Nama Kelompok :
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama pendiri merekrut dan
memertahankan hanya para pekerja yang berpendapat dan merasakan hal yang
sama dengan yang merekan lakukan. Kedua mereka menanamkan dan
menyosialisasikan cara mereka dalam berpikir dan merasakan terhadap para
pekerja. Terkahir perilaku dari para peneliti mendorong para pekerja untuk
mengidentifikasi dengan mereka dan menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan
asumsi mereka. Ketika organisasi telah berhasil maka kepribadian dari para
pendiri menjadi tertanam dalam budaya.
Ketika suatu budaya telah berada pada posisinya, maka praktik di dalam
organisasi mempertahankannya dengan memberikan kepada para pekerja suatu
rangkaian pengalaman yang sama. Tiga paksaan ini berperan dalam bagian yang
sangat penting dalam mempertahankan suatu budaya: praktik pemilihan, tindakan
dari manajemen puncak, dan metode sosialisasi.
Praktik Pemilihan
Manajemen Puncak
Sosialisasi
Hasil
produktivitas
Sebelum pertemua metamorfosis
Kedatanga n komitmen
n
Tingkat
Perputaran
Tahap sebelum kedatangan mengenali bahwa masing kedatangan dari
individu dengan serangkaian nilai , tingkah laku, dan ekspetasi mengenai
keduanya yaitu kerja dan organisasi. Salah satu cara untuk mengapitalisasikan
pada karakteristik sebelum perekrutan dalam sosialisasi adalah untuk
menggunakan proses seleksi untuk memberitahukan mengenai para pekerja yang
prospektif mengenai organisasi sebagai suatu keseluruhan. Kita telah melihat
pula bagaiman proses seleksi akan memastikan percantuman dari tipe yang tepat
mereka akan sesuai.
Pada tahap masuk kedalam organisasi, anggota yang baru akan memasuki
tahap pertemuan dan mempertentangkan kemungkinan eskpedisi tersbut
mengenai pekerhaan, para pekerja, bos, dan organisasi secara umum akan beebeda
dari realistis. Jika ekspetasi lebih akurat maka tahap pertemuan hanyalah
menyatukan presepsi yang lebih awal. Terakhir untuk memecahkan beberapa
permasalahan yang ditemukan selama tahap pertemuan, anggota baru akan
berubah atau melalui tahap metamorfosis. Pilihan dalam alur gambar diatas
adalah alternative yang dirancang untuk menghasilkan metamorphosis yang
diinginkan.
Tiga bagian untuk memasuki proses sosialisasi akan selesai jika para
anggota telah diinternalisasikan dan menerima norma – norma dari organisasi dan
kelompok dari organisasi dan kelompok kerja mereka, yakin dengan kompetisi
mereka, dan mereasa dipercaya serta dinilai oleh para kolega mereka. Mereka
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan apa kriteria yang akan
digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kerja mereka.
1. Cerita
Cerita beredar melalui banyak organisasi. Umumnya meliputi naratif
mengenai para pendiri organisasi, pelanggaran aturan, keberhasilan dari orang-
orang miskin menjadi kaya raya, penurunan dalam tenaga kerja, relokasi dari para
pekerja, reaksi atas kesalahan masa lalu, dan penanggulangan organisasional. Para
pekerja juga menciptakan naratif mereka sendiri mengenai bagaimana mereka
datang untuk kesesusaian tidak kesesuaian dengan organisasi selama proses
sosialisasi, meliputi hari pertama di tempat kerja, interaksi-interaksi awal dengan
orang lain, serta kesan pertama mengenai kehidupan organisasi.
2. Ritual
3. Simbol
Tata ruang dari korporat, tipe automobil para eksekutif puncak yang
disediakan, dan kehadiran atau ketidakhadiran dari pesawat terbaang bagi
korporat merupakan beberapa contoh dari simbol-simbol material. Hal yang
lainnya meliputi besaran kantor, keanggunan dari perabot, fasilitas, dan cara
berpakaian. Hal ini melekat pada para pekerja mengenai siapa yang penting,
tingka egalitarianisme yang diinginkan oleh manajemen puncak, dan jenis
perilaku yang sesuai, seperti misalnya pengambilan risiko, konservatif, otoriter,
partisipatif, individualistik, atau sosial.
4. Bahasa
Masalah sumber daya manusia dalam kaitan dengan kinerja organisasi adalah
masalah kompetensi. Wibowo (2006) mengemukakan bahwa dasar keberhasilan
organisasi adalah kompetensi, kepemimpinan, kompetensi pekerja, dan budaya
korporasi yang memperkuat dan memaksimumkan kompetensi. Berkaitan dengan
kompetensi, Wibowo juga mengatakan bahwa kompetensi adalah tingkatan
keterampilan, pengetahuan dan tingkah laku yang terdiri atas pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh seorang individu. Pada intinya setiap
individu dapat mengasah dan meningkatkan kompetensi dalam dirinya.
Peningkatan kompetensi pimpinan bahkan menjadi sesuatu yang menentukan
dalam organisasi, sebab pemimpin mempunyai kekuatan sebagai penggerak dalam
organisasi.
Menurut Brown (1998:231) suatu budaya organisasi berasal dari tiga sumber
yaitu: