Anda di halaman 1dari 4

Dalam dunia akademik kita sering mendengar berbagai nama terkenal seperti Karl Marx,

Alferd Marshal, Adam Smith dan lain-lain. Para tokoh tersebut selain dikenal sebagai seorang
filsuf, juga dikenal sebagai para pemikir ekonomi yang terkemuka, seperti Adam Smiith yang
terkenal sebagai bapak ekonomi dunia yang menganut ilmu ekonomi kapitalis, kemudian ada
Karl Marx yang mempelopori aliran sosialisme/marxisme dalam bidang ekonomi. Dalam
tulisan ini akan membahas sa;lah satu aliran yang dikenal oleh masyarakat, yaitu aliran
ekonomi neoklasik dimana salah satu tokoh dari aliran ini adalah Irving Fisher.

Irving Fisher sendiri adalah seorang ekonom matematika berkebangsaan Amerika. Sejak
kecil, Fisher memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap dunia matematika. Ia sangat
hebat dan akurat dalam hitungan. Namun, seiring berjalannya waktu ia tertarik pada dunia
ekonomi di mana hal ini dimulai dengan keprihatinan Fisher terhadap kondisi ekonomi
masyarakatnya. Ketertarikannya ini membawa Fisher untuk mengambil studi Ekonomi di
Universitas Yale dan berhasil mendapatkan gelar Ph.D. pertama yang dikeluarkan universitas
tersebut pada tahun 1891. Penasihat akademiknya pun tak kalah hebat, yaitu seorang ahli
fisika Josiah Willard Gibbs dan ahli ekonomi William Graham Sumner.1

Aliran ekonomi neoklasik sendiri adalah pemikiran ekonomi yang mencoba untuk
menjelaskan bagaimana harga , produksi, dan distribusi pendapatan melalui
mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar. Irving Fisher sebagai salah satu
tokoh dari aliran ini. Teori neoklasik sendiri adalah perkembangan dari teori ekonomi klasik
dan pada masanya lebih dikenal sebagai golongan monetaris. Pada golongan ini menganggap
uang mempunyai pengaruh terhadap sektor riil. Dalam perkembanganya Irving Fisher
mengeluarkan sebuah teori tentang permintaan uang klasik.

Irving Fisher menyatakan bahwa besarnya tingkat pendapatan masyarakat dapat diukur oleh
tingkat kecepatan peredaran uang. Pertanyaan mendasar dalam teori ini adalah berapa kali
uang yang berada dalam masyarakat berpindah tangan dalam suatu periode tertentu.
Pertanyaan dasar ini kemudian membangun suatu hipotesis bahwa pada hakekatnya
perubahan dalam uang beredar (velositas) akan menimbulkan perubahan yang sama cepatnya
terhadap harga-harga. Teori yang dibangun Fisher ini kemudian dikenal dengan teori

1 Irving Fisher,http://profil.merdeka.com/mancanegara/i/irving-fisher/, diakses 28


Februari 2017, jam 9.30
kuantitas uang. Selanjutnya Fisher mengatakan tidak ada korelasi sama sekali antara
kebutuhan memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat suku bunga.2

Irving Fisher adalah seorang toh ekonomi yang menggunakan matematika sebagai metode
untuk menganalisis bagaimana masalah ekonomi dapat dipecahkan. Teori tentang masalah
inflasi salah satunya adalah teori kuantitas dari Irving Fisher dengan penjabaran formula
sebagai berikut :

MV=PT

Dimana : M : jumlah uang beredar

P : tingkat harga-harga

V : kecepatan perputaran uang

T :volume perdagangan

Persamaan di atas dapat dituliskan : P = M V / T

Teori ini bermula dari suatu identitas yang kemudian berkembang lebih lanjut sebagai teori
mengenai peranan uang dalam perekonomian. Identitas yang menjadi dasar pendekatan ini
adalah bahwa jumlah uang yang dibelanjakan oleh pembeli harus sama dengan jumlah uang
yang diterima oleh penjual.3 Inti dasar dari teori kuantitas adalah Inflasi hanya bisa terjadi
kalau ada penambahan jumlah uang beredar (penambahan uang kartal atau giral )tanpa
disertai perubahan yang signifikan dalam jumlah produksi barang, selain itu Laju inflasi juga
ditentukan oleh ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga-harga barang dimasa
mendatang. Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan Pertama : apabila masyarakat tidak
(atau belum) mengharapkan harga-harga untuk naik, maka penambahan jumlah uang beredar
akan diterima masyarakat untuk menambah likuiditasnya. Kedua, apabila masyarakat,
berdasarkan pengalaman periode waktu sebelumnya, mulai sadar adanya inflasi. Maka
masyarakat mulai mengharapkan adanya kenaikan hargaharga barang. Dalam kondisi seperti

2 Sadono Sukirno(dalam, TEORI BAGI HASIL (PROFIT AND LOSS SHARING) DAN
PERBBANKAN SYARIAH DALAM EKONOMI SYARIAH, JURNAL DINAMIKA EKONOMI
PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1 hal 66

3 Sutawijaya, Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia,


Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 8, Nomor 2, September 2012,hal 91
itu, penambahan jumlah uang beredar tidak lagi digunakan untuk menambah likuiditasnya
(kas) melainkan untuk membeli barang-barang (memperbesar aktiva barang). Ketiga, terjadi
pada saat inflasi pada kondisi yang lebih parah yaitu hyperinflation. Dalam keadaan ini
masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap mata uang, sehingga ekspektasi
masyarakat mengharapkan kondisi yang lebih buruk pada masa mendatang.4

Teori permintaan uang klasik bermula dari tentang teori jumlah uang beredar dalam
masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini dapat dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa
seorang/ masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang dalam
perekonomian. Teori kuantitas mengenai uang, atau teori permintaan uang Irving Fisher,
menekankan bahwa permintaan uang semata-mata merupakan proporsi konstan dari jumlah
transaksi atau jumlah barang dan jasa yang diperdagangkan. Atau, jumlah uang yang diminta
di masyarakat adalah sebesar proporsi tertentu dari pendapatan dan dipengaruhi oleh faktor
kelembagaan yang konstan. Dengan demikian teori ini menekankan bahwa permintan uang
adalah untuk dibelanjakan, dan bukannya disimpan sebagai kekayaan atau tujuan untuk
spekulatif.5

Bahwa permintaan uang dipengaruhi selain oleh volume transaksi dan faktor-faktor
kelembagaan, sebagaimana asumsi Fisher, ditambahkan bahwa uang juga dipengaruhi oleh
tingkat suku bunga dan ekspektasi masa mendatang, akan memunculkan pemegangan uang
atau permintaan uang dengan tujuan spekulatif. Akibatnya, bila suku bunga naik ada
kecenderungan untuk mengurangi uang yang dipegang, meskipun volume transaksi yang
terjadi adalah tetap. Begitu juga bila ekspektasi orang mengenai masa yang akan datang
bunga akan turun, maka orang akan cenderung untuk meningkatkan uang yang dipegangnya
atau meningkatkan permintaan uangnya dan mengurangi jumlah obligasi yang dipegangnya.6

Fisher mengungkapkan inflasi bisa terjadi jika ada penambahan jumlah uang beredar. Tanpa
adanya kenaikan jumlah uang beredar walaupu terjadi kenaikan harga maka takakan terjadi

4 Boediono(dalam Agus Budi Santosa, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 15, No. 1,
Maret 2008 hal 42

5 Ahmad Mansur, Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensiona,l Al-Qnn, Vol. 12, No. 1, Juni 2009,hal 170

6 Ibid., hlm 171


inflasi.Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah uang yang beredarlah yang dapat
menimbulkan inflasi.

Anda mungkin juga menyukai