Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain

PENGEMBANGAN ALUR SIRKULASI, SISTEM DISPLAY DAN


PENCAHAYAAN PADA BANDUNG CONTEMPORARY ART SPACE
Natasya Yuni Maharani, S.Ds, M.T.

Program Studi Sarjana Desai Interior , Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB
Email: natasya.dhoen@yahoo.com
Kata Kunci : public space, contemporary, art space, bandung

Abstrak
Contemporary Art Space merupakan suatu wadah bagi para pelaku seni dalam menuangkan karya seni kontemporer kepada masyarakat sekaligus
memelihara karya-karya tersebut serta sebagai sarana edukasi masyarakat mengenai ilmu dan perkembangan seni yang merupakan bagian dari kondisi
sosial dan budaya yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut semakin kreatif dan produktif dalam berkarya seni secara positif. Sistem
sirkulasi pada suatu galeri seni merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan karena mempengaruhi alur cerita suatu karya didalamnya dan
kegiatan galeri yang bersifat dinamis sehingga sirkulasi menentukan kenyamanan pengunjung galeri tersebut. Begitu juga dengan sistem display pada
galeri yang membantu masyarakat dalam mengamati karya-karya dan meningkatkan nilai apresiasi mereka. Pengembangan efektifitas dari sistem
display dan sirkulasi di area pamer pada Bandung Contemporary Art Space ini diharapkan dapat membantu meningkatkan fungsi dari galeri seni itu
sendiri, sehingga kebutuhan manusia dalam suatu galeri seni terpenuhi dan memberikan dampak positif bagi perkembangan senirupa kontemporer di
Bandung.

Abstract
Contemporary Art Space is a place for artists to present contemporary artworks to people and to maintain the artworks, as well as an education tool
for people about knowledge and art development too, as a part from social and culture condition which encourage people to be more active and
productive in making art positively . The circulation system in an art space is the main and important thing to take care about. It gives good story plot
in exposing every piece of artwork and the dynamic side of art spaces event. In the end, not only circulation that determines visitors comfort, but
also display system in art space which helping people to watch the artwork closely and increasing the value of artworks appreciation. Development
of effectivity from display and circulation system in exhibition area, in this Bandung Contemporary Art Space, is expected to help increasing the art
spaces function itself, therefore human need in an art space is completed, and it gives positive impact in development of Bandungs contemporary
art.

1. Pendahuluan
Salah satu aspek yang dapat menunjang berkembangnya seni dan terpeliharanya para seniman dalam melestarikan ide
kreatif dan karya seni adalah Art Space. Art space adalah galeri seni kontemporer dan non-profit yang memiliki tujuan
dalam memelihara dan melestarikan seni dengan fokus terutama pada seniman dan para penikmat seni. Art Space
tersebut merupakan media bertemunya para seniman lokal, berkumpulnya seniman lokal dengan dan masyarakat
melalui karya-karya baru yang nantinya akan dipublikasikan untuk umum. Melalui Art Space, masyarakat dapat
mengetahui karya-karya seperti apa yang sedang berkembang, melalui Art Space ini juga para seniman lokal dapat
menuangkan ide-ide kreatif yang nantinya akan melalui proses apresiasi masyarakat sehingga seniman tersebut dapat
dikenal baik melalui karya-karyanya.

Kota Bandung merupakan kota yang memiliki industri kreatif serta banyak melahirkan seniman lokal khususnya untuk
seni kontemporer. Walaupun dewasa ini banyak beberapa galeri yang bermunculan meramaikan belantika galeri seni
kontemporer yang ada di Bandung, tetapi tanpa manajemen dan pengaturan yang layak potensi mereka cepat meredup.

Hadirnya Art Space ini dapat dijadikan suatu wadah kreatifitas dimana karya-karya yang telah dilahirkan dapat
dipublikasikan secara layak atau dipamerkan kepada masyarakat sehingga pesan-pesan yang terkandung didalamnya
dapat tersampaikan dengan baik kepada para masyarakat.

Sebuah galeri seni dalam studi kasus ini yang merupakan Art Space, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
wujud pengaturan dalam segi interior, beberapa di antara nya adalah pembagian ruang menurut fungsi , pemilihan
material, sistem display karya, sistem sirkulasi dan perencanaan ceiling. Pada penelitian ini pembahasan dikhususkan
pada lingkup sistem display, sistem sirkulasi dan pencahayaan pada galeri seni pada sebuah Art Space dimana
merupakan faktor yang penting dalam penumbuhkan perhatian para pengunjung serta memberikan kenyamanan pada
pengunjung dalam proses pengapresiasian karya seni, kedua sistem tersebut juga yang akan memfasilitasi kegiatan
manusia di dalam galeri seni pada art space kontemporer di Bandung. Dengan sistem display yang baik akan
menunjang presentasi karya seniman dengan efektif sehingga pesan seniman dalam sebuah karya dapat tersampaikan
dengan baik kepada masyarakat. Begitu pula halnya dengan sistem sirkulasi yang berhubungan erat dengan para
pengunjung yang berkegiatan aktif didalamnya.Pengunjung diharapkan terus bergerak dan tidak bersikap statis saat
memperhatikan karya, namun dilain sisi juga dapat memberikan kenyamanan ketika berdiri dalam memeperhatikan
karya dalam beberapa waktu tertentu.

Bandung sendiri dipilih menjadi lokasi berdirinya Contamporarry Art Space karena, kepedulian masyarakat terhadap
seni dan industri kreatif serta perkembangannya sendiri yang pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
kegiatan seni yang mendukung majunya dunia seni dan desain seperti pameran-pameran yang kerap diselenggarakan
oleh galeri-galeri seni serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kreatifitas dan kepedulian masyarakat
Bandung terhadap industri kreatif dan kegiatan lainnya.

Oleh karenanya , tema perancangan Contemporary Art Space ini mengacu kepada seni kontemporer yang bebas, luwes
dan terus berubah mengikuti perkembangan zaman, dimana pada akhirnya tema yang akan diangkat para perancangan
fasilitas ini adalah ruang fleksibel.

2. Proses Studi Kreatif


Peranan bidang interior dalam perancangan fasilitas ini adalah memaksimalkan fasilitas lahan dengan merancang ruang
yang dapat menampung segala kebutuhan para seniman dan dapat merancang suatu sistem display pada galeri yang
memamerkan karya seni kontemporer pada khususnya, yang pada akhirnya karya-karya tersebut dapat dikomunikasikan
dengan baik ketika dipamerkpan.

Secara umum, tujuan dari perancangan fasilitas ini adalah :

Merancang ruang yang kondusif dengan dilandasi universal design dalam ruang dan dapat menunjang kegiatan
pameran dengan baik pada galeri seni.
Mengembangkan pilihan sistem display karya agar karya dapat dipamerkan dengan teknis yang mudah. Dan
memperhatikan beberapa aspek interior yang mendukung dalam pameran seperti pemasangan karya,
pencahayaan, sirkulasi pengunjung serta material yang akan digunakan dan pengaruhnya terhadap karya seni.
Memahami pengertian ArtSpace dan perannya terhadap komunitas seni serta masyarakat sekitar
Mengangkat sistem-sistem display baru secara maksimal dalam membantu efektif dan efisien dalam
pemameran karya seni.

Tujuan khusus dari perancangan fasilitas ini adalah :

Menjadikan suatu fasilitas bagi para seniman dan desainer interior untuk menyalurkan kreatifitasnya dan
secara tidak langsung mendukung berkembangnya seni kontemporer.
Menjadi pusat informasi dimana masyarakat paham mengenai seni kontemporer serta perkembangannya.
Menciptakan suatu ruang interior yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung dan
menciptakan fasilitas pendukung lainnya dimana dapat mendorong para seniman mampu fokus dalam
melahirkan karya.

Pada Art Space terdapat isu-isu teknis yang berkenaan dengan tipologi antara lain adalah:

a. Sirkulasi
Sirkulasi pada bangunan harus ditata dengan baik dengan memperhatikan hierarki ruangan pada bangunan serta.
Selain itu juga perlu diperhatikan pengaturan sirkulasi antara area sevis dan area sirkulasi pengunjung utama agar
tidak saling mengganggu.

b. Tata Ruang
Pada fungsi galeri dan teater dibutuhkan disain penataan ruang yang fleksibel sehingga dapat dengan mudah diubah
pengaturannya sesuai fungsi pameran atau pertunjukkan yang akan diwadahi di dalamnya.

c. Pencahayaan
Pada bangunan galeri membutuhkan pengaturan cahaya yang khusus sehingga karya seni dapat dilihat dengan
nyaman oleh pengunjung. Begitu juga pada teater atau area pertunjukkan, dibutuhkan penataan cahaya khusus
sehingga dapat mendukung pertunjukkan seni yang ditampilkan.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2


Natasya
d. Akustik
Pada bangunan teater pada area pertunjukkan membutuhkan penataan akustik khusus sehingga dapat mendukung
pertunjukkan seni yang ditampilkan.

Sebagai wadah dari karya-karya seni kontemporer, maka sebuah art space dapat menjadi suatu wacana ruang yang
mampu menanggapi perubahan perubahan dan perkembangan seni kontemporer yang selalu penuh dengan inovasi. art
space ini harus mampu menanggapi ide-ide kreatif dengan menuangkannya dalam sebuah interior.

art space berlaku sebagai wadah edukasi , komunikasi dan ikut memfasilitasi perkembangan seni kontemporer
khususnya di daerah Bandung. Hal ini dilakukan dengan ikut mengeksplorasi proses kreatif dan ide-ide baru dari seni
kontemporer tersebut. Galeri seni didalam art Space ini merupakan ruang netral yang berfungsi untuk
mempresentasikan seni kontemporer di dalamnya dengan menyesuaikan bentuk dan mengolah ruang hingga dapat
merepresentasikan bentuk seni kontemporer secara tepat.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari literatur dan pengamatan pada saat melakukan survey , hubungan ruang pada
tipologi Art Space menitik beratkan pada penataan sirkulasi pergerakan pengunjung pada bangunan. Perancangan jalur
sirkulasi ini harus dapat memberikan orientasi yang jelas bagi pengunjung ketika berada dalam bangunan. Penataan
hubungan antar ruang berdasarkan pada hierarki ruang-ruang utama dan ruang-ruang pendukungnya serta sirkulasi yang
menghubungkannya.

Penentuan sirkulasi juga akan sangat dipengaruhi oleh runutan cerita pada bangunan yang ingin disampaikan pada
pengunjung. Pada galeri, sirkulasi harus dapat mendukung dalam penyampaian informasi, sehingga dapat membantu
pengunjung memahami dan mengapresiasikan karya seni yang sedang dipemerkan. Penataan sirkulasi ini juga akan
membentuk suasana ketika pengunjung mengapresiasikan koleksi benda yang dipamerkan. Selain itu hubungan antara
ruang dengan fungsi yang ada di dalamnya perlu diperhatikan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam penataan
sikulasi pada ruang pamer:

Gambar 1. Alur sirkulasi Pengunjung Galeri Gambar 2. Layout Denah Area Pamer
(Sumber: Data Arsitek, 2006) (Sumber: Data Arsitek, 2006)

Gambar 3. Standar Alur Sirkulasi Ruang Pamer


(Sumber: Data Arsitek, 2006)

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3


3. Hasil Studi dan Pembahasan
Karena konsep yang di angkat pada perancangan ini adalah ruang fleksibel maka ruangan pada perancangan fasilitas
ini akan mengadaptasi bentuk-bentuk dinamis dan fleksibel dan mentransformasikannya dalam dimensi ruang yang
padu.

a. Dengan sistem ruang yang linear dan terbuka pengunjung dapat bergerak dengan lancar dan dapat melakukan
aktivitas didalam galeri dengan nyaman dan efektif tanpa merasa sesak dan sempit. sirkulasi juga menjadi lebih
terarah dan terorganisir.

b. Fleksibel merupakan sifat yang merepresentasikan seni kontemporer yang terus bergerak , karena itu penerapan
bentuk fleksibel dalam ruang yaitu dengan pengimplementasian bentuk yang terus bergerak, tidak monoton dan
dan luwes. Penerapan pada ruang yaitu seperti pada ceiling, lighting , pola lantai, partisi display karya dan
lainnya.

c. Untuk menciptakan alur yang terarah, clean, dan organized, sehingga mempermudah pengunjung dalam
memperoleh informasi dan melakukan aktivitas didalamnya.

Di dalam konsep tersebut ingin ditekankan bentuk bentuk ruang yang dinamis namun berkesan bersih dari ornamen
serta dapat menghasilkan ruang yang mencirikan citra kontemporer. Bentuk-bentuk ruang yang bebas dari ornamen ini
ditujukan agar ruangan tidak mendominasi bentuk karya koleksi yang dipamerkan. Ciri kontemporer itu sendiri
diangkat dalam ruang dengan menggunakan penggabungan bentuk-bentuk geometris yang diharapkan dapat
menampilkan karakter ruang yang fleksibel. Bentuk geometris yang diterapkan pada ruang tersebut dapat dilihat dari
perancangan Bandung Contemporary Art Space di bawah ini

Gambar 4. Bentuk geometris pada ruang yang


mencitrakan sifat kontemporer

Sistem display yang digunakan terdapat dua macam yaitu sistem display dua dimensi :

sistem display gantung berupa kawat gantungan yang dapat di atur ketinggian pada dinding sesuai kebutuhan.
Kawat direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat sehingga kawat untuk menggantung
karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan.

Penggunaan panel- panel yang mudah dipindahkan. Panel-panel tersebut terbuat dari MDF dengan bentuk modular.

Penggunaan konsep sumbu karya , penyesuaian dimensi karya dengan bidang ya ditempelinya

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4


Natasya
Sedangkan untuk sistem display karya tiga dimensi :

Penggunaan base untuk karya tiga dimensi dari material tripleks atau MDF , sehingga base dapat dibentuk se
dinamis mungkin dan dipindahkan sesuai kebutuhan.

Untuk karya yang besar , menggunakan batas psikologis seperti semacam perekat dilantai yang mengelilingi
karya 3 dimensi tersebut.

Untuk karya yang digantung dapat menggunakan pengait baja ringan dengan sistem katrol yang diletakkan pada
sudut sudut ceiling pada ruang pamer.

Gambar 5. Sistem kawat dan Rel serta Gantungan untuk Display


Dua Dimensi yang di gantung (sumber : Museums and Art
Galleries)

Pemasangan karya pada sistem display juga diterapkan pada dinding masif dimana penerapan tersebut menjadi 2
sistem , yaitu :

a. Display Standar
Pada display ini karya yang akan dipasang cukup kuat sehingga tidak membutuhkan pengamatan atau perlakuan khusus
pada karya tersebut. Pemasangan karya dalam sistem ini membutuhkan jarak kurang lebih 50cm dari pengunjung
dengan ditandai oleh perbedaan peil lantai, hal ini diterapkan pada ruang untuk meminimalisir kemungkinan
pengunjung menyentuh karya yang dipajang.

b. Display Khusus
Karya yang dipasang pada sistem display ini dipasang pada dinding masif dan membutuhkan perlakuan khusus dan
pengamanan khusus dengan alasan agar pengunjung tidak menyentuh kary ayang dipajang samasekali. Sistem ini yaitu
dengan cara pengatisipasian jarak dan memberikan pembatas yang berdiri antara karya yang didisplay dan titik
pengunjung berdiri.

Penggunaan konsep sumbu karya yaitu dimana semua karya yang digantung pada dinding dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pameran engan menyesuaikan dari berbagai aspek karya tersebut seperti dimensi karya baik panjang,
lebar maupun tinggi karya dengan mengacu pada satu titik sumbu acuan karya, yaitu sumbu pemasangan karya yang
berupa garis imajiner dengan jarak 165cm dari lantai.Garis sumbu karya ini sesuai dengan asumsi tinggi rata-rata
pengunjung galeri yaitu 170cm.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5


Konsep sistem display 2 dimensi dalam perancangan Bandung Contemporary Art Space dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 6. Image Pendisplayan karya seni pada area pamer (buatan ) dengan sistem hook

Untuk pencahayaan khusus atau object lighting pada Art Space ditujukan pada objek-objek khusus seperti karya yang
sedang dipamerkan, dan elemen estetis. Pencahayaan ini dapat bervariasi, tergantung dari kebutuhan dan efek
pencahayaan yang diinginkan sehingga sesuai dengan kebutuhan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pencahayaan objek karya adalah bentu objek yang disorot , dengan kata lain
dapat disesuaikan dengan sifat dari benda yang akan diberi pencahayaan yang terbagi menjadi :
Pencahayaan khusus terhadap objek 2 dimensi.
Pencahayaan khusus pada objek 3 dimensi.
Pencahayaan khusus harus memenuhi tujuan sebagai berikut :
Objek dapat dilihat dengan jelas.
Menampilkan objek yang disorot.
Standar yang direkomendasikan untuk tingkat pencahayaan adalahsebagai berikut :
50 lux untuk tingkat kesensitifan tinggi.
150 200 lux untuk tingkat kesensitifan sedang.
300 lux untuk kesensitifan rendah.

Sistem pencahayaan yang digunakan pada karya di galeri yang berada pada fasilitas Art Space ini adalah penggunaan
lampu sorot yang diterapkan pada rel yang digantungkan ke atas ceiling. Rel-rel tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga dapat mengakomodasi cahaya untuk karya-karya seni pada ruang pamer. Dengan memakai standar tingkat lux
diatas, maka penggunaan tiap lampu maksimum adalah 75 watt/lumen.

Dalam merancang pencahayaan , pencahayaan pada koleksi yang dipamerkan ditujukan menimbulkan kenyamanan
visual bagi pengunjung galeri. Hal ini dikarenakan dengan adanya cahaya dapat menimbulkan efek 3 dimensi dari
koleksi terutama pada koleksi yang ingin ditonjolkan dan mudah untuk membaca label. Namun pemakaian yang
berlebihan akan mengakibatkan kerusakan permanen pada koleksi, terutama untuk koleksi yang sensitif terhadap
cahaya. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan pengaturan dan

manajemen pencahayaan pada koleksi dengan lebih memperhatikan penggunaan jenis lampu yang dipakai. Berikut ini
adalah konsep pencahayaan yang akan digunakan :

Pencahayaan individual / khusus, ditujukan untuk benda-benda koleksi museum. Dengan menggunakan jenis lampu
spot light yang disorotkan ke bagian dinding galeri, bukan ke arah karya karena dikhawatirkan cahayanya dapat
membuat warna menjadi pudar. Hal tersebut terutama untuk jenis karya lukisan, drawing dan fotografi. Pencahayaan
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6
Natasya
khusus ini menggunakan sistem tracklight dengan penggunaan rel lampu di plafon untuk memudahkan dalam
mengubah sorot pencahayaan.

Pencahayaan general / umum, adalah system pencahayaan yang digunakan untuk menerangi daerah sirkulasi dengan
besaran iluminasi yang sedang. Kombinasi dari jenis lampu halogen dengan filter UV digabung dengan lampu
incandescent merupakan pencahayaan yang tepat diletakkan di dalam galeri karena jangkauan nya yang luas dan
sifatnya yang tidak merusak karya tergantung dari pemilihan lux lampu yang tepat. Untuk konsep pemasangan
lampu dapat berupa downlight dengan tipe warm light. Bertujuan membuat suasana lebih hangat dan menampilkan
warna yang baik dari karya. Fungsi dari general lighting dapat menerangi ruangan yang memfasilitasi kegiatan
berkarya, membaca, menulis dan bekerja, dan beraktifitas yang membutuhkan gerak cepat. Fungsi lainn terhadap
sirkulasi adalah menerangi jalur sirkulasi.

Pencahayaan dekoratif, digunakan untuk menciptakan suasana ruang yang lebih dramatis dan mendukung pencapaian
image ruang yang hendak ditampilkan.

Pada sistem pencahayaan pendukung tema, pencahayaan indirect menjadi alat bantu sign system dan elemen yang
membangun citra galeri pada ruangan-ruangan publik yang tidak bersifat memamerkan karya , seperti lobby , ruang
tunggu /lounge, perpustakaan, cafe, dan toilet. Sistem pencahayaan pendukung tema dapat diterapkan pada ruang
pamer, dengan syarat tidak mempengaruhi karya-karya seni yang dipengaruhi pada ruang pamer.

Untuk konsep pencahayaan alami , demi mengejar konsep optimalisasi dan penghematan energi yaitu dengan
menggunakan pencahayaan alami seoptimal mungkin agar lebih menghemat biaya operasional. Yakni dengan cara
mempertimbangkan organisasi ruang dengan arah matahari dan merancang bukaan sebanyak mungkin, namun
disamping itu tetap mempertimbangkan faktor keprivasian dan keamanan pegawai. Diharapkan sedikit mungkin
pencahayaan buatan yang turut menyala pada siang hari.

Selain itu sistem pencahayaan alami memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan :
Cahaya alami siang hari tidak kontinu
Cahaya matahari dapat merusak beberapa benda/karya/koleksi galeri karena tingkat iluminasi dan komposisi
spektrum cahayanya.
Menghasilkan hawa panas dalam ruangan

Dilihat dari sifatnya, cahaya alami cocok untuk ruangan yang tidak menyimpan karya, namun membutuhkan
pencahayaan sempurna dalam berkarya seperti studio, perpustakaan, kantor, cafe dan tempat lain yang tidak
menyimpan koleksi karya yang dapat rusak akibat hawa panas dari matahari. Kelemahan dari sifat cahaya alami dapat
diatasi dengan adanya vegetasi seperti pohon dan tanaman yang dapat mereduksi intensitas cahaya dan panas matahari
serta penyeimbang oksigen untuk ruang dalam.

Selain cahaya alami terdapat pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang digunakan pada perancangan fasilitas kali
ini menggunakan asumsi standar Art Space yaitu :

Sistem Pembagian Cahaya Kebawah Cahaya Kebawah

Pencahayaan

Langsung 90-100% 0-10%

Semi Langsung 60-90% 10-40%

Semi Tidak Langsung 10-40% 60-90%

Tidak Langsung 0-10% 90-100%

Tabel 1. Pembagian pencahayaan buatan menurut sifat


pencahayaanya

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7


Konsep sistempencahayaan buatan dengan penggunaan track light dalam perancangan Bandung Contemporary Art
Space dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 7. Image pencahayaan karya seni 2 dimensi dengan track light

4. Penutup / Kesimpulan
Galeri seni merupakan tempat dimana seniman dan masyarakat berkomunikasi melalui karya-karya yang dipamerkan
didalamnya. Seni dapat berkembang dalam peristiwa tranferisasi makna karya seni tersebut sebagai proses apresiasi
karya yang secara tidak langsung menentukan arah perkembangan seni itu sendiri. Galeri dalam sebuah fasilitas Art
Space berperan sebagai wadah yang mendukung dan mengimbangi pergerakan seni kontemporer yang dinamis dengan
mampu memfasilitasi kegiatan yang berlangsung didalamnya. Proses perancancangan galeri ini tidak hanya
mempertimbangkan manusia yang ada didalamnya namun juga karya. Seni kontemporer merupakan seni yang luas baik
dari konsep, bentuk dan dimensinya. Sistem display yang baik merupakan salah satu solusi memfasilitasi kegiatan agar
berlangsung aman, fleksibel, dan adjustable sehingga mampu memfasilitasi mobilisasi yang tinggi pada ruang pamer.
Pada akahirnya sebuah ruangan yang netral dibutuhkan agar dapat tercapai keselarasan di dalam ruang.

Ucapan Terima Kasih


Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir*
Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* ini disupervisi
oleh pembimbing Yuni Maharani, S.Ds, M.T.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 8


Natasya

Daftar Pustaka
Neufert, Ernst. 1980. Architects Data. Granada Publishing, New York.

Neufert, Ernst. 2005. Data Arsitek Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Neufert, Ernst. 2005. Data Arsitek Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Geoff, Matthews. 1991. Museums and Art Galleries. Butterworth Architecture.

Stallabrass, Julian. Contemporary Art Introduction.

Sadewa, Agus. Membaca Seni Kontemporer.

Burhan, M. Agus dan Soedarso Sp. 2006. Jaringan Makna Tradisi dan Kontemporer.BP ISI Yogyakarta.

Ham, Roderick. 1972. Theater Planning. London: The Architectural Press.

Pirous, A.D . 2001. Seni Rupa ITB Dalam Perkembangan, Perjalanan Seni Rupa Dari Masa Ke Masa. Bandung.

Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 9

Anda mungkin juga menyukai