Tugas Anfis
Tugas Anfis
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. TUJUAN.
Adapun tujaun dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi
mahasiswa S1 keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan
masalah keseimbangan cairan dan elektrolit.
C. RUMUSAN MASALAH.
1. Menguraikan keseimbangan intake & output?
2. Fisiologi keseimbangna cairan & elektrolit?
3. Nilai normal kebutuhan cairan pada berbagai umur perkembangan?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan
elektrolit?
Bab 2
Landasan materi
1. Konsep Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.
Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan
yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah
ini :
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi
dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh
dengan cara :
Diffusi
Filtrasi
Osmosis
Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat
berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah
perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut
menembus membran kapiler dan sel yaitu :
Permebelitas membran kapiler dan sel
Konsenterasi
Potensial listrik
Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi. Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang
rendah ke daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma
dan bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada
kedua bagian itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan
hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan
oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh
albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial
disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus
ginjal.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.
4. Proses Keperawatan .
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau
resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa
Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan
elektrolit
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan
anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan
di
ekstraseluler.
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume
cairan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter
dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
4. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
Intake dan output dalam batas keseimbangan
Elektrolit serum dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam tubuh manusia
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami keseimbangan cairan dan elektrolit
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit
1.3.8 Untuk mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dan elektolit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit
dannon-elektrolit.
a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan
arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter
). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.
mol/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama
adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K). Sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama
adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4).
b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara
klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari
jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+,
sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan
interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma
darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,
jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan
keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
adalah : kation dan anion.
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian
yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler
maupun padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini :
N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma
o.
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan haluaran
cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ,
yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
a. Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas
otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui
kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada
paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400
ml/hari.
b. Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi
demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
c. Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan
setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg
BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10C.
d. Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada individu
dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
2.6.2 Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan memengaruhi
keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit
berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi
reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di dalam tubuh
adalah kation dan anion.
a) Kation. Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
Natrium(Na+). Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium
diatur oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan
keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium berperan
dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot. Fungsi utama
natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel
dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem pompa natrium-kalium. Regulasi ion natrium
dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan haluaran urin.
Kalium(K+). Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium
diperoleh dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion
kalium di tubulus ginjal.
Calcium(Ca2+). Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam
tulangdan gigi untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan muscle,
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan
thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll.
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu
dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat
tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu
gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar
natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan berlebih (overhidrasi)
adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan
natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi
umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul
terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di
daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah
perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang
setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan
edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema
non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini
karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi
infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.
Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas
ronkhi basah.
2.6.2 Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi
bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom
ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon
[SIADH]), peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria,
dan polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural,
postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010.
Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan
intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan,
kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria
karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering,
pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar
natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
b. Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan
ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan
kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala
defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta
denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum
<3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang
sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi
hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab
insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala
hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia,
dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l,
sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR
memanjang.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di
cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda
dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal,
gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi
kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain
itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia
adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan
letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium
serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil
rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang yang
menyebar.
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar
magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi
alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk.
Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi
meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini
dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang
mengandung magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung,
depresi refleks tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam
serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala
yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental,
kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan
dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi
hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan,
letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105
mEq/l.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di
dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi
akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan
gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis yang
tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul
pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif
yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka
tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan
osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total
body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu
ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka
cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan
pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
A, Aziz Alimul H.2009:Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, Perry.2009:Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku. Jakarta: Salemba Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta:
EGC
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pergerakan cairan tubuh manusia
2. Untuk mengetahui pengaturan pertukaran cairan (difusi, osmosis, filtrasi) pada tubuh
manusia
3. Untuk mengetahui sistem koloid pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENDAHULUAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis).Mekanisme regulator penting untung mengendalikan keseimbangan volume,
komposisi, dan keseimbangan asam-basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal
atau saat terjadi abnormalitas, seperti penyakit atau trauma.
Mekanisme Homeostatis
Homeostasis adalah proses untuk mempertahankan lingkungan internal dalam keadaan stabil
yang melibatkan semua sistem organ yang dimiliki manusia.
1) Cairan interstisial adalah Cairan di sekitar sel tubuh dan limfe adalah cairan dalam pembuluh
limfatik. Gabungan kedua cairan ini mencapai tiga perempatan CES.
2) Plasma darah adalah bagian cairan dari darah dan mencapai seperempat CES.
3) Serebrospinal adalah cairan yang terdapat di otak sampai sumsum tulang belakang.
4) Intraokuler adalah sifat khusus, sekresi &difusi
5) GITadalah cairan yang terdapat pada pencernaan.
6) Potensial space adalah cairan interpleura, peritoneal space, perikardial, ruang sendi.
Bertambah pada beberapa penyakit.
3. Komposisi Kompartemen Cairan
CES. Plasma darah dan cairan interstisial memiliki isi yang sama yaitu ion natrium dan
klorida serta ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi sedikit ion kalium, kalsium,
magnesium, fosfat, sulfat, dan asam organik.Perbedaannya adalah dalam hal protein ; plasma
mengandung lebih banyak protein dan cairan interstisial mengandung sangat sedikit protein.
CIS. Akibat pompa natrium-kalium dependen ATP, konsentrasi ion natrium dan kalium
interaselular berlawanan dengan yang ada dalam CES. Ion kalium intraselular berkonsentrasi
tinggi dan ion natrium intraselular berkonsentrasi rendah.Konsentrasi protein dalam sel
tinggi, yaitu sekitar empat kali konsentrasi dalam plasma.
4. Pergerakan Cairan AntarKompartemen
a. Antara Sel dan CES
Distribusi air di dalam dan di luar sel bergabtung pada tekanan osmotic
Tekanan osmotik berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut total (osmolalitas) di dalam dan
diluar sel. Air akan bergerak dari regia berosmolalitas rendah ke regia berosmolalitas tinggi.
Normalnya, osmolalitas di dalam dan luar sel adalah sama dan tidak ada penarikan atau
pengeluaran air menuju dan keluar sel.
Jika zat terlarut atau air tidak bertambah atau hilang,ekuilibrium osmotic sementara akan
tergantung. Air kemudian akan bergerak masuk atau keluar sel sampai ekuilibrium baru
tercapai.
b. Antara plasma dan cairan interstisial
Pergerakan air menembus membrane sel kapiler di atur oleh tekanan hidrostatik dan osmotic
sesuai tekanan yang di jelskan dalam hopetesis starling-landis.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapilar atau penuran tekanan osmotic koloid plasma
mengakibatkan semakin banyak cairan inters tisial. Sebaliknya, penurunan tekanan
hidrostatik kapilar atau peningkatan tekanan osmotic koloid plasma menyebabkan pergerakan
cairan interstisial kedalam kapilar.
D. Keadaan Keadaan Khusus
1) Asupan dan Output air harian dari seseorang dengan aktivitas sedang dan suhu tubuh
adalah seimbang, yaitu sekitar 2.500 ml. dalam tubuh yang sehat, penyesuaian terhadap
keseimbangan air terjadi melalui peningkatan asupan air dalam mekanisme haus atau melalui
penurunan keluaran air oleh ginjal.
a. Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.
1) Makanan yang ditelan mengandung sekitar 700 ml air. Daging mengandung 50% sampai
75% dan beberapa jenis buah dan sayuran mengandung 95% air.
2) Air atau minuman lain yang konsumsi mencapai sekitar 1.600 ml.
3) Air metabolic yang dihasilkan melalui katabolisme mencapai sekitar 300ml. Katabolisme 1
g lemak menghasilkan 1,07 ml air; 1g karbohidrat, 0,55 ml air; dan 1 g protein , 0,41 ml air.
b. Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
1) Ginjal bertanggung jawab untuk kehilangan air terbesar (sekitar 1.500 ml).
2) Air juga hilang melalui kulit, yaitu saat berkeringatan dan melalui perspirasi tak kasat mata
(sekitar 500 ml), melalui evaporasi paru (300 ml), dan melalui saluran gastrointestinal (200
ml).
2) Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan air.
a. Pengaturan haus. Mekanisme haus di kendalikan oleh pusat haus dalam hipotalamus. Pusat
ini mengandung saraf spesifik yang disebut osmoreseptor yang letaknya dekat dengan
neuron yang mensekresi hormon antidiuretik (ADH).
b. Stimulus utama untuk pusat haus adalah peningkatan osmolatitas plasma dan penurunan
volume darah.
1) Peningkatan osmolatitas CES, seperti yang di akibatkan oleh ingesti natrium klorida
menyebabkan osmoreseptor kehilangan air, mengecil dan berdepolarisasi. Implus member
sinyal korteks serebral untuk memulai sensasi haus yang dapat dihilangkan dengan
meminium air.
2) Penurunan volume darah (tekanan darah), seperti yang terjadi akibat hemoragi, dirasakan
oleh baroreseptor kardiovaskular, dan mengaktifkan mekanisme haus. Juga, pelepasan renin
oleh ginjal mengakibatkan produksi angiotensin yang berlangsung bekerja pada otak intuk
menstimulasi sensasi haus.
3) Mulut dan kerongkongan kering menyebabkan sensasi haus.
3) Pengaturan hormonal untuk keluaran air.
a. ADH diproduksi untuk merespon stimulus osmotik dan nonosmotik yang sama yang
menyebabkan sensasi haus. ADH mengakibatkan retensi air oleh ginjal dan
penurunankeluaran urine.
1) Peningkatan osmolatitas plasma menstimulasi osmoreseptor hipotalamus dan
menyebabkan refleks sekresi ADH. Peningkatan konsentrasi ion natrium (hipernatremia) dan
glukosa (hiperglikemia) plasma merupakan stimulus utama untuk pelepasan ADH.
2) Penurunan volume darah sekitar 10% sampai 15% dirasakan oleh osmoreseptor
hipotalamus dan mengakibatkan peningkatan produksi ADH.
b. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron mengendalikan reabsorpsi ginjal terhadap ion
natrium dan ekskresi ion kalium. Angiontensin menstimulasi aldosteron yang di sekresi oleh
korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus kontortus distal agar reabsorpsi natrium
meningkat. Karena air secara osmotik mengikuti natrium, maka terjadi retensi air.
Peningkatan volume CES akibat retensi air akan menghambat produksi rennin.
E. Gangguan keseimbangan air
1) Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti
melalui mekanisme regulator normal. Dengan demikian tubuh berada dalam keseimbangan
air yang negative. Kehilangan air akibat kondisi abnormal atau stress terjadi melalui
hemoragi, demam, luka bakar, hiperventilasi, muntah, diare, atau keringat yang berlebiah.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung
konsentrasi nutrient, gas, dan elektrolit yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal sel. Kelangsungan hidup sel memerlukan lingkungan internal yang konstan
(homeostatis).
1. Keseimbangan Cairan
Pengertian
Cairan tubuh adalah satu kesatuan cairan dalam tubuh, dengan adanya regulasi dalam hal
volume dan unsur-unsur yang dikandungnya melalui pertukaran antar kompartemen
(hubungan osmotik).
Jumlah dan Distribusi
Jumlah cairan tubuh hampir 57 %
Sumber : air diminum dan metabolisme
Kehilangan cairan :
Kehilangan cairan meningkat pada suhu panas (3400 ml) dan pd gerak (6700 ml)
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompertemen Cairan Intraselular (CIS)
Kompertemen Cairan Ekstraselular (CES)
Komposisi Kompartemen Cairan
Pergerakan Cairan AntarKompartemen
Antara Sel dan CES
Antara plasma dan cairan interstisial
Keadaan Keadaan Khusus
Asupan dan Output air harian
Asupan air dalam 24 jam da dapat terutama dari diet.
Keluaran air (kehilangan air) terjadi melalui beberapa rute.
Haus atau keinginan secara sadar untuk mendapatkan air adalah pengatur utama asupan
air.
Pengaturan hormonal untuk keluaran air.
Gangguan keseimbangan air
Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat diganti melalui
mekanisme regulator normal.
2. Keseimbangan Elektrolit
Gambaran Singkat
a. Pemeliharaan keseimbangan air dalam tubuh diatur melalui volume CES dan osmolatitas
yang pada gilirannya bergantung pada keseimbangan elektrolit CES karena osmolalitas
menentukan daya penarikan air suatu larutan.
b. Ion Natrium merupakan ion paling banyak (90%) dari kation yang ada dalam CES. Dengan
demikian Natrium dan Anion pasangannya bertanggung jawab untuk osmolatitas CES.
c. Gangguan pada CES menyebabkan perubahan volume plasma dan tekanan darah. Dengan
demikian mekanisme pengaturan volume dan tekanana darah melibatkan pengendalian
kandungan Natrium dalam tubuh.
d. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh dinyatakan dalam milliequivalen per liter
(mEQ/L) yaitu ukuran sejumlah ion dalam larutan dikali jumlah muatan listrik yang dibawa
oleh ion dalam setiap liternya.
Natrium
Kalium
Kalsium dan Fosfat
Anion lain
Daftar Pustaka
Sloane, Ethel. 2003.Anatomi dan Fisiologi.Buku Kedokteran EGC;Jakarta.
Poskan Komentar
Arsip Blog
2013 (30)
o November (8)
o April (3)
o Maret (19)
makalah muskuloskeletan
makalah kulit
makalah urine
think to learn
intropeksi diri
indahnya kebersamaan
sahabat
suka-sayang-merana
Rabbit
Mengenai Saya
runi asih
hi....
salam kenal dari aku, namaku runiasih, kalian bisa panggil runi atau asih, tanggal lahir
06 oktober 1994, sekarang aku masih bergelut dengan kuliahku di STIKes Wira
Medika Bali.
yang ingin tau lebih banyak lagi tentang runi, staytune trus yaa di akun ini :D
Lihat profil lengkapku
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air tubuh
lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari
cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur
secara langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya
terdapat dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan
mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total. Today Deal
$50 Off : https://goo.gl/efW8Ef
Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total : 1. Cairan Interstitiel: bagian
cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah. Plasma darah. 2. Cairan
Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis. Merupakan suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk kelebihan atau kekurangan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahann yang
tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. v KONSEP
DASAR a. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh 1) Volume cairan Total jumlah
volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira2 60% dari BB pria dan 50%
dari BB wanita. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia
maka sedikit kandungan airnya. Jadi jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Contoh: BBL-TBW nya 70-80 %, usia pubertas
sampai dengan 39 th untuk pria 60% dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB.
Usia 45-60 th untuk pria usia 55% dari BB dan wanita 47 % dari BB. Usia diatas
60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dai BB. Lemak jaringan
sangat sedikit meyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak
daripada pria sehingga volume cairan lebih rendah dari pria. 2) Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan diantara 2 kompartemen yaitu pada intra seluler
dan ekstraselular. Cairan Intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB,
sedangkan Cairan Ekstraseluler (CES) 20% dari BB. Cairan ini terdiri atas plasma
(Cairan Intravaskuler) 5%, Cairan Interstisial CIT (Cairan disekitar tubuh seperti
limfe) 10-15 % dan Cairan Transeluler (CTS) (misalnya cairan cerebrospinalis,
sinovial, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3
%. b. Fungsi Cairan 1) Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature
tubuh. 2) Transport nutrient ke sel 3) Transport hasil sisa metabolism 4) Transport
hormone 5) Pelumas antar organ 6) Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam
system kardiovaskuler. c. Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan ditentukan
oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml
berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500
ml, dan kulit 600-800 ml. d. Pergerakan Cairan Tubuh Mekanisme pergerakan
cairan tubuh melalui 3 proses yaitu ; 1) Difusi Merupakan proses dimana partikel
yang terdapat dala cairan bergerak rai konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didisfusikan menembus
membrane sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran moleku, konsentrasi
larutan, dan temperature. 2) Osmosis Merupakan bergeraknya pelarut bersih
seperti air, melalui membrane semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi
lebih rendah ke kkonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik. 3) Transpor
aktif Merupakan proses partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. e. Pengaturan
Keseimbangan Cairan 1) Rasa dahaga Mekanisme rasa dahaga : a) Penurunan
fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan
produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan
substrat neuron yang bertanggungjawab terhadap sensasi haus. b)
Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi penigkatan tekanan osmotic dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga. 2)
Anti Diuretik Hormon (ADH) ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurohipofisisi dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini
meningkatkan rearbsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air. 3) Aldosteron Hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang
bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absrsorsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang konsentrasi kalium, natrium serum dan system
angiotensin rennin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia. 4)
Prostaglandin Adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan
dan berfungsi dalam merespn radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi
uterus dan mobilitas gastro intestinal. Dalam ginjal, prostaglandin bereran
mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH. 5)
Glukokortikoid Menigkatkan rearbsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah
naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan cairan (volume darah). f. Cara Penularan Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti : 1) Ginjal a) Merupakan
pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk
disaring setiap hari. b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam c) Pada
orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari. d) Jumlah urine yang
dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron. 2) Kulit a) Hilangnya cairan melalui kulit
diatur oleh saraf simpatis yang menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat b)
Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature
lingkungan yang meningkat dan demam. c) Disebut Insensible Water Loss (IWL)
sekitar 15 20 ml/24 jam. 3) Paru paru a) Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b) Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam. 4)
Gastrointestinal a) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100 200 ml. b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah
10 15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 1O C. g. Masalah keseimbangan cairan 1) Hipovolemik Adalah kondisi
akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi
kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik
adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,
kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH
dan aldosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut. Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda tanda penurunan brat badan akut , mata cekung pengosongan vena
jugularis. Pada bayi dan anak anak adanya penurunana jumlah air mata. 2)
Hipervolemia Adalah penambaha/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi
pada saat : a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air b) Fungsi
ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air c) Kelebihan
pembarian cairan d) Perpindaha CIT ke plasma. Gejala : sesak nafas,
peningkatan dan penurunan tekana darah, nadi kuat, asietes, edema, adanya
ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop. h. Ketidakseimbangan
asam basa 1) Asidosis respiratorik Disebabkan karena kegagalan system
pernafasan dalam membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan,
peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35.
Penyebab ; penyait obstruksi, retraksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas
pusat pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dll). 2)
Alkalosis respiratorik Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada
kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH > 7,45. Penyebab : hiperventilasi
alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia dan emboli
paru. 3) Asidosis metabolic Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau
kehilangan basa. pH arteri < 7,35, HCO3 menurun diawah 22 mEq/lt. Gejala ;
pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi dan koma. 4) Alkalosis
metabolic Disebabkan oleh kehilangan ion hidrigen atau penambahan basa pada
cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/ltd an pH arteri > 7,45.
Penyebab : mencerna sebagian besar basa ( missal : BaHCO3 antasid, soda kue)
untuk mengatasi ulkus peptikumatau rasa keembung. Gejala : apatis, lemah,
gengguan mental, kram dan pusing Perbandingan antara Bikarbonat, pH dan
PaCo2 pada gangguan asam basa sederhana dapat dilihat pada table di bawah
ini : Gangguan Asam Basa HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 As. Metabolik Alk.
Metabolik As. Respiratorik Alk. Respiratorik Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan
Berat Badan. NO UMUR BB (KG) CAIRAN (ML/24 JAM) 1 3 hari 3,0 250 300 2 1
tahun 9,5 1150 1300 3 2 tahun 11,8 1350 1500 4 6 tahun 20 1800 2000 5
10 tahun 28,7 2000 2500 6 14 tahun 45 2200 2700 7 18 tahun (Adult) 54
2200 - 2700 B. PENGERTIAN ELEKTROLIT Elektrolit adalah substansi yanag
menyebabkan ion kation (+) dan anion (-). Ada tiga cairan elektrolit yang paling
esensial yaitu : Pengaturan elektrolit a. Natrium (sodium) 1) Merupaka kation
paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES) 2) Na+ mempenagruhi
keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot. 3) Sodium diatur oleh
intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148
mEq/lt. b. Kalium (potassium) a) Merupakan kation utama dalam CIS b) Berfungsi
sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. c) Diperlukan untuk
pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan asam basa,
karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5
mEq/lt. c. Kalsium a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi
jantung, pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi. b) Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. c) Hormone paratiroid
mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. d) Hormon
thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang. d. Magnesium a)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. b) Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai normalnya 1,5-2,5
mEq/lt. e. Klorida a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt. f.
Bikarbinat a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan CES dan CIS. b) Bikarbonat diatur oleh ginjal. g. Fosfat a) Merupakan anion
buffer dalam CIS dan CES b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan
neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan pengaturan asam basa. c)
Pengaturan oleh hormone paratiroid 2. Gejala klinis kekurangan elektrolit : a.
Haus b. Anoreksia c. Perubahan tanda-tanda vital d. Lemas atau pucat e. Anak
rewel f. Kejang-kejang g. Kulit dingin h. Rasa malas C.