A. Teh Instan
Teh instan merupakan teh kering yang diolah lebih lanjut sehingga
dihasilkan serbuk teh yang langsung dapat diseduh dengan air dingin atau air
hangat tanpa menyisakan residu. Menurut SNI 01-7707-2011, teh instan
merupakan teh berbentuk serbuk mudah larut dalam air yang diperoleh malalui
proses ekstraksi teh (Camellia sinensis L.), penyaringan, pemekatan, dan
pengeringan dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain, bahan tambahan
pangan yang diizinkan, dan dikemas secara kedap. Teh instan ada yang memiliki
rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.
Teh Instan
Menurut Setyamidjaja (2008), pembuatan teh instan dilakukan melalui dua tahap,
yaitu tahap ekstraksi dan pengeringan dengan penjelasan sebagai berikut.
Tahap ekstraksi : Untuk mengekstraksi semua komponen kimia (flavor khas
atau aroma dan rasa yang baik) teh secara optimal biasanya digunakan air
mendidih karena aroma atau senyawa volatil maupun kelompok senyawa
katekin, kafein, dan asam amino dapat terekstrak secara maksimal sehingga
citarasa dan aroma teh lebih terasa. Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam
teh kering di dalam air mendidih dan tunggu hingga beberapa saat sampai
diperoleh citarasa dan flavor khas teh yang maksimal. Setelah itu, larutan
disaring agar terpisah antara ampas teh dan ekstrak teh kemudian dikeringkan.
Tahap pengeringan : terdapat beberapa cara yang dilakukan antara lain
pengering semprot (spray dryer), pengering beku (freeze dryer).
Kristalisasi, gula, dan panas : kecepatan kristalisasi dipengaruhi oleh suhu yang
digunakan, jumlah gula yang ditambahkan saat proses, serta proses
pengadukan. Pada saat larutan mulai mengental maka pengadukan secara
merata ke seluruh bagian bahan dipercepat agar permukaan larutan yang
kontak dengan udara semakin banyak, proses pendinginan semakin cepat, serta
pembentukan kristal yang halus akan semakin cepat pula. Larutan campuran
teh dan gula yang dipanaskan akan mengalami peningkatan viskositas (air
menguap) sehingga jika didinginkan akan memadat dan membentuk kristal.
Penambahan gula pada pembuatan teh instan berfungsi sebagai pemanis serta
mempercepat terjadinya proses kristalisasi dari partikel teh karena gula
berfungsi sebagai pengikat air (gula mengikat air dan menyebabkan
peningkatan viskositas bahan, molekul-molekul teh semakin berdekatan dan
membentuk ikatan antarmolekul teh sehingga partikel teh akan mengalami
pengkristalan). Penggunaan panas dan semakin banyak jumlah gula yang
digunakan maka kristal akan semakin cepat terbentuk. Jika kristal sudah
terbentuk maka segera dilakukan penggilingan dan pengayakan untuk
mendapatkan partikel teh instan yang halus dan siap diseduh tanpa menyisakan
residu.
Teh Celup
Proses pembuatan teh celup dilakukan dengan melanjutkan proses
pengepakan dari produksi teh dasar. Teh celup merupakan produk olahan yang
dikemas dalam kemasan kantung yang terbuat dari filter paper (kantung kertas
kecil berpori sehingga mudah dilalui air), serta dapat disajikan secara cepat dan
instan (Setyamidjaja, 2008).
Pelayuan : secara tradisional, daun teh disebar dan dibiarkan terekspos udara
terbuka selama 18-20 jam pada ruangan bersuhu 30-40C jam untuk
mengurangi kadar air dari 70-85% menjadi 55-65%. Sedangkan di pabrik
modern, daun teh ditempatkan pada drum berlubang lalu diekspos dengan
udara panas. Jika daun terlalu cepat layu, teh kering yang dihasilkan akan
memiliki karakteristik aroma yang kurang harum. Sebaliknya jika daun terlalu
lama layu, teh kering akan memiliki karakteristik rasa yang kurang sedap.
Daun teh layu yang baik memiliki ciri kering namun tidak putus dan tidak ada
suara retak jika digenggam.
Penghancuran : daun teh dihancurkan dengan tangan atau mesin giling agar
sarinya keluar dan daun menjadi potongan-potongan yang lebih kecil
Pengeringan : inaktivitasi enzim dan mengurangi kandungan air hingga 5%
basis basah. Lama pengeringan yang digunakan tergantung dari jenis teh yang
ingin dihasilkan (teh hitam, teh oolong, atau teh hijau).
Penggilingan dan pencampuran : daun teh dibawa ke suatu ruangan pabrik
untuk dipotong dengan pisau berputar menjadi berbagai tingkat kehalusan.
Sedangkan untuk mendapatkan rasa dan tekstur yang diinginkan (dapat
mencampurkan komponen utama (teh dengan mutu baik dan jumlah yang lebih
banyak) dan pengisi (seperti kayu manis, cengkeh, dan sebagainya).
Penimbangan dan pengemasan : teh kemudian ditimbang dengan berat 2 gram
dan dimasukkan ke dalam kantong dari kertas saring, diberi tali, dipasangi
label, dan dikemas dalam kotak kemasan yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Setyamidjaja, D. 2008. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen.. Yogyakarta:
Kanisius.
Standar Nasional Indonesia. 2011. SNI 01-7707-2011 : Teh Instan. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 2014. SNI 01-3753-2014 : Teh Hitam Celup. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
Winarsi, H. 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Inti, K. 2008. Teh Herba Minuman Berkhasiat Pemulih Kesehatan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.