Anda di halaman 1dari 18

Makalah

BUDAYA DAN ETIKA BISNIS

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis yang di
ampuh oleh Ibu RAHMATIA PAKAYA, SE, M.SI

OLEH :

KELOMPOK 5

NI NENGAH SELBI YUNITA (931418206)

DEFNI IBRAHIM (931418028)

APNIATI KIRAMAN (931418188)

HAJRAWATI KABULA (931418202)

BACHRUDIN JUSUF (931418184)

ISMAIL POLIMENGO (931418203)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

2020

i
KATA PENGANTAR
. Assalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan karunia dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai ” Budaya dan Etika
Bisnis”dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Serta kami
juga berterima kasih kepada Ibu RAHMATIA PAKAYA, SE, M.SI Selaku dosen
mata kuliah Etika Bisnis yang sudah memberikan kepercayaan untuk
menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap Makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah


pengetahuan dan juga wawasan kami menyangkut Budaya dan Etika bisnis. Kami
menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritikan, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang sudah kami buat untuk dimasa yang akan datang,
mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada kritik yang membangun.

Akhir kata, mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh


siapapun yang membacanya dan sekiranya dapat bermanfaat bagi kami maupun
orang lain yang membacanya. Tak lupa juga kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2.Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Budaya................................................................................ 3


2.2 Budaya dan Etika Bisnis ...................................................................... 3
2.3 Pengertian Budaya Organisasi ............................................................. 4
2.4 Pengaruh Budaya dalam Mendorong Pembentukan Manajemen
Kinerja .................................................................................................. 5
2.5 Budaya Perusahaan .............................................................................. 6
2.6 Perusahaan dan Pergeseran Budaya Masyarakat ................................. 7
2.7 Budaya Global dan Produk Global....................................................... 8
2.8 Perusahaan Multinasional Amerika dan Pengaruhnya Pada Budaya
Negara Lain ......................................................................................... 11
2.9 Sejarah Awal Pembentukan Budaya Global ........................................ 12
2.10 Kasus dan Solusi Budaya dan Etika Bisnis........................................ 12

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan .......................................................................................... 14
3.2.Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Budaya merupakan ciptaan masyarakat yang berkembang dan
dimiliki suatu kelompok, kemudian dikembangkan menjadi suatu
kebiasaan aktifitas turun temurun. Kebudayaan oleh Kaplan dimaknai
sebagai suatu sistem simbolik atau sistem perlambangan. Sebagai cara
memahami perangkat lambang budaya tertentu, orang lebih dahulu harus
melihatnya dalam kaitan keseluruhan tempat sistem perlambang itu
menjadi bagian (Kaplan, 1999:239). Menurut Masinambow, budaya
adalah simbol kebudayaan yang berfungsi sebagai sarana pengatur dan
penataan kehidupan bermasyarakat (Masinambow, 2002:13). Budaya
berkembang pada masyarakat sebagai pengatur kehidupan dalam
bermasyarakat secara turun-temurun. Warisan kebudayaan secara turun-
temurun dijadikan oleh kelompok masyarakat sebagai pegangan hidup dan
kebiasaan kelompok masyarakat. Selain itu, kebudayaan berupa
peninggalan benda-benda bersejarah maupun bangunan bersejarah dapat
dijadikan ilmu pengetahuan oleh masyarakat untuk mengetahui
perkembangan sejarah. Melalui perkembangan sejarah, masyarakat bisa
menjadikan suatu aktifitas dan kebiasaan sebagai peranan kehidupan.
Salah satu contoh kebudayaan yang merupakan aktifitas atau kebiasaan
dalam masyarakat yaitu sikap disiplin.
Etika bisnis adalah perwujudan dari nilai-nilai moral. Hal ini
didasari oleh sebagian besar pelaku usaha, karena mereka akan berhasil
dalam usaha bisnisnya jika menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis. Jadi
penegakan etika bisnis penting artinya dalam menegakan persaingan usaha
sehat yang kondusif. Di indonesia, penegakan etika bisnis dalam persiapan
bisnis semakin berat. Kondisi ini terjadi karena banyaknya pelanggaran
terhadap etika bisnis oleh para pelaku bisnis itu sendiri, sedangkan

