Beberapa hal keterkaitan antropologi dengan dunia bisnis yang lagi trend dalam
pembahasan bisnis sekarang ini yakni soal budaya perusahaan, menjadi
pemimpin usaha global, dan pemasaran global atau lintas budaya.
Budaya Perusahaan
Dimensi ketiga yakni sistem nilai merupakan hal yang tidak nampak namun
mengendalikan periaku manusia, karena tidak namapk sehingga sulit sekali
untuk dirubah. Jhon P. Kotter penulis buku Leading Change yang sagat digemari
para perusahaan global mengatakan, sistem nilai atau sistem budaya adalah
nilai-nilai yang diyakini bersama berakar dalam di dalam sistem kebudayaan
keseluruhan, perubahan kulutr merupakan bagian yang tersulit tidak semudah
yang dibayangkan namun transformasi perusahaan menujua perubahan budaya
harus dilakukan untuk berubah menjadi perusahaan yang kuat yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang berubah cepat. Karena sulitnya merubah
budaya, perubahan budaya menjadi tujuan akhir, yang sebelumnya kita harus
melewati tahap-tahap transformasi besar dalam proses belajar sebagai perinsip
budaya yang digerakan para pemimpin sebagai motor perubahan. Perubahan
sikap maupun perilaku dimulai sejak awal transformasi, lalu menciptakan
perubahan-perubahan metode kerja yang membantu perusahaan menghasilkan
produk/jasa yang lebih baik dengan biaya lebih rendah. Secara antropologis,
wujud budaya artefak dan wujud sistem perilaku ditangani terlebih dahulu, baru
pada akhir siklus, sebagian besar dari semua usaha itu menjadi tertanam
didalam budaya (inti budaya/ system nilai) sampai perusahaan dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah.
Saat ini terjadi pergeseran dari dunia mekanistik ke dunia holistik, mereka yang
mempertahankan pola mekanistik telah berguguran. Perusahaan-perusahaan
banyak yang gulung tikar akibat mengembangkan pola mekanistik karena tidak
memiliki kemampuan menghadapi perubahan demi perubahan dari lingkungan
internal dan eksternalnya. Mereka tidak berpikir bahwa ada banyak fariabel
yang menentukan keberhasilan berbisnis dan dalam mengelola negara, padahal
lingkungan global sekarang ini semua hal bisa mempengaruhi kinerja
perusahaan. Kita baru sadar bahwa sebenarnya kita hidup dalam realitas
lingkungan yang senantiasa berubah bukannya suatu lingkungan yang
terprogram.
Dunia holistik atau dunia realitas akan dimengerti dengan memahami realitas
sistem manusia yang bergerak bebas dan berubah-ubah. Lensa budaya yang
mampu melihat dunia holistik-realistik sampai kedalamannya. Budaya
mengungkapan semua realita hidup manusia yang holistik atau komprehensif,
dalamnya terdapat sistem yang luas, tingkat kedalamannya sampai ke inti
budaya yakni sistem nilai yang menggerakan segala perubahan. Jelaslah bahwa
wajah perekonomian dan proses pembangunan masa kini akan sangat
dimengerti melalui kaca mata budaya atau kaca mata realitas, sebagaimana
kata Paul Schafer direktur World Culture Project yang berpusat di
Canada. Council on Foreign Relatiopns AS dalam dua artikel edisi September /
oktober 1995 menekankan dominasi budaya dalam pembangunan dan terlihat
jelas dari wajah budaya unik perekonomian dapat dimengerti paling baik
melalui antropologi, psikologi social, sejarawan dll. Sebab dengan mengerti
kode-kode DNA budaya (inti budaya) kita dapat memahami mengapa dan
bagaimana perekonomian, politik di dunia ini.
Pengembangan produk dan pemasaran adalah dua hal yang tidak bisa
terpisahkan. Produk yang dihasilkan harus sesuai selera pasar ataupun produk
yang dihasilkan akan menemukan pasarnya sendiri. Istilah yang sering dipakai
adalah bauran pemasaran atau bauran produk. Pada perkembangannya dunia
pasar menjadi hal yang perlu diselami untuk diketahui keberadaanya guna
pengembangan produk yang tepat dan bagaimana produk dapat diminati atau
digunakan oleh pasar atau konsumen. Dunia pasar atau konsumen ini menjadi
pusat perhatian utama dunia bisnis dan para ilmuannya karena keberhasilan
bisnis dalam era pasar yang kompetitif sekarang di dunia global adalah
tergantung keberhasilan bauran pemasarannya.
Kondisi pasar sekarang telah berlangsung suatu bentuk pemasaran global yang
semua pemasar tidak lagi didominasi oleh pihak-pihak tertentu. Dunia tanpa
batas ini menciptakan akses pasar bagi semua orang tak terkeculi pemasarnya
miskin. Perusahaan-perusahaan berlomba-lomba memasarkan produknya lintas
komunitas, lintas Negara, lintas suku, lintas golongan, lintas geografis, mereka
menginternasionalkan produk-produknya. Masyarakat manusia kini telah
membangun pusat perbelanjaan sejagad/global, oleh Ernest Dichter dalam
jurnal Harvard Bussines Review menamakan para langganan sedunia.
“Perusahaan mempunyai rencana memanfaatkan kesempatan internasional dan
baginya pelajaran antropologi budaya akan merupakan alat penting bagi
pemasaran kompetitif”, kata Dichter.
Hal lainnya menjadi tantangan bagi perusahaan global oleh para manajer
dunianya adalah bagaiman menjual kebutuhan lama kepada langganan baru
sekaligus menciptakan kebutuhan baru untuk langganan lama. Dunia pasar atau
konsumen telah membentuk komunitas pasar atau konsumen. Komunitas ini
memiliki semua perangkat atau wujud budaya yang bisa di selami untuk dapat
mengetahui realitas jelasnya. Dari sini memungkinkan perusahaan dapat
memanfaatkan memanfaatkannya untuk memenangi pasar kompetitif sehingga
produk yang dihasilkan akan berhasil diserap pasar.