Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek
moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk
dianut dan dilestarikan bersama. Perusahaan adalah sebuah lembaga yang
terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu yang berasal dari latar
belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama, pendidikan, dll. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan terdiri dari individu dengan kultur
bawaan yang berbeda-beda.
Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki budaya
yang dirumuskan oleh para pendiri dan top management perusahaan dan dianut
oleh setiap komponen perusahaan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh pakar Harvard Business School,
yaitu Prof. DR. John Kottler dan Prof. DR. Janes Heskett, ternyata terdapat
korelasi positif di antara penerapan budaya perusahaan dengan prestasi bisnis
yang dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki peranan penting dalam
membangun prestasi dan produktivitas kerja para karyawan sehingga
mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan. Jadi sudah saatnya Anda
menetapkan komitmen terhadap penerapan budaya perusahaan. (IS)
PENDAHULUAN
Disiplin ilmu budaya sebenarnya berasal dari disiplin ilmu antropologi. Sekitar
tahun 1979 kata budaya seringkali dikaitkan dengan organisasi. Andrew
Pettigrew (dalam Sopiah, 2008) dalam tulisannya di Journal Science Quarterly
yang memuat istilah organizational corporate culture mendapat perhatian yang
cukup luas baik dari kalangan akademisi, praktisi bisnis maupun organization
theoritist.
Memahami konsep budaya organisasi bukanlah sesuatu hal yang mudah. Belum
adanya kesepakatan atas konsep budaya organisasi ini menyebabkan munculnya
pemahaman yang bervariasi dan kontroversi. Bidang study budaya organisasi
inipun dapat dikatakan masih berusia muda.
Linda Smircich (1983) dalam Sopiah (2008) mengatakan bahwa ada 2 kubu
berkaitan dengan budaya organisasi. Kubu pertama berpandangan bahwa,
Organization is a culture. dan kubu yang kedua berpandangan bahwa
Organization has culture. Kubu pertama menganggap bahwa budaya
organisasi adalah hasil budaya. Oleh karenanya aliran ini menekankan pada
pentingnya penjelasan deskriptif atas sebuah organisasi. Sebaliknya, aliran yang
kedua justru memberikan penekanan pada faktor penyebab terjadinya budaya
dalam organisasi dan implikasinya terhadap organisasi tersebut, misalnya
dengan melakukan pendekatan manajerial.
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan
segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Wheelen & Hunger (tanpa tahun) dalam Nimran (1997).
Sejumlah peran penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah; (a)
Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan, (b) Dipakai
untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi, (c) Membantu
stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial, (d) Menyajikan prilaku sebagai
hasil dari norma perilaku yang dibentuk.
Mengetahui apa itu budaya organisasi dan budaya kerja beserta studi kasusnya.
Mahasiswa dituntut mengerti apa yang diperlukan dalam menciptakan budaya
organisasi dan budata kerja baik itu sumber daya manusia/sumber daya
perusahaan.
1.3 Tujuan
Memberikan informasi kepada kita mulai dari pengertian budaya dan
kebudayaan, pengertian budaya organisasi, pengertian budaya kerja, manfaat
budaya organisasi dan budaya kerja dan juga pengaruhnya terhadap
perusahaan.
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang
memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut
Soerjanto Poespowardojo 1993).
Semua sumber daya manusia harus dapat memahami dengan benar budaya
organisasinya, karena pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap langkah
ataupun kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang bersifat strategis dan
taktikal maupun kegiatan impleentasi perencanaan, dimana setiap kegiatan
tersebut harus berdasar pada budaya organisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan OReilly, Chatman dan Cadwel (1991) dan
Sheridan (1992) menunjukan arti pentingnya nilai budaya organisasi dalam
mempengaruhi prilaku dan sikap individu. Hasil penelitian tersebut memberikan
indikasi bahwa terdapat hubungan antara person-organization fit dengan tingkat
kepuasaan kerja, komitmen dan turnover karyawan, dimana individu yang sesuai
dengan budaya organisasi memiliki kecendrungan untuk mempunyai kepuasan
kerja dan komitmen tinggi pada organisasi, dan juga memiliki intensitas tinggi
untuk tetaptinggal dan bekerja di organisasi, sebaliknya individu yang tidak
sesuai dengan budaya organisasi cenderung untuk mempunyai kepuasaan kerja
dan komitmen yang rendah, akibatnya kecendrungan untuk meninggalkan
organisai tentu saja lebih tinggi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa nilai
budaya secara signifikan mempengaruhi efektifitas organisasi melalui
peningkatan kualitas output dan mengurangi biaya pengadaantenaga kerja.
