Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH ZOOLOGI VERTEBRATA


“AMPHIBI”

OLEH:

PUTRI ZAKIAH
A1J1 18 037

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul AMPHIBI
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Zoologi
Vertebrata.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Terima kasih, dan semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya.

Kendari, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ........... ii

BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................... ........... 1

1.1 Latar Belakang …...............................………………………………………............ 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….......................................... 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………........................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN …………………………………………................................... 3

2.1 Pengertian Amphibi ………………………………………....................................... 3


2.2 Ciri Umum dan Ciri Khusus Amphibi …………………………………………....... 3
2.3 Perkembangan Filogenik Amphibi ......................................................................... 4
2.4 Dasar Klasifikasi Amphibi ..................................................................................... 7
2.5 Makna Amphibi Sebagai Hewan Darat .................................................................. 8
2.6 Takson-Takson yang Terbentuk dari Klasifikasi dengan Contoh Spesiesnya ......... 8

BAB III: PENUTUP …………………………………………………............................... 11

3.1 Simpulan …………………………………………………....................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi
oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi memiliki tempat hidup
yang selalu berhubungan dengan air. Kebanyakan dari jenis amphibi hanya mampu
beradaptasi di iklim yang lembab seperti hutan, untuk menjaga kelembaban tubuhnya
karena kulit amphibi digunakan untuk proses pernafasan. Beberapa jenis bisa ditemui di
sekitar perairan (sungai dan persawahan), tetapi ada juga jenis amphibi yang hanya bisa
hidup jika ada perairan. Pada jenis ini, amphibi akan menuju perairan pada saat musim
kawin.
Amphibia merupakan jenis hewan yang menghabiskan waktu hidupnya di dua
alam, darat dan air (semiterrestrial). Sebuah keniscayaan amphibi hidup di dua alam,
karena proses perkembangbiakan mereka di air. Telur yang bermetamorfosis menjadi
amphibi muda menghabiskan hidupnya di air sebelum berpindah ke daratan. Siklus hidup
tersebut terus berlangsung selama amphibia hidup. Terkadang masalah muncul ketika
siklus hidup di dua alam ini terjadi, yaitu mengatur keseimbangan proses pengeluaran dan
pemasukan air dalam tubuh. Di dalam air, seperti pada ikan air tawar, pemasukan air
secara terus menerus harus dikeluarkan dari glomerulus. Di daratan, air harus
dipertahankan, dan untuk ini amphibia mengurangi masukan darah ke glomerulus, dan
dengan demikian mengurangi laju filtrasi. Tentu saja, hal ini juga mengurangi aliran
darah dari glomerulus ke tubulus.
Amphibi pada fase berudu hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase
ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas
dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan
hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian amphibi ?
2. Apa ciri umum dan ciri khusus amphibi ?
3. Bagaimana perkembangan filogenik amphibi ?

1
4. Apa dasar klasifikasi amphibi ?
5. Apa makna amphibi sebagai hewan darat ?
6. Apa saja takson-takson yang terbentuk dari klasifikasi dengan contoh spesiesnya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian amphibi.
2. Untuk mengetahui ciri umum dan ciri khusus amphibi.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan filogenik amphibi.
4. Untuk mengetahui dasar klasifikasi amphibi.
5. Untuk mengetahui makna amphibi sebagai hewan darat .
6. Untuk mengetahui takson-takson yang terbentuk dari klasifikasi dengan contoh
spesiesnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amphibi


Amphibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase kehidupan pada dua lingkungan
yang berbeda. Ketika menetas hidup di air dan bernafas dengan insang, kemudian saat
dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Amphibia tergolong hewan
berdarah dingin dengan suhu yang bervariasi tergantung pada keadaan lingkungan
(poikilotermal-ektotermal). Amphibi terbagi dalam 3 Ordo, yaitu Caudata (salamander),
Anura (katak dan kodok) dan Gymnophiona (amphibi tak berkaki).

2.2 Ciri Umum dan Ciri Khusus Amphibi


a. Ciri-ciri umum Amphibi
 Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada Apoda
yang anggota geraknya tereduksi.
 Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibi yang pada
ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh
Xenopus sp.
 Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil
(biasanya beracun).
 Pernafasan dengan insang, kulit dan paru-paru. Dimana amfibi pada saat masih
kecil (berudu) bernapas dengan insang, setelah dewasa bernapas dengan paru-paru
dan kulit.
 Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal
dengan tympanum.
 Jantung terdiri dari tiga lobi (1 ventrikel dan 2 atrium).
 Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
 Merupakan hewan poikiloterm, yaitu hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama
dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hewan poikiloterm suhu tubuhnya
dipengaruhi oleh lingkungan.

b. Ciri-ciri khusus Amphibi


 Kulitnya yang selalu basah dan berkelenjar (licin dan tidak bersisik).

3
 Memiliki 2 pasang kaki untuk berjalan atau berenang dengan 4-5 jari atau lebih
sedikit dan bersirip.
 Amphibi mempunyai 2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut.
Pada lubang hidung tertentu terdapat klep yang mencegah masuknya air pada saat
hewan tersebut berada di dalam air.
 Mata amphibi berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan.
 Lembar gendang pendengaran terletak di sebelah luar.
 Mulut amphibian bergigi dan berlidah (lidahnya dapat dijulurkan pada saat
menangkap mangsa).
 Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun atas tulang keras, tengkoraknya
memiliki duekondil. Apabila amphibi bertulang rusuk, maka tulang rusuk tersebut
tidak menempel pada tulang dada.
 Jantungnya beruang 3 (1 ventrikel dan 2 atrium) dan memiliki 1 pasang atau tiga
pasang lengkung aorta, sel darah merahnya berbentuk oval dan berinti. Selain
dengan paru-paru, amphibi dewasa bernafas dengan kulit dan selaput rongga
mulut.
 Otak amphibi memiliki 10 pasang saraf kranialis.
 Suhu tubuh amphibi tergantung dari lingkungannya (poikilotermis).
 Amphibi melakukan fertilisasi eksternal atau internal, kebanyakan anggotanya
bertelur (ovipar). Telur mempunyai kuning telur dan terbungkus zat gelatin,
membelah secara holoblastis, tidak memiliki membran embryonic.
 Mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidupnya.
 Menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga
tergolong hewan eksoterm.
 Fertilisasi secara eksternal di air atau tempat lembab.

2.3 Perkembangan Filogenik Amphibi


Kelompok amphibi pertama yang dikembangkan pada periode Devonian, sekitar
370 juta tahun yang lalu, dari ikan bersirip lobus yang mirip dengan coelacanth dan
lungfish modern. Ikan-ikan bersirip lobus purba ini telah berevolusi sirip seperti kaki
multi-jointed dengan angka yang memungkinkan mereka merangkak di sepanjang dasar
laut. Beberapa ikan telah mengembangkan paru-paru primitif yang membantu mereka

4
menghirup udara ketika genangan rawa Devonian yang stagnan rendah oksigen. Mereka
juga bisa menggunakan sirip mereka yang kuat untuk mengangkat diri keluar dari air dan
ke tanah kering jika diperlukan. Akhirnya, sirip tulang mereka akan berevolusi menjadi
anggota badan dan mereka akan menjadi leluhur semua tetrapoda, termasuk amphibi
modern, reptil, burung, dan mamalia. Meskipun mampu merangkak di darat, banyak dari
ikan tetrapodomorph prasejarah ini masih menghabiskan sebagian besar waktunya di
dalam air. Mereka sudah mulai mengembangkan paru-paru, tetapi masih bernafas
terutama dengan insang.
Banyak contoh spesies yang menunjukkan fitur transisi telah ditemukan.
Ichthyostega adalah salah satu amphibi primitif pertama, dengan lubang hidung dan paru-
paru yang lebih efisien. Itu memiliki empat anggota badan yang kokoh, leher, ekor
dengan sirip dan tengkorak yang sangat mirip dengan ikan bersirip lobus,
Eusthenopteron. Amphibi berevolusi adaptasi yang memungkinkan mereka keluar dari air
untuk waktu yang lama. Paru-paru mereka membaik dan kerangka mereka menjadi lebih
berat dan lebih kuat, lebih mampu menopang berat tubuh mereka di darat. Mereka
mengembangkan "tangan" dan "kaki" dengan lima atau lebih digit; kulit menjadi lebih
mampu mempertahankan cairan tubuh dan menahan kekeringan. Tulang hyomandibula
ikan di daerah hyoid di belakang insang berkurang ukurannya dan menjadi stapes telinga
amfibi, sebuah adaptasi yang diperlukan untuk mendengar di darat. Afinitas antara
amphibi dan ikan teleost adalah struktur gigi yang berlipat ganda dan tulang supra-
oksipital berpasangan di bagian belakang kepala, tidak satu pun dari ciri-ciri ini
ditemukan di tempat lain di dunia hewan.
Pada akhir periode Devonian (360 juta tahun yang lalu), laut, sungai dan danau
penuh dengan kehidupan sementara tanah itu adalah ranah tanaman awal dan tanpa
vertebrata, meskipun beberapa, seperti Ichthyostega, mungkin terkadang menarik diri
mereka keluar dari air. Pada awal Karbon (360 hingga 345 juta tahun lalu), iklim menjadi
basah dan hangat. Rawa yang luas berkembang dengan lumut, pakis, ekor kuda, dan
kalam. Arthropoda yang bernapas melalui udara berevolusi dan menyerbu tanah tempat
mereka menyediakan makanan bagi amphibi karnivora yang mulai beradaptasi dengan
lingkungan darat. Tidak ada tetrapoda lain di darat dan amphibi berada di puncak rantai
makanan, menempati posisi ekologis yang saat ini dipegang oleh buaya. Meskipun
dilengkapi dengan anggota badan dan kemampuan untuk menghirup udara, sebagian
besar masih memiliki tubuh yang panjang dan ekor yang kuat. Mereka adalah predator
daratan paling atas, kadang-kadang panjangnya mencapai beberapa meter, memangsa

5
serangga besar pada masa itu dan banyak jenis ikan di dalam air. Mereka masih perlu
kembali ke air untuk bertelur, dan bahkan sebagian besar amphibi modern memiliki
tingkat larva air sepenuhnya dengan insang seperti nenek moyang ikan mereka. Itu adalah
pengembangan telur ketuban, yang mencegah embrio berkembang mengering, yang
memungkinkan reptil berkembang biak di darat dan yang menyebabkan dominasi mereka
pada periode berikutnya.
Selama Periode Trias (250 hingga 200 juta tahun lalu), reptil terus bersaing dengan
amphibi, yang mengarah pada pengurangan ukuran amphibi dan pentingnya mereka
dalam biosfer. Menurut catatan fosil, Lissamphibia, yang mencakup semua amphibi
modern dan satu-satunya garis keturunan yang masih hidup, mungkin bercabang dari
kelompok-kelompok yang telah punah Temnospondyli dan Lepospondyli pada beberapa
periode antara Late Carboniferous dan the Triassic Awal. Kelangkaan relatif dari bukti
fosil menghalangi penanggalan yang tepat, tetapi studi molekuler terbaru, berdasarkan
pada pengurutan urutan multilokus, menunjukkan asal Karbon Akhir / Permian Awal
yang permulaan untuk amphibi yang masih ada.

2.4 Dasar Klasifikasi Amphibi


Pada sistematika atau taksonomi ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu
identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan
deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis atau spesies, sedangkan klasifikasi
adalah melakukan identifikasi, memberi nama dan selanjutnya mengelompokkannya
dalam suatu sistem yang didasarkan pada persamaan dan taksonomi adalah salah satu
cabang sistematika yang sistem penggolongannya didasarkan atas karakter yang tampak,
misalnya seperti keadaan morfologi eksternal maupun internal, fisiologi, dan
perkembangannya. Oleh karena itu dengan keadaan morfologi tubuh makhluk hidup
yang berbeda satu sama lainnya kita perlu mengkelompokannya. kita memerlukan
pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari keanekaragaman
makhluk hidup tersebut.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi amphibi diperlukan adanya
identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh amphibi. Dengan
melihat morfologi kita dapat mengelompokan mahluk hidup. Sistem atau cara
pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi. Untuk mengenal
amphibi kita membutuhkan pengetahuan tentang taksonomi dan proses-prosesnya seperti
pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga kita bisa memahami dan membedakan

6
amphibi baik secara ordo atau famili dari amphibi dengan baik. Karena keanekaragaman
dari amphibi merupakan aset nasional yang perlu diinventarisasikan jenis dan
keberadaannya, distribusinya serta sifat-sifat hidupnya. .

2.5 Makna Amphibi Sebagai Hewan Darat


Kebanyakan amphibi berkembangbiak di habitat perairan dan pindah ke daratan
untuk melakukan kegiatan hidupnya. Makna amphibi sebagai hewan darat ialah amphibi
merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem. Di dalam ekosistem, amphibi
memiliki peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memiliki
nilai ekologis dan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Secara ekologis, amphibi memegang
peranan penting pada rantai makanan dan memiliki berbagai kegunaan bagi manusia.
Secara ekonomis amphibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan
percobaan, hewan peliharaan dan bahan obat-obatan

2.6 Takson-Takson yang Terbentuk dari Klasifikasi dengan Contoh Spesiesnya


Klasifikasi Amphibi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Gymnophiona, Caudata dan Anura.
Kelas amphibi mencakup 3 ordo, yaitu : Urodela (Caudata), Apoda
(Gymnophiona), dan Anura (Salientra).
a. Ordo Urodela (Caudata)
Urodela disebut juga Caudata, ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh
memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium.
Berbentuk seperti bengkarung (kadal). Tubuh dapat dibedakan atas kepala, leher, dan
badan. Beberapa spesies memiliki insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-
paru. Pada bagian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya
meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodela memiliki 3
sub ordo, yaitu:
 Meantes
7
Famili : Sirenidae
 Cryptobranchoidea
Famili : Hynobiidae, Cryptobranchidae
 Salamandroidea
Famili : Salamandridae, Proteidae, Ambystomatidae, Amphiumidae,
Dicamtodontidae dan Plethodontidae.
Contoh spesies : Megalobatrachus japonocus.

b. Ordo Apoda
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki,
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, tidak bertungkai, dan
ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup
oleh tulang atau kulit, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di
bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi
secara internal.
Ordo Apoda memiliki 6 famili, yaitu: Lyhthyopidae, Caecilidae,
Rhinatrematidae, Scoleocomorphidae, Uracotyphlidae, dan Typhlonectida. Famili
yang ada di indonesia adalah Lchtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri
tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Contoh spesies: Lchtyophis sp..

c. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota
ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan,
tidak mempunyai leher dan tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu
dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput di antara jari-jarinya.
Membran tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan
terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan

8
berkembang dengan baik. Fertilisasi dilakukan secara eksternal dan prosesnya
dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura
ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang
berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina
yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar
mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi
antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Ordo Anura terbagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae,
Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae, Megophtyidae,
Pelodytidae, pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,
Centrolenidae, Helephrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae,
Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Contoh spesies: Bufo
melanosticus dan Rana pipiens.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Amphibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase kehidupan pada dua lingkungan
yang berbeda. Ketika menetas hidup di air dan bernafas dengan insang, kemudian saat
dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Amphibia merupakan vertebrata
pertama yang beralih dari kehidupan di air ke kehidupan di darat karena tidak dapat
beradaptasi secara penuh dengan lingkungan daratan maka hewan ini hidup di antara
lingkungan berair dan daratan, mempunyai kulit basah, berkelenjar, lembut, tanpa rambut,
bulu dan sisik. Amphibi tergolong hewan berdarah dingin dengan suhu yang bervariasi
tergantung pada keadaan lingkungan (poikilotermal-ektotermal). Amphibi terbagi dalam
3 Ordo, yaitu Caudata (salamander), Anura (katak dan kodok) dan Gymnophiona
(amphibi tak berkaki).

10
DAFTAR PUSTAKA

Cannatella, David C. 2006. Hearing and Sound Communications in Amphibians. Business


Media: New York.

Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta.

Hendri, Wince. 2015. Inventarisasi Jenis Katak (Ranidae) Sebagai Komoditi Ekspor Di
Sumatera Barat. Jurnal BioCONCETTA. Vol. 1(2): 75.

Huda, Syafa’at A. 2017. Jenis Herpetofauna Di Cagar Alam Dan Taman Wisata Alam
Pengandaran Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 6(1): 41–44.

Yudha, DS., R Eprilurahman., IA Muhtianda., DF Ekarini., dan OC Ningsih. 2015.


Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka Margasatwa Sermo
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MIPA. Vol. 38(1): 8.

11

Anda mungkin juga menyukai