Anda di halaman 1dari 45

0

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah yang berjudul
“Formulasi Strategi Pengembangan Sektor Unggulan Kabupaten Ciamis Dalam Mendukung
Peran Agropolitan”.

Selama proses penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada Kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tugas ini yaitu:

1. Nida Farikha, ST., MT sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah yang telah
membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang bermanfaat
dalam menyelesaikan tugas ini.

2. Surya Hadi Kusuma, ST., MT sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan
ilmu dan saran yang sangat bermanfaat.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Surabaya, Gresik Desember 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR TABEL 4
BAB 1 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Permasalahan 6
1.3 Tujuan dan Sasaran 6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian 7
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah 7
1.4.2 Ruang Lingkup Materi 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.6 Sistematika Pembahasan 7
1.7 Kerangka Berpikir 8
BAB 2 9
TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kajian Kebijakan 9
2.1.1 RPJMD Kabupaten Ciamis 9
2.2 Kajian Literatur 12
2.2.1 Pengembangan Wilayah 12
2.2.2 Konsep Agropolitan 13
2.3 Sintesa Pustaka 15
BAB 3 16
METODOLOGI 16
3.1 Metode Pengumpulan Data 16
3.1.1 Deskriptif Kualitatif 16
3.2 Metode Analisis Data 16
3.2.1 Analisis Location Quotient (LQ) 16
3.2.2 Analisis Shift Share 17
3.2.3 Analisis SWOT 19

2
3.2.4 Analisis EFAS IFAS 19
BAB 4 20
GAMBARAN UMUM WILAYAH 20
4.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 20
4.2 Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 21
4.2.1 Pertanian 21
4.2.2 Perikanan 24
4.2.3 Peternakan 25
4.3 Program Pemerintahan Dalam Mendukung Peran Agropolitan 25
4.3.1 Program BP3K Kabupaten Ciamis 25
4.3.2 UPTD KLK Oleh DISNAKER Kabupaten Ciamis 26
BAB 5 27
HASIL ANALISIS 27
5.1 Analisis Location Quotient 27
5.2 Analisis Shift Share 31
5.3 Analisis SWOT 35
5.4 Analisis EFAS IFAS 38
BAB 6 40
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH 40
6.1 Potensi dan Masalah Kabupaten Ciamis Dalam Isu Agropolitan 40
6.2 Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Ciamis 40
BAB 7 42
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 42
7.1 Kesimpulan 42
I. Program BP3K (Balai Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan) Kabupaten Ciamis
42
II. UPTD KLK (Kursus Latihan Kerja) DISNAKER di Kabupaten Ciamis 42
7.2 Rekomendasi 42
BAB 8 43
LESSON LEARNED 43

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Lahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Ciamis 9


Tabel 2 Diagram Matriks TOWS 19
Tabel 3 Luas Panen Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2018 21
Tabel 4 Rata-Rata Hasil Per Hektar Padi dan Palawija di Kabupaten
Ciamis Tahun 2014-2018 22
Tabel 5 Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2018 22
Tabel 6 Produksi Sayur-Sayuran Menurut Jenisnya Tahun 2018-2019 23
Tabel 7 Produksi Buah-Buahan Menurut Jenisnya Tahun 2017-2018 24
Tabel 8 Jenis dan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Ciamis 24
Tabel 9 Populasi Ternak dan Jenis Ternak di Kabupaten Ciamis 25
Tabel 10 PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Provinsi Jawa Barat 2015-2019
(Milyar Rupiah) 27
Tabel 11 PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Kabupaten Ciamis 2015-2019
(Milyar Rupiah) 28
Tabel 12 Hasil Analisis LQ Tahun 2015-2019 29
Tabel 13 Shift Share Komoditas Padi dan Palawija Kabupaten Ciamis 31
Tabel 14 Shift Share Komoditas Sayur-Sayuran Kabupaten Ciamis 31
Tabel 15 Shift Share Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Ciamis 32
Tabel 16 Shift Share Komoditas Perikanan Kabupaten Ciamis 33
Tabel 17 Shift Share Komoditas Peternakan Kabupaten Ciamis 33
Tabel 18 Tipologi Klassen Hasil Shift Share 34
Tabel 19 Analisis S-W-O-T 29
Tabel 20 Formulasi Strategi Matriks EFAS-IFAS 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Sistem Agropolitan 14


Gambar 2 Peta Wilayah Kabupaten Ciamis 20
Gambar 3 Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Ciamis 21
Gambar 4 BP3K Mengevaluasi Jagung Salah Satu Kecamatan Kabupaten Ciamis 26
Gambar 5 KLK DISNAKER di Kabupaten Ciamis 26

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh di Daerah menyebutkan bahwa dalam rangka mendorong percepatan
pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan wilayah, mengurangi
kesenjangan pembangunan antar wilayah dan mendorong pertumbuhan daerah tertinggal dan
perbatasan perlu dilakukan upaya pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah.
Salah satu konsep pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yaitu Kawasan Agropolitan.
Pengembangan Kawasan Agropolitan di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 24 tentang Penataan Ruang. Berdasarkan Undang-Undang
tersebut, dijelaskan bahwa “Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan
sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis”. Pengembangan Kawasan
Agropolitan memberikan manfaat dan dampak yang maksimal bagi pengembangan ekonomi
dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat, sehingga perlu pendekatan baru dalam
pengembangan agribisnis di lapangan. Pendekatan yang dinilai efektif adalah model
agropolitan yang pada hakikatnya adalah mensinergikan pengembangan agribisnis dalam
konteks pengembangan ekonomi wilayah, sehingga total nilai tambah pengembangan
agribisnis dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. Pengembangan sistem dan usaha
agribisnis serta ketahanan pangan merupakan tujuan dan sekaligus menjadi sasaran
pembangunan ekonomi berbasis pertanian.
Diketahui bahwa Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang memiliki potensi
ekonomi yang cukup tinggi di sektor pertanian. Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kabupaten Ciamis Utara telah dirintis sejak tahun 2007, dengan menetapkan beberapa
kecamatan menjadi Kawasan Agropolitan yaitu melalui Surat Keputusan Bupati Ciamis Nomor
520/Kpts.511-Huk/2007 tentang Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis. Kawasan
Pengembangan Agropolitan di Ciamis Utara mencakup 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan
Panumbangan, Kecamatan Sukamantri, Kecamatan Panjalu, dan Kecamatan Cihaurbeuti. Pada
tahun 2010, melalui revisi perda tentang kawasan pengembangan agropolitan menjadi 5 (lima)
kecamatan yaitu ditambah Kecamatan Lumbung. Ketetapan ini sejalan dengan RTRW
Nasional Tahun 2008-2028 yang menetapkan Kawasan Priangan Timur-Pangandaran sebagai
kawasan yang memiliki sektor unggulan pertanian, industri perkebunan, pariwisata, perikanan,
dan panas bumi. Selain itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-
2029 juga menyebutkan bahwa Kabupaten Ciamis diarahkan untuk kegiatan industri
pengolahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, wisata pantai, serta
kegiatan pertambangan mineral non-logam. Dalam RTRW Kabupaten Ciamis Tahun 2011-
2031, Kawasan Strategis Agropolitan terdiri atas Kecamatan Sukamantri, Kecamatan
Panumbangan, Kecamatan Panjalu, dan Kecamatan Cihaurbeuti.
Dalam pelaksanaannya, Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis
diatur dalam Peraturan Bupati Kabupaten Ciamis Nomor 34 Tahun 2015 tentang Pedoman

5
Teknis Perencanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Ciamis serta RDTR
Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2019. Arah pengembangan komoditas
unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis tertuang dalam Rencana Induk
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Agropolitan Kabupaten Ciamis Tahun 2010
sebagai berikut: Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM); Pengembangan Permodalan;
Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Rakyat; Pengembangan Usaha Agribisnis; dan
Pengembangan Sarana-Prasarana dan Iklim Usaha.
Berdasarkan (Diana, 2015) menyebutkan bahwa Kawasan Agropolitan Kabupaten
Ciamis masih mengalami beberapa permasalahan. Dari segi kondisi sumber daya manusia,
secara umum masih merupakan masyarakat miskin berpenghasilan rendah, tercatat pada tahun
2015 pendapatan perkapita Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis adalah 11,97 juta rupiah
per tahun (BPS Provinsi Jawa Barat, 2015). Selain itu, keberadaan organisasi yang menjadi
wadah bagi para petani berupa kelompok tani masih belum terasa, sebagian dari para petani
enggan untuk bergabung membentuk suatu kelompok. Mereka masih memandang dengan
bergabungnya mereka dengan suatu kelompok tani tidak memberikan manfaat yang besar bagi
dirinya (Diana, 2015). Dari segi kondisi sarana dan prasarana yang menyangkut sistem
agribisnis dan sistem penunjang lainnya belum memadai. Misalnya saja, Sub Terminal
Agribisnis di Kecamatan Panumbangan yang belum beroperasi secara optimal bahkan tidak
ada aktifitas yang berarti sejak dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2004.
Guna mendukung pengembangan kawasan agropolitan, Kabupaten Ciamis perlu untuk
melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan harus terfokus agar mewujudkan
kondisi ideal dan efisien. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memfokuskan suatu kegiatan
pembangunan, salah satunya dengan melihat sektor basis dari suatu wilayah. Dengan
mengetahui sektor basis suatu wilayah, maka diketahui sektor mana yang merupakan sektor
unggulan dari wilayah tersebut. Sehingga, dengan diketahuinya sektor unggulan suatu wilayah,
maka pembangunan dapat mengutamakan sektor unggulan tersebut sebagai prioritas.

1.2 Rumusan Permasalahan


Berdasarkan latar belakang tersebut, pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kabupaten Ciamis belum merujuk kepada kondisi ideal kawasan agropolitan. Maka
dilakukanlah penelitian ini untuk menjawab pertanyaan: “Bagaimana strategi pengembangan
sektor unggulan Kabupaten Ciamis dalam mendukung pengembangan Kawasan
Agropolitan?”.

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan sektor
unggulan di Kabupaten Ciamis guna mendukung pengembangan kawasan agropolitan yang
ideal. Sasaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi komoditas basis dan non basis sektor pertanian, perkebunan, dan
peternakan di Kabupaten Ciamis.
2. Menganalisis permasalahan pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Ciamis.
3. Merumuskan strategi pengembangan komoditas basis Kabupaten Ciamis untuk
mendukung pengembangan kawasan agropolitan.

6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup dari wilayah studi penelitian meliputi Kabupaten Ciamis. Kabupaten Ciamis
terletak di Provinsi Jawa Barat dan secara geografis terletak berada pada koordinat 108 0 20
sampai dengan 1080 40 Bujur Timur dan 70 40 20 sampai dengan 70 41 20 Lintang Selatan.
Luas wilayah Ciamis sebesar 244,479 Ha atau 7,73 persen dari total luas daratan Provinsi Jawa
Barat. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Ciamis dibagi ke dalam 27 Kecamatan, 7
kelurahan, dan 258 desa. Berdasarkan letak administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan
dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
● Sebelah Barat : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya
● Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
● Sebelah Selatan : Kabupaten Pangandaran
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup pembahasan yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini meliputi
pengembangan kawasan agropolitan dengan pendekatan analisis ekonomi wilayah.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya ilmu pengetahuan mengenai
strategi pengembangan suatu wilayah dengan pendekatan ekonomi wilayah yaitu
menggunakan metode Location Quotient (LQ) yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi
bagi Kabupaten Ciamis dalam melakukan pengembangan kawasan agropolitan.

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian yang akan
dilakukan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup wilayah dan substansi
penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi yang berkaitan dengan
penelitian. Tinjauan pustaka menguraikan teori tentang definisi dan penjelasan lebih
lanjut mengenai mitigasi dan adaptasi kota di masa pandemi.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan tahapan-tahapan penelitian, jenis


penelitian yang akan digunakan, variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis yang akan dilakukan dalam penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM

7
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum di wilayah penelitian yaitu Kabupaten
Ciamis dalam mengembangkan kawasan agropolitan.

BAB V HASIL ANALISIS

BAB VI KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menjelaskan hasil kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan juga
rekomendasi serta saran sesuai dengan tujuan dan manfaat yang sudah disusun.

BAB VIII LESSON LEARNED

1.7 Kerangka Berpikir

Kondisi Pengembangan Kawasan Agropolitan di


Kabupaten Ciamis Tidak Ideal

Analisis Location Quotient (LQ)


dan Shift Share (SSA)

Identifikasi komoditas basis sektor pertanian,


peternakan, dan peternakan di Kabupaten Ciamis

Analisis SWOT

Analisis permasalahan pengembangan Kawasan


Agropolitan Kabupaten Ciamis

Analisis EFAS-IFAS

Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan


Kabupaten Ciamis

Sumber: Hasil Analisis, 2021

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Kebijakan


2.1.1 RPJMD Kabupaten Ciamis
Berdasarkan dokumen RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun 2019-2024 yang berpedoman
pada RTRW Kabupaten Ciamis 2017-2037, telah dijelaskan perencanaan pembangunan daerah
untuk periode 5 (lima) tahun yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah
(OPD), pelaksanaan rencana pembangunan daerah, pengendalian dan evaluasi pembangunan
daerah, serta sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan dalam rangka pembangunan
daerah.
Berdasarkan karakter geografi, sebaran penggunaan lahan dan potensi sumber daya
alam yang ada di Kabupaten Ciamis, dapat diidentifikasi potensi-potensi yang dapat
dikembangkan. Potensi pengembangan wilayah berdasarkan Rancangan Peraturan Daerah
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ciamis Tahun 2017-2037
menyebutkan bahwa rencana pola ruang diarahkan untuk menjadi kawasan lindung seluas
23.954,72 Ha dan kawasan budidaya seluas 134.517,20 Ha. Kawasan Lindung adalah wilayah
yang harus dilindungi dan memiliki fungsi perlindungan yang harus dipertahankan guna
menghindari berbagai efek negatif yang mungkin muncul. Sedangkan Kawasan Budidaya
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Lebih jelasnya rencana pola ruang
Kabupaten Ciamis sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1. Luas Lahan Rencana Pola Ruang Kabupaten Ciamis
Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan Resapan Air 9.062,80
Kawasan Sempadan Sungai 1.571,03
Kawasan Sempadan Danau 27,80
Kawasan Suaka Margasatwa 5.540,50
Kawasan Cagar Alam 9,02
Kawasan Rawan Bencana Gerakan
Tanah 2.231,21
Kawasan Sesuai Hutan Lindung 5.512,36
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi 10.602,77
Kawasan Hutan Produksi Terbatas 2.456,27
Kawasan Hutan Rakyat 20.418,79
Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 30.450,12

9
Kawasan Hortikultura 4.577,53
Kawasan Perkebunan 33.362,02
Kawasan Peruntukan Industri 495,70
Kawasan Permukiman Perkotaan 18.785,14
Kawasan Permukiman Perdesaan 13.368,86
Badan Air
Sungai 1.183,52
Danau 112,23
Luas Kabupaten Ciamis 159.767,67
Sumber : Revisi RTRW Kabupaten Ciamis 2017-2037
Kabupaten Ciamis memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Hingga saat
ini, pertanian merupakan sektor utama yang membentuk pola hidup masyarakat, baik secara
ekonomi, sosial dan budaya. Kabupaten Ciamis memiliki potensi yang cukup besar di sektor
pertanian sehingga menjadi salah satu sentra penghasil komoditas tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Kawasan pertanian adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang terkait secara
fungsional baik dalam faktor sumber daya alam, sosial budaya, maupun infrastruktur,
sedemikian rupa sehingga memenuhi batasan luasan minimal skala ekonomi dan efektivitas
manajemen pembangunan wilayah.
a. Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Ciamis. Dengan dialokasikannya luas lahan sawah di Kabupaten Ciamis tersebut, akan terdapat
kelebihan luas lahan sawah yang diharapkan dapat memacu surplus padi di Kabupaten Ciamis
sehingga dapat menjadi pemasok tanaman pangan bagi wilayah lain di luar Kabupaten Ciamis.
Peruntukkan kawasan tanaman pangan atau LP2B di Kabupaten Ciamis ditetapkan
dengan mempertimbangkan keberadaan, sebagai berikut:
1. Lahan sawah subur dengan irigasi teknis;
2. Lahan sawah subur dengan irigasi sederhana/desa; dan
3. Lahan sawah tadah hujan cukup subur.
b. Kawasan Hortikultura
Hortikultura merupakan sektor kegiatan yang sangat berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat terutama petani. Komoditas hortikultura juga relatif memiliki kandungan
gizi yang baik sehingga juga dapat menunjang kesejahteraan nutrisi masyarakat.
Kecamatan Panjalu dan Sukamantri merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai
potensi pengembangan hortikultura khususnya komoditas sayuran (cabai besar, tomat,
mentimun, dll). Kecamatan Sukamantri juga merupakan daerah yang memiliki potensi untuk
berbagai komoditas hortikultura, dengan produksi utamanya yaitu cabai besar. Kecamatan
Sukamantri merupakan Kecamatan dengan produksi cabai besar terbesar di Kabupaten Ciamis.
c. Kawasan Perkebunan