1
pelanggaran etika bisnis tersebut tidak dapat diselesaikan melalui hukum
karena sifatnya yang tidak terikat menurut hukum.
1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya
2. Untuk mengetahui budaya dan etika bisnis
3. Untuk mengetahui pengertian budaya organisasi
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya dalam mendorong
pembentukan manajemen kinerja
5. Untuk mengetahui budaya perusahaan
6. Untuk mengetahui perusahaan dan pergeseran budaya masyarakat
7. Untuk mengetahui budaya global dan produk global
8. Untuk mengetahui perusahaan multinasional amerika dan
pengaruhnya pada budaya negara lain
9. Untuk mengetahui sejarah awal pembentukan budaya global
10. Untuk mengetahui kasus dan solusi budaya etika bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya
Budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah
dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan sehari-hari. Suatu budaya yang
dipakai dan diterapkan dalam kehidupan selama periode waktu yang lama
akan mempengaruhi pola pembentukan dari suatu masyarakat, seperti
kebiasaan rajin bekerja, dan kebiasaan ini berpengaruh secara jangka
panjang yaitu pada semangat rajin bekerja yang terus terjadi hingga di usia
senja, begitu juga sebaliknya jika sudah terbiasa malas dan tidak suka
bekerja maka itu juga akan terbawa hingga pada saat menjadi kakek
nenek.
Karena itu suatu budaya bukan tidak mungkin untuk dirubah,
asalkan ada keinginan dan semangat kuat untuk melakukan perubahan itu.
Dan yang mampu mengubahnya hanyalah manusia itu sendiri, ini
sebagaimana kata pepatah “ dari pada seribu kali orang mengingatkan
lebih baik sekali diri sendiri mengingatkannya”. Artinya keinginan kuat
dari diri sendiri akan mampu mengubah dan membangun budaya yang
salah menjadi budaya yang baik dan benar.
2.2 Budaya dan Etika Bisnis
Secara konsep ada hubungan kuat antara budaya dan etika bisnis.
Manusia yang berbudaya tinggi dianggap lebih mengerti dan memahami
tentang etika, namun masyarakat dengan budaya cenderung pemahaman
etika menjadi kurang. Kepemilikan budaya bersumber dari keinginan
untuk menjunjung tinggi apa yang telah diwariskan oleh para leluhur
mereka tentang aturan-aturan dan hal-hal yang harus dilaksanakan sebagai
sebuah warisan kebanggaan secara turun temurun.
Bagi masyarakat pedalaman Kalimantan sangat menghargai pohon-
pohon yang tumbuh dihutan, karena pohon-pohon tersebut adalah pemberi
rezeki bagi kehidupan mereka. Sehingga mereka sangat menentang segala
tindakan seperti penebangan pohon secara sembarangan, apalagi jika

3
berkeinginan untuk melakukan eksploitasi pohon secara besar-besaran
demi kepentingan bisnis. Konsep kehidupan ini sebenarnya juga terjadi
pada tempat lain. Dan beberapa bukti telah memperlihatkan bagi mereka
merusak dan mengeksploitasi hutan secara sembarangan telah
menyebabkan bencana alam yang merugikan banyak pihak, seperti banjir
bandang, longsor, dan lain-lainnya.
Penafsiran lebih dalam dapat kita pahami bahwa dalam menolong
dan membantu ada batas-batas yang dianggap boleh atau layak untuk
dilakukan dan ada batas-batas yang tidak boleh dimasuki. Contoh. Seorang
pimpinan yang memiliki keponakan yang melamar pekerjaan di
perusahaan yang dipimpinnya. Tentunya jika pimpinan tersebut ingin
mempergunakan “power” atau pengaruhnya ia akan bisa dengan mudah
meluluskan keponakannya untuk bisa bekerja di sana walaupun ia
dianggap memiliki kompetensi yang rendah. Tapi tindakan itu dianggap
melanggar etika atau sangat tidak etis.
Maka cara yang dapat dilakukan oleh pimpinan tersebut untuk
menolong keponakannya dapat dilakukan dengan cara mendidik,
menggembleng, mendisiplinkan keponakannya baik secara mentalitas dan
keilmuan secara sistematis. Dan tentunya semua itu dilakukan sebelum
keponakannya mengikuti tes masuk ke perusahaan. Tindakan ini dianggap
sebagai tindakan yang lebih berbudaya dan tidak melanggar nilai-nilai
etika.
2.3 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung
lama dan dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai
salah satu pendorong untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan
dan manajer perusahaan. Jones (2001) mendefinisikan kultur organisasi
sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil berbagi yang mengendalikan
interaksi anggota organisasi satu sama lain dengan orang di luar
organisasi.

4
Dan suatu organisasi pada dasarnya menjalani tahap demi tahap
dari waktu ke waktu, atau yang biasa disebut dengan siklus organisasi.
Artinya suatu organisasi yang tumbuh dan berkembang dia akan menjalani
suatu proses kehidupan atau living organism. Ini sebagaiman dikatakan
oleh Taliziduhu Ndraha bahwa “ sebagai living organism yang sudah ada
suatu organisasi merupakan output proses panjang dimasa lalu, sedangkan
sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat bantu untuk input
bagi usaha mencapai tujuan.
2.4 Pengaruh Budaya dalam Mendorong Pembentukan Manajemen
Kinerja
Pengaruh budaya dalam mendorong pembentukan manajemen
kinerja terasa sangat sering didiskusikan terutama oleh para manajer di
berbagai perusahaan. Dari berbagai literatur yang diperoleh dijelaskan
bahwa disebutkan jika suatu organisasi menerapkan budaya kuat maka itu
akan mendorong terjadinya peningkatan keefektifan pada organisasi
tersebut. Menurut Stephen Robbins “Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai
inti dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik, dan
dirasakan bersama-sama secara luas”.
Contoh jelas pengaruh budaya kuat yang dianut oleh suatu
organisasi dan itu mampu mendorong pembentukan manajemen kinerja di
organisasi adalah salah satunya pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki
oleh orang India. Masyarakat India sudah lama dikenal akan hubungan
kekerabatan mereka sesama anggota keluarga sangat kuat. Sehingga kita
sering menemui tentang family business di masyarakat India, artinya
mereka mendirikan dan melakukan perekrutan tenaga kerja yang berasal
dari garis keturunan mereka sendiri khususnya para anggota keluarga.
Suatu organisasi jika ingin mempertahankan budaya kuat maka
organisasi tersebut harus konsisten dan berusaha semaksimal mungkin
menerapkannya secara terus menerus kepada para karyawannya. Karena
jika suatu organisasi tidak konsisten menerapkan suatu budaya kuat
kepada para karyawannya maka budaya itu lambat laun akan hilang dan

5
akhirnya perusahaan itu menjadi lemah. Lemahnya perusahaan akan
memberi pengaruh pada penurunan kualitas manajemen kinerja
perusahaan.
Namun jika pihak manajemen perusahaan berusaha mengubah
budaya organisasi yang dianggap tidak lagi layak untuk diterapkan, maka
perlu dimengerti dan dipahami apakah para karyawan siap untuk
pengubahan budaya organisasi tersebut atau sebaliknya melakukan
penolakan. Apalagi jika para karyawan menganggap perubahan budaya
hanya akan memperumit keadaan atau tidak efektif untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
2.5 Budaya Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki perbedaan corporate cultulre (budaya


perusahaan) yang berbeda antara satu dengan perusahaan lainnya. Dan
perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai perbedaan seperti, latar belakang
karyawan, model manajemen yang diterapkan, dan lain sebagainnya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang paling mutakhir, Robbbins


menemukan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan
menggambarkan budaya perusahaan (Munandar 2001:267-268)
1) Inovasi pengambilan resiko. Perusahaan yang memiliki budaya ini
biasanya sangat mendukung pegawainya untuk senantiasa bereksperimen,
mencari peluang baru dan menemukan inovasi meskipun menimbulkan
resiko yang berhasil atau gagal.
2) Perhatian terhadap detail. Menghargai hal-hal yang dapat diduga
sebelumnya (predictabitabily), kecermatan, analisis dan perhatian terhadap
detail.
3) Orientasi kehasil atau keluaran. Menekankan pentingnya hasil dari
pencapaian tujuan organisasidaripada proses atau cara-cara yang dilakukan
untuk mencapai hasil tersebut.
4) Orientasi ke orang. Memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti,
toleransi, keadilan dan penghargaan orang sebagai makhluk yang memiliki
harga diri (human dignity) dan hal sosial (sicial rights).
5) Orientasi tim. Bekerja secara terorganisir dalam kelompok-kelompok kerja
(team work), sangat dipentingkan dalam perusahaan yang memilikibudaya
yang berorientasi tim.

6
6) Keagresifan. Para pegawai dalam perusahaan yang memiliki ciri agresif ini
umumnya didorong untuk berperilaku aktif dan memiliki semangat
kompetisi baik dengan pegawai lain dalam perusaan itu, maupun dengan
pegawai dalam perusahaan pesaing.
7) Stabilitas. Perusahaan mendukung status kuo, dimana kegiatan-kegiatan
perusahaan yang bersifat aman, terjamin, pasti tidak menimbulkan
goncangan-goncangan lebih dihargai dibandingkan dengan kegiatan-
kegiatan yang lebih beresiko.

2.6 Perusahaan Dan Pergeseran Budaya Masyarakat

Pada saat ini harus diakui bahwa budaya lokal (daerah) perlahan-lahan
mulai berubah dan bahkan ada bagiab-bagian tertentu yang hilang, dan
selanjutnya diperkirakan jika suatu daerah tidak mampu mempertahankan
budaya daerahnya maka perlahan-lahan cara berfikir dan bersikap akan
meninggalkan budaya daerahnya dan menerapkan konsep budaya nasional. Ini
terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berfikir dan menerepkan
budaya nasional dalam tata kehidupan serta format bisnisyang
dibangunnya.sepeerti beberapa menu makanandan tata budaya lokal mulai
terasa asing diterapkan, seperti model keputusan kedaerah mulai
ditinggalkandan dipakai format keputusan budaya nasional, padahal kearifan
budaya daerah juga mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan.

Secara lebih dalam pada konteks ini kita dapat memberikan penjalan
lebih dalam. Bahwa pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada masyarakan
yang perkotaan yang mengalami akulturasi dari berbagai budaya, karena
masyarakat kota bersifat heterogen. Contohnya jelas terlihat pada acara-acara
pesta perkawinan tertentu yang diadakan diperkotaan dimana mempelai laki-
laki dan perempuan kadang kala ditemui tidak lagi memakai pakaian adat
daerah mereka, namun telah memakai pakaian yang bergaya barat seperti jas
dan gaun.

Seharyusnya jika idealisme budaya daerah dipertahankan maka


tetaplah selurus sesi acara penuh dangan nuansa dan culture yang diwariskan
oleh para leluhur. Ini juga terlihat dalalm penyelesaian konflik dan proses
pengambilan keputusan di masyarakat, yaitu dalam proses penyelesaian
konflik tidak lagi mengedapankan konsep penyelesaian secara adat, padahal
penyelesaian secara adat mampu memberikan pengaruh pada pengutan rasa
persaudaraan. Pergeseran ini lebih jauh juga bisa kita lihat pada semangat
gotong royang yang semakin lama semakin menuurun. Padahal semangat
gotong royang adalah warisan bangsa yang paling berharaga yang diwariskan
olleh para nenek moyang secara turubn temurun. Dan pada konsep gotong-

7
rooyang dan lain-lainnya mengandung berbagaia muatan yang jauh kedepan
seperti salah satunya mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Sebelum kita lebih dalam membahas tentang budaya maka perlu kita
pahami terlebih dahulu fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat. Menurut
Sondang P. Siagian fungsi budaya dalan kehidupan masyarakat adalah sebagai
berikut.

1) Penentu batas batas perilaku dalam arti menentukan yang benar dan yang
salah, yang pantas dan tidak pantas, serta yang wajar dan tidak wajar,
yang sopan dan tidak sopan, serta yang dibenarkan dan yang dilarang.
2) Instrumen untuk mempertahankan jati diri. Kebanggan menjadi
masyarakat bangsa tertentu adalah salah satu manifestasinya.
3) Penumbuhan komitmen sosienatal dalam berbagai bidang kehidupan
seperti bidang politik, ekonomi, pendidikan dan berbagai bidang lainnya.
Misalnya komitmen untuk taat kepada dan mendukung pemerintah yang
sah, mendukung proses demokratis terlihat dalam proses pertumbuhan
ekonomi, memperjuangkan pendidikan yang makin bermutu bagi generasi
muda, serta mendukung dan turut berpartisipasidalam program berencana
nasional.
4) Perekat rasa kebersamaan. Bentuknya antara lain berupa kesediaan untuk
menumbuhsuburkan rasa kebersamaan, kekeluargaan dan solidaritas
sosial, serta tidak menonjolkan egosentrisme dan sikap yang
individualistis.
5) Sebagai pengganti mekanisme pengendalian yang formulatis dan
mengembangkan kempuan untuk memantau diiiri sendiri (self
monitoring).

2.7 Budaya Global Dan Produk Global

Budaya nasional adalah pencampuran antara berbagai budaya lokal


yang berada dinegara tersebut. Dan dalam proses selanjutnya budaya nasional
akan mengalami penipisan perlahan-lahan karena digantikan oleh budaya
global. Dalam artian jika budaya tersebut tidak mampu mempertahankan nilai-
nilai, norma-norma, konsep-konsep dan lainnya gerhadap hamnbtan
masuknya budaya global. Seorang pakar ilmu konunikasi masa, Marshall
McLulan pernah mengatakan bahwa dunia ini semakin berkembang ke arah
global village, ke arah sebuah “kampung dunia” karena dunia yang dulunyya
dirasa luas ini semakin dirasa kecil “kampung” sebagai dampak kemajuan
teknologi transpotasi dan teknologi informasi.

Dalam era globalisasi sekarang ini berbagai jarak yang dulunya dirasa
jauh sekarang terasa sangat dekat. Setiap orang bisa berbicara dan bertatap

8
muka dengan berbagai masyarakat dari br]erbagai belahan dunia lainnya.
Salah satu faktor pendukung terwujudnya kondisi ini terjadi karena begitu
berkembangkan perangkat teknologi yang tersedia terutama dengan
munculnya internet. Dipakainya internet sebagai salah satu sarana pendukung
menyebabkan dunia ini berada dalam kondisi bondhilder atau tanpa batas.
Interner juga menjadi salah satu media yang mampu mempercepatberbagai
proses pengambilan keputusan.

Saat ini kita milihat bagaimana produk-produk yang berasal dari


budaya global dengan mudah masuk dan terjual di berbagagi negara. Contoh
produk food and beverage seperti KFC, CFC, Pizza, McDonald’s dan
berbagai jenis produk lainnya. Bahkan, Schniederdan barsoux mengakui
bahwa dalam memasuki milenium baru kita semua akan tampak serupa dan
menunjukan perilaku yang serupa dengan memakai jeans Levi’s baju La Coste
atau Crodile, sepatu Adidas arloji Swatch, sambil menyaksikan CCN melalui
siaran televisi langsung.

Semua ini telah membanjiri dan menyayingi produk produk domestik.


Penggunaan produk global ini menyebabkan masyarakat terbiasa menikmati
selera global, dimana dahulu masyarakat terbiasa menikmati makanan dan
minuman lokal seperti, ketela rebus, jagung rebus tape ubi, talas rebus, ,
minuman wedang jahe, bandrek, teh tarik dan bberbagai model makanan dan
minuman lainnya, semua itu telahh berubah dengan masuknya produk global.

Kondisi ini sebenarnya juga terlihat pada produk jasa,


sepertimasuknya pesawat Air Asia ke beberapa wilayah penerbangan
domestik Indonesia, serti dari Medan ke Bandung saat ini bisa pakai Air Asia,
dan berbagai tempat lain yang pasti akan semakin terus berkembang.
Termasuk memungkinkan muncuk dan masuknya perusahaanpenerbangan
asing lainnya.

Ada konsep dan kampanye yang terus di dengungkan pada masyarakat


Indonesia jangan menjadi bangsa produsen namun lebih baik menjadi bangsa
pedang, sehingga orang-orang Indonesia tidak perlu repot reppot untuk
bercocok tanam atau berkebun,dan lain-lainnya namun cukup hanya dengan
membeli dari luar dan kemudian menjual lagi. Misalnya kita butuh beras
tinggal beli dari Thailand, untuk apel kita beli dari China, da ain sebagainya.
Kemudian komoditi yang kita beli itu kita proses dan kita jual ke negaralain
dala bentuk kaleng, sirup buah, tepung beras, makanan ringan dan berbagai
jens olahan lainnya yang tentunya label berasal dari Negara Indonesia atau
tegasnya tertulis “made in Indonesia” dalam konsep bisnis selisis harga beli
dan harga jual itu menjadi keuntungan. Konsep ini dalam resalita di
masyarakat masih menjadi bahan perdebatan yaitu ada yang pro dan ada yang
kontra.

9
Pengaruh budaya luar juga semakin terlihat jika ada sebagian anank
anak generasi sekarang yang tidak patuh lagi dengan nasihat orang tua, atau
tidak begitu menghargai orang tua seperti yang diajarkan oleh orang-orang
terdahulu. Ini menunjukan sopan santun yangkurang dan budaya malu yang
semakin terkikis ini bisa jadi disebabkan oleh tingginya sikap kritis dalam
mempertanyakan berbagi segi atau masyarakat menyebut sebagai demokrasi
yang kebablasan.

Ada pendapat kritis yang mengemukakan atas semua ini yaitu bahwa
para pebisnis kita tidak memiliki tingkat kreatifitas tinggi dalal meramu
produk budaya Indonesia ini untuk dimodifikasi secara modern. Seperti
mengonsep topi blangkondari jawa sebagai topi bergaya modern namun tetap
tidak meninggalkan ciri khas keindonesiaannya. Termasuk baju adat dari
berbagai daerah nusantara ini sebagai baju yang memiliki sisi modern dan bisa
dipakai oleh para mahasiswa ketika ingin kuliah dan berjalan-jalan di sore
hari.

Satu yang secara tidak langsung harus kita sadari bahwa dengan
menggambil produk global maka lidah dan tubuh kita perlahan terbiasa
menerapkan konsep global, apalagi jika ditambah berbagai media baik film
dan buku buku di berbagai sekolah serta universitas banyak yang berasal dari
luar negeri. Maka ini semua mulai memberi pengaruh pada format berfikir dan
mengambil keputusan dengan pandangan-pandangan secara global. Lambat
laun ini bisa menyebabkan budaya lokal dan nasional-pun akan terkikis pelan-
pelan.

Contoh nyata yang paling dekat tentang sebuah keluarga yang tidak
lagi mengajarkan bahasa daerah kkepada anaknnya, bahkan merake
mengajarkan bahasa inggris dengantujuan agar anak tersebut cepat bisa
berkomunikasi bahasa inggris. Namun efeknya adalah anak tersebuut tidak
lagi mengenal dan mengerti secara dalam bahasa daerahnya dengan fasih, atau
jika ia berbicara dalam bahasa daerah tidaklagi mampu mengucapkan secara
fasih karena lidahnya telah menjadi kaku.

Masyarakat yang menempati suatu wilayah memiliki suatu pengaruh


besar dalam menjaga dan mempertahankan budaya di tempat tersebut. Nilai-
nilai moral dan pergeseran dari konsep etik yang berlaku sering disebabkan
oleh lemahnya fungsi masyarakat dalam mengontrol dan mempertahankan
budaya yang ada, sehingga perlu bagi kita memahami apa yang menjadi fungsi
dari masyarakat.

Menurut Netting, Kettner, dan McMurtry (2004:130-131) ada ada lima


fungsi masyarakat:

10
1) Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi (prodiction, distribution dan
consumption).
2) Fungsi sosialisasi (sicialization)
3) Fungsi pengawasan sosial (social control)
4) Fungsi partisipasi sosiali (social participation)
5) Fungsi gotong royong (mutual support)

Masyarakat dalam arti sempit biasanya disebut komunitas atau


community. Dalam dalam arti luas, masyarakat menunjuk pada interaksi
kompleks sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan tujuan bersama
meskipun tidk bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu. Dan
yang harus kita pahami sekali jika masyarakat era sangat dinamis dan
mendukung akan perubahan, sifat dukungan ini terjadi sebagai efek dari
direct information yang selalu mereka terima.
2.8 Perusahaan multinasional Amerika dan pengaruhnya pada budaya
negara lain
Perkembangan bisnis perusahaan yang berasal dari Amerika serikat begitu
pesat ada era sekarang ini, dan itu terlihat dari begitu banyaknya multinasional
corporations (MNCs) yang berasal dari negara Amerika berada diberbagai
negara yang berkembang. Karena itu ada beberapa permasalahan yang menjadi
tantangan perusahaan Amerika tersebut, yaitu:
a. Bagaimana agar dominasi perusahaan Amerika tersebut dapat terus bertahan
dan berkembang.
b. Bagaimana prospek usaha perusahaan Amerika dikemudian hari Dengan
banyaknya persaingan dari perusahaan tuan rumah mulai bermunculan dan
memiliki kekuatan daya tawar yang kuat di pasar domestik dan internasional.
c. Bagaimana mempertahankan produk Amerika tetap disukai di pasar
internasional.
ini harus dicarikan solusi strateginya, karena bagaimanapun perusahaan
Amerika tersebut selalu mempertahankan dominasi penjualannya di pentas
internasional. Salah satu strategi yang harus dilakukan adalah dengan
memahami budaya manajemen kerja yang berlaku diberbagai negara di dunia
ini. Artinya perusahaan Amerika yang membuka kantor cabang dan pabrik
diberbagai negara harus melihat bagaimana karakteristik budaya yang mereka
terapkan dalam tatanan kinerja mereka. Seperti di negara yang mayoritas
beragama muslim mereka terbiasa dengan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan mereka sehari-hari, seperti adanya waktu yang dipakai untuk
beribadah shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, berhari raya idul Fitri dan idul
Adha, maulid nabi Muhammad dan perayaan lainnya. Kondisi ini
mengharuskan beberapa perusahaan Amerika yang berada di negara mayoritas
penduduknya muslim harus menerapkan dan menerima konsep Islam dalam

11
penerapan manajemen kinerja mereka, yaitu dengan menyediakan waktu dan
biaya untuk keperluan tersebut.
Hasil dan kajian membuktikan bahwa dengan menghargai dan menghormati
perbedaan tersebut suatu perusahaan dapat mempertahankan bisnisnya dan juga
mampu meningkatkan kualitas manajemen kinerjanya. Dan begitu pula
sebaliknya jika perusahaan tersebut tidak menghargai dan menghormatinya
maka kualitas manajemen kinerjanya akan terjadi penurunan. Sehingga dengan
kata lain suatu budaya organisasi (organizational culture) terbentuk dan
dipengaruhi dimana perusahaan tersebut berada dan budaya yang diterapkan
tersebut merupakan representasi keinginan dari para stakeholder organisasi
lebih jauh.

2.9. Sejarah globalisasi sebagai awal pembentukan budaya global


Lahirnya istilah globalisasi sebenarnya merupakan bentuk
penyempurnaan dari perdagangan yang berlangsung tanpa ada batas lagi ini,
atau lebih dalam adalah bentuk pencarian dari rasa ego manusia untuk
menikmati kehidupan duniawi ini dengan lebih besar. Jika konsep globalisasi
dihubungkan dengan investasi maka ini jelas sangat berdekatan. Mungkin
sejarah telah mencatat bahwa perjalanan Basko dan Gama membuktikan
bagaimana perjalanan saat mulai meninggalkan tanjung harapan, ekspedisi
berlayar ke India dan sampai dikalikut dimana pada tempat tersebut Vasco dan
Gama menemukan banyak sekali rempah-rempah yang sangat menguntungkan
untuk dijual dipasaran Eropa. Yang selanjutnya dimulailah pengakutan rempah-
rempah tersebut melalui pelabuhan Alexandria menuju Vanezia. Maka tidak
heran jika kaum anti globalisasi mengatakan bahwa globalisasi merupakan kata
lain dari penjajahan negara maju pada negara berkembang atau terbelakang
dengan model dan wajah baru jika kita bandingkan dengan masa eksploitasi
negara Asia dan Afrika oleh Bani kulit putih (barat) pada era dibawah tahun
1940-an.
Di mana globalisasi dilihat sebagai bentuk pencarian masyarakat dunia yang
bergerak keseluruh dunia menuju kemajuan dengan pergerakan tanpa batas
(borderless world).
2.10. Kasus dan solusi
a. Kasus
Saat ini negara berkembang dan tidak terkecuali Indonesia menjadi
salah satu pasar yang menggiurkan masuknya produk yang berasal dari
negara maju. Produk yang masuk tersebut meliputi barang (goods) dan jasa (
service) dengan segala jenisnya. Berbagai produk tersebut ternyata memiliki
tingkat penjualan yang tinggi, ini disebabkan karena konsumen atau
masyarakat Indonesia begitu antusias menyenangi produk dari luar tersebut.

12
Kondisi ini lebih jauh tatanan berpikir Masyarakat dari konsumtif pada
produk lokal ke produk berkelas internasional.
Alasannya karena produk internasional khususnya dari negara maju
lebih berkualitas dan berkelas.
Memang harus di akui masuknya produk fast food seperti burger, KFC,
CFC, hoka-hoka bento, Coca cola, Pepsi dan berbagai jenis makanan
lainnya, telah menyebabkan lidah masyarakat Indonesia yang dahulunya
makan kacang rebus, ketela rebus, kerak telor, mie lokal cendol, dan lain
sebagainya mulai tersingkirkan.
Kondisi ini juga terjadi pada produk jasa, seperti masuknya bank asing
dan pesawat air Asia ke beberapa wilayah penerbangan domestik
Indonesia, seperti dari Medan ke Bandung, Bandung ke Denpasar saat ini
bisa pakai air asia, dan berbagai tempat lain yang terus pasti akan terjadi.
Persoalan menjadi semakin komplek ketika pembisnis kita menutup bisnis
dengan produk khas budaya Indonesia menjadi berjualan fast food yang
berasal dari Amerika, penjual sembako lebih menerima beras dan gala
dari Thailand, dan toko kain lebih menjual kain dari China dari pada
produk dari dalam negeri. Dengan alasan produk asing lebih diminati dan
keuntungan juga lebih tinggi. Ini semakin parah pada saat pedagang
tersebut juga Ikut mempromosikan produk asing tersebut ke berbagai
media baik cetak maupun elektronik. Dan jika kondisi ini terus dibiarkan
maka produsen dalam negeri akan kehilangan pangsa pasar di dalam
negeri sendiri, karena pedagang dan penjual telah membeli produk dari
luar semua.
b. Solusi
Ada pendapat kritis yang mengemukakan atas semua ini yaitu bahwa para
pembisnis kita tidak memiliki tingkat kreativitas tinggi dalam meramu
produk budaya Indonesia ini untuk dimonifikasikan Secara modern.
Seperti mengkosul topi blangkon dari Jawa sebagai topi bergaya modern
namun tidak meninggalkan ciri khas keindonesiaan. Termasuk baju adat
dari berbagai daerah Nusantara ini sebagai baju yang memiliki sisi modern
dan bisa di pakai oleh para mahasiswa ketika ingin kuliah atau berjalan-
jalan di sore hari.
Orang-orang kritis adalah mereka yang mampu bertahan bahkan mereka
cenderung untuk terus mengembangkan ide-idenya pasar membutuhkan
orang-orang yang kreatif. Artinya Indonesia saat ini jumlah orang yang
kritis masih di anggap kritis karena city produk asing bisa masuk dan
mengubah persepsi konsumen Indonesia untuk berpindah membeli produk
asing.
Maka solusi yang paling konstruktif yang bisa di berikan adalah di
harapkan kepada para pembisnis domestik untuk meningkatkan kreativitas
dalam menciptakan produk, termasuk tetap mempertahankan nilai-nilai
budaya nasional di dalamnya.

13
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini etika bisnis
merpakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar lagi. Etika bisnis
mempengaruhi tingkat kepercayaan dari masing-masing elemen dalam lingkungan
bisnis. Pemasok, perusahaan, dan konsumen adalah elemen yang saling
mempengaruhi.

Etika berbisnis ini dapat dilakukan dengan berbagai aspek. Saling menjaga
kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi
perusahaan tersebut. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera,
namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen bisnis, oleh
karna itu etika dalam berbisnis sangatlah penting.

3.2 Saran

Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai dalam perusahaan yang
ingin menerapkan budaya beretika di dalam bisnis agar tidak adanya kecurangan
atau kebohongan yang tradi pada perusahaan inantinya dan perlu diterapkan
sanksi yang berat apabila ada pegaai yang melanggarnya, sehingga budaya
tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar di perusahaan tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham.2017. Etika Bisnis Teori, kasus, dan solusi. Jl.Gegerkalong Hilir no. 84
Bandung: Alfabeta Cv.

15

Anda mungkin juga menyukai