KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah yang berjudul
“Formulasi Strategi Pengembangan Sektor Unggulan Kabupaten Ciamis Dalam Mendukung
Peran Agropolitan”.
Selama proses penulisan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada Kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tugas ini yaitu:
1. Nida Farikha, ST., MT sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah yang telah
membantu kami dan memberikan banyak masukan dan saran yang bermanfaat
dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Surya Hadi Kusuma, ST., MT sebagai dosen mata kuliah Perencanaan Wilayah
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan
ilmu dan saran yang sangat bermanfaat.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan pembaca. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
DAFTAR TABEL 4
DAFTAR TABEL 4
BAB 1 5
PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Permasalahan 6
1.3 Tujuan dan Sasaran 6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian 7
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah 7
1.4.2 Ruang Lingkup Materi 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.6 Sistematika Pembahasan 7
1.7 Kerangka Berpikir 8
BAB 2 9
TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kajian Kebijakan 9
2.1.1 RPJMD Kabupaten Ciamis 9
2.2 Kajian Literatur 12
2.2.1 Pengembangan Wilayah 12
2.2.2 Konsep Agropolitan 13
2.3 Sintesa Pustaka 15
BAB 3 16
METODOLOGI 16
3.1 Metode Pengumpulan Data 16
3.1.1 Deskriptif Kualitatif 16
3.2 Metode Analisis Data 16
3.2.1 Analisis Location Quotient (LQ) 16
3.2.2 Analisis Shift Share 17
3.2.3 Analisis SWOT 19
2
3.2.4 Analisis EFAS IFAS 19
BAB 4 20
GAMBARAN UMUM WILAYAH 20
4.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 20
4.2 Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 21
4.2.1 Pertanian 21
4.2.2 Perikanan 24
4.2.3 Peternakan 25
4.3 Program Pemerintahan Dalam Mendukung Peran Agropolitan 25
4.3.1 Program BP3K Kabupaten Ciamis 25
4.3.2 UPTD KLK Oleh DISNAKER Kabupaten Ciamis 26
BAB 5 27
HASIL ANALISIS 27
5.1 Analisis Location Quotient 27
5.2 Analisis Shift Share 31
5.3 Analisis SWOT 35
5.4 Analisis EFAS IFAS 38
BAB 6 40
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH 40
6.1 Potensi dan Masalah Kabupaten Ciamis Dalam Isu Agropolitan 40
6.2 Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Ciamis 40
BAB 7 42
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 42
7.1 Kesimpulan 42
I. Program BP3K (Balai Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan) Kabupaten Ciamis
42
II. UPTD KLK (Kursus Latihan Kerja) DISNAKER di Kabupaten Ciamis 42
7.2 Rekomendasi 42
BAB 8 43
LESSON LEARNED 43
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Teknis Perencanaan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Ciamis serta RDTR
Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2019. Arah pengembangan komoditas
unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis tertuang dalam Rencana Induk
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Agropolitan Kabupaten Ciamis Tahun 2010
sebagai berikut: Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM); Pengembangan Permodalan;
Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Rakyat; Pengembangan Usaha Agribisnis; dan
Pengembangan Sarana-Prasarana dan Iklim Usaha.
Berdasarkan (Diana, 2015) menyebutkan bahwa Kawasan Agropolitan Kabupaten
Ciamis masih mengalami beberapa permasalahan. Dari segi kondisi sumber daya manusia,
secara umum masih merupakan masyarakat miskin berpenghasilan rendah, tercatat pada tahun
2015 pendapatan perkapita Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis adalah 11,97 juta rupiah
per tahun (BPS Provinsi Jawa Barat, 2015). Selain itu, keberadaan organisasi yang menjadi
wadah bagi para petani berupa kelompok tani masih belum terasa, sebagian dari para petani
enggan untuk bergabung membentuk suatu kelompok. Mereka masih memandang dengan
bergabungnya mereka dengan suatu kelompok tani tidak memberikan manfaat yang besar bagi
dirinya (Diana, 2015). Dari segi kondisi sarana dan prasarana yang menyangkut sistem
agribisnis dan sistem penunjang lainnya belum memadai. Misalnya saja, Sub Terminal
Agribisnis di Kecamatan Panumbangan yang belum beroperasi secara optimal bahkan tidak
ada aktifitas yang berarti sejak dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2004.
Guna mendukung pengembangan kawasan agropolitan, Kabupaten Ciamis perlu untuk
melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan harus terfokus agar mewujudkan
kondisi ideal dan efisien. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memfokuskan suatu kegiatan
pembangunan, salah satunya dengan melihat sektor basis dari suatu wilayah. Dengan
mengetahui sektor basis suatu wilayah, maka diketahui sektor mana yang merupakan sektor
unggulan dari wilayah tersebut. Sehingga, dengan diketahuinya sektor unggulan suatu wilayah,
maka pembangunan dapat mengutamakan sektor unggulan tersebut sebagai prioritas.
6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup dari wilayah studi penelitian meliputi Kabupaten Ciamis. Kabupaten Ciamis
terletak di Provinsi Jawa Barat dan secara geografis terletak berada pada koordinat 108 0 20
sampai dengan 1080 40 Bujur Timur dan 70 40 20 sampai dengan 70 41 20 Lintang Selatan.
Luas wilayah Ciamis sebesar 244,479 Ha atau 7,73 persen dari total luas daratan Provinsi Jawa
Barat. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Ciamis dibagi ke dalam 27 Kecamatan, 7
kelurahan, dan 258 desa. Berdasarkan letak administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan
dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
● Sebelah Barat : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya
● Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
● Sebelah Selatan : Kabupaten Pangandaran
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup pembahasan yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini meliputi
pengembangan kawasan agropolitan dengan pendekatan analisis ekonomi wilayah.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian yang akan
dilakukan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup wilayah dan substansi
penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
Bab ini berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi yang berkaitan dengan
penelitian. Tinjauan pustaka menguraikan teori tentang definisi dan penjelasan lebih
lanjut mengenai mitigasi dan adaptasi kota di masa pandemi.
7
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum di wilayah penelitian yaitu Kabupaten
Ciamis dalam mengembangkan kawasan agropolitan.
Bab ini menjelaskan hasil kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan juga
rekomendasi serta saran sesuai dengan tujuan dan manfaat yang sudah disusun.
Analisis SWOT
Analisis EFAS-IFAS
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
Kawasan Hortikultura 4.577,53
Kawasan Perkebunan 33.362,02
Kawasan Peruntukan Industri 495,70
Kawasan Permukiman Perkotaan 18.785,14
Kawasan Permukiman Perdesaan 13.368,86
Badan Air
Sungai 1.183,52
Danau 112,23
Luas Kabupaten Ciamis 159.767,67
Sumber : Revisi RTRW Kabupaten Ciamis 2017-2037
Kabupaten Ciamis memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Hingga saat
ini, pertanian merupakan sektor utama yang membentuk pola hidup masyarakat, baik secara
ekonomi, sosial dan budaya. Kabupaten Ciamis memiliki potensi yang cukup besar di sektor
pertanian sehingga menjadi salah satu sentra penghasil komoditas tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Kawasan pertanian adalah gabungan dari sentra-sentra pertanian yang terkait secara
fungsional baik dalam faktor sumber daya alam, sosial budaya, maupun infrastruktur,
sedemikian rupa sehingga memenuhi batasan luasan minimal skala ekonomi dan efektivitas
manajemen pembangunan wilayah.
a. Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Ciamis. Dengan dialokasikannya luas lahan sawah di Kabupaten Ciamis tersebut, akan terdapat
kelebihan luas lahan sawah yang diharapkan dapat memacu surplus padi di Kabupaten Ciamis
sehingga dapat menjadi pemasok tanaman pangan bagi wilayah lain di luar Kabupaten Ciamis.
Peruntukkan kawasan tanaman pangan atau LP2B di Kabupaten Ciamis ditetapkan
dengan mempertimbangkan keberadaan, sebagai berikut:
1. Lahan sawah subur dengan irigasi teknis;
2. Lahan sawah subur dengan irigasi sederhana/desa; dan
3. Lahan sawah tadah hujan cukup subur.
b. Kawasan Hortikultura
Hortikultura merupakan sektor kegiatan yang sangat berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat terutama petani. Komoditas hortikultura juga relatif memiliki kandungan
gizi yang baik sehingga juga dapat menunjang kesejahteraan nutrisi masyarakat.
Kecamatan Panjalu dan Sukamantri merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai
potensi pengembangan hortikultura khususnya komoditas sayuran (cabai besar, tomat,
mentimun, dll). Kecamatan Sukamantri juga merupakan daerah yang memiliki potensi untuk
berbagai komoditas hortikultura, dengan produksi utamanya yaitu cabai besar. Kecamatan
Sukamantri merupakan Kecamatan dengan produksi cabai besar terbesar di Kabupaten Ciamis.
c. Kawasan Perkebunan
10
Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan dikelola oleh rakyat maupun
pemerintah. Lahan potensial dengan peruntukkan pengembangan tanaman tahunan/
perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis. Dengan
arahan pengembangan terutama pada lahan-lahan yang kurang/tidak mendukung untuk
pengembangan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Untuk mencapai arahan
pengembangan kawasan tanaman tahunan/perkebunan diperlukan intervensi berupa
pembangunan yang dapat menarik aktivitas kegiatan pertanian tahunan/perkebunan. Selain itu,
diperlukan pengembangan infrastruktur yang mendukung kegiatan tanaman
tahunan/perkebunan seperti jaringan jalan, jaringan komunikasi, listrik dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengelolaan kawasan perkebunan meliputi:
1. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan
perkebunan/tanaman tahunan seperti jaringan listrik, telekomunikasi, jalan,
agro industri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi tanaman
tahunan/perkebunan dan sarana prasarana lainnya yang dapat menunjang
perkebunan.
2. Pengembangan fasilitas pertanian penting (Terminal Agribisnis, Sub Terminal
Agribisnis, Outlet Agribisnis, tempat pengumpulan hasil, pergudangan, kios
sarana produksi pertanian, industri pengolahan hasil, dan lain-lain) beserta
lokasi masing-masing dengan memperhatikan potensi pertanian dan jarak
minimum (mudah dijangkau).
3. Pengembangan sumber daya manusia (petani dan aparatur pemerintah) dan
kelembagaan agribisnis.
4. Pengembangan sistem, kelembagaan keuangan, dan perkreditan, serta sistem
informasi pasar pertanian dalam rangka menunjang kesinambungan usaha
pertanian sub sektor perkebunan/tanaman tahunan.
5. Pengembangan kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan
tanaman tahunan/perkebunan.
6. Memperluas wilayah pemasaran produksi tanaman perkebunan/tanaman
tahunan, baik lokal maupun pasar ekspor.
Pengembangan agro industri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi
perkebunan/tanaman tahunan wilayah sekitarnya dan pengembangan pusat pengumpul dan
distribusi bagi pertanian dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).
Perkebunan seluas kurang lebih 23.598,38 (dua puluh tiga ribu lima ratus sembilan puluh
delapan koma tiga puluh delapan) hektar meliputi semua kecamatan.
d. Kawasan Peternakan
Pertumbuhan usaha budidaya ayam yang dilaksanakan oleh perusahaan besar
terintegrasi akan mengalihkan usaha ke Wilayah Priangan Timur (termasuk didalamnya
Kabupaten Ciamis), sejalan dengan tertutupnya penambahan jumlah/perluasan usaha dimaksud
di beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Barat (antara lain: Kabupaten Subang,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bandung), serta
beberapa wilayah di Provinsi Banten. Adapun rencana pengembangan kawasan peternakan,
terdiri dari:
1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Close House System;
11
2. Pembibitan Ayam Ras Pedaging;
3. Budidaya Ayam Ras Petelur;
4. Budidaya Ayam Bukan Ras;
5. Pembibitan Ayam Bukan Ras;
6. Pengembangan Sapi Perah;
7. Pembangunan Rumah Potong Unggas Skala Menengah;
8. Pengolahan Daging Unggas Skala Menengah;
9. Penggembalaan Terbatas Sapi Potong;
10. Budidaya Sapi Potong Penggemukan;
11. Pembibitan Sapi Potong;
12. Pasar Hewan Terpadu;
13. Sentra Kuliner Hasil Produksi Peternakan.
e. Kawasan Perikanan
Pengembangan komoditas perikanan sangat ditentukan oleh adanya dukungan lahan
dan ketersediaan air yang memenuhi standar teknis. Adapun rencana pengembangan kawasan
Perikanan, terdiri dari:
1. Pengembangan Komoditas Perikanan Berdasarkan Potensi Kewilayahan
(Sentra);
2. Sentra Kuliner Hasil Produksi Perikanan;
3. Pasar Ikan Bersih;
4. Pengembangan Benih Ikan;
5. Pengembangan Restocking;
6. Pengolahan ikan/hasil produksi perikanan.
2.2 Kajian Literatur
2.2.1 Pengembangan Wilayah
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Wilayah adalah ruang
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan
pengembangan wilayah sendiri diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan
mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang
di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan
Dahuri, 2004).
Adapun komponen-komponen yang berpengaruh dalam pengembangan wilayah
menurut Friedman dan Alonso (2008) adalah sebagai berikut.
a. Sumber Daya Lokal
Kekuatan alam yang dimiliki wilayah tersebut seperti lahan pertanian, hutan,
bahan galian, tambang dan sebagainya. Sumberdaya lokal harus dikembangkan untuk
dapat meningkatkan daya saing wilayah tersebut.
b. Pasar
Tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah sehingga wilayah
dapat berkembang.
12
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai pengolah sumber
daya yang ada.
d. Investasi
Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari adanya
investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang memiliki kondisi
kondusif bagi penanaman modal.
e. Kemampuan pemerintah
Pemerintah merupakan elemen pengarah pengembangan wilayah. Pemerintah
yang berkapasitas akan dapat mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena
sifatnya sebagai katalisator pembangunan.
f. Transportasi dan Komunikasi
Transportasi dan komunikasi berperan sebagai media pendukung yang
menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti
aliran barang, jasa dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya
suatu wilayah.
g. Teknologi
Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya
wilayah melalui peningkatan output produksi dan keefektifan kinerja sektor-sektor
perekonomian wilayah.
13
pedesaan, pusat agropolitan dan desa-desa disekitarnya yang membentuk daerah agropolitan.
Selain itu, dalam pengembangannya, kawasan tersebut juga tidak bisa terlepas dari
pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada
tingkat Provinsi (RTRW Provinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten).
14
b. Intensifikasi pertanian (agricultural intensification).
c. Pusat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non
pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services).
d. Produksi tanaman siap jual dan diversifikasi pertanian (cash crop production
and agricultural diversification).
3. Penetapan sektor unggulan:
a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor
hilirnya.
b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling
besar (sesuai dengan kearifan lokal).
c. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
orientasi ekspor.
4. Dukungan sistem infrastruktur
Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung
pengembangan kawasan agropolitan di antaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-
sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi).
5. Dukungan sistem kelembagaan.
a. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang
merupakan bagian dari Pemerintah Daerah dengan fasilitasi Pemerintah Pusat.
b. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan
kawasan agropolitan.
15
BAB 3
METODOLOGI
Keterangan:
LQ : nilai LQ
Yij : nilai output jenis industri (i) Kabupaten Ciamis
Yj : nilai total output industri Kabupaten Ciamis
Yiw : nilai output jenis industri (i) Provinsi Jawa Barat
Yw : nilai total output industri Provinsi Jawa Barat
16
3.2.2 Analisis Shift Share
Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal.
Analisis Shift-share menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan
dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan
kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift
(pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-
sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional
beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi
sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut
keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44). Analisis
Shift Share memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi keunggulan
daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah.
Analisis Shift-share dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini
digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan
pertumbuhan) suatu variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data
yang dapat digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah,
pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel
lain dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisis Shift-share, perubahan ekonomi ditentukan
oleh tiga komponen sebagai berikut.
1. Komponen Pertumbuhan Ekonomi Provinsi (KPV) (Provincial Growth)
Sebuah nilai yang menunjukkan Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional
terhadap daerah merupakan perubahan tenaga kerja sektor i (semua sektor) di
wilayah j (provinsi) dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan
nasional.
● Apabila Ns > 0 ➔ pertumbuhan sektor i di wilayah j (propinsi) memberikan
kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional,
● Apabila Ns < 0 ➔ pertumbuhan sektor i di wilayah j (propinsi) tidak
memberikan kontribusi positif dalam penyerapan tenaga kerja nasional.
PV i,t = E r,i, t-n ((𝑬 V,𝒕)/(𝑬 V, 𝒕−𝒏)) – E r, i, t-n
Keterangan
PV : Provincial Share
i : Sektor industri
t : Tahun
E : Employment atau banyaknya lapangan kerja
V : Provincial atau wilayah provinsi yang lebih tinggi jenjangnya
r : Region atau wilayah analisis
t-n : Tahun awal
17
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) (Proportional Shift)
Pertumbuhan suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat nasional. Dapat
menunjukkan apakah perekonomian di suatu wilayah terkonsentrasi pada sektor
sektor yang tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian wilayah acuan.
● Jika nilai komponen pertumbuhan proposional bernilai positif (KPP > 0) pada
wilayah atau daerah yang berspesialisasi dalam sektor secara nasional tumbuh
cepat.
● Dan jika nilai komponen pertumbuhan proposional bernilai negatif (KPP < 0)
pada wilayah atau daerah yang berspesialisasi dalam sektor secara nasional
tumbuh lambat.
P r,i,t = {( E N,i,t / E N,i,t-n) – (E N,t / E N, t-n)} x E r,i,t-n
Keterangan
P : Proportional Shift
R : Region atau wilayah analisis
E : Employment atau banyaknya lapangan Kerja
N : National atau wilayah nasional yang lebih tinggi jenjangnya
I : sektor industri
t : tahun
t-n : tahun awal
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW) (Differential Shift)
Mengukur daya saing (keunggulan komparatif) suatu sektor di suatu wilayah
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah lain.
● Jika nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah bernilai positif (KPPW > 0)
maka sektor tersebut mempunyai daya saing (comparative advantage) di
wilayah/daerah tersebut (disebut juga keuntungan lokasional).
● Jika nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah bernilai negatif (KPPW <
0) maka sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif / tidak dapat
bersaing.
D r,i,t = {E r,i,t – (E N,i,t/E N,i,t-n) x E r,i,t-n}
Keterangan
D : Differential Shift
r : region atau wilayah analisis
I : sektor industri
t : tahun
E : Employment atau banyaknya lapangan Kerja
18
N : National atau wilayah nasional yang lebih tinggi jenjangnya
t-n : tahun awal
● Kekuatan (Strengths) adalah suatu kemampuan yang khas yang dimiliki oleh suatu
organisasi agar mendapatkan keunggulan bersaing didalam pasar
● Kelemahan (Weaknesses) adalah hambatan atau kekurangan sumber daya, keahlian
atau kemampuan lain yang secara serius menghambat prestasi
● Peluang (Opportunity) adalah situasi yang paling menguntungkan dalam lingkungan
yang dihadapi oleh suatu organisasi. Jika suatu peluang tidak sampai dimanfaatkan dan
kemudian dimanfaatkan oleh pesaing, maka peluang akan berubah menjadi hambatan
suatu organisasi.
● Ancaman (Threats) adalah situasi yang paling tidak menguntungkan dalam lingkungan
yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) disusun untuk merumuskan faktor-
faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength dan Weakness komoditas.Eksternal
Strategic Analysis Summary (EFAS) merupakan suatu alat analisis yang menyajikan kondisi
eksternal Kabupaten untuk menentukan faktor peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
komoditas tertentu.
19
BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Ciamis terbagi atas dataran tinggi berupa
daerah pegunungan, yang menghasilkan produksi perkebunan dan daerah dataran rendah yang
berbatasan dengan Kabupaten Pangandaran. Daerah dataran menghasilkan tanaman pangan.
Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Ciamis dibagi ke dalam 27 Kecamatan, 7
kelurahan, dan 258 desa. Pada tahun 2019, jumlah penduduk mencapai 1.418.301 jiwa dengan
luas wilayah 1.425,68 km2 dan sebaran penduduk 845 jiwa/km2. Adapun arahan penggunaan
lahan di Kabupaten Ciamis didominasi oleh lahan perkebunan campuran seperti terlihat pada
peta berikut ini:
20
Gambar 3 Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Ciamis
Sumber: RTRW Kabupaten Ciamis 2003-2013
Tabel 3. Luas Panen Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2018
Luas Panen (Ha)
Jenis Tanaman
2014 2015 2016 2017 2018
21
Kacang Tanah 889 1.001 1.359 859 604
Tabel 4. Rata-Rata Hasil Per Hektar Padi dan Palawija di Kabupaten Ciamis Tahun 2014-
2018
Hasil Per Hektar (Kw/Ha)
Jenis Tanaman
2014 2015 2016 2017 2018
22
Kacang Kedelai 4.648 2.662 1.245 1.830 3.214
Tanaman pertanian yang juga dihasilkan di Kabupaten Ciamis adalah berupa jenis
sayur-sayuran dengan cabe besar sebagai komoditas dengan produksi terbesar pada tahun 2019.
Produksi cabe besar di Kabupaten Ciamis pada tahun 2019 mencapai 47.986 ton. Selain cabe
besar, bawang daun juga merupakan komoditas dengan tingkat produksi yang terbesar kedua
dengan produksi sebanyak 20.631 ton pada tahun 2019.
23
Tanaman buah-buahan yang memiliki tingkat produksi terbesar adalah komoditas
pisang dengan tingkat produksi sebanyak 1.742 ton. Pisang merupakan salah satu produk buah
andalan Kabupaten Ciamis dan telah mampu dipasarkan keluar daerah. Selain pisang,
komoditas unggulan Kabupaten Ciamis adalah buah pepaya, durian, dan durian.
Jeruk 8 1
4.2.2 Perikanan
Bidang perikanan di Indonesia khususnya dari Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Produksi perikanan budidaya Indonesia
990.764 ton, dan Kabupaten Ciamis memiliki produksi sebesar 7.737.091 ton (BPS,2019).
Dengan potensi perikanan terbesar adalah jenis ikan Nila sebesar 951.179 ton pada tahun 2018.
Melihat jumlah penurunan tersebut diperlukan adanya penelitian agar pengembangan
perikanan di Kabupaten Ciamis mengalami kenaikan.
24
4.2.3 Peternakan
Potensi peternakan terbesar di Kabupaten Ciamis adalah pada ternak kerbau. Jumlah
populasi domba di Kabupaten Ciamis pada tahun 2018 adalah sebanyak 175.250 ton.
Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya sebanyak 177.093
ton. Sedangkan populasi ternak terkecil adalah ternak kuda. Melihat jumlah penurunan
tersebut diperlukan adanya penelitian agar pengembangan peternakan di Kabupaten
Ciamis mengalami kenaikan.
Kuda 77 80 88 98 95
Domba 160 051 165 238 168 121 177 093 175 250
Kambing 119 224 119 430 121 540 123 293 120 310
Sumber: Kabupaten Ciamis Dalam Angka, BPS, 2019
25
Gambar 4 BP3K Mengevaluasi Jagung Salah Satu Kecamatan Kabupaten Ciamis
Sumber: Harapanrakyat.com
Sumber: Harapanrakyat.com
26
BAB 5
HASIL ANALISIS
Tabel 10. PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Provinsi Jawa Barat 2015-
2019 (Milyar Rupiah)
Kategori Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
27
L Real Estate 13837,7 14738,1 16109,92 17663,39 19348,73
Tabel 11. PDRB atas Dasar Harga Konstan (Lapangan Usaha) Kabupaten Ciamis 2015-2019
(Milyar Rupiah)
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
28
Penyediaan Akomodasi 725,63 775,85 829,54 886,76 959,69
dan Makan Minum
29
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Setelah menganalisis tiap sektor menggunakan analisis LQ, terdapat 12 sektor yang LQ
> 1, yakni sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan
besar dan eceran, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real
estate, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, sektor jasa pendidikan, serta
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor-sektor tersebut disebut sebagai sektor basis
30
(base sector) atau sektor komoditas. Dimana sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang
punggung perekonomian daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup tinggi.
Sedangkan untuk LQ < 1, ada 5 sektor yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang, serta sektor jasa lainnya. Sektor-sektor ini disebut sektor non-
basis (non-base sector) atau sektor non-komoditas. Sektor non-basis adalah sektor-sektor
lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ini termasuk salah satu sektor basis di
Kabupaten Ciamis dengan nilai LQ 2,84 membuatnya tertinggi jika dibandingkan dengan
sektor-sektor lainnya, sehingga hal ini sesuai dalam mendukung peran Kabupaten Ciamis
sebagai daerah pengumpul/penghasil bahan baku untuk kawasan agropolitan.
Tabel 13. Shift Share Komoditas Padi dan Palawija Kabupaten Ciamis
Komoditas PPij Kriteria PPWij Kriteria PBij Kriteria
31
Cabe Rawit -400,18 Tumbuh -6742,11 Tidak -7142,28 Lamban
lambat berdaya
saing
32
Tumbuh Tidak Lamban
Cepat Berdaya
saing
Pepaya 46278,01 -132,42 -86,14
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
saing
Nanas -11,75 -1,41 -1,53
Sumber: Analisa Penulis, 2021
33
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Domba -167,74 -10530,1 -1783,04
Tumbuh Tidak Lamban
Lambat Berdaya
Saing
Kambing -10935,9 -16477,4 -1258,36
Sumber: Analisa Penulis, 2021
Dalam analisis shift share, hasil yang didapatkan akan diinterpretasikan menggunakan
tipologi klassen yang terdiri dari 4 kuadran, yakni:
● Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing untuk sektor-sektor
tersebut baik.
● Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing untuk sektor-sektor tersebut tidak baik.
● Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik.
● Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing untuk sektor-sektor tersebut
tergolong baik.
34
Jagung, bawang merah, Sapi, Udang Galah, Jeruk,
tomat, labu siam, kembang Pisang, Pepaya
kol
Dari hasil analisa perhitungan yang dilakukan maka didapatkan komoditas unggulan
yakni jagung, bawang daun, bawang merah, sawi, buncis, tomat, labu siam, kembang kol,
kubis, jamur, Nila, Gurame, Mangga, dan Durian. Akan tetapi, dari semua komoditas unggulan
yang teridentifikasi, yang masuk ke dalam kuadran I yang berarti komoditas tersebut
produksinya tumbuh cepat dan berdaya saing adalah komoditas jagung, bawang merah, tomat,
labu siam, kembang kol.
35
7. Masih kurang ditegakkannya kebijakan/peraturan dari pemerintah daerah yang
mengatur serta mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan
8. Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah Kabupaten agar tetap mengutamakan komoditas
9. Banyaknya petani yang masih berpendidikan rendah sehingga sulit untuk diajarkan
berinovasi terhadap komoditas agropolitan
Analisis Eksternal Sektor Agropolitan Di Kabupaten Ciamis:
1. Terjadinya persaingan sektor unggulan antar Kabupaten di Provinsi Jawa Barat
2. Terjadinya fluktuasi/ naik turun harga komoditas di pasaran (Antar Kabupaten) yang
tidak stabil.
3. Masih kurangnya dana bantuan (modal) dari pemerintah pusat dalam pembangunan
sektor pertanian, hutan, peternakan, dan perikanan.
4. Kabupaten Ciamis sudah termasuk Kabupaten yang maju karena memiliki kemudahan
untuk mendapatkan informasi pasar.
5. Pengaruh modernisasi budaya pekerjaan dari luar sehingga mengurangi minat para
warga usia produktif untuk bekerja di bidang agropolitan.
6. Mulai banyak mitra yang bekerja sama dengan para petani, peternak yang ada di
kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis.
7. Permintaan yang tinggi terhadap produk pertanian dari Kawasan Agropolitan
Kabupaten Ciamis.
8. Adanya program pemerintah pusat dalam meningkatkan swasembada pangan dan
bantuan bibit serta pupuk
Melalui hasil analisis internal dan eksternal diatas, selanjutnya adalah membuat tabel
S-W-O-T dari analisis yang sudah dilakukan, lalu memberikan kode bagi setiap point/ hasil
analisis yang sudah dilakukan. Tabel analisa sebagai berikut:
Kabupaten Ciamis memiliki kekayaan agraris Para petani di Kabupaten Ciamis kurang
dari alamnya, sehingga memiliki ketersediaan air menguasai dan belum menerapkan teknologi
dan curah hujan yang baik untuk budidaya total organik (W1)
mengembangkan pertanian, dan perkebunan (S1)
I Kurangnya sosialisasi oleh Pemerintah
N Pemerintahan Kabupaten Ciamis sudah Kabupaten agar tetap mengutamakan
T menjalankan berbagai macam pelatihan agar komoditas unggulan (W2)
E sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan
R peternakan di Kabupaten Ciamis tetap menjadi Banyaknya petani yang masih berpendidikan
N
sektor unggulan (S2) rendah sehingga sulit untuk diajarkan
A
L berinovasi terhadap komoditas agropolitan
Kondisi embung dan jaringan irigasi yang baik di (W3)
Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis (S3)
36
Pemerintah Daerah mendukung penuh Masih kurang diterapkannya
pengembangan Kawasan Agropolitan di kebijakan/peraturan dari pemerintah daerah
Kabupaten Ciamis (S4) yang mengatur serta mendukung
pengembangan Kawasan Agropolitan (W4)
Masih terdapat banyak penduduk yang bermata
pencaharian utama sebagai petani dan peternak
(S5)
Kabupaten Ciamis sudah termasuk Kabupaten Terjadinya persaingan sektor unggulan antar
yang maju karena memiliki kemudahan untuk Kabupaten di Provinsi Jawa Barat (T1)
E mendapatkan informasi pasar (O1)
K Terjadinya fluktuasi/ naik turun harga
S Permintaan yang tinggi terhadap produk komoditas di pasaran (Antar Kabupaten) yang
T pertanian dari Kawasan Agropolitan di tidak stabil (T2)
E Kabupaten Ciamis (O2)
R Masih kurangnya dana bantuan (modal) dari
N Adanya program pemerintah pusat dalam
A meningkatkan swasembada pangan dan bantuan pemerintah pusat dalam pembangunan sektor
L bibit serta pupuk (O3) pertanian, hutan, peternakan, dan perikanan
(T3)
Mulai banyak mitra yang bekerja sama dengan
para petani, peternak yang ada di kawasan Pengaruh modernisasi budaya pekerjaan dari
Agropolitan Kabupaten Ciamis (O4) luar sehingga mengurangi minat para warga
usia produktif untuk bekerja di bidang
agropolitan (T4)
Sumber: Analisis Penulis, 2021
Dari tabel diatas dapat diketahui perumusan SWOT dengan jumlah S (Strength)
terdapat lima poin analisis, W (Weakness) terdapat empat poin analisis, O (Opportunities)
terdapat 4 poin analisis, T (Threats) terdapat empat poin analisis. Setelah mendapatkan setiap
masing masing poin tersebut adalah melakukan analisis EFAS-IFAS pada sub bab berikutnya.
37
5.4 Analisis EFAS IFAS
Berikut ini merupakan tabel formulasi strategi matriks EFAS-IFAS:
EFAS
Strategi SO Strategi WO
(S4-O3) (W4-O3)
Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani dari Strategi peningkatan keterampilan petani melalui melalui
pemerintah pusat dengan spesialisasi keterampilan kebijakan pemerintah daerah untuk mendukung
pengolahan hasil pertanian menuju pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Ciamis
penumbuhkembangan agropolitan di Kabupaten
Opportunities (O) Ciamis (W3-O4)
Pemerintah memfasilitasi petani untuk mendapatkan mitra
(S4-O4) pihak swasta seperti perusahaan peralatan produksi, pupuk,
Menguatkan peran pemerintah dalam upaya obat-obatan agar mendapatkan harga yang lebih murah
penguatan kelembagaan kelompok tani. Strategi ini
untuk memanfaatkan peluang bermitra dengan (W3-O2)
38
pihak swasta atau pihak lainnya Pembangunan Koperasi Pertanian yang berada di Kawasan
Agropolitan. Strategi ini untuk mengatasi kelemahan koperasi
pertanian yang belum berjalan secara optimal dalam
mendukung pengembangan Agropolitan.
Strategi ST Strategi WT
(S1-T2) (W3-T4)
Threats (T) Mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk Mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada pelaku
mengembangkan sektor pertanian yang didukung agribisnis tentang teknologi pertanian di Kabupaten Ciamis
oleh sektor industri pengolahan dalam
pengembangan agropolitan. Strategi ini untuk
mengatasi ancaman fluktuasi harga yang ekstrim di
pasar
39
BAB 6
KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH
40
bahan baku untuk kawasan agropolitan. Mengingat Kabupaten Ciamis merupakan salah satu
kawasan andalan agropolitan di Provinsi Jawa Barat, maka dianggap perlu dilakukan
pengembangan dengan pendekatan Local Economic Development (LED) untuk menunjang
kegiatan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan di Kabupaten Ciamis. Untuk itulah strategi
pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut:
1. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dan usaha, dalam hal ini pemerintah
dapat memfasilitasi petani untuk mendapatkan kemitraan dengan pihak swasta.
Dengan adanya pengembangan ekonomi lokal ini akan memberikan kesempatan
kerja maupun usaha bagi masyarakat Kabupaten Ciamis sehingga meningkatkan
tingkat penyerapan tenaga kerja.
2. Pemberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan
pemasaran. Pengembangan ekonomi ini dilaksanakan dengan memberdayakan
masyarakat dengan mengembangkan usaha-usaha kecil dan mikro di suatu daerah.
3. Pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani dari pemerintah pusat dengan
spesialisasi keterampilan pengolahan hasil pertanian menuju penumbuhkembangan
sektor pertanian untuk menunjang peran agropolitan di Kabupaten Ciamis.
4. Pemberdayaan kelembagaan jaringan kerjasama kemitraan antara pemerintah,
swasta, dan masyarakat lokal. Menguatkan peran pemerintah dalam upaya
penguatan kelembagaan kelompok tani. Strategi ini untuk memanfaatkan peluang
bermitra dengan pihak swasta atau pihak lainnya.
5. Mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mengembangkan sektor pertanian
yang didukung oleh sektor industri pengolahan dalam pengembangan agropolitan.
Komoditas unggulan yang telah teridentifikasi dapat dikembangkan menjadi
produk olahan khas daerah dengan citra tersendiri, sehingga meningkatkan nilai dari
bahan baku komoditas tersebut.
41
BAB 7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat program pemerintahan dalam mendukung pengembangan kawasan
agropolitan di Kabupaten Ciamis yaitu:
I. Program BP3K (Balai Pertanian Perikanan Peternakan Kehutanan) Kabupaten
Ciamis
II. UPTD KLK (Kursus Latihan Kerja) DISNAKER di Kabupaten Ciamis
2. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai nilai LQ 2,84 yang merupakan
sektor tertinggi di Kabupaten Ciamis dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
3. Komoditas basis yang ada di wilayah perencanaan diantaranya sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran,
sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum,
sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate,
sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, sektor jasa pendidikan, serta
sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
4. Sedangkan untuk komoditas non basis yang ada di wilayah perencanaan diantaranya
sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan
listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, serta
sektor jasa lainnya.
5. Terdapat rumusan strategi pengembangan komoditas basis Kabupaten Ciamis untuk
mendukung pengembangan kawasan agropolitan.
7.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang akan diberikan yaitu:
1. Perlu adanya upaya dari pemerintah dalam upaya penguatan kelembagaan kelompok
tani untuk memanfaatkan peluang bermitra dengan pihak swasta atau pihak lainnya
2. Perlu adanya upaya dari pemerintah pusat spesialisasi keterampilan pengolahan hasil
pertanian untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan kelompok tani guna menuju
penumbuhkembangan agropolitan di Kabupaten Ciamis
3. Penyediaan fasilitas untuk petani agar mendapatkan mitra pihak swasta seperti
perusahaan peralatan produksi, pupuk, obat-obatan agar mendapatkan harga yang lebih
murah
4. Pembangunan Koperasi Pertanian yang berada di Kawasan Agropolitan untuk
mengatasi kelemahan koperasi pertanian yang belum berjalan secara optimal dalam
mendukung pengembangan Agropolitan
42
BAB 8
LESSON LEARNED
1. Analisis Location Quotient (LQ) dapat menghasilkan hasil analisis dari setiap sektor
yang terdiri dari sektor basis dan sektor non-basis. Serta menghasilkan sektor yang
sesuai dalam mendukung peran Kabupaten Ciamis sebagai daerah
pengumpul/penghasil bahan baku untuk kawasan agropolitan.
2. Analisis SWOT dapat menghasilkan hasil analisis internal berupa Strengths dan
Weaknesses dan analisis eksternal berupa Opportunities dan Threats.
3. Analisis EFAS dan IFAS dapat menghasilkan faktor strategis dari masing-masing aspek
internal dan aspek eksternal dari analisis SWOT yang telah dilakukan dan dihubungkan
satu sama lain.
4. Terdapat beberapa permasalahan yang ada di wilayah perencanaan sehingga perlu
adanya strategi pengembangan sektor unggulan yang dapat mendukung peran
Kabupaten Ciamis sebagai kawasan agropolitan.
5. Dalam pengembangan sektor unggulan yang dapat mendukung peran wilayah
perencanaan sebagai kawasan agropolitan, terdapat beberapa analisis yang digunakan
diantaranya analisis Location Quotient (LQ), analisis SWOT, analisis Shift Share, dan
analisis EFAS IFAS.
6. Adanya Surat Keputusan Bupati Ciamis yang dirintis sejak tahun 2007 yaitu SK Bupati
Ciamis Nomor 520/Kpts.511-Huk/2007 tentang Kawasan Agropolitan Kabupaten
Ciamis yang berisi tentang penetapan kecamatan yang menjadi Kawasan Agropolitan
di Kabupaten Ciamis.
43
DAFTAR PUSTAKA
44