Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di
dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebut misalnya:
perminyakan, perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan lain-lain. Makin
besar
risiko suatu pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada aspek manajemen risiko
ini.
Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak
pada pencapaian tujuan Sedangkan manajemen risiko adalah budaya,
proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil
mengelola efek
yang tidak diharapkan (AS/NZS 4360:2004) atau kegiatan terkoordinasi untuk
mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko berdasarkan ISO 31000:2009.
Referensi utama manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS
4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009.
ISO pun
menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC
31010:2009. Dan
sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini merujuk pada
standar-standar
tersebut.
Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan
ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI,
maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga
efek
dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan
terhadap
terjadinya kerugian maupun accident.

II. LATAR BELAKANG


Sarana pelayanan Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
puskesmas ataupun RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-
upaya
Manajemen Resiko. Sistem manajemen resiko dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja dapat
diberikan batasan sebagai berikut: manajemen resiko merupakan bagian dari sistem
manajemen
secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab
pelaksanaan
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja
yang aman,
efisien dan produktif.
Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut,
yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
fasilitas, dan sumber-
sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi, gangguan
psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas
mengancam jiwa bagi
kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di
lingkungan puskesmas dan rumah sakit.
Sarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat
meningkatkan peluang kecelakaan. Misalkan pemakaian tegel licin untuk lantai
yang berada di
ruang terbuka sehingga bila terkena air atau hujan akan licin sehingga
menimbulkan kecelakaan
pada penggunanya, pemeriksaan kabel listrik yang kurang sehingga terjadi
kegagalan fungsi
yang menyebabkan terganggunya pelayanan yang diberikan ke pasien, dan masih
banyak
kejadian yang berhubungan dengan fasilitas / lingkungan rumah sakit.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen
resiko di temapt
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah
sakit lebih
efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di rumah sakit
baik bagi
pengelola maupun karyawan rumah sakit.

III. TUJUAN
a. Tujuan Umum,
Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi bahaya
yang ada di Rumah Sakit Islam Malang.
b.Tujuan Khusus,
1. Mengurangi risiko kegagalan fasilitas yang ada di rumah sakit.
2. Mengawasi dan memonitor risiko terkait fasilitas dan lingkungan di Rumah Sakit
Islam
Malang.
3. Meningkatkan keamanan dan keselamatan fungsi fasilitas yang ada di Rumah Sakit
Islam Malang bagi karyawan, pasien dan pengunjung.

IV. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN


Pengawasan / Monitoring risiko keamanan fasilitas / lingkungan.
a. Penunjukan petugas pengawas / pelaksana program
b. Pembuatan program / rencana kerja pengawasan,
c. Mendidik staf,
d. Uji coba program,
e. Monitoring dan pencacatan pemeriksaan fasilitas,
f. Pembuatan laporan kegiatan program,
g. Evaluasi program,

V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


1. Pengawasan risiko keamanan fasilitas / lingkungan,
Penunjukan petugas yang berwenang melakukan pengawasan dengan kompetensi yaitu
mengetahui semua kondisi dan potensi bahaya dari semua fasilitas yang ada di Rumah
Sakit Islam Malang serta mempunyai kemampuan untuk memimpin. Petugas pengawas
yang ditunjuk disini adalah Kepala Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) karena ruang
lingkup kerjanya sama dengan lingkup kerja pengawas.
Petugas pengawas akan melakukan rincian kegiatan yang ada pada kegiatan pokok baik
pengawasan dan monitoring.
2. Monitoring risiko keamanan fasilitas / lingkungan,
Petugas pengawas bisa bekerjasama dengan unti Satuan Pengaman dalam kegiatan
monitoring / pemeriksaan fungsi fasilitas baik gedung, utilitas maupun peralatan serta
keamanan lingkungan secara harian / mingguan.

VI. SASARAN
1. Keamanan Gedung Perawatan, Kantor dan Penunjang.
2. Keamanan Utilitas penunjang gedung (listrik dan air).
3. Keamanan Peralatan yang digunakan untuk pelayanan maupun kegiatan administrasi
pelayanan.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


nO Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12
0
1 Pembuatan
program
kerja

2 Mendidik
staf

3 Uji coba
program
4 Laporan

5 Kegiatan
pemeriksaa
n

6 Laporan
pemeriksaa
n
VIII.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN & PELAPORAN

nO Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12
0
1 Pembuatan
program
kerja

2 Mendidik
staf

3 Uji coba
program
4 Laporan

5 Kegiatan
pemeriksaa
n

6 Laporan
pemeriksaa
n

IX. PENCATATAN & PELAPORAN KEGIATAN

1. Pencatatan kegiatan akan dilakukan pada checksheet yang dibuat oleh petugas
pengawas.
2. Laporan pelaksanaan kegiatan akan dibuat setiap bulan oleh petugas pengawas dan
dilaporkan kepada Tim K3 RS dan Direktur.
Malang, November 2015.
Ketua
Tim K3 RSI Malang
dr. DINA MARIYATI.

I. PENDAHULUAN
Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di
dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebut misalnya:
perminyakan, perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan lain-lain. Makin
besar
risiko suatu pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada aspek manajemen risiko
ini.
Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak
pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004). Sedangkan manajemen risiko adalah
budaya,
proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil
mengelola efek
yang tidak diharapkan (AS/NZS 4360:2004) atau kegiatan terkoordinasi untuk
mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko berdasarkan ISO 31000:2009.
Referensi utama manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS
4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009.
ISO pun
menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC
31010:2009. Dan
sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini merujuk pada
standar-standar
tersebut.
Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan
ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI,
maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga
efek
dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan
terhadap
terjadinya kerugian maupun accident.

II. LATAR BELAKANG


Sarana pelayanan Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
puskesmas ataupun RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-
upaya
Manajemen Resiko. Sistem manajemen resiko dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja dapat
diberikan batasan sebagai berikut: manajemen resiko merupakan bagian dari sistem
manajemen
secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab
pelaksanaan
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang
aman,
efisien dan produktif.
Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan fasilitas, dan
sumber-
sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi,
gangguan
psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam
jiwa bagi
kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung
yang ada di
lingkungan puskesmas dan rumah sakit.
Sarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat
meningkatkan peluang kecelakaan. Misalkan pemakaian tegel licin untuk lantai yang
berada di
ruang terbuka sehingga bila terkena air atau hujan akan licin sehingga menimbulkan
kecelakaan
pada penggunanya, pemeriksaan kabel listrik yang kurang sehingga terjadi kegagalan
fungsi
yang menyebabkan terganggunya pelayanan yang diberikan ke pasien, dan masih
banyak
kejadian yang berhubungan dengan fasilitas / lingkungan rumah sakit.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di
temapt
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah sakit
lebih
efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di rumah sakit baik
bagi
pengelola maupun karyawan rumah sakit.

III. TUJUAN
c. Tujuan Umum,
Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi bahaya
yang ada di Rumah Sakit Islam Malang.
d.Tujuan Khusus,
I. PENDAHULUAN Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh
bidang pekerjaan di dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting.
Sebut misalnya: perminyakan, perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan
lain-lain. Makin besar risiko suatu pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada
aspek manajemen risiko ini. Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004).
Sedangkan manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk
mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan (AS/NZS
4360:2004) atau kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan risiko berdasarkan ISO 31000:2009. Referensi utama
manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS 4360:2004 yang
kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009. ISO pun
menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC
31010:2009. Dan sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini
merujuk pada standar-standar tersebut. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi
kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya
kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat
memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun accident. II. LATAR BELAKANG Sarana pelayanan Rumah
Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya
yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung puskesmas ataupun
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-upaya Manajemen
Resiko. Sistem manajemen resiko dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diberikan batasan sebagai berikut: manajemen resiko merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif. Potensi
bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan fasilitas, dan
sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut
jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas dan rumah sakit. Sarana
pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalkan pemakaian tegel licin untuk lantai yang berada di ruang
terbuka sehingga bila terkena air atau hujan akan licin sehingga menimbulkan
kecelakaan pada penggunanya, pemeriksaan kabel listrik yang kurang sehingga terjadi
kegagalan fungsi yang menyebabkan terganggunya pelayanan yang diberikan ke pasien,
dan masih banyak kejadian yang berhubungan dengan fasilitas / lingkungan rumah
sakit. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di
temapt pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3
rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di
rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit. III. TUJUAN a. Tujuan
Umum, Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi
bahaya yang ada di Rumah Sakit Islam Malang. b. Tujuan Khusus, 1. Mengurangi risiko
kegagalan fasilitas yang ada di rumah sakit. 2. Mengawasi dan memonitor risiko terkait
fasilitas dan lingkungan di Rumah Sakit Islam Malang. 3. Meningkatkan keamanan dan
keselamatan fungsi fasilitas yang ada di Rumah Sakit Islam Malang bagi karyawan,
pasien dan pengunjung. IV. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN
Pengawasan / Monitoring risiko keamanan fasilitas / lingkungan. a. Penunjukan petugas
pengawas / pelaksana program b. Pembuatan program / rencana kerja pengawasan, c.
Mendidik staf, d. Uji coba program, e. Monitoring dan pencacatan pemeriksaan fasilitas,
f. Pembuatan laporan kegiatan program, g. Evaluasi program, V. CARA
PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Pengawasan risiko keamanan fasilitas / lingkungan,
Penunjukan petugas yang berwenang melakukan pengawasan dengan kompetensi yaitu
mengetahui semua kondisi dan potensi bahaya dari semua fasilitas yang ada di Rumah
Sakit Islam Malang serta mempunyai kemampuan untuk memimpin. Petugas pengawas
yang ditunjuk disini adalah Kepala Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) karena ruang
lingkup kerjanya sama dengan lingkup kerja pengawas. Petugas pengawas akan
melakukan rincian kegiatan yang ada pada kegiatan pokok baik pengawasan dan
monitoring. 2. Monitoring risiko keamanan fasilitas / lingkungan, Petugas pengawas
bisa bekerjasama dengan unti Satuan Pengaman dalam kegiatan monitoring /
pemeriksaan fungsi fasilitas baik gedung, utilitas maupun peralatan serta keamanan
lingkungan secara harian / mingguan. VI. SASARAN 1. Keamanan Gedung Perawatan,
Kantor dan Penunjang. 2. Keamanan Utilitas penunjang gedung (listrik dan air). 3.
Keamanan Peralatan yang digunakan untuk pelayanan maupun kegiatan administrasi
pelayanan. VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN No. Kegiatan Bulan 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 1. Pembuatan program kerja 2. Mendidik staf 3. Uji coba
program 4. Laporan
5. Kegiatan pemeriksaan 6.
Laporan pemeriksaan VIII. EVALUASI
PELAKSANAAN KEGIATAN & PELAPORAN No. Kegiatan Evaluasi / Bulan 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 1. Program kerja 2. Mendidik staf 3. Uji coba program
4. Laporan 5. Kegiatan pemeriksaan 6. Laporan pemeriksaan IX.
PENCATATAN & PELAPORAN KEGIATAN 1. Pencatatan kegiatan akan dilakukan
pada checksheet yang dibuat oleh petugas pengawas. 2. Laporan pelaksanaan kegiatan
akan dibuat setiap bulan oleh petugas pengawas dan dilaporkan kepada Tim K3 RS dan
Direktur. Malang, November 2015. Ketua Tim K3 RSI Malang dr. DINA MARIYATI. I.
PENDAHULUAN Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh
bidang pekerjaan di dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting.
Sebut misalnya: perminyakan, perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan
lain-lain. Makin besar risiko suatu pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada
aspek manajemen risiko ini. Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004).
Sedangkan manajemen risiko adalah budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk
mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan (AS/NZS
4360:2004) atau kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan risiko berdasarkan ISO 31000:2009. Referensi utama
manajemen risiko adalah standar Australia dan New Zealand AS/NZS 4360:2004 yang
kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO 31000:2009. ISO pun
menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide 73:2009 dan ISO/IEC
31010:2009. Dan sudah barang tentu, seluruh aktifitas manajemen risiko di dunia ini
merujuk pada standar-standar tersebut. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi
kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya
kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat
memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun accident. II. LATAR BELAKANG Sarana pelayanan Rumah
Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya
yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung puskesmas ataupun
RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-upaya Manajemen
Resiko. Sistem manajemen resiko dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diberikan batasan sebagai berikut: manajemen resiko merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif. Potensi
bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan fasilitas, dan
sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut
jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas dan rumah sakit. Sarana
pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalkan pemakaian tegel licin untuk lantai yang berada di ruang
terbuka sehingga bila terkena air atau hujan akan licin sehingga menimbulkan
kecelakaan pada penggunanya, pemeriksaan kabel listrik yang kurang sehingga terjadi
kegagalan fungsi yang menyebabkan terganggunya pelayanan yang diberikan ke pasien,
dan masih banyak kejadian yang berhubungan dengan fasilitas / lingkungan rumah
sakit. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di
temapt pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3
rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di
rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit. III. TUJUAN c. Tujuan
Umum, Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi
bahaya yang ada di Rumah Sakit Islam Malang. d. Tujuan Khusus,
X

Anda mungkin juga menyukai