lahan sawah yang tidak termasuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas
3.063, 98 ha (17,88 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas
3.063, 98 ha yaitu beralih fungsi diantaranya menjadi lahan permukiman seluas
2.170,50 ha, Kawasan Perikanan seluas 115,27 ha, Kawasan Peruntukan lainnya
(transmigrasi dan pendidikan) seluas 37,07 ha, Ruang Terbuka Hijau 78,32 ha,
Hutan Produksi seluas 12,38 ha dan Industri Minapolitan 11,74 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 3.063,98
ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 158,66 ha dan sawah non irigasi seluas
2.905,32 ha.
d. Pada Kabupaten Aceh Tamiang tidak terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit
Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung.
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan secara spasial sebagaimana pada
Peta 3.6 berikut :

Tabel 3.6
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan
dalam RTRW Kabupaten Aceh Tamiang

Jenis Sawah
Total
No Kawasan dalam RTRW Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan
Ha % Ha % Ha %
1 Holtikultura - - 91,21 0,53 91,21 0,53
2 Hutan Produksi - - 12,38 0,07 12,38 0,07
3 Industri Minapolitan - - 11,74 0,07 11,74 0,07
4 Kawasan Pendidikan - - 5,13 0,03 5,13 0,03
5 Kawasan Perikanan - - 115,27 0,67 115,27 0,67
6 Kawasan Resapan Air - - 16,00 0,09 16,00 0,09
7 Kawasan Transmigrasi - - 31,94 0,19 31,94 0,19
8 Perkebunan 60,47 0,35 719,88 4,20 780,35 4,55
9 Perkebunan Rakyat 47,59 0,28 2.353,32 13,73 2.400,91 14,01
10 Permukiman Pedesaan 68,43 0,40 1.800,59 10,51 1.869,02 10,91
11 Permukiman Perkotaan - 301,48 1,76 301,48 1,76
12 Pertanian Lahan Kering 654,50 3,82 5.142,19 30,01 5.796,68 33,83
13 Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 188,02 1,10 631,36 3,68 819,38 4,78
14 Ruang Terbuka Hijau 13,93 0,08 64,39 0,38 78,32 0,46
15 Sawah Irigasi 139,65 0,82 3.277,30 19,13 3.416,96 19,94
16 Sawah Tadah Hujan 16,63 0,10 748,59 4,37 765,22 4,47
17 Sempadan Sungai - 402,56 2,35 402,56 2,35
18 Sungai 0,21 0,00 117,66 0,69 117,88 0,69
19 (blank) 76,09 0,44 26,18 0,15 102,26 0,60
Jumlah 1.265,53 7,39 15.869,17 92,61 17.134,70 100,00

72
Peta 3.6
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang
3.7 Kabupaten Ngawi
a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 di Kabupaten Ngawi
seluas 46.030 ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas
30.728 ha (66,76 %) yang terdiri dari sawah irigasi 22.475 ha dan sawah tadah
hujan 8.253 ha. Untuk lahan sawah yang tidak termasuk dalam kawasan
peruntukkan pertanian seluas 14.072 ha (30,57 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas
14.072 ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas 3.918 ha,
Kawasan Peruntukan Perkebunan seluas 4.889 ha, dan Kawasan industri seluas
5.068 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 14.072 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 12.989 ha dan sawah non irigasi seluas
1.038 ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun
2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas 1.230 Ha (2,67 %).
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan secara spasial sebagaimana pada
Peta 3.7 berikut :

Tabel 3.7
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Pola Ruang Wilayah
Kabupaten Ngawi

Irigasi Tadah Jumlah


NO. Kawasan
Teknis (Ha) Hujan (Ha)
(Ha) (%)
I Kawasan Lindung 986 243 1.230 2,67
Arca Banteng 193 193 0,42
Bumi Perkemahan Selondo 52 52 0,11
Candi Pendem 111 111 0,24
Hutan Lindung 240 240 0,52
Museum Trinil 11 165 175 0,38
Sempadan Sungai Besar 211 54 265 0,58
Sempadan Sungai Kecil 51 1 52 0,11
Sempadan Waduk 16 16 0,03
Sungai 90 24 114 0,25
Waduk Dero 1 1 0,00
Waduk Kedung Bendo 1 1 0,00
Waduk Pondok 10 10 0,02
II Kawasan Budidaya 42.846 1.955 44.800 97,33
Kawasan Industri 5.054 14 5.068 11,01
Perkebunan 4.101 789 4.889 10,62
Permukiman 3.665 253 3.918 8,51
Sawah Irigasi 22.413 62 22.475 48,83
Sawah Tadah Hujan 7.444 810 8.253 17,93
(blank) 170 28 197 0,43
Total 43.832 2.198 46.030 100,00

74
Peta 3.7
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi
3.8 Kabupaten Donggala
a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 di Kabupaten
Donggala seluas 10.898 ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan
Pertanian seluas 7.808 ha (71,64 %) yang terdiri dari sawah irigasi 675 ha dan
sawah tadah hujan 7.132 ha. Untuk lahan sawah yang tidak termasuk dalam
kawasan peruntukkan pertanian seluas 3.090 ha (28,38 %).
b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang
dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas
3.090 ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas 796 ha, Kawasan
Peruntukan Perkebunan seluas 1.064 ha, dan Kawasan industri seluas 14 ha.
c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 3.090 ha
diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 675 ha dan sawah non irigasi seluas 7.132
ha.
d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun
2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas 93 Ha (0,85 %).
Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan secara spasial sebagaimana pada
Peta 3.8 berikut :

Tabel 3.8
Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Pola Ruang Wilayah
Kabupaten Donggala
Jeni s Sa wa h
No Ka wa s a n RTRW Tota l
Iri ga s i Ta da h Huja n
1 Ca ga r Al a m 6 35 40,8926
2 Huta n Ba ka u 0 0,0429
3 Huta n Li ndung 52 51,7185
4 Huta n Produks i Konvers i 12 12,2978
5 Huta n Produks i Terba ta s 59 59,4473
6 Ka wa s a n Indus tri 14 13,7260
7 Ka wa s a n Peterna ka n 1 1,4849
8 La ha n Perta ni a n Pa nga n Berkel a njuta n 254 4.792 5.045,3203
9 Peri ka na n Da ra t 2 365 367,4293
10 Perkebuna n / Kebun 77 197 274,0441
11 Perkebuna n / Ta na ma n Ta huna n 43 747 790,3218
12 Permuki ma n Perdes a a n 50 725 775,1103
13 Permuki ma n Perkota a n 20 20,4387
14 Perta ni a n La ha n Keri ng 414 2.061 2.474,3416
15 Sa wa h 8 280 287,9877
16 Sempa da n Da na u 1 1,0599
17 Sempa da n Pa nta i 7 7,2160
18 Sempa da n Sunga i 110 534 643,6363
19 Sunga i 4 28 31,3149
Grand Total 980 9.918 10.898

76
Peta 3.8
Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala
BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
a. Sawah hasil pemetaan audit lahan tahun 2012 hasil kajian di beberapa kabupaten
yang masuk dalam area yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian (area LP2B)
dalam RTRW sebagai berikut : Kabupaten Majalengka 46,33 % dengan total sawah
50.962 ha, Kabupaten Purbalingga 86,31 % dengan total sawah 18.274 ha,
Kabupaten Gunung Kidul 45,62 % dengan total sawah 28.071 ha, Kabupaten
Madiun 72,04 % dengan total sawah 30.370 ha, dan Kabupaten Gowa 22,12 %
dengan total sawah 36.183 ha, Kabupaten Donggala 71,64 % dengan total sawah
10.556 ha, Kabupaten Ngawi 66,76 % dengan total sawah 46.030 ha, dan
Kabupaten Aceh Tamiang 82,12 % dengan total sawah 17.134,70 ha. Untuk
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan area yang ditetapkan sebagai kawasan
pertanian (area LP2B) total luasan tidak dicantumkan dalam RTRW hanya
mencantumkan lahan beririgasi teknis pada kawasan pertanian tanaman pangan yang
berada pada sebagian luas lahan basah seluas 33.201 Ha ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan.
b. Terdapat lahan sawah irigasi dan non irigasi pada rencana pola ruang wilayah
beberapa kabupaten yang ditetapkan dalam RTRW yang berpotensi alih fungsi ke
lahan non pertanian sebagai berikut : Kabupaten Majalengka seluas 18.249 ha (35,81
%), Kabupaten Purbalingga seluas 2.242 ha (12,27 %), Kabupaten Gunung Kidul
seluas 10.385 ha (37 %), Kabupaten Madiun seluas 886 Ha (2,92 %), Kabupaten
Gowa seluas 9.565 ha (26,43 %), Kabupaten Donggala seluas 3.090 ha (28,38 %),
Kabupaten Ngawi seluas 14.072 ha (30,57 %), dan Kabupaten Aceh Tamiang seluas
3.063, 98 ha (17,88 %).
c. Hasil kajian pada beberapa kabupaten dari lahan sawah hasil audit lahan Kementan
tahun 2012 terdapat luasan sawah yang berada pada Kawasan Lindung (dalam
RTRW Kabupaten) sebagai berikut : Kabupaten Majalengka seluas 9.015 Ha (17,69
%), Kabupaten Purbalingga seluas 254 Ha (1,39 %), Kabupaten Gunung Kidul seluas
216 Ha (0,77%), Kabupaten Madiun seluas 7.436 ha (24,48%), Kabupaten Gowa
seluas 1.543 Ha (4,26 %), Kabupaten Donggala seluas 93 Ha (0,85 %), dan
Kabupaten Ngawi seluas 1.230 Ha (2,67 %), sedangkan Kabupaten Aceh Tamiang
tidak terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun
2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kajian data autentik data yang tersedia yang berkaitan dengan
pengembangan LP2B maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Gowa,
Donggala, Ngawi, dan Aceh Tamiang disarankan mengkaji ulang kebijakan penetapan
kawasannya, terutama potensi alih fungsi lahan sawah irigasi menjadi jenis
penggunaan lahan non sawah serta total luasan lahan sawah yang kongkrit untuk di
jadikan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam perda RTRW atau perda
lainnya.

78
b. Bagi kabupaten yang belum menetapkan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan salah
satunya seperti Kabupaten Madiun, hendaknya LP2B dapat segera ditetapkan
areanya, terutama lahan sawah beririgasi agar lebih dapat terlindungi dari alih fungsi
menjadi lahan non pertanian.
c. Bagi kabupaten Gowa yang belum kongkrit dalam penetapan luasan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dalam RTRW, hendaknya luasan sawah hasil audit lahan
Kementerian Pertanian tahun 2012 seluas 36.183 ha dapat diprioritaskan untuk
ditetapkan areanya, sebagai lahan yang terlindungi dari alih fungsi menjadi lahan non
pertanian melalui Perda Kabupaten Gowa.
d. Disamping itu, agar dapat diupayakan pembangunan basis data spasial oleh
pemerintah daerah untuk dapat mengidentifikasi lahan-lahan yang potensial untuk
mendukung ketahanan pangan nasional.
e. Selain itu untuk mempertahankan keberadaan lahan sawah yang produktif (misi utama
LP2B) maka pengembangan kelembagaan spesifik perlu dilakukan seperti dalam
proses pengumpulan data melalui kerjasama perguruan tinggi atau instansi terkait
lainnya.
f. Hasil kajian ini, dapat di sampaikan ke Bappeda dalam bentuk paparan sebagai
masukan dalam perencanaan tata ruang ke depan.

79

Anda mungkin juga menyukai