10
Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan dikelola oleh rakyat maupun
pemerintah. Lahan potensial dengan peruntukkan pengembangan tanaman tahunan/
perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis. Dengan
arahan pengembangan terutama pada lahan-lahan yang kurang/tidak mendukung untuk
pengembangan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Untuk mencapai arahan
pengembangan kawasan tanaman tahunan/perkebunan diperlukan intervensi berupa
pembangunan yang dapat menarik aktivitas kegiatan pertanian tahunan/perkebunan. Selain itu,
diperlukan pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan tanaman
tahunan/perkebunan seperti jaringan jalan, jaringan komunikasi, listrik dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengelolaan kawasan perkebunan meliputi:
1. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan
perkebunan/tanaman tahunan seperti jaringan listrik, telekomunikasi, jalan,
agro industri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi tanaman
tahunan/perkebunan dan sarana prasarana lainnya yang dapat menunjang
perkebunan.
2. Pengembangan fasilitas pertanian penting (Terminal Agribisnis, Sub Terminal
Agribisnis, Outlet Agribisnis, tempat pengumpulan hasil, pergudangan, kios
sarana produksi pertanian, industri pengolahan hasil, dan lain-lain) beserta
lokasi masing-masing dengan memperhatikan potensi pertanian dan jarak
minimum (mudah dijangkau).
3. Pengembangan sumber daya manusia (petani dan aparatur pemerintah) dan
kelembagaan agribisnis.
4. Pengembangan sistem, kelembagaan keuangan, dan perkreditan, serta sistem
informasi pasar pertanian dalam rangka menunjang kesinambungan usaha
pertanian sub sektor perkebunan/tanaman tahunan.
5. Pengembangan kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan
tanaman tahunan/perkebunan.
6. Memperluas wilayah pemasaran produksi tanaman perkebunan/tanaman
tahunan, baik lokal maupun pasar ekspor.
Pengembangan agro industri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
perkebunan/tanaman tahunan wilayah sekitarnya dan pengembangan pusat pengumpul dan
distribusi bagi pertanian dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
Perkebunan seluas kurang lebih 23.598,38 (dua puluh tiga ribu lima ratus sembilan puluh
delapan koma tiga puluh delapan) hektar meliputi semua kecamatan.
d. Kawasan Peternakan
Pertumbuhan usaha budidaya ayam yang dilaksanakan oleh perusahaan besar
terintegrasi akan mengalihkan usaha ke Wilayah Priangan Timur (termasuk didalamnya
Kabupaten Ciamis), sejalan dengan tertutupnya penambahan jumlah/perluasan usaha dimaksud
di beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Barat (antara lain: Kabupaten Subang,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bandung), serta
beberapa wilayah di Provinsi Banten. Adapun rencana pengembangan kawasan peternakan,
terdiri dari:
1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Close House System;

11
2. Pembibitan Ayam Ras Pedaging;
3. Budidaya Ayam Ras Petelur;
4. Budidaya Ayam Bukan Ras;
5. Pembibitan Ayam Bukan Ras;
6. Pengembangan Sapi Perah;
7. Pembangunan Rumah Potong Unggas Skala Menengah;
8. Pengolahan Daging Unggas Skala Menengah;
9. Penggembalaan Terbatas Sapi Potong;
10. Budidaya Sapi Potong Penggemukan;
11. Pembibitan Sapi Potong;
12. Pasar Hewan Terpadu;
13. Sentra Kuliner Hasil Produksi Peternakan.
e. Kawasan Perikanan
Pengembangan komoditas perikanan sangat ditentukan oleh adanya dukungan lahan
dan ketersediaan air yang memenuhi standar teknis. Adapun rencana pengembangan kawasan
Perikanan, terdiri dari:
1. Pengembangan Komoditas Perikanan Berdasarkan Potensi Kewilayahan
(Sentra);
2. Sentra Kuliner Hasil Produksi Perikanan;
3. Pasar Ikan Bersih;
4. Pengembangan Benih Ikan;
5. Pengembangan Restocking;
6. Pengolahan ikan/hasil produksi perikanan.
2.2 Kajian Literatur
2.2.1 Pengembangan Wilayah
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Wilayah adalah ruang
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan
pengembangan wilayah sendiri diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan
mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang
di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan
Dahuri, 2004).
Adapun komponen-komponen yang berpengaruh dalam pengembangan wilayah
menurut Friedman dan Alonso (2008) adalah sebagai berikut.
a. Sumber Daya Lokal
Kekuatan alam yang dimiliki wilayah tersebut seperti lahan pertanian, hutan,
bahan galian, tambang dan sebagainya. Sumberdaya lokal harus dikembangkan untuk
dapat meningkatkan daya saing wilayah tersebut.
b. Pasar
Tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah sehingga wilayah
dapat berkembang.

12
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai pengolah sumber
daya yang ada.
d. Investasi
Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari adanya
investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang memiliki kondisi
kondusif bagi penanaman modal.
e. Kemampuan pemerintah
Pemerintah merupakan elemen pengarah pengembangan wilayah. Pemerintah
yang berkapasitas akan dapat mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena
sifatnya sebagai katalisator pembangunan.
f. Transportasi dan Komunikasi
Transportasi dan komunikasi berperan sebagai media pendukung yang
menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti
aliran barang, jasa dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya
suatu wilayah.
g. Teknologi
Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya
wilayah melalui peningkatan output produksi dan keefektifan kinerja sektor-sektor
perekonomian wilayah.

Selain beberapa komponen tersebut, terdapat tiga indikator keberhasilan


pengembangan wilayah yang dapat dilihat sebagai kesuksesan pembangunan daerah. Indikator
pertama adalah produktivitas, yang dapat diukur dari perkembangan kinerja suatu institusi
beserta aparatnya. Indikator kedua adalah efisiensi, yang terkait dengan meningkatnya
kemampuan teknologi/sistem dan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan
pembangunan. Indikator ketiga adalah partisipasi masyarakat, yang dapat menjamin
kesinambungan pelaksanaan suatu program di suatu wilayah.
2.2.2 Konsep Agropolitan
Agropolitan merupakan strategi yang memiliki pengertian bahwa pembangunan tidak
hanya kemajuan ekonomi yang sentralistik, tetapi memberikan kesempatan bagi individu-
individu, kelompok-kelompok sosial dan organisasi masyarakat untuk “memobilisasi”
kemampuan dan sumberdaya lokal bagi kemajuannya (Friedman dan Douglas, 1975). Istilah
yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di lading,” dimana masyarakat desa atau petani
tidak perlu lagi pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan
dengan masalah produksi dan pemasaran, maupun masalah yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial budaya dan kehidupan sehari-hari (Syahrani, 2001).
Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, kawasan
agropolitan didefinisikan sebagai kawasan yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan, yaitu satuan sistem
permukiman dan sistem agribisnis. Soenarno (2003), mendefinisikan daerah agropolitan
sebagai sistem fungsional pada desa-desa, yang ditujukan dengan keberadaan hirarki ruang di

13
pedesaan, pusat agropolitan dan desa-desa disekitarnya yang membentuk daerah agropolitan.
Selain itu, dalam pengembangannya, kawasan tersebut juga tidak bisa terlepas dari
pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada
tingkat Provinsi (RTRW Provinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten).

Gambar 1 Diagram Sistem Agropolitan


Sumber: Soenarno (2003)
Konsep agropolitan membagi wilayah-wilayah yang berhubungan secara fungsional
dalam satu sistem kegiatan sebagai berikut (Soenarno, 2003)
a. Agropolitan center, berfungsi sebagai pusat perdagangan, bursa komoditi, transportasi,
industri, kegiatan manufaktur, pergudangan, jasa pendukung, pusat kegiatan tersier
agribisnis, perbankan dan keuangan, serta pusat penelitian dan percontohan komoditi.
b. Agropolitan district, berfungsi sebagai pusat perdagangan subwilayah, kegiatan
agroindustri, pusat pelayanan pendidikan, pelatihan, pemuliaan komoditi unggulan,
produksi dan diversifikasi.
c. Hinterland, berfungsi sebagai kawasan produksi dan intensifikasi produk

Pengembangan kawasan agropolitan secara terintegrasi diperlukan Master Plan


Pengembangan Kawasan Agropolitan yang akan menjadi acuan dalam penyusunan program
pengembangan. Adapun muatan yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut.
1. Penetapan pusat agropolitan yang berfungsi sebagai (Douglas, 1986):
a. Pusat perdagangan dan transportasi pertanian (agricultural trade/ transport
center).
b. Penyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services).
c. Pasar konsumen produk non-pertanian (non agricultural consumers market).
d. Pusat industri pertanian (agro-based industry).
e. Penyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment).
f. Pusat agropolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman
nasional, provinsi, dan kabupaten (RTRW Provinsi/ Kabupaten).
2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai (Douglas, 1986):
a. Pusat produksi pertanian (agricultural production).

14
b. Intensifikasi pertanian (agricultural intensification).
c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non
pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services).
d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production
and agricultural diversification).
3. Penetapan sektor unggulan:
a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan lokal).
c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
4. Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan agropolitan di antaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-
sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
5. Dukungan sistem kelembagaan.
a. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang
merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat.
b. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan
kawasan agropolitan.

2.3 Sintesa Pustaka

Sintesa Teori Sumber Indikator Variabel

Kriteria Badan Litbang Pertanian Daya Saing Tingkat basis komoditas


Komoditas (2003) Komoditas pertanian, peternakan, dan
Unggulan perikanan

Badan Litbang Pertanian Tingkat daya saing


(2003) dan Alkadari dan komoditas pertanian,
Djajadiningrat (2000) peternakan, dan perikanan

Soekartawi (1993) Komoditas Tingkat pertumbuhan


Unggulan komoditas pertanian,
peternakan, dan perikanan
Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

15
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Metode Pengumpulan Data


3.1.1 Deskriptif Kualitatif
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Metode kualitatif adalah langkah-
langkah penelitian sosial untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata dan gambar.
Data yang digunakan untuk analisis penelitian ini terdiri dari PDRB Provinsi Jawa
Barat, PDRB Kabupaten Ciamis,

3.2 Metode Analisis Data

3.2.1 Analisis Location Quotient (LQ)


Location Quotient (LQ) adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan
potensi relatif perekonomian suatu wilayah. Menurut Tarigan (2005) Location Quotient adalah
analisis yang membandingkan besaran peran sektor ekonomi di daerah tertentu atas peranan
sektor serupa di kepemerintahan yang lebih tinggi. Perhitungan LQ dilakukan dengan
membandingkan suatu besarnya peranan suatu sektor/industri suatu daerah terhadap besarnya
peranan sektor tersebut di daerah yang lebih luas. Aktivitas perekonomian regional
digolongkan menjadi dua sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis.
Analisis LQ juga digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dengan
karakteristik LQ > 1 maka sektor tersebut memiliki spesialisasi, LQ < 1 tidak memiliki
spesialisasi, sedangkan LQ = 1 memiliki spesialisasi sama dengan sektor serupa di diatasnya.

Keterangan:

LQ : nilai LQ
Yij : nilai output jenis industri (i) Kabupaten Ciamis
Yj : nilai total output industri Kabupaten Ciamis
Yiw : nilai output jenis industri (i) Provinsi Jawa Barat
Yw : nilai total output industri Provinsi Jawa Barat

16
3.2.2 Analisis Shift Share
Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal.
Analisis Shift-share menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan
dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan
kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift
(pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-
sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional
beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi
sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut
keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44). Analisis
Shift Share memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi keunggulan
daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah.
Analisis Shift-share dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini
digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan
pertumbuhan) suatu variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data
yang dapat digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah,
pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel
lain dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisis Shift-share, perubahan ekonomi ditentukan
oleh tiga komponen sebagai berikut.
1. Komponen Pertumbuhan Ekonomi Provinsi (KPV) (Provincial Growth)
Sebuah nilai yang menunjukkan Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional
terhadap daerah merupakan perubahan tenaga kerja sektor i (semua sektor) di
wilayah j (provinsi) dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan
nasional.
● Apabila Ns > 0 ➔ pertumbuhan sektor i di wilayah j (propinsi) memberikan
kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional,
● Apabila Ns < 0 ➔ pertumbuhan sektor i di wilayah j (propinsi) tidak
memberikan kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional.
PV i,t = E r,i, t-n ((𝑬 V,𝒕)/(𝑬 V, 𝒕−𝒏)) – E r, i, t-n
Keterangan
PV : Provincial Share
i : Sektor industri
t : Tahun
E : Employment atau banyaknya lapangan kerja
V : Provincial atau wilayah provinsi yang lebih tinggi jenjangnya
r : Region atau wilayah analisis
t-n : Tahun awal

17
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) (Proportional Shift)
Pertumbuhan suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat nasional. Dapat
menunjukkan apakah perekonomian di suatu wilayah terkonsentrasi pada sektor
sektor yang tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian wilayah acuan.
● Jika nilai komponen pertumbuhan proposional bernilai positif (KPP > 0) pada
wilayah atau daerah yang berspesialisasi dalam sektor secara nasional tumbuh
cepat.
● Dan jika nilai komponen pertumbuhan proposional bernilai negatif (KPP < 0)
pada wilayah atau daerah yang berspesialisasi dalam sektor secara nasional
tumbuh lambat.
P r,i,t = {( E N,i,t / E N,i,t-n) – (E N,t / E N, t-n)} x E r,i,t-n
Keterangan
P : Proportional Shift
R : Region atau wilayah analisis
E : Employment atau banyaknya lapangan Kerja
N : National atau wilayah nasional yang lebih tinggi jenjangnya
I : sektor industri
t : tahun
t-n : tahun awal
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW) (Differential Shift)
Mengukur daya saing (keunggulan komparatif) suatu sektor di suatu wilayah
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah lain.
● Jika nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah bernilai positif (KPPW > 0)
maka sektor tersebut mempunyai daya saing (comparative advantage) di
wilayah/daerah tersebut (disebut juga keuntungan lokasional).
● Jika nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah bernilai negatif (KPPW <
0) maka sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif / tidak dapat
bersaing.
D r,i,t = {E r,i,t – (E N,i,t/E N,i,t-n) x E r,i,t-n}
Keterangan
D : Differential Shift
r : region atau wilayah analisis
I : sektor industri
t : tahun
E : Employment atau banyaknya lapangan Kerja

18
N : National atau wilayah nasional yang lebih tinggi jenjangnya
t-n : tahun awal

3.2.3 Analisis SWOT


Menurut Freddy (2013) analisis SWOT merupakan analisis yang didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

● Kekuatan (Strengths) adalah suatu kemampuan yang khas yang dimiliki oleh suatu
organisasi agar mendapatkan keunggulan bersaing didalam pasar
● Kelemahan (Weaknesses) adalah hambatan atau kekurangan sumber daya, keahlian
atau kemampuan lain yang secara serius menghambat prestasi
● Peluang (Opportunity) adalah situasi yang paling menguntungkan dalam lingkungan
yang dihadapi oleh suatu organisasi. Jika suatu peluang tidak sampai dimanfaatkan dan
kemudian dimanfaatkan oleh pesaing, maka peluang akan berubah menjadi hambatan
suatu organisasi.
● Ancaman (Threats) adalah situasi yang paling tidak menguntungkan dalam lingkungan
yang dihadapi oleh suatu organisasi.

3.2.4 Analisis EFAS IFAS

Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) disusun untuk merumuskan faktor-
faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength dan Weakness komoditas.Eksternal
Strategic Analysis Summary (EFAS) merupakan suatu alat analisis yang menyajikan kondisi
eksternal Kabupaten untuk menentukan faktor peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
komoditas tertentu.

Tabel 2. Diagram Matriks TOWS


IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
1. Tentukan 5-10 faktor-faktor 1. Tentukan 5-10 faktor-
kekuatan internal faktor kelemahan internal
EFAS

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO


1. Tentukan 5-10 Ciptakan Strategi yang Ciptakan Strategi yang
faktor-faktor peluang menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
eksternal memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


1. Tentukan 5-10 Ciptakan Strategi yang Ciptakan Strategi yang
faktor-faktor peluang menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan
eksternal mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Sumber: (Ismail Solihin, 2013)

19
BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan


Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten ini memiliki luas 1.597,67 km² dengan batasan wilayah Kabupaten Ciamis sebelah
utara adalah Kabupaten Majalengka, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
dan Kota Tasikmalaya, timur adalah Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah, dan selatan
merupakan Kabupaten Pangandaran (BPS Kabupaten Ciamis, 2020). Sebagai daerah yang
berstatus kabupaten maka wajar jika masih banyak lahan pertanian dan perkebunan yang ada
di Kabupaten Ciamis. Berikut adalah peta wilayah Kabupaten Ciamis:

Gambar 2 Peta Wilayah Kabupaten Ciamis

Sumber: LKIP Kabupaten Ciamis 2020

Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Ciamis terbagi atas dataran tinggi berupa
daerah pegunungan, yang menghasilkan produksi perkebunan dan daerah dataran rendah yang
berbatasan dengan Kabupaten Pangandaran. Daerah dataran menghasilkan tanaman pangan.
Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Ciamis dibagi ke dalam 27 Kecamatan, 7
kelurahan, dan 258 desa. Pada tahun 2019, jumlah penduduk mencapai 1.418.301 jiwa dengan
luas wilayah 1.425,68 km2 dan sebaran penduduk 845 jiwa/km2. Adapun arahan penggunaan
lahan di Kabupaten Ciamis didominasi oleh lahan perkebunan campuran seperti terlihat pada
peta berikut ini:

20
Gambar 3 Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Ciamis
Sumber: RTRW Kabupaten Ciamis 2003-2013

4.2 Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan


4.2.1 Pertanian
Pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang terkenal akan kesuburannya.
Sebagai contoh salah satunya pada Kabupaten Ciamis memproduksi padi tahun 2018 sebanyak
472.106 ton.

Tabel 3. Luas Panen Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2018
Luas Panen (Ha)
Jenis Tanaman
2014 2015 2016 2017 2018

Padi Sawah 77.982 69.980 80.277 81.734 70.999

Padi Ladang 313 650 101 85 29

Jagung 2.816 3.566 4.992 4.080 6.583

Ubi Kayu 3.220 3.587 2.874 2.532 2.835

Ubi Jalar 550 459 584 319 266

21
Kacang Tanah 889 1.001 1.359 859 604

Kacang Kedelai 2.463 1.667 836 1.106 2.081

Kacang Hijau 492 168 11 1.026 2.426


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

Tabel 4. Rata-Rata Hasil Per Hektar Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-
2018
Hasil Per Hektar (Kw/Ha)
Jenis Tanaman
2014 2015 2016 2017 2018

Padi Sawah 64.65 65.93 66.04 64.41 66.48

Padi Ladang 37.62 31.02 32.48 33.29 29.31

Jagung 68.64 66.18 72.16 65.54 68.11

Ubi Kayu 188.35 181.79 175.46 167.27 216.82

Ubi Jalar 118.90 107.84 113.34 113.86 112.52

Kacang Tanah 20.53 22.88 23.58 17.49 20.50

Kacang Kedelai 18.87 15.97 14.89 16.55 15.44

Kacang Hijau 17.66 17.02 11.82 13.86 18.35


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

Tabel 5. Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2018


Produksi (Ton)
Jenis Tanaman
2014 2015 2016 2017 2018

Padi Sawah 504.121 461.389 530.168 526.462 472.021

Padi Ladang 1.178 2.016 328 283 85

Jagung 19.330 23.601 36.022 26.739 44.838

Ubi Kayu 60.651 65.210 50.426 42.354 61.468

Ubi Jalar 6.540 4.950 6.619 3.632 2.993

Kacang Tanah 1.826 2.290 3.204 1.502 1.238

22
Kacang Kedelai 4.648 2.662 1.245 1.830 3.214

Kacang Hijau 869 286 13 1.422 4.452


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

Tanaman pertanian yang juga dihasilkan di Kabupaten Ciamis adalah berupa jenis
sayur-sayuran dengan cabe besar sebagai komoditas dengan produksi terbesar pada tahun 2019.
Produksi cabe besar di Kabupaten Ciamis pada tahun 2019 mencapai 47.986 ton. Selain cabe
besar, bawang daun juga merupakan komoditas dengan tingkat produksi yang terbesar kedua
dengan produksi sebanyak 20.631 ton pada tahun 2019.

Tabel 6. Produksi Sayur-Sayuran Menurut Jenisnya Tahun 2018-2019


Produksi (Ton)
Jenis Tanaman
2018 2019

Bawang Daun 17.897 20.631

Bawang Merah 600 877

Petsai/Sawi 5.196 13.470

Kacang-kacangan 9.545 8.623

Buncis 7.315 7.422

Bayam 4.463 3.741

Cabe Besar 59.809 47.986

Cabe Rawit 19.860 12.676

Tomat 13.940 18.961

Labu Siam 728 2.753

Terong 9.067 5.608

Kangkung 15.228 14.345

Ketimun 20.275 16.964

Kembang Kol 375 747

Kubis 5.969 6.288

Jamur 8.027 18.347


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2020

23
Tanaman buah-buahan yang memiliki tingkat produksi terbesar adalah komoditas
pisang dengan tingkat produksi sebanyak 1.742 ton. Pisang merupakan salah satu produk buah
andalan Kabupaten Ciamis dan telah mampu dipasarkan keluar daerah. Selain pisang,
komoditas unggulan Kabupaten Ciamis adalah buah pepaya, durian, dan durian.

Tabel 7. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenisnya Tahun 2017-2018


Produksi (Ton)
Jenis Tanaman
2017 2018

Mangga 14,2 5,9

Durian 17,6 5,4

Jeruk 8 1

Pisang 1.742 105

Pepaya 128 14,5

Nanas 2,2 0,2


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

4.2.2 Perikanan
Bidang perikanan di Indonesia khususnya dari Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Produksi perikanan budidaya Indonesia
990.764 ton, dan Kabupaten Ciamis memiliki produksi sebesar 7.737.091 ton (BPS,2019).
Dengan potensi perikanan terbesar adalah jenis ikan Nila sebesar 951.179 ton pada tahun 2018.
Melihat jumlah penurunan tersebut diperlukan adanya penelitian agar pengembangan
perikanan di Kabupaten Ciamis mengalami kenaikan.

Tabel 8. Jenis dan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Ciamis


Produksi (Ton)
Jenis Ikan
2014 2015 2016 2017 2018

Gurame 2 843.80 3 013.44 3 071.48 3 421.09 4 246.15

Udang Galah 164.01 170.17 170.29 98.23 167.69

Nila 6 503.98 8 180.16 9 579.60 15 347.67 9 511.79


Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

24
4.2.3 Peternakan
Potensi peternakan terbesar di Kabupaten Ciamis adalah pada ternak kerbau. Jumlah
populasi domba di Kabupaten Ciamis pada tahun 2018 adalah sebanyak 175.250 ton.
Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya sebanyak 177.093
ton. Sedangkan populasi ternak terkecil adalah ternak kuda. Melihat jumlah penurunan
tersebut diperlukan adanya penelitian agar pengembangan peternakan di Kabupaten
Ciamis mengalami kenaikan.

Tabel 9. Populasi Ternak dan Jenis Ternak di Kabupaten Ciamis


Populasi Ternak
Jenis Ternak
2014 2015 2016 2017 2018

Sapi 9872 9985 9998 10 080 9985

Kerbau 2225 2248 2510 2823 2761

Kuda 77 80 88 98 95

Domba 160 051 165 238 168 121 177 093 175 250

Kambing 119 224 119 430 121 540 123 293 120 310
Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019

4.3 Program Pemerintahan Dalam Mendukung Peran Agropolitan


4.3.1 Program BP3K Kabupaten Ciamis
Sebagai penjabaran dari UU No 16/2006, Kementerian Pertanian mengambil kebijakan
menjadikan BPK/BP3K sebagai pusat koordinasi pelaksanaan kegiatan pembangunan
pertanian di wilayah kecamatan yang berbasis berupa kawasan komoditi unggulan dan atau
wilaya. Kabupaten Ciamis selama ini memiliki hasil pertanian yang dilakukan masih secara
tradisional sehingga produksi pertanian masih sangat rendah jika dibandingkan dengan
kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Barat, dengan mutu dan jenis hasil yang tidak sesuai
dengan permintaan pasar.
Melihat betapa pentingnya penyuluhan terkait pengembangan sektor unggulan di
Kabupaten Ciamis maka diciptakanlah Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) merupakan kelembagaan penyuluhan yang masih eksis di tingkat kecamatan. Secara
empiris sampai saat ini, keberadaan BPK/BP3K umumnya masih belum dapat melaksanakan
tugas fungsinya secara optimal, disebabkan antara lain (a) terbatasnya dukungan sarana,
prasarana, dan pembiayaan, (b) terbatasnya fasilitasi penyediaan dan penyebaran informasi, (c)
terbatasnya jumlah dan kualitas penyuluh, dan (d) terbatasnya fasilitasi peningkatan kapasitas
penyuluh pertanian, dan (e) terbatasnya fasilitasi proses pembelajaran (percontohan dan model
usaha tani). Oleh karena itu, kelembagaan BPK/BP3K perlu diperkuat dan diberdayakan agar
mampu melaksanakan tugas dan fungsi penyuluhan pertanian secara lebih optimal.

25
Gambar 4 BP3K Mengevaluasi Jagung Salah Satu Kecamatan Kabupaten Ciamis

Sumber: Harapanrakyat.com

4.3.2 UPTD KLK Oleh DISNAKER Kabupaten Ciamis


UPTD (Unit Pelaksana Teknisi Daerah) KLK yang diadakan oleh Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kegiatan/kursus/pelatihan yang
diarahkan untuk warga dengan usia produktif di Kabupaten Ciamis untuk mengembangkan
minat dan potensi untuk memperluas lapangan pekerjaan.
Ada 5 jenis pelatihan ditawarkan di UPTD KLK Kabupaten Ciamis. Dari mulai
otomotif, pengelolaan hasil pertanian (tata boga), menjahit, komputer, dan tata rias
(kecantikan).

Gambar 5 KLK DISNAKER di Kabupaten Ciamis

Sumber: Harapanrakyat.com

26
BAB 5
HASIL ANALISIS

5.1 Analisis Location Quotient


Analisis Location Quotient yang akan dilakukan pada data Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Jawa Barat dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis pada tahun
2015-2019. Berikut merupakan data Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten Ciamis 2015-2019:

Tabel 10. PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Provinsi Jawa Barat 2015-
2019 (Milyar Rupiah)
Kategori Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

A Pertanian, Kehutanan, 92802,8 98096,6 99669,37 101777,2 104656,78


dan Perikanan

B Pertambangan dan 27403,8 27138,7 26589,93 25496,23 24791,42


Penggalian

C Industri Pengolahan 524466,7 549471,4 578858,48 616441,68 641352,05

D Pengadaan Listrik dan 5939,7 6139,5 5438,11 5438,95 5373,58


Gas

E Pengadaan Air, 949 1009 1080,96 1134,53 1168,93


Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang

F Konstruksi 98555,3 103507,1 111001,03 119305,16 126631,2

G Perdagangan Besar 190440,1 198865,4 207909,71 216613,83 232876,12


dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor

H Transportasi dan 56320 61297,4 64258,64 67701,98 71064,36


Pergudangan

I Penyediaan 29776,5 32559,4 35285,42 38160,14 40928,32


Akomodasi dan
Makan Minum

J Informasi dan 41878,8 47856,8 53527,16 58420,75 63861,23


Komunikasi

K Jasa Keuangan dan 29521,6 33030,5 34179,94 35727,39 36520,83


Asuransi

27
L Real Estate 13837,7 14738,1 16109,92 17663,39 19348,73

M, N Jasa Perusahaan 4932,6 5335 5784,33 6284,13 6861,26

O Administrasi 24987,4 25739,1 26933,35 27360,56 28754,68


Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 32418,9 34885,8 37909,72 40075,48 42156,3

Q Jasa Kesehatan dan 8880,8 9723 10537,79 11369,96 12448,02


Kegiatan Sosial

R, S, T, U Jasa lainnya 24120,8 26226,5 28790,56 30717,76 32912,01

PRODUK DOMESTIK 1207232,5 1275619,3 1343864,4 1419689,1 1491705,8


REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 11. PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Kabupaten Ciamis 2015-2019
(Milyar Rupiah)
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, 3918,6 4075,07 4165,07 4261,1 4387,51


dan Perikanan

Pertambangan dan 38,45 38,18 38,23 39,37 38,37


Penggalian

Industri Pengolahan 1384,13 1477,35 1553,86 1664,73 1745,44

Pengadaan Listrik dan 12,53 13,28 13,56 14,75 15,43


Gas

Pengadaan Air, 6,03 6,39 6,84 7,52 8,23


Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

Konstruksi 1658,17 1732,76 1857,99 2029,8 2156,55

Perdagangan Besar dan 3902,99 4187,45 4396,18 4615,62 4885,27


Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor

Transportasi dan 2113,38 2245,13 2362,85 2498,03 2661,21


Pergudangan

28
Penyediaan Akomodasi 725,63 775,85 829,54 886,76 959,69
dan Makan Minum

Informasi dan 693,33 782,92 875,4 955,36 1043,44


Komunikasi

Jasa Keuangan dan 658,16 704,17 724,51 753,86 759,47


Asuransi

Real Estate 559,97 588,08 642,53 704,32 771,6

Jasa Perusahaan 157,84 169,08 183,22 199,69 217,88

Administrasi 656,48 670,89 677,21 677,88 685,87


Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 810,2 859,61 933,25 989,16 1040,27

Jasa Kesehatan dan 160,23 174,01 188,55 203,8 220,49


Kegiatan Sosial

Jasa lainnya 323,79 344,76 377,97 403,33 432,16

PRODUK DOMESTIK 17779,91 18844,98 19826,76 20905,08 22028,88


REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Ciamis

Berikut merupakan hasil analisis LQ dari masing-masing sektor di Kabupaten Ciamis


terhadap Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015-2019.

Tabel 12. Hasil Analisis LQ Tahun 2015-2019


Kategori PDRB 2015 2016 2017 2018 2019 x̄ LQ B/NB

Pertanian, 2,87 2,81 2,83 2,84 2,84 2,84


Kehutanan, dan B
Perikanan

Pertambangan dan 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 NB


Penggalian

Industri Pengolahan 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 NB

Pengadaan Listrik 0,14 0,15 0,17 0,18 0,19 0,17 NB


dan Gas

Pengadaan Air, 0,43 0,43 0,43 0,45 0,48 0,44 NB


Pengelolaan

29
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang

Konstruksi 1,14 1,13 1,13 1,16 1,15 1,14 B

Perdagangan Besar 1,39 1,43 1,43 1,45 1,42 1,42


dan Eceran;
B
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor

Transportasi dan 2,55 2,48 2,49 2,51 2,54 2,51


B
Pergudangan

Penyediaan 1,65 1,61 1,59 1,58 1,59 1,61


Akomodasi dan B
Makan Minum

Informasi dan 1,12 1,11 1,11 1,11 1,11 1,11


B
Komunikasi

Jasa Keuangan dan 1,51 1,44 1,44 1,43 1,41 1,45


B
Asuransi

Real Estate 2,75 2,70 2,70 2,71 2,70 2,71 B

Jasa Perusahaan 2,17 2,15 2,15 2,16 2,15 2,15 B

Administrasi 1,78 1,76 1,70 1,68 1,62 1,71


Pemerintahan,
Pertahanan dan B
Jaminan Sosial
Wajib

Jasa Pendidikan 1,70 1,67 1,67 1,68 1,67 1,68 B

Jasa Kesehatan dan 1,23 1,21 1,21 1,22 1,20 1,21


B
Kegiatan Sosial

Jasa lainnya 0,91 0,89 0,89 0,89 0,89 0,89 NB

Sumber: Analisis Penulis, 2021

Setelah menganalisis tiap sektor menggunakan analisis LQ, terdapat 12 sektor yang LQ
> 1, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan
besar dan eceran, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real
estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, sektor jasa pendidikan, serta
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor-sektor tersebut disebut sebagai sektor basis

30
(base sector) atau sektor komoditas. Dimana sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang
punggung perekonomian daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup tinggi.
Sedangkan untuk LQ < 1, ada 5 sektor yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang, serta sektor jasa lainnya. Sektor-sektor ini disebut sektor non-
basis (non-base sector) atau sektor non-komoditas. Sektor non-basis adalah sektor-sektor
lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ini termasuk salah satu sektor basis di
Kabupaten Ciamis dengan nilai LQ 2,84 membuatnya tertinggi jika dibandingkan dengan
sektor-sektor lainnya, sehingga hal ini sesuai dalam mendukung peran Kabupaten Ciamis
sebagai daerah pengumpul/penghasil bahan baku untuk kawasan agropolitan.

5.2 Analisis Shift Share

Tabel 13. Shift Share Komoditas Padi dan Palawija Kabupaten Ciamis
Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria

Padi -3408,69 Tumbuh -23931,92 Tidak -27340,61 Lamban


lambat berdaya
saing

Jagung 1739,00 Tumbuh 17745,74 Berdaya 19484,74 Progresif


cepat saing
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Tabel 14. Shift Share Komoditas Sayur-Sayuran Kabupaten Ciamis


Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria

Bawang -2211,64 Tumbuh 4983,23 Berdaya 2771,59 Progresif


Daun lambat saing

Bawang 21,62 Tumbuh 256,64 Berdaya 278,26 Progresif


Merah cepat saing

Petsai/Sawi -533,99 Tumbuh 8818,90 Berdaya 8284,91 Progresif


lambat saing

Buncis -146,45 Tumbuh 268,82 Berdaya 122,37 Progresif


lambat saing

Bayam -113,87 Tumbuh -598,76 Tidak -712,63 Lamban


lambat berdaya
saing

Cabe Besar -2076,13 Tumbuh -9621,24 Tidak -11697,37 Lamban


lambat berdaya
saing

31
Cabe Rawit -400,18 Tumbuh -6742,11 Tidak -7142,28 Lamban
lambat berdaya
saing

Tomat 886,10 Tumbuh 4164,18 Berdaya 5050,28 Progresif


cepat saing

Labu Siam 2,09 Tumbuh 2024,44 Berdaya 2026,53 Progresif


cepat saing

Kangkung -490,87 Tumbuh -360,14 Tidak -851,01 Lamban


lambat berdaya
saing

Ketimun -1329,68 Tumbuh -1938,74 Tidak -3268,41 Lamban


lambat berdaya
saing

Kembang 34,32 Tumbuh 338,46 Berdaya 372,79 Progresif


Kol cepat saing

Kubis -94,51 Tumbuh 426,04 Berdaya 331,54 Progresif


lambat saing

Jamur 211,58 Tumbuh 10125,28 Berdaya 10336,86 Progresif


lambat saing
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Tabel 15. Shift Share Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Ciamis

Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria


Tumbuh Berdaya Lamban
Lambat Saing
Mangga -9400,54 4,35 -5,27
Tumbuh Berdaya Lamban
Lambat Saing
Durian -1131,63 2,87 -8,44
Tumbuh Tidak Lamban
Cepat Berdaya
saing
Jeruk 57589,82 -11,04 -5,30
Tumbuh Tidak Lamban
Cepat Berdaya
saing
Pisang 36797,26 -1632,73 -1264,76

32
Tumbuh Tidak Lamban
Cepat Berdaya
saing
Pepaya 46278,01 -132,42 -86,14
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
saing
Nanas -11,75 -1,41 -1,53
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Tabel 16. Shift Share Komoditas Perikanan Kabupaten Ciamis

Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria

Tumbuh Berdaya Progresif


Lambat Saing
Gurame -1171,72 76196,84 7525,12

Tumbuh Berdaya Progresif


Cepat Saing
Udang
Galah 367,1 67311,97 673,12

Tumbuh Berdaya Progresif


Lambat Saing
Nila -2077,59 79632,24 79424,48
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Tabel 17. Shift Share Komoditas Peternakan Kabupaten Ciamis

Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria


Tumbuh Tidak Lamban
Cepat Berdaya
Saing
Sapi 80999,12 -91138,2 -10139
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Kerbau -24,19 -455,92 -2874,93
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Kuda -97,78 -2,9 -100,65

33
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Domba -167,74 -10530,1 -1783,04
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Kambing -10935,9 -16477,4 -1258,36
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Gambar 6 Tipologi Klassen

Sumber: Analisa Penulis, 2021

Dalam analisis shift share, hasil yang didapatkan akan diinterpretasikan menggunakan
tipologi klassen yang terdiri dari 4 kuadran, yakni:
● Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing untuk sektor-sektor
tersebut baik.
● Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing untuk sektor-sektor tersebut tidak baik.
● Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik.
● Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing untuk sektor-sektor tersebut
tergolong baik.

Tabel 18. Tipologi Klassen Hasil Shift Share


PPWij + PPWij -

PPij + Kuadran I Kuadran II

34
Jagung, bawang merah, Sapi, Udang Galah, Jeruk,
tomat, labu siam, kembang Pisang, Pepaya
kol

PPij - Kuadran III Kuadran IV


Bawang daun, sawi, buncis, Padi, bayam, cabe besar,
kubis, jamur, Nila, Gurame, cabe rawit, kangkung,
Mangga, Durian ketimun, Kerbau, Kuda,
Domba, Kambing, Nanas
Sumber: Analisa Penulis, 2021

Dari hasil analisa perhitungan yang dilakukan maka didapatkan komoditas unggulan
yakni jagung, bawang daun, bawang merah, sawi, buncis, tomat, labu siam, kembang kol,
kubis, jamur, Nila, Gurame, Mangga, dan Durian. Akan tetapi, dari semua komoditas unggulan
yang teridentifikasi, yang masuk ke dalam kuadran I yang berarti komoditas tersebut
produksinya tumbuh cepat dan berdaya saing adalah komoditas jagung, bawang merah, tomat,
labu siam, kembang kol.

5.3 Analisis SWOT


Setelah mengetahui analisis LQ di atas, selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunities, and Threats). Langkah pertama dimulai dengan membagi
analisis internal dan eksternal. Analisis Internal adalah analisis yang dihasilkan dari pihak
dalam/ internal maupun sumber daya yang ada di Kabupaten Ciamis sendiri. Biasanya analisis
internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).
Selain melakukan analisis internal, langkah selanjutnya juga melakukan analisis
eksternal. Analisis eksternal adalah analisis yang dihasilkan dari pihak luar/ eksternal dan
pengaruh-pengaruh yang dibawanya ke Kabupaten Ciamis. Biasanya analisis eksternal
meliputi penelaahan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan

Analisis Internal Sektor Agropolitan Di Kabupaten Ciamis:


1. Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan agraris dari alamnya, sehingga memiliki
ketersediaan air dan curah hujan yang baik untuk mengembangkan pertanian, dan
perkebunan
2. Pemerintahan Kabupaten Ciamis sudah menjalankan berbagai macam pelatihan agar
sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan di Kabupaten Ciamis tetap
menjadi sektor unggulan
3. Para petani di Kabupaten Ciamis kurang menguasai dan belum menerapkan teknologi
budidaya total organik
4. Pemerintah Daerah mendukung penuh pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kabupaten Ciamis
5. Kondisi embung dan jaringan irigasi yang baik di Kawasan Agropolitan Kabupaten
Ciamis
6. Masih terdapat banyak penduduk yang bermata pencaharian utama sebagai petani dan
peternak

35
7. Masih kurang ditegakkannya kebijakan/peraturan dari pemerintah daerah yang
mengatur serta mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan
8. Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah Kabupaten agar tetap mengutamakan komoditas
9. Banyaknya petani yang masih berpendidikan rendah sehingga sulit untuk diajarkan
berinovasi terhadap komoditas agropolitan
Analisis Eksternal Sektor Agropolitan Di Kabupaten Ciamis:
1. Terjadinya persaingan sektor unggulan antar Kabupaten di Provinsi Jawa Barat
2. Terjadinya fluktuasi/ naik turun harga komoditas di pasaran (Antar Kabupaten) yang
tidak stabil.
3. Masih kurangnya dana bantuan (modal) dari pemerintah pusat dalam pembangunan
sektor pertanian, hutan, peternakan, dan perikanan.
4. Kabupaten Ciamis sudah termasuk Kabupaten yang maju karena memiliki kemudahan
untuk mendapatkan informasi pasar.
5. Pengaruh modernisasi budaya pekerjaan dari luar sehingga mengurangi minat para
warga usia produktif untuk bekerja di bidang agropolitan.
6. Mulai banyak mitra yang bekerja sama dengan para petani, peternak yang ada di
kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis.
7. Permintaan yang tinggi terhadap produk pertanian dari Kawasan Agropolitan
Kabupaten Ciamis.
8. Adanya program pemerintah pusat dalam meningkatkan swasembada pangan dan
bantuan bibit serta pupuk

Melalui hasil analisis internal dan eksternal diatas, selanjutnya adalah membuat tabel
S-W-O-T dari analisis yang sudah dilakukan, lalu memberikan kode bagi setiap point/ hasil
analisis yang sudah dilakukan. Tabel analisa sebagai berikut:

Tabel 19. Analisis S-W-O-T


STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan agraris Para petani di Kabupaten Ciamis kurang
dari alamnya, sehingga memiliki ketersediaan air menguasai dan belum menerapkan teknologi
dan curah hujan yang baik untuk budidaya total organik (W1)
mengembangkan pertanian, dan perkebunan (S1)
I Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah
N Pemerintahan Kabupaten Ciamis sudah Kabupaten agar tetap mengutamakan
T menjalankan berbagai macam pelatihan agar komoditas unggulan (W2)
E sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan
R peternakan di Kabupaten Ciamis tetap menjadi Banyaknya petani yang masih berpendidikan
N
sektor unggulan (S2) rendah sehingga sulit untuk diajarkan
A
L berinovasi terhadap komoditas agropolitan
Kondisi embung dan jaringan irigasi yang baik di (W3)
Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis (S3)

36
Pemerintah Daerah mendukung penuh Masih kurang diterapkannya
pengembangan Kawasan Agropolitan di kebijakan/peraturan dari pemerintah daerah
Kabupaten Ciamis (S4) yang mengatur serta mendukung
pengembangan Kawasan Agropolitan (W4)
Masih terdapat banyak penduduk yang bermata
pencaharian utama sebagai petani dan peternak
(S5)

OPPORTUNITIES (O) THREATS (T)

Kabupaten Ciamis sudah termasuk Kabupaten Terjadinya persaingan sektor unggulan antar
yang maju karena memiliki kemudahan untuk Kabupaten di Provinsi Jawa Barat (T1)
E mendapatkan informasi pasar (O1)
K Terjadinya fluktuasi/ naik turun harga
S Permintaan yang tinggi terhadap produk komoditas di pasaran (Antar Kabupaten) yang
T pertanian dari Kawasan Agropolitan di tidak stabil (T2)
E Kabupaten Ciamis (O2)
R Masih kurangnya dana bantuan (modal) dari
N Adanya program pemerintah pusat dalam
A meningkatkan swasembada pangan dan bantuan pemerintah pusat dalam pembangunan sektor
L bibit serta pupuk (O3) pertanian, hutan, peternakan, dan perikanan
(T3)
Mulai banyak mitra yang bekerja sama dengan
para petani, peternak yang ada di kawasan Pengaruh modernisasi budaya pekerjaan dari
Agropolitan Kabupaten Ciamis (O4) luar sehingga mengurangi minat para warga
usia produktif untuk bekerja di bidang
agropolitan (T4)
Sumber: Analisis Penulis, 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui perumusan SWOT dengan jumlah S (Strength)
terdapat lima poin analisis, W (Weakness) terdapat empat poin analisis, O (Opportunities)
terdapat 4 poin analisis, T (Threats) terdapat empat poin analisis. Setelah mendapatkan setiap
masing masing poin tersebut adalah melakukan analisis EFAS-IFAS pada sub bab berikutnya.

37
5.4 Analisis EFAS IFAS
Berikut ini merupakan tabel formulasi strategi matriks EFAS-IFAS:

Tabel 20. Formulasi Strategi Matriks EFAS IFAS


IFAS
Strengths (S) Weaknesses (W)

EFAS

Strategi SO Strategi WO
(S4-O3) (W4-O3)
Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani dari Strategi peningkatan keterampilan petani melalui melalui
pemerintah pusat dengan spesialisasi keterampilan kebijakan pemerintah daerah untuk mendukung
pengolahan hasil pertanian menuju pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis
penumbuhkembangan agropolitan di Kabupaten
Opportunities (O) Ciamis (W3-O4)
Pemerintah memfasilitasi petani untuk mendapatkan mitra
(S4-O4) pihak swasta seperti perusahaan peralatan produksi, pupuk,
Menguatkan peran pemerintah dalam upaya obat-obatan agar mendapatkan harga yang lebih murah
penguatan kelembagaan kelompok tani. Strategi ini
untuk memanfaatkan peluang bermitra dengan (W3-O2)

38
pihak swasta atau pihak lainnya Pembangunan Koperasi Pertanian yang berada di Kawasan
Agropolitan. Strategi ini untuk mengatasi kelemahan koperasi
pertanian yang belum berjalan secara optimal dalam
mendukung pengembangan Agropolitan.

Strategi ST Strategi WT

(S1-T2) (W3-T4)
Threats (T) Mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk Mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada pelaku
mengembangkan sektor pertanian yang didukung agribisnis tentang teknologi pertanian di Kabupaten Ciamis
oleh sektor industri pengolahan dalam
pengembangan agropolitan. Strategi ini untuk
mengatasi ancaman fluktuasi harga yang ekstrim di
pasar

Sumber: Analisis Penulis, 2021

39
BAB 6
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH

6.1 Potensi dan Masalah Kabupaten Ciamis Dalam Isu Agropolitan


Potensi Isu Agropolitan di Kabupaten Ciamis:
1) Dengan kelembagaan dan program yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dan
pemerintah pusat untuk sektor Agropolitan
: Kelembagaan dan program yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat merupakan langkah awal dari keseriusan membangun
Kabupaten Ciamis menjadi kawasan yang mengarah pada pengembangan
konsep Agropolitan.

2) Sudah adanya kebijakan yang mengatur pengalokasian komoditas komoditas


bidang Agropolitan di Kabupaten Ciamis (RPJMD)
: Kebijakan RPJMD (Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah) Kabupaten
Ciamis merupakan salah satu pedoman bagi pelaksanaan konsep agropolitan.
Namun masih dibutuhkan kebijakan yang lebih rinci dan spesifik seperti
Masterplan Agropolitan di Kabupaten Ciamis, dan kebijakan serta peraturan
lainnya.

Masalah Isu Agropolitan di Kabupaten Ciamis:


1) Masih kurangnya dana bantuan (modal) dari pemerintah pusat dalam
pembangunan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
: Dana bantuan (modal) dari Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan hal paling
utama dalam melaksanakan perencanaan wilayah. Namun kenyataanya
Kabupaten Ciamis belum mendapatkan modal yang menyokong kegiatan sektor
agropolitan sepenuhnya.

2) Banyaknya petani yang masih berpendidikan rendah sehingga sulit untuk


diajarkan berinovasi terhadap komoditas agropolitan
: Akses untuk mencapai pendidikan merupakan salah satu hal paling moral yang
dibutuhkan untuk membangun sebuah kawasan. Maka dari itu dibutuhkan
petani/peternak dengan kapasitas pendidikan yang lebih maju di Kabupaten
Ciamis. Petani/Peternak yang bisa mengembangakn konsep modernisasi
farming agar dapat membangun Kabupaten Ciamis.

6.2 Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Ciamis


Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada serta analisis-analisis yang telah
dilakukan, maka diperlukan formulasi strategi pengembangan sektor unggulan yang dapat
mendukung peran Kabupaten Ciamis sebagai kawasan agropolitan.
Dengan sektor basis/unggulannya berupa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,
hal ini sesuai dalam mendukung peran Kabupaten Ciamis sebagai daerah pengumpul/penghasil

40
bahan baku untuk kawasan agropolitan. Mengingat Kabupaten Ciamis merupakan salah satu
kawasan andalan agropolitan di Provinsi Jawa Barat, maka dianggap perlu dilakukan
pengembangan dengan pendekatan Local Economic Development (LED) untuk menunjang
kegiatan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Ciamis. Untuk itulah strategi
pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut:
1. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dan usaha, dalam hal ini pemerintah
dapat memfasilitasi petani untuk mendapatkan kemitraan dengan pihak swasta.
Dengan adanya pengembangan ekonomi lokal ini akan memberikan kesempatan
kerja maupun usaha bagi masyarakat Kabupaten Ciamis sehingga meningkatkan
tingkat penyerapan tenaga kerja.
2. Pemberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan
pemasaran. Pengembangan ekonomi ini dilaksanakan dengan memberdayakan
masyarakat dengan mengembangkan usaha-usaha kecil dan mikro di suatu daerah.
3. Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani dari pemerintah pusat dengan
spesialisasi keterampilan pengolahan hasil pertanian menuju penumbuhkembangan
sektor pertanian untuk menunjang peran agropolitan di Kabupaten Ciamis.
4. Pemberdayaan kelembagaan jaringan kerjasama kemitraan antara pemerintah,
swasta, dan masyarakat lokal. Menguatkan peran pemerintah dalam upaya
penguatan kelembagaan kelompok tani. Strategi ini untuk memanfaatkan peluang
bermitra dengan pihak swasta atau pihak lainnya.
5. Mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mengembangkan sektor pertanian
yang didukung oleh sektor industri pengolahan dalam pengembangan agropolitan.
Komoditas unggulan yang telah teridentifikasi dapat dikembangkan menjadi
produk olahan khas daerah dengan citra tersendiri, sehingga meningkatkan nilai dari
bahan baku komoditas tersebut.

41
BAB 7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat program pemerintahan dalam mendukung pengembangan kawasan
agropolitan di Kabupaten Ciamis yaitu:
I. Program BP3K (Balai Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan) Kabupaten
Ciamis
II. UPTD KLK (Kursus Latihan Kerja) DISNAKER di Kabupaten Ciamis
2. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai nilai LQ 2,84 yang merupakan
sektor tertinggi di Kabupaten Ciamis dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
3. Komoditas basis yang ada di wilayah perencanaan diantaranya sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran,
sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum,
sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate,
sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, sektor jasa pendidikan, serta
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
4. Sedangkan untuk komoditas non basis yang ada di wilayah perencanaan diantaranya
sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan
listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, serta
sektor jasa lainnya.
5. Terdapat rumusan strategi pengembangan komoditas basis Kabupaten Ciamis untuk
mendukung pengembangan kawasan agropolitan.

7.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang akan diberikan yaitu:
1. Perlu adanya upaya dari pemerintah dalam upaya penguatan kelembagaan kelompok
tani untuk memanfaatkan peluang bermitra dengan pihak swasta atau pihak lainnya
2. Perlu adanya upaya dari pemerintah pusat spesialisasi keterampilan pengolahan hasil
pertanian untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani guna menuju
penumbuhkembangan agropolitan di Kabupaten Ciamis
3. Penyediaan fasilitas untuk petani agar mendapatkan mitra pihak swasta seperti
perusahaan peralatan produksi, pupuk, obat-obatan agar mendapatkan harga yang lebih
murah
4. Pembangunan Koperasi Pertanian yang berada di Kawasan Agropolitan untuk
mengatasi kelemahan koperasi pertanian yang belum berjalan secara optimal dalam
mendukung pengembangan Agropolitan

42
BAB 8
LESSON LEARNED

1. Analisis Location Quotient (LQ) dapat menghasilkan hasil analisis dari setiap sektor
yang terdiri dari sektor basis dan sektor non-basis. Serta menghasilkan sektor yang
sesuai dalam mendukung peran Kabupaten Ciamis sebagai daerah
pengumpul/penghasil bahan baku untuk kawasan agropolitan.
2. Analisis SWOT dapat menghasilkan hasil analisis internal berupa Strengths dan
Weaknesses dan analisis eksternal berupa Opportunities dan Threats.
3. Analisis EFAS dan IFAS dapat menghasilkan faktor strategis dari masing-masing aspek
internal dan aspek eksternal dari analisis SWOT yang telah dilakukan dan dihubungkan
satu sama lain.
4. Terdapat beberapa permasalahan yang ada di wilayah perencanaan sehingga perlu
adanya strategi pengembangan sektor unggulan yang dapat mendukung peran
Kabupaten Ciamis sebagai kawasan agropolitan.
5. Dalam pengembangan sektor unggulan yang dapat mendukung peran wilayah
perencanaan sebagai kawasan agropolitan, terdapat beberapa analisis yang digunakan
diantaranya analisis Location Quotient (LQ), analisis SWOT, analisis Shift Share, dan
analisis EFAS IFAS.
6. Adanya Surat Keputusan Bupati Ciamis yang dirintis sejak tahun 2007 yaitu SK Bupati
Ciamis Nomor 520/Kpts.511-Huk/2007 tentang Kawasan Agropolitan Kabupaten
Ciamis yang berisi tentang penetapan kecamatan yang menjadi Kawasan Agropolitan
di Kabupaten Ciamis.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ciamis, P. K. (2019). RPJMD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2019-2024. Kabupaten Ciamis:


Pemerintahan Kabupaten Ciamis.
Fatimah, F. N. (2019). Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Ciamis.
Prosiding Ilmu Ekonomi .
Gandasasmita, S. (2013). Upaya BP3K (Balai Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan)
Dalam Meningkatkan Kemandirian Kelompok Tani Melalui Pelatihan Kewirausahaan
Di Desa Mekarsari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis. Jurnal EMPOWERMENT
Vol.2 No.2 .
Henriyani, E. (2016). Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Wilayah Utara Kabupaten
Ciamis.
Ismi. (2019). EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
CEPAT TUMBUH AGROPOLITAN KABUPATEN CIAMIS.
Simanjuntak, D. (2013). Potensi Wilayah Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Di
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.3 Feburari.
Yuniawan, A. (2018). Pembangunan Ekonomi Wilayah Kabupaten Ciamis Berbasis
Komoditas Peternakan. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis,
109-120.

44

Anda mungkin juga menyukai