1. Aturan-aturan perilaku
Yaitu bahasa, terminologi dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota
organisasi.
2. Norma
3. Nilai-nilai dominan
Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para
anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi,
tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosof
Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para
keryawan dan pelanggannya, seperti Kepuasan Anda adalah harapan Kami,
Konsumen adalah Raja,dll.
5. Peraturan-p
Integrity
Integrity, yaitu satunya Keyakinan (belief) terhadap nilai-nilai yang dianut
dengan Pikiran (mind) dan Perbuatan (action).
Respect
Respect adalah menghargai dan menghormati orang lain dengan dilandasi
sikap empati, sopan dan tulus tanpa pamrih.
Enthusiasm
Enthusiasm adalah Keinginan (desire) yang melahirkan Kesungguhan
(passion) karena adanya sebuah Harapan (hope) tertinggi untuk menjadi
yang terbaik.
Loyalty
Loyalty adalah Kesetiaan (state of being loyal) dilandasi dengan adanya
Kepercayaan (faithfulness) yang berujung pada Ketaatan (obey) sehingga
menimbulkan komitmen secara penuh kepada Perusahaan, pimpinan,
norma, etika dan akal sehat.
Totality
Totality adalah mendedikasikan seluruh potensi dan kemampuan yang
dimiliki untuk mewujudkan yang terbaik.
2.Principles to be the Star
Adalah nilai-nilai inti (core values) atau Great Spirit yang berisi prinsip-
prinsip dasar untuk menjadi Insan Bintang. Nilai-nilai inti ini merupakan
panduan dasar yang membentuk pola pikir dan pola perilaku insan
TELKOMSEL dalam membangun dan mengembangkan diri menjadi Insan
Bintang.Principles to be the Star dari THE TELKOMSEL WAY adalah 3S
yakni Solid, Speed, Smart yang menjadi Great Spirit. Great Spirit 3S bagi
Insan TELKOMSEL menjadi panduan dalam memenangkan industri
dimana TELKOMSEL saat ini berada.
SOLID
SOLID adalah terwujudnya 1 Hati ,1 Pikiran, dan 1 Tindakan (Rasa, Rasio,
Raga).
SPEED
SPEED adalah bertindak secara cepat dalam setiap pekerjaan yang kita
lakukan (Awal, Arah, Aksi).
SMART
SMART adalah bersikap, berpikir dan bertindak secara cerdas dalam
pekerjaan yang kita lakukan (Intuisi, Inovasi, Impresif).
GREAT People
GREAT People, praktek-praktek untuk menjadi pemenang selalu dimulai
dari pemilihan orang yang tepat sebelum menentukan strategi ("First
Who... Then What"), karena visi yang hebat untuk melanjutkan tradisi
kemenangan tanpa disertai pemilihan orang-orang yang tepat menjadi
tidak relevan (Great vision without GREAT People is irrelevant).
GREAT Strategy
GREAT Strategy, praktek-praktek untuk menjadi pemenang melalui
strategi yang tepat. Strategi yang efektif selalu berawal dari akhir
(starting from the end) dalam merencanakan dan menjalankan
aktivitasnya. Sebuah karya besar harus dimulai dari mimpi dan cita-cita
besar yang hendak dicapai. Praktek ini identik dengan Visi atau Mimpi
seorang pemimpin. Ia menggambarkan Desirability (keinginan)
bukan Feasibility (kebiasaan).
