Gemerisik cahayanya mengisi sisi kegelapan yang haus
akan kehangatan. Hembusan angin yang merayu melewati seluruh sudut-sudut gedung Fakultas Pertanian,menerpa wajah-wajah sumringah menyambut hari pertama masuk semester ganjil. Burung- burung parkit berhamburan keluar menyambut kelahiran dunia yang penuh warna. Kuncup-kuncup daun mulai membuka rona wajah yang sepanjang malam sedikit malam untuk bernostalgia. Suasana itu mulai kurasakan kembali ketika pijakan kedua kaki dikampusku. Kampus yang tiga bulan ku tinggalkan untuk menumpahkan kerinduan di tanah bunda. *** Aku menghela napas dengan iringan sebuah senyuman kecil, merasakan kembali rupawan loby G4 Fakultas Pertanian. Tiga bulan lama aku tak bersua dengannya karena kerinduan untuk pulang ke tanah bunda. Wujudnya yang diam tanpa kata menghantarkan keheningannya ketika suara riuh mahasiswa Pertanian berpaling darinya karena panggilan dosen untuk masuk kelas. Ketika jam berdenting menunjukkan waktu keluar kelas, suara riuh mulai bergemuruh. Seumpama gumpalan awan panas yang dimuntahkan dari perut bumi. *** Seiring keramaian pasukan terdidik yang berhamburan keluar kelas maka loby G4 yang hening dengan secepatnya menjadi sesak. Tumpahan lautan manusia melebur menjadi satu di deretan kursi peristirahatan yang saling berhadapan. Seliweran mahasiswa lewat di G4 menjadi pemandangan lumrah ketika duduk sebentar untuk melepas penat. Atau untuk sebuah misi tersembunyi duduk disitu? Lirik kiri lirik kanan lihat mangsa silih berganti keluar dari sarang. Posisi loby G4 memang strategis, berada diantara Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedoteran. Cukup strategis untuk merajut asmara. *** Jam menunjukkan angka 12.30 WIB, tanda panggilan Tuhan tak lama lagi bergema diseluruh jagat raya. Puluhan mahasiswa Agrotek 2011 satu persatu keluar dari ruang Sof skill, termasuk aku. Bersama dengan lainnya,aku menuruni anak tangga menuju G4. Aku duduk bersama teman-teman dalam satu barisan kursi. Mereka sibuk dengan berbagai pertunjukan sikap. Ada yang sibuk bercengkrama satu sama lain dengan celotehan dan banyolan yang mengundang sakit perut. Separuh lelaki sibuk melemaskan otot leher dengan lirik kanan kiri kumbang berseliweran. Aku memilih duduk diam dengan sedikit senyum yang lepas sewaktu waktu melihat pertunjukan layar komedi di G4. Aku sejenak melihat perputaran waktu di jam tanganku. Tiga puluh menit telah terlewatkan. Jarum kecil pun beranjak menuju menit 50. Semakin lama saja aku duduk diam disini gumamku. *** Dalam hanyutnya denting jarum jam, tiba- tiba aku merasakan sebuah kerinduan dalam, rindu yang tersekat oleh ganasnya waktu yang tak iba terhadap rindu ini. *** Tiba tiba dalam lamunan rindu yang hening, aku melihat sebuah pemecah keheningan, bahkan obat kerinduan. Sosok yang kurindukan yang tak mampu kurengkuh. Aku melihatnya dengan jelas!! *** Alunan kakinya melangkah perlahan-lahan, duduk anggun di loby F5. Dia membuka tas bermotif disampingnya. Mencari Handp=hone dan diusap perlahan. Tangannya mulai bergeliat diatas tombol qwerty, sepertinya membalas sms. Tak tahu dari siapa. Aksi terima balas sms ditimpali senyuman manisnya. *** Dari kejauhan, aku melihatnya. Aku perhatikan sepenuhnya. Senyumannya yang terselip dalam pandanganku menusuk tajam jauh kehati,membuat rasa ngilu dihati tapi tak pernah terasa. Malah hati semakin menggerutu. Entah kenapa aku tidak tahu, mungkin karena rasa kerinduan lama tak bersua. Entahlahgumamku dalam hati. Benang- benang cinta yang kusut karena tersekat oleh waktu dan takdir perlahan-lahan ku pintal lagi rasa cinta dan kusulami dengan rasa penuh kasih sayang kepadanya. *** De javu ingatanku semakin jauh. Menerobos semaknya waktu, menerjang ombaknya jarak hingga mampu kutemukan sebuah padang cerita. Diatas kayu tua dipadang cerita aku mengingat kembali cerita cinta aku dan dia. Keindahannya lebih dari sekedar pintalan benang cinta dan sulaman kasih sayang. Sepatah kata aku sayang kamu mampu menidurkan ragaku dalam kedalam lembah mimpi indah. Membawa perahu mimpi ke muara pertalian cinta. *** Hari ini aku padang semi yang meleburkan dinginnya kerinduan, rinduku telah terpaut oleh dirinya yang tak pernah menyapa tetapi fakta. Pertemuan semu mampu membasahi tenggorokan yang kering karena kemarau kerinduan *** Akhirnya setelah puas bercumbu dengan rindu, tiba-tiba beranjak berdiri dan perlahan menghapus pandangan optisku pada dirinya. Kegelapan lorong F5 menelan dia tanpa ada sedikit sisa bayangnya yang terlihat. Ukiran senyumku sejajar dengan pintu besi hijau bisu untuk sebuah bayang yang pergi. Aku pun pergi mencari makan sekedar mengisi enegri yang telah habis. Sedangkan loby G4 tetap setia menuggu hiruk pikuk mahasiswa agar dia tak kesepian dalam keheningan.