Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 348

Artikel Penelitian

Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci Tangan pada Restoran


Waralaba di Kota Padang Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro

1 2 2
Anisha Fazlisia , Elizabeth Bahar , Yulistini

Abstrak
Sabun cair cuci tangan terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Sebagian besar restoran waralaba di Kota Padang menyediakan sabun cair cuci tangan yang telah
diencerkan. Proses pengenceran mengubah kemampuan sabun dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian
bertujuan untuk menguji daya hambat sabun cair cuci tangan pada restoran waralaba di Kota Padang terhadap
pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Sampel diambil dari empat restoran waralaba dan diuji dengan metode difusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat sabun dapat menghambat pertumbuhan S. aureus namun hanya
sebagian yang memiliki daya hambat terhadap E. coli. Median daya hambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus pada
setiap periode yaitu 0, 7.4, 7.3 dan 0, 26.1, 23.3. Nilai maksimum daya hambat pertumbuhan E.coli dalam tiga periode
yaitu 19.5, 35.4, 27.1 dan 20.7, 40.2, 36.6 untukS. aureus. Daya hambat minimum terhadap kedua bakteri adalah
0.00. Hal tersebut dapat dipengaruhi komposisi dan konsentrasi antiseptik, antibakteri, pH sabun, pengenceran dan
struktur dinding sel bakteri. Disimpulkan bahwa sabun cair cuci tangan yang diuji memiliki kemampuan lebih besar
dalam menghambat pertumbuhan S.aureus daripada E.coli.
Kata kunci: sabun cair cuci tangan, restoran, pengenceran, uji daya hambat, pertumbuhan bakteri

Abstract
Liquid hand soaps proved to inhibit Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacterial growth. In Padang,
most of Restaurants provide diluted liquid hand soaps. Research found dilution changed soap ability to inhibit bacterial
growth. The purpose of this study was to examine the ability of Padang City Restaurants liquid hand soaps to inhibit E.
coli and S. aureus bacterial growth. The samples were taken from four restaurants and examined by using diffusion
method. The results showed all of them could inhibit S. aureus but only a half inhibited Escherichia coli bacterial
growth. Median for E. coli and S. aureus bacterial inhibition growth for each period were 0, 7.4, 7.3 and 0, 26.1, 23.3.
Maximum inhibition value for E. coli growth in the first, second, and third periods were 19.5, 35.4, 27.1 and 20.7, 40.2,
and 36.6 for S. aureus. In addition, minimum inhibition in both bacteria were 0.00. It could be influenced by soap
antiseptic and antibacterial composition and concentration, pH, dilution, and structure of bacterial cell wall. In
conclusion, the liquid hand soaps has greater ability to inhibit S. aureus than E. coli.
Keywords: liquid hand soaps, restaurant, dilution, inhibitory test, bacterial growth

Affiliasi penulis : 1. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PENDAHULUAN


Padang), 2. Bagian Mikrobiologi FK UNAND, 3. Mikrobiologi FK
Sabun adalah kumpulan senyawa yang terdiri
UNAND
Korespondensi : Anisha Fazlisia, email: dari satu jenis asam amino atau lebih atau
anishafazlisia@rocketmail.com, Telp: 085274856585 1
ekuivalennya dan alkali. Sabun dihasilkan dari reaksi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 349

antara minyak hewani, nabati atau lemak yang direbus dalam makanan akibat dari proses pengolahan yang
8
bersama dengan sodium hidroksida. Sabun tidak tidak bersih oleh food-handler.
hanya digunakan untuk menjaga kebersihan badan Sabun cair cuci tangan disediakan diberbagai
tetapi juga untuk kebersihan tangan. Mencuci tangan fasilitas umum seperti restoran waralaba. Sabun cair
dengan sabun lebih efektif dan efisien jika cuci tangan yang disediakan di restoran waralaba di
2
dibandingkan dengan hanya menggunakan air. Kota Padang sudah mengalami proses pengenceran
Penelitian yang dilakukan oleh Mwambate dan dengan jumlah yang berbeda-beda. Pengenceran
Lyombe (2011) dengan cara membiakkan bakteri sabun cair cuci tangan mengubah pH, konsentrasi
Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus antiseptik seperti alkohol, dan antibakteri sebagai
dan Escherichia coli di dalam cawan petri yang berisi kandungan tambahan yang terlarut di dalam sabun
sabun cair cuci tangan menunjukkan bahwa sabun sehingga akan mempengaruhi kemampuan sabun
2
cair cuci tangan memiliki daya hambat terhadap dalam menghambat dan membunuh bakteri.
3
bakteri-bakteri tersebut. Penelitian lain yang dilakukan Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
oleh Burton dkk pada tahun 2010 membuktikan bahwa bertujuan melakukan uji sensitivitas untuk mengetahui
jumlah bakteri pada telapak tangan yang dicuci daya hambat sabun cair cuci tangan yang tersedia
menggunakan sabun lebih sedikit dibandingkan pada restoran waralaba di Kota Padang terhadap
dengan jumlah bakteri yang ditemukan pada tangan pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
4
yang dicuci tanpa sabun. Staphylococcus aureus secara in vitro.
Sabun cair cuci tangan terkandung zat-zat
5
yang bersifat bakterisid dan bakteriostatik. Zat-zat METODE
tersebut seperti alkohol dan antibakteri. Selain itu, Penelitian jenis eksperimental dengan Post
derajat keasaman (pH) sabun cair cuci tangan juga test Only with Control Group Design. Penelitian
berperan dalam menghambat pertumbuhan dan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
6
membunuh bakteri. Kedokteran Universitas Andalas dari bulan September
Pemerintah mengharuskan setiap restoran sampai dengan November 2013. Populasi dari sampel
waralaba untuk menyediakan tempat cuci tangan yang digunakan dalam penelitian adalah sabun cair
beserta sabun sebagai upaya untuk menurunkan cuci tangan pada restoran waralaba di Kota Padang.
7
angka penyakit infeksi saluran pencernaan. Sampel penelitian yaitu sabun cair cuci tangan yang
Meningkatnya angka penyakit infeksi saluran telah mengalami pengenceran dan berasal dari
pencernaan saat ini tidak hanya disebabkan oleh restoran waralaba di Kota Padang dengan mekanisme
bakteri yang berasal dari konsumen sendiri tetapi juga pengonsumsian makanan langsung menggunakan
8
dari para pengolah makanan atau food-handler. tangan. Besar sampel yang digunakan sebanyak
Bakteri Escherichia coli strain tertentu empat jenis sabun cair cuci tangan.
merupakan bakteri Gram negatif yang banyak Variabel independen atau bebas yaitu empat
menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan sabun cair cuci tangan dari cabang-cabang restoran
selain Vibrio cholera dan rotavirus. Bakteri ini waralaba di Kota Padang. Variabel dependen atau
bertransmisi melalui jalur fekal-oral akibat rendahnya terikat yaitu pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
kualitas kebersihan individu (konsumen). Selain Staphylococcus aureus.
bakteri Gram negatif, toksin bakteri Gram positif Pengujian dilakukan dengan metode difusi.
seperti S. aureus yang bersifat termostabil juga dapat Cakram dibuat dengan merekatkan tiga lapis kertas
9
menyebabkan penyakit infeksi. Toksin S. aureus saring yang kemudian dilubangkan dengan pelubang
berperan besar dalam meningkatnya wabah infeksi kertas berukuran 4 mm. Selanjutnya, disusun dalam
saluran cerna akibat keracunan makanan atau food- cawan petri dan disterilkan dengan autoklaf. Setelah
poisoning disease. Toksin tersebut dihasilkan oleh dingin, cakram dibagi menjadi tiga kelompok.
bakteri S. aureus yang masuk dan berkembang di Kelompok pertama dan kedua terlebih dahulu

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 350

dicelupkan ke dalam sabun sebelum dimasukkan ke pada periode pertama terdapat di sekitar sabun B
dalam cawan petri yang telah berisi agar. Kelompok sedangkan periode kedua dan ketiga terukur disekitar
pertama, dicelupkan ke dalam sabun cair cuci tangan sabun C.
yang berasal dari restoran waralaba di Kota Padang
dan kelompok kedus ke dalam sabun cair cuci tangan
Diameter Daya Hambat Sabun
yang digunakan sebagai kontrol.
terhadap Pertumbuhan E. coli
40

Diameter Daya Hambat (mm)


Data yang diperoleh dari penelitian dicatat 35
periode 1
pada tabel yang kemudian disajikan dalam bentuk 30
diameter 1
grafik dan diolah secara statistik deskriptif untuk 25 periode 2
menemukan nilai median, maksimum, dan minimum.
20 diameter 2
15 periode 3
10 diameter 3
HASIL
5
Tabel 1. Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci Tangan 0
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan A B C D E
Staphylococcus aureus Sabun

Rata-rata Daya Hambat Gambar 1. Rata-rata Daya Hambat Sabun Cair Cuci
terhadap Pertumbuhan Tangan Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia
Bakteri Sabun Kuman Per Periode
coli
Pengambilan Sampel (mm)

I II III
Berdasarkan Gambar 2 dapat diamati bahwa
A - - -
B 19.5 20.9 15.9
sabun A, C, dan D pada periode pertama tidak
1. Escherichia
C - 35.4 27.1 menunjukkan adanya daya hambat terhadap
coli
D - - - pertumbuhan S. aureus. Ketiga sabun tersebut baru
E 7.2 7.4 7.3
memperlihatkan zona bebas pertumbuhan bakteri
A - 26.1 23.3
pada pengujian periode kedua dan ketiga. Diameter
B 20.7 34.6 30.1
2. Staphylococcus zona bebas pertumbuhan terbesar pada periode
aureus C - 40.2 36.6
pertama dimiliki sabun B sedangkan periode kedua
D - 18.1 11.2
E 6.2 9.2 7.3 dan ketiga dibentuk oleh sabun C.
Keterangan :
A = sabun yang berasal dari restoran T
B = sabun yang berasal dari restotan K Diameter Daya Hambat Sabun
C = sabun yang berasal dari restoran M
D = sabun yang berasal dari restoran CF terhadap Pertumbuhan S. aureus
E = kontrol
50 periode 1
Diameter Daya Hambat (mm)

Pada tabel 1 diatas terlihat bahwa bakteri 40 diameter 1


Escherichia coli hanya sensitif terhadap sabun dari periode 2
30
restoran B dan C sedangkan bakteri Staphylococcus
diameter 2
aureus sensitif terhadap keempat sabun cair cuci 20
periode 3
tangan. 10
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada
diameter 3
0
pengujian periode pertama sabun A, C, dan D tidak A B C D E
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan E. coli. Sabun
Pada periode berikutnya, sabun C memperlihatkan
Gambar 2. Rata-rata Daya Hambat Sabun Cair Cuci
adanya daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Tangan Terhadap Pertumbuhan Bakteri
sedangkan sabun A dan D tetap tidak menunjukkan
Staphylococcus aureus
hal tersebut sampai dengan pengujian periode ketiga.
Diameter zona bebas pertumbuhan bakteri terbesar

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 351

Hasil pengolahan data menggunakan efektif untuk menyebabkan kematian sel bakteri
statistik deskriptif terlihat median, nilai maksimum, dan (sublethal) sehingga memungkinkan bakteri untuk
minimum untuk setiap periode. Pada daya hambat tumbuh kembali. Penambahan antibakteri sebagai
terhadap pertumbuhan E. coli didapatkan median salah satu kandungan sabun akan memberikan efek
untuk periode pertama, kedua dan ketiga sebesar 0, yang lebih baik dan permanen dalam menghambat
11
7.4, dan 7.3 serta nilai maksimum secara berturut-turut pertumbuhan dan membunuh bakteri.
adalah 19.5, 35.4, dan 27.1. Sementara itu, median Kemampuan sabun cair cuci tangan dalam
daya hambat pertumbuhan S. aureus pada periode menghambat pertumbuhan bakteri turut dipengaruhi
pertama, kedua dan ketiga yaitu 0, 26.1, dan 23.3 oleh konsentrasi antiseptik atau antibakteri yang
dengan nilai maksimum untuk masing-masing periode terdapat di dalam sabun. Peningkatan konsentrasi
secara berurutan mulai dari periode pertama sampai akan meningkatkan kemampuan dalam menghambat
2
dengan ketiga yaitu sebesar 20.7, 40.2 dan 36.6. Nilai pertumbuhan bakteri dan demikian sebaliknya.
minimum untuk daya hambat kedua bakteri adalah Derajat keasaman (pH) juga berperan dalam
0.00. menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S.
aureus. pH optimal pertumbuhan bakteri-bakteri ini
12
PEMBAHASAN berkisar antara 7.2-7.6. Sabun dengan pH lebih
Sabun cair cuci tangan merupakan salah satu rendah atau tinggi dari angka tersebut mampu
sarana kebersihan yang saat ini banyak digunakan. menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus
Penggunaan sabun cair cuci tangan semakin dibanding sabun dengan pH sama atau mendekati pH
13
meningkat karena dapat menghambat dan membunuh optimal.
10 Sabun cair cuci tangan yang diuji dalam
bakteri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini adalah sabun yang telah mengalami
keempat sabun cair cuci tangan yang diuji mampu pengenceran oleh pihak restoran. Hasil pengujian
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus namun menunjukkan bahwa daya hambat sabun cair cuci
hanya sebagian yang dapat menghambat tangan pada periode pertama jauh lebih rendah
pertumbuhan bakteri E. coli. Hal ini bertolak belakang daripada periode kedua dan ketiga.
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan pengamatan, sabun yang diambil
Mwambate dan Lyombe (2011) bahwa sabun cair cuci pada periode pertama mempunyai konsistensi yang
tangan dapat menghambat pertumbuhan bakteri, baik lebih encer daripada periode kedua dan ketiga
3
E. coli maupun S. aureus. Hal ini dapat disebabkan sehingga dapat menjadi alasan mengapa daya
karena adanya perbedaan kandungan dan kekentalan hambat pada periode pertama tidak sebaik kedua dan
(konsentrasi) sabun yang digunakan sebagai sampel ketiga. Peristiwa ini sesuai dengan hasil penelitian
dalam penelitian. Lyombe dan Mwambate (2011) yang dilakukan Oranusi, et al (2013) dengan
menguji daya hambat sabun cair cuci tangan yang mengencerkan sejumlah sabun sesuai dengan jumlah
dijual di pasaran tanpa pengenceran sedangkan pada pengenceran yang biasa dilakukan di restoran dan
penelitian ini sabun berasal dari restoran waralaba di menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pengenceran
Kota Padang yang sudah terlebih dahulu mengalami berbanding lurus dengan peningkatan jumlah bakteri
pengenceran. yang tumbuh dan berbanding terbalik dengan
Kandungan menjadi salah satu faktor yang kemampuan sabun cair cuci tangan untuk
2 2
menentukan daya hambat sabun. Sabun yang menghambat pertumbuhan bakteri.
mengandung antiseptik dapat menghambat dan Pengenceran sabun juga akan mempengaruhi
11 pH sabun cair cuci tangan. pH sabun yang awalnya
membunuh bakteri tetapi kemampuan sabun akan
lebih besar jika memiliki kandungan tambahan seperti asam atau basa dapat berubah menjadi netral. pH
antibakteri. Hal ini dikarenakan kerja atau aktivitas netral merupakan faktor lingkungan yang optimal bagi
antiseptik bersifat sementara dan tidak cukup pertumbuhan bakteri sehingga menurunkan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 352

13
kemampuan bakterisid dan bakteriostatik sabun. mengatur permiabilitas sel yang hanya meloloskan zat
Berdasarkan hasil penelitian terdapat sabun yang bersifat hidrofilik sehingga antiseptik yang
yang tidak mempunyai kemampuan dalam bersifat hidrofobik tidak dapat dengan mudah
15
menghambat pertumbuhan bakteri saat pengujian memasuki sel.
periode pertama namun mampu membentuk zona
bebas pertumbuhan bakteri yang sangat besar pada KESIMPULAN
periode kedua. Proses pengenceran yang berlebihan, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
peristiwa di atas mungkin terjadi karena pada periode mengenai uji daya hambat sabun cair cuci tangan
pertama pihak restoran hanya menambahkan air ke pada restoran waralaba di Kota Padang terhadap
dalam tabung atau tempat sabun guna menambah pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
jumlah sabun sehingga konsentrasi sabun yang Staphylococcus aureus secara in vitro, didapat
dijadikan sampel pada periode pertama jauh lebih kesimpulan sebagai berikut:
rendah dari pada periode selanjutnya. Kemungkinan 1. Dua dari empat sampel sabun cair cuci tangan
penggantian sabun oleh pihak restoran pada periode yang berasal dari restoran waralaba di Kota
kedua dengan sabun yang memiliki kandungan Padang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
antiseptik dan atau antibakteri yang lebih baik Escherichia coli dan salah satunya menunjukkan
daripada sabun periode pertama. Di samping itu, nilai ekstrem pada pengujian periode kedua.
kesalahan teknis dalam melakukan pengujian juga 2. Semua sampel sabun cair cuci tangan yang
dapat menyebabkan hal ini terjadi. berasal dari restoran waralaba di Kota Padang
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sabun dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dari restoran waralaba yang telah mengalami Staphylococcus aureus dan satu diantara keempat
pengenceran memiliki daya hambat yang lebih baik sampel tersebut menunjukkan nilai ekstrem pada
terhadap S. aureus daripada sabun kontrol yang tidak pengujian periode kedua.
mengalami pengenceran. Hal ini disebabkan karena
sabun kontrol lebih kental dan padat sehingga zat-zat UCAPAN TERIMA KASIH
didalam sabun tidak efektif berdifusi ke dalam cakram Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.
dan memerlukan waktu yang lebih lama jika Aziz Djamal, M.Sc DTM&H, Sp.MK dan seluruh staff
14
dibandingkan sabun yang mengalami pengenceran. Laboratorium Mikrobiologi FK UNAND yang telah
Selanjutnya, pada penelitian ini terlihat membantu terlaksananya penelitian ini.
perbedaan kemampuan sabun cair cuci tangan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S.
DAFTAR PUSTAKA
aureus. Perbedaan ini dipengaruhi struktur dinding sel
1. Dorland WA. Dorlands illustrated medical
bakteri. Escherichia coli merupakan bakteri Gram th
dictionary. 31 ed. Singapore: Elsevier; 2007.
negatif yang memiliki struktur dinding sel yang lebih
2. Oranusi US, Akanade VA, Dahunsi SO.
kompleks dibanding bakteri Gram Positif seperti
Assessment of microbial quality and
Staphylococcus aureus. Pada bagian luar membran
antibacterial activity of commonly used hand
sitoplasma terdapat periplasmik yang mengandung
washes. Journal of Biological and Chemical
peptidoglikan yang lebih tipis dibanding S. aureus dan
15
Research. 2013;30(2):570-80.
jarang berikatan antara unsur-unsurnya. Hal ini
3. Mwambete KD, Lyombe F. Antimicrobial
membantu E. coli menghindari aktivitas dari bahan
16
activity of medicated soaps commonly used
aktif sabun yaitu asam lemak.
by dar es salaam residents in Tanzania.
Brauns lipoprotein yang berikatan dengan
Indian Journal of Pharmaceutical Sciences.
peptidoglikan memperkuat ikatan peptidoglikan
2011; 73(1): 92-8.
dengan membran luar. LPS (lipopolisakarida) pada
4. Burton, Maxine, Cobb, Emma, Donachie,
membran luar bertugas untuk menolak atau
Petter., Judah, Gaby, Curtis, Val. and
mendorong keluar zat hidrofobik dan protein porin
Schmidt, Wolf-Peter. The effect of

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 353

handwashing with water or soap on bacterial Bioresearch. 2011; 2(2):52-62.


contamination of hands. Int. J. Environ. Res. 11. World Health Organization. WHO guidelines
Public Health. 2011; (8):97-104. on hand hygiene in health care: first global
5. Selvamohan T, Sandhya, V. Studies on patient safety challenge clean care is safer
bactericidal activity of different soaps against- care. France: WHO Press; 2009.
bacterial strains. Journal of Microbiology and 12. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz,
Biotechnology Research. 2012; 2(5):646-50. Melnick, & Adelbergs medical microbiology.
6. Presscott, Lansing M, Harley, John P, Klein, Edisi ke-25. United State of America: The
Donald A. Microbiology. Edisi ke-5. United McGraw-Hill Companies, Inc; 2010.
State of America: McGraw-Hill; 2003. 13. Irianto K. Mikrobiologi menguak dunia
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. mikroorganisme. Jilid 1. Bandung: Yrama
Higiene sanitasi jasaboga. Peraturan Menteri Widya; 2006.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14. Putra IA. Uji efek antibakteri ekstrak etanol
1096/Menkes/Per/Vi/201: 2011 [diunduh 9 kulit batang salam {syzygium polyanthum
Desember 2012]. Tersedia dari: URL: (weight) walp.} terhadap
HYPERLINK http://www.hukor.depkes.go. staphylococcus aureus dan escherichia coli
id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20109 secara in vitro (skripsi). Padang: Universitas
6%20ttg%20Higiene%20Sanitasi%20Jasabo Andalas; 2013.
ga.pdf. 15. The Microbial World. The cell wall surrounds
8. Loir YL, Baron F, Gautier M. Staphylococcus and holds in the microbe. 2014 (diunduh 7
aureus and food poisoning. Genetics and Januari 2014). Tersedia dari: URL:
Molecular Research. 2003; 2(1):63-76. HYPERLINK http://www.microbiologytext.
9. Champoux JJ, Neidhardt, Frederick C, Drew com/index.php?module=Book&func=displaya
W. Lawrence, Plorde, James J, Sherris rticle&art_id=60.
medical microbilogy. Edisi ke-4. United State 16. Aliyu MS, Tijjani MB, Doko MHI, Garba I,
of America: The Mc Graw-Hill Companies, Ibrahim MM, Abdulkadir SM, et al.
Inc.; 2004. Antimicrobial activity of sabulun solo a local
10. Bhat R, Prajna PS, Menezez, Vinita Preethi, traditional medicated soap. Nigerian Journal
Shetty, Pavithra. antimicrobial activities of of Basic and Applied Science. 2012;20(1):
soap and detergents. Advanced in 35-8.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Anda mungkin juga menyukai