GREAT Innovation
GREAT Innovation, orang yang tepat disertai dengan strategi yang hebat
(GREAT People with great strategy) hanya bisa bermuara pada hasil yang
nyata jika dikerjakan (Action) atau diimplementasikan dan sekaligus
dikontrol. Tanpa praktek perilaku pemenang yang selalu menekankan
tindakan konkrit dalam mencapai sebuah hasil maka dapat dikatakan
bahwa Visi tanpa Aksi itu fantasi, Aksi tanpa Visi itu sensasi (sesaat).
pada kesempatan kali ini saya akan memberikan postingan yang intinya
mengenai Budaya Kerja / Etos Kerja. Yang di dalamnya akan dibahas juga
beberapa hal mengenai budaya kerja. Seperti: apa pengertian budaya
kerja dan etos kerja serta tujuannya untuk apa, lalu budaya kerja dalam
suatu perusahaan, budaya kerja dalam Rumah Sakit, budaya kerja dalam
organisasi, pengertian pendapatan perkapita, dan perbedaan budaya
kerja / etos kerja bangsa Jepang dengan bangsa kita sendiri Indonesia.
Semoga postingan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan apabila
ada kata-kata yang salah harap di maklumi. Ok,, langsung ajah deh
masuk ke pembahasannya
Arti Definisi / Pengertian Budaya Kerj
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk
menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
2. meningkatkan kebersamaan
Etos berasal dari bahasa Yunani yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki
oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok.
Jadi kesimpulannya Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang
mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari
pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi
transenden.
Penggerak.
Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek
moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi
untuk dianut dan dilestarikan bersama. Perusahaan adalah sebuah
lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang merupakan individu
yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan, agama,
pendidikan, dll. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan
terdiri dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda.
Contohnya bangsa Jepang, India, Arab, Cina, juga Indonesia. Dalam hal
organisasi, misalnya rumah sakit, tinggi-rendahnya budaya organisasi
dapat dilihat dari tingkat komitmen anggota rumah sakit terhadap nilai-
nilai dan keyakinan, sejak pimpinan hingga ke semua lapisan
karyawannya.
Sebab hal itu terjadi karena ternyata tidak didukung oleh komitmen
karyawan terhadap nilai-nilai dan keyakinan dasar. Untuk membangun
komitmen tinggi itulah diperlukan dukungan suatu kultur atau budaya
organisasi rumah sakit yang positif.
Ada empat macam fungsi budaya kerja yang sangat penting dalam
membawa organisasi menuju sukses.
Budaya Melayani
Memahami arti dan fungsi budaya kerja, maka di lingkungan rumah sakit
perlu dikembangkan suatu budaya kerja ke arah positif, maksudnya
budaya kerja yang mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan.
Sementara budaya organisasi timbul dari budaya kelompok individu yang
tergabung dalam organisasi tersebut.
Jadi budaya kerja positif apapun yang akan kita kembangkan, yang
penting pelaksanaannya harus secara konsisten, mulai dari pimpinan dan
terus menerus.
Komitmen
Panduan Perilaku:
Teamwork
Panduan Perilaku:
Berpikir positif
professional
Panduan Perilaku:
Positif thinking
Pelayanan
Disiplin
Melaksanakan tugas secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat manfaat.
Panduan Perilaku:
Tepat waktu
Kerja Keras
Panduan Perilaku:
Integritas
Berani menyatakan fakta apa adanya secara transparan dan jujur dengan
tetap menjaga rahasia bank dan perusahaan
Kenapa seorang pegawai etos kerjanya menurun ? hal ini bisa disebabkan
dua hal yaitu
Faktor lingkungan sosial ekonomi bisa dari dua komponen internal dan
eksternal :
Komponen ekternal
Komponen Internal
Namun Indonesia masih tertinggal dari Malaysia, karena negara itu pada
1980 telah memiliki GNI US$4.722, sehingga saat ini pendapatan per
kapitanya mencapai US$13.685. Thailand kini memiliki pendapatan per
kapita US$7.694. Di Asia Tenggara, Indonesia masih lebih baik dari
Filipina dan Vietnam yang masing- masing memiliki pendapatan
perkapita US$3.478 dan US$2.805. Indonesia kalah dengan Malaysia dan
Thailand karena jumlah penduduk Indonesia jauh lebih besar dari kedua
negara tetangga tersebut.
untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan etos kerja Negara kita yaitu
Indonesia dengan Negara jepang yang terkenal dengan etos kerjanya
yang sangat bagus terbukti negaranya kini menjadi Negara yang sangat
maju. Ok, langsung ajah di baca deh penjelasannya.
Jepang selama ini kita kenal sebagai salah satu negara didunia yang
memiliki etos kerja yang hebat. Etos kerja yang baik ini menimbulkan
suatu dampak kemajuan teknologi dan penguasaan teknologi,serta
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara jepang itu sendiri.
Sikap patriotisme bangsa Jepang juga menjadi salah satu faktor yang
membantu keberhasilan ekonomi negaranya. Bangsa Jepang bangga
dengan produk buatan negeri sendiri. Mereka juga menjadi pengguna
utama produk lokal dan pada saat yang sama juga mencoba
mempromosikan produk made in Japan ke seluruh dunia dari makanan,
teknologi sampai tradisi dan budaya. Dimana saja mereka berada bangsa
Jepang selalu mempertahankan identitas dan jatidiri mereka.Minat dan
kecintaan bangsa Jepang terhadap ilmu membuat mereka merendahkan
diri untuk belajar dan memanfaatkan apa yang telah mereka pelajari.
Mereka menggunakan ilmu yang diperoleh untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan produk Barat demi memenuhi kepentingan pasar
dan konsumen. Bangsa Jepang memang pintar meniru tetapi mereka
memiliki daya inovasi yang tinggi. Pihak Barat memakai proses logika,
rasional dan kajian empiris untuk menghasilkan sebuah inovasi. Namun
bangsa Jepang melibatkan aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan
inovasi yang sesuai dengan selera pasar.
Bekerja untuk kesenangan, bukan untuk gaji saja. Tentu saja orang
Jepang juga tidak bekerja tanpa gaji atau dengan gaji yang rendah. Tetapi
kalau gajinya lumayan, orang Jepang bekerja untuk kesenangan. Jika
ditanya Seandainya anda menjadi milyuner dan tidak usah bekerja, anda
berhenti bekerja ?, kebanyakan orang Jepang menjawab, Saya tidak
berhenti, terus bekerja. Bagi orang Jepang kerja itu seperti permainan
yang bermain bersama dengan kawan yang akrab. Biasanya di Jepang
kerja dilakukan oleh satu tim. Dia ingin berhasil dalam permainan ini, dan
ingin menaikkan kemampuan diri sendiri. Dan bagi dia kawan kawan yang
saling mempercayai sangat penting. Karena permainan terlalu menarik,
dia kadang-kadang lupa pulang ke rumah. Fenomena ini disebut work
holic oleh orang asing.
Untuk itu, tidak ada alasan bagi Indonesia tidak bisa menjadi seperti
Jepang. Indonesia memiliki sumber alam melimpah dari pada Jepang,
tenaga manusia murah, infrastruktur yang baik, dan kedudukan geografis
yang strategis. Tergantung kemauan, komitmen dan langkah pasti
pemerintah serta masyarakatnya dalam mengaplikasikan formula
ekonomi yang ampuh tersebut. Jika bangsa Jepang bisa melakukannya,
maka tidak ada alasan untuk kita gagal melaksanakannya. Kekuasaan ada
ditangan kita dan bukan terletak pada negara.
Artistik; dekat dengan alam. Dengan melihat keadaan saat ini, ini
merupakan kenyataan pahit, yang memang tidak bisa kita pungkiri, dan
memang begitu adanya.
Namun lanjutnya, dari 220 juta jiwa rakyat Indonesia, tidak semua
memiliki etos kerja buruk seperti disebutkan diatas. Masih ada organisasi
yang peduli dan mau mengubah etos kerja yang disematkan ke bangsa
Indonesia saat ini.
Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh Indonesia yaitu
negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka
merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki
kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering
disalahgunakan.
Taiichi Ohno adalah penggagas sistem produksi yang kini dikenal sebagai
The Toyota Way. Sistem ini terkenal karena sangat efisien. Penerapannya
membutuhkan disiplin tinggi.
Ya, bisnis pertama Toyota yang dirintis oleh Sakichi Toyoda adalah bisnis
pembuatan mesin pintal dan tenun, bukan otomotif. Toyota baru mulai
membuat mobil tahun 1938. Hingga saat ini Toyota masih membuat
mesin tenun, dan wujud sebagai pembuat mesin nomor satu di dunia.
5. Sekali mulai, lakukan dengan gigih sampai tujuan tercapai. Tidak ada
tujuan yang tidak bisa dicapai. Tak ada mimpi yang bisa diraih. Tak ada
jalan buntu. Semua yang kita hadapi hanyalah tembok yang bisa kita
panjati, lompati, atau kalau perlu kita hancurkan. Tembok di depan kita
hanya akan jadi jalan buntu kalau kita memandangnya sebagai jalan
buntu.
9. Perbaiki yang sudah diperbaiki, untuk jadi lebih baik lagi. Tidak ada
kesempurnaan dalam hidup. Selalu ada ruang dan kesempatan untuk
meningkatkan kualitas. Tidak boleh ada kata berhenti atau selesai untuk
perbaikan.
Kebiasaan adalah hal-hal yang secara berulang kita lakukan, dan kita
melakukannya di bawah sadar. Kebiasaan juga menyangkut cara berpikir,
hasrat, dan perasaan kita, yang terbentuk oleh berbagai pengalaman kita
di masa lalu.
Ada ungkapan menarik,First we make our habits, then our habits make
us. Artinya, kita bisa membangun kebiasaan, kemudian kebiasaan-
kebiasaan itu yang membentuk diri kita. Itulah yang menjadi dasar
berpikir para ahli pengembangan diri dalam membangun metode yang
mereka tawarkan.
Pola pikir adalah kebiasaan dalam berpikir. Sama seperti kebiasaan fisik,
pola pikir sulit diubah. Tapi, sekali lagi, ia bisa diubah dengan latihan.
Orang-orang seperti Covey sebenarnya menawarkan konsep perubahan
dalam berpikir. Demikian pula saya, melalui suatu slogan,Melawan Miskin
Pikiran.
Kita adalah kebiasaan kita. Kita dibentuk oleh berbagai kebiasaan. Sukses
atau gagalnya kita, ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan tersebut. Bila
kita mau belajar dari orang sukses, cobalah menelisik pola kebiasaannya.
Ia pasti punya kebiasaan tertentu. Kalau kita ingin berubah dari diri kita
yang sekarang, tidak bisa tidak, kita harus mengubah kebiasaan-
kebiasaan kita.
Nah, apa kebiasaan positif yang kita bangun untuk membentuk diri kita?
Kita bisa mulai dari hal kecil seperti tepat waktu, tertib di jalan dan
tempat umum, menjaga kebersihan, jujur, dan menepati janji. Pada saat
yang sama kita bisa menghilangkan kebiasaan-kebiasan buruk, seperti
menunda, menghindar, menyangkal, dan sebagainya.
Pada level yang lebih tinggi kita bisa melatih diri dengan satu set pola
pikir, misalnya, meninggalkan pola pikir dengan sudut pandang korban,
menjadi pola pikir proaktif. Kita juga harus membiasakan untuk memilah
antara unsur emosional dan rasional dalam pikiran kita. Ada banyak lagi
kebiasaan-kebiasaan berpikir atau intelectual habit. Nanti akan saya
bahas dalam tulisan-tulisan saya selanjutnya.
Intinya, kita adalah kebiasaan kita. Kalau mau mengubah nasib, jalan
hidup, dan masa depan, tidak bisa tidak, kita harus mengubah kebiasaan-
kebiasaan